BAB II KAJIAN PUSTAKA...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA Minat belajar siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar. Minat siswa dapat diperoleh selain dari diri pribadi siswa juga dapat diperoleh dari dorongan guru-guru, keluarga, teman, dan hal-hal lain yang membuat siswa tersebut dapat merubah tingkah laku yang positif. Menurut Witherington (1999: 101), minat adalah kesadaran seseorang dalam sesuatu objek seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Pengetahuan atau informasi tentang seseorang atau suatu objek pasti harus ada terlebih dahulu dapat minat objek tadi. Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003) Minat belajar merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minatpun berkurang. (Hurlock,1999). Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa a da yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya. Menurut Sudirman (2003: 76) minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Minat Belajar IPA

    Minat belajar siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar.

    Minat siswa dapat diperoleh selain dari diri pribadi siswa juga dapat

    diperoleh dari dorongan guru-guru, keluarga, teman, dan hal-hal lain yang

    membuat siswa tersebut dapat merubah tingkah laku yang positif.

    Menurut Witherington (1999: 101), minat adalah kesadaran seseorang

    dalam sesuatu objek seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut

    paut dengan dirinya. Pengetahuan atau informasi tentang seseorang atau

    suatu objek pasti harus ada terlebih dahulu dapat minat objek tadi.

    Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

    dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

    diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003)

    Minat belajar merupakan sumber motivasi yang mendorong orang

    untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

    Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa

    berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang,

    minatpun berkurang. (Hurlock,1999).

    Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat

    adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

    aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah

    penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal

    diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar

    minatnya.

    Menurut Sudirman (2003: 76) minat seseorang terhadap suatu objek

    akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan

    dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan.

  • 7

    Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    minat merupakan kecenderungan pada seseorang yang ditandai dengan rasa

    senang atau ketertarikan pada objek tertentu disertai dengan adanya

    pemusatan perhatian kepada objek tersebut dan keinginan untuk terlibat

    dalam aktivitas objek tertentu, sehingga mengakibatkan seseorang memiliki

    keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau aktivitas

    tertentu, karena dirasakan bermakana bagi dirinya dan ada harapan yang di

    tuju. Dan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli di

    atas, maka dapat dimengerti bahwa terjadinya minat itu karena dorongan

    dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu. Hubungan

    minat dengan penelitian yang dilakukan ini adalah bahwa minat yang timbul

    karena dorongan dari perasaan senang yang di alami siswa karena adanya

    perhatian terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah pembelajaran baru dengan

    menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)

    dalam pembelajaran IPA di kelas 3 SD Negeri 03 Salatiga. Dengan

    diterapkannya model pembelajaran baru dalam pembelajaran IPA maka

    minat siswa akan timbul dan terdorong karena perasaan senang terhadap

    pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru.

    2.1.1.1 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Timbulnya Minat Belajar

    Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak

    faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor

    intrinsik) maupun faktor yang yang berasal dari luar individu itu sendiri

    (faktor ekstrinsik).

    Menurut Sri Rumini (1998: 121) menjelaskan bahwa minat

    dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sosial ekonom, bakat, umur, jenis

    kelamin, pengalaman, kepribadian dan lingkungan.

    Menurut Siti Rahayu Haditomo (1998: 189) menjelaskan bahwa ada 2

    faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu:

    “(1) Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu sifat pembawaan, dan (2) Faktor

    dari luar (ekstrinsik), diantaranya keluarga, sekolah danmasyarakat sekitar.

    Minat yang terjadi dalam individu dipengaruhidua faktor yang menentukan,

  • 8

    yaitu faktor keinginan dari dalam danfaktor keinginan dari luar. Minat dari

    dalam terdiri dari tertarik ataurasa senang pada kegiatan, perhatian terhadap

    suatu kegiatan danadanya aktivitas atau tindakan akibat rasa senang

    maupunperhatian”.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat

    dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

    individu itu sendiri (faktor intrinsic) dan faktor yang berasal dari luar

    individu tersebut) faktor eksrinsic).

    Faktor instrinsik terdiri atas rasa tertarik, perhatian dan aktivitas.

    Ketiga faktor instrinsik dari minat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

    a) Rasa Tertarik

    Menurut Sudirman (2003: 36) ketertarikan adalah proses yang

    dialami setiap individu tetapi sulit dijelaskan. Muhibbin Syah

    (2008:136) menyampaikan, tertarik adalah suka atau senang, tetapi

    belum melakukan aktivitas. Sedangkan Joko Sudarsono (2003:8)

    mendefinisikan rasa tertarik sebagai penilaian positif terhadap suatu

    objek. Berdasarkan tiga pendapat ini, disimpulkan bahwa rasa tertarik

    merupakan rasa yang dimiliki setiap individu dalam ungkapan suka,

    senang dan simrpati kepada sesuatu sebelum melakukan aktivitas,

    sebagai penilian positif atau suatu objek.

    b) Perhatian

    Perhatian didefinisikan oleh Sumadi Suryabrata (2003: 14) sebagai

    frekuensi dan kuantitas kesadaran yang menyertai aktivitas seseorang,

    sedangkan Dakir (1993: 144) mendefinisikan minat perhatian sebagai

    keaktifan peningkatan kesadaran seluruh jiwa yang dikerahkan dalam

    pemusatannya kepada sesuatu, dan Bimo Walgito (2002: 98)

    mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari

    seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek.

    Berdasarkan tiga definisi tersebut, disimpulkan perhatian merupakan

    pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu objek, atau

    frekuensi dan kuantitas kesadaran peningkatan kesadaran seluruh jiwa.

  • 9

    c) Aktivitas

    Tahap setelah siswa tertarik dan memberikan perhatian terhadap

    suatu objek atau kegiatan adalah bergabungnya siswa dalam kegiatan

    tersebut.

    2.1.1.2 Fungsi Minat dalam Belajar IPA

    Minat belajar merupakan salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan

    menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam

    menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia

    akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

    Elizabeth B. Hurlock (1999) menulis tentang fungsi minat bagi

    kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid (1998) sebagai

    berikut:

    a) Minat belajar mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

    b) Minat belajar sebagai tenaga pendorong yang kuat.

    c) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.

    d) Minat belajar yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering

    terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.

    Dari hasil uraian diatas, maka dapat dikaji bahwa minat belajar sangat

    penting bagi siswa karena dengan adanya minat belajar, siswa dapat aktif

    belajar mengeksplorasi kemampuannya dan dalam pembelajaran siswa tidak

    mengalami tekanan atau dapat juga dikatakan siswa merasa senang dalam

    pembelajaran. Serta dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu

    keinginan atau kemauan yang disertai perhatian yang disengaja yang

    melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku belajar.

    2.1.2 Pengertian Hasil Belajar IPA

    Nana Sudjana (2010: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

    hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

  • 10

    pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

    psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3-4) juga menyebutkan hasil

    belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

    mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

    hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

    pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan

    Mudjiono, 2009: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif,

    sebagai berikut:

    1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

    Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

    pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

    2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

    3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

    Misalnya, menggunakan prinsip.

    4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

    dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah

    menjadi bagian yang telah kecil.

    5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

    6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

    misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

    Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

    belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut

    mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat

    dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

    pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam

    mencapai tujuan pembelajaran.

    2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Keberhasilan hasil belajar yang mempunyai peran penting dalam

    pembelajaran perlu diupayakan semaksimal mungkin. Banyak sekali faktok-

  • 11

    faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktok-faktor

    tersebut bisa berasal dari dalam diri seseorang dan dari lingkungan.

    Menurut Wasliman dalam Susanto (2013:12) “hasil belajar yang

    dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

    yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”. Secara lebih

    detail, faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

    Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

    peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal

    ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian siswa, motivasi belajar,

    ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

    Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang

    mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang

    morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian

    orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari -hari

    berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari

    berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

    Menurut Munadi (Rusman, 2012) disebutkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Dalam

    faktor internal terdapat dua jenis, yaitu faktor fisiologis, dan faktor

    psikologis. Sedangkan faktor eksternal faktor eksternal terdiri dari faktor

    lingkungan, dan faktor instrumental.

    Faktor fisiologis. Faktor umum kondisi fisiologis, seperti kondisi

    kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak

    dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat

    mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

    Faktor psikologis. Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya

    memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut

    mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi

    intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar

    siswa.

  • 12

    Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil

    belajar. Faktor lingkungan in meliputi lingkungan fisik dan lingkungan

    sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar

    pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang

    tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari

    yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk

    bernafas lega.

    Faktor instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

    keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai hasil belajar yang

    diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana

    untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-

    faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.

    Dari kedua gagasan tersebut dapat diambil sebuah gagasan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal yang

    berasal dari dalam diri peserta didik seperti kecerdasan, kondisi kesehatan

    yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, perhatian dan minat

    belajar siswa, motivasi belajar, dan sebagainya serta faktor eksternal yang

    merupakan faktor berasal dari luar diri peserta didik seperti lingkungan

    sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga.

    2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran CLIS

    Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik

    dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan

    secara aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah

    kepada peran aktif siswa (student centered).

    Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar

    konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau

    mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman

    baru. Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan paradigma

    konstruktivistik adalah Children Learning in Science(CLIS).

  • 13

    Model CLIS (Children Learning In Science) yaitu model pembelajaran yang

    berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu

    dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil

    pengamatan atau percobaan.

    Model CLIS dikemukakan oleh Driver di Inggris. Children’s Learning In

    Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Sciences dalam bahasa

    Indonesiaditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu

    kumpulanpengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya

    secara umumterbatas pada gejala-gejala alam. Model pembelajaran CLIS ini

    dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science di Inggris yang di

    pimpin oleh Driver (1988).

    Model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) adalah model

    mengajar yang urutannya sudah ditentukan oleh Rosalind Driver (1988) yang

    terdiri dari tahap :

    1) Orientasi (orientation)

    2) Pemunculan Gagasan (Elicitation Of Ideas)

    3) Penyusunan Ulang Gagasan (Restructuring Of Ideas)

    4) Penerapan Gagasan (Application Of Ideas)

    5) Mengkaji Ulang Perubahan Gagasan ( Review Change In Ideas)

    Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) terbagi lagi

    menjadi beberapa sub-sub tahap yaitu: (a) pengungkapan dan pertukaran gagasan

    (clarification and exchange), (b) pembukaan situasi konflik (exposure to conflict

    situation), dan kontruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of new ideas

    and evaluation) (Nuriman Wijaya, 1997: 9).

    Alfiati Syafrina (2000: 20) mengemukakan bahwa model pembelajaran

    CLIS adalah suatu model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk

    membangkitkan perubahan konseptual siswa. Alfiati Syafrina menambahkan,

    model pembelajaran CLIS ini dilandasi oleh pandangan konstruktivisme yang

    memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa, pembelajaran berpusat pada

    siswa melalui aktivitas hands on/minds on dan menghadapi lingkungan sebagai

    bahan belajar.

  • 14

    2.1.3.1 Langkah-langkah (Tahap-tahap) Pembelajaran CLIS

    Model ini terdiri atas 5 tahap menurut Driver(1988), yaitu:

    1) Tahap orientasi (orientation)

    Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengantujuan

    untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara

    menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami

    siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya

    menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.

    2) Tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas).

    Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk

    memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran.

    Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan apa saja yang

    mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab

    pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini

    merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini

    dapat juga dilakukan melalui wawancara internal.

    3) Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas).

    Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran

    gagasan (clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik (eksposure

    to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of

    new ideas and evaluation).

    Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk

    memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara

    umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua

    dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil

    diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak membenarkan atau

    menyalahkan gagasan siswa. Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, siswa

    diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di

    dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep

    awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks. Tahap kontruksi

    gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan gagasan

  • 15

    yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.

    Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian

    mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru.

    4) Tahap penerapan gagasan (application of ideas).

    Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang

    dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Gagasan

    baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk

    menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan.

    5) Tahap pemantapan gagasan (reviuw change in ideas).

    Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru

    untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang

    konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar

    mengubahnya menjadi konsep ilmiah.

    Model pembelajaran CLIS yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Tahap orientasi (Orientation)

    Pada tahap ini, perhatian dan minat siswa dibangkitkan dengan cara guru

    memberikan contoh-contoh fenomena alam yang menarik dalam kehidupan

    sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.

    2) Tahap pemunculan gagasan (Elicitation Of Ideas)

    Pada tahap ini, untuk memunculkan gagasan awal siswa, guru mengajukan

    suatu masalah. Kemudian guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok

    kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa.

    3) Tahap penyusunan ulang gagasan (Restructuring Of Ideas)

    Dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

    (a) Pengungkapan dan pertukaran gagasan (Clarification And Exchange)

    Pada langkah ini, siswa mendiskusikan jawaban dalammasing-masing

    kelompok kecil sambil melakukan kegiatan praktikum.Hasil diskusi

    ditulis dalam selembar kertas dan dijelaskan oleh salah seorang siswa

    pada setiap kelompok. Melalui diskusi ini siswa bisa mengungkapkan

    kembali dan saling bertukar gagasan (Nuriman Wijaya, 1997: 23).

  • 16

    (b) Pembukaan situasi konflik (exposure to conflict situation)

    Pada langkah ini, siswa mengalami konflik gagasan dengan menyelidiki

    perbedaan antara gagasan awal dengan gagasan yang diperoleh dari

    fenomena selama kegiatan praktikum. Pembukaan situasi konflik dapat

    dilakukan dengan cara, guru menunjuk salah seorang siswa untuk

    mengemukakan hasil percobaannya, sedangkan siswa lainnya

    menanggapinya.

    (c) Kontruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of new ideas and

    evaluation)

    Pada langkah ini, siswa mengkontruksi gagasan baru dan mengevaluasi

    gagasan dengan bimbingan guru.

    (d) Penerapan gagasan (application of ideas)

    Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep yang telah dikuasai ke dalam

    situasi baru dengan bantuan bimbingan dari guru. Situasi yang baru di

    sini dapat berupa penerapan konsep yang dipelajari dengan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    (e) Mengkaji ulang perubahan gagasan ( review change in ideas)

    Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memperkuat konsep

    yang telah diperoleh siswa. Kemudian guru mengajak siswauntuk

    membandingkan gagasan baru yang telah diperoleh dengan gagasan

    awalnya

    2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran CLIS

    Kelebihan-kelebihan model pembelajaran CLIS (Nuriman Wijaya, 1997:

    21-22), yaitu:

    1) Membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah.

    2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana

    kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjalinnya kerja sama sesama siswa

    dan siswa terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan.

    3) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siswa

    menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan

    bangga dengan hasil temuannya.

  • 17

    4) Guru dalam mengajar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan

    suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan

    berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya,

    sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.

    5) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pengajaran yang sederhana

    yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

    2.1.3.3 Kelemahan Model Pembelajaran CLIS

    M.D Salwin (2003: 8) mengemukakan beberapa kelemahan model

    pembelajaran CLIS antara lain: guru dituntut untuk menyiapkan model

    pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap.

    Selain itu, bagi siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan

    merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.

    2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-

    hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan

    subtansi yang diteliti, Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada

    dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut penelitian, ada beberapa

    penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya :

    Kustiarini, 2011, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011,

    melakukan penelitian dengan judul peningkatan hasil belajar ipa melalui model

    pembelajaran children learning in science dengan media dua dimensi dan tiga

    dimensi pada siswa kelas iv sd negeri pajang iii no. 206 Surakarta tahun

    2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning in

    Science (CLIS) dengan media dua dimensi dan tiga demensi pada siswa kelas IV

    SD Negeri pajang III No. 206 Surakarta tahun 2011/2012. Penelitian ini

    merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian yang dikenai tindakan

    adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri pajang III No. 206 Surakarta yang

    berjumlah 38 siswa. Metode pengumpulan data digunakan melalui metode

  • 18

    wawancara, observasi, dokumentasi dan tes.Dibuktikan dengan hasil belajar siswa

    yang meningkat dari keadaan sebelum tindakan adalah 47,36%, pada siklus I

    menjadi 73,68%, dan pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 92,1%.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui

    model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dengan media dua

    dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N

    Pajang III No. 206 Surakarta tahun 2011/2012.

    Selanjutnya, Ita puspita (2013), melakukan penelitian dengan judul

    Penerapan Model Children Learning In Science (CLIS) dalam Pembelajaran

    Fisika Kelas VIIIH SMP Negeri 7 Jember Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan

    observasi awal di SMP Negeri 7 Jember menunjukkan bahwa dikelas VIIIH

    terdapat permasalahan yaitu rendahnya aktivitas dan ketuntasan hasil belajar

    fisika. Hal ini ditunjukkan data observasi dari 37 siswa diperoleh data berikut:

    tidak ada siswa yang bertanya, 3 siswa aktif menjawab dan 17 siswa mencatat

    sedangkan sisanya mengobrol sendiri. Sedangkan data ketuntasan hasil belajar

    siswa menunjukkan bahwa dari 37 siswa ditemukan 5 siswa tuntas atau sebesar

    13,51% siswa yang mendapat nilai ≥70, dan 32 siswa tidak tuntas. Berdasarkan

    analisis ketuntasan hasil belajar fisika siswa pada pra siklus sebesar 32,43%, pada

    siklus 1 ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 54,05% dan pada siklus 2

    meningkat menjadi 75,67%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran children learning in science dapat meningkatkan aktivitas belajar

    dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIIIH di SMP Negeri 7 Jember.

    Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran CLIS terbukti

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas,

    peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penelitian supaya pemahaman

    materi pelajaran pada siswa meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih

    bemakna bagi siswa.

    Dalam pembelajaran CLIS yang mempunyai 5 tahap yaitu tahap orientasi,

    tahap pemunculan gagasan, tahap penyusunan ulang gagasan, tahap penerapan

    gagasan, dan tahap pemantapan gagasan membuat siswa pada saat pembelajaran

    dapat berfikir ke aras yang tinggi, karena semua indra yang dimiliki oleh siswa

  • 19

    digunakan. Pada tahap orientasi siswa memperhatikan guru apa yang akan

    ditunjukkan dan mata dan telinga digunakan untuk memperhatikan sehingga siswa

    dapat mengamati dan mempraktekan sendiri apa yang telah diajarkan. Pada tahap

    pemunculan gagasan siswa diminta mengungkapkan pendapatnya masing-masing,

    tahap penyusunan gagasan siswa aktif melakukan diskusi dan melakukan

    percobaan sehingga siswa mengalami sendiri percobaan, dan tahap penerapan

    gagasan siswa dapat berpikir bagaimana menerapkan gagasannya dan

    dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam kehidupan sehari-hari

    siswa dapat menerapkannya. Karena pada saat pembelajaran siswa sudah

    mencapai taraf berpikir yang tinggi maka penggunaan CLIS dalam pembelajaran

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Dalam penelitian diatas terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu

    dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah

    perbedaan karakter siswa yaitu siswa yang diteliti sebelumnya ada yang siswa

    kelas VIII SMP dan sedangkan yang akan diteliti adalah siswa kelas III SD dan

    juga materi yang dipakai juga berbeda. Penelitian yang akan dilakukan ini selain

    fokus pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, penelitian ini

    juga akan mencoba meningkatkan minat belajar siswa. Kemudian waktu dan

    tempat penelitianpun berbeda yakni penelitian ini akan dilakukan di kelas III SD

    Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Jadi dalam

    penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan minat belajar dan hasil

    belajar siswa kelas III SDN Dukuh 03 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.

    2.3 Kerangka Pikir

    Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

    siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang

    sudah ditetapkan. Model pembelajaran Children Learning In Sciences (CLIS)

    memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok dan siswa dapat

    mengungkapkan ide dan gagasan tentang topic yang dibahas. Model ini berusaha

    mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam

  • 20

    pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil

    pengamatan atau percobaan.

    Dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Sciences

    (CLIS), diharapkangagasan awal siswa dapat dimunculkan dengan cepat, reaksi

    siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar terbuka, partisipasi siswa menjadi

    lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran. Dengan upaya-upaya

    dalam model pembelajaran Children Learning In Sciences (CLIS) diharapkan

    minat belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas 3 di SDN Dukuh 03 dapat

    meningkat dan tuntas. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:

    Siswa nilainya tuntas dan memenuhi KKM

    (65)

    KONDISI

    AKHIR

    TINDAKAN

    KONDISI

    AWAL

    Menerapkan model pembelajaran

    CLIS pada mata pelajaran IPA

    dengan menggunakan 5

    langkah/thap pembelajaran

    CLIS, yaitu:

    1. Tahap Orientasi

    2. Tahap Pemunculan gagasan

    3. Tahap Penyusunan Ulang

    Gagasan.

    4. Tahap penerapan Gagasan.

    5. Tahap Pemantapan

    Gagasan.

    Guru belum

    menerapkan model

    pembelajaran CLIS

    Kondisi Sebelum

    Tindakan Minat belajar dan Hasil

    belajar IPA siswa kelas 3

    masih rendah dibawah

    KKM

    SIKLUS I

    Minat dan Hasil

    belajar IPA

    Siswa menjadi

    lebih baik.

    SIKLUS II

    Minat dan Hasil

    belajar IPA

    Siswa menjadi

    meningkat.

  • 21

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan keseluruhan pemaparan sebelumnya, maka hipotesis tindakan

    adalah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan minat belajar

    dan meningkatkan ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 3 SDN

    Dukuh 03 Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016.