BAB II KAJIAN PUSTAKA MANAJEMEN KELAS PADA …eprints.stainkudus.ac.id/96/5/5 BAB II.pdf · hakikat...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA MANAJEMEN KELAS PADA …eprints.stainkudus.ac.id/96/5/5 BAB II.pdf · hakikat...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
MANAJEMEN KELAS PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
HADITS
A. Deskripsi Pustaka
1. Manajemen
Sebelum mengetahui lebih jauh apa itu manajemen kelas, disini
akan dibahas terlebih dahulu istilah manajemen dan manajemen
pendidikan, yang memang manajemen kelas adalah salah satu unsur yang
terdapat dalam manajemen pendidikan. Kata manajemen awalnya hanya
sangat popular di dunia bisnis komersial. Di dunia pendidikan sendiri lebih
dikenal dengan istilah administrasi. Karena itu, di lingkungan institusi
pendidikan dan administrasi kelas. Jika dititik proses kerja atau fungsi
organiknya, administrasi dan manajemen boleh dikatakan sama. Meskipun
ada apara ahli yang mengatakan bahwa manajemen merupakan inti dari
kegiatan atau proses administrasi. Kini, kata manajemen semakin populer
disemua lini, baik dilini bisnis, pemerintah, maupun pendidikan.
Manajemen berasal dari kata dalam Bahasa Inggris
“management”, dengan kata kerja “to manage” yang secar umum berarti
mengurusi, mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina, atau
memimpin1 dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and
controlling a business”.2 Pakar lainnya berpandangan bahwa akar kata
manajemen berasal dari bahasa latin “mano” yang berarti tangan, menjadi
“manus”, yang artinya bekerja secara hati-hati dengan mempergunakan
tangan dan “agere” artinya meakukan sesuatu, sehingga menjadi
“managiare” yang berarti melakukan sesuatu berkali-kali dengan
1 Euis Karwati. Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi, Alfabeta, Bandung, 2014,
hlm. 3. 2 Nur Hamiyah. Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2015, hlm. 2
8
menggunakan tangan. Maksudnya, dalam mengerjakan segala sesuatu hal,
manager tidak hanya bekerja secara sendiri, namun juga dibantu oleh
orang lain yang berfungsi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang
diemban manager.3 Sedangkan manajemen menurut istilah adalah proses
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara
efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.4
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan
hakikat manajemen adalah at-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan
derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-
Qur‟an seperti firman Allah SWT:
مآء ف يدب ر االمر من الس ن ال االرض ث ي عرج الي دار ال م ن ي . و ت عد
Artinya:
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya
(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Q.S. As-
Sajdah: 5).5
Dari ayat di atas diketahui bahwa Allah SWT merupakan pengatur
alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini manusia harus mengatur da
mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagai mana Allah SWT
mengatur alam raya ini.6
Manajemen adalah rangkaian usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan memanfaatkan orang lain.7 Manajemen dari
berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwasanya manajemen memiliki
beberapa unsur yang tidak bisa dikesampingkan, diantaranya perencanaa,
pengorganisasian, kepemimpinan serta pengawasan.
3 Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 3.
4 U . Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 2.
5 Ibid, hlm. 1.
6 Ibid, hlm. 2.
7 Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik Dan Model Pembelajaran, Alfabeta,
Bandung, 2015, hlm. 74.
9
Menurut istilah, Nanang Fattah memberikan pengertian manajemen
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Oemar
Hamalik adalah suatu proses yang berkenaan dengan keseluruhan usaha
manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya,
dengan menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.8
Menurut Luther Gulick, manajemen dikatakan sebagai ilmu karena
manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang membahas
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang
bekerja sama.9 Hasibun mengunkapkan bahwa manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisiensi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.10
Dalam manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan
nilai-nilai kepemimpinan dalam mengarahkan, memengaruhi, mengawasi,
dan mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk
tercapainya tujuan.11
Manjemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya. Pengertian lainnya manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan
demikian manager mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang
lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
8 M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga
Pendidikan Yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami), Holistica, Lombok, 2012, hlm. 4. 9 Jamal Ma‟mur Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional, Diva Press, Jogjakarta, 2009, hlm. 70. 10
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2011, hlm. 7
11
U . Saefullah, op.cit, hlm. 3.
10
pengendalian.12
James A.F. Stoner yang dikutip oleh U. Saefullah
mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
dan penggunaan sumber daya organisasi ainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen sebagai seni pencapaian
tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain. 13
Manajemen adalah
serangkaian proses yang dilaksanakan dalam sebuah kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan daharapkan.
Hilman menyatakan manajemen adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu
untuk mencapai tujuan yang sama. Ricky W. Griffin berpendapat bahwa
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektiif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tujuan yang
ada dilaksanakan secara benar dan terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.14
John D. Miller yang dikutip oleh S. Soumatul Ula memberi
pengertian manajemen sebagai salah sebagai suatau proses pengarahan dan
pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang telah diorganisasi
dalam kelompok-kelompok formal untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.15
Beberapa pakar mengguanakan kata manajemen sebagai kata enda
olektif (collective noun) yang menggamabarkan bahwa manajemen
merupakan suatu kelompok dalam organisasi. Pakar yang lain menyatakan
bahwa manajemen merupakan proses yang menunjukan penampilan dari
fungsi-fungsi khusus, dan banyak pakar yang berpendapat bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu, seni, karir ataupun sebagai profesi.
Manajemen dipandang juga sebagai suatu disiplin pengajaran dan bidang
12
Fatah Syukur, op.cit, hlm. 8.
13
U . Saefullah, op.cit, hlm 3.
14
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014,
hlm. 3.
15
S. Shoumatul Ula, Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif, BERLIAN,
Yogyakarta, 2013, hlm. 9.
11
tertentu.16
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka
manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber
pendidikan, agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan sebelumnya. Di samping itu manajemen bertugas
memadukkan sumber-sumber pendidikan secara keseluruhan dan
mengontrol/mengawasi agar tepat dengan tujuan pendidikan yang
melibatkan fungsi-fungsi pokok manajemen.
Banyak sekali pendapat para ahli tentang fungsi manajemen,
namun dari banyak fungsi-fungsi manajemen yang dirumuskan oleh para
tokoh maanjemen tersebut terdapat beberapa persamaan dan
perbedaannya.
Persamaan dari fungsi manajemen terseut terlihat pada beberapa
fungsi, yaitu: pengorganisasian, perencanaan dan pengendalian.
Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada pilihan kata atau istilah yang
digunakan dalam menyebutkan fungsi manajemen.17
Adapun fungsi dari manajemen itu sendiri menurut George R.
Terry adalah Planing, Organizing, Actuating, dan Controling
(perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan).
1) Perencanaan
Perencanaan menurut Burhanuddin dkk. adalah suatu kegiatan
yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus
dilakukan, langkah-langkah, metode-metode, pelaksanaan metode yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan.
Sondang P Siagian menjelaskan perencanaan merupakan keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap- hal-hal yang
akan dikerjakan pada masa yang akan dating dlam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan, sedangkan menurut Roger A. Kauffman
perencanaan merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
16
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 4. 17
Mohamad Mustari, op.cit, hlm. 1.
12
dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan utuk menncapai
tujuan itu seefisien mungkin.18
Perencanaan mempunyai beberapa
tingkatan, baik berjangka panjang (berdasarkan tahun dan jangka) dan
bersifat pendek (berdasarkan unit, minggu, hari).19
Jadi perencanaan (Planning) merupakan salah satu fungsi
manajemen yang penting, karea perencanaan memegang peranan yang
strategis dalam keberhasilan upaya pelayanan pendidikan. Dalam
perencanaan proses yang dilakukan sebagaimana menurut Bendavid-Val
langkah-langkah yang dilaksanakan: pengumpulan data dan analisis
masalah (berdasarkan data): penentuan tujuan, menentukan sasaran,
identifikasi pilihan-pilihan, penilaian perbandingan, rencana terpilih,
implementasi dan evaluasi.20
Secara garis besar, ada bebeerapa fungsi perencanaan sebagai
berikut:
a) Perencanaan memberikan arah mengenai bagaimana dan kapan
tindakan akan diambil serta pihak yang terlibat dalam tindakan
tersebut.
b) Perencanaan merupakan titik tolak untuk memulai kegiatan dan
akan lebih menjelaskan tujuan yang kan dicapai.
c) Perencanaan merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan.
Dengan menentukan langkah-langkah lebih dahulu, kita akan
mengetahui apa yang akan kita kerjakan setahap demi setahap.
d) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai
alternative cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih
kombinasi cara yang baik.
e) Perencanaan mencegah, sedikitnya mengurangi pemborosan, baik
berupa pemborosan waktu, tenaga maupun material.
18
M. Sobry Sutikno, op.cit, hlm. 21.
19
Carolyn M. Evertson. Edmund T. Emmer, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar,
Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 122.
20
Muhammad Rohman. Sofyan Amri, Manajemen Pendidikan, Prestasi Pustaka, Jakarta,
2012, hlm. 16.
13
f) Perencanaan membenatu menghindari kesalahan dalam usaha.
g) Perencanaan memudahkan pengawasan. Denngan adanya rencana
yang menggariskan dan menentukan langkah-langkah yang harus
dikerjakan, petugas pengawasan dapat lebih mengikutinya dan
mengawasinya.
h) Dengan adanya perencanaan dapat diperoleh tindakan yang tepat
dan terkoordinasi dari berbagai unit kerja.21
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian menurut Afifudin mengartikan sebagai kegiatan
menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh
kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. Siagian merumuskan
pengorganisasian sebagai keseluruhan kegiatan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Sementara itu Malayu S.P, Hasbuan mendefinisikan pengorganisasian
sebagai proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan berbagai
macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.22
Jadi pengorganisasian (Organizing) merupakan upaya untuk
menghimpun semua data yang dimiliki daerah dan memanfaatkannya
secra efisien guna mencapai tujuan (goals) yang telah ditetapkan. Dalam
pengorganisasian (organizing) harus pula diperhatikan adalah menentukan
siapa serta melakukan apa (staffing).23
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam proses pengorganisasian yaitu
sebagai berikut:
a) Pengorganisasian harus mempunyai tujuan yang jelas
21
M. Sobry Sutikno, op.cit, hlm. 24. 22
Ibid, hlm. 38. 23
Muhammad Rohman. Sofyan Amri, op.cit, hlm. 18.
14
b) Harus ada pembaguian kerja dan penugasan kerja
c) Asas kestuan komando, yaitu sebagai kesatuan pimponan dimana
setiap orang dibatasi menerima perintah dari satu orang atasannya
saja
d) Keseimbanagan antara tugas, tanggung jawab, dan kekuasaan
e) Prinsip kontinuitas, artinya segala pekerjaan tidak boleh terhenti
f) Prinsip koordinasi, yaitu suattu koordinasi yang sempurna harus
dipelihara dalam organisasi yang baik diantara anggota mauoun
diantara kelompok pekerja-pekerja dan satuan-satuan kerjanya.
g) Ouragnisasi harus mempunyai pimpinan yang mampu
menggerakan dan mengarahkan para anggotanya serta
mendelegasikan tugas, wewenang dan tanggung jawab anggotanya
sesuai dengn bakat, pengetahuan dan kemampuan mereka.
Pimponan juga tidak membedakan pentingnya petugas dalam suatu
unit kerja.
h) Prinsip kelayakan
i) Prinsip mengenal kode etik organisasi
j) Bahwa perlu adanya pertanggungjawaban terus menerus terhadap
hasil-hasil kerja yang diperoleh
k) Pengorganisasian harus fleksibel dan seimbang. Dalam arti bila
terjadi perubahan atau penambahan volume kerja maka struktur
organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.24
3) Penggerakan Pelaksanaan
Penggerakan pelaksanaan (Actuating) manajemen perencanaan
pendidikan. Administrator/top manager melakukan koordinasi dalam
pelaksaan perencanaan. Seluruh komponen (bagian, bidang, seksi, kepala
sekolah) dan stake holder pelayanan pendidikan dipersatukan dalam meja
bundar untuk memperoleh suatu kompromi atau komitmen tentang
pemdidikan. Seluruh komponen peranan leadership dari
administrator/manager sangat penting penggerakan (actuating) ini. Fungi
24
M. Sobry Sutikno, op.cit, hlm. 42.
15
manajemn penggerakan pelaksanaan (actuating) ini adalah termasuk di
dalamnya fungsi koordinasi (coordinating), pengarahan (directing),
kepemimpinan (leading). Agar semua komponen dapat melaksanakan
tugas sesuai dengan peranannya masing-masing, maka tugas administrator
adalah melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh komponen
manajemen agar terbentuk sinergi, dan menghindari overlapping
pelaksanaan tugasnya.25
4) Pengawasan/Pengendalian
Menurut Oteng Sutisna pengawasan adalah proses melihat apa
yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka
penyesuaian yang perlu dibuatnya. Sedangkan Hadari Nawawi
mengartikan pengawasan sebagai kegiatan mengukur tingkat efektivitas
kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu
dalam usaha mencapai tujuan.menurut George R. Terry pengertian
pengawasan adalah kegiatan lanjutan yang bersangkutan dengan ikhtiar
untuk mengidentifikasikan pelaksanaaan program yang harus sesuai
dengan rencana.26
Jadi pengawasan dan pengendalian (Controlling), merupakan
proses untuk mengamati secara terus menerus (berkesinambungan)
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
(perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan
fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas.27
Menurut Oteng
Sutisna yang dikutip oleh M. Sobry Sutikno ada karakteristik dari proses
pengawasan yang efektif, yaitu sebagai berikut:28
a) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi
b) Pengawasan hendaknya diarahkan pada penemuan fakta-fakta
tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan
c) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan
d) Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel yang preventif
25
Muhammad Rohman. Sofyan Amri , op.cit, hlm. 18. 26
M. Sobry Sutikno, op.cit, hlm. 58 27
Muhammad Rohman. Sofyan Amri , op.cit, hlm. 18. 28
M. Sobry Sutikno, op.cit, hlm. 64.
16
e) Sistem pengawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang terlibat
dalam pengawasan
f) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan.
Oleh karena itu pengawasan harus bersifat membimbing supaya
para pelaksana dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Karakteristik tersebut dapat diketahui keefektifan proses
pengawasan manajemen kelas, karakteristik tersebut juga menjadi kunci,
jika salah satu cirri tersebut tidak ada maka sebuah proses pengawasan
belum bisa dikatakan sebagai pengawasan yang efektif.
Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan ilmu manajemen lain. perbedaan
manajemen pendidikan dan manajemen lain terletak pada prinsip-prinsip
operasionalnya, dan bukan ada prinsip-prinsip yang sifatnya umum.29
Fokus yang diambil peneliti yaitu manajemen kelas merupakan komponen
atau bagian dari pada manajemen pendidikan itu sendiri yang mana sama-
sama mengelola dengan bersama-sama supaya apa yang menjadi tujuan
akhir bisa dicapai.
Di dalam manajemen pendidikan sendiri terdapat beberapa ruang
lingkup dan unsur-unsur di dalamnya. Diantaranya adalah manajemen
peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen personil, manajemen
sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan, manajemen tata laksana
pendidikan, manajemen humas pendidikan, manajemen kelas dan lain
sebagainya. Dengan demikian manajemen kelas tidak bisa terlepas dari
pembahasan manajemen pendidikan.
2. Manajemen Kelas
Sebelum memberikan pengertian tentang pengelolaan kelas berikut
ini adalah pengertian tentang kelas yang dikemukakan oleh Purnomo,
bahwa "Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan rombongan
29
Hikmat, Manajemen Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm. 18.
17
belajar (lingkungan emosional)".30
Lingkungan fisik meliputi : (1)
ruangan, (2) keindahan kelas, (3) pengaturan tempat duduk, (4) pengaturan
sarana dan alat pengajaran, (5) ventilasi dan pengaturan cahaya.
Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi: (1) tipe kepemimpinan
guru, (2) sikap guru, (3) suara guru, (4) pembinaan hubungan yang baik.31
Peneliti tidak hanya melihat dari segi sudut pandang proses saja, akan
tetapi juga melihat dari segi lingkan fisik kelas dimana disitulah akan
diketahui faktor-faktor pendukung maupun penghambat dari pelaksaan
manajemen kelas.
Kata kelas di dalam Dedaktik terkandung suatu pengertian umum
mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.32
Kelas juga dapat
diartikan sebagai suatu kelompok yang melakukan kegiatan belajar
bersama yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dalam kelas tersebut
guru berperan sebagai manager utama dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan melaksanakan pengawasan
atau supervisi kelas.33
Kelas menjadi komponen yang sangat penting
dalam dunia pendidikan, karena peranan guru yang paling utama itu
berlangsung di dalam kelas.
Sedangkan kelas dalam perspektif pendidikan dapat dipahami
sebagai sekelompok peserta didik yang berada pada waktu yang sama.
Dalam pengertian tersebut, terdapat tiga hal penting terkait dengan kelas,
Pertama, tidak disebut dengan kelas apabila peserta didik memperoleh
materi pelajaran dan guru yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang
berbeda; Kedua, tidak disebut dengan kelas apabila peserta didik
mempelajari materi pelajaran yang berbeda; dan Ketiga, tidak disebut
dengan kelas apabila peserta didik memperoleh materi pelajaran dari guru
30
Purnomo, Strategi Pengajaran, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2005, hlm. 3. 31
Ibid, hal. 17. 32
Ibid. 33
Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 74.
18
yang berbeda.34
Ciri-ciri dari kelas tersebut sangat mampu menjadi
patokan untuk membedakan kelas yang sesungguhnya dan kelas yang
hanya sebagai ruangan saja. Lebih lanjut lagi menurut salah satu tokoh,
Nawawi yang dikutip oleh Euis Karwati dan Donni Juni Priansa
menyatakan bahwa:
“Kelas dapat diklasifikasikan menjadi kelas dalam perspektif
sempit dan kelas dalam perspektif luas. Kelas dalam perspektif
sempit adalah ruangan yang dibatasi oleh dinding, tempat sejumlah
peserta didik berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis
karena sekadar menunjukan pengelompokan peserta didik menurut
tingkat perkembangan, antara lain didasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing. Sedangkan kelas dalam perspektif luas
adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah. Kelas merupakan suatu kesatuan organisasi
yang menjadi unit kerja, yang secara dinamis menyelenggarakan
berbagai kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan”.35
Adanya dua pembagian kelas ini, dapat dijadikan sebagai bahan
untuk mengetahui klasifikasi atau kriteria kelas yang terdapat di sekolah-
sekolah di sekitar kita. Pembagian kelas memiliki dua sudut pandang yang
berbeda, yaitu dari sudut pandang sempit dan sudut pandang luas yang
sama-sama mempunyai tujuan yang selaras.
Kelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar member
hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung
pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses pembelajaran,
dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Ada empat jenis kelas yang
dapat kita amati yaitu sebagai berikut:
a. Kelas yang selalu gaduh, guru harus bergelut sepanjang hari untuk
menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan
ancaman sering diabadikan, dan hukuman tampaknya tidak efektif.
b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasanya lebih positif. Guru
mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan
34
Ibid.. 35
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 6.
19
bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang
menyenangkan, membaca cerita, serta menyelenggarakan kegiatan
kesenian dan pameran kerajinan siswa.
c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah
menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut
dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan
tegas, dan perlu disertai dengan hukuman.
d. Jenis kelas yang menggeling dengan sendirinya. Guru menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak menegakkan
disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan
kemauannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa yang
tampak dalam hal tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga muncul
dari beberapa temat secara bersamaan. Akan tetapi suara tersebut dapat
dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling
mengganggu. Apabila suara timbul dan terrasa sedikit mengganggu,
guru member sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang da
kondusif.36
Dengan demikian yang dimaksud dengan kelas tidak hanya kelas
yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa
berkumpul bersama untuk mempelajari segala yang disajikan oleh
pengajar, tetapi lebih dari itu kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang
berinteraksi dengan guru dalam proses belajar mengajar dengan beragam
keunikan yang dimiliki. Ragam keunikan yang dapat dijumpai dalam kelas
meliputi berbagai macam aspek seperti aspek fisik, psikis, latar keluarga,
bakat, minat, dan lain-lain. seluruh aspek tersebut perlu ditanggapi secara
positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang
dapat berlangsung dalam kelas. Sehingga segenap siswa diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang secara efektif lagi terarah sesuai dengan tugas-
36
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis; Paradigma Baru Pembelajaran
Menuju Kompetensi Siswa, Kanisius, Yogyakarta, 2007. Hlm. 41-42.
20
tugas perkembangan mereka.37
Situasi semacam ini bagi mereka akan
mendorong terciptanya kerja sama sekaligus persaingan yang sportif
dalam meraih prestasi belajar.
Hubungan manusiawi yang efektif dapat menjadi motivator belajar
mereka, dan mereupakn faktor pendukung bagi penciptaan linghkungan
yang kondusif bagi pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk itu, tepat
apabila Nawawi menegaskan bahwa kelas yang memiliki hubungan
manusiawi efektif antar sesama murid dan antara murid-murid dengan
gurunya, akan mampu menciptakan perasaan bersatu dan perasaan
kebersamaan. Setiap anak merasa bersatu dengan teman-temannya sekelas,
sehingga berkembang sikap solidaritas yang tinggi antara siswa satu
dengan siswa yang lain. dalam kebersamaan ini siswa memiliki loyalitas
kelompok yang tinggi sebagai kelompok yang berbeda dari kelompok
yang lain. dengan demikian berkembanglah sikap tanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan kelas berupa kegiatan belajar bersama, bekerja dan
bermain bersama.38
Di Indonesia kelas yang ideal sesuai dengan peraturan
bahwa agar pelaksanaan kelas dapat efektif, sebuah kelas terdiri dari antara
30 sampai 40 orang peserta didik. Dengan jumlah ini nampaknya dapat
menimbulkan suasana kelas yang diinginkan.39
Doyle dalam Paul R.
Burden and David M. Byrd, mengungkapkan bahwa:
“Classroom Management refers to the action and strategies
teacher use to maintain order in classroom. Lebih lanjut
diungkapkan Burden dan Byrd bahwa Classroom management
focuses on ways to establish and maintain workable system for
classroom groups, rather than on ways to spot and punish
misbehavior disorders, or capture the attention of individual
student. Order mean that students are performing eithin acceptable
limits the actions necessary for a particular classroom event to be
successful.”
37
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, TERAS, Yogyakarta, 2009, hlm. 69. 38
Ibid, hlm. 70 39
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 20.
21
Manajemen pembelajaran (kelas) menunjuk pada kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses pembelajaran.40
Bisa dikatakan manajemen pembelajaran atau
manajemen kelas adalah proses pengelolaan dalam kegiatan belajar
mengajar yang dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasianm
pelaksanaan, pengendalian dan penilaian dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan
Manajemen kelas menurut Mulyasa merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Nawawi
menyatakan bahwa manajemen kelas dapat diartikan sebagai kemampuan
guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan
yang seluas-luasnya pada setiap individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang kreatif dan terarah.41
Guru menjadi pusat dalam
pembelajaran di kelas, yang mana juga berperan sebagai pengatur situasi
selama proses pembelajaran, dan guru juga betperan sebagai fasilitator
dalam artian guru menjadi sumber pengetahuan yang berproses di dalam
kelas. Menurut Eggen & Kauchak yang dikutip oleh Nyayu Khodijah
manajemen kelas adalah
“Kombinasi strategi guru dan faktor organisasional kelas yang
membentuk lingkungan belajar yang produktif, yang mencakup
penetapan rutinitas, aturan-aturan sekolah dan kelas, respon guru
terhadap perilaku peserta didik.42
Raka, Joni, dkk, mengemukakan
bahwa manajemen kelas adalah penyediaan kondisi yang oiptimal
agar proses belajar mengajar berlangsung efektif artinya seorang
guru harus menyediakan kiondisi baik fisik maupun
sosioemosional sehinga siswa merasakan nyaman dan aman. Dalam
arti lain; esensi manajemen kelas adalah menyediakan/menciptkan
kondisi fisik, sosioemosional, serta melakukan tindakan korektif
terhadap tingkah laku menyimpang yang akan merusak
kenyamanan dan keamanan belajar mengajar.43
40
Didi Supriadie, Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2012, hlm. 162. 41
Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 74. 42
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.
184. 43
Didi Supriadie, Deni Darmawan, op.cit, hlm. 163.
22
Manajemen kelas yang baik tidak hanya secara kasat mata atau
secara fisik saja akan tetapi juga melalui sosioemosional juga, karena
dalam manajemen kelas juga dibutuhkan sosioemosional supaya dalam
proses pembelajaran baik guru maupun peserta didik sama-sama merasa
nyaman dan aman dalam mencapai tujuan belajar mengajar.
Manajemen kelas memiliki arti penting dalam sebuah proses
pendidikan, dimana dengan adanya manajemen dalam sebuah proses
pembelajaran diharapkan mampu mewujudkan tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan. Sehingga langkah-langkah dalam proses
pembelajaran dimulai dari proses perencanaan, proses organisasi, proses
pelaksanaan, proses pengawasan hingga proses evaluasi mampu
mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran pada umumnya dan
efektifitas belajar bagi peserta didik pada kususnya. Tercapainya sebuah
tujuan pembelajaran tergantung dalam proses manajemennya itu sendiri,
karena manajemen menjadi proses sentral pada pembelajaran. Dengan
manajemen kelas yang baik tentunya juga akan berdampak pada kegiatan
pembelajaran terarah dan amapu menciptakan kondisi pembelajaran yang
optimal.
a. Konsep Dasar Manajemen Kelas
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan
manajemen, karena itu mudah memberi arti universal yang dapat
diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran para ahli
mendefinisikan manajemen, kebanyakan menyatakan bahwa
manajemen suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau
keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaannya
dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjol
kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan
orang lain.44
manajemen sebagai proses ini tidak bisa berlangsung
44
Tim Dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 106.
23
tanpa didasari kemampuan maupun keahlian yang dimiliki oleh guru,
karena guru menjadi pusat untuk mengatur kelas.
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas
adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan
yang mempengaruhinya.45
Tugas guru seperti mengontrol, mengatur
atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat
lagi untuk saat ini. Sekarang aktifitas guru yang terpenting adalah
memanaj, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktifitas
peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan,
memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju
perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan
selektif dan kreatif.
Manajemen kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif,
yaitu meliputi : tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan
ruangan dan peralatan, dan pengelompokan siswa atau kelompok.46
Untuk menumbuhkan dan mempertahankan bahkan meningkatkan
organisai kelas atau manajemen kelas juga harus didukung dari
beberapa komponen yang ada yaitu guru, peserta didik, lingkungan
kelas dan materi. Jika salah satu komponen tersebut tidak ada, maka
dapat dipastikan manajemen kelas dalam pembelajaran tidak bisa
dijalankan.
b. Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan
45
Ibid, hlm. 107. 46
Ibid.
24
sosio-emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dan belajar peserta didik. Ketercapaian tujuan
pengelolaan kelas seperti dikemukakan oleh A. C. Wraag dapat
dideteksi atau dilihat dari:
1) Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan
yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya
perilaku yang diperlihatkan peserta didik seberapa tinggi, sberapa
baik, dan seberapa besar terhadap pola perilaku yang diperlihatkan
guru kepadanya di dalam kelas.
2) Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam
melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Perilaku yang diperlihatkan guru berupa kinerja dan pola perilaku
orang dewasa dalam nilai dan norma balikannya akan berupa
peniruan dan percontohan oleh peserta didik baik atau buruknya
amat bergantung kepada bagaimana perilaku itu diperankan.47
Dalam sebuah kelas yang ideal, harus sudah terdapat sarana
dan prasarana atau fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar.
Fasilitas itu sangat penting artinya bagi siswa guna mempermudah
mereka dalam menguasai suatu materi. Tetapi ada kalanya penggunaan
fasilitas yang semrawut dapat menyebabkan suasana dalam kelas
menjadi tidak kondusif.48
Oleh sebab itu, manajemen kelas diperlukan
untuk mengatur penggunaan fasilitas dengan baik, sehingga hal itu
dapat mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai
dengan fasilitas yang ada.
Tujuan manjemen kelas menurut Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan
47
Ibid, hlm. 111. 48
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, Diva Press, Jogjakarta, 2011. hlm.
30.
25
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terjadinya interaksi pembelajaran.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam
kelas.
4) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individual.49
Apabila tujuan dari manajemen kelas sudah tercapai, maka ada
dua kemungkinan yang akan dialami oleh peserta didik sebagai
indikator keberhasilan dari proses manajemen tersebut. Pertama,
sebuah manajemen kelas dapat dikatakan berhasil apabila sesudah itu
setiap peserta didik mampu untuk terus belajar dan bekerja. Siswa
tidak mudah menyerah dan pasif manakala mereka merasa tidak tahu
atau kurang memahami tugas yang harus dikerjakan. Setidaknya, siswa
masih menunjukan semangat dan gairahnya untuk terus mencoba dan
belajar, meski mereka menmghadapi hambatan dan problem yang sulit
sekalipun.
Kedua, sebuah manajemen kelas juga dapat dikatakan berhasil
apabila setiap peserta didik mampu untuk terus melakukan pekerjaan
tanpa membuang-buang waktu dengan percuma.50
Jadi setiap peserta
didik akan bekerja secepatnya supaya ia segera dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan membuat peserta didik
mampu menggunakan waktu belajarnya seefektif dan seefisien
mungkin.
c. Pendekatan dalam manajemen kelas
1) Pendekatan Kekuasaan
49
Tim Dosen Dministrasi Universitas Pendidikan Indonesia, op.cit, hlm. 111. 50
Salman Rusydie, op.cit, hlm. 32.
26
Pendekatan kekuasaan dalam manajemen kelas dapat
dipahami sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
peserta didik di dalam kelas. Peranan guru disini adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan akan menciptakan ketaatan dari peserta didik di
dalam kelas. Kedisiplinan yang diterapkan guru dilandasi oleh
kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati oleh seluruh
individu yang ada di kelas. Dengan demikian fungsi guru sebagai
individu yang berkuasa di dalam kelas perlu dipahami dan
diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan
belajar dan pembelajaran dengan baik.
2) Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman dalam manajemen kelas merupakan
salah satu pendekatan untuk mengontrol perilaku peserta didik di
dalam kelas. Pendekatan ancaman di dalam kelas dapat
diimplementasikan melalui papan larangan, sindiran saat belajar,
dan paksaan kepada peserta didik yang membantah, yang
semuanya ditujukan agar peserta didik mengikuti apa yang
diinstruksikan oleh guru. Peranan guru dalam pendekatan ancaman
di kelas adalah memberikan kesadaran dan efek jera kepada peserta
didik agar ia mampu belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Penerapan pendekatan ancaman di dalam
kelas harus dilakukan secara hati-hati dan perlu juga diterapkan
kriteria ancaman yang diperbolehkan untuk peserta didik.
3) Pendekatan Kebebasan
Pendekatan kebebasan dalam manajemen kelas dipahami
sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa
memiliki kebebasanuntuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa
yang dipahami dan ia inginkan, tanpa dibatasi oleh waktu dan
tempat. Peranan guru adalah mengusahakan dengan semaksimal
mungkin bahwa kebebasan peserta didik merupakan prioritas
27
dalam proses belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.
Namun demikian, pendekatan kebebasan harus dalam arahan yang
ketat dari guru agar proses belajar yang dilalui sesuai dengan apa
yang diharapka dan ditetpakan dalam tujuan belajar dan
pembelajaran. Selain itu, dalam pendekatan kebebasan belajar dan
pembelajaran dapat dilaksanakan secara fleksibel tanpa harus
dibatasi oleh adanya ruang kelas yang selama ini rutin
dipergunakan.51
4) Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) dalam manajemen kelas
dilaksanakan dengan member suatu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi
yang terjadi di dalam kelas. Dalam daftar yang telah tersusun
tersebut, dicantumkan tahap demi tahap apa yang harus dilakukan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk demi
petunjuk yang ada di dalam resep.
5) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran dalam manajemen kelas didasarkan
atas suatu anggapan bahwa pengajaran yang baik akan mampu
mencegah munculnya masalah yang disebabkan oleh peserta didik
di dalam kelas.. pendekatan pengajaran akan mampu mendeteksi
masalah yang mungkin akan ditimbulkan oleh perilaku peserta
didik di dalam kelas. Pendekatan pengajaran menganjurkan guru
bertingkah laku sebagai pengajar pembelajaran dalam rangka
mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang
kurang baik di kelas. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik sehingga peserta didik
mampu untuk belajar dengan baik di kelas.
51
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 12.
28
6) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Pendekatan perubahan tingkah laku dalam manajemen
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
peserta didik di dalam kelas. Peranan guru adalah mengembangkan
tingkah laku peserta didik yang baik, dan mencegah tingkah laku
yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku
(behavior modification approach) ini bertolak dari sudut
pandangan psikologi behaviora. Pendekatan tigkah laku yang baik
atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau
hadiah yang menimbulkan perasaan sengan atau puas. Sebaliknya
tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atu hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak
puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari oleh
peserta didik.52
7) Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional dalam manajemen kelas akan
tercapai secara optimal apabila hubungan antar pribadi yang baik
berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan
antara guru dengan peserta didik, serta hubungan antar peserta
didik. Dalam hal ini, guru merupakan kunci dalam pengembangan
hubungan tersebut, oleh karena itu, sudah seharusnya guru
mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan
hubungan antar pribadi dikelas, baik antara guru dengan peserta
didik maupun antar peserta didik. Untuk terciptanya hubungan
guru dengan peserta didik yang positif, sikap mengerti dan sikap
mengayomi dari guru terhadap peserta didik sangat diperlukan.
Sedangkan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antar
pesreta didik, maka setiap peserta didik perlu diberikan
pemahaman tentang pentingnya saling memahami, menghargai dan
saling bekerja sama antar peserta didik. Dalam tatanan yang lebih
52
ibid. hlm. 13.
29
teknis, hal tersebut bisa dilakukan melalui pembentukan kelompok
belajar yang komposisi peserta didiknya berubah ubah sesuai
materi pelajaran yang diberikan, sehingga setiap peserta didik
meiliki kesempatan yang ama untuk saling mengenal temannya.
8) Pendekatan Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok dalam manajemen kelas
memandang peran guru sebagai pencipta terbentuknya kelompok
belajar yang ada di kelas. Kelompok belajar tersebut membutuhkan
keterampilan guru untuk mmenerapkan strategi dalam menciptkan
kelompok belajar yang produktif dan efektif. Selain itu, guru perlu
mengembangkan kondisi kelompok belajar yang tetap produktif
dalam mengikuti setiap proses belajar dan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru
harus dapat mempertahankan semngat yang tinggi, mengatasi
konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.53
9) Pendekatan Elektis atau Pluralistis
Pendekatan elektis atau disebut juga pendekatan pluralistis,
yaitu pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai pendekatan
yang memiliki potensi menciptakan proses belajar-mengajar agar
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Guru memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dari penggunaanya untuk
pengelolaan kelas di sini dalah suatu set (rumpun kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara
efektif dan efisien.54
d. Fungsi manajemen kelas
Fungsi manajemen kelas sebenarnya merupakan implementasi
dari fungsi-fungsi manajemen yang diaplikasikan di dalam kelas oleh
53
Ibid. hlm. 14. 54
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm.
206.
30
guru untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secar efektif.
Berikut ini disajikan fungsi manajemen kelas sebagai berikut:
1) Fungsi Perencanaan Kelas
Merencanakan adalah membuat suatu target yang ingin
dicapai atau diraih di masa depan. Dalam kaitannya dengan kelas,
merencanakan merupakan sebuah proses untuk memikirkan dan
menetapkan secara matanag tentang arah, tujuan, tindakan, sumber
daya, sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk digunakan
guru di dalam kelas. Perencanaan kelas sangat penting bagi guru
karena berfungsi untuk:
a) Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai di dalam
kelas
b) Menetapkan aturan yang harus diikuti agar tujuan kelas dapat
tercapai dengan efektif
c) Memberikan tanggung jawab secara individu kepada peserta
didik yang ada di kelas
d) Memperhatikan serta memonitor berbagai aktivitas yang ada di
kelas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2) Fungsi Pengorganisasian Kelas
Setelah mendapat kepastian tentang arah, tujaun, tindakan,
sumber daya, sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk
digunakan, lebih lanjut lagi guru melakukan upaya
pengorganisasian agar rencana tersebut dapat berlangsung dengan
sukses. Dalam kaitannya dengan kelas, mengorganisasikan berarti:
a) Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan kelas
b) Merancang dan mengembangkan kelompok belajar yang berisi
peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi
c) Menugaskan peserta didik atau kelompok belajar dalam suatu
tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu
31
d) Mendelegasikan wewenang pengelolaan kelas kepada peserta
didik.55
3) Fungsi Kepemimpinan Kelas
Kepemimpinan efektif di ruang kelas merupakan bagian
dari tangggung jawab guru di dalam kelas. Dalam hal ini, guru
memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan membimbing peserta
didik untuk dapat melaksanakan proses belajar dan pembelajaran
yang efektif sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran. Selain
itu, guru harus mampu memberikan keteladanan yang baik bagi
peserta didik sehingga peserta didik akan mengikuti apa yang
dilakuka guru. Dalam kepemimpinan, guru perlu menjaga wibawa
dan kredibilitas, dengan tanpa mengabaikan kemampuan fleksibel
dan adaptif dengan kebutuhan peserta didik.
Tabel 2.1
4) Fungsi Pengendalian Kelas
Mengendalikan kelas bukan merupakan perkara yang
mudah, karena di dalam kelas terdapat berbagai macam peserta
didik yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kegiatan di dalam
kelas dimonitor, dicatat, dan kkemudian dievaluasi agar dapat
dideteksi apa yang kurang serta dpat direnungkan kira-kira apa
55
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 21.
Perencanaan Kelas
Pengorganisasian Kelas
Kepemimpinan Kelas
Pengendalian Kelas
Fungsi
Manajerial
dalam
Manajemen
Kelas
Efektivitas
dan
Efisiensi
Manajemen
Kelas
32
yang perlu diperbaiki. Pengendalian merupakan proses untuk
memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai denga aktivitas
yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan
beberapa elemen, yaitu:
a) Menetapkan standar penampilan kelas
b) Menyediakan alat ukur standar penampilan kelas
c) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah
ditetapkan di kelas
d) Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan-
penyimpangan yang tidak sesuai dengan tujuan kelas.56
e. Kegiatan utama manajemen kelas
Manajemen kelas merupakan proses pemberdayaan sumber
daya yang ada di dalam kelas, sehingga memberikan kontribusi dalam
pencapaian efektivitas pembelajaran. Sebagai sebuah proses, maka
dalam pelaksanaannya manajemen kelas memiliki berbagai kegiatan
yang harus dilakukan. Dalam manajemen kelas, guru melakukan
sebuah proses atau tahapan kegiatan yang mulai dari merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi, sehingga apa yang dilakukannya
merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Kegiatan
manajemen kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri
dari:
1) Pengaturan Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang melakukan aktivitas dan
kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai objek dan arena
perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka
peserta didik bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai
subyek. Artinya peserta didik bukan barang atau objek yang hanya
dikenai akan tetapi juga merupakan objek yang memiliki potensi
dan pilihan untuk bergerak.
56
Ibid, hlm. 22-23.
33
Pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian tujuan
tidak sembarang, artinya dalam hal ini fugsi guru tetap memiliki
proporsi yang besar untuk dapat membimbing., mengarahkan serta
memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan peserta didik.57
Oleh karena itu pengaturan orang atau peserta didik adalah
bagaimana mengatur dan menempatkan peserta didik dalam kelas
sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan
emosionalnya. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan
keinginannya.
2) Pengaturan Fasilitas
Aktivitas yang dilakukan guru maupun peserta didik di
dalam kelas sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik
lingkungan kelas. Oleh karena itu, ligkungan fisik kelas berupa
sarana dan prasarana kelas harus dapat mempengaruhi dan
mendukung interaksi yang terjadi diruang kelas, sehingga
harmonisasi kehidupan kelas dapat berlangsung dengan baik, dari
permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai akhir masa
belajar mengajar. Kriteria minimal yang perlu diciptakan dikelas
adalah aman, memiliki nilai estetis, bersih, sehat, dan nyaman,
selain itu adalah bahwa fasilitas yang ada di kelas dapat diatur
dengan baik sehingga dapat memiliki nilai guna yang optimal.
Pengaturan fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan
efektivitas belajar peserta didik sehingga peserta didik merasa
senang, nyaman, aman, dan belajar dengan baik. Pengaturan
peserta didik dan fasilitas kelaas dapat dilihat dalam gambar.58
Tabel 2.2
57
Ibid, hlm. 23. 58
Ibid, hlm. 24.
Kegiatan dalam
Manajemen
Kelas
34
Tim Dosen Jurusan Adapun kegiatan yang lebih terperinci yang
perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas adalah sebagai berikut:
1) Mengecek kehadiran siswa. Siswa dilihat keberadaannya satu
persatu terutama diarahkan untuk melihat kesiapannya dalam
mengikuti proses brlajar mengajar, kesiapan secara fisik terutama
mental karena dengan perhatian dari awal akan memberikan
dorongan kepada mereka untuk dapat mengikuti kegiatan dalam
kelas dengan baik.
2) Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil
pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang sudah hendakya dengan cepat
dikumpulkan dan diberikan komentar singkat sehingga rasa
penghargaan yang tinggi dapat memberikan motivasi atas kerja
yang sudah dilakukan.
3) Pendistribusian bahan dan alat. Apabila ada alat dan bahan belajar
yang harus didistribusikan maka secara adil dan proporsional setiap
siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan praktik atau
menggunakan alat dan bahan dalam proses belajarnya.
4) Mengumpulkan informasi dari siswa. Banyak informasi yang
berguna bagi guru dan bagi siswa itu sendiri yang dapat diperoleh
dari siswa baik yang berupa informasi tentang pribadi siswa
Pengaturan Peserta Didik
(Kondisi Emosional)
Tingkah laku
Kedisiplinan
Minat/perhatian
Gairah belajar
Dinamika kelompok
Pengaturan Fasilitas
(Kondisi Fisik)
Ventilasi
Pencahayaan
Kenyamanan
Letak duduk
Penempatan peserta didik
35
maupun berkaitan dengan pekerjan-pekerjaan siswa yang sudah
harus dikerjakan.
5) Mencatat data. Data-data dari siswa baik secara perorangan
maupun kelompok yang menyangkut individu maupun pekerjaan
sangat penting untuk dicatat karena akan mendukung guru dalam
memberikan evaluasi akhir terhadap hasil pekerjaan siswa.
6) Pemeliharaan arsip. Arsip-arsip tentang kegiatan dalam kelas
disimpan dan ditata dengan rapih dan dipelihara sebagai tanggung
jawab bersama sehingga dapat memberikan informasi baik bagi
guru maupun siswa.
7) Menyampaikan materi pelajaran. Tugas utama guru adalah
memberikan informasi tentang bahan belajar yang harus dilakukan
siswa dengan teratur dan dapat menggunakan berbagai media dan
informasi yang ada dalam kelas.
8) Memberikan tugas/PR. Penugasan adalah proses memberikan
tanggung jawab kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara
mandiri dan dapat mengevaluasi kemampuan secara mandiri.59
f. Faktor-faktor dalam manajemen kelas
Keberhasilan manajemen kelas dalam memberikan dukungan
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain:
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:60
a) Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
59
Diding Nurdin¸Pengelolaan Pendidikan dan Teori Menuju Implementasi, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 240.
60
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 28.
36
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua peseta
didik bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, dan saling
mengganggu pada saat melaksanakan aktivitas belajar. Besarnya
ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah peserta
didik yang melakukan kegiatan, jika ruangan tersebut
mempergunakan hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai
nilai pendidikan.
b) Pengaturan Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengn demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk
akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
c) Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit
mengatur karena sudah ada) adalah asset penting untuk terciptanya
suasana belajar yang nyaman oleh karena itu, ventilasi harus cukup
menjamin kesehatan peserta didik.
d) Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus
yang mudah dicapai kalau segara diperlukan dan akan diperlukan
bagi kepentingan belajar. Barang-batang yang karena nilai
praktisnya tinggi dan daoat disimpan di ruang kelas seperti buku
pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya,
hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan peserta didik.61
2) Kondisi Sosio-Emosional
a) Tipe Kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai
suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan
61
Ibid, hlm. 29.
37
kepemimpinannya dengan demokratis, otoriteratau adaftif.
Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik.
b) Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang
melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap
bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta
didik akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci,
bencilah tingah lakunya, bukan membenci peserta didiknya.
Terimalah peserta didik dengan hangat sehingga ia insyaf akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan kondisi
yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya sehingga
ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
c) Suara Guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang
melingking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah
sehingga tidak terdengar oleh peserta didik akan mengakibatkan
suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran
cenderung tidak diperhatikan.62
d) Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan baik antara guru dan peserta didik
dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting.
Dengan terciptanya hubungan bak guru-peserta didik diharapkan
peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
3) Kondisi Organisasional
Secara umum faktor kondisi organisasional yang mempengaruhi
pengelolaan kelas dibagi dua golongan, yaitu:
a) Faktor Internal Peserta didik
62
Ibid, hlm. 30.
38
Berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-masing,
menyebabkan peserta didik berbeda dari peserta didik yang lainnya
secara individual. perbedaan secara individual ini dilihat dari segi
aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.63
b) Faktor Eksternal Peserta didik
Berkaitan dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah
peserta didik dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik akan
mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di
dalam kelas, akan cenderung lebih mudah munculnya konflik yang
menyebabkan ketidaknyamanan, begitupun sebaliknya.64
g. Komponen-Komponen Ketrampilan Manajemen Kelas
Komponen-komponen ketrampilan manajemen kelas pada
umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan
dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal. Masing-masing
dijelaskan sebagai berikut:
1) Ketrampilan Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi Belajar
a) Menunjukkan Sikap Tanggap
Guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku
yang muncul dari peserta didik dan memberikan berbagai
tanggapan secara proporsional terhadap perilaku tersebut, dengan
maksud tidak menyudutkan kondisi peserta didik, perasaan
tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik.
b) Membagi Perhatian
Kelas diisi oleh peserta didik yang bervariasi, akan tetapi
sejumlah peserta didik memiliki keterbatasan tertentu yang
63
Ibid, hlm. 31.
64
Ibid, hlm. 32.
39
membutuhkan perhatian khusus dari guru. Namun demikian,
perhatian guru tidak hanya berfokus pada satu peserta didik atau
satu kelompok tertentu saja yang dapat menimbulkan
kecemburuan, perhatian guru harus terbagi dengan merata kepada
setiap peserta didik yang ada di dalam kelas.
c) Memusatkan Perhatian Kelompok
Munculnya kelompok informasi di kelas, atau
pengelompokan karena disengaja oleh guru dalam kepentingan
pembelajaran membutuhkan kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan perilakunya, terutama ketika kelompok perhatiannya
harus terpusat pada tugas yang harus diselesaikan.
d) Memberikan Petunjuk dengan Jelas
Untuk mengarahkan kelompok pada pusat perhatian seperti
dijelaskna sebelumnya, serta untuk memudahkan peserta didik
menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya, maka tugas guru
adalah menyampaikan stiap pelaksanaan tugas-tugas tersebut
sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan peserta
didik secara bertahap dan jelas.
e) Mengatur
Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan yang terbangun
baik antar peserta didik, maupun antara guru dengan peserta didik.
Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks
pembelajaran,sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus
mampu memberikan teguran yang sesuai dengan beban
permasalahan yang terjadi serta menyesuaikan dengan tugas dan
perkembangan peserta didi. Teguran yang disampaikan guru
kepada peserta didik tidak memberikan efek penyerta yang dapat
menimbulkan ketakutan bagi peserta didik, namun memberikan
kesadaran kepada peserta didik tentang masalah yang terjadi.
f) Memberikan Penguatan
40
Penguatan merupakan upaya yang diarahkan guru agar
prestasi dan perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh peserta
didik atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan
kepada peserta didik lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat
berupa pemberian hadiah (reward) yang bersifat moril maupun
metriil namun tidak berlebihan.65
2) Ketrampilan Pengendalian Kondisi Belajar
a) Memodifikasi Tingkah Laku
Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-
bentuk tingkah laku ke dalam tuntutan kegiatan pembelajaran
sehingga tidak muncul prototype pada diri peserta didik tentang
peniruan perilaku yang kurang baik.
b) Pengelolaan Kelompok
Kelompok belajar dikelas merupakan bagian dari
pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh
guru. Kelompok juga bisa muncul secara informal seperti teman
bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan lain-lain.
Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian tujuan
pembelajaran, maka kelompk yang ada di kelas itu harus di kelola
dengan baik oleh guru.
c) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang
Menimbulkan Masalah
Permasalahan memiliki sifat akan selalu ada (perennial)
dan memberikan efek berkelanjutan (nurturan effect), oleh karena
itu permasalahan akan muncul di dalam kelas, yang berkaitan
dengan interaksi dan akan diikuti oleh dampak pengiring yang
beasar bila tidak diselesaikan secepatnya. Guru harus dapat
mendeteksi permasalahan yeng muncul serta secepatnya mempu
65
Euis Karwati. Donni Juni Priansa, op.cit, hlm. 33.
41
mengambil langkah-langkah penyelesaian, sehingga permasalahan
akan cepat teratasi.66
3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Sabilul Ulum
a. Pengertian pembelajaran
Istilah “pembelajaran” (instruction) itu menunjukkan pada
usaha siswa mempelajarai bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan
guru.67
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi dan aliran
holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala
sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak,
program televisi, gambar, audio, sehingga semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, dari gruru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai
fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan
Gagne bahwa:
“Instruction is a set of event that effect learners in such a way
that learning is facilitated”.
Karenanya, menurutnya mengajar atau teaching merupakan
bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih
ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen
berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.68
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori,
kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal
inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondidi
66
Ibid, hlm. 34. 67
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008,
hlm. 216. 68
Hamruni, Strategi Pembelajaran, Insan Madani, Yogyakarta, 2012, hlm. 43.
42
ininjuga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar
merupakan proses alamiah setiap orang. Wenger mengatakan bahwa:
“Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain.
pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan
oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di
mana saja dan pada level yang berbeda-beda secara individual,
kolektif, ataupun sosial”.69
Saylor dalam Mulyasa mengatakan bahwa:
“Istruction is thus the implementation of curriculum plan,
usually, bur not necessarily, involving teaching in the tense of
student, teacher interaction in an educational setting”.70
Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan
diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku
khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang
hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.71
Kesimpulan dari definisi pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal
ini pembelajaran dilakukan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar dan memperoleh hasil optimal
seperti dalam perubahan perilaku.72
Dalam istilah pembelajaran, siswa diposisikan sebagai subjek
belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting
prose belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh,
69
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2014, hlm. 2. 70
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2014, hlm. 100. 71
Wina Sanjaya, op.cit, hlm. 215. 72
Nini Subini, Psikologi Pembelajaran,Mentari Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 8.
43
bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan
demikian, kalau dalam istilah pengajaran atau teaching menempatkan
guru sebagai pamern utama dalam memberikan informasi, maka dalam
instruction guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage
berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.73
b. Pengertian Al-Qur’an Hadits
Ditinjau dari segi bahasa, secara umum dikettahui bahwa kata
al-qur‟an (القرآى) berasal dari kata qara‟a (قرأ) yang bersinonim dengan
kata al-jam‟u (الجوع) dan al-dlammu ( yang berarti (الضن
mengumpulkan atau kumpulan. Maka menurut Manna‟ Qathan, kata
qur‟an pada dasarnya bisa diartikan sebagai mengumpulkan huruf-
huruf dan kata-kata (alfadh) dalam suatu bacaan secara baik.74
Menurut Al-Lihyani lafadz al-Qur‟an ditulis dengan hurf hamzah di
tengahnya berdasarkan pola kata gufron dan merupakan pecahan
(Musytaq). Lafadz al-Qur‟an digunakan untuk menamai sesuatu yang
dibaca, yakni objek, dalam bentuk mashdar. Dari pendapat tersebut
sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:
وق رءان ن جع علي (٧١)إ ف تبع ق رءا ن (٧١)فإذا ق رأ ن “Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab
mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada
lidahmu). Maka apabila Kami telah menyempurnakan
bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka
bacalah menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17-18).75
Menurut makna yang terkandung dari ayat diatas Qur‟an itu
diartikan sebagai bacaan, yakni kalam Allah yang dibaca dengan
berulang-ulang. Ayat-ayat tadi juga menjadi dalil bahwa kata Al-
Qur‟an itu sendiri adalah kalam Allah.
Adapun definisi Al-Qur‟an secara istilah (terminologi),
menurut Ali Ash-shabuni al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai
73
Hamruni, op.cit, hlm. 44. 74
M. Syakur Sf, „Ulum Al-Qur‟an, FAI Universitas Wahid Hasyim, Semarang, 2001, hlm.
1. 75
Nur kHolis, Pengantar Studi Al-Qur‟an Dan Hadits, TERAS, Yogyakarta, 2008, hlm. 24.
44
mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi terakhir (Khatam al-anbiya‟)
dengan perantara malaikat jibril as. yang tertulis pada mushhaf,
diriwayatkan secara mutawatir, dan bacaannya termasuk ibadah, yang
diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.76
Menurut Safi‟ Hasan Abu Thalib al-Qur‟an adalah wahyu yang
diturunkan dengan lafadz Bahasa Arab dan maknannya dari Allah
SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, ia merupakan dasar dan sumber utama bagi syari‟at. Seperti
firman Allah SWT:
ل ق رءنن عربين لعلكم ت ع انن ان زل“Sesungguhnya telah diturunkannya berupa Al-Qur‟an
dengan bebahasa Arab, agar kamu memahaminya”. (Q.S.
Yusuf : 2).77
Sedangkan menurut Zakaria al-Birri yang dikutip oleh Nur
Kholis, al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT , yang diturunkan kepada
Rosul-Nya Muhammad SAW dengan lafadz bahasa Arab dinukil
secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf. Al-
Ghazali menjelaskan al-Qur‟an adalah firman Allah SWT. Dari ketiga
definisi di atas, pada dasarnya mengacu pada maksud yang sama.
Definisi pertama dan kedua sama-sama menyebut bahwa al-Qur‟an
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun bedanya dengan definisi
kedua lebih menegaskan bahwa al-Qur‟an dinukil secara mutawatir.
Adapun definisi ketiga, yang dikemukakan oleh al-Ghazali ternyata
hanya menyebutkan bahwa al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT,
aka tetapi al-Ghazali dalam uraian selanjutnya menyebutkan bahwa al-
76
M. Syakur Sf, op.cit, hlm 6.
77
Nur Kholis, op.cit, hlm. 24
45
Qur‟an bukanlah perkataan Rosulullah, beliau hanya berfungsi sebagai
orang yang menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT.78
Drs. H. Basrah Lubis yang dikutip oleh Nur Kholis
menyatakan bahwa al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril as. dan
sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Paara ahli kalam member
batasan al-Qur‟an dengan menyatakan bahwa al-Qur‟an adalah kalam
azali yang menetap pada zat Allah yang sebantiasa bergerak (tak
pernah diam) dan tak pernah ditimpa musibah. Sedangkan menurut
ikhtisar penulis, al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai rosul terakhir di akhir zaman (ada
yang) melalui malaikat jibril as. yang dalam bentuknya sekarang
termaktub dengan jelas dalam Mushhaf „Usmani dengan menggunakan
bahasa Arab, keseluruhannya merupakan mu‟jizat, yang sampai pada
kita selaku umatnya dengan jalan mutawatir, jika dibaca maka
bacaannya dinilai ibadah, baik alam shalat maupun lainnya, dan
dihukum kafir orang yang mengingkarinya. Dengan demikian secara
sederhana apat dirumuskan bahwa cirri al-Qur‟an adalah kalam Allah
(للا كالم) , diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ( دعلىالونزل هحو ),
dengan (tidak semua) perantara malaikat jibril (جبريل ,(واسطت
menggunakan (sesuai) bahasa Arab ( عربيلواى ), merupakan mu‟jjizat
) bacaannya bernilai ibadah ,(الوعجزة) بتالوتهالوتعبد ) dan berdasarkan
riwayat mutawatir (الوتوتراة).79
Dengan memerrhatikan beberapa definisi di atas maka kita
pun telah sampai pada pemahaman bahwa kalam Allah yang
diturunkan kepada para nabi selain Nabi Muhammad SAW tidak dapat
disebut sebagai al-Qur;an. Begitu pula firman (kalam) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW tetapi membacanya tidak termasuk
78
Ibid, hlm. 25.
79
Ibid, hlm. 7.
46
kategori ibadah adalah bukan al-Qur‟an, tetapi hanya disebut dengan
Hadits Qudsi.
Menurut Ibn Manzhur, hadits berasal dari bahasa Arab, yaitu
dari kata al-hadits, jamaknya: al-ahadits dan al-hudtsan. Secara
etimologis, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya: aljadid (yang
baru), lawan dari al-qadim (yang lama), dan al-khabar, yang berarti
kabar atau berita. Penjelasan Ibn Manzhur ini dinyatakan pula oleh
Mahmud Yunus, yang menyatakan bahwa kata al-hadits sekurang-
kurangnya mempunyai dua pengertian: jadid (baru), lawan kata qadim,
amaknya hidats dan hudatsa; khabar, berita atau riwayat, jamaknya
ahadits, hidtsan, dan hudtsan.
Secara terminologis, hadits dirumuskan dalam pengertian
yang berbeda-beda diantara para ulama. Perbedaan-perbedaan
pandangan itu lebih disebabkan oleh terbatas dan luasnya objek
tinjauan masing-masing yang tentu saja mengandung kecenderungan
pada aliran ilmu yang didalamnya. Ulama hadits mendefinisikan hadits
sebagai segala sesuatu yang diberritakan dari Nabi SAW, baik berupa
sabda perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Menurut
istilah ahli ushul fiqh, pengertian hadits ialah:80
ل ل من صدر عن اليب صلى الل علي و . رأ ر ال م غي “Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW, selain Al-Qur‟an Al-Karim, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir Nabi yan bersangkutpaut dengan
hukum syara”.
Adapun menurut istilah para fuqaha, hadits adalah segala sesuatu yang
ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut paut dengan maslah-
masalah faedhu atau wajib.
Apabila ditinjau dari segi bentuknya, Ibn As-Subki
menyatakan hadits addalah segala sabda dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Ibn As-Subki tidak memasukan taqrir Nabi sebagi
80
Badri Khaeruman, Ulum Al-Hadits, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 60.
47
bagian dari rumusan definisi hadits. Alasannya, taqrir telah tercakup
dalam af‟al, yakni segala perbuatan. Apabila kata taqrir dinyatakan
secar eksplisit, rumusan definisi akan menjadi ghair mani‟, yakni tidak
terhindar dari sesuatu yang tidak didefinisikan.81
Oleh Karena itu, definisi hadits yang dikemukakan oleh ahli
ushul yang hanya mencakup aspek hukum dari beberapa aspek hal
ihwal Nabi SAW, penggunaanya terbatas dalam lingkup pemvicaraan
tentang hadits sebagai sumber tasyri‟. Adapun definisi yang
dikemukakan oleh ahli hadits mencakup hal-hal yang bersifat lebih
luas.82
Jadi dari pengertian Al-Qur‟an dan Hadits di atas dapat
disimpilkan mengenai pengertian atau maksud dari mata pelajaran Al-
Qur‟an Hadits menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan
penanaman nilai-nilai Al-Qur‟an dan Hadits pada peserta didik sebagai
petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa studi penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang relevan dengan peneliti ini, diantaranya yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan oleh Asep Aristiwibowo tahun 2012 yang
berjudul “Efektivitas Manajemen Pengelolaan Kelas Dalam Upaya
Mencapai KKM Mata Pelajaran SKI Pelajaran SKI Kelas VII Di
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Muslimin Undaan Kidul Undaan
Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012”., menjelaskan mengenai
manajemen kelas yang terjadi pada proses pembelajaran yang lebih
dikhususkan pada mata pelajaran SKI di kelas VII, dan pada penelitian
ini juga diharapkan mengetahui efektivitas manajemen kelas yang
81
Ibid, hlm. 61.
82
Ibid, hlm. 64.
48
terjadi di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Muslimin Undaan Kidul
Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.83
2. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Arif Mustofa tahun 2011
yang berjudul “Manajemen Sekolah Dalam Pelaksanaan Kurikulum
KTSP (Studi Kasus Di MTs Asy‟ariyyah Tajungsari Tlogowungu
Pati”., menjelaskan manajemen sekolah dalam melaksanakan
kurikulum KTSP, kemudian juga mengetahui proses manajemen
sekolah di MTs Asy‟ariyyah Tajungsari Tlogowungu Pati. Pada
penelitian ini juga mengharapkan mengetahui faktor-faktor yang
menjadi pendukung maupun penghambat dalam melaksanakan
kurikulum KTSP.84
Dari penelitian sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan
dengan judul yang ditulis oleh peneliti, dari judul tersebut memliki
persamaan pada jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah
penelitian kualitatif kemudian dalam pengolahan datanya sama-sama
menggunakan analisis data deskriptif serta pembahasan penelitian yang
pertama ada kesamaan mengenai manajemen kelas dalam proses
pembelajaran. Sedangkan perbedaan yang terapat dari judul
sebelumnya dengan judul peneliti terdapat pada fokus penelitian
terdahulu tersebut yang pertama di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul
Muslimin Undaan Kidul Undaan Kudus, sementara Fokus penelitian
ini adalah tentang manajemen kelas dalam pembelajaran yang
diadakan di MA Sabilul Ulum Desa Mayonglor Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara dan memfokuskan pada proses pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kajian yang akan
dibahas dalam penelitian ini yang kedua proses manajemen kelas pada
pembelajaran mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits yang mana bertujuan
83
Asep Aristiwibowo, Skripsi Efektivitas Manajemen Pengelolaan Kelas Dalam Upaya
Mencapai KKM Mata Pelajaran SKI Pelajaran SKI Kelas VII Di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul
Muslimin Undaan Kidul Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012, STAIN Kudus, Kudus, 2012. 84
Muhammad Arif Mustofa, Skripsi Manajemen Sekolah Dalam Pelaksanaan Kurikulum
KTSP (Studi Kasus Di MTs Asy‟ariyyah Tajungsari Tlogowungu Pati, STAIN Kudus, Kudus, 2011.
49
untuk meningkatkan hasil beajar siswa. Dan ini berbeda dengan
penelitian terdahulu yang kedua yang membahas manajemen sekolah
dalam merealisasikan kurikulum KTSP.
C. Kerangka Berfikir
Proses penyampaikan suatu materi pembelajaran perlu adanya
manajemen kelas, agar pembelajaran dapat berjalan sesuai yang
diharapkan, serta mampu mengembangkan hasil belajar. Guru berusaha
untuk mengatur agar proses pembelajaran dapat berjalan secara sistematis.
Usaha itu mengarah pada persiapan belajar, penyiapan sarana dan alat
peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses
pembelajaran, dan pengaturan waktu, sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.
Guru harus mampu melaksanakan kelas agar apa yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran dapat terealisasikan sesuai
dengan yang telah direncanakan. Dan dengan adanya manajemen kelas
pada proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Al-Qur‟an ini
diharapkan mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan manajemen kelas khususnya pada mata
pelajaran Al-Qur‟an Hadits guru tidak hanya bisa mengandalkan
kemampuan secara pribadi saja, meskipun seorang guru harus mempunyai
kemampuan yang istimewa supaya mampu memaksimalkan manajemen
kelas. Selain guru, peserta didik juga ikut andil dalam keberhasilan
manajemen kelas karena peserta didik jika mampu mengikuti alur yang
diberikan oleh seorang guru itu akan menuntun kepada sebuah
keberhasilan dalam manajemen kelas, jika sebaliknya peserta didik kontra
atau tidak menginginkan sesuai alur guru, bisa ditebak manajemen
kelasnya tidak berhasil dan belum sesuai dengan harapan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Komponen yang lain juga ikut andil dalam
penentuan keberhasilan manajemen kelas selain ada guru dan peserta
didik, ada juga lingkungan kelas dan fisik kelas.