BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran...

33
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Salah satu ciri dari Kurikulum 2013 yakni menggunakan pembelajaran tematik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMP dan KPMP (2013) “pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Prastowo (2013: 117) “model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna pada siswa. Nuansa pembelajaran tematik selaras dengan tahap perkembangan siswa sehingga memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi secara utuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutari (2012) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu berbasis tematik dapat membantu meningkatkan hasil belajar membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik

Salah satu ciri dari Kurikulum 2013 yakni menggunakan pembelajaran

tematik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMP dan KPMP

(2013) “pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan

prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema

sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sesuai dengan karakteristik

peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah

dikuasainya”. Prastowo (2013: 117) “model pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Model

pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi

pengalaman bermakna pada siswa”.

Nuansa pembelajaran tematik selaras dengan tahap perkembangan

siswa sehingga memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi secara utuh.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutari (2012) yang menyimpulkan

bahwa “penggunaan model pembelajaran terpadu berbasis tematik dapat

membantu meningkatkan hasil belajar membaca, menulis dan berhitung”.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

9

B. Pembelajaran Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 terdiri dari dua proses pembelajaran yakni

pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Menurut

Permendikbud No.81 A (2013: 4) “proses pembelajaran langsung adalah

proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan,

kemampuan berpikir dan ketrampilan psikomotorik melalui interaksi

langsung...”. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang

menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.

Menurut Permendikbud No 81 A (2013: 4) “pembelajaran tidak

langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran

langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus”. Pembelajaran tidak

langsung berkaitan dengan nilai dan sikap yang menyangkut KD yang

dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Penentuan kompetensi ini mengacu pada

teori tentang taksonomi yang dikelompokan dalam tiga ranah, yakni ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Penjelasan ini secara umum dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Taksonomi pengetahuan, sikap dan ketrampilan

Pada kurikulum 2013

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

Mencipta

(Fadlillah, 2014: 178)

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

10

C. Pendekatan Saintifik

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) proses pembelajaran

dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini

sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan dan

pengetahuan peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013)

memaparkan kriteria pembelajaran berbasis ilmiah :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas

dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

materi pembelajaran.

4. Mendorong dan mengispirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi

pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

11

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya.

8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non

ilmiah.

Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Kementrian

Pendidikan Nasional (2013) didasarkan pada penekanan proses pembelajaran

menyentuh tiga ranah yaitu sikap „peserta didik tahu mengapa‟, pengetahuan

„peserta didik tahu apa‟, dan ketrampilan „peserta didik tahu bagaimana‟

sehingga, menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi.

Bagan 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Scientific

Pendekatan Scientific mencakup tiga ranah yakni sikap, keterampilan

dan pengetahuan. Ranah sikap memuat materi ajar agar peserta didik tahu

mengapa sesuatu yang ia pelajari dapat terjadi, ranah keterampilan memuat

materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, sedangkan ranah pengetahuan

memuat materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya berupa peserta

Sikap (Tahu Mengapa)

Ketrampilan (Tahu

Bagaimana)

Produktif Inovatif Kreatif Afektif

Pengetahuan (Tahu Apa)

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

12

didik yang memiliki kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan dan

keterampilan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan untuk menjadi manusia yang baik, cakap dan

memiliki pengetahuan yang baik. Sejalan dengan eksperimen yang dilakukan

oleh Permata (2014) bahwa “pendekatan saintifik dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis”.

Marjan, Arnyana, dan Setiawan (2014) menyatakan “berdasarkan hasil

penelitan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik

lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil

belajar biologi dan keterampilan proses sains”. Penelitian serupa juga

dilakukan oleh Mahzum (111: 2014) hasil penelitian menyatakan bahwa

“aplikasi pendekatan pembelajaran saintifik metode inquiry based learning

dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

“Pendekatan Scientific dalam pembelajaran dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua

mata pelajaran” (Kementrian Pendidikan Nasional, 2013)

Bagan 2.2 Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran

Bagan di atas merupakan langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Scientific, dimana unsur tersebut tidak harus

Observing (Mengamati)

Questioning (Menanya)

Mengumpulkan Informasi

Mengasisiasian/ mengolah

informasi

Mengkomunikasikan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

13

dilakukan secara runtut. Abdullah (2014: 53) menyatakan “tahapan aktivitas

belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan

melalui prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan

yang hendak dipelajari”.

Berikut ini uraian kegiatan pembelajaran serta kompetensi yang harus

dikembangkan pada setiap unsur pembelajaran scientific :

1. Melakukan Pengamatan atau Observasi

Abdullah (2014: 54) “observasi adalah menggunakan panca indra

untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk

mengetahui karakteristiknya, misalnya : warna, bentuk, suhu, volume,

berat, bau, suara, dan teksturnya”. Menurut Kementrian Pendidikan

Nasional (2013) “kegiatan belajarnya berupa melihat, membaca,

mendengar, menyimak baik menggunakan alat maupun tidak. Kompetensi

yang dikembangkan pada kegiatan ini berupa melatih kesungguhan,

ketelitian, serta mencari informasi”.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengamatan dapat dilakukan

secara maksimal jika guru memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan

panca indranya, sehingga menitikberatkan pada kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningful learning). Ketika guru menyajikan media

sebagai objek nyata, maka peserta didik senang, tertantang, dan mudah

melakukan kegiatan pengamatan. “tentu saja kegiatan mengamati dalam

rangka pembelajaran memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

14

biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan

mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran”. (Kemendikbud, 2013)

Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik untuk menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek

yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Menurut Kemendikbud (2013) Pengamatan dibagi dalam beberapa

jenis sebagai berikut :

a. Observasi biasa (Common Observation).

Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi

(complete observer) dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan

pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

b. Observasi terkendali (Controlled Observation).

Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek,

atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek

yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.

c. Observasi partisipatif (Participant observation).

Peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek

yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik

melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati.

Setiap pengamatan tentu harus melibatkan peserta didik baik secara

langsung maupun tidak langsung. Jenis pengamatan/observasi yang

digunakan tergantung pada materi dan kompetensi yang akan dikuasai.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

15

“Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis

suatu permasalahan atau fenomena”. (Abdullah, 2014: 57)

2. Menanya

Kegiatan menanya menurut Kemendikbud (2013) “mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati

atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang

diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang

bersifat hipotetik”. Kegiatan menanya dapat dilakukan baik oleh guru

maupun siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan

keingintahuan siswa. Abdullah (2014: 57) mengungkapkan “siswa perlu

dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan

dipelajari”.

“Siswa pada pendidikan dasar perlu dibimbing dalam menganalisis

permasalahan yang dihadapi dengan melatih mereka mengajukan

pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini dilakukan dalam diskusi

kelompok kecil dengan menerapkan metode curah pendapat

(brainstorming) dalam mengumpulkan ide yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan permasalahan” (Abdullah,2014: 60).

Menurut Abdullah (2014: 62) “kegiatan bertanya dapat dilakukan

di kelas atau di luar kelas. Pada pembelajaran di sekolah dasar, siswa perlu

diminta untuk bertanya pada orang tua dirumah atau kerabatnya”.

Kegiatan mengajukan pertanyaan dapat mengembangkan kompetensi

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

16

peserta didik kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan dengan kritis.

Saat guru bertanya, pada saat itu pula secara tidak langsung guru

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika

guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, maka ketika itu pula dia

mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar

yang baik.

3. Melakukan Eksperimen/ Mengumpulkan Informasi

Menurut Abdullah (2014: 62) “belajar dengan menggunakan

pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas

menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan”.

Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa melakukan eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian,

aktivitas, wawancara dengan narasumber”.

Kegiatan mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai

aktivitas ilmiah dapat mengembangkan kompetensi berupa sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara

yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

4. Menalar/ Mengasosiasikan/ Mengolah

Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa mengolah

informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

17

mengumpulkan informasi”. Menurut Abdullah (2014: 66) “kemampuan

mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan

kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang

diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses

untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya,

menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai

kesimpulan dari pola yang ditemukan”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

mengolah informasi diperoleh dari kegiatan mengamati dan

mengumpulkan data. Mengolah informasi membutuhkan penalaran dan

berpikir rasional yang secara langsung mampu mengembangkan

kompetensi berupa pengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,

kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir

induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengembangkan Jaringan dan Mengkomunikasikan

Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa menyampaikan

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,

tertulis, atau media lainnya”. Abdullah (2014: 71) “kemampuan untuk

membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena

kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, ketrampilan

dan pengalaman”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

mengkomunikasikan dan mengembangkan hubungan antar konsep dapat

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

18

mengembangkan kompetensi berupa sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis, mengumngkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik

dan benar.

Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Menggunakan

Elemen Pendekatan Saintifik

Elemen Pembelajaran

Saintifik Kegiatan Belajar

Observasi/ Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau

dengan alat)

Mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku,

majalah, internet, wawancara atau kegiatan mengamati.

Menanya Mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan

data dan informasi yang dikumpulkan.

Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang

diamati(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke

pertanyaan bersifat hipotetik)

Mencoba/

mengumpulkan

informasi/ eksperimen

Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku

teks, mengamati kejadian.

Membuat hipotesis dan merancang eksperimen untuk

menguji hipotesis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan

adalah : merumuskan hipotesis, membuat rancangan

percobaan, melakukan percobaan sesuai rancangan,

mengumpulkan data dengan pengamatan atau melakukan

pengukuran parameter atau variabel yang ditetapkan dalam

hipotesis.

Menalar Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan

percobaan harus dianalisis dengan melakukan penalaran.

Peserta didik perlu menalar dengan proses sebagai berikut :

Melihat hubungan antar variabel

Mengamati pola

Melakukan analisis, sintesis atas hubungan dan pola yang

diamati

Melakukan pengujian hipotesis berdasarkan analisis data

hasil percobaan.

Networking/

Komunikasi

Jaringan dikembangkan oleh peserta didik ketika melakukan

investigasi. Kemampuan komunikasi dan keterampilan

interpersonal sangat dibutuhkan dalam membangun jaringan.

Peserta didik juga dapat melatih kemampuan komunikasi

ketika menyampaikan informasi yang ditemukan baik

melalui tulisan atau yang disampaikan secara lisan di depan

kelas.

Sumber : Abdullah (2014: 77) dan Permendikbud No. 81 A

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

19

D. Definisi Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171) “bahan ajar adalah segala

bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas”. Menurut Pusat Kurikulum (2008: 7)

“bahan ajar dapat dimaknai sebagai bentuk pengemasan, pemaparan,

penjelasan tentang pengetahuan, pengalaman dan ilustrasi fakta secara

sistematis dan logis yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran”.

National Center for Vocational Education Research Ltd/ National

Center for Competency Based Training (Departemen Pendidikan

Nasional,2008: 8) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan

untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak

tertulis”. Hernawan, dkk (www.file.upi.edu) mengemukakan “bahan

Pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi atau

substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta

menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam

kegiatan pembelajaran”.

Sungkono dkk. dalam Hermawan, dkk (www.file.upi.edu) “bahan

pembelajaran adalah seperangkat bahan yang memuat materi atau isi

pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Menurut

Akbar (2013: 33) “buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai

rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah :

1) sumber materi ajar; 2) menjadi referensi buku untuk mata pelajaran

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

20

tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk

pembelajaran”.

Berdasarkan uraian definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bahan ajar (learning materials) adalah seperangkat materi yang disusun

secara sistematis, sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi secara utuh dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar

tersebut memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta,

konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai

disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran.

E. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2008: 11), Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171)

dan Prastowo (2013: 302) terdapat empat poin yang menjadi tujuan

penyusunan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut :

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkann kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang

sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta

didik;

2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di

samping buku teks yang terkadang sulit diperoleh;

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan

siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

21

F. Macam-macam Bahan Ajar

Trianto dalam Prastowo (2014: 145) berdasarkan bentuk kegiatan

pembelajarannya, maka bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis :

“pertama, bahan ajar untuk pengajar sebagai fasilitator dan siswa

belajar sendiri; kedua, bahan ajar untuk pengajar sebagai sumber

tunggal dan siswa belajar darinya; ketiga, bahan ajar untuk pengajar

sebagai penyaji bahan ajar yang dipilihnya atau dikembangkannya”.

Pengembangan bahan ajar yang disusun termasuk dalam kategori bahan

ajar yang dapat digunakan oleh pengajar sebagai penyaji. Daryanto dan

Dwicahyono (2014:173) macam-macam bahan ajar adalah sebagai berikut :

1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, dan non cetak (non printed) seperti model/market.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti

CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia

pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning

materials).

G. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pusat Kurikulum (2008: 6) terdapat beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip

tersebut meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

22

1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada

hubungannya dengan pencapaian dengan pencapaian standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan

dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran

yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2. Prinsip konsistensi artinya keajegan

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,

maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoprasian

bilangan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

3. Prinsip kecukupan

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam

membantu siswa menguasai materi kompetensi dasar yang diajarkan.

Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika

terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang

waktu dan tenaga.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 12) dan

Prastowo (2013: 314) pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan

prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah :

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

23

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret

untuk memahami yang abstrak.

Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila

penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu

yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep

pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang

terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka

untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

Pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu

konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-

ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Pengulangan dalam

penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi

sehingga tidak membosankan.

3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman

siswa.

Seringkali kita menganggap remeh dengan memberikan respon

yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan

oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa.

Perkataan seorang guru seperti ‟ya benar‟ atau ‚‟ya kamu pintar‟ atau,‟itu

benar, namun akan lebih baik kalau begini...‟ akan menimbulkan

kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan

sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon negatif akan mematahkan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

24

semangat siswa. Oleh karena itu, jangan lupa berikan umpan balik yang

positif terhadap hasil kerja siswa.

4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar.

Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih

berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam

melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar

siswa mau belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan

motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan,

menjelaskan tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan

sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain sebagainya.

5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu.

Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan

untuk mencapai suatu kompetensi inti yang tinggi. Oleh karena itu, guru

perlu menyusun tujuan pembelajaran dengan tepat dan sesuai dengan

karakteristik siswa. Tahapan yang harus dilalui siswa tersebut dirumuskan

dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

mencapai tujuan.

Guru harus memberitahukan kepada peserta didik tujuan akhir

pembelajaran yang hendak dicapai, bagaimana cara mencapainya dan

memberitahukan pula kemampuan yang sudah dikuasai, sehingga setiap

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

25

peserta didik akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri,

namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu

yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

Menurut Akbar (2013: 34) terdapat delapan ciri-ciri buku ajar yang baik

adalah sebagai berikut :

1. Akurat (Akurasi)

Keakuratan antara lain dapat dilihat dari aspek kecermatan

penyajian, benar memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip

pendapat pakar. Akurasi dapat pula dilihat dari dan teori dengan

perkembangan mutakhir dan pendekatan keilmuan yang bersangkutan.

2. Sesuai (Relevansi)

Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang

harus dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan

kompetensi pembaca. Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya

relevansi materi, tugas, contoh penjelasan, latihan dan soal, kelengkapan

uraian, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca

sesuai tingkat perkembangan pembacanya.

3. Komunikatif

Komunikatif artinya isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis,

jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa. Agar komunikatif,

menurut Degeng angaplah anda sedang mengajar melalui tulisan. Bahasa

yang anda gunakan tidak sangat formal, melainkan setengah lisan.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

26

4. Lengkap dan Sistematis

Buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai

pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi

kehidupan pembaca, menyajikan daftar isi dan menyajikan daftar pustaka.

Uraian materinya sistematis, mengikuti alur pikir dari sederhana ke

kompleks, dari lokal ke global.

5. Berorientasi pada Student Centered

Pendidikan dengan kurikulum yang cenderung konstruktivis

membutuhkan buku ajar yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa,

terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa

membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa belajar secara

berkelompok dan menggantikan siswa mengamalkan isi bacaan.

6. Berpihak pada Ideologi Bangsa dan Negara

Keperluan pendidikan Indonesia, buku ajar yang baik adalah buku

ajar harus mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa;

mendukung nilai kemanusiaan; mendukung kesadaran akan kemajemukan

masyarakat; mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme; mendukung

tumbuhnya kesadaran hukum dan mendukung cara berpikir logis.

7. Kaidah Bahasa Benar

Buku ajar ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat

yang tepat.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

27

8. Terbaca

Buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang

kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca, panjang

alineanya sesuai pemahaman pembaca.

H. Bahan Ajar Tematik

Prastowo (2013: 297) “bahan ajar tematik adalah bahan ajar yang

mengandung karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu

mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik”. Secara lengkap

Prastowo (2014: 139) menjelaskan bahwa “bahan ajar tematik merupakan

segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara

sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai

siswa melalui proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara

aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong siswa untuk

mengetahui (learning to know), tetapi juga melakukan (learning to do),

menjadi (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together) serta

holistik dan autentik, dengan tujuan sekaligus perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran”.

I. Fungsi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Tematik

Bahan ajar dapat dijadikan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan

semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan

substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Prastowo

(2013: 299-300) dalam Pengembangan Bahan Ajar Tematik memaparkan

fungsi bahan ajar dalam pembelajaran tematik, yakni :

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

28

1. Fungsi bahan ajar bagi guru adalah : (a) Menghemat waktu dalam

mengajar; (b) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi

fasilitator; (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan

interaktif; (d) pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang semestinya diajarkan kepada siswa; 5) alat evaluasi

pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2. Fungsi bahan ajar bagi siswa adalah : (a) Siswa dapat belajar tanpa harus

ada guru atau teman siswa yang lain; (b) Siswa dapat belajar kapan saja

dan dimana saja ia kehendaki; (c) Siswa dapat belajar sesuai dengan

kecepatannya masing-masing; (d) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan

yang dipilihnya sendiri; (e) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar

yang mandiri; (f) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

J. Karakteristik Bahan Ajar Tematik

Prastowo (2013: 313) Bahan Ajar Tematik harus memunculkan

berbagai karakteristik dasar pembelajaran tematik yaitu 1) menstimulasi

siswa agar aktif; 2) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

(joyful learning); 3) menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik); dan

4) memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada siswa.

Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada

pengalaman belajar, mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran baik

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

29

secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional, guna tercapainya hasil

belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan

kemampuan siswa, sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.

Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar memiliki sifat

mempesona, merangsang, nyaman dilihat, dan banyak kemanfaatannya

sehingga siswa senantiasa terdorong untuk terus belajar dan belajar darinya.

Holistik, artinya bahan ajar memuat kajian suatu fenomena dari

beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-

kotak. Keberadaan bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat

memahami suatu fenomena dari segala sisi, menjadi lebih arif dan bijaksana.

Autentik, artinya karakteristik dari bahan ajar tematik yang

menekankan pada sisi autentik atau pengalaman langsung yang diberikan oleh

suatu bahan ajar. Bahan ajar memberikan sebuah pengalaman dan

pengetahuan yang dapat diperoleh oleh siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar

tersebut memberikan informasi yang kontekstual dengan kenyataan empiris

atau fenomena sosial budaya di sekitar siswa. Hal ini berdampak pada

kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

K. Pengembangan Bahan Ajar Tematik

Pusat Kurikulum (2008: 12) langkah-langkah yang dapat menjadi

pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar adalah :

1. Memetakan dan menganalisis silabus secara lengkap. Langkah ini berguna

untuk memberikan dasar dan tujuan pembelajaran. Selain itu, silabus juga

memberikan gambaran umum tentang identitas tema, kompetensi dan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

30

materi pokok yang akan dicapai dan dibahas serta proses pembelajaran

untuk mencapai hal tersebut. Silabus akan membantu proses penataan

struktur bahan yang akan disajikan dalam bahan ajar.

2. Merencanakan materi pokok atau substansi yang disusun dalam silabus

kajian tambahan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang diinginkan.

Struktur ini memberikan gambaran tentang arah dan konten serta proses

pembelajaran yang diinginkan. Sekaligus memberikan gambaran utuh

tentang kompetensi dan substansi kajian yang harus dikuasai.

3. Menulis gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.

Berdasarkan struktur kompetensi dan substansi kajian yang terdapat dalam

silabus, pendidik dapat menuliskan garis besar uraian materi inti dari

setiap substansi kajian inti sebagai penjelas dari substansi kajian menjadi

awal pengembangan bahan ajar dari suatu proses pembelajaran yang

dilakukan pendidik.

4. Menelaah gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.

Berdasarkan uraian pada langkah ketiga, pengembangan bahan ajar dapat

dilanjutkan dengan menyusun dan menelaah berbagai ilustrasi penjelasan

pada uraian pokok terdahulu. Ilustrasi penjelasan dapat memberikan

pemahaman yang lebih kongkrit, jelas dan mendalam pada pembaca

tentang berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur tertentu.

5. Menulis dan mengembangkan bahan ajar secara lengkap. Setiap gagasan

pokok yang telah ditulis kemudian diuraikan secara terperinci dan jelas.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

31

Penulisannya dapat dilakukan dalam bentuk tekstual, naratif, eksplanatory,

deskriptif, argumentatif dan perintah.

6. Menguji coba dan mengevaluasi keterbacaan, kecermatan isi dan

perwajahan. Tahap uji coba ini merupakan proses untuk mengetahui

efektifitas bahan ajar yang telah dikembangkan melalui beragam reaksi

dari berbagai pihak terhadap bahan ajar tersebut.

7. Melakukan revisi. Proses evaluasi di atas diperlukan untuk memperbaiki

bahan ajar, sehingga menjadi bahan ajar yang baik.

Pusat Kurikulum (2008: 13) dalam memilih dan mengembangkan

bahan ajar pada suatu mata pelajaran perlu diperhaikan beberapa persyaratan

pokok, antara lain :

1. Kecermatan isi

Suatu bahan ajar harus menujukkan kecermatan isi dalam struktur

dan pemaparan yang memiliki landasan keilmuan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Kecermatan isi merujuk pada validitas

(ketepatan) bahan ajar dalam memberikan bahan secara logis, runtut dan

dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual (keilmuan) maupun fakta

secara empiris.

2. Ketepatan cakupan

Ketepatan cakupan berhubungan dengan keluasan dan kedalaman

materi yang dipaparkan sesuai dengan struktur materi pokok atau substansi

kajian yang dikehendaki dari suatu materi perkuliahan secara utuh.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

32

3. Keterencanaan bahan (pemaparan, penyajian materi, ilustrasi, alat bantu,

formating, penjelasan relevansi)

Pemaparan bahan ajar seharusnya menyajikan materi dan berbagai

ilustrasinya yang mudah dicerna dan dipahami oleh para pembaca.

4. Penggunaan Bahasa

Bahan ajar yang baik seharusnya menggunakan gaya bahasa yang

komunikatif, ringan dan mudah dipahami orang lain. Namun demikian,

bahasa yang dipergunakan tetap menggunakan kaidah tata bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

5. Perwajahan atau Pengemasan

Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bahan

ajar adalah perwajahan atau pengemasan bentuk dan isi. Pada bagian ini

perlu diperhatikan penataan margins, pemaparan ilustrasi contoh serta

penempatan data (seperti tabel, grafik dan sebagainya).

Pusat Kurikulum (2008: 14) dalam pengembangan bahan ajar tetap

mengacu pada tujuan untuk :

1. Memberikan panduan utama bagi pendidik tentang gagasan, pengetahuan

atau konsep kunci yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran.

2. Menuntun pendidik untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara

kreatif sesuai dengan lingkungan sekitar dan kebutuhan.

3. Memberikan kesempatan pada pendidik untuk melakukan elaborasi bahan

pembelajaran secara lebih dalam dan luas serta aplikatif dengan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

33

menggunakan berbagai buku referensi atau bahan ajar lainnya yang

melengkapi atau lebih lengkap.

4. Memberikan pemahaman tentang penyusunan dan pengembangan bahan

ajar yang appropriate.

5. Membantu anak didik untuk menguasai kompetensi dasar dan menambah

wawasan, keterampilan, dan sikap.

L. Pengembangan Bahan Ajar Cetak : Handout

Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, namun

fokus penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar cetak dalam bentuk

handout. Depdiknas (2008: 14) “handout adalah bahan tertulis yang disiapkan

oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik”. Menurut

kamus oxford (Depdiknas, 2008: 14) “handout is prepared statement given”.

Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Mohammad

(Prastowo, 2014: 78) memaknai “handout sebagai selembar (atau beberapa

lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik membuat

ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk

praktikum, tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-

pisah, maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam

kategori handout”.

Prastowo (2014: 79) dalam Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar

Inovatif mengemukakan bahwa “handout adalah bahan pembelajaran yang

sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan

terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

34

didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan

mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini

tentunya bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan

praktis”.

Steffen dan Peter Ballstaedt (Prastowo, 2014: 80), fungsi handout

antara lain :

1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat

2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik

3. Sebagai bahan rujukan peserta didik

4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar

5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan

6. Memberi umpan balik, dan

7. Menilai hasil belajar

Prastowo (2014: 80) menambahkan dalam fungsi pembelajaran,

pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi

pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik

2. untuk memperkaya pengetahuan peserta didik

3. untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan pendidik

“Handout sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki struktur yang

terdiri atas dua unsur yaitu judul dan informasi pendukung. Unsur pertama

identitas handout yang meliputi nama sekolah, kelas, identitas pembelajaran,

pertemuan ke-, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout. Unsur kedua,

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

35

materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan”.

(Prastowo: 2014).

Jenis handout dibedakan menjadi dua, untuk lebih jelasnya perhatikan

bagan berikut ini :

Bagan 2.3 Jenis-jenis Handout

Prastowo (2014: 198) “susunan handout mata pelajaran nonpraktik, \

dapat dibuat dengan ketentuan, sebagai berikut : sebagai acuan handout

adalah SAP (Satuan Acara Pembelajaran) ; format handout terdiri dari bebas

(slide, transparansi, paper based) dan dapat berbentuk narasi kalimat tetapi

singkat atau skema atau flowchart dan gambar; tidak perlu menggunakan

header maupun footer untuk setiap slide. Adapun berkaitan dengan kontent

(isi) handout, meliputi overview materi dan perincian materi.

Prastowo (2014: 198-199) memaparkan bahwa “berdasarkan

ketergantungannya dengan bahan ajar lain, maka handout dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku

utamanya dan handout yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari buku

atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Handout akan berisi materi

Jenis Handout

Menurut Mata Pelajaran

Handout Praktik Handout Teori

Menurut Ketergantungannya denga Bahan

Ajar lain

Terlepas dengan Bahan ajar lain

Bagian tak terpisahkan dari Bahan Ajar lain

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

36

baru jika dalam perkembangan pembelajaran ditemukan konsep atau

pemikiran atau masalah baru yang belum dibahas dalam modul atau buku

sumber yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang

lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam modul atau buku atau

diberikan dalam pembelajaran secara lisan.”

M. Langkah-langkah Pembuatan Handout

Handout dapat dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai

oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan handout harus diturunkan dari

kurikulum. Prastowo (2014: 199) adapun langkah-langkah penyusunannya,

sebagai berikut :

1. Lakukan analisis kurikulum dengan menggunakan matrik analisis

kurikulum.

2. Menentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar dan

materi pokok yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukanlah dengan

berdasarkan penyusunan peta bahan ajar yang telah kita buat dengan

mengidentifikasi materi pokok.

3. Mengumpulkan reverensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi

terkini dan relevan dengan materi pokoknya.

4. Dalam menulis usahakanlah agar kalimat yang digunakan tidak terlalu

panjang. Bagi siswa di MI/SD, upayakan dengan kalimat yang sederhana

dan diperkirakan jumlah kalimat per paragrafnya hanya antara 3-4 kalimat.

Perlu diingat bahwa semakin efektif dan efisien itu justru lebih baik dan

disarankan. Jadi ukurannya bukan banyaknya kalimat dalam satu paragraf,

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

37

tetapi bobot dari kalimat yang lebih diutamakan. Sehingga, penyajian

paragraf bisa singkat namun mampu menjelaskan secara lengkap informasi

yang ingin disampaikan kepada siswa.

5. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.

6. Gunakanlah berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

handout, misalnya : buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.

Handout sebagai bahan ajar haruslah menampilkan sebuah isi dan

tampilan yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa memiliki rasa

ingin tahu ketika belajar. Prastowo (2014: 201) terdapat beberapa hal yang

dapat dilakukan dalam pengembangan handout tematik : 1) peta atau diagram

konsep yang menghubungkan antartopik atau bagian dalam topik; 2)

annotated bibliography, ini merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang

relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Handout yang memiliki

kandungan annotated bibliography ini akan membantu peserta didik yang

membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar tertentu; 3) informasi

tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada dalam bahan ajar;

4) memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit

dipahami oleh peserta didik; 5) memberikan kasus untuk dipelajari dan

diselesaikan, baik secara individual maupun kelompok.

N. Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan

konseptual dan faktual melalui pembelajaran tematik berbasis saintifik.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengaitkan

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

38

beberapa mata pelajaran dalam satu tema, sehingga dapat memberi

pengalaman bermakna pada siswa. Pendekatan saintifik merupakan

pendekatan yang menggunakan langkah-langkah ilmiah meliputi mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan

mengkomunikasikan.

Permata, Mahrjan dan Mahzum (2014) telah melakukan penelitian

tentang pendekatan saintifik. Ketiga penelitian tersebut menghasilkan bahwa

saintifik baik untuk diterapkan. Siswa sekolah dasar berada pada tahap

operasional kongkret dan pembelajaran tematik sesuai dengan tahap berpikir

siswa. Hasil penelitian Sutari (2012) mengenai pembelajaran tematik dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil

membaca, menulis dan berhitung.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tentu membutuhkan sumber

belajar. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang disusun secara sistematis

sehingga, dapat dijadikan acuan oleh guru sebagai penunjang kegiatan

pembelajaran. Kedudukan bahan ajar sangatlah penting dalam pembelajaran,

namun bahan ajar yang telah disiapkan pemerintah ternyata masih belum

maksimal. Kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan keinginan

diantaranya berupa : 1) guru masih kesulitan dalam melaksanakan

pembelajaran tematik, yakni dalam menghubungkan muatan pelajaran satu ke

muatan pelajaran lain; 2) kurangnya kedalaman materi yang diakibatkan dari

kegiatan saintifik yang tidak difasilitasi secara maksimal; 3) penyajian materi

pada buku guru dan buku siswa masih berskala nasional.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

39

Berdasarkan kajian teori, penelitian dan temuan di sekolah dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan. Oleh

karena itu, diperlukan pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis saintifik

dengan pendalaman materi, pengembangan sajian materi berskala lokal, dan

memfasilitasi kegiatan saintifik siswa yang diharapkan dapat menghasilkan

pembelajaran yang lebih baik.

Penelitian-penelitian :

Saintifik dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, aktivitas belajar siswa,

ketrampilan proses sains, kemampuan

berpikir kreatif, menuntun siswa berpikir

logis, sistematis, dan mendalam.

Siswa SD berada pada tahap operasional

kongkret dan pembelajaran tematik

sesuai dengan karakteristik belajar siswa

yang kongkret, integratif, dan hierarkis.

Pembelajaran tematik dapat

meningkatkan hasil belajar Calistung

siswa SD.

Temuan-temuan di sekolah :

kesulitan guru melaksanakan

pembelajaran tematik dalam

mengalihkan antar muatan pelajaran.

Kurangnya kedalam materi akibat dari

kegiatan saintifik yang belum difasilitasi

secara maksimal.

Penyajian materi pada buku guru dan

buku siswa masih berskala nasional,

tidak adanya skala lokal yang dapat

memudahkan siswa membangun

pengetahuannya sendiri sesuai dengan

teori belajar konstruktivisme.

Pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan

Pengembangan bahan ajar dengan pendalaman materi,

pengembangan sajian materi berskala lokal, dan memfasilitasi

kegiatan saintifik siswa.

Tidak Layak Layak

Bahan ajar tematik berbasis

Saintifik di SD Kelas IV

Digunakan dalam Pembelajaran

Dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik

Landasan teori

Bagan 2.4 Kerangka Berpikir

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3

40

O. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap

prestasi belajar PKN.

2. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap

prestasi belajar IPS.

3. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap

prestasi belajar IPA.

Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015