BAB II KAJIAN PUSTAKA...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA...
-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA
Minat belajar siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Minat siswa dapat diperoleh selain dari diri pribadi siswa juga dapat
diperoleh dari dorongan guru-guru, keluarga, teman, dan hal-hal lain yang
membuat siswa tersebut dapat merubah tingkah laku yang positif.
Menurut Witherington (1999: 101), minat adalah kesadaran seseorang
dalam sesuatu objek seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut
paut dengan dirinya. Pengetahuan atau informasi tentang seseorang atau
suatu objek pasti harus ada terlebih dahulu dapat minat objek tadi.
Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003)
Minat belajar merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa
berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang,
minatpun berkurang. (Hurlock,1999).
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat
adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal
diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar
minatnya.
Menurut Sudirman (2003: 76) minat seseorang terhadap suatu objek
akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan
dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan.
-
7
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan kecenderungan pada seseorang yang ditandai dengan rasa
senang atau ketertarikan pada objek tertentu disertai dengan adanya
pemusatan perhatian kepada objek tersebut dan keinginan untuk terlibat
dalam aktivitas objek tertentu, sehingga mengakibatkan seseorang memiliki
keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau aktivitas
tertentu, karena dirasakan bermakana bagi dirinya dan ada harapan yang di
tuju. Dan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli di
atas, maka dapat dimengerti bahwa terjadinya minat itu karena dorongan
dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Hubungan
minat dengan penelitian yang dilakukan ini adalah bahwa minat yang timbul
karena dorongan dari perasaan senang yang di alami siswa karena adanya
perhatian terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah pembelajaran baru dengan
menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
dalam pembelajaran IPA di kelas 3 SD Negeri 03 Salatiga. Dengan
diterapkannya model pembelajaran baru dalam pembelajaran IPA maka
minat siswa akan timbul dan terdorong karena perasaan senang terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru.
2.1.1.1 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Timbulnya Minat Belajar
Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor
intrinsik) maupun faktor yang yang berasal dari luar individu itu sendiri
(faktor ekstrinsik).
Menurut Sri Rumini (1998: 121) menjelaskan bahwa minat
dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sosial ekonom, bakat, umur, jenis
kelamin, pengalaman, kepribadian dan lingkungan.
Menurut Siti Rahayu Haditomo (1998: 189) menjelaskan bahwa ada 2
faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu:
“(1) Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu sifat pembawaan, dan (2) Faktor
dari luar (ekstrinsik), diantaranya keluarga, sekolah danmasyarakat sekitar.
Minat yang terjadi dalam individu dipengaruhidua faktor yang menentukan,
-
8
yaitu faktor keinginan dari dalam danfaktor keinginan dari luar. Minat dari
dalam terdiri dari tertarik ataurasa senang pada kegiatan, perhatian terhadap
suatu kegiatan danadanya aktivitas atau tindakan akibat rasa senang
maupunperhatian”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri (faktor intrinsic) dan faktor yang berasal dari luar
individu tersebut) faktor eksrinsic).
Faktor instrinsik terdiri atas rasa tertarik, perhatian dan aktivitas.
Ketiga faktor instrinsik dari minat tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Rasa Tertarik
Menurut Sudirman (2003: 36) ketertarikan adalah proses yang
dialami setiap individu tetapi sulit dijelaskan. Muhibbin Syah
(2008:136) menyampaikan, tertarik adalah suka atau senang, tetapi
belum melakukan aktivitas. Sedangkan Joko Sudarsono (2003:8)
mendefinisikan rasa tertarik sebagai penilaian positif terhadap suatu
objek. Berdasarkan tiga pendapat ini, disimpulkan bahwa rasa tertarik
merupakan rasa yang dimiliki setiap individu dalam ungkapan suka,
senang dan simrpati kepada sesuatu sebelum melakukan aktivitas,
sebagai penilian positif atau suatu objek.
b) Perhatian
Perhatian didefinisikan oleh Sumadi Suryabrata (2003: 14) sebagai
frekuensi dan kuantitas kesadaran yang menyertai aktivitas seseorang,
sedangkan Dakir (1993: 144) mendefinisikan minat perhatian sebagai
keaktifan peningkatan kesadaran seluruh jiwa yang dikerahkan dalam
pemusatannya kepada sesuatu, dan Bimo Walgito (2002: 98)
mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek.
Berdasarkan tiga definisi tersebut, disimpulkan perhatian merupakan
pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek, atau
frekuensi dan kuantitas kesadaran peningkatan kesadaran seluruh jiwa.
-
9
c) Aktivitas
Tahap setelah siswa tertarik dan memberikan perhatian terhadap
suatu objek atau kegiatan adalah bergabungnya siswa dalam kegiatan
tersebut.
2.1.1.2 Fungsi Minat dalam Belajar IPA
Minat belajar merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan
menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia
akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B. Hurlock (1999) menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998) sebagai
berikut:
a) Minat belajar mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
b) Minat belajar sebagai tenaga pendorong yang kuat.
c) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
d) Minat belajar yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering
terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Dari hasil uraian diatas, maka dapat dikaji bahwa minat belajar sangat
penting bagi siswa karena dengan adanya minat belajar, siswa dapat aktif
belajar mengeksplorasi kemampuannya dan dalam pembelajaran siswa tidak
mengalami tekanan atau dapat juga dikatakan siswa merasa senang dalam
pembelajaran. Serta dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu
keinginan atau kemauan yang disertai perhatian yang disengaja yang
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku belajar.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar IPA
Nana Sudjana (2010: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
-
10
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3-4) juga menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan
Mudjiono, 2009: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif,
sebagai berikut:
1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah
menjadi bagian yang telah kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan hasil belajar yang mempunyai peran penting dalam
pembelajaran perlu diupayakan semaksimal mungkin. Banyak sekali faktok-
-
11
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktok-faktor
tersebut bisa berasal dari dalam diri seseorang dan dari lingkungan.
Menurut Wasliman dalam Susanto (2013:12) “hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”. Secara lebih
detail, faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal
ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian siswa, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian
orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari -hari
berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Menurut Munadi (Rusman, 2012) disebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Dalam
faktor internal terdapat dua jenis, yaitu faktor fisiologis, dan faktor
psikologis. Sedangkan faktor eksternal faktor eksternal terdiri dari faktor
lingkungan, dan faktor instrumental.
Faktor fisiologis. Faktor umum kondisi fisiologis, seperti kondisi
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.
Faktor psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar
siswa.
-
12
Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil
belajar. Faktor lingkungan in meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar
pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang
tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari
yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk
bernafas lega.
Faktor instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-
faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
Dari kedua gagasan tersebut dapat diambil sebuah gagasan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal yang
berasal dari dalam diri peserta didik seperti kecerdasan, kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, perhatian dan minat
belajar siswa, motivasi belajar, dan sebagainya serta faktor eksternal yang
merupakan faktor berasal dari luar diri peserta didik seperti lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran CLIS
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan
secara aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah
kepada peran aktif siswa (student centered).
Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar
konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman
baru. Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan paradigma
konstruktivistik adalah Children Learning in Science(CLIS).
-
13
Model CLIS (Children Learning In Science) yaitu model pembelajaran yang
berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu
dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil
pengamatan atau percobaan.
Model CLIS dikemukakan oleh Driver di Inggris. Children’s Learning In
Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Sciences dalam bahasa
Indonesiaditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu
kumpulanpengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya
secara umumterbatas pada gejala-gejala alam. Model pembelajaran CLIS ini
dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science di Inggris yang di
pimpin oleh Driver (1988).
Model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) adalah model
mengajar yang urutannya sudah ditentukan oleh Rosalind Driver (1988) yang
terdiri dari tahap :
1) Orientasi (orientation)
2) Pemunculan Gagasan (Elicitation Of Ideas)
3) Penyusunan Ulang Gagasan (Restructuring Of Ideas)
4) Penerapan Gagasan (Application Of Ideas)
5) Mengkaji Ulang Perubahan Gagasan ( Review Change In Ideas)
Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) terbagi lagi
menjadi beberapa sub-sub tahap yaitu: (a) pengungkapan dan pertukaran gagasan
(clarification and exchange), (b) pembukaan situasi konflik (exposure to conflict
situation), dan kontruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of new ideas
and evaluation) (Nuriman Wijaya, 1997: 9).
Alfiati Syafrina (2000: 20) mengemukakan bahwa model pembelajaran
CLIS adalah suatu model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk
membangkitkan perubahan konseptual siswa. Alfiati Syafrina menambahkan,
model pembelajaran CLIS ini dilandasi oleh pandangan konstruktivisme yang
memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa, pembelajaran berpusat pada
siswa melalui aktivitas hands on/minds on dan menghadapi lingkungan sebagai
bahan belajar.
-
14
2.1.3.1 Langkah-langkah (Tahap-tahap) Pembelajaran CLIS
Model ini terdiri atas 5 tahap menurut Driver(1988), yaitu:
1) Tahap orientasi (orientation)
Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengantujuan
untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami
siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya
menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.
2) Tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas).
Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran.
Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan apa saja yang
mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab
pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini
merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini
dapat juga dilakukan melalui wawancara internal.
3) Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas).
Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran
gagasan (clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik (eksposure
to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of
new ideas and evaluation).
Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk
memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara
umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua
dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil
diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak membenarkan atau
menyalahkan gagasan siswa. Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, siswa
diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di
dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep
awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks. Tahap kontruksi
gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan gagasan
-
15
yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian
mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru.
4) Tahap penerapan gagasan (application of ideas).
Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang
dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Gagasan
baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk
menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan.
5) Tahap pemantapan gagasan (reviuw change in ideas).
Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru
untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang
konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar
mengubahnya menjadi konsep ilmiah.
Model pembelajaran CLIS yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Tahap orientasi (Orientation)
Pada tahap ini, perhatian dan minat siswa dibangkitkan dengan cara guru
memberikan contoh-contoh fenomena alam yang menarik dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
2) Tahap pemunculan gagasan (Elicitation Of Ideas)
Pada tahap ini, untuk memunculkan gagasan awal siswa, guru mengajukan
suatu masalah. Kemudian guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa.
3) Tahap penyusunan ulang gagasan (Restructuring Of Ideas)
Dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Pengungkapan dan pertukaran gagasan (Clarification And Exchange)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan jawaban dalammasing-masing
kelompok kecil sambil melakukan kegiatan praktikum.Hasil diskusi
ditulis dalam selembar kertas dan dijelaskan oleh salah seorang siswa
pada setiap kelompok. Melalui diskusi ini siswa bisa mengungkapkan
kembali dan saling bertukar gagasan (Nuriman Wijaya, 1997: 23).
-
16
(b) Pembukaan situasi konflik (exposure to conflict situation)
Pada langkah ini, siswa mengalami konflik gagasan dengan menyelidiki
perbedaan antara gagasan awal dengan gagasan yang diperoleh dari
fenomena selama kegiatan praktikum. Pembukaan situasi konflik dapat
dilakukan dengan cara, guru menunjuk salah seorang siswa untuk
mengemukakan hasil percobaannya, sedangkan siswa lainnya
menanggapinya.
(c) Kontruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of new ideas and
evaluation)
Pada langkah ini, siswa mengkontruksi gagasan baru dan mengevaluasi
gagasan dengan bimbingan guru.
(d) Penerapan gagasan (application of ideas)
Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep yang telah dikuasai ke dalam
situasi baru dengan bantuan bimbingan dari guru. Situasi yang baru di
sini dapat berupa penerapan konsep yang dipelajari dengan dalam
kehidupan sehari-hari.
(e) Mengkaji ulang perubahan gagasan ( review change in ideas)
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memperkuat konsep
yang telah diperoleh siswa. Kemudian guru mengajak siswauntuk
membandingkan gagasan baru yang telah diperoleh dengan gagasan
awalnya
2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran CLIS
Kelebihan-kelebihan model pembelajaran CLIS (Nuriman Wijaya, 1997:
21-22), yaitu:
1) Membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah.
2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana
kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjalinnya kerja sama sesama siswa
dan siswa terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan.
3) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siswa
menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan
bangga dengan hasil temuannya.
-
17
4) Guru dalam mengajar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan
suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan
berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya,
sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.
5) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pengajaran yang sederhana
yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.3.3 Kelemahan Model Pembelajaran CLIS
M.D Salwin (2003: 8) mengemukakan beberapa kelemahan model
pembelajaran CLIS antara lain: guru dituntut untuk menyiapkan model
pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap.
Selain itu, bagi siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan
merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
subtansi yang diteliti, Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada
dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut penelitian, ada beberapa
penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya :
Kustiarini, 2011, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011,
melakukan penelitian dengan judul peningkatan hasil belajar ipa melalui model
pembelajaran children learning in science dengan media dua dimensi dan tiga
dimensi pada siswa kelas iv sd negeri pajang iii no. 206 Surakarta tahun
2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning in
Science (CLIS) dengan media dua dimensi dan tiga demensi pada siswa kelas IV
SD Negeri pajang III No. 206 Surakarta tahun 2011/2012. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian yang dikenai tindakan
adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri pajang III No. 206 Surakarta yang
berjumlah 38 siswa. Metode pengumpulan data digunakan melalui metode
-
18
wawancara, observasi, dokumentasi dan tes.Dibuktikan dengan hasil belajar siswa
yang meningkat dari keadaan sebelum tindakan adalah 47,36%, pada siklus I
menjadi 73,68%, dan pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 92,1%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui
model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dengan media dua
dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N
Pajang III No. 206 Surakarta tahun 2011/2012.
Selanjutnya, Ita puspita (2013), melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Model Children Learning In Science (CLIS) dalam Pembelajaran
Fisika Kelas VIIIH SMP Negeri 7 Jember Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan
observasi awal di SMP Negeri 7 Jember menunjukkan bahwa dikelas VIIIH
terdapat permasalahan yaitu rendahnya aktivitas dan ketuntasan hasil belajar
fisika. Hal ini ditunjukkan data observasi dari 37 siswa diperoleh data berikut:
tidak ada siswa yang bertanya, 3 siswa aktif menjawab dan 17 siswa mencatat
sedangkan sisanya mengobrol sendiri. Sedangkan data ketuntasan hasil belajar
siswa menunjukkan bahwa dari 37 siswa ditemukan 5 siswa tuntas atau sebesar
13,51% siswa yang mendapat nilai ≥70, dan 32 siswa tidak tuntas. Berdasarkan
analisis ketuntasan hasil belajar fisika siswa pada pra siklus sebesar 32,43%, pada
siklus 1 ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 54,05% dan pada siklus 2
meningkat menjadi 75,67%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran children learning in science dapat meningkatkan aktivitas belajar
dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIIIH di SMP Negeri 7 Jember.
Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran CLIS terbukti
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penelitian supaya pemahaman
materi pelajaran pada siswa meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih
bemakna bagi siswa.
Dalam pembelajaran CLIS yang mempunyai 5 tahap yaitu tahap orientasi,
tahap pemunculan gagasan, tahap penyusunan ulang gagasan, tahap penerapan
gagasan, dan tahap pemantapan gagasan membuat siswa pada saat pembelajaran
dapat berfikir ke aras yang tinggi, karena semua indra yang dimiliki oleh siswa
-
19
digunakan. Pada tahap orientasi siswa memperhatikan guru apa yang akan
ditunjukkan dan mata dan telinga digunakan untuk memperhatikan sehingga siswa
dapat mengamati dan mempraktekan sendiri apa yang telah diajarkan. Pada tahap
pemunculan gagasan siswa diminta mengungkapkan pendapatnya masing-masing,
tahap penyusunan gagasan siswa aktif melakukan diskusi dan melakukan
percobaan sehingga siswa mengalami sendiri percobaan, dan tahap penerapan
gagasan siswa dapat berpikir bagaimana menerapkan gagasannya dan
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam kehidupan sehari-hari
siswa dapat menerapkannya. Karena pada saat pembelajaran siswa sudah
mencapai taraf berpikir yang tinggi maka penggunaan CLIS dalam pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian diatas terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah
perbedaan karakter siswa yaitu siswa yang diteliti sebelumnya ada yang siswa
kelas VIII SMP dan sedangkan yang akan diteliti adalah siswa kelas III SD dan
juga materi yang dipakai juga berbeda. Penelitian yang akan dilakukan ini selain
fokus pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, penelitian ini
juga akan mencoba meningkatkan minat belajar siswa. Kemudian waktu dan
tempat penelitianpun berbeda yakni penelitian ini akan dilakukan di kelas III SD
Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Jadi dalam
penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan minat belajar dan hasil
belajar siswa kelas III SDN Dukuh 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Model pembelajaran Children Learning In Sciences (CLIS)
memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok dan siswa dapat
mengungkapkan ide dan gagasan tentang topic yang dibahas. Model ini berusaha
mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam
-
20
pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil
pengamatan atau percobaan.
Dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Sciences
(CLIS), diharapkangagasan awal siswa dapat dimunculkan dengan cepat, reaksi
siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar terbuka, partisipasi siswa menjadi
lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran. Dengan upaya-upaya
dalam model pembelajaran Children Learning In Sciences (CLIS) diharapkan
minat belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 di SDN Dukuh 03 dapat
meningkat dan tuntas. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Siswa nilainya tuntas dan memenuhi KKM
(65)
KONDISI
AKHIR
TINDAKAN
KONDISI
AWAL
Menerapkan model pembelajaran
CLIS pada mata pelajaran IPA
dengan menggunakan 5
langkah/thap pembelajaran
CLIS, yaitu:
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Pemunculan gagasan
3. Tahap Penyusunan Ulang
Gagasan.
4. Tahap penerapan Gagasan.
5. Tahap Pemantapan
Gagasan.
Guru belum
menerapkan model
pembelajaran CLIS
Kondisi Sebelum
Tindakan Minat belajar dan Hasil
belajar IPA siswa kelas 3
masih rendah dibawah
KKM
SIKLUS I
Minat dan Hasil
belajar IPA
Siswa menjadi
lebih baik.
SIKLUS II
Minat dan Hasil
belajar IPA
Siswa menjadi
meningkat.
-
21
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan keseluruhan pemaparan sebelumnya, maka hipotesis tindakan
adalah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan minat belajar
dan meningkatkan ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 3 SDN
Dukuh 03 Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016.