BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik...

13
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan prinsipal. Pada teori ini dijelaskan adanya suatu kontrak dimana agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan kepada agen (Estrini, 2013). Dianalogikan antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan itu. Teori Hendriksen (2002, 206) memandang hubungan manajer dan pemilik sebagai hubungan dua individu untuk lebih memahami informasi ekonomi. Dua individu tersebut adalah prinsipal (pemilik, yang disebut sebagai evaluator informasi) dan agen (manajer, yang disebut sebagai pengambil keputusan). Prinsipal dipandang sebagai pemberi informasi yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah oleh agen untuk mengambil keputusan bagi kepentingan prinsipal. Di dalam perjalanannya, hubungan prinsipal dan agen tidak selamanya berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Ada kemungkinan agen menyalahgunakan kepercayaan dari pemilik untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Kondisi inilah yang dikenal sebagai moral hazard. Menurut Jensen dan Meckling, 1976 dalam Rossieta dan Wibowo, 2009 memandang hubungan antara manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan prinsipal. Pada

teori ini dijelaskan adanya suatu kontrak dimana agen menutup kontrak untuk

melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk

memberi imbalan kepada agen (Estrini, 2013). Dianalogikan antara pemilik

perusahaan dan manajemen perusahaan itu. Teori Hendriksen (2002, 206)

memandang hubungan manajer dan pemilik sebagai hubungan dua individu untuk

lebih memahami informasi ekonomi. Dua individu tersebut adalah prinsipal

(pemilik, yang disebut sebagai evaluator informasi) dan agen (manajer, yang

disebut sebagai pengambil keputusan).

Prinsipal dipandang sebagai pemberi informasi yang selanjutnya informasi

tersebut akan diolah oleh agen untuk mengambil keputusan bagi kepentingan

prinsipal. Di dalam perjalanannya, hubungan prinsipal dan agen tidak selamanya

berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Ada kemungkinan agen

menyalahgunakan kepercayaan dari pemilik untuk mengambil keuntungan bagi

dirinya sendiri. Kondisi inilah yang dikenal sebagai moral hazard. Menurut Jensen

dan Meckling, 1976 dalam Rossieta dan Wibowo, 2009 memandang hubungan

antara manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

10

Pada hubungan keagenan, terjadi kontrak antara kedua belah pihak. Kontrak

tersebut mengharuskan agen memberikan jasa kepada pemilik. Pendelegasian

wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk

mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi, kepentingan

dua pihak ini tidak selalu sejalan sehingga muncul benturan-benturan kepentingan

antara keduanya. Hendriksen, 2002 memberikan solusi atas terjadinya moral

hazard, yaitu dengan menugaskan auditor untuk memeriksa apa yang dilakukan

manajemen. Solusi lainnya adalah dengan memberi insentif kepada manajer berupa

saham perusahaan. Dengan pemberian insentif semacam itu, manajer juga

merupakan pemilik perusahaan dan dengan demikian mempunyai rasa memiliki

pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen.

Benturan kepentingan yang terjadi dapat diselesaikan melalui pihak ketiga

yang independen sebagai mediator pemilik dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi

memonitor perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak

sesuai kepentingan pemilik (Rossieta dan Wibowo, 2009). Baik Hendriksen (2002)

maupun Jensen dan Meckling (1976) setuju bahwa untuk mengatasi masalah-

masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen. Pihak

ketiga yang independen yang dimaksud adalah auditor eksternal. Dengan audit oleh

auditor eksternal yang independen, agen dapat membuktikan bahwa kepercayaan

dari pemilik tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agen. Prinsipal juga

dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agen dan dapat mengetahui

sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agen.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

11

Bertolak dari agen dan prinsipal, auditor dapat dilanda masalah ketika

dihadapkan dengan kepentingan-kepentingan dalam hal keagenan auditor. Rossieta

dan Wibowo (2009) mengatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada

mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Manajemen menunjuk

auditor untuk melakukan audit bagi kepentingan prinsipal. Di lain sisi, manajemen

yang membayar dan menanggung jasa audit. Masalah kelembagaan dapat

menimbulkan ketergantungan auditor pada kliennya. Ketergantungan ini

menyebabkan auditor mulai kehilangan independensinya dan berusaha

mengakomodasi keinginan-keinginan manajemen dengan harapan perikatannya

dengan klien tidak terputus. Hal demikian bertentangan dengan prinsip auditor

selaku pihak ketiga yang dituntut untuk independen dalam menjalankan audit dan

dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan klien.

2.1.2 Pengertian Audit

Menurut (Agoes, 2012:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan

yang telah dilakukan disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan

dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Whittington et al., (2001) dalam

Susiana dan Arleen Herawaty (2007) menyatakan bahwa auditadalahpemeriksaan

laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik independen. Definisi

tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan audit, yaitu:

1) Proses yang sistematis;

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

12

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif;

3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi;

4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence);

5) Kriteria yang ditentukan;

6) Menyampaikan hasil-hasilnya; dan

7) Para pemakai yang berkepentingan.

Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang

telah ditetapkan (Arens et al., 2008:4). Audit harus dilakukan oleh seorang yang

kompeten, orang independen, sedangkan definisi audit adalah review metodis dan

pemeriksaan obyektif item, termasuk verifikasi informasi spesifik yang ditentukan

oleh auditor atau ditetapkan oleh praktek umum (Halim, 2008:3). Umumnya, tujuan

dari audit adalah untuk menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan

tentang apa yang telah diaudit.

2.1.3 Kualitas Audit

Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang.

Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud

terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang

material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan

keuangan auditee. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka

bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee

dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi

ketidakpuasan auditee dan menjaga kerusakan reputasi auditor. De Angelo (1981)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

13

dalam Oktorina dan Suharli (2005) mendefinisikan kualitas audit sebagai

probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditee. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha

untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang

kecil.

Wooten dalam Tamba dan Siregar (2008) telah mengembangkan model

kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang

disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk

kualitas audit yaitu: (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3)

kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses

pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor dan (7) perhatian yang diberikan oleh

manajer atau partner. (Deis dan Groux, 1992 dalam Tamba dan Siregar, 2008)

melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan

kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap

suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit

pada auditee yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah,

(2) jumlah auditee, semakin banyak jumlah auditee maka kualitas audit akan

semakin baik karena auditor dengan jumlah auditee yang banyak akan berusaha

menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan auditee, semakin sehat kondisi

keuangan auditee maka akan ada kecenderungan auditee tersebut untuk menekan

auditor agar tidak mengikuti standar dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit

akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

14

direview oleh pihak ketiga.

Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus

menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melaksanakan pekerjaan

audit terhadap laporan keungan perusahaan. Berdasarkan skala auditor yang pernah

ada dapat dikelompokkan mulai dari kelompok delapan besar atau dikenal dengan

The Big Eight. Dalam tahun 1979, kantor-kantor tersebut disebut The Big Eight

yang merupakan dominasi international dari delapan kantor akuntan besar yaitu: (1)

Arthur Anderson, (2) Arthur Young & Company, (3) Coopers & Lybrand, (4) Ernst

& Whinney (dahulu Ernst & Ernst), (5) Haskins & Sells (bergabung dengan sebuah

kantor dari Eropa yang pada akhirnya menjadi Delloite, Haskins ang Sells), (6)

KPMG (terbetuk karena bergabungnya Peat Marwivk International dan KMG

Group), (7) Price Waterhouse dan (8) Touche Ross.

The Big Eight berubah menjadi The Big Six pada tahun 1989 pada saat Ernst

& Whinney bergabung dalam Arthur Young membentuk Ernst & Young di Bulan

Juni dan Delloitte, Haskins & Sells bergabung dengan Touche Ross membentuk

Delloite & Touche di Bulan Agustus. The Big Six berubah menjadi The Big Five di

Bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung dengan Coopers & Lybrand

membentuk Pricewaterhouse Coopers. Pada tahun 2002 adanya kasus yang

menimpa Kantor Akuntan Arthur Andersen menyebabkan partner Arthur Andersen

setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan Delloitte Touche

Tohmatsu. Di Indonesia pada partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung

dengan Ernst & Young. Hingga hanya terdapat empat firma jasa profesional dan

akuntansi international terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

15

perusahaan publik maupun perusahaan tertutup (www.wikipedia.org).

Perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang mempunyai

reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan. Hal ini

ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan

publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Wordwide

Acoounting Firm (Big Four). Kategori KAP The Big Four di Indonesia

(www.wikipedia.org): (1) KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP

Haryanto Sahari dan rekan, (2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler),

yang bekerja sama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja, (3) KAP Enrs &

Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja dan (4)

KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing

Satrio dan rekan. (De Angelo, 1981 dalam Oktorina dan Suharli, 2005)

menyimpulkan bahwa KAP yang lebih dapat diartikan kualitas audit yang

dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Oleh karena itu dapat

disimpulkan perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP)

besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

AAA Financial Accounting Commite (dikutip oleh Ridiawan dan Badera,

2008) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompentensi

dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas

audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit

merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor

sedangkan kunci untuk mempetahankan kualitas antara lain: reliabilitas, tangibles,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

16

emphaty, dan responsiveness. Laporan keuangan auditan yang berkualitas relevan

dan reliabel dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang

berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan

auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibanding

auditor yang kurang berkualitas karena mereka mengganggap bahwa untuk

mempertahankan kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan

proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik

yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor. Mardiyah (2002)

juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah

faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang

gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor

(Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Bukti teoritis

mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Teori keagenan yang

dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan

keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya

kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agent untuk

melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan principal. Ada dua bentuk hubungan

keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham, serta hubungan antara

manajer dan pemberi pinjaman (bondholder). Masalah agensi disebabkan oleh

adanya konflik kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

17

saham) dan agent (manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen

terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan

principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) (Jensen dan Meckling,

1976). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua

belah pihak (agent danprinciple) yang berbeda kepentingan. Auditor independen

juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku

mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).

Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor,

terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya

yaitu, auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Apapun

kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang

mendasari terjadinya peristiwa auditor switching tersebut dan ke mana klien

tersebut akan berpindah auditor. Alasan pergantian auditor dapat terjadi karena

peraturan yang membatasi masa perikatan audit, seperti yang terjadi di Indonesia.

Alasan lain pergantian karena adanya ketidaksepakatan atas praktik akuntansi

tertentu, maka klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi

ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena

informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki

auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan

sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan yang

terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah

auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

18

Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup

tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan

finansial.

2.1.5 Fee Audit

Sampai sekarang belum terdapat peraturan yang jelas mengenai besarnya

audit fee yang harus ditagih oleh akuntan publik terhadap klien (auditee) atas jasa

audit yang diberikan. Kondisi seperti ini memberikan indikasi bahwa selama ini

penetapan audit fee. Penetapan audit fee tidak kalah penting didalam penerimaan

penugasan, auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai.

Oleh sebab itu, penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor,

supaya tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik

(Ginting, 2014).

Menurut Gammal (2012) bahwa fee audit dapat didefinisikan sebagai jumlah

biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan

(auditee). Fee audit biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit. Dalam

Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2013 Seksi 240 disebutkan dalam

melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat

mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta

terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu

lebih rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode

etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar

etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan Publik

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

19

Indonesia Nomor: KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit

yaitu dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus

mempertimbangkan hal-hal berikut: kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab

menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of

expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta

tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan dan secara efektif

digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan

basis penetapan fee yang disepakati.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit

Salsabila dan Prayudiawan (2011) menemukan bahwa pengetahuan audit

yang dimiliki auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.

Deis dan Groux (1992) mengungkapkan bahwa probabilitas dalam menemukan dan

melaporkan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan

independensi auditor. Pernyataan ini didukung penelitian Marsellia, dkk (2012)

yang menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Auditor switching pada kenyataannya dilakukan

perusahaan karena beberapa faktor. Siegel, et al (2008) menjelaskan bahwa

pemberhentian auditor dapat terjadi karena hubungan yang tidak baik antara auditor

dan klien, perputaran staf audit yang tinggi, dan ketidaksepakatan akuntansi.

Auditor switching dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap KAP lama,

ketidaksesuaian biaya, untuk meningkatkan kualitas audit, ketidaksepakatan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

20

akuntansi, reputasi auditor dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan

(Halim, 2008:95).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten

mengenai pengaruh auditor switching terhadap kualitas audit. Hartadi (2009)

menemukan bahwa auditor switching tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Cameran et al. (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari

kualitas audit setelah dan sebelum auditor switching dilakukan. Mgbame et al.

(2012) mengungkapkan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas

audit, sehingga dengan adanya auditor switching akan dapat meningkatkan kualitas

audit. Auditor switching berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Dopuch et al.

2001).

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H1: Auditor switching berpengaruh positif pada kualitas audit

2.2.2 Pengaruh Fee Audit dalam memoderasi Auditor Switching pada Kualitas Audit

Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan

kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi

biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat

meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar

(2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang

berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN … II.pdf · Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk mengambil ... kepatuhan terhadap SOP,

21

tidak baik. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa auditor yang berkualitas

tinggi akan mampu mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik dan

menyampaikan kepada publik. Jadi perusahaan yang menggunakan KAP yang lebih

besar biasanya adalah perusahaan yang memiliki kondisi yang baik, sehingga

cenderung mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian sementara perusahaan

yang kondisinya sedang tidak baik lebih banyak menggunakan KAP tidak dapat

mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) juga menyatakan

bahwa KAP Big 4 akan mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang

lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu

menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa kantor akuntan yang lebih

besar dapat menghasilkan audit yang berkualitas lebih baik, namun dapat dikatakan

bahwa auditor skala besar memiliki fee audit yang lebih tinggi dibanding auditor

skala kecil. Ketika manajer tidak cocok dengan fee audit yang ditawarkan maka

mereka akan mencoba mengganti KAP dengan penawaran yang lebih baik.

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H2: Fee audit memoderasi pengaruh auditor switching pada kualitas audit