BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6744/3/BAB II.pdfPembelajaran...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
Salah satu ciri dari Kurikulum 2013 yakni menggunakan pembelajaran
tematik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMP dan KPMP
(2013) “pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sesuai dengan karakteristik
peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dikuasainya”. Prastowo (2013: 117) “model pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Model
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi
pengalaman bermakna pada siswa”.
Nuansa pembelajaran tematik selaras dengan tahap perkembangan
siswa sehingga memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi secara utuh.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sutari (2012) yang menyimpulkan
bahwa “penggunaan model pembelajaran terpadu berbasis tematik dapat
membantu meningkatkan hasil belajar membaca, menulis dan berhitung”.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
9
B. Pembelajaran Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 terdiri dari dua proses pembelajaran yakni
pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Menurut
Permendikbud No.81 A (2013: 4) “proses pembelajaran langsung adalah
proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan ketrampilan psikomotorik melalui interaksi
langsung...”. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang
menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.
Menurut Permendikbud No 81 A (2013: 4) “pembelajaran tidak
langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran
langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus”. Pembelajaran tidak
langsung berkaitan dengan nilai dan sikap yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Penentuan kompetensi ini mengacu pada
teori tentang taksonomi yang dikelompokan dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Penjelasan ini secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Taksonomi pengetahuan, sikap dan ketrampilan
Pada kurikulum 2013
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta
(Fadlillah, 2014: 178)
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
10
C. Pendekatan Saintifik
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) proses pembelajaran
dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013)
memaparkan kriteria pembelajaran berbasis ilmiah :
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
4. Mendorong dan mengispirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
11
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non
ilmiah.
Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Kementrian
Pendidikan Nasional (2013) didasarkan pada penekanan proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah yaitu sikap „peserta didik tahu mengapa‟, pengetahuan
„peserta didik tahu apa‟, dan ketrampilan „peserta didik tahu bagaimana‟
sehingga, menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Bagan 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Scientific
Pendekatan Scientific mencakup tiga ranah yakni sikap, keterampilan
dan pengetahuan. Ranah sikap memuat materi ajar agar peserta didik tahu
mengapa sesuatu yang ia pelajari dapat terjadi, ranah keterampilan memuat
materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, sedangkan ranah pengetahuan
memuat materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya berupa peserta
Sikap (Tahu Mengapa)
Ketrampilan (Tahu
Bagaimana)
Produktif Inovatif Kreatif Afektif
Pengetahuan (Tahu Apa)
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
12
didik yang memiliki kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan dan
menyeimbangkan kemampuan untuk menjadi manusia yang baik, cakap dan
memiliki pengetahuan yang baik. Sejalan dengan eksperimen yang dilakukan
oleh Permata (2014) bahwa “pendekatan saintifik dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis”.
Marjan, Arnyana, dan Setiawan (2014) menyatakan “berdasarkan hasil
penelitan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik
lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil
belajar biologi dan keterampilan proses sains”. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Mahzum (111: 2014) hasil penelitian menyatakan bahwa
“aplikasi pendekatan pembelajaran saintifik metode inquiry based learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
“Pendekatan Scientific dalam pembelajaran dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran” (Kementrian Pendidikan Nasional, 2013)
Bagan 2.2 Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran
Bagan di atas merupakan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Scientific, dimana unsur tersebut tidak harus
Observing (Mengamati)
Questioning (Menanya)
Mengumpulkan Informasi
Mengasisiasian/ mengolah
informasi
Mengkomunikasikan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
13
dilakukan secara runtut. Abdullah (2014: 53) menyatakan “tahapan aktivitas
belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan
melalui prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan
yang hendak dipelajari”.
Berikut ini uraian kegiatan pembelajaran serta kompetensi yang harus
dikembangkan pada setiap unsur pembelajaran scientific :
1. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Abdullah (2014: 54) “observasi adalah menggunakan panca indra
untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk
mengetahui karakteristiknya, misalnya : warna, bentuk, suhu, volume,
berat, bau, suara, dan teksturnya”. Menurut Kementrian Pendidikan
Nasional (2013) “kegiatan belajarnya berupa melihat, membaca,
mendengar, menyimak baik menggunakan alat maupun tidak. Kompetensi
yang dikembangkan pada kegiatan ini berupa melatih kesungguhan,
ketelitian, serta mencari informasi”.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengamatan dapat dilakukan
secara maksimal jika guru memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan
panca indranya, sehingga menitikberatkan pada kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning). Ketika guru menyajikan media
sebagai objek nyata, maka peserta didik senang, tertantang, dan mudah
melakukan kegiatan pengamatan. “tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
14
biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan
mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran”. (Kemendikbud, 2013)
Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik untuk menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Menurut Kemendikbud (2013) Pengamatan dibagi dalam beberapa
jenis sebagai berikut :
a. Observasi biasa (Common Observation).
Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi
(complete observer) dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
b. Observasi terkendali (Controlled Observation).
Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek,
atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek
yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
c. Observasi partisipatif (Participant observation).
Peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek
yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik
melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati.
Setiap pengamatan tentu harus melibatkan peserta didik baik secara
langsung maupun tidak langsung. Jenis pengamatan/observasi yang
digunakan tergantung pada materi dan kompetensi yang akan dikuasai.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
15
“Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis
suatu permasalahan atau fenomena”. (Abdullah, 2014: 57)
2. Menanya
Kegiatan menanya menurut Kemendikbud (2013) “mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati
atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik”. Kegiatan menanya dapat dilakukan baik oleh guru
maupun siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan
keingintahuan siswa. Abdullah (2014: 57) mengungkapkan “siswa perlu
dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan
dipelajari”.
“Siswa pada pendidikan dasar perlu dibimbing dalam menganalisis
permasalahan yang dihadapi dengan melatih mereka mengajukan
pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini dilakukan dalam diskusi
kelompok kecil dengan menerapkan metode curah pendapat
(brainstorming) dalam mengumpulkan ide yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan” (Abdullah,2014: 60).
Menurut Abdullah (2014: 62) “kegiatan bertanya dapat dilakukan
di kelas atau di luar kelas. Pada pembelajaran di sekolah dasar, siswa perlu
diminta untuk bertanya pada orang tua dirumah atau kerabatnya”.
Kegiatan mengajukan pertanyaan dapat mengembangkan kompetensi
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
16
peserta didik kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan dengan kritis.
Saat guru bertanya, pada saat itu pula secara tidak langsung guru
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika
guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, maka ketika itu pula dia
mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
3. Melakukan Eksperimen/ Mengumpulkan Informasi
Menurut Abdullah (2014: 62) “belajar dengan menggunakan
pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas
menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan”.
Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian,
aktivitas, wawancara dengan narasumber”.
Kegiatan mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai
aktivitas ilmiah dapat mengembangkan kompetensi berupa sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.
4. Menalar/ Mengasosiasikan/ Mengolah
Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil mengamati dan kegiatan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
17
mengumpulkan informasi”. Menurut Abdullah (2014: 66) “kemampuan
mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan
kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang
diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses
untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mengolah informasi diperoleh dari kegiatan mengamati dan
mengumpulkan data. Mengolah informasi membutuhkan penalaran dan
berpikir rasional yang secara langsung mampu mengembangkan
kompetensi berupa pengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
5. Mengembangkan Jaringan dan Mengkomunikasikan
Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya”. Abdullah (2014: 71) “kemampuan untuk
membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena
kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengkomunikasikan dan mengembangkan hubungan antar konsep dapat
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
18
mengembangkan kompetensi berupa sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengumngkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik
dan benar.
Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Menggunakan
Elemen Pendekatan Saintifik
Elemen Pembelajaran
Saintifik Kegiatan Belajar
Observasi/ Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat)
Mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku,
majalah, internet, wawancara atau kegiatan mengamati.
Menanya Mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan
data dan informasi yang dikumpulkan.
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan bersifat hipotetik)
Mencoba/
mengumpulkan
informasi/ eksperimen
Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku
teks, mengamati kejadian.
Membuat hipotesis dan merancang eksperimen untuk
menguji hipotesis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah : merumuskan hipotesis, membuat rancangan
percobaan, melakukan percobaan sesuai rancangan,
mengumpulkan data dengan pengamatan atau melakukan
pengukuran parameter atau variabel yang ditetapkan dalam
hipotesis.
Menalar Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan
percobaan harus dianalisis dengan melakukan penalaran.
Peserta didik perlu menalar dengan proses sebagai berikut :
Melihat hubungan antar variabel
Mengamati pola
Melakukan analisis, sintesis atas hubungan dan pola yang
diamati
Melakukan pengujian hipotesis berdasarkan analisis data
hasil percobaan.
Networking/
Komunikasi
Jaringan dikembangkan oleh peserta didik ketika melakukan
investigasi. Kemampuan komunikasi dan keterampilan
interpersonal sangat dibutuhkan dalam membangun jaringan.
Peserta didik juga dapat melatih kemampuan komunikasi
ketika menyampaikan informasi yang ditemukan baik
melalui tulisan atau yang disampaikan secara lisan di depan
kelas.
Sumber : Abdullah (2014: 77) dan Permendikbud No. 81 A
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
19
D. Definisi Bahan Ajar
Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171) “bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas”. Menurut Pusat Kurikulum (2008: 7)
“bahan ajar dapat dimaknai sebagai bentuk pengemasan, pemaparan,
penjelasan tentang pengetahuan, pengalaman dan ilustrasi fakta secara
sistematis dan logis yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran”.
National Center for Vocational Education Research Ltd/ National
Center for Competency Based Training (Departemen Pendidikan
Nasional,2008: 8) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak
tertulis”. Hernawan, dkk (www.file.upi.edu) mengemukakan “bahan
Pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi atau
substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam
kegiatan pembelajaran”.
Sungkono dkk. dalam Hermawan, dkk (www.file.upi.edu) “bahan
pembelajaran adalah seperangkat bahan yang memuat materi atau isi
pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Menurut
Akbar (2013: 33) “buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai
rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah :
1) sumber materi ajar; 2) menjadi referensi buku untuk mata pelajaran
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
20
tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk
pembelajaran”.
Berdasarkan uraian definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar (learning materials) adalah seperangkat materi yang disusun
secara sistematis, sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara utuh dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar
tersebut memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta,
konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai
disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran.
E. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (2008: 11), Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171)
dan Prastowo (2013: 302) terdapat empat poin yang menjadi tujuan
penyusunan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut :
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkann kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta
didik;
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di
samping buku teks yang terkadang sulit diperoleh;
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan
siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
21
F. Macam-macam Bahan Ajar
Trianto dalam Prastowo (2014: 145) berdasarkan bentuk kegiatan
pembelajarannya, maka bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis :
“pertama, bahan ajar untuk pengajar sebagai fasilitator dan siswa
belajar sendiri; kedua, bahan ajar untuk pengajar sebagai sumber
tunggal dan siswa belajar darinya; ketiga, bahan ajar untuk pengajar
sebagai penyaji bahan ajar yang dipilihnya atau dikembangkannya”.
Pengembangan bahan ajar yang disusun termasuk dalam kategori bahan
ajar yang dapat digunakan oleh pengajar sebagai penyaji. Daryanto dan
Dwicahyono (2014:173) macam-macam bahan ajar adalah sebagai berikut :
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, dan non cetak (non printed) seperti model/market.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
G. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Pusat Kurikulum (2008: 6) terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip
tersebut meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
22
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian dengan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan
dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran
yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoprasian
bilangan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
3. Prinsip kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai materi kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika
terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang
waktu dan tenaga.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 12) dan
Prastowo (2013: 314) pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah :
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
23
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret
untuk memahami yang abstrak.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila
penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu
yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep
pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang
terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka
untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
Pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu
konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-
ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Pengulangan dalam
penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi
sehingga tidak membosankan.
3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman
siswa.
Seringkali kita menganggap remeh dengan memberikan respon
yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan
oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa.
Perkataan seorang guru seperti ‟ya benar‟ atau ‚‟ya kamu pintar‟ atau,‟itu
benar, namun akan lebih baik kalau begini...‟ akan menimbulkan
kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan
sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon negatif akan mematahkan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
24
semangat siswa. Oleh karena itu, jangan lupa berikan umpan balik yang
positif terhadap hasil kerja siswa.
4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar.
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih
berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam
melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar
siswa mau belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan
motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan,
menjelaskan tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan
sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain sebagainya.
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan
untuk mencapai suatu kompetensi inti yang tinggi. Oleh karena itu, guru
perlu menyusun tujuan pembelajaran dengan tepat dan sesuai dengan
karakteristik siswa. Tahapan yang harus dilalui siswa tersebut dirumuskan
dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan.
Guru harus memberitahukan kepada peserta didik tujuan akhir
pembelajaran yang hendak dicapai, bagaimana cara mencapainya dan
memberitahukan pula kemampuan yang sudah dikuasai, sehingga setiap
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
25
peserta didik akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri,
namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu
yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
Menurut Akbar (2013: 34) terdapat delapan ciri-ciri buku ajar yang baik
adalah sebagai berikut :
1. Akurat (Akurasi)
Keakuratan antara lain dapat dilihat dari aspek kecermatan
penyajian, benar memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip
pendapat pakar. Akurasi dapat pula dilihat dari dan teori dengan
perkembangan mutakhir dan pendekatan keilmuan yang bersangkutan.
2. Sesuai (Relevansi)
Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang
harus dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan
kompetensi pembaca. Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya
relevansi materi, tugas, contoh penjelasan, latihan dan soal, kelengkapan
uraian, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca
sesuai tingkat perkembangan pembacanya.
3. Komunikatif
Komunikatif artinya isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis,
jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa. Agar komunikatif,
menurut Degeng angaplah anda sedang mengajar melalui tulisan. Bahasa
yang anda gunakan tidak sangat formal, melainkan setengah lisan.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
26
4. Lengkap dan Sistematis
Buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai
pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi
kehidupan pembaca, menyajikan daftar isi dan menyajikan daftar pustaka.
Uraian materinya sistematis, mengikuti alur pikir dari sederhana ke
kompleks, dari lokal ke global.
5. Berorientasi pada Student Centered
Pendidikan dengan kurikulum yang cenderung konstruktivis
membutuhkan buku ajar yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa,
terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa
membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa belajar secara
berkelompok dan menggantikan siswa mengamalkan isi bacaan.
6. Berpihak pada Ideologi Bangsa dan Negara
Keperluan pendidikan Indonesia, buku ajar yang baik adalah buku
ajar harus mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa;
mendukung nilai kemanusiaan; mendukung kesadaran akan kemajemukan
masyarakat; mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme; mendukung
tumbuhnya kesadaran hukum dan mendukung cara berpikir logis.
7. Kaidah Bahasa Benar
Buku ajar ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat
yang tepat.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
27
8. Terbaca
Buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang
kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca, panjang
alineanya sesuai pemahaman pembaca.
H. Bahan Ajar Tematik
Prastowo (2013: 297) “bahan ajar tematik adalah bahan ajar yang
mengandung karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu
mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik”. Secara lengkap
Prastowo (2014: 139) menjelaskan bahwa “bahan ajar tematik merupakan
segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara
sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
siswa melalui proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara
aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong siswa untuk
mengetahui (learning to know), tetapi juga melakukan (learning to do),
menjadi (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together) serta
holistik dan autentik, dengan tujuan sekaligus perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran”.
I. Fungsi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Tematik
Bahan ajar dapat dijadikan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan
semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Prastowo
(2013: 299-300) dalam Pengembangan Bahan Ajar Tematik memaparkan
fungsi bahan ajar dalam pembelajaran tematik, yakni :
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
28
1. Fungsi bahan ajar bagi guru adalah : (a) Menghemat waktu dalam
mengajar; (b) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi
fasilitator; (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
interaktif; (d) pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang semestinya diajarkan kepada siswa; 5) alat evaluasi
pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar bagi siswa adalah : (a) Siswa dapat belajar tanpa harus
ada guru atau teman siswa yang lain; (b) Siswa dapat belajar kapan saja
dan dimana saja ia kehendaki; (c) Siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatannya masing-masing; (d) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan
yang dipilihnya sendiri; (e) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar
yang mandiri; (f) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
J. Karakteristik Bahan Ajar Tematik
Prastowo (2013: 313) Bahan Ajar Tematik harus memunculkan
berbagai karakteristik dasar pembelajaran tematik yaitu 1) menstimulasi
siswa agar aktif; 2) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
(joyful learning); 3) menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik); dan
4) memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada siswa.
Aktif, artinya bahan ajar memuat materi yang menekankan pada
pengalaman belajar, mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran baik
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
29
secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional, guna tercapainya hasil
belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan
kemampuan siswa, sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.
Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar memiliki sifat
mempesona, merangsang, nyaman dilihat, dan banyak kemanfaatannya
sehingga siswa senantiasa terdorong untuk terus belajar dan belajar darinya.
Holistik, artinya bahan ajar memuat kajian suatu fenomena dari
beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-
kotak. Keberadaan bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat
memahami suatu fenomena dari segala sisi, menjadi lebih arif dan bijaksana.
Autentik, artinya karakteristik dari bahan ajar tematik yang
menekankan pada sisi autentik atau pengalaman langsung yang diberikan oleh
suatu bahan ajar. Bahan ajar memberikan sebuah pengalaman dan
pengetahuan yang dapat diperoleh oleh siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar
tersebut memberikan informasi yang kontekstual dengan kenyataan empiris
atau fenomena sosial budaya di sekitar siswa. Hal ini berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
K. Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Pusat Kurikulum (2008: 12) langkah-langkah yang dapat menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar adalah :
1. Memetakan dan menganalisis silabus secara lengkap. Langkah ini berguna
untuk memberikan dasar dan tujuan pembelajaran. Selain itu, silabus juga
memberikan gambaran umum tentang identitas tema, kompetensi dan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
30
materi pokok yang akan dicapai dan dibahas serta proses pembelajaran
untuk mencapai hal tersebut. Silabus akan membantu proses penataan
struktur bahan yang akan disajikan dalam bahan ajar.
2. Merencanakan materi pokok atau substansi yang disusun dalam silabus
kajian tambahan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang diinginkan.
Struktur ini memberikan gambaran tentang arah dan konten serta proses
pembelajaran yang diinginkan. Sekaligus memberikan gambaran utuh
tentang kompetensi dan substansi kajian yang harus dikuasai.
3. Menulis gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.
Berdasarkan struktur kompetensi dan substansi kajian yang terdapat dalam
silabus, pendidik dapat menuliskan garis besar uraian materi inti dari
setiap substansi kajian inti sebagai penjelas dari substansi kajian menjadi
awal pengembangan bahan ajar dari suatu proses pembelajaran yang
dilakukan pendidik.
4. Menelaah gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian.
Berdasarkan uraian pada langkah ketiga, pengembangan bahan ajar dapat
dilanjutkan dengan menyusun dan menelaah berbagai ilustrasi penjelasan
pada uraian pokok terdahulu. Ilustrasi penjelasan dapat memberikan
pemahaman yang lebih kongkrit, jelas dan mendalam pada pembaca
tentang berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur tertentu.
5. Menulis dan mengembangkan bahan ajar secara lengkap. Setiap gagasan
pokok yang telah ditulis kemudian diuraikan secara terperinci dan jelas.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
31
Penulisannya dapat dilakukan dalam bentuk tekstual, naratif, eksplanatory,
deskriptif, argumentatif dan perintah.
6. Menguji coba dan mengevaluasi keterbacaan, kecermatan isi dan
perwajahan. Tahap uji coba ini merupakan proses untuk mengetahui
efektifitas bahan ajar yang telah dikembangkan melalui beragam reaksi
dari berbagai pihak terhadap bahan ajar tersebut.
7. Melakukan revisi. Proses evaluasi di atas diperlukan untuk memperbaiki
bahan ajar, sehingga menjadi bahan ajar yang baik.
Pusat Kurikulum (2008: 13) dalam memilih dan mengembangkan
bahan ajar pada suatu mata pelajaran perlu diperhaikan beberapa persyaratan
pokok, antara lain :
1. Kecermatan isi
Suatu bahan ajar harus menujukkan kecermatan isi dalam struktur
dan pemaparan yang memiliki landasan keilmuan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kecermatan isi merujuk pada validitas
(ketepatan) bahan ajar dalam memberikan bahan secara logis, runtut dan
dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual (keilmuan) maupun fakta
secara empiris.
2. Ketepatan cakupan
Ketepatan cakupan berhubungan dengan keluasan dan kedalaman
materi yang dipaparkan sesuai dengan struktur materi pokok atau substansi
kajian yang dikehendaki dari suatu materi perkuliahan secara utuh.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
32
3. Keterencanaan bahan (pemaparan, penyajian materi, ilustrasi, alat bantu,
formating, penjelasan relevansi)
Pemaparan bahan ajar seharusnya menyajikan materi dan berbagai
ilustrasinya yang mudah dicerna dan dipahami oleh para pembaca.
4. Penggunaan Bahasa
Bahan ajar yang baik seharusnya menggunakan gaya bahasa yang
komunikatif, ringan dan mudah dipahami orang lain. Namun demikian,
bahasa yang dipergunakan tetap menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5. Perwajahan atau Pengemasan
Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bahan
ajar adalah perwajahan atau pengemasan bentuk dan isi. Pada bagian ini
perlu diperhatikan penataan margins, pemaparan ilustrasi contoh serta
penempatan data (seperti tabel, grafik dan sebagainya).
Pusat Kurikulum (2008: 14) dalam pengembangan bahan ajar tetap
mengacu pada tujuan untuk :
1. Memberikan panduan utama bagi pendidik tentang gagasan, pengetahuan
atau konsep kunci yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran.
2. Menuntun pendidik untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara
kreatif sesuai dengan lingkungan sekitar dan kebutuhan.
3. Memberikan kesempatan pada pendidik untuk melakukan elaborasi bahan
pembelajaran secara lebih dalam dan luas serta aplikatif dengan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
33
menggunakan berbagai buku referensi atau bahan ajar lainnya yang
melengkapi atau lebih lengkap.
4. Memberikan pemahaman tentang penyusunan dan pengembangan bahan
ajar yang appropriate.
5. Membantu anak didik untuk menguasai kompetensi dasar dan menambah
wawasan, keterampilan, dan sikap.
L. Pengembangan Bahan Ajar Cetak : Handout
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, namun
fokus penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar cetak dalam bentuk
handout. Depdiknas (2008: 14) “handout adalah bahan tertulis yang disiapkan
oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik”. Menurut
kamus oxford (Depdiknas, 2008: 14) “handout is prepared statement given”.
Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Mohammad
(Prastowo, 2014: 78) memaknai “handout sebagai selembar (atau beberapa
lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik membuat
ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk
praktikum, tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-
pisah, maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam
kategori handout”.
Prastowo (2014: 79) dalam Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif mengemukakan bahwa “handout adalah bahan pembelajaran yang
sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literatur yang relevan
terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
34
didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan
mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini
tentunya bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan
praktis”.
Steffen dan Peter Ballstaedt (Prastowo, 2014: 80), fungsi handout
antara lain :
1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik
3. Sebagai bahan rujukan peserta didik
4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6. Memberi umpan balik, dan
7. Menilai hasil belajar
Prastowo (2014: 80) menambahkan dalam fungsi pembelajaran,
pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi
pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik
2. untuk memperkaya pengetahuan peserta didik
3. untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan pendidik
“Handout sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki struktur yang
terdiri atas dua unsur yaitu judul dan informasi pendukung. Unsur pertama
identitas handout yang meliputi nama sekolah, kelas, identitas pembelajaran,
pertemuan ke-, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout. Unsur kedua,
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
35
materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan”.
(Prastowo: 2014).
Jenis handout dibedakan menjadi dua, untuk lebih jelasnya perhatikan
bagan berikut ini :
Bagan 2.3 Jenis-jenis Handout
Prastowo (2014: 198) “susunan handout mata pelajaran nonpraktik, \
dapat dibuat dengan ketentuan, sebagai berikut : sebagai acuan handout
adalah SAP (Satuan Acara Pembelajaran) ; format handout terdiri dari bebas
(slide, transparansi, paper based) dan dapat berbentuk narasi kalimat tetapi
singkat atau skema atau flowchart dan gambar; tidak perlu menggunakan
header maupun footer untuk setiap slide. Adapun berkaitan dengan kontent
(isi) handout, meliputi overview materi dan perincian materi.
Prastowo (2014: 198-199) memaparkan bahwa “berdasarkan
ketergantungannya dengan bahan ajar lain, maka handout dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku
utamanya dan handout yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari buku
atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Handout akan berisi materi
Jenis Handout
Menurut Mata Pelajaran
Handout Praktik Handout Teori
Menurut Ketergantungannya denga Bahan
Ajar lain
Terlepas dengan Bahan ajar lain
Bagian tak terpisahkan dari Bahan Ajar lain
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
36
baru jika dalam perkembangan pembelajaran ditemukan konsep atau
pemikiran atau masalah baru yang belum dibahas dalam modul atau buku
sumber yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang
lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam modul atau buku atau
diberikan dalam pembelajaran secara lisan.”
M. Langkah-langkah Pembuatan Handout
Handout dapat dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai
oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan handout harus diturunkan dari
kurikulum. Prastowo (2014: 199) adapun langkah-langkah penyusunannya,
sebagai berikut :
1. Lakukan analisis kurikulum dengan menggunakan matrik analisis
kurikulum.
2. Menentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar dan
materi pokok yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukanlah dengan
berdasarkan penyusunan peta bahan ajar yang telah kita buat dengan
mengidentifikasi materi pokok.
3. Mengumpulkan reverensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi
terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
4. Dalam menulis usahakanlah agar kalimat yang digunakan tidak terlalu
panjang. Bagi siswa di MI/SD, upayakan dengan kalimat yang sederhana
dan diperkirakan jumlah kalimat per paragrafnya hanya antara 3-4 kalimat.
Perlu diingat bahwa semakin efektif dan efisien itu justru lebih baik dan
disarankan. Jadi ukurannya bukan banyaknya kalimat dalam satu paragraf,
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
37
tetapi bobot dari kalimat yang lebih diutamakan. Sehingga, penyajian
paragraf bisa singkat namun mampu menjelaskan secara lengkap informasi
yang ingin disampaikan kepada siswa.
5. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.
6. Gunakanlah berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
handout, misalnya : buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.
Handout sebagai bahan ajar haruslah menampilkan sebuah isi dan
tampilan yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa memiliki rasa
ingin tahu ketika belajar. Prastowo (2014: 201) terdapat beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam pengembangan handout tematik : 1) peta atau diagram
konsep yang menghubungkan antartopik atau bagian dalam topik; 2)
annotated bibliography, ini merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang
relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Handout yang memiliki
kandungan annotated bibliography ini akan membantu peserta didik yang
membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar tertentu; 3) informasi
tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada dalam bahan ajar;
4) memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit
dipahami oleh peserta didik; 5) memberikan kasus untuk dipelajari dan
diselesaikan, baik secara individual maupun kelompok.
N. Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
konseptual dan faktual melalui pembelajaran tematik berbasis saintifik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengaitkan
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
38
beberapa mata pelajaran dalam satu tema, sehingga dapat memberi
pengalaman bermakna pada siswa. Pendekatan saintifik merupakan
pendekatan yang menggunakan langkah-langkah ilmiah meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan
mengkomunikasikan.
Permata, Mahrjan dan Mahzum (2014) telah melakukan penelitian
tentang pendekatan saintifik. Ketiga penelitian tersebut menghasilkan bahwa
saintifik baik untuk diterapkan. Siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional kongkret dan pembelajaran tematik sesuai dengan tahap berpikir
siswa. Hasil penelitian Sutari (2012) mengenai pembelajaran tematik dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil
membaca, menulis dan berhitung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tentu membutuhkan sumber
belajar. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang disusun secara sistematis
sehingga, dapat dijadikan acuan oleh guru sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran. Kedudukan bahan ajar sangatlah penting dalam pembelajaran,
namun bahan ajar yang telah disiapkan pemerintah ternyata masih belum
maksimal. Kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan keinginan
diantaranya berupa : 1) guru masih kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran tematik, yakni dalam menghubungkan muatan pelajaran satu ke
muatan pelajaran lain; 2) kurangnya kedalaman materi yang diakibatkan dari
kegiatan saintifik yang tidak difasilitasi secara maksimal; 3) penyajian materi
pada buku guru dan buku siswa masih berskala nasional.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
39
Berdasarkan kajian teori, penelitian dan temuan di sekolah dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan. Oleh
karena itu, diperlukan pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis saintifik
dengan pendalaman materi, pengembangan sajian materi berskala lokal, dan
memfasilitasi kegiatan saintifik siswa yang diharapkan dapat menghasilkan
pembelajaran yang lebih baik.
Penelitian-penelitian :
Saintifik dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, aktivitas belajar siswa,
ketrampilan proses sains, kemampuan
berpikir kreatif, menuntun siswa berpikir
logis, sistematis, dan mendalam.
Siswa SD berada pada tahap operasional
kongkret dan pembelajaran tematik
sesuai dengan karakteristik belajar siswa
yang kongkret, integratif, dan hierarkis.
Pembelajaran tematik dapat
meningkatkan hasil belajar Calistung
siswa SD.
Temuan-temuan di sekolah :
kesulitan guru melaksanakan
pembelajaran tematik dalam
mengalihkan antar muatan pelajaran.
Kurangnya kedalam materi akibat dari
kegiatan saintifik yang belum difasilitasi
secara maksimal.
Penyajian materi pada buku guru dan
buku siswa masih berskala nasional,
tidak adanya skala lokal yang dapat
memudahkan siswa membangun
pengetahuannya sendiri sesuai dengan
teori belajar konstruktivisme.
Pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan
Pengembangan bahan ajar dengan pendalaman materi,
pengembangan sajian materi berskala lokal, dan memfasilitasi
kegiatan saintifik siswa.
Tidak Layak Layak
Bahan ajar tematik berbasis
Saintifik di SD Kelas IV
Digunakan dalam Pembelajaran
Dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik
Landasan teori
Bagan 2.4 Kerangka Berpikir
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015
40
O. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap
prestasi belajar PKN.
2. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap
prestasi belajar IPS.
3. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap
prestasi belajar IPA.
Pengembangan Bahan Ajar..., Nyai Cintang, FKIP, UMP, 2015