BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar menurut Murjono
(1996 : 178) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya
sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Menurut Nurkancana
(1990:11), mendefinisikan :
Hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Menurut Mudjiono (1999),
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009)
secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotoris.
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
7
3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses
kegiatan belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas, yaitu menerima
suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik
yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang disusun oleh guru
berupa tes yang hasilnya berupa nilai kemampuan siswa setelah tes diberikan
sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar
mengajar. Hasil belajar siswa dihitung berdasarkan evaluasi, pengukuran dan
asesmen.
Untuk mengukur hasil belajar siswa dalam sebuah pembelajaran agar
dapat mengetahui apakah materi yang disampaikan sudah mencapai tujuan
pembelajaran, bisa dilakukan dengan menggunakan dua tekhnik yaitu, tes dan
non tes.
1) Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan
pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes
berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk
menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.
Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), “tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
8
“Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang
setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar” (Suryanto Adi, dkk, 2009).
2) Non Tes
Tekhnik nontes sangat penting dalam mengetahui kemampuan
siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekhnik tes yang
lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam tekhnik non tes,
yaitu: unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas
kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio.
Dari keterangan di atas, penulis memutuskan dalam mengukur hasil
belajar siswa dengan menggunakan tekhnik tes, yaitu tes formatif yang
dilaksanakan dalam setiap akhir pertemuan atau akhir pelajaran.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1). Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern), yang meliputi : a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan
penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.
b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir.
c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang.
2). Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.
9
b. Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
c. Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas dapat
dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas
belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang
juga lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit
mencerna mata pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar.
2.1.2. Ilmu Pengetahuan Alam
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Nash dalam bukunya , The Nature of Sciencies menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Selain itu Nash juga menjelaskan , bahwa cara IPA mengamati alam ini bersifat analisis, lengkap, cermat dan menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain, sehingga keseluruhan membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya. IPA merupakan suatu disiplin ilmu yang terdiri atas physical science (ilmu fisika) dan life science(ilmu biologi). Physical science meliputi ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi dan mineralogy, meteorology dan fisika. Sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi). (Darmodjo, 1992 : 3)
“White Head A. N. menyatakan bahwa ,sains dibentuk karena pertemuan
dua orde pengalaman. Orde yang pertama adalah observasi, yaitu berdasarkan
pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta. Orde yang kedua adalah orde
konseptual yang didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam”
(Samatowa, 2006 : 1). Menurut Suyoso (1998:23), “IPA berasal dari kata sains
yang berarti alam. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang
bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode
10
tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara
universal”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-
gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk
kepribadian atau tingkah laku siswa dapat memahami proses IPA dan dapat
dikembangkan di masyarakat.
2) IPA di Sekolah Dasar
IPA perlu diajarkan di SD karena termasuk dalam kurikulum suatu sekolah (Samatowa, 2006 : 4 ). Ada beberapa alasan mengapa IPA diajarkan di SD yaitu: a IPA sangat bermanfaat bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar
teknologi sebagai tulang punggung pembangunan dan pengetahuan. b. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan konsep berpikir
kritis. c. Apabila IPA diajarkan dengan demonstrasi dan percobaan, maka IPA
bukan pelajaran hafalan, melainkan pelajaran ketrampilan secara menyeluruh baikfisik maupun psikis.
d. IPA memiliki nilai-nilai dan potensi pendidikan yang dapat membentuk kepribadian secara menyeluruh.
Pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai suatu proses aktif dan sangat
dipengaruhi oleh apa yang sebenarnya ingin dipelajari anak. Aspek pokok dalam
pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan,
mereka memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan
akhirnya dapat mengaplikasinya dalam kehidupan mereka. Pada waktu kegiatan
belajar mengajar, guru sebaiknya selalu memperhatikan dan mengetahui
pengetahuan dasar apa saja yang anak-anak miliki.
Pengalaman visual kita ketika melihat sesuatu sebagian tergantung pada
pengalaman kita sebelumnya, pengetahuan dan harapan kita. Sains adalah
pengetahuan yang dikembangkan melalui proses kerjasama temuan-temuan yang
ada di alam. Hal ini dijelaskan juga oleh T. Collette dan E, L. Chiappeta sebagai
berikut (Asma, 2006:37) : “science should be viewed as a way of thingking in
the persuit of understanding nature, as a way of investigating claims about
phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”
11
Pembelajaran IPA (Sains) harus dipandang sebagai cara berpikir untuk
memahami alam, mengivestigasikan anggapan-anggapan kita tentang fenomena
dan sebagai bangunan pengetahuan yang dihasilkan dari proses inkuiri.
2.1.3. Metode Demonstrasi
1) Pengertian demonstrasi
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan sustu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui / melihat kebenaran sesuatu.
2) Tujuan
a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa.
b. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
c. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada siswa secara
bersama-sama.
3) Langkah-langkah penggunaan metode demonstrasi
a. Perencanaan
a) Menentukan tujuan demonstrasi.
b) Menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi.
c) Menyiapkan alat-alat ynag diperlukan.
b. Pelaksanaan
a) Mengusahakan agar demonstrasi dapat diamati dan diiukuti seluruh
siswa.
b) Menumbuhkan sikap kritis pada siswasehingga terjadi tanya jawab
dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.
12
c) Memberi kesempatan siswa untuk mencoba sehingga siwa yakin
tentang suatu proses.
d) Membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam demonstrasi tersebut
c. Tindak lanjut
a) Pemberian tugas kepada siswasecara tertulis maupun lisan.
b) Penilaian terhadap laporan hasil demonstrasi siswa.
4) Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
a. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gambling dan konkrit melalui
penjelasan atau diskusi.
b. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan
peragaan berupa demonstrasi.
c. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi
lemah dalam auditif dan motorik, maupun sebaliknya.
d. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
e. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam
fase operasional konkrit.
5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
a. Kelebihan metode demonstrasi adalah :
1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit sehingga tidak terjadi
verbalisme.
2. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemonstrasikan itu.
3. Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
4. Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya
sendiri.
5. Menyajikan materi yang tidak bias disajikan oleh metode lain.
13
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah :
1. Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
2. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi
yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
3. Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
4. Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang
matang.
5) Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Guru harus terampil melakukan demonstrasi.
b. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan
untuk demonstrasi.
c. Mengatur waktu sebaik mungkin.
d. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin
2.1.4. Media Audio Visual
1) Pengertian media audio visual
“Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan
perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) meliputi
media yang dapat dilihat dan didengar.” (Rohani, dalam Juliantara : 2010).
Menurut Harmawan (Atoel, 2011) mengemukakan bahwa “Media Audio
Visual adalah Media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan
zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) meliputi media yang dapat
dilihat dan didengar”.
Media audio visual merupakan kombinasi antara media audio dan visual.
Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima
oleh indera pendengaran dan pengelihatan, akan tetapi gambar yang
14
dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Dengan
menggunakan media ini, pembelajaran akan semakin lengkap dan optimal.
“Karakteristik media Audio-Visual adalah memiliki unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan
visual”. (Miarso, dalam Atoel: 2011).
DjamarahS.B, dkk, (Juliantara, 2010) menyatakan bahwa sebagai alat
bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran, media audio-
visual mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar
d. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement atau
pengetahuan hasil yang dicapai
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
Dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran akan memberikan
pengalaman langsung dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untuk
siswa.
2) Kelebihan Media Audio Visual
Menurut Atoel (2011) beberapa kelebihan atau kegunaan media audi
visual pembelajaran sama dengan pengajaran audio dan visual yaitu:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
1. Obyek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film
bingkai, film atau model
2. Obyek yang kecil dengan proyektor micro, film bingkai, film atau
gambar
3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time
lapse atau high speed photografi
15
4. Kejadian atau peristiwayang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal
5. Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan
model, diagram, dll
6. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dll) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dll.
c. Media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.
Dari beberapa kelebihan-kelebihan media audio visual untuk
pembelajaran, maka sangat tepat sekali media audio visual digunakan dalam
pembelajaran. Selain dapat memvisualkan materi- materi yang bersifat abstrak
juga dapat membuat siswa merasakan pengalaman langsung dalam belajar.
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nini Herlina, Universitas Pendidikan
Indonesia dengan judul Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar SiswaPada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Benda Langit di
Kelas IV SDN 3 Cibodas yang menyimpulkan bahwa melalui media audio visual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA.
Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya
dibawah KKM sekitar 70% siswa. Siklus I menerapkan media audio visual terjadi
peningkatan signifikan yaitu 63% yang di atas KKM . Kemudian siklus II terjadi
peningkatan yaitu 87% yang sudah memenuhi KKM. Siklus III 100% sudah
memenuhi KKM.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Universitas Kristen
Satya Wacana dangan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Demonstrasi di SD
Negeri Kopeng 01 Kec. Getasan Kab. Semarang Semeter II Tahun Pelajaran
2011/2012.
16
Dapat dijelaskan bahwa kondisi sebelum PTK hanya 6 dari 22 siswa yang
tuntas dalam belajar (27,3%). Pada kondisi siklus 1, 21 siswa (95,5%) tuntas
dalam belajar. Kemudian siklus 2, 22 siswa (100%) tuntas dalam belajar.
2.3. Kerangka Berpikir
Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, adanya variasi metode
pembelajaran dan pemanfaatan media sangat besar pengaruhnya dalam proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, dimungkinkan dengan adanya variasi metode
pembelajaran dan pemanfaatan media yang maksimal hasil belajar siswa akan
meningkat lebih baik dibanding dengan proses belajar mengajar yang monoton.
Pada awalnya guru hanya menggunakan cara mengajar yang konvensional
(ceramah) dan tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ada, maka salah
satu akibat yang terjadi adalah hasil belajar siswa masih rendah. Dengan
menggunakan metode demonstrasi dan pemanfaatan media audio visual
diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dilihat pada gambar 2.1
17
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2002:62). Maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah penggunaan metode
demonstrasi dan pemanfaatan media audio visual pada mata pelajaran IPA, hasil
belajar siswa kelas IV SDN Sumogawe 03 dapat meningkat.
PEMBELAJARAN IPA
Siswa tidak berfikir hanya mendengarkan guru
Siswa: -Kurang memperhatikan -Berbicara sendiri -mengantuk
Pembelajaran Konvensional (ceramah)
Hasil belajar < KKM
Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan media audio visual
Siswa berfikir aktif dan menyampaikan ide-idenya
Siswa mengembangkan kemampuan, Menarik kesimpulan
Hasil Belajar ≥ KKM
- Perncanaan - Pelaksanaan - Tindak
lanjut