BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... ·...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan atau inteligensi mula-mula didefinisikan sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya namun dia juga mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif (Wechster dalam Putriani, 2011). Wechler (Putriani, 2011) menyatakan bahwa inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan dari individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan untuk mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan atau nyata, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual individu tersebut. Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Intelligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental dengan tingkat usia pada individu. Purwanto (2003) mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Sedangkan menurut Rose dan Nicholl (Issu 2005) menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang dimiliki individu sejak lahir yang memungkinkan individu untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu seperti memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan atau inteligensi mula-mula didefinisikan sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya namun dia juga mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif (Wechster dalam Putriani, 2011).

Wechler (Putriani, 2011) menyatakan bahwa inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan dari individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan untuk mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan atau nyata, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual individu tersebut.

Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Intelligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental dengan tingkat usia pada individu.

Purwanto (2003) mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

Sedangkan menurut Rose dan Nicholl (Issu 2005) menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang dimiliki individu sejak lahir yang memungkinkan individu untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu seperti memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

8

2. Pengertian Kecerdasan Majemuk / Multiple Intelligences Teori Multiple Intelligences atau MI ditemukan dan dikembangkan

oleh Howard Gardner seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Gardner (Suparno, 2004) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.

Dalam penelitiannya mengenai inteligensi Gardner mengungkapkan terdapat 9 kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Inteligensi tersebut meliputi : Kecerdasan linguistik (Linguistic Intelligence), sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis; Inteligensi Matematis-logis (Logical-mathematical Intelligence) adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif; Kecerdasan Ruang-visual (Spatial Intelligence) adalah kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial; Kecerdasan Kinestetik-badani (Bodily-kinesthetic Intelligence) adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan; Kecerdasan musikal (Musical Intelligence) adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara; Kecerdasan Antar-pribadi (Interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain; kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain; Kecerdasan Intrapribadi (Intrapersonal Intelligence) atau kecerdasan dalam diri sendiri adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu; Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence) sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam; Kecerdasan Eksistensial (Existential

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

9

Intelligence) menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

3. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

Gardner (Suparno, 2004) menjelaskan Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik), sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki oleh para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang memiliki inteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap serta dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.

Campbell, Campbell, dan Dickinson (Laughlin, 1999), telah mengidentifikasi dua belas ciri bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik yang baik biasanya: Mendengarkan dan merespon suara, irama, warna, dan berbagai kata yang diucapkan; Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis orang lain; Belajar melalui mendengar, membaca, menulis, dan berdiskusi; Mendengarkan secara efektif, memahami, parafrase, menafsirkan, dan mengingat apa yang telah dikatakan; Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca; Berbicara secara efektif untuk berbagai khalayak untuk berbagai tujuan, dan tahu bagaimana berbicara sederhana, fasih, persuasif, atau penuh gairah pada saat yang tepat; Menulis secara efektif; Memahami dan menerapkan aturan tata bahasa, tanda baca ejaan, dan menggunakan kosakata yang efektif; Memiliki kemampuan untuk belajar bahasa lain; Menggunakan mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, membujuk, membuat pengetahuan, membangun makna, dan merenungkan bahasa itu sendiri; Berupaya untuk meningkatkan penggunaan bahasa nya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

10

sendiri; Menunjukkan minat pada jurnalistik, puisi debat, bercerita, berbicara, menulis, atau mengedit; Membuat bentuk-bentuk linguistik baru atau karya-karya asli penulisan atau komunikasi lisan.

Kecerdasan linguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa sendiri dengan tepat, tata bahasa dan pengucapan kata, dan konsep dengan makna yang sesuai (Armstrong, 1994). Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis dengan makna yang sesuai atau tepat.

4. Kecerdasan Matematis-Logis (Logical-mathematical Intelligence)

Menurut Gardner dalam Suparno (2004) Logical-mathematical Intelligence/Inteligensi Matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti yang dipunyai seorang matematikus, saintis, programer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Orang yang memiliki inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Orang yang kuat dalam intelgensi matematis-logis secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak seperti matematika dan filsafat.

Gampbell (Issu, 2005) menyatakan inteligensi matematis-logis mengungkapkan tiga hal luas tapi yang berhubungan antara satu dengan yang lain yaitu matematika, ilmu sains, dan logika. Halimah (2006) menyatakan bahwa kecerdasan matematis-logis meliputi proses menjumlahkan, berpikir tentang perencanaan dan hipotesis serta menjalankan operasi matematika yang rumit.

Kecerdasan logis-matematis adalah keterampilan tentang berpikir dengan angka, perhitungan, menarik kesimpulan dari hubungan secara logis, pemecahan masalah, berpikir kritis, memahami simbol abstrak seperti angka, bentuk geometris, potongan pengetahuan yang berkaitan (Onay, 2006).

Campbell, dkk. (Laughlin, 1999) mengungkapkan beberapa karakteristik bahwa seseorang memiliki kecerdasan matematis-logis yang baik adalah sebagai berikut: Memandang objek dan fungsi mereka di lingkungan; Akrab dengan konsep kuantitas, waktu penyebab, dan akibat; Menggunakan simbol abstrak untuk mewakili benda konkrit dan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

11

konsep; Menunjukkan keterampilan di logis pemecahan masalah; Merasakan pola dan hubungan; Proses dan menguji hipotesis; Menggunakan keterampilan matematika yang beragam seperti memperkirakan, perhitungan algoritma, menafsirkan statistik, dan secara visual mewakili informasi dalam bentuk grafis; Suka operasi kompleks seperti kalkulus, fisika, pemrograman komputer, atau metode penelitian; Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan model, mengembangkan contoh-contoh, dan membangun argumen yang kuat; Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematika; Mengungkapkan minat dalam karir seperti akuntansi, teknologi komputer, hukum, teknik, dan kimia; Membuat model baru atau merasakan wawasan baru dalam ilmu atau matematika.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif serta kemampuan berpikir dengan angka, perhitungan, menarik kesimpulan dari hubungan secara logis, pemecahan masalah, berpikir kritis, memahami simbol abstrak seperti angka, bentuk geometris, potongan pengetahuan yang berkaitan.

5. Kecerdasan Ruang-Visual ( Spatial Intelligence )

Bagi Gardner (Suparno, 2004) Spatial Intelligence/Kecerdasan Ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Orang yang berinteligensi ruang-visual baik akan dengan mudah belajar ilmu ukur ruang. Ia akan dengan mudah menentukan letak suatu benda dalam ruangan. Ia akan dapat membayangkan suatu bentuk secara benar meski dalam perspektif.

Piaget & Inhelder (Tambunan, 2006) menyebutkan bahwa kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

12

hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran objek dalam ruang).

Kecerdasan ruang-visual adalah keterampilan tentang berpikir mengenai gambar, angka dan garis, mengamati dan memahami bentuk tiga dimensi (Onay, 2006). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, angka dan hubungan di antara mereka. Selain itu, mencakup keterampilan tentang visualisasi ide, pikiran, yang diubah menjadi bentuk grafis (Armstrong, 1994).

Campbell (Laughlin, 1999) mengungkapkan beberapa karakteristik bahwa seseorang memiliki kecerdasan spasial yang baik adalah sebagai berikut: Belajar dengan melihat dan mengamati; Mengenali wajah, objek, bentuk, warna, detail, dan layar; Menavigasi diri dan objek efektif melalui ruang, bila memindahkan tubuh seseorang melalui lubang, menemukan cara seseorang dalam hutan tanpa jejak, mobil bergerak melalui lalu lintas, atau mendayung kano di sungai; Merasakan dan menghasilkan citra mental, berpikir dalam gambar, dan visualisasi rinci; Menggunakan gambar visual sebagai bantuan dalam mengingat informasi; Decode grafik, diagram, peta, dan diagram; Belajar dengan representasi grafis atau melalui media visual; Suka mencoret-coret, menggambar, melukis, memahat, atau mereproduksi dalam bentuk benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan, rumah, atau kontainer; Mampu secara mental mengubah bentuk suatu obyek seperti melipat kertas menjadi bentuk yang kompleks dan visualisasi bentuk baru, atau mental benda bergerak dalam ruang untuk menentukan bagaimana mereka berinteraksi dengan objek lainnya, seperti roda gigi, mengubah bagian mesin; Melihat hal-hal dengan cara yang berbeda atau dari "perspektif baru" seperti ruang negatif di sekitar formulir serta bentuk itu sendiri atau mendeteksi salah satu bentuk "tersembunyi" di negara lain; Merasakan pola jelas dan halus; Menciptakan representasi visual dari beton atau informasi; Apakah ahli dalam desain representasional atau abstrak;

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

13

Mengungkapkan minat atau keterampilan untuk menjadi seorang seniman, fotografer, insinyur, videografer, arsitek, desainer, kritikus seni, pilot, atau karier yang berorientasi visual lainnya; Membuat bentuk-bentuk baru visual-spasial media atau karya-karya asli seni.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas kecerdasan spasial adalah kemampuan kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial seperti gambar, angka, warna dan garis, serta kemampuan untuk mengamati dan memahami bentuk tiga dimensi.

6. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenai prestasi belajar adalah “Hasil yang telah dicapai”. Menurut Winkel (2004), prestasi belajar adalah hasil dari perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan pemahaman, dalam bidang keterampilan, dalam bidang nilai dan sikap.

Menurut Slameto (2003) prestasi belajar adalah suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti prose belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secar menyeluruh dalam sikap, ketrampilan dan pengetahuan.

Krismiyati (2009) prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang diperoleh siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya, prestasi belajar yang dialami murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan pemahaman, dalam bidang keterampilan, dalam bidang nilai dan sikap.

Menurut Gunartomo (2003) prestasi belajar adalah performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance dan kompetensi tersebut meliputi : Ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan (knowledge), konsep dan prinsip (understanding), pemecahan masalah dan kreativitas; ranah psikomotoris/skills; dan ranah afektif seperti perasaan, sikap, nilai, dan integritas pribadi.

Prestasi belajar yang diungkapkan oleh oleh Arikunto (1993) yaitu hasil usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan tugas dalaam bidang pendidikan yang dinyatakan dengan angka. Prestasi belajar yang dinampakkan dalam bidang akademik dinyatakan sebgai pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

14

mata pelajaran tertentu di sekolah, biasanya ditetapkan atas dasar tes atau ujian yang dilakukan oleh guru.

Rumusan mengenai prestasi belajar juga dikemukakan oleh Tu’u (2004) yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah; prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi; serta prestasi belajar siswa ditunjukkan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukanoleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat dirumuskan pengertian prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah dimana penilaian berasal dari ranah kognitif/cognitive domain (pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa , dan evaluasi) yang ditunjukkan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru berupa nilai tes atau angka.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam usaha untuk mencapai suatu prestasi belajar yang optimal atau keberhasilan dari proses pendidikan, adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Suryabrata (1998) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu : Faktor dari dalam individu (faktor biologis/kematangan fisik, kesehatan badan, kualitas makanan dan fungsi panca indera; faktor psikologis/minat, rasa aman, motivasi, pengalaman masa lampau dan kecerdasan) ; Faktor dari luar individu (faktor non-sosial/faktor belajar, cuaca, tempat dan fasilitas ; faktor sosial/pribadi guru yang mengatur, sikap orang tua terhadap anaknya yang sedang belajar, situasi pergaulan dengan teman sebaya).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal (faktor yang bersumber dari dalam manusia yang belajar) dan faktor eksternal (faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar). Faktor internal meliputi faktor biologis (usia, kematangan, kesehatan) dan faktor psikologis (minat, motivasi, suasana hati). Faktor eksternal meliputi faktor manusia (keluarga, sekolah, masyarakat) dan non manusia (udara, suara, bau-bauan). Hambatan proses belajar dapat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

15

berasal dari diri siswa, misalnya ketika siswa sedang sakit dia akan mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam penerimaan pelajaran yang diberikan guru dan berasal dari luar siswa, seperti lingkungan keluarga yang acuh dengan pendidikan anak.

Hal yang sama dinyatakan Slameto (2003) bahwa faktor internal dan faktor eksterna merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan kelelahan. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga (cara orang tua dalam mendidik, relasi dan komunikasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pengajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat (teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat).

Tu`u (2004) keberhasilan siswa dalam mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan, bakat yang dimiliki, minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru.

8. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Menurut The International Study of Achievement in Mathematic seperti yang dikutip Gunartomo (2003) menetapkan sepuluh kecakapan dasar prestasi belajar matematika yaitu mengingat dan mengungkapkan definisi, notasi, operasi, dan konsep; kecermatan dan ketepatan menghitung dan manipulasi simbol; menerjemahkan data ke dalam simbol; menginterpretasikan data yang muncul dalam bentuk simbolik; mengikuti alur suatu penalaran atau pembuktian; menyusun suatu pembuktian; menerapkan konsep pada masalah matematis; menggunakan konsep pada masalah-masalah non-matematis; menganalisis masalah dan menentukan operasi yang mungkin digunakan; menentukan keumuman (generalisasi) matematis.

Kurikulum 2006, menetapkan kompetensi matematika yang ingin dicapai dengan pembelajaran matematika seperti berikut; Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

16

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah; Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

Syair (2008) mengungkapkan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Issu (2005) menyatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mempelajari materi tersebut melaui proses belajar mengajar dalam tiap semester atau setiap tahun berupa nilai.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas peneliti merumuskan pengertian prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dimana penilaian berasal dari ranah kognitif/cognitive domain (pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa , dan evaluasi) yang ditunjukkan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru tiap semester atau setiap tahun yang dinyatakan dalam angka guna mengetahui ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian Raharjo (2002) mengenai hubungan antara kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Katholik Yos Sudarso di Batu, Malang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada taraf signifikansi 1% antara kecerdasan matematis-logis dengan prestasi belajar matematika (r = 0,29), terdapat hubungan yang signifikan taraf signifikansi 1% antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar bahasa dan sastra indonesia (r = 0,54),

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

17

terdapat hubungan yang signifikan taraf signifikansi 1% antara kecerdasan linguistik dengan prestasi belajar bahasa inggris (r = 0,57), terdapat hubungan yang signifikan taraf signifikansi 1% antara kecerdasan kinestetik dengan prestasi belajar pendidikan jasmani dan kesehatan (r = 0,65), terdapat hubungan yang signifikan taraf signifikansi 1% antara kecerdasan musikal dengan prestasi belajar pendidikan kesenian (r = 0,39), dan terdapat hubungan yang signifikan taraf signifikansi 1% antara kecerdasan naturalis dengan prestasi belajar biologi (r = 0,50).

Sejalan dengan penelitian Raharjo, Penelitian Suparlan (2009) terhadap siswa kelas VIII SMP N 1 Palimanan yang diambil sampel sebesar 11 % dari total populasi 354 siswa menunjukkan terdapat korelasi yang tinggi antara kecerdasan numerik dengan prestasi belajar matematika.

Penelitian Tambunan (2006) yang dilakukan terhadap anak usia sekolah sebanyak 220 siswa dimana 110 siswa laki-laki dan 110 siswa perempuan yang berusia 7-11 tahun di dua kelurahan di wilayah DKI Jakarta yaitu Kelurahan Kaliayar, Kecamatan Tambora Jakarta Barat dan Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagaraksa Jakarta Selatan menunjukan terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.

Yoong (2002) di Penang Malaysia memvalidasi kecerdasan majemuk pada 224 orang siswa kelas 10 sekolah menengah melalui korelasi dengan tes baku sains, matematika, dan bahasa malaysia. Yoong menemukan bahwa skor tes sains (IPA) berkorelasi positif signifikan r=0,50 dengan skor kecerdasan naturalistik dan r = 0,50 dengan skor kecerdasan matematika, tetapi berkorelasi negatif signifikan r = -0,37 dengan skor kecerdasan musikal. Skor tes matematika berkorelasi positif signifikan r = 0,59 dengan skor kecerdasan logika matematika, r = 0,53 dengan kecerdasan interpersonal dan r = 0,28 dengan skor kecerdasan naturalistik. Skor bahasa malaysia berkorelasi positif signifikan r = 0,39 dengan kecerdasan bahasa, r = 0,29 dengan kecerdasan interpersonal.

Kaplan (2011) melakukan penelitian pada65 siswa tuna netra kelas enam, tujuh dan delapan di sekolah khusus tuna netra di Denizli, Erzurum dan Gaziantep tahun akademik 2007-2008 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar matematika siswa tuna netra dengan kecerdasan logis-matematis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial dan kecerdasan linguistik.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

18

Uzoglu (2011) dalam penelitiannya pada siswa kelas tujuh di sekolah negeri tahun akademik 2005-2006 di Eastern City, Turki dengan populasi sebesar 1255 laki-laki dan 1159 perempuan. Penelitiannya menunjukan bahwa ada korelasi positif antara linguistik-verbal, logis-matematis, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, dan bodily-kinesthetic dengan prestasi matematika.

Ryue (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa perbedaan gender dan korelasi antara skor kecerdasan majemuk yang dikembangkan Shearer bagi situasi di Korea dengan IQ dan prestasi belajar 82 orang siswa sekolah menengah umum. Rata-rata koefisien korelasi untuk sub-sub konsep dalam kecerdasan majemuk r = 0,73. Skor kecerdasan spasial berkorelasi dengan IQ dan prestasi belajar. Skor kecerdasan linguistik, logika-matematika, dan interpersonal berkorelasi dengan IQ dan prestasi belajar.

Tidak sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut diatas Issu (2005) terhadap siswa SMA N 1 Mollo Selatan menemukan bahwa kecerdasan matematis-logis berkorelasi positif dan tidak signifikan dengan prestasi belajar matematika dengan korelasinya (r = 0,169) pada taraf signifikan 1% serta kecerdasan bahasa berkorelasi positif dan tidak signifikan dengan prestasi belajar matematika dengan korelasinya (r = 0,153) pada taraf signifikan 1%.

Manggaranti (2011) dalam penelitiannya terhadap siswa kelas IV di SD Gugus Diponegoro Doplang Kabupaten Blora sebanyak 42 siswa menemukan bahwa ada hubungan negatif dan tidak signifikan antara kecerdasan matematis –logis dan prestasi belajar matematika pada taraf signifikansi 5% (r = - 0,122).

Batulayan (2001) juga menemukan melakukan penelitian yang berupaya menggali hubungan kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar siswa kelas enam di Mission Luzon Utara. Data diperoleh dari 310 siswa yang terdaftar untuk tahun ajaran 2001-2002 pada 24 sekolah gereja dioperasikan dan diawasi di bawah Mission Luzon Utara. Data dikumpulkan dengan memberikan Kuesioner Multiple Intelligences (MIQ) kepada peserta yang berisi 70 item dengan 10 pertanyaan masing-masing mewakili tujuh kecerdasan yaitu: verbal-linguistik, logis-matematis, kinestetik-jasmani, musikal, visual-spasial, intrapersonal dan interpersonal. Hasil penelitian menemukan bahwa kecerdasan logis-matematis dan intrapersonal adalahterkait dengan prestasi akademik

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

19

dengan kontribusi 9,25%. Sedangkan untuk lima kecerdasan yang lain, yaitu: linguistik-verbal, visual-spasial, musikal, kinestetik-jasmani, dan interpersonal tidak memiliki hubungan signifikan terhadap prestasi akademik. Penelitian Lean & Clemens (1982) menemukan bahwa tidak adanya hubungan antara kemampuan spasial dengan matematika.

C. Kerangka Berpikir Aktivitas pembelajaran khususnya pembelajaran matematika

merupakan sebuah proses dari pendidikan, dimana akan ada sebuah indikator sebagai acuan, apakah pembelajaran matematika tersebut berhasil atau tidak. Salah satunya adalah dapat dilihat dari prestasi belajar matematika yang diperoleh peserta didik. Issu (2005) menyatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mempelajari materi tersebut melaui proses belajar mengajar dalam tiap semester atau setiap tahun berupa nilai. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) dan kelelahan. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Salah satu faktor yang yang berasal dari dalam individu adalah kecerdasan atau inteligensi. Simanjuntak (1993) menyatakan bahwa anak yang mencapai suatu prestasi, sebenarnya merupakan hasil dari kecerdasan dan minat. Kecerdasan memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan (Suparlan, 2009).

Gardner (Suparno, 2004) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Gardner mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki 9 (sembilan) kecerdasan hanya saja suatu inteligensi lebih menonjol dari inteligensi yang lain. Tiga diantara Inteligensi tersebut adalah Inteligensi linguistik (Linguistic Intelligence); Inteligensi Matematis-logis (Logical-mathematical Intelligence); Inteligensi Ruang-visual (Spatial Intelligence).

Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis. Gardner (Suparno, 2004) kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

20

dan pengembangan bahasa secara umum. Kecerdasan linguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa sendiri dengan tepat, tata bahasa dan pengucapan kata dan konsep dengan makna yang sesuai (Armstrong, 1994). Sukardi (1990) kemampuan verbal adalah kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata. Kecerdasan linguistik merupakan bagian dari faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan siswa memahami suatu tulisan maupun simbol yang abstrak, mengutarakan pendapat/berbicara, menarik suatu kesimpulan, mendeskripsikan, mengeneralisasikan suatu konsep yang mana hal-hal tersebut merupakan tindakan yang harus dilakukan selama proses pembelajaran matematika. Belajar matematika merupakan kegiatan belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalin hubungan antara konsep-konsep dan struktur itu.

Menurut Gardner (Suparno, 2004) Logical-mathematical Intelligence/Inteligensi Matematis-logisadalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Gampbell (Issu 2005) menyatakan inteligensi matematis-logis mengungkapkan tiga hal luas tapi yang berhubungan antara satu dengan yang lain yaitu matematika, ilmu sains, dan logika. Kecerdasan logis-matematis adalah keterampilan tentang berpikir dengan angka, perhitungan, menarik kesimpulan dari hubungan secara logis, pemecahan masalah, berpikir kritis, memahami simbol abstrak seperti angka, bentuk geometris, potongan pengetahuan yang berkaitan (Onay, 2006). Kecerdasan matematis-logis berkaitan dengan kemampuan siswa mengolah angka. Belajar matematika tidak akan lepas dari angka atau bilangan dan proses menghitung. Siswa yang memiliki inteligensi matematis-logis yang tinggi akan mampu berpikir dengan angka, perhitungan, pemecahan masalah, berpikir kritis, memahami simbol abstrak seperti angka, bentuk geometris, sehingga siswa memperoleh prestasi belajar matematika yang tinggi karena siswa.

Gardner (Suparno, 2004) Spatial Intelligence/Kecerdasan Ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Menurut Hamley (Tambunan, 2009) kemampuan matematika adalah gabungan dari inteligensi umum, pembayangan visual,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

21

kemampuan untuk mengamati angka, konfigurasi spasial dan menyimpan konfigurasi sebagai pola mental. Kemampuan spasial merupakan pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka, kemampuan dalam mentransformasi mental dari bayangan visual. Hal-hal tersebut juga diperlukan dalam belajar matematika.

Siswa yang memiliki inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang-visual yang tinggi akan mendapatkan prestasi belajar matematika yang tinggi karena siswa mampu memahami dan menterjemahkan maksud dari materi yang diberikan yang berupa konsep-konsep abstrak, siswa mampu berpikir dengan angka, perhitungan, menarik kesimpulan dari hubungan secara logis, pemecahan masalah, berpikir kritis, memahami simbol abstrak seperti angka serta siswa mampu menghubungkan konsep spasial dengan angka.

Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir

-

Keterangan : X1 = Linguistic intelligence ( Inteligensi Linguistik ) X2 = Logical-mathematics intelligence ( Inteligensi Matematis-

Logis ) X3 =Spatial intelligence( Inteligensi Ruang-Visual ) Y = Prestasi Belajar Matematika

X1

X2

X3

Y

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

22

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Adakah hubungan positif dan signifikan antara inteligensi linguistik dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : rx1y ≤ 0 Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara

inteligensi linguistik dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

H1 : rx1y > 0 Ada hubungan positif dan signifikan antara inteligensi linguistik dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

2. Adakah hubungan positif dan signifikan antara inteligensi matematis-logis dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : rx2y ≤ 0 Tidak ada hubungan positifdan signifikan antara

inteligensi matematis-logis dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

H1 : rx2y > 0 Ada hubungan positif dan signifikan antara inteligensi matematis-logis dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

3. Adakah hubungan positif dan signifikan antara inteligensi ruang - visual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : rx3y ≤ 0 Tidak ada hubungan positifdan signifikan antara

inteligensi ruang - visual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2951/3/T1... · benda terlihat; Suka membangun tiga dimensi produk, seperti benda asli, tiruan jembatan,

23

H1 : rx3y > 0 Ada hubungan positif dan signifikan antara inteligensi ruang - visual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

4. Adakah hubungan positif dan signifikan antara inteligensi linguistik, matematis-logis, ruang-visual secara simultan dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIISMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : rxy ≤ 0 Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara

inteligensi linguistik, matematis-logis, ruang-visual secara simultan dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

H1 : rxy>0 Ada hubungan positif dan signifikan antara inteligensi linguistik, matematis-logis, ruang-visual secara simultan dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.