BAB II KAJIAN PUSTAKA - fbs.undiksha.ac.id
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - fbs.undiksha.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan Istilah
2.1.1 Analisis
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb) (KBBI, 2008: 58).
Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer yang di karang oleh Peter Salim
dan Yeni Salim (2002) menjelasan pengertian analiasis sebagai berikut :
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan
sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal, usul, sebab, penyebab
sebenarnya, dan sebagainya)
2. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan
bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapat pengertian
yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.
3. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam bagian-
bagiannya berdasarkan metode konsisten untuk mencapai pengertian tentang
prinsip-prinsip dasarnya.
Jadi kesimpulan dari analisis adalah suatu kegiatan penyelidikan, penguraian
serta pemecahan masalah dengan mengkaji pokok pembahasan untuk mengetahui dan
memperoleh suatu pemahaman yang tepat.
2.1.2 SMA Negeri 1 Genteng
SMA Negeri 1 Genteng adalah salah satu sekolah menengah atas yang
terletak di Kabupaten Banyuwangi tepatnya di Jalan K.H. Wahid Hasyim no.
20, Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur. pendidikan sekolah ditempuh selama 3
tahun X,XI,XII terkecuali untuk kelas SCI (Siswa Cerdas Istimewa) yang hanya
ditempuh selama 2 tahun. SMA Negeri 1 Genteng merupakan sekolah ter-
favorite yang ada di kabupaten Banyuwangi. Yang memiliki prestasi-prestasi
yang membanggakan dari tahun ke tahun dalam bidang akademik maupun non
akademik. Saat ini, SMA Negeri 1 Genteng berstatus Sekolah Standar Nasional.
SMAN 1 Genteng menerapkan kurikulum 2013, pada tahun 2014 sudah
menggunakan sistem SKS (Sistem Kredit Semester).
Sistem Kredit Semester (SKS) merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang disepakati oleh peserta didiknya terkait jumlah beban belajar
atau strategi belajar setiap semester pada satuan pendidikan yang disesuaikan
dengan bakat, minat, dan kemampuan kecepatan belajarnya.
2.1.3 Batik
a. Pengertian Batik
Menurut Irwan Tirta, Pengertian Batik adalah teknik menghias kain
atau tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan warna, yang
semua proses tersebut menggunakan tangan. Pengertian Batik menurut
Santosa Doellah, Batik adalah sehelai kain yang dibuat secara tradisional
dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, memiliki beragam
corak hias dan pola tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup
rintang dengan lilin batik sebagai bahan perintang warna. Oleh karena itu,
suatu kain dapat disebut batik apabila mengandung dua unsur pokok, yaitu
jika memiliki teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai
perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik. Menurut Hamzuri,
Pengertian Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan
menggunakan alat bernama canting. Orang yang melukis atau menggambar
pada mori memakai canting disebut membatik. Membatik ini menghasilkan
batik yang berupa macam-macam motif dan mempunyai sifat khusus yang
dimiliki oleh batik itu sendiri. Pengertian Batik menurut Afif Syakur adalah
serentang warna yang meliputi proses pemalaman (lilin), pencelupan
(pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang
halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi.
b. Batik Jumputan
Batik jumputan atau batik ikat merupakan batik yang motifnya
diperoleh dengan cara mengikat serta pewarnaan kainnya menggunakan
teknik celupan. Motif yang dihasilkan batik jumputan tergantung dengan
teknik yang di lakukan oleh pembuat. Pada dasarnya pembuatan batik
jumputan mirip seperti membatik, di mana beberapa bagian kain dilindungi
agar tidak terkena pewarna. Sehingga, hasil akhir pewarnaan memberikan
pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan dilindungi.
a. Desain Motif
Untuk memperoleh hasil yang baik seharusnya membuat desain
motif yang diinginkan terlebih dahulu. Berikut ini merupakan lingkup
desain meliputi :
1. Bentuk motif
Untuk menciptakan bentuk motif batik celup ikat atau jumputan
tidak sebebas seperti menciptakan motif batik tulis, modern, cap, dan
lainnya. Motif yang dihasilkan pada batik jumputan ini terbatas pada
kemungkinan-kemungkinan tertentu sesuai dengan teknik-teknik
apa yang digunakan pada saat proses pembuatan batik jumputan.
2. Komposisi
Komposisi merupakan “The act of organizing all of the elements
of a work of art into a harmoniously unified whole” (Otto G. Ocvirk,
et al, p.158), atau secara sederhana dikatakan Khaterine C. LA.
Mancusa (1965, p.45) sebagai “ The organizing of the elements”.
Beberapa elemen yang dimaksud yakni garis, warna, massa dan
ruang, tekstur, bentuk, value serta pola. Pada batik jumputan cara
penyusunan pola-pola yang mungkin terjadi menentukan bagaimana
motif yang akan dihasilkan, baik pola lingkaran, pola garis, pola
persegi, di atas bidang kain batik. Jika kita menggunakan kain yang
nantinya akan difungsikan sebagai taplak meja misalnya,
persoalannya adalah bagaimana kita bisa menyusun pola-pola itu
sehingga diperoleh susunan yang harmonis dalam satu-kesatuan.
Kemudian bagaimana kita mengatur warna motif dan warna
dasarnya, serta bagaimana kita mengatur besar kecilnya bidang
untuk dapat menciptakan massa dan ruang. Pada motif batik
jumputan akan terjadi batas bidang yang dapat memberikan motif
tersendiri yang sebelumnya tidak diduga karena bidang-bidang yang
ada pada batik jumputan tidak mempunyai batas (garis) yang tegas.
Oleh karena itu, banyak keunikan-keunikan yang terjadi dan inilah
faktor penyebab yang menjadikan batik jumputan atau batik celup
ikat menjadi menarik.
Satuan komposisi yang baik dapat diperoleh dengan menyusun
elemen-elemen desain yang didasarkan pada beberapa prinsip
sebagai berikut :
1) Kesatuan
2) Keselarasan
3) Keseimbangan
4) Variasi
5) Pengulangan
6) Irama
7) Proporsi
8) Ekonomi
9) Klimaks
10) Kontras
Prinsip kesatuan dalam komposisi merupakan penyususnan
unsur-unsur (elemen-elemen) desain yang kompak, sehingga tidak
ada elemen yang terbuang serta tidak ada elemen yang menonjol.
Setiap masing-masing elemen memiliki peranan dalam komposisi.
Prinsip keselarasan atau keharmonisan dalam komposisi
menurut ( Murtihadi dan G. Gunarto, 1982:65) merupakan
persesuaian dari unsur-unsur desain yang ekstrim atau antara bentuk
yang serasi dan tidak serasi. Dalam komposisi masing-masing unsur
terlihat terkait satu dengan yang lainnya.
Keseimbangan (balance) adalah prinsip dari desain yang
mempunyai pengaruh besar terhadap komposisi. Pencapaian
keseimbangan pada suatu komposisi sangat diperlukan, jika tidak
maka akan berantakan. Keseimbangan (balance) adalah ukuran
untuk seimbang atau tidak seimbangnya unsur-unsur pada dua sisi
di kiri kanan suatu sumbu yang ada pada suatu desain. Untuk
menilai seimbang atau tidak dilihat dari letak (posisi), perbandingan
ukuran, kualitas dan arah dari elemen-elemen tersebut.
Variasi merupakan sentuhan yang ada dan berbeda pada suatu
elemen agar tidak menimbulkan monotonitas. Oleh karena itu
variasi dibutuhkan sehingga memberikan susunan yang menarik
pada suatu karya.
Pengulangan atau repetisi adalah “a method used to reemphasize
visual units again and again in a marked pattern”, seperti yang
dikatakana oleh Ocvirk, dkk, (1972:26). Bentuk dari pengulangan
tidak selalu sama.
Irama atau ritme merupakan gerakan yang teratur dan berturut-
turut yang terjadi dikarenakan ada pengulangan dari unsur-unsur
desain. Misalkan pada pengulangan pola kotak, baik besar kecil
maupun sama besar. Adanya irama atau ritme dalam suatu
komposisi maka akan menimbulkan suatu keteraturan.
Proporsi merupakan suatu perbandingan ukuran antara satu
elemen dengan elemen lainnya sehingga terdapat keseimbangan dan
keselarasan. Ukuran unsur tidak harus sama, namun tetap terdapat
keselarasan dan tidak saling mengalahkan. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa semua ukuran elemen atau unsur harus
proposional.
Prinsip ekonomi yang ada dalam komposisi merupakan
penggunaan unsur-unsur yang tidak berlebihan. Cukup
menggunakan satu unsur saja apabila sudah tercapai suatu
komposisi yang baik, dan tidak perlu ditambah dengan unsur yang
lainnya yang tidak diperlukan. Oleh karena itu kata lain dari prinsip
ekonomi merupakan kesederhanaan.
Klimaks yang ada dalam komposisi merupakan sesuatu yang
diperlukan untuk memberikan penekanan, ataupun pusat perhatian.
Yang dijadikan sebagai objek klimaks merupakan objek penting
sedangkan objek lain merupakan unsur pembantu untuk mencapai
klimaks tersebut.
Kontras dalam komposisi berguna agar tidak menimbulkan
monotonitas dan kejemuan. Kontras merupakan suatu tertentangan
antara unsur-unsur yang ada. Adanya beberapa kontras akan
membuat komposisi lebih bervariasi. Akan tetapi jika kontras itu
tidak dikendalikan dengan baik maka dapat merusak komposisi.
Oleh karena itu kontras antara elemen-elemen haruslah ada dalam
konteks ynag terkendali.
b. Teknik Batik Jumputan
1. Ikatan Garis
Teknik ikatan garis merupakan teknik yang dilakukan denagn
cara membuat beberapa buah garis buntu pada kain dengan
menggunakan pensil. Setelah itu selanjut kain dilipat menurut garis dan
diikat. Motif yang dihasilkan dari teknik ini akan terlihat seperti garis.
Gambar 2.1 Ikatan garis
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
2. Ikatan Donat
Penggunaan batik jumputan dengan teknik ini dilakukan dengan
cara membentuk pola lingkaran berlapis maka motif yang diperoleh
akan terlihat seperti dua garis lingkaran seperti donat.
Gambar 2.2 Ikatan donat
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
3. Ikat Mawar
Penerapan teknik ikat mawar ini dilakukan dengan cara
menjumput kain kemudian mengikat pada bagian dasar jumputandengan
karet. Penggunaan teknik ikat mawar ini akan menghasilkan motif
lingkaran.
Gambar 2.3 Ikat mawar
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
4. Ikatan Mawar Berbelit
Pembuatan batik jumputan dengan teknik ini dilakukan dengan
cara yang hampir sama seperti ikat mawar, tetapi setelah bagian dasar
terikat, lalu ikatan tali atau karet diteruskan dengan membuat ikatan
berbentuk spiral menuju ujung atau puncak jumputan. Untuk
menghasilkan pola yang lebih rumit lagi bisa dilakukan dengan cara
melilit tali lebih banyak lagi.
Gambar 2.4 Ikatan mawar berbelit
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
5. Ikatan Penggumpalan
Pada teknik ikatan penggumpalan ini dapat dilakukan dengan
cara membentuk kain menjadi gumpalan, kemudian ikat menggunakan
tali karet. Apabila kain dalam keadaan basah, dan ikatan kuat, maka
warna yang terserap sedikit. Teknik ikatan penggumpalan ini akan
menghasilkan motig gumpalan dengan pola bebas. Teknik ini cocok
digunakan untuk mewarnai kain yang sempit dan tidak terlalu lebar.
Gambar 2.5 Ikatan penggumpalan
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
6. Ikatan Pengerutan
Penerapan teknik ikat pengerutan dilakukan dengan cara
mengerutkan kain secara tidak teratur, kemudian ikat kain kuat-kuat
agar kerutan pada kain tidak lepas. Apabila ikatan pada kain kuat, maka
motif yang dihasilkan adalah motif ceplok ceplok putih menyerupai
motif pada marmer.
Gambar 2.6 Ikatan pengerutan
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
7. Ikatan Garis Ganda
Penggunaan teknik ikatan garis ganda dilakukan dengan cara
membuat lipatan pada kain. Kemudian lipat dan jumputlah untuk
membuat ikatan. Motif yang dihasilkan dengan menggunakan teknik
ikatan garis ganda ini akan menciptakan motif garis yang tidak teratur.
Gambar 2.7 Ikatan garis ganda
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
8. Ubah Setik
Teknik setik ini sedikit lebih rumit. Membuat warna setik
memerlukan jarum. Pola garis dibuat dengan cara menjelujur bentuk
garis. Kemudian pola donat dibentuk kupu-kupu atau bentuk apapun
sesuai dengan desain ynag diinginkan, lalu ujung benang pada setik
ditarik kuat dan diikat sebelum di warna.
Gambar 2.8 Teknik Ubah Setik
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
9. Mengikat Benda
Teknik mengikat benda dapat dilakukan dengan cara mengikat
benda. Contohnya kelereng atau bola-bola kecil yang diikat dengan
teknik ikatan mawar kecil. Apabia ikatan dipasang secara sejajar dan
beraturan, maka motif yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang
seragam.
Shibori berasal dari Jepang yang mempunyai kata kerja shiboru,
yakni, teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif
yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik. Tak heran, jenis
kain yang satu ini sering kali disebut dengan batik celup Jepang.
Gambar 2.9 Teknik mengikat benda
(sumber: buku “Batik dan Jumputan” Joko Dwi Handoyo)
c. Teknik Shibori
Shibori merupakan penyebutan batik jumputan dari Jepang. Motif
yang dihasilkan dari shibori tidak jauh berbeda dengan batik jumputan.
Teknik pembuatan shibori memiliki kesamaan dengan batik jumputan yang
mengandalkan ikatan dan celupan, tetapi shibori memiliki beberapa teknik
yang sedikit berbeda dengan batik jumputan, berikut ini beberapa teknik
shibori:
1. Kanoko Shibori
Pada penerapan teknik kanoko shibori ini beberapa bagian diikat
menggunakan karet ataupun benang untuk menghasilkan motif yang
diinginkan. Penggunaan motif ini akan menghasilkan motif berbentuk
segi empat.
Gambar 2.1 Kanoko Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
2. Arashi Shibori
Penggunaan teknik arashi ini dengan cara kain dililitkan pada
tiang, kemudian lilitan kain tersebut di ikat dengan benang di
sepanjang tiang lalu kain didorong sampai membentuk kerutan.
Selanjutnya kain dicelupkan pada warna yang diinginkan.
Gambar 2.2 Arashi Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
3. Itajime Shibori
Proses pembuatan batik shibori d
engan menggunakan teknik ini dengan cara menjepit dan melipat
kain diantara dua buah kayu, lalu mengikatnya dengan tali atau
benang. Penggunaan teknik itajime ini akan menghasilkan motif
bernuansa kotak kotak.
Gambar 2.3 Itajime Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
4. Miura Shibori
Teknik Miura adalah salah satu teknik Batik Shibori yang
prosesnya dilakukan dengan cara mencabut bagian tertentu pada
kain menggunakan jarum kait tanpa simpul khusus apapun. Cukup
dengan mengikat kain media batik dan melonggarkannya
menggunakan tali. Motif yang akan dihasilkan dari teknik miura ini
akan menghasilkan pola seperti air.
Gambar 2.4 Miura Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
5. Kumo Shibori
Kumo shibori merupakan teknik yang dilakukan dengan cara
melipat kain secara halus dan merata. Kemudian kain diikat bagian-
bagian yang berdekatan satu sama lain, sehingga terlihat membentuk
pola seperti sarang laba-laba. Motif yang dihasilkan dari teknik
kumo ini lebih variatif dan indah sehingga memiliki harga jual yang
relatif lebih mahar karena proses pembuatannya yang lebih sedikit
rumit.
Gambar 2.5 Kumo Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
6. Nui Shibori
Nui Shibori merupakan teknik yang dilakukan dengan cara kain
di jelujur kemudian kain diikat dengan benang dan akan
menghasilkan sebuah kerutan yang rapat. Menggunakan teknik ini
cukup mudah tetapi juga akan menghasilkan motif yang bervariasi
dan indah, tergangung cara kita membentuk pola jahit pada jelujur
kain yang akan kita ikat dengan benang yang sudah disiapkan
sebelumnya.
Gambar 2.6 Nui Shibori
(Sumber: https://wisatarumahjiwa.com/batik-shibori/ diunduh 2 Maret 2021)
2.2 Penelitian Terkait
Adapun penelitian tentang analisis karya batik shibori siswa SMA Negeri 1 Genteng
yang terkait dan dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penelitian yang ditulis oleh Voni Wijayanti dengan topik “Transformasi Lukisan Voni
Wijayanti Pada Batik Situbondo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan alat dan bahan yang digunakan dalam proses transformasi lukisan
Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, proses transformasi lukisan Voni Wijayanti
pada Batik Situbondo, dan nilai estetis pada Batik Situbondo hasil transformasi dari
lukisan Voni Wijayanti. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research).
Subyek penelittian ini adalah perajin saung batik “Puspa Bahari” di Desa Asembagus,
Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo; dan beberapa ahli yang mengerti
tentang seni. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, diskusi (fgd), dokumentasi, dan kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses
transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo yaitu: pensil, gunting,
penghapus, spidol, kain/taplak, canting, kompor, wajan, ijuk, kuas, bambu, tong,
ember, bak air, kain mori primisima, malam (lilin), zat warna remasol, waterglass,
dan air; proses transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, meliputi
proses memecah lukisan berdasarkan elemen-elemennya; membuat desain
berdasarkan elemen lukisan; dan proses pembuatan batik meliputi beberapa tahapan
yakni nyanteng yaitu memberi perintang warna dengan menggunakan cairan lilin
(malam), nyolet yaitu memberi warna motif pada kain, dan nglorot yaitu pelepasan
lilin (malam) pada kain; nilai estetis pada Batik Situbondo hasil transformasi dari
lukisan Voni Wijayanti yang terdiri dari unsur-unsur desain, prinsip desain, dan asas
desain.
2) Penelitian yang berjudul Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik Pada Generasi Muda
yang di tulis oleh (Edi Eskak, 2013) membahas tentang proses pembuatan batik yang
rumit kurang menarik minat bagi generasi muda. Lomba Desain Batik Nusantara 2012
yang diadakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, adalah upaya untuk
mendorong kreativitas generasi muda untuk menciptakan desain-desain baru serta
memupuk kecintaan terhadap batik. Kritik seni ini bertujuan mengkritisi karya-karya
desain pemenang. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan. Hasil
pembahasannya berupa kajian kritis terhadap bentuk dan makna karya desain serta
aplikasinya pada proses pembuatan batik. Kajian ini dapat digunakan untuk
penyempurnaan desain batik sebelum diproduksi.
3) Penelitian lainnya yang ditulis oleh Krismawan Adi Sancaka dengan topik ”Tinjauan
Motif Warna Dan Nilai Estetik Tegal Produksi Kelompok Usaha Bersama Sidomulyo
Di Pasangan Talang Tegal”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan batik
Tegal produksi KUB Sidomulyo ditinjau dari bentuk motif, warna, dan nilai estetis.
Batik Tegal produksi KUB Sidomulyo ini merupakan batik pesisiran karena letaknya
berada di sepanjang pantai Utara Jawa serta masih mempertahankan motif batik
tradisional khas Tegal sebagai acuan untuk mengembangkan desain motif batiknya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen
utama peneliti, sebagai instrumen pendukung adalah pedoman observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hand phone sebagai alat perekan suara dan kamera digunakan
untuk alat bantu dokumentasi. Penelitian dirumuskan pada motif, warna, dan nilai
estetik batik Tegal produksi KUB Sidomulyo. Data diperoleh dengan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Keabsahan data mengacu paca teknik triangulasi.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Motif batik Tegal produksi KUB Sidomulyo
yaitu berupa unsur flora dan fauna yang dipengaruhi daerah sekitar seperti Pekalongan
dan Cirebon. Unsur-unsur motif flora digambarkan menjadi tiga bagian bentuk motif
utama seperti bunga, daun, dan umbi (palawija), sedangkan bentuk motif utama fauna
adalah burung dan hewan laut. Bentuk motif baik Tegal produksi KUB Sidomulyo
tergolong menjadi golongan geometris seperti motif sidomukti, serta golongan non
geometris yang terdiri dari motif buketan, modern, dan pinggiran. 2) Warna yang
digunakan pada pembuatan batik Tegal produksi KUB Sidomulyo adalah warna
napthol, indigosol, dan warna alam dengan ciri khas warna batik khas pesisirseperti
unsur warna tersebut berupa warna coklat (soga) yang lebih gelap, biru tua (wedel),
merah tua, kuning, dan hijau yang diperoleh melalui proses pewarnaan dengan cara
pencoletan dan pencelupan. 3) Sebagai karya seni, batik Tegal produksi KUB
Sidomulyo juga memiliki unsur-unsur keindahan yang terbagi dalam aspek instrinsik
dan ekstrinsik, yaitu bentuk proporsi dan komposisi yang diekspresikan dalam bentuk
motif, pola, serta ornamen yang penuh dengan makna simbolis spiritual dan falsafah
hidup manusia. Keindahan yang ditampilkan merupakan wujud dari penggabungan
dari aspek-aspek tersebut, yang tercermin dalam nama motif dan pemakaian pada kain
batik batik.
4) Penelitian lainnya yakni penelitian yang berjudul Analisis Batik “Jogja Istimewa”
Karya Irawan Hadi Oleh (Laelin Naimah, 2013) Penelitian ini membahas tentang
tujuan untuk mengkaji secara mendalam tentang visualisasi karya dan teknik
pembuatan karya, struktur formal atau unsur-unsur pembentukkarya, tema, dan
kualitas batik “Jogja Istimewa” karya Irawan Hadi.Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data berupa kata-kata dan tindakan yang
diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
pedoman dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dari ketekunan pengamatan. Data
dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1) Deskripsi teori meliuti 2 hal yaitu deskripsi visual berupa
gambar wayang dan deskripsi teknik meliputi teknik yang digunakan adalah teknik
batik tulis. 2) Analisis formal meliputi struktur formal atau unsur-unsur pembentuk
karya. Garis sebagai identitas bentuk, seperti halnya bentuk-bentuk yang tampak pada
figur-figur wayang. Bangun pada karya batik “Jogja Istimewa” ini terjadi karena
dibatasi oleh sebuah garis, juga dibatasi oleh warna yang berbeda. 3) Interpretasi karya
meliputi tema yang digarap yaitu problematik sosial, bercerita tentang momen
bersejarah bagi masyarakat Yogyakarta yang sebelumnya telah menjadi gonjang-
ganjing warga DIY. Sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya
pemerintah pusat harus kembali melihat sejarah, betapa banyaknya jasa yang
diberikan oleh Jogjakarta terhadap Indonesia. Karena sejarah merupakan pijakan
kesuksesan dimasa depan.4) Evaluasi karya:karya inicukup rumit yaitu menggunakan
objek-objek wayang kulit, tetapi dengan pemilihan objek yang tepat dapat
menghadirkan kesan rumit tersebut dengan adanya kedalaman pesan yang terkandung
dalam sebuah karya batik tersebut.Gambar tersebut merupakan objek tradisional
namun dalam perwujudannya disajikan secara modern. Karya ini menjadi karya yang
artistik, estetis, dan unik. Artistik artinya mempunyai nilai seni. Estetis, berarti karya
ini mempunyai penilaian terhadap keindahan. Sedangkan unik berarti karya ini
mempunyai nilai tersendiri dalam bentuk atau jenisnya.
2.3 Kajian Teori
2.3.1 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan
interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa
dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling
menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Menurut pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai
“segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien”.
Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah
lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari
perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-
kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Menurut Rooijakkers (1991:114): “Proses pembelajaran merupakan suatu
kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta
didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program
pendidikan” Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Winkel (1991:200)
“proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya
bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan
harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi
landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-
perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan
membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu. Berikut ini sejumlah metode-metode mengajar yang dapat dilakukan oleh
guru antara lain :
2.3.1.1 Metode Ceramah
Ceramah merupakan bentuk dari interaksi dengan cara menerangkan
lisan dari guru atau pendidik kepada peserta didik. Dalam melaksanakan metode
ceramah ini guru dapat menggunakan alat-alat penunjang yang dapat digunakan
seperti contohnya audio visual, gambar, power point, dan lain sebagainya.
2.3.1.2 Metode Latihan
Latihan merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu agar memperoleh suatu keterampilan, ketangkasan, dan
ketepatan.
2.3.1.3 Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan kegiatan yang menunjukkan tentang
proses terjadinya suatu peristiwa yang ditampilkan dengan tingkah laku yang
dicontohkan agar peserta didik dapat memahami secara nyata maupun secara
tiruannya.
2.3.1.4 Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode dimana peserta didik diberikan
kesempatan untuk melakukan, mengalami, mengikuti sendiri suatu keadaan,
objek, ataupun proses sesuatu. Biasanya metode ini dilakukan setelah pendidik
atau guru melakukan metode ceramah, metode demonstrasi, atau metode latihan
kepada peserta didik.
2.3.1.5 Metode Bimbingan
Metode bimbingan merupakan metode dimana guru melakukan
pembimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Metode
bimbingan adalah metode tertua yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2.3.1.6 Metode Ekspresi Bebas
Dalam pendidikan seni menggunakan metode ekspresi bebas sudah
tidak asing dan sudah sering digunakan. Metode ekspresi bebas menekankan
pada spontanitas siswa dalam berkarya. Pada pelaksanaan metode ini hanya
berpusat atau terfokus pada gagasan yang peserta didik ciptakan sebagai bentuk
ungkapan peribadi.
2.3.1.7 Metode Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode yang diterapkan dimana peserta
didik akan meniru atau mencontoh seorang ahli dalam proses belajarnya.
2.3.2 Pembelajaran Daring
Adanya wabah covid-19 yang membatasi berbagai aspek kehidupan
masyarakat termasuk pada dunia pendidikan maka pemerintah mengeluarkan
berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya penyebaran virus covid-19. Oleh
karena itu, institusi pendidikan menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh secara
daring sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang di keluarkan oleh
Kemendikbud Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Surat tersebut membahas mengenai
pembatalan ujian nasional 2020, mekanisme ujian sekolah, ketentuan kenaikan
kelas serta kebijakan pembelajaran jarak jauh atau daring.
Pembelajaran daring merupakan kegiatan belajar antara pendidik dan
peserta didik yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan berbagai
platform dan aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan untuk menunjang proses
kegiatan belajar mengajar contohnya WhatsApp, Google Classroom, Google Meet,
Zoom, yang dapat dihubungkan dengan menggunakan komputer, laptop,
smartphone, dan lain sebagainya.
2.3.3 Seni Budaya
Menurut sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo seni budaya merupakan
suatu sistem yang koheren (bersangkutan), yang dapat digunakan untuk
komunikasi yang efektif melalui satu bagian seni yang dapat menunjukkan
keseluruhan dari maksudnya. Menurut Harry Sulastianto sebagai salah satu dosen
seni rupa di Universitas Pendidikan Indonesia, seni budaya merupakan sebuah
keahlian dalam beraktivitas dalam mengekspresikan ide-ide serta pemikiran
estetika termasuk mewujudkan kemampuan dan imajinasi pandangan atas beberapa
benda, karya, maupun suasana, yang dapat menghadirkan rasa indah dan
menciptakan peradaban manusia yang lebih maju. Seorang filsuf Indonesia, M.
Thoyibi menjelaskan, seni budaya dapat diartikan sebagai penjelmaan dari rasa seni
yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan yang dapat
dirasakan dan diresapi oleh banyak orang dalam rentang perjalanan sejarah
peradaban manusia.
Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang sangat beragam, kaya
akan budaya serta adat istiadat. Keberagaman seni budaya yang dimiliki Indonesia
tentunya harus turut dilestarikan. Oleh karena itu kesenian dan kebudayaan
dihadirkan dalam pendidikan seni di sekolah. Selain bertujuan untuk memberikan
pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan bangsa kepada generasi muda,
peranan pendidikan seni juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas peserta
didik, memberikan pengalaman untuk menciptakan karya, pengalaman dalam
menciptakan konsep karya, pengalaman berestetika pada suatu karya, dan juga
untuk mengetahui dan mengembangkan bakat seni bagi masing-masing peserta
didik.
Ada 4 cabang seni yaitu:
a. Seni Rupa
Seni rupa merupakan ungkapan perasaan atau gagasan yang memiliki nilai
estetis dan memiliki makna yang diwujudkan melalui media: titik, garis, bidang,
warna, bentuk, tekstur, dan gelap terang.
Karya seni rupa dibagi berdasarkan ukuran atau dimensinya menjadi karya
dua dimensi dan karya tiga dimensi. Seni rupa merupakan salah satu cabang
seni yang diciptakan melalui media rupa yang dapat dilihat dan diraba.
b. Seni Musik
Seni musik merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan suara atau
bunyi sebagai penyampaian karyanya yang melibatkan perasaan dan pikiran
bagi penikmat karyanya. Jadi seni musik adalah seni bunyi yang hasil karyanya
dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang menuangkan perasaan dan
pikiran penciptanya melalui unsur musik yaitu melodi, irama, harmoni,
ekspresi, dan bentuk lagu menjadi satu kesatuan.
c. Seni Drama
Seni drama atau teater merupakan salah satu cabang seni yang ungkapan
perasaan atau gagasannya memiliki nilai estetis dan bermakna yang diwujudkan
melalui media: gerak, suara, serta rupa yang di atur atau di tata dengan prinsip-
prinsip tertentu.
d. Seni Tari
Seni tari merupakan ungkapan perasaan atau gagasan yang memiliki nilai
estetis dan bermakna yang disampaikan melalui media gerak tubuh penari yang
ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Jadi, tari adalah gerakan tubuh yang di
ikuti dan disesuaikan dengan irama yang mengiringi.
2.3.4 Seni Kriya Tekstil
Menurut KBBI arti kata (kriya) berarti pekerjaan (kerajinan) tangan.
Berasal dari Bahasa Sansekerta “krya” yang berarti mengerjakan. Jadi, seni kriya
adalah seni yang diproduksi atau dihasilkan oleh keterampilan tangan tetapi masih
memperhatikan dari segi fungsionalnya.
Tekstil merupakan seni kriya atau seni kerajinan yang bahan dasar
pembuatannya menggunakan bahan tekstil, contohnya kain, benang, tali, dan lain
sebagainya. Hasil dari kerajinan tekstil ini dapat berupa benda hias dan benda jadi
maupun perpaduan dari keduanya.
2.3.5 Alat dan Bahan Batik Jumputan
Dalam membuat batik jumputan, alat yang digunakan cukup sederhana. Di
antaranya adalah :
a. penjepit pakaian
Alat untuk menjepit kain yang digantung di tali jemuran supaya tidak jatuh atau
diterbangkan angin.
b. Karet Gelang
Karet berbentuk melingkar yang digunakan untuk mengikat kain untuk
menciptakan motif yang diinginkan.
c. Baskom
Alat yang digunakan untuk wadah yang diisi dengan air dan pewarna untuk
merendam kain yang telah diikat dengan karet.
d. Sendok
Alat yang digunakan untuk mengaduk pewarna saat di campur dengan air.
Berikut ini adalah bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan batik shibori:
a. Kain Primisima
Kain primisima adalah kain katun yang memiliki serat benang yang rapat, halus
dan tebal. Kain jenis katun primisima ini cocok digunakan untuk membatik.
b. Air
Air digunakan untuk melarutkan pewarna kemudian campuran air dan pewarna
ini di gunakan untuk memberikan warna pada kain.
c. Pewarna Kain
Pewarna digunakan untuk memberikan warna pada kain sesuai dengan warna
yang diinginkan. beberapa jenis pewarna untuk batik shibori sebagai berikut :
a. Napthol
Jenis pewarna napthol merupakan zat warna yang tidak larut dalam air.
Proses melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda.Pada proses
pencelupan napthol dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan
larutan napthol itu sendiri. Pada proses pencelupan pertama ini warna belum
timbul. Kemudian dilakukan tahap pencelupan kedua menggunakan larutan
garam diazodium agar memperoleh warna yang dikehendaki.
Gelap dan terang warna tergantung pada banyaknya napthol yang
diserap oleh serat kain. Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk
mendapatkan warna-warna dop/tua.
Resep pewarnaan untuk 1 meter kain dengan napthol adalah sebagai
brikut:
Larutan Napthol
Napthol: 3-5 gram
Kostik soda : 15-25 gram
TRO : 15-25 gram
Air Panas : 1 Liter
Larutan Garam Diazo
Garam diazo : 6-10 gram
Air dingin : 2 liter
b. Indigosol
Zat warna jenis indigosol adalah jenis zat warna bejana yang bisa larut dalam
air. Larutan zat pewarna indigosol ini berwana jernih. Saat kain dicelupkan dalam
larutan zat pewarna belum diperoleh warna yang diharapkan, kemudian harus
dijemur di bawah sinar matahari untuk membangkitkan warna, setelah itu dioksidasi
dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) untuk memperoleh warna yang dikehendaki.
Diperlukan obet pembantu dalam pewarnaan dengan Natrium Nitrit (NaNO2)
sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan dengan zat pewarna indigosol ini
cenderung berwarna lembut/pastel. Dalam penggunaan zat warna indigosol dipakai
secara celupan atau coletan.
Contoh resep warna menggunakan zat indigosol:
Warna kuning
Untuk 1 kain (2 meter) = 3 liter air (larutan) untuk celupan:
1. 10 gram Yellow IGK + 14 gram Nirit
2. 20 cc cuka dapur atau secukupnya
Untuk penggunaan zat pewarna indigosol sebaiknya jangan menggunakan
HCL, jika ukuran yang digunakan tidak pas akan berbahaya dan mudah
menyobekkan kain. Oleh karena itu HCL bisa diganti dengan nitrit plus asam
sulfat. Tetapi menggunakan cuka dapur atau cuka apel akan lebih ramah
lingkungan.
c. Remazol
Zat pewarna remazol merupakan zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan
mengadakan ikatan langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat
tersebut. Zat pewarna remazol ini digunakan dengan cara pencelupan, coletan
maupun kuwasan. Jenis zat pewarana ini bisa larut dalam air, mempunyai warna
yang bagus dengan tingkat ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah,
tetapi untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara
kuwasan. Sebelum difiksasi menggunakan Natrium silikat atau waterglass
sebaiknya kain di diamkan selama semalam agar warna meresap rata.
Resep warna celupan untuk 1 meter kain:
1. 25 gram remazol + soda kue dicampur dengan air hangat
2. 20 cc waterglass ditambah air dingin tidak kental dan tidak cair.
d. Rapid
Zat warna rapid merupakan zat pewarna napthol yang telah di campur dengan
garam diazodium dalam bentuk yang tidak bisa bergabung. Cara untuk
membangkitkan warna difiksasi dengan menggunakan asam sulfat atau asam cuka.
Namun tanpa difiksasi juga bisa, dengan cara diangin-anginkan selama semalam
sampai berubah warna. Dalam proses pewarnaan membatik, zat warna rapid hanya
dipakai untuk pewarnaan cengan cara coletan. Pada zat pewarna rapid ini hanyla
tersedia warna merah dan biru.
Resep warna untuk coletan : Campurkan 3 gram rapid dengan 20 cc air hangat.
2.3.6 Teori Instruksional
Teori instruksional adalah kumpulan dari prinsip-prinsip yang terintegrasi
serta mampu memberikan ketentuan untuk mengatur lingkungan atau suasana
belajar sehingga dapat membantu peserta didik agar bisa mencapai tujaun-tujuan
belajar dengan mudah. Prinsip prinsip dalam teori instruksional ini dapat
diterapkan dalam kondisi di mana terdapat pendidik ataupun tidak, contohnya
pembelajaran jarak jauh, pembelajaran dengan menggunakan komputer,
pengajaran terprogram, metode belajar inkuiri.
Pada teori instruksional tidak menjelaskan bagaimana terjadinya suatu
proses belajar, tapi merupakan penerapan prinsip-prinsip teori belajar, prinsip
pengajaran, prinsip tingkah laku, dalam usaha untuk mencapai tujuan belajar.
Teori-teori instruksional tidak hanya memberikan deskripsi tentang proses belajar
tapi juga memberikan deskripsi tentang apa yang dilakukan oleh pendidik untuk
melancarkan proses belajar peserta didik nya.
a. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku
Pendekatan modifikasi tingkah laku merupakan dasar dari teori instruksional.
Skinner berpendapat bahwa binatang saja dapat diajar untuk melakukan tugas-tugas
yang bersifat kompleks maka orangpun akan dapat memanfaatkan prinsip-prinsip
modifikasi tingkah laku yang diterapkan. Oleh karena itu ia menganjurkan agar para
pendidik menerapkan prinsip-prinsip yang dapat menguatkan (penguatan) untuk
mengikuti tingkah laku tersebut. Pengajar dianjurkan untuk mengidentifikasi
karakterisktik individual dari masing-masing peserta didik serta karakteristik dari
situasi belajar sehingga dapat diketahui keberhasilan apa saja yang sudah dicapai
oleh peserta didik dalam usaha mereka untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
b. Teori Instruksional Konstruk Kognitif
Banyak ahli pendidikan meyakini bahwa teori-teori pengajaran dapat
diturunkan dari hasil-hasil serta prinsip-prinsip penelitian pada bidang teori belajar
kognitivisme. Pada teori ini prinsip-prinsip pengajaran harus memperhatikan
perubahan pada kognitif internal yang terjadi pada saat pembelajaran di kelas dan
memberikan pengalaman kepada siswa.
Menurut pendapat Bruner teori instruksional yang baik adalah pengalaman
belajar melalui penemuan (discovery),yang memungkinkan siswa memperoleh
informasi dan keterampilan-keterampilan baru dengan memperhatikan informasi
dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.
2.3.7 Nilai Estetis
Menurut Djelantik (1999: 17), menyatakan bahwa ada tiga unsur aspek
yang mendasar pada unsur benda atau peristiwa kesenian.
Berikut merupakan aspek aspek estetis, yaitu:
a. Aspek Wujud (Intrinsik)
Nilai intrinsik pada suatu karya merupakan nilai yang membentuk fisik dari
suatu karya itu sendiri. Aspek fisik yang termasuk pada nilai intrinsik suatu
karya seni meliputi unsur unsur yang ada pada unsur rupa yakni bidang, garis,
warna, gelap terang, tekstur, dan ruang. Nilai intrinsik bersifat mutlak karena
nilai intrinsik seni terbentuk dari fisik atau material seni pada suatu karya.
Penyusunan wujud intrinsik dalam karya seni batik adalah penyusun wujud
yang bisa dilihat meliputi garis, bentuk (shape), titik, warna, bidang, dan bentuk
dari proporsi yakni harmoni, kesatuan, dan keseimbangan.
Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk
visual yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur seni rupa. Seni
rupa sebagai salah satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting
di dalam kehidupan manusia.
1. Unsur-Unsur Visual
a. Titik
Titik merupakan unsur paling dasar dan sederhana dalam seni rupa
dua dimensi. Karena unsur ini yang melahirkan suatu wujud atau ide
gagasan. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang.
Pada karya batik, titik biasanya digunakan untuk mengisi bentuk
suatu motif ataupun untuk mengisi bidang latar dengan penempatan secara
teratur atau bisa juga tidak beraturan.
b. Garis
Pada umumnya definisi garis adalah dua titik yang dihubungkan.
Terkadang garis juga ada sebagai simbol suatu emosi, ide yang
diungkapkan. Berdasarkan jenisnya garis dibedakan menjadi garis lurus,
garis melengkung, garis panjang, garis pendek, garis vertikal, garis
horizontal, garis diagonal, garis putus-putus dan lain-lain. Garis disamping
memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan non formal. Contohnya
garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan, dan resmi. Kemudian
ada garis-garis non geometrik yang bersifat tidak resmi, lembut, lemah
gemulai, acak-acakan, tergantung pada pembuat garis.
Pada pembuatan karya batik, garis merupakan proses awal untuk
menggoreskan canting yang berisi malam yang bertujuan untuk membuat
atau menggambar motif pada kain batik.
c. Bidang
Bidang atau bentuk merupakan unsur rupa wujud dari dwi matra yang
memiliki ukuran panjang, tinggi, dan lebar yang dibatasi oleh garis.
Pada motif batik, unsur bidang merupakan motif yang ada pada selembar
kain batik. Bidang-bidang yang ada pada kain batik itulah yang menjadi
motif untuk menyebutkan nama dari corak batik.
d. Tekstur
Tekstur merupakan tampilan permukaan yang nantinya akan terlihat.
Menurut Kartika (2007:38) “Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan
rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan
untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu
pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa
secara nyata atau semu.”
Dapat disimpulkan bahwa tekstur adalah nilai raba yang ada pada
permukaan suatu benda. Ada dua jenis tekstur yakni tekstur nyata dan semu.
Pada karya selembar kain batik termasuk tekstur semu yang diperoleh dari
jenis kain, struktur tenunan, dan goresan dari tebal tipisnya canting.
e. Warna
Menurut Sanyoto, “Warna adalah secara objektif/fisik sebagai sifat
cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian
dari pengalaman indera penglihatan.”
Djelantik (1999: 32), secara umum warna dapat di bagi menjadi tiga
kelompok utama, yaitu:
a) Warna Primer adalah warna pokok yang tidak bisa di buat dengan
mencampurkan warna lain untuk membuat warna primer. Contohnya:
merah, biru, dan kuning.
b) Warna sekunder adalah warna yang pembuatannya bisa dicampur
dengan campuran warna lain, contohnya: orange, hijau, merah muda,
abu-abu, ungu.
c) Warna tersier adalah warna yang dibuat dari campuran warna primer dan
sekunder. Contohnya: merah ungu (magenta), biru ungu (indigo), biru
hijau (turquoise), kuning hijau (lime green).
Sedangkan menurut Nugraha mengatakan bahwa “Warna adalah
kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda
yang dikenalnya.” Kartika (2007:39) membagi peranan warna yaitu: warna
sebagai warna, warna sebagai representasi alam, warna sebagai
lambang/simbol, dan warna sebagai simbol ekspresi.
1. Warna sebagai warna
Kehadiran warna sebagai sekedar untuk memberi tanda pada suatu
benda, ataupun hanya membedakan ciri benda satu dengan yang lainnya
tanpa maksud tertentu dan tidak memberikan pretense apapun. Warna tidak
perlu dipahami atau dihayati karena kehadirannya hanya sebagai tanda dan
lebih dari itu hanya sebagai pemanis permukaan.
2. Warna sebagai representasi alam
Kehadiran warna adalah penggambaran dari suatu objek secara nyata.
Misalnya: warna hijau untuk menggambar dedaunan, rumput, tumbuh-
tumbuhan dan biru untuk laut, gunung, langit, dan sebagainya. Warna-warna
tersebut hanya sekedar memberikan ilustrasi dan tidak mengandung maksud
lain kecuali memberikan gambaran dari apa yang dilihatnya.
3. Warna sebagai simbol atau lambang
Warna sebagai lambang atau simbol merupakan lambang sesuatu
yang sudah menjadi tradisi atau pola umum. Kehadiran warna sebagai simbol
atau lambang banyak digarap oleh seniman tradisi dan banyak dipakai untuk
memberikan warna pada wayang, batik tradisional, dan tata rupa lain yang
mempunyai citra tradisi.
2. Prinsip Komposisi Visual
a) Kesatuan (Unity)
Kesatuan (Unity) merupakan prinsip dasar tata rupa yang penting yang
menekankan keselarasan dari beberapa unsur yang disusun. Kesatuan
adalah efek yang dicapai dari suatu susunan, sehingga secara keseluruhan
akan menampilkan kesan tanggapan yang utuh (Dharsono, 2004: 117).
Kesatuan dalam karya seni batik ditunjukkan untuk menggambarkan
komposisi hasil yang diciptakan secara utuh dengan menghubungkan
sejumlah fakta visual..
b) Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan (Balance) merupakan kesamaan antara kekuatan yang
saling berhadapan, kemudian menghasilkan kesan seimbang secara visual
(Dharsono, 2004: 118). Keseimbangan dapat diartikan sebagai sesuatu yang
tidak berat sebelah.
Pada karya batik, keseimbangan dapat di ciptakan dari bentuk-bentuk
motif dan warna yang ada sehingga akan ada suatu daya Tarik yang sama
pada setiap sisi. Keseimbangan dapat diciptakan secara simetris maupun
asimetris. Keseimbangan secara asimetris dapat dicapai dengan
mempertimbangkan penempatan objek yang menjadi perhatian utama,
mempertimbangkan besar kecilnya objek , dan juga kekontrasan objek
dengan warna dalam suatu komposisi.
c) Harmoni (Harmony)
Harmoni atau keselarasan merupakan panduan dari unsur-unsur yang
berbeda dekat. Apabila unsur-unsur estetika dipadukan secara
berdampingan maka timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian
(Dharsono, 2004: 113)
Pada ragam hias batik, harmoni dapat dicapai dengan kesatuan dan
keselarasan ragam hias, tata letak, komposisi warna, fungsi, dan ukuran.
Keselarasan dalam karya batik didapat dari unsur visual yang ada pada
motifnya.
b. Aspek Isi atau Pemaknaan (Ekstrinsik)
Nilai ekstrinsik adalah bukan nilai yang sebenarnya pada suatu karya.
Nilai ini tidak langsung menentukan suatu karya seni, melainkan berfungsi
sebagai pendukung, memperkuat adanya kehadiran atau penyelenggaraan
karya seni dan sifatnya untuk melengkapi kehadiran karya seni (Dharsono,
2004: 21).
Pada karya batik, isi atau pemaknaan (ekstrinsik) berupa susunan dari arti atau
makna, pikiran, dan gagasan yang diserap dalam wujud seni batik.
c. Aspek Penampilan
Aspek penampilan merupakan salah satu bagian mendasar yang ada
pada semua karya seni, dengan penampilan dimaksudkan bagaimana kesenian
itu disuguhkan kepada masyarakat luas (Djelantik, 1999: 167).
Pada karya seni murni maupun seni terapan contohnya pada ragam hias
batik, dalam penyajian hasil dari keseniannya bisa disajikan secara langsung
oleh seniman itu sendiri tanpa adanya seniman lain untuk menampilkannya.
Hasil karya seniman bisa ditampilkan dengan mengadakan seminar atau
pelatihan dan mengadakan pameran diberbagai kota, contohnya tentang batik.