BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pustaka yang relevan dengan metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan kreativitas siswa. Lebih dalam lagi pada bab II ini membahas mengenai: pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD, pembelajaran melalui pendekatan peta konsep tipe Network Tree baik konsep maupun langkah-langkahnya. Selain itu pada bab ini juga membahas teori kreativitas, penelitian yang relevan serta hipotesis penelitian. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Panitz dalam Suprijono (2009:73) membedakan pembelajaran berbasis sosial menjadi 2 (dua), yaitu pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif. Selanjutnya, perlu penulis jelaskan bahwa balam penelitian ini, penulis lebih cenderung menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sering juga disebut dengan cooperative learning. Menurut Sugiyono, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Isjoni (2010:20) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Rofiq (2010: 1) juga berpendapat bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah metode belajar yang dilaksanakan dengan bekerja sama antar siswa, sehingga nantinya siswa tidak semata mencapai kesuksesan secara individual atau saling mengalahkan antar siswa. Hal serupa juga pernah dikemukakan oleh Johnson dalam B. Santoso (1999:6) cooperative learning merupakan kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar secara optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok. Trianto (2010:63) menyebutkan dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi atau tipe model yang dapat diterapkan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pustaka yang relevan dengan

metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan kreativitas siswa. Lebih

dalam lagi pada bab II ini membahas mengenai: pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan SD, pembelajaran melalui pendekatan peta konsep tipe

Network Tree baik konsep maupun langkah-langkahnya. Selain itu pada bab ini

juga membahas teori kreativitas, penelitian yang relevan serta hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Panitz dalam Suprijono (2009:73) membedakan pembelajaran berbasis sosial

menjadi 2 (dua), yaitu pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kolaboratif.

Selanjutnya, perlu penulis jelaskan bahwa balam penelitian ini, penulis lebih

cenderung menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sering

juga disebut dengan cooperative learning. Menurut Sugiyono, pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Isjoni (2010:20) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Rofiq (2010: 1) juga

berpendapat bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah

metode belajar yang dilaksanakan dengan bekerja sama antar siswa, sehingga

nantinya siswa tidak semata mencapai kesuksesan secara individual atau saling

mengalahkan antar siswa. Hal serupa juga pernah dikemukakan oleh Johnson

dalam B. Santoso (1999:6) cooperative learning merupakan kegiatan belajar

mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk

sampai pada pengalaman belajar secara optimal, baik pengalaman individu

maupun kelompok. Trianto (2010:63) menyebutkan dalam model pembelajaran

kooperatif terdapat beberapa variasi atau tipe model yang dapat diterapkan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

8

Membaca beberapa rujukan di atas, secara tidak langsung penulis

menemukan beberapa tujuan pembelajaran kooperatif. Tujuan tersebut

diantaranya:

1. Siswa diorganisasikan ke dalam kelompok agar dapat membangun

kerjasama antar siswa. Artinya pembelajaran tidak lagi bersifat

individualistis. Namun, lebih mengedepankan kerjasama antar siswa.

Selain itu, belajar dalam kelompok juga akan lebih meningkatkan rasa

saling menghargai antar sesama siswa. Sebab, dalam belajar kelompok

siswa akan diarahkan oleh guru untuk saling menghargai pendapat satu

dengan yang lainnya.

2. Tidak semata mencapai kesuksesan secara individual atau saling

mengalahkan antar siswa. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif

selalu mengedepankan kesuksesan secara kelompok. Namun demikian,

penulis juga berpendapat bahwa siswa juga berhak memperoleh

kesuksesan secara individual asalkan dilakukan secara sehat dan tidak

menyalahi aturan.

3. Pengalaman belajar secara optimal, baik pengalaman individu maupun

kelompok. Sebab, dalam belajar kelompok siswa tidak belajar sendiri.

Melainkan, siswa juga belajar bersama teman-temannya. Artinya, dalam

belajar kelompok, siswa yang mempunyai kelebihan akan menutupi

kelemahan rekannya dengan kelebihannya itu. Maka dari itu, pengalaman

yang diperoleh siswa akan lebih optimal baik individu maupun secara

kelompok.

2.1.1.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Setelah mengetahui pengertian dari pembelajaran kooperatif atau cooperative

learning. Akan lebih baik jika kita mengetahui beberapa unsur yang harus

dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif guna mendapatkan hasil yang maksimal.

Sugiyono (2009:77) menjelaskan beberapa unsur dalam pembelajaran kooperatif

seperti berikut ini:

1. Positive interpendence (saling ketergantungan positif).

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

9

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif).

4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).

5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Unsur pertama dari pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan

positif. Unsur ini lebih mengacu pada penugasan dalam kelompok. Penugasan

pertama yakni mempelajari bahan yang ditugaskan dalam kelompok. Penugasan

kedua ialah menjamin semua anggota kelompok mampu mempelajari bahan yang

ditugaskan tersebut. Artinya, keberhasilan kelompok sangat bergantung pada

usaha setiap anggotanya. Dalam hal ini, guru sebagai kreator kelompok kerja yang

efektif. Hendaknya dapat menyusun tugas yang nantinya setiap anggota kelompok

harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan

mereka.

Unsur kedua dalam pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab

perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning

setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam

menyusun tugas.

Unsur ketiga dalam pembelajaran kooperatif ialah interaksi promotif atau

interaktif tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu orang saja.

Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil

masing-masing anggota.

Unsur selanjutnya yakni, komunikasi antar anggota. Unsur ini lebih mengacu

pada aspek keterampilan sosial antar anggota dalam kelompok itu sendiri. Dalam

kelompok, setiap anggota akan belajar saling mempercayai, saling menghargai,

saling menerima dan saling mendukung. Semua itu tidak lepas dari komunikasi

antar anggota dalam kelompok itu sendiri.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

10

Terakhir, unsur pemrosesan kelompok atau menilai. Pengajar perlu

menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan

lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar

kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali

pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.2 Peta Konsep

2.1.2.1 Pengertian Peta Konsep

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa yang di maksud konsep

adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit. Dalam kajian

pustaka yang menyangkut pengertian peta konsep, akan banyak dijumpai berbagai

rumusan mengenai topik ini.

Menurut Carrol dalam Kardi (1997: 2) mengemukakan konsep merupakan

suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu

kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian

seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu serta

mengabaikan elemen yang lain. Dari beberapa pandangan mengenai pete konsep

tersebut, dapat di ambil kesimpulan bahwa peta konsep merupakan suatu

abstraksi.

Pandangan Doran dkk, dalam Iskandar: 2004 (dalam Haris:12) menyatakan

peta konsep merupakan diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan

pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai

struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus,

dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Peta konsep merupakan

cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi dalam bentuk

proposisi melalui belajar alamiah dan berpikir.

Lain halnya dengan George Posner dan Alan Rudnistsky dalam Nur

(2001:36) yang mengatakan peta konsep mirip peta jalan. Namun peta konsep

menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.

Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting,

melainkan juga menghubungkan antar konsep-konsep tersebut. Dalam

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

11

menghubungkan konsep-konsep itu dapat menggunakan dua prinsip, yaitu

diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Diferensiasi progresif ialah suatu

prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami, demikian menurut

Ausubel dalam Sutowijoyo (2002: 26).

Pada pembuatan peta konsep, siswa dilatih mengidentifikasi ide-ide kunci.

Kemudian menyusunnya dalam pola logis. Kadang – kadang peta konsep berupa

diagram hierarki, kadang pula berwujud hubungan sebab akibat.

Ciri-ciri peta konsep menurut Dahar (1988:153), adalah sebagai berikut:

1. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan

proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta

konsep, siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari

bidang studi itu lebih bermakna.

2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang

studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang menunjukkan

hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang

membedakan belajar bermakna dengan belajar mencatat pelajaran tanpa

memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.

3. Cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep tidak semua konsep

memiliki bobot yang sama.Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif

daripada konsep-konsep lainnya.

4. Hirarki merupakan ciri keempat. Bila dua atau lebih konsep digambarkan

di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada

peta konsep tersebut.

Ciri peta konsep yang dikemukakan Dahar tersebut, menunjukkan bahwa

metode ini memegang peran penting dalam belajar bermakna. Untuk itu

pemaknaan belajar siswa dapat dilakukan menggunakan peta konsep ini.

Bagi siswa yang pandai membuat peta konsep, menyusunnya dalam

bidang studi tertentu, maka bisa diyakinkan bahwa siswa telah belajar

bermakna.

Selanjutnya, menurut Dahar dalam Sujana (2005: 5), langkah-langkah dalam

membuat peta konsep, yaitu:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

12

1. Pelajarilah suatu bacaan dari buku sumber

2. Tentukan konsep-konsep yang relevan

3. Urutkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan secara hierarkis,

mulai dari konsep paling inklusif sampai konsep paling khusus

4. Susun konsep-konsep yang sudah diurutkan dalam kertas dengan cara

menempatkan konsep paling inklusif pada bagian paling atas.

5. Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata penghubung.

Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat

macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta

konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept

map). Peta konsep tipe pohon jaringan (network tree) ide-ide pokok dibuat dalam

persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung.

Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep.

Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar

konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah

dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari

umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep

utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok

digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: menunjukan informasi sebab-akibat,

suatu hirarki, prosedur yang bercabang, istilah-istilah yang berkaitan yang dapat

digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

Tersusun secara hirarki atau berjenjang dari konsep yang bersifat umum ke

khusus. Jika siswa menyusun peta konsep maka pengalaman belajarnya menjadi

bermakna. Hal ini disebabkan oleh penulisan konsep utama dan hubungan antar

konsepnya, membebaskan peserta didik “merasakan” hal konkrit ke dalam

abstraksi. Hadirnya siswa saat merancang peta konsep turut menguatkan dan

memperdalam penguasaan materi pelajaran. Agar lebih mudah dalam membuat

peta konsep, maka penulis menyederhanakan langkah-langkah tersebut menjadi

seperti ini:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

13

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Membuat Peta Konsep Tipe (Network Tree)

Langkah menurut Dahar Bentuk Sederhana

1. Pelajarilah suatu bacaan dari buku

sumber

1. Mempelajari sumber

2. Tentukan konsep-konsep yang relvan 2. Menentukan konsep

3. Urutkan konsep-konsep yang terdapat

dalam bacaan secara hierarkis, mulai dari

konsep paling inklusif sampai konsep

paling khusus

3. Mengurutkan konsep

4. Susun konsep-konsep yang sudah

diurutkan dalam kertas dengan cara

menempatkan konsep paling inklusif

pada bagian paling atas.

4. Menyusun konsep

5. Hubungkan konsep-konsep tersebut

dengan kata penghubung

6. Menghubungkan konsep

2.1.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Peta Konsep

a. Keunggulan Peta Konsep

Menurut Michael Michalk, dalam bukunya Cracking Creativity, yang dirujuk

oleh Tony (2005:6) menyatakan bahwa peta konsep atau mind map memiliki

kelebihan:

1. Mengaktifkan seluruh otak.

2. Membereskan akal dari kesusutan akal.

3. Memungkinkan berfokus pada pokok bahasan.

4. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang

saling terpisah.

5. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan perincian.

6. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu kita

membandingkannya.

7. Mensyaratkan kita memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang

membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek

ke ingatan jangka panjang.

b. Kelemahan Peta Konsep

Sedangkan pola kelemahan peta konsep terdiri dari:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

14

1. Kurang menanamkan sifat kerjasama antar siswa.

2. Lebih menonjolkan kerja secara mandiri.

3. Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.

Dari keunggulan dan kelemahan peta konsep tersebut, memperlihatkan bahwa

selain sisi kelebihan metode ini juga memiliki keterbatasannya. Jika rancangan

pembelajaran lebih menonjolkan segi penguatan dan penguasaan materi ajar

secara individu maka peta konsep ini menjadi alternatif terbaik, karena menjamin

pembelajaran yang bermakna. Namun perlu disesuaikan dengan pokok bahasan

yang dipelajari siswa. Keterbatasan pendekatan kerja kelompok, pada metode ini

tidak cocok diterapkan pada mata pelajaran yang mengasah kerjasama antar

peserta didik.

2.1.2.3 Penerapan Metode Peta Konsep dalam Pembelajaran

Implementasi peta konsep kedalam pembelajaran yang menjamin

peningkatan kreativitas tidak dapat terpisah dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Sesuai dengan peraturan Permendiknas No. 41 Tahun 2007

bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi 3 tahapan yaitu pendahuluan, inti dan

penutup. Sesuai dengan peraturan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 bahwa

pelaksanaan pembelajaran meliputi 3 tahapan yaitu pendahuluan, inti dan

penutup.

1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3. Penutup

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

15

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman

atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak

lanjut.

Penjelasan dari ketiga kegiatan tersebut jika diimplementasikan pada

model pembelajaran kooperatif tipe peta konsep dapat penulis paparkan sebagai

berikut:

Tabel 2.2

Operasional Peta Konsep berdasarkan Standar Proses

No Kegiatan

Langkah Membuat

Peta Konsep Kegiatan Guru

1 Awal 1) Guru memasuki ruang kelas dan

memberikan salam.

2) Guru menunjuk salah satu siswa untuk

memimpin doa.

3) Guru melakukan absensi siswa.

4) Guru melakukan apersepsi dengan

mengajak siswa bernyanyi lagu “Satu

Nusa Satu Bangsa”.

5) Guru memotivasi dan mengkondisikan

siswa agar siap belajar.

6) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

2

Inti

(Eksplorasi)

7) Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dengan menggunakan kertas

warna-warni yang telah dipotong-potong,

siswa yang mendapatkan warna yang

sama akan menjadi satu kelompok.

8) Guru meminta siswa untuk berpindah

tempat duduk sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

16

No Kegiatan

Langkah Membuat

Peta Konsep Kegiatan Guru

9) Guru membagikan handout tentang

materi pengertian sumpah pemuda dan

isi sumpah pemuda.

Inti

(Elaborasi)

Langkah 1

Mempelajari sumber

10) Guru meminta siswa untuk membaca dan

memahami materi pengertian dan isi

sumpah pemuda bersama dengan

kelompoknya masing-masing.

11) Guru membagikan lembar kerja

kelompok untuk setiap kelompok.

12) Guru meminta siswa untuk mengerjakan

dan berdiskusi mengenai lembar kerja

kelompok yang sudah dibagikan.

13) Guru menunjuk beberapa kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusinya

didepan kelas.

14) Guru membagikan handout tentang

materi sejarah munculnya sumpah

pemuda.

15) Guru meminta siswa untuk membaca dan

memahami materi tentang sejarah

munculnya sumpah pemuda.

16) Guru memberikan tugas kepada setiap

kelompok untuk melengkapi sebuah peta

konsep. Guru meminta siswa untuk

menentukan bahan atau materi yang akan

dijadikan peta konsep.

Langkah 2

Menentukan konsep

17) Guru meminta siswa untuk menentukan

konsep-konsep yang relevan dibantu oleh

guru.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

17

No Kegiatan

Langkah Membuat

Peta Konsep Kegiatan Guru

Langkah 3

Mengurutkan konsep

18) Guru meminta siswa untuk mengurutkan

konsep-konsep yang sudah didapat.

Langkah 4 Menyusun

konsep

19) Guru meminta siswa untuk menyusun

konsep-konsep diatas kertas mulai dari

yang paling umum ke yang paling khusu.

Langkah 5

Menghubungkan

konsep

20) Guru meminta siswa untuk

menghubungkan konsep-konsep yang

telah dicatat dengan garis-garis

penghubung.

21) Guru meminta siswa untuk

mengembangkan konsep yang telah

dicatat dengan konsep-konsep lain yang

berhubungan.

Inti

(Konfirmasi)

22) Guru bersama siswa menyimpulkan

pembelajaran hari itu

3 Penutup 23) Guru melakukan refleksi.

24) Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya tentang materi yang

belum dipahami.

25) Guru meminta siswa untuk mencatat

tugas atau pekerjaan rumah untuk

dikerjakan dirumah.

26) Guru menutup pembelajaran dan

memberikan salam

2.1.3 Kreativitas

2.1.3.1 Pengertian Kreativitas

Istilah kreativitas mempunyai banyak pengertian. Tergantung kepada latar

belakang dan cara pandang pengkajinya. Susanto, (2013:99) mendefinisikan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

18

kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,

baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang

telah ada sebelumnya. Selanjutnya, menurut Torrance dalam Wardani (2011:4)

mendefinisikan kreativitas sebagai proses merasakan dan mengamati adanya

masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian

menganalisis, dan terakhir menyampaikan laporan hasil. Selanjutnya, Suratno

(2009:1) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir seseorang

dalam menghasilkan gagasan baru yang efektif dan etis.

Dari beberapa definisi di atas, kreativitas selalu merujuk pada kompetensi

seseorang untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada. Dengan demikian

penulis menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk menggagas kemudian

menemukan sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya.

2.1.3.2 Komponen Kreativitas

Elemen atau bagian dari kreativitas dapat kita rujuk dari pandangan Rhodes

dalam Munandar (1999:25) dan Torrance (1969).

Pandangan pertama oleh Rhodes mengemukakan bahwa komponen

kreativitas terdiri dari person, process, press dan product. Keempat P tersebut

saling berkaitan yaitu menjadi pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses

kreatif dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan yang kemudian

menghasilkan produk baru (Susanto, 2013: 101).

2.1.3.3 Indikator Kreativitas

Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 merumuskan indikator

kreativitas siswa diantaranya:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

5. Mempunyai dan menghargai rasa keindahan.

6. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

terpengaruh orang lain.

7. Memiliki rasa humor tinggi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

19

8. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

9. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

berbeda dari orang lain (orisinal).

10. Dapat bekerja sendiri.

11. Senang mencoba hal-hal baru.

12. Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi).

Terlihat bahwa dari 12 indikator kreativitas menurut Diknas benang

merahnya terletak pada, kemampuan peserta didik dalam menumbuhkembangkan

konsep atau gagasan melalui pertanyaan, komunikasi dan interaksi dengan

lingkungannya.

2.1.3.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Kreativitas

Menurut Hurlock dalam Susanto, (2013 :104), faktor pendorong kreativitas

yaitu waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan yang

merangsang, hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, cara mendidik anak

,dan kesempatan untuk memperoleh kesempatan.

Disini Hurlock melihat dari faktor eksternal peserta didik, sangat dominan

menjadi elemen pendorong munculnya kreativitas. Selain terdapat faktor

pendorong, ternyata kreativitas sebagai proses pembelajaran juga mempunyai

faktor penghambat Amabile dalam Munandar (2004: 223), meliputi: evaluasi,

hadiah, persaingan atau kompetisi antar anak, dan lingkungan yang membatasi.

Dalam kaitannya dengan hadiah, masih debatable argumentasinya.

Maksudnya ada yang mengatakan sebagai faktor pendorong dan penghambat

kreativitas. Ibarat pisau bermata dua. Hadiah bisa dilihat sebagai faktor pendorong

jika peletakannya kepada motivasi diri siswa untuk lebih baik. Namun menjadi

mematikan kreativitasnya, jika mengajarkan materialisme kepada anak didik.

Motif perubahan perilaku hanya terjadi karena dorongan materi saja, dan ini

menjadi “musuh” dunia pendidikan karena yang dididikan adalah perubahan

perilaku berbasis kesadaran bukan kebendaan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

20

2.1.3.5 Kreativitas dalam Pendidikan

Pembumian kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut (Torannce, 2001):

1. Menghormati pertanyaan yang tidak biasa.

2. Menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri.

4. Memberi penghargaan kepada siswa.

5. Meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa

suasana penilaian.

Dari kajian di atas, nampak bahwa tumbuhnya kreativitas dalam proses

pendidikan jika guru memfasilitasi lahirnya ide, gagasan yang baru lahir dan

mendorongnya menjadi ide atau konsep yang matang. Salah satu modal yang

dibutuhkan adalah sarana pembelajaran, semisal peta konsep.

2.1.4 Mata Pelajaran PKn

2.1.4.1 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Kegiatan manusia tidak bisa lepas dari peristiwa belajar dan pembelajaran.

Kedua istilah ini hampir sama, namun berbeda dalam penekanan prosesnya.

Makna belajar berisi tentang kegiatan tunggal dari belum tahu menjadi tahu atau

belum bisa menjadi bisa. Sedangkan pembelajaran berarti proses mengajar yang

menumbuhkembangkan kegiatan belajar peserta didik.

Pandangan lain mengenai pembelajaran dikatakan sebagai upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang

secara optimal (Suherman, 2003: 7). Selain itu pembelajaran perlu

memberdayakan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

diharapkan (Sanjaya, 2010: 103).Dalam bahasa lain dikatakan bahwa

pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk

berfikir memahami apa yang dipelajarinya (Sugandi, 2006: 9)

Dari beberapa pengertian di atas, pembelajaran dapat dijelaskan melalui dua

kegiatan pokok. Yaitu mengajar dan belajar. Dikatakan proses pembelajaran jika

terdapat proses mengajar oleh guru, yang kemudian direspon oleh peserta didik

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

21

dengan cara belajar tentang sesuatu. Peningkatan pemahaman tentang materi

pelajaran merupakan output dari proses belajar.

Khusus mengenai proses belajar, dapat dikatakan bahwa sebuah proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Daryanto, 2009:26). Menurut R Gagne, belajar adalah suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman

(Susanto, 2013: 1).Baginya belajar dimaknai sebagai proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Dengan demikian konsep mengenai pembelajaran tidak bisa lepas dari dua

konsep dasarnya yaitu mengajar dan belajar. Seseorang dikatakan telah menjalani

proses pembelajaran jika ada arahan atau bimbingan oleh guru. Yang kemudian

mendorongnya melakukan proses belajar, dan akhirnya terjadi perubahan perilaku

bagi si pembelajar.

Tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya

yang berlandaskan Pancasila, Undang-undang, dan norma-norma yang berlaku di

masyarakat (Susanto,2013:224).Secara luas pendidikan kewarganegaraan

dirumuskan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan

tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan

termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses

penyiapan warga negara tersebut (Susanto, 2013: 225).

2.1.4.2 Hakikat PKn

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai

wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

berakar pada budaya bangsa Indonesia (Susanto, 2013: 225).Harapannya mampu

membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik

(good citizen).

Esensi pembelajaran PKn bagi anak adalah bahwa secara kodrati maupun

sosiokultural dan yuridis formal, keberadaan manusia selalu membutuhkan nilai,

moral, dan norma. Menurut Kosasih Djahiri dalam kehidupan manusia di dunia

ini tidak ada ruang dan waktu yang bebas nilai. Karena dengan nilai, moral dan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

22

norma ini akan menuntun ke arah pengenalan jati diri manusia maupun

kehidupannya (Djahiri, 1996: 2)

Tiga alasan yang melandasi pembelajaran PKn, sebagai mana dikemukakan

oleh Djahiri (1996: 8-9) yakni:

1. Sebagai makhluk hidup manusia bersifat multi kodrati dan multi peran

(status).Artinya manusia memiliki kodrat Ilahi, sosial, budaya, ekonomi

dan politik.

2. Setiap manusia memiliki integritas, keterkaitan atau kepedulian manusia

akan sesuatu.

3. Manusia itu unik. karena potensinya dan fungsi perannya yang bersifat

multi kebutuhan.

Tiga paradigma yang melandasi pendidikan PKn menurut Budimansyah dan

(2012: 1) yaitu:

1. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga

negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan

bertanggung jawab.

2. Secara teoritis dirancang sebagai subjek yang memuat dimensi kognitif,

afektif dan psikomotorik. Bersifat saling berpenetrasi dan berintegrasi

dalam konteks ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan

yang demokratis dan bela negara.

3. Secara programatik, dirancang sebagai subjek yang menekankan pada isi

yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar dalam bentuk perilaku

sehari-hari.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peta konsep, dikaji oleh Maulana Hasan, (2012) pada

Skripsinya dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan kreativitas Siswa

Melalui Pembelajaran Peta Konsep Pada Mata Pelajaran IPS kelas V SDN

Tuntang 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2011/2012, dengan hasil terjadi peningkatan hasil belajar dan kreativitas siswa

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

23

yang ditandai dengan meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa. Prosentase

siswa yang tuntas pra siklus sebesar 43,75%.Meningkat menjadi 71,88% pada

siklus I dan naik lagi menjadi 90,625 % pada siklus II. Penelitian tindakan kelas

ini menyarankan keaktifan siswa dan kreativitas guru dalam menggunakan

metode pembelajaran peta konsep.

Sementara itu Isnining (2011) dalam Upaya Merancang Peta Konsep dalam

Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Materi Sumber Daya

Alam Kelas IV SD Dringo Todanan Blora semester I 2010/2011, melaporkan: ada

peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal ke siklus 1 dan 2 saat

dilakukan penelitian tindakan kelas. Fakta yang ditemukannya menyatakan

persentase ketuntasan belajar siswa meningkat pada angka 35%,70% dan 95%.

Masih dalam laporan skripsi ini, pra siklus(kondisi awal), siklus 1 dan siklus 2

menggambarkan peningkatan hasil belajar (nilai rata-rata kelas) 59,25;72,25 dan

80,15. Sedangkan kenaikan skor minimal dan maksimal terlihat pada paparan

40;55 dan 68 untuk skor minimal. Skor maksimal pada kondisi awal/pra siklus,

siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan hasil 80;88; dan 95.

Pada tesis dengan judul Penerapan Peta Konsep Untuk meningkatkan

Kreativitas Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas VIII

SMPN 2 Kartasura, Sahrir (2008) menemukan fakta sebagai berikut: kreativitas

siswa yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan kerincian mengalami

kenaikan persentase pada kondisi sebelum penelitian, putaran I, putaran II dan

putaran III. Angka kenaikan aspek kelancaran yaitu 35%;42,5%;50,5% dan 75%.

Untuk aspek keluwesan angkanya bergerak dari 30%;35%;40%;dan 55%.

Peningkatan aspek keaslian dari 30%;45%; 50% dan 62,5%. Terakhir pada aspek

kerincian terlihat kenaikan persentase 25%;30%;47,5% dan 67,5%.Kajian tesis ini

juga mengungkapkan adanya peningkatan hasil belajar meliputi aspek

kemampuan menguasai konsep dan kemampuan mengerjakan soal. Peningkatan

nilainya dalam urutan pra kondisi, putaran I,II dan III menyatakan

35%;42,5%;50,5% dan 75% pada aspek kemampuan menguasai konsep.

Sedangkan pada aspek kemampuan mengerjakan soal terjadi kenaikan

30%;37,5%;60% dan 70%. Simpulan tesis ini mengatakan penerapan peta konsep

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

24

pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar

siswa.

Pada dasarnya potensi kreativitas tertanam di setiap anak didik. Peran guru

dan lingkungan sekolah menggali potensi ini agar teraktulisasi di dunia nyata.

Pendidikan anak adalah salah satu sistem yang dapat membebaskan potensi kreatif

ini. Fungsi orang tua dan guru membebaskan anak untuk memegang, menginderai

seluruh stimulus yang ada. Kemudian membiarkan anak dengan arahan

melakukan respons terhadap stimulus tadi. Pemindahan sentral belajar dari guru

ke siswa dipercaya mampu menumbuhkembangkan kreativitas peserta didik.

Kajian tentang peta konsep di atas menggarisbawahi bahwa pendekatan

peta konsep dalam pendidikan anak, adalah metode belajar yang terpusat pada

anak. Selanjutnya peserta didik mampu memahami materi pelajaran. Peningkatan

pemahaman akan berdampak pada kreativitas dan hasil belajar siswa. Referensi

peta konsep tersebut, menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dan

kreativitas siswa setelah dilakukan tindakan kelas untuk membuktikan dampak

pengaruhnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Metode peta konsep adalah salah satu metode yang menjadi pilihan

penguatan dan penguasaan materi pelajaran. Metode ini, sebagai penyebab

efektivitas pembelajaran yang mengakibatkan peningkatan kreativitas peserta

didik.

Konsep-konsep yang tersusun dan berkesinambungan dalam peta konsep

dipercaya mampu mempermudah siswa dalam mendalami sebuah materi.

Peningkatan pemahaman ini akan berdampak kepada kreativitas belajar siswa.

Metode ini juga menjamin kemampuan siswa dalam merancang dan membuat

skema cara belajar sesuai kemampuan individu. Kemampuan pribadi siswa ini

tumbuh seiring dengan kreativitas masing-masing peserta didik.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berbasis pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Diduga, jika dalam

kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode peta konsep sebagai

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16544/2/T1_292013227_BAB II...metode pembelajaran peta konsep tipe Network Tree dan . kreativitas

25

pendukung pembelajaran, maka mampu meningkatkan kreativitas siswa

khususnya pada mata pelajaran Kewarganegaraan pada materi Sumpah Pemuda

kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Kabupaten Semarang”.