BAB II KAJIAN PUSTAKA - fbs.undiksha.ac.id

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan Istilah 2.1.1 Analisis Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb) (KBBI, 2008: 58). Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer yang di karang oleh Peter Salim dan Yeni Salim (2002) menjelasan pengertian analiasis sebagai berikut : 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal, usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya) 2. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapat pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan. 3. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam bagian- bagiannya berdasarkan metode konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya. Jadi kesimpulan dari analisis adalah suatu kegiatan penyelidikan, penguraian serta pemecahan masalah dengan mengkaji pokok pembahasan untuk mengetahui dan memperoleh suatu pemahaman yang tepat. 2.1.2 SMA Negeri 1 Genteng SMA Negeri 1 Genteng adalah salah satu sekolah menengah atas yang terletak di Kabupaten Banyuwangi tepatnya di Jalan K.H. Wahid Hasyim no. 20, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. pendidikan sekolah ditempuh selama 3 tahun X,XI,XII terkecuali untuk kelas SCI (Siswa Cerdas Istimewa) yang hanya ditempuh selama 2 tahun. SMA Negeri 1 Genteng merupakan sekolah ter- favorite yang ada di kabupaten Banyuwangi. Yang memiliki prestasi-prestasi yang membanggakan dari tahun ke tahun dalam bidang akademik maupun non akademik. Saat ini, SMA Negeri 1 Genteng berstatus Sekolah Standar Nasional.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - fbs.undiksha.ac.id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Istilah

2.1.1 Analisis

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian analisis adalah

penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb) (KBBI, 2008: 58).

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer yang di karang oleh Peter Salim

dan Yeni Salim (2002) menjelasan pengertian analiasis sebagai berikut :

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan

sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal, usul, sebab, penyebab

sebenarnya, dan sebagainya)

2. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan

bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapat pengertian

yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

3. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam bagian-

bagiannya berdasarkan metode konsisten untuk mencapai pengertian tentang

prinsip-prinsip dasarnya.

Jadi kesimpulan dari analisis adalah suatu kegiatan penyelidikan, penguraian

serta pemecahan masalah dengan mengkaji pokok pembahasan untuk mengetahui dan

memperoleh suatu pemahaman yang tepat.

2.1.2 SMA Negeri 1 Genteng

SMA Negeri 1 Genteng adalah salah satu sekolah menengah atas yang

terletak di Kabupaten Banyuwangi tepatnya di Jalan K.H. Wahid Hasyim no.

20, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. pendidikan sekolah ditempuh selama 3

tahun X,XI,XII terkecuali untuk kelas SCI (Siswa Cerdas Istimewa) yang hanya

ditempuh selama 2 tahun. SMA Negeri 1 Genteng merupakan sekolah ter-

favorite yang ada di kabupaten Banyuwangi. Yang memiliki prestasi-prestasi

yang membanggakan dari tahun ke tahun dalam bidang akademik maupun non

akademik. Saat ini, SMA Negeri 1 Genteng berstatus Sekolah Standar Nasional.

SMAN 1 Genteng menerapkan kurikulum 2013, pada tahun 2014 sudah

menggunakan sistem SKS (Sistem Kredit Semester).

Sistem Kredit Semester (SKS) merupakan bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang disepakati oleh peserta didiknya terkait jumlah beban belajar

atau strategi belajar setiap semester pada satuan pendidikan yang disesuaikan

dengan bakat, minat, dan kemampuan kecepatan belajarnya.

2.1.3 Batik

a. Pengertian Batik

Menurut Irwan Tirta, Pengertian Batik adalah teknik menghias kain

atau tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan warna, yang

semua proses tersebut menggunakan tangan. Pengertian Batik menurut

Santosa Doellah, Batik adalah sehelai kain yang dibuat secara tradisional

dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, memiliki beragam

corak hias dan pola tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup

rintang dengan lilin batik sebagai bahan perintang warna. Oleh karena itu,

suatu kain dapat disebut batik apabila mengandung dua unsur pokok, yaitu

jika memiliki teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai

perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik. Menurut Hamzuri,

Pengertian Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan

menggunakan alat bernama canting. Orang yang melukis atau menggambar

pada mori memakai canting disebut membatik. Membatik ini menghasilkan

batik yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat khusus yang

dimiliki oleh batik itu sendiri. Pengertian Batik menurut Afif Syakur adalah

serentang warna yang meliputi proses pemalaman (lilin), pencelupan

(pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang

halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi.

b. Batik Jumputan

Batik jumputan atau batik ikat merupakan batik yang motifnya

diperoleh dengan cara mengikat serta pewarnaan kainnya menggunakan

teknik celupan. Motif yang dihasilkan batik jumputan tergantung dengan

teknik yang di lakukan oleh pembuat. Pada dasarnya pembuatan batik

jumputan mirip seperti membatik, di mana beberapa bagian kain dilindungi

agar tidak terkena pewarna. Sehingga, hasil akhir pewarnaan memberikan

pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan dilindungi.

a. Desain Motif

Untuk memperoleh hasil yang baik seharusnya membuat desain

motif yang diinginkan terlebih dahulu. Berikut ini merupakan lingkup

desain meliputi :

1. Bentuk motif

Untuk menciptakan bentuk motif batik celup ikat atau jumputan

tidak sebebas seperti menciptakan motif batik tulis, modern, cap, dan

lainnya. Motif yang dihasilkan pada batik jumputan ini terbatas pada

kemungkinan-kemungkinan tertentu sesuai dengan teknik-teknik

apa yang digunakan pada saat proses pembuatan batik jumputan.

2. Komposisi

Komposisi merupakan “The act of organizing all of the elements

of a work of art into a harmoniously unified whole” (Otto G. Ocvirk,

et al, p.158), atau secara sederhana dikatakan Khaterine C. LA.

Mancusa (1965, p.45) sebagai “ The organizing of the elements”.

Beberapa elemen yang dimaksud yakni garis, warna, massa dan

ruang, tekstur, bentuk, value serta pola. Pada batik jumputan cara

penyusunan pola-pola yang mungkin terjadi menentukan bagaimana

motif yang akan dihasilkan, baik pola lingkaran, pola garis, pola

persegi, di atas bidang kain batik. Jika kita menggunakan kain yang

nantinya akan difungsikan sebagai taplak meja misalnya,

persoalannya adalah bagaimana kita bisa menyusun pola-pola itu

sehingga diperoleh susunan yang harmonis dalam satu-kesatuan.

Kemudian bagaimana kita mengatur warna motif dan warna

dasarnya, serta bagaimana kita mengatur besar kecilnya bidang

untuk dapat menciptakan massa dan ruang. Pada motif batik

jumputan akan terjadi batas bidang yang dapat memberikan motif

tersendiri yang sebelumnya tidak diduga karena bidang-bidang yang

ada pada batik jumputan tidak mempunyai batas (garis) yang tegas.

Oleh karena itu, banyak keunikan-keunikan yang terjadi dan inilah

faktor penyebab yang menjadikan batik jumputan atau batik celup

ikat menjadi menarik.

Satuan komposisi yang baik dapat diperoleh dengan menyusun

elemen-elemen desain yang didasarkan pada beberapa prinsip

sebagai berikut :

1) Kesatuan

2) Keselarasan

3) Keseimbangan

4) Variasi

5) Pengulangan

6) Irama

7) Proporsi

8) Ekonomi

9) Klimaks

10) Kontras

Prinsip kesatuan dalam komposisi merupakan penyususnan

unsur-unsur (elemen-elemen) desain yang kompak, sehingga tidak

ada elemen yang terbuang serta tidak ada elemen yang menonjol.

Setiap masing-masing elemen memiliki peranan dalam komposisi.

Prinsip keselarasan atau keharmonisan dalam komposisi

menurut ( Murtihadi dan G. Gunarto, 1982:65) merupakan

persesuaian dari unsur-unsur desain yang ekstrim atau antara bentuk

yang serasi dan tidak serasi. Dalam komposisi masing-masing unsur

terlihat terkait satu dengan yang lainnya.

Keseimbangan (balance) adalah prinsip dari desain yang

mempunyai pengaruh besar terhadap komposisi. Pencapaian

keseimbangan pada suatu komposisi sangat diperlukan, jika tidak

maka akan berantakan. Keseimbangan (balance) adalah ukuran

untuk seimbang atau tidak seimbangnya unsur-unsur pada dua sisi

di kiri kanan suatu sumbu yang ada pada suatu desain. Untuk

menilai seimbang atau tidak dilihat dari letak (posisi), perbandingan

ukuran, kualitas dan arah dari elemen-elemen tersebut.

Variasi merupakan sentuhan yang ada dan berbeda pada suatu

elemen agar tidak menimbulkan monotonitas. Oleh karena itu

variasi dibutuhkan sehingga memberikan susunan yang menarik

pada suatu karya.

Pengulangan atau repetisi adalah “a method used to reemphasize

visual units again and again in a marked pattern”, seperti yang

dikatakana oleh Ocvirk, dkk, (1972:26). Bentuk dari pengulangan

tidak selalu sama.

Irama atau ritme merupakan gerakan yang teratur dan berturut-

turut yang terjadi dikarenakan ada pengulangan dari unsur-unsur

desain. Misalkan pada pengulangan pola kotak, baik besar kecil

maupun sama besar. Adanya irama atau ritme dalam suatu

komposisi maka akan menimbulkan suatu keteraturan.

Proporsi merupakan suatu perbandingan ukuran antara satu

elemen dengan elemen lainnya sehingga terdapat keseimbangan dan

keselarasan. Ukuran unsur tidak harus sama, namun tetap terdapat

keselarasan dan tidak saling mengalahkan. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa semua ukuran elemen atau unsur harus

proposional.

Prinsip ekonomi yang ada dalam komposisi merupakan

penggunaan unsur-unsur yang tidak berlebihan. Cukup

menggunakan satu unsur saja apabila sudah tercapai suatu

komposisi yang baik, dan tidak perlu ditambah dengan unsur yang

lainnya yang tidak diperlukan. Oleh karena itu kata lain dari prinsip

ekonomi merupakan kesederhanaan.

Klimaks yang ada dalam komposisi merupakan sesuatu yang

diperlukan untuk memberikan penekanan, ataupun pusat perhatian.

Yang dijadikan sebagai objek klimaks merupakan objek penting

sedangkan objek lain merupakan unsur pembantu untuk mencapai

klimaks tersebut.

Kontras dalam komposisi berguna agar tidak menimbulkan

monotonitas dan kejemuan. Kontras merupakan suatu tertentangan

antara unsur-unsur yang ada. Adanya beberapa kontras akan

membuat komposisi lebih bervariasi. Akan tetapi jika kontras itu

tidak dikendalikan dengan baik maka dapat merusak komposisi.

Oleh karena itu kontras antara elemen-elemen haruslah ada dalam

konteks ynag terkendali.

b. Teknik Batik Jumputan

1. Ikatan Garis

Teknik ikatan garis merupakan teknik yang dilakukan denagn

cara membuat beberapa buah garis buntu pada kain dengan

menggunakan pensil. Setelah itu selanjut kain dilipat menurut garis dan

diikat. Motif yang dihasilkan dari teknik ini akan terlihat seperti garis.

Gambar 2.1 Ikatan garis

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

2. Ikatan Donat

Penggunaan batik jumputan dengan teknik ini dilakukan dengan

cara membentuk pola lingkaran berlapis maka motif yang diperoleh

akan terlihat seperti dua garis lingkaran seperti donat.

Gambar 2.2 Ikatan donat

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

3. Ikat Mawar

Penerapan teknik ikat mawar ini dilakukan dengan cara

menjumput kain kemudian mengikat pada bagian dasar jumputandengan

karet. Penggunaan teknik ikat mawar ini akan menghasilkan motif

lingkaran.

Gambar 2.3 Ikat mawar

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

4. Ikatan Mawar Berbelit

Pembuatan batik jumputan dengan teknik ini dilakukan dengan

cara yang hampir sama seperti ikat mawar, tetapi setelah bagian dasar

terikat, lalu ikatan tali atau karet diteruskan dengan membuat ikatan

berbentuk spiral menuju ujung atau puncak jumputan. Untuk

menghasilkan pola yang lebih rumit lagi bisa dilakukan dengan cara

melilit tali lebih banyak lagi.

Gambar 2.4 Ikatan mawar berbelit

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

5. Ikatan Penggumpalan

Pada teknik ikatan penggumpalan ini dapat dilakukan dengan

cara membentuk kain menjadi gumpalan, kemudian ikat menggunakan

tali karet. Apabila kain dalam keadaan basah, dan ikatan kuat, maka

warna yang terserap sedikit. Teknik ikatan penggumpalan ini akan

menghasilkan motig gumpalan dengan pola bebas. Teknik ini cocok

digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dan tidak terlalu lebar.

Gambar 2.5 Ikatan penggumpalan

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

6. Ikatan Pengerutan

Penerapan teknik ikat pengerutan dilakukan dengan cara

mengerutkan kain secara tidak teratur, kemudian ikat kain kuat-kuat

agar kerutan pada kain tidak lepas. Apabila ikatan pada kain kuat, maka

motif yang dihasilkan adalah motif ceplok ceplok putih menyerupai

motif pada marmer.

Gambar 2.6 Ikatan pengerutan

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

7. Ikatan Garis Ganda

Penggunaan teknik ikatan garis ganda dilakukan dengan cara

membuat lipatan pada kain. Kemudian lipat dan jumputlah untuk

membuat ikatan. Motif yang dihasilkan dengan menggunakan teknik

ikatan garis ganda ini akan menciptakan motif garis yang tidak teratur.

Gambar 2.7 Ikatan garis ganda

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

8. Ubah Setik

Teknik setik ini sedikit lebih rumit. Membuat warna setik

memerlukan jarum. Pola garis dibuat dengan cara menjelujur bentuk

garis. Kemudian pola donat dibentuk kupu-kupu atau bentuk apapun

sesuai dengan desain ynag diinginkan, lalu ujung benang pada setik

ditarik kuat dan diikat sebelum di warna.

Gambar 2.8 Teknik Ubah Setik

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

9. Mengikat Benda

Teknik mengikat benda dapat dilakukan dengan cara mengikat

benda. Contohnya kelereng atau bola-bola kecil yang diikat dengan

teknik ikatan mawar kecil. Apabia ikatan dipasang secara sejajar dan

beraturan, maka motif yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang

seragam.

Shibori berasal dari Jepang yang mempunyai kata kerja shiboru,

yakni, teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif

yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik. Tak heran, jenis

kain yang satu ini sering kali disebut dengan batik celup Jepang.

Gambar 2.9 Teknik mengikat benda

(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)

c. Teknik Shibori

Shibori merupakan penyebutan batik jumputan dari Jepang. Motif

yang dihasilkan dari shibori tidak jauh berbeda dengan batik jumputan.

Teknik pembuatan shibori memiliki kesamaan dengan batik jumputan yang

mengandalkan ikatan dan celupan, tetapi shibori memiliki beberapa teknik

yang sedikit berbeda dengan batik jumputan, berikut ini beberapa teknik

shibori:

1. Kanoko Shibori

Pada penerapan teknik kanoko shibori ini beberapa bagian diikat

menggunakan karet ataupun benang untuk menghasilkan motif yang

diinginkan. Penggunaan motif ini akan menghasilkan motif berbentuk

segi empat.

Gambar 2.1 Kanoko Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

2. Arashi Shibori

Penggunaan teknik arashi ini dengan cara kain dililitkan pada

tiang, kemudian lilitan kain tersebut di ikat dengan benang di

sepanjang tiang lalu kain didorong sampai membentuk kerutan.

Selanjutnya kain dicelupkan pada warna yang diinginkan.

Gambar 2.2 Arashi Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

3. Itajime Shibori

Proses pembuatan batik shibori d

engan menggunakan teknik ini dengan cara menjepit dan melipat

kain diantara dua buah kayu, lalu mengikatnya dengan tali atau

benang. Penggunaan teknik itajime ini akan menghasilkan motif

bernuansa kotak kotak.

Gambar 2.3 Itajime Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

4. Miura Shibori

Teknik Miura adalah salah satu teknik Batik Shibori yang

prosesnya dilakukan dengan cara mencabut bagian tertentu pada

kain menggunakan jarum kait tanpa simpul khusus apapun. Cukup

dengan mengikat kain media batik dan melonggarkannya

menggunakan tali. Motif yang akan dihasilkan dari teknik miura ini

akan menghasilkan pola seperti air.

Gambar 2.4 Miura Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

5. Kumo Shibori

Kumo shibori merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

melipat kain secara halus dan merata. Kemudian kain diikat bagian-

bagian yang berdekatan satu sama lain, sehingga terlihat membentuk

pola seperti sarang laba-laba. Motif yang dihasilkan dari teknik

kumo ini lebih variatif dan indah sehingga memiliki harga jual yang

relatif lebih mahar karena proses pembuatannya yang lebih sedikit

rumit.

Gambar 2.5 Kumo Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

6. Nui Shibori

Nui Shibori merupakan teknik yang dilakukan dengan cara kain

di jelujur kemudian kain diikat dengan benang dan akan

menghasilkan sebuah kerutan yang rapat. Menggunakan teknik ini

cukup mudah tetapi juga akan menghasilkan motif yang bervariasi

dan indah, tergangung cara kita membentuk pola jahit pada jelujur

kain yang akan kita ikat dengan benang yang sudah disiapkan

sebelumnya.

Gambar 2.6 Nui Shibori

(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)

2.2 Penelitian Terkait

Adapun penelitian tentang analisis karya batik shibori siswa SMA Negeri 1 Genteng

yang terkait dan dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Penelitian yang ditulis oleh Voni Wijayanti dengan topik “Transformasi Lukisan Voni

Wijayanti Pada Batik Situbondo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan alat dan bahan yang digunakan dalam proses transformasi lukisan

Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, proses transformasi lukisan Voni Wijayanti

pada Batik Situbondo, dan nilai estetis pada Batik Situbondo hasil transformasi dari

lukisan Voni Wijayanti. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research).

Subyek penelittian ini adalah perajin saung batik “Puspa Bahari” di Desa Asembagus,

Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo; dan beberapa ahli yang mengerti

tentang seni. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, diskusi (fgd), dokumentasi, dan kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses

transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo yaitu: pensil, gunting,

penghapus, spidol, kain/taplak, canting, kompor, wajan, ijuk, kuas, bambu, tong,

ember, bak air, kain mori primisima, malam (lilin), zat warna remasol, waterglass,

dan air; proses transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, meliputi

proses memecah lukisan berdasarkan elemen-elemennya; membuat desain

berdasarkan elemen lukisan; dan proses pembuatan batik meliputi beberapa tahapan

yakni nyanteng yaitu memberi perintang warna dengan menggunakan cairan lilin

(malam), nyolet yaitu memberi warna motif pada kain, dan nglorot yaitu pelepasan

lilin (malam) pada kain; nilai estetis pada Batik Situbondo hasil transformasi dari

lukisan Voni Wijayanti yang terdiri dari unsur-unsur desain, prinsip desain, dan asas

desain.

2) Penelitian yang berjudul Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik Pada Generasi Muda

yang di tulis oleh (Edi Eskak, 2013) membahas tentang proses pembuatan batik yang

rumit kurang menarik minat bagi generasi muda. Lomba Desain Batik Nusantara 2012

yang diadakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, adalah upaya untuk

mendorong kreativitas generasi muda untuk menciptakan desain-desain baru serta

memupuk kecintaan terhadap batik. Kritik seni ini bertujuan mengkritisi karya-karya

desain pemenang. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan. Hasil

pembahasannya berupa kajian kritis terhadap bentuk dan makna karya desain serta

aplikasinya pada proses pembuatan batik. Kajian ini dapat digunakan untuk

penyempurnaan desain batik sebelum diproduksi.

3) Penelitian lainnya yang ditulis oleh Krismawan Adi Sancaka dengan topik ”Tinjauan

Motif Warna Dan Nilai Estetik Tegal Produksi Kelompok Usaha Bersama Sidomulyo

Di Pasangan Talang Tegal”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan batik

Tegal produksi KUB Sidomulyo ditinjau dari bentuk motif, warna, dan nilai estetis.

Batik Tegal produksi KUB Sidomulyo ini merupakan batik pesisiran karena letaknya

berada di sepanjang pantai Utara Jawa serta masih mempertahankan motif batik

tradisional khas Tegal sebagai acuan untuk mengembangkan desain motif batiknya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen

utama peneliti, sebagai instrumen pendukung adalah pedoman observasi, wawancara

dan dokumentasi. Hand phone sebagai alat perekan suara dan kamera digunakan

untuk alat bantu dokumentasi. Penelitian dirumuskan pada motif, warna, dan nilai

estetik batik Tegal produksi KUB Sidomulyo. Data diperoleh dengan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Keabsahan data mengacu paca teknik triangulasi.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Motif batik Tegal produksi KUB Sidomulyo

yaitu berupa unsur flora dan fauna yang dipengaruhi daerah sekitar seperti Pekalongan

dan Cirebon. Unsur-unsur motif flora digambarkan menjadi tiga bagian bentuk motif

utama seperti bunga, daun, dan umbi (palawija), sedangkan bentuk motif utama fauna

adalah burung dan hewan laut. Bentuk motif baik Tegal produksi KUB Sidomulyo

tergolong menjadi golongan geometris seperti motif sidomukti, serta golongan non

geometris yang terdiri dari motif buketan, modern, dan pinggiran. 2) Warna yang

digunakan pada pembuatan batik Tegal produksi KUB Sidomulyo adalah warna

napthol, indigosol, dan warna alam dengan ciri khas warna batik khas pesisirseperti

unsur warna tersebut berupa warna coklat (soga) yang lebih gelap, biru tua (wedel),

merah tua, kuning, dan hijau yang diperoleh melalui proses pewarnaan dengan cara

pencoletan dan pencelupan. 3) Sebagai karya seni, batik Tegal produksi KUB

Sidomulyo juga memiliki unsur-unsur keindahan yang terbagi dalam aspek instrinsik

dan ekstrinsik, yaitu bentuk proporsi dan komposisi yang diekspresikan dalam bentuk

motif, pola, serta ornamen yang penuh dengan makna simbolis spiritual dan falsafah

hidup manusia. Keindahan yang ditampilkan merupakan wujud dari penggabungan

dari aspek-aspek tersebut, yang tercermin dalam nama motif dan pemakaian pada kain

batik batik.

4) Penelitian lainnya yakni penelitian yang berjudul Analisis Batik “Jogja Istimewa”

Karya Irawan Hadi Oleh (Laelin Naimah, 2013) Penelitian ini membahas tentang

tujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang visualisasi karya dan teknik

pembuatan karya, struktur formal atau unsur-unsur pembentukkarya, tema, dan

kualitas batik “Jogja Istimewa” karya Irawan Hadi.Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data berupa kata-kata dan tindakan yang

diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah

peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan

pedoman dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dari ketekunan pengamatan. Data

dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: 1) Deskripsi teori meliuti 2 hal yaitu deskripsi visual berupa

gambar wayang dan deskripsi teknik meliputi teknik yang digunakan adalah teknik

batik tulis. 2) Analisis formal meliputi struktur formal atau unsur-unsur pembentuk

karya. Garis sebagai identitas bentuk, seperti halnya bentuk-bentuk yang tampak pada

figur-figur wayang. Bangun pada karya batik “Jogja Istimewa” ini terjadi karena

dibatasi oleh sebuah garis, juga dibatasi oleh warna yang berbeda. 3) Interpretasi karya

meliputi tema yang digarap yaitu problematik sosial, bercerita tentang momen

bersejarah bagi masyarakat Yogyakarta yang sebelumnya telah menjadi gonjang-

ganjing warga DIY. Sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya

pemerintah pusat harus kembali melihat sejarah, betapa banyaknya jasa yang

diberikan oleh Jogjakarta terhadap Indonesia. Karena sejarah merupakan pijakan

kesuksesan dimasa depan.4) Evaluasi karya:karya inicukup rumit yaitu menggunakan

objek-objek wayang kulit, tetapi dengan pemilihan objek yang tepat dapat

menghadirkan kesan rumit tersebut dengan adanya kedalaman pesan yang terkandung

dalam sebuah karya batik tersebut.Gambar tersebut merupakan objek tradisional

namun dalam perwujudannya disajikan secara modern. Karya ini menjadi karya yang

artistik, estetis, dan unik. Artistik artinya mempunyai nilai seni. Estetis, berarti karya

ini mempunyai penilaian terhadap keindahan. Sedangkan unik berarti karya ini

mempunyai nilai tersendiri dalam bentuk atau jenisnya.

2.3 Kajian Teori

2.3.1 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam

proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa

dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling

menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Menurut pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai

“segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien”.

Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah

lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari

perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-

kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.

Menurut Rooijakkers (1991:114): “Proses pembelajaran merupakan suatu

kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta

didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber

belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program

pendidikan” Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Winkel (1991:200)

“proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung

dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. Dari beberapa pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya

bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan

harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi

landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-

perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang

ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan

membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu. Berikut ini sejumlah metode-metode mengajar yang dapat dilakukan oleh

guru antara lain :

2.3.1.1 Metode Ceramah

Ceramah merupakan bentuk dari interaksi dengan cara menerangkan

lisan dari guru atau pendidik kepada peserta didik. Dalam melaksanakan metode

ceramah ini guru dapat menggunakan alat-alat penunjang yang dapat digunakan

seperti contohnya audio visual, gambar, power point, dan lain sebagainya.

2.3.1.2 Metode Latihan

Latihan merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan kebiasaan-

kebiasaan tertentu agar memperoleh suatu keterampilan, ketangkasan, dan

ketepatan.

2.3.1.3 Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan kegiatan yang menunjukkan tentang

proses terjadinya suatu peristiwa yang ditampilkan dengan tingkah laku yang

dicontohkan agar peserta didik dapat memahami secara nyata maupun secara

tiruannya.

2.3.1.4 Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode dimana peserta didik diberikan

kesempatan untuk melakukan, mengalami, mengikuti sendiri suatu keadaan,

objek, ataupun proses sesuatu. Biasanya metode ini dilakukan setelah pendidik

atau guru melakukan metode ceramah, metode demonstrasi, atau metode latihan

kepada peserta didik.

2.3.1.5 Metode Bimbingan

Metode bimbingan merupakan metode dimana guru melakukan

pembimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Metode

bimbingan adalah metode tertua yang digunakan dalam proses pembelajaran.

2.3.1.6 Metode Ekspresi Bebas

Dalam pendidikan seni menggunakan metode ekspresi bebas sudah

tidak asing dan sudah sering digunakan. Metode ekspresi bebas menekankan

pada spontanitas siswa dalam berkarya. Pada pelaksanaan metode ini hanya

berpusat atau terfokus pada gagasan yang peserta didik ciptakan sebagai bentuk

ungkapan peribadi.

2.3.1.7 Metode Mencontoh

Metode mencontoh merupakan metode yang diterapkan dimana peserta

didik akan meniru atau mencontoh seorang ahli dalam proses belajarnya.

2.3.2 Pembelajaran Daring

Adanya wabah covid-19 yang membatasi berbagai aspek kehidupan

masyarakat termasuk pada dunia pendidikan maka pemerintah mengeluarkan

berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya penyebaran virus covid-19. Oleh

karena itu, institusi pendidikan menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh secara

daring sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang di keluarkan oleh

Kemendikbud Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat

Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Surat tersebut membahas mengenai

pembatalan ujian nasional 2020, mekanisme ujian sekolah, ketentuan kenaikan

kelas serta kebijakan pembelajaran jarak jauh atau daring.

Pembelajaran daring merupakan kegiatan belajar antara pendidik dan

peserta didik yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan berbagai

platform dan aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan untuk menunjang proses

kegiatan belajar mengajar contohnya WhatsApp, Google Classroom, Google Meet,

Zoom, yang dapat dihubungkan dengan menggunakan komputer, laptop,

smartphone, dan lain sebagainya.

2.3.3 Seni Budaya

Menurut sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo seni budaya merupakan

suatu sistem yang koheren (bersangkutan), yang dapat digunakan untuk

komunikasi yang efektif melalui satu bagian seni yang dapat menunjukkan

keseluruhan dari maksudnya. Menurut Harry Sulastianto sebagai salah satu dosen

seni rupa di Universitas Pendidikan Indonesia, seni budaya merupakan sebuah

keahlian dalam beraktivitas dalam mengekspresikan ide-ide serta pemikiran

estetika termasuk mewujudkan kemampuan dan imajinasi pandangan atas beberapa

benda, karya, maupun suasana, yang dapat menghadirkan rasa indah dan

menciptakan peradaban manusia yang lebih maju. Seorang filsuf Indonesia, M.

Thoyibi menjelaskan, seni budaya dapat diartikan sebagai penjelmaan dari rasa seni

yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan yang dapat

dirasakan dan diresapi oleh banyak orang dalam rentang perjalanan sejarah

peradaban manusia.

Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang sangat beragam, kaya

akan budaya serta adat istiadat. Keberagaman seni budaya yang dimiliki Indonesia

tentunya harus turut dilestarikan. Oleh karena itu kesenian dan kebudayaan

dihadirkan dalam pendidikan seni di sekolah. Selain bertujuan untuk memberikan

pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan bangsa kepada generasi muda,

peranan pendidikan seni juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas peserta

didik, memberikan pengalaman untuk menciptakan karya, pengalaman dalam

menciptakan konsep karya, pengalaman berestetika pada suatu karya, dan juga

untuk mengetahui dan mengembangkan bakat seni bagi masing-masing peserta

didik.

Ada 4 cabang seni yaitu:

a. Seni Rupa

Seni rupa merupakan ungkapan perasaan atau gagasan yang memiliki nilai

estetis dan memiliki makna yang diwujudkan melalui media: titik, garis, bidang,

warna, bentuk, tekstur, dan gelap terang.

Karya seni rupa dibagi berdasarkan ukuran atau dimensinya menjadi karya

dua dimensi dan karya tiga dimensi. Seni rupa merupakan salah satu cabang

seni yang diciptakan melalui media rupa yang dapat dilihat dan diraba.

b. Seni Musik

Seni musik merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan suara atau

bunyi sebagai penyampaian karyanya yang melibatkan perasaan dan pikiran

bagi penikmat karyanya. Jadi seni musik adalah seni bunyi yang hasil karyanya

dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang menuangkan perasaan dan

pikiran penciptanya melalui unsur musik yaitu melodi, irama, harmoni,

ekspresi, dan bentuk lagu menjadi satu kesatuan.

c. Seni Drama

Seni drama atau teater merupakan salah satu cabang seni yang ungkapan

perasaan atau gagasannya memiliki nilai estetis dan bermakna yang diwujudkan

melalui media: gerak, suara, serta rupa yang di atur atau di tata dengan prinsip-

prinsip tertentu.

d. Seni Tari

Seni tari merupakan ungkapan perasaan atau gagasan yang memiliki nilai

estetis dan bermakna yang disampaikan melalui media gerak tubuh penari yang

ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Jadi, tari adalah gerakan tubuh yang di

ikuti dan disesuaikan dengan irama yang mengiringi.

2.3.4 Seni Kriya Tekstil

Menurut KBBI arti kata (kriya) berarti pekerjaan (kerajinan) tangan.

Berasal dari Bahasa Sansekerta “krya” yang berarti mengerjakan. Jadi, seni kriya

adalah seni yang diproduksi atau dihasilkan oleh keterampilan tangan tetapi masih

memperhatikan dari segi fungsionalnya.

Tekstil merupakan seni kriya atau seni kerajinan yang bahan dasar

pembuatannya menggunakan bahan tekstil, contohnya kain, benang, tali, dan lain

sebagainya. Hasil dari kerajinan tekstil ini dapat berupa benda hias dan benda jadi

maupun perpaduan dari keduanya.

2.3.5 Alat dan Bahan Batik Jumputan

Dalam membuat batik jumputan, alat yang digunakan cukup sederhana. Di

antaranya adalah :

a. penjepit pakaian

Alat untuk menjepit kain yang digantung di tali jemuran supaya tidak jatuh atau

diterbangkan angin.

b. Karet Gelang

Karet berbentuk melingkar yang digunakan untuk mengikat kain untuk

menciptakan motif yang diinginkan.

c. Baskom

Alat yang digunakan untuk wadah yang diisi dengan air dan pewarna untuk

merendam kain yang telah diikat dengan karet.

d. Sendok

Alat yang digunakan untuk mengaduk pewarna saat di campur dengan air.

Berikut ini adalah bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan batik shibori:

a. Kain Primisima

Kain primisima adalah kain katun yang memiliki serat benang yang rapat, halus

dan tebal. Kain jenis katun primisima ini cocok digunakan untuk membatik.

b. Air

Air digunakan untuk melarutkan pewarna kemudian campuran air dan pewarna

ini di gunakan untuk memberikan warna pada kain.

c. Pewarna Kain

Pewarna digunakan untuk memberikan warna pada kain sesuai dengan warna

yang diinginkan. beberapa jenis pewarna untuk batik shibori sebagai berikut :

a. Napthol

Jenis pewarna napthol merupakan zat warna yang tidak larut dalam air.

Proses melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.Pada proses

pencelupan napthol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan

larutan napthol itu sendiri. Pada proses pencelupan pertama ini warna belum

timbul. Kemudian dilakukan tahap pencelupan kedua menggunakan larutan

garam diazodium agar memperoleh warna yang dikehendaki.

Gelap dan terang warna tergantung pada banyaknya napthol yang

diserap oleh serat kain. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk

mendapatkan warna-warna dop/tua.

Resep pewarnaan untuk 1 meter kain dengan napthol adalah sebagai

brikut:

Larutan Napthol

Napthol: 3-5 gram

Kostik soda : 15-25 gram

TRO : 15-25 gram

Air Panas : 1 Liter

Larutan Garam Diazo

Garam diazo : 6-10 gram

Air dingin : 2 liter

b. Indigosol

Zat warna jenis indigosol adalah jenis zat warna bejana yang bisa larut dalam

air. Larutan zat pewarna indigosol ini berwana jernih. Saat kain dicelupkan dalam

larutan zat pewarna belum diperoleh warna yang diharapkan, kemudian harus

dijemur di bawah sinar matahari untuk membangkitkan warna, setelah itu dioksidasi

dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) untuk memperoleh warna yang dikehendaki.

Diperlukan obet pembantu dalam pewarnaan dengan Natrium Nitrit (NaNO2)

sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan dengan zat pewarna indigosol ini

cenderung berwarna lembut/pastel. Dalam penggunaan zat warna indigosol dipakai

secara celupan atau coletan.

Contoh resep warna menggunakan zat indigosol:

Warna kuning

Untuk 1 kain (2 meter) = 3 liter air (larutan) untuk celupan:

1. 10 gram Yellow IGK + 14 gram Nirit

2. 20 cc cuka dapur atau secukupnya

Untuk penggunaan zat pewarna indigosol sebaiknya jangan menggunakan

HCL, jika ukuran yang digunakan tidak pas akan berbahaya dan mudah

menyobekkan kain. Oleh karena itu HCL bisa diganti dengan nitrit plus asam

sulfat. Tetapi menggunakan cuka dapur atau cuka apel akan lebih ramah

lingkungan.

c. Remazol

Zat pewarna remazol merupakan zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan

mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat

tersebut. Zat pewarna remazol ini digunakan dengan cara pencelupan, coletan

maupun kuwasan. Jenis zat pewarana ini bisa larut dalam air, mempunyai warna

yang bagus dengan tingkat ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah,

tetapi untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara

kuwasan. Sebelum difiksasi menggunakan Natrium silikat atau waterglass

sebaiknya kain di diamkan selama semalam agar warna meresap rata.

Resep warna celupan untuk 1 meter kain:

1. 25 gram remazol + soda kue dicampur dengan air hangat

2. 20 cc waterglass ditambah air dingin tidak kental dan tidak cair.

d. Rapid

Zat warna rapid merupakan zat pewarna napthol yang telah di campur dengan

garam diazodium dalam bentuk yang tidak bisa bergabung. Cara untuk

membangkitkan warna difiksasi dengan menggunakan asam sulfat atau asam cuka.

Namun tanpa difiksasi juga bisa, dengan cara diangin-anginkan selama semalam

sampai berubah warna. Dalam proses pewarnaan membatik, zat warna rapid hanya

dipakai untuk pewarnaan cengan cara coletan. Pada zat pewarna rapid ini hanyla

tersedia warna merah dan biru.

Resep warna untuk coletan : Campurkan 3 gram rapid dengan 20 cc air hangat.

2.3.6 Teori Instruksional

Teori instruksional adalah kumpulan dari prinsip-prinsip yang terintegrasi

serta mampu memberikan ketentuan untuk mengatur lingkungan atau suasana

belajar sehingga dapat membantu peserta didik agar bisa mencapai tujaun-tujuan

belajar dengan mudah. Prinsip prinsip dalam teori instruksional ini dapat

diterapkan dalam kondisi di mana terdapat pendidik ataupun tidak, contohnya

pembelajaran jarak jauh, pembelajaran dengan menggunakan komputer,

pengajaran terprogram, metode belajar inkuiri.

Pada teori instruksional tidak menjelaskan bagaimana terjadinya suatu

proses belajar, tapi merupakan penerapan prinsip-prinsip teori belajar, prinsip

pengajaran, prinsip tingkah laku, dalam usaha untuk mencapai tujuan belajar.

Teori-teori instruksional tidak hanya memberikan deskripsi tentang proses belajar

tapi juga memberikan deskripsi tentang apa yang dilakukan oleh pendidik untuk

melancarkan proses belajar peserta didik nya.

a. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku

Pendekatan modifikasi tingkah laku merupakan dasar dari teori instruksional.

Skinner berpendapat bahwa binatang saja dapat diajar untuk melakukan tugas-tugas

yang bersifat kompleks maka orangpun akan dapat memanfaatkan prinsip-prinsip

modifikasi tingkah laku yang diterapkan. Oleh karena itu ia menganjurkan agar para

pendidik menerapkan prinsip-prinsip yang dapat menguatkan (penguatan) untuk

mengikuti tingkah laku tersebut. Pengajar dianjurkan untuk mengidentifikasi

karakterisktik individual dari masing-masing peserta didik serta karakteristik dari

situasi belajar sehingga dapat diketahui keberhasilan apa saja yang sudah dicapai

oleh peserta didik dalam usaha mereka untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

b. Teori Instruksional Konstruk Kognitif

Banyak ahli pendidikan meyakini bahwa teori-teori pengajaran dapat

diturunkan dari hasil-hasil serta prinsip-prinsip penelitian pada bidang teori belajar

kognitivisme. Pada teori ini prinsip-prinsip pengajaran harus memperhatikan

perubahan pada kognitif internal yang terjadi pada saat pembelajaran di kelas dan

memberikan pengalaman kepada siswa.

Menurut pendapat Bruner teori instruksional yang baik adalah pengalaman

belajar melalui penemuan (discovery),yang memungkinkan siswa memperoleh

informasi dan keterampilan-keterampilan baru dengan memperhatikan informasi

dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.

2.3.7 Nilai Estetis

Menurut Djelantik (1999: 17), menyatakan bahwa ada tiga unsur aspek

yang mendasar pada unsur benda atau peristiwa kesenian.

Berikut merupakan aspek aspek estetis, yaitu:

a. Aspek Wujud (Intrinsik)

Nilai intrinsik pada suatu karya merupakan nilai yang membentuk fisik dari

suatu karya itu sendiri. Aspek fisik yang termasuk pada nilai intrinsik suatu

karya seni meliputi unsur unsur yang ada pada unsur rupa yakni bidang, garis,

warna, gelap terang, tekstur, dan ruang. Nilai intrinsik bersifat mutlak karena

nilai intrinsik seni terbentuk dari fisik atau material seni pada suatu karya.

Penyusunan wujud intrinsik dalam karya seni batik adalah penyusun wujud

yang bisa dilihat meliputi garis, bentuk (shape), titik, warna, bidang, dan bentuk

dari proporsi yakni harmoni, kesatuan, dan keseimbangan.

Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk

visual yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur seni rupa. Seni

rupa sebagai salah satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting

di dalam kehidupan manusia.

1. Unsur-Unsur Visual

a. Titik

Titik merupakan unsur paling dasar dan sederhana dalam seni rupa

dua dimensi. Karena unsur ini yang melahirkan suatu wujud atau ide

gagasan. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang.

Pada karya batik, titik biasanya digunakan untuk mengisi bentuk

suatu motif ataupun untuk mengisi bidang latar dengan penempatan secara

teratur atau bisa juga tidak beraturan.

b. Garis

Pada umumnya definisi garis adalah dua titik yang dihubungkan.

Terkadang garis juga ada sebagai simbol suatu emosi, ide yang

diungkapkan. Berdasarkan jenisnya garis dibedakan menjadi garis lurus,

garis melengkung, garis panjang, garis pendek, garis vertikal, garis

horizontal, garis diagonal, garis putus-putus dan lain-lain. Garis disamping

memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan non formal. Contohnya

garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan, dan resmi. Kemudian

ada garis-garis non geometrik yang bersifat tidak resmi, lembut, lemah

gemulai, acak-acakan, tergantung pada pembuat garis.

Pada pembuatan karya batik, garis merupakan proses awal untuk

menggoreskan canting yang berisi malam yang bertujuan untuk membuat

atau menggambar motif pada kain batik.

c. Bidang

Bidang atau bentuk merupakan unsur rupa wujud dari dwi matra yang

memiliki ukuran panjang, tinggi, dan lebar yang dibatasi oleh garis.

Pada motif batik, unsur bidang merupakan motif yang ada pada selembar

kain batik. Bidang-bidang yang ada pada kain batik itulah yang menjadi

motif untuk menyebutkan nama dari corak batik.

d. Tekstur

Tekstur merupakan tampilan permukaan yang nantinya akan terlihat.

Menurut Kartika (2007:38) “Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan

rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan

untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu

pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa

secara nyata atau semu.”

Dapat disimpulkan bahwa tekstur adalah nilai raba yang ada pada

permukaan suatu benda. Ada dua jenis tekstur yakni tekstur nyata dan semu.

Pada karya selembar kain batik termasuk tekstur semu yang diperoleh dari

jenis kain, struktur tenunan, dan goresan dari tebal tipisnya canting.

e. Warna

Menurut Sanyoto, “Warna adalah secara objektif/fisik sebagai sifat

cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian

dari pengalaman indera penglihatan.”

Djelantik (1999: 32), secara umum warna dapat di bagi menjadi tiga

kelompok utama, yaitu:

a) Warna Primer adalah warna pokok yang tidak bisa di buat dengan

mencampurkan warna lain untuk membuat warna primer. Contohnya:

merah, biru, dan kuning.

b) Warna sekunder adalah warna yang pembuatannya bisa dicampur

dengan campuran warna lain, contohnya: orange, hijau, merah muda,

abu-abu, ungu.

c) Warna tersier adalah warna yang dibuat dari campuran warna primer dan

sekunder. Contohnya: merah ungu (magenta), biru ungu (indigo), biru

hijau (turquoise), kuning hijau (lime green).

Sedangkan menurut Nugraha mengatakan bahwa “Warna adalah

kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda

yang dikenalnya.” Kartika (2007:39) membagi peranan warna yaitu: warna

sebagai warna, warna sebagai representasi alam, warna sebagai

lambang/simbol, dan warna sebagai simbol ekspresi.

1. Warna sebagai warna

Kehadiran warna sebagai sekedar untuk memberi tanda pada suatu

benda, ataupun hanya membedakan ciri benda satu dengan yang lainnya

tanpa maksud tertentu dan tidak memberikan pretense apapun. Warna tidak

perlu dipahami atau dihayati karena kehadirannya hanya sebagai tanda dan

lebih dari itu hanya sebagai pemanis permukaan.

2. Warna sebagai representasi alam

Kehadiran warna adalah penggambaran dari suatu objek secara nyata.

Misalnya: warna hijau untuk menggambar dedaunan, rumput, tumbuh-

tumbuhan dan biru untuk laut, gunung, langit, dan sebagainya. Warna-warna

tersebut hanya sekedar memberikan ilustrasi dan tidak mengandung maksud

lain kecuali memberikan gambaran dari apa yang dilihatnya.

3. Warna sebagai simbol atau lambang

Warna sebagai lambang atau simbol merupakan lambang sesuatu

yang sudah menjadi tradisi atau pola umum. Kehadiran warna sebagai simbol

atau lambang banyak digarap oleh seniman tradisi dan banyak dipakai untuk

memberikan warna pada wayang, batik tradisional, dan tata rupa lain yang

mempunyai citra tradisi.

2. Prinsip Komposisi Visual

a) Kesatuan (Unity)

Kesatuan (Unity) merupakan prinsip dasar tata rupa yang penting yang

menekankan keselarasan dari beberapa unsur yang disusun. Kesatuan

adalah efek yang dicapai dari suatu susunan, sehingga secara keseluruhan

akan menampilkan kesan tanggapan yang utuh (Dharsono, 2004: 117).

Kesatuan dalam karya seni batik ditunjukkan untuk menggambarkan

komposisi hasil yang diciptakan secara utuh dengan menghubungkan

sejumlah fakta visual..

b) Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan (Balance) merupakan kesamaan antara kekuatan yang

saling berhadapan, kemudian menghasilkan kesan seimbang secara visual

(Dharsono, 2004: 118). Keseimbangan dapat diartikan sebagai sesuatu yang

tidak berat sebelah.

Pada karya batik, keseimbangan dapat di ciptakan dari bentuk-bentuk

motif dan warna yang ada sehingga akan ada suatu daya Tarik yang sama

pada setiap sisi. Keseimbangan dapat diciptakan secara simetris maupun

asimetris. Keseimbangan secara asimetris dapat dicapai dengan

mempertimbangkan penempatan objek yang menjadi perhatian utama,

mempertimbangkan besar kecilnya objek , dan juga kekontrasan objek

dengan warna dalam suatu komposisi.

c) Harmoni (Harmony)

Harmoni atau keselarasan merupakan panduan dari unsur-unsur yang

berbeda dekat. Apabila unsur-unsur estetika dipadukan secara

berdampingan maka timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian

(Dharsono, 2004: 113)

Pada ragam hias batik, harmoni dapat dicapai dengan kesatuan dan

keselarasan ragam hias, tata letak, komposisi warna, fungsi, dan ukuran.

Keselarasan dalam karya batik didapat dari unsur visual yang ada pada

motifnya.

b. Aspek Isi atau Pemaknaan (Ekstrinsik)

Nilai ekstrinsik adalah bukan nilai yang sebenarnya pada suatu karya.

Nilai ini tidak langsung menentukan suatu karya seni, melainkan berfungsi

sebagai pendukung, memperkuat adanya kehadiran atau penyelenggaraan

karya seni dan sifatnya untuk melengkapi kehadiran karya seni (Dharsono,

2004: 21).

Pada karya batik, isi atau pemaknaan (ekstrinsik) berupa susunan dari arti atau

makna, pikiran, dan gagasan yang diserap dalam wujud seni batik.

c. Aspek Penampilan

Aspek penampilan merupakan salah satu bagian mendasar yang ada

pada semua karya seni, dengan penampilan dimaksudkan bagaimana kesenian

itu disuguhkan kepada masyarakat luas (Djelantik, 1999: 167).

Pada karya seni murni maupun seni terapan contohnya pada ragam hias

batik, dalam penyajian hasil dari keseniannya bisa disajikan secara langsung

oleh seniman itu sendiri tanpa adanya seniman lain untuk menampilkannya.

Hasil karya seniman bisa ditampilkan dengan mengadakan seminar atau

pelatihan dan mengadakan pameran diberbagai kota, contohnya tentang batik.