BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis...

31
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis dan Perkembangan Teknik Batik Batik adalah upaya pembuatan ragam hias pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki berwarna dengan lilin malam. Batik termasuk dalam kelompok teknik desain permukaan, yaitu penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna diatas permukaan kain setelah melalui proses penenunan. Teknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan sebagai perintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untuk membatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan perintang dari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan menjadi lilin batik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti damar mata kucing, lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin lenceng, lilin kote dan minyak kelapa dengan takaran tertentu. Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang diwarnai dengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canthing tulis diperkirakan diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17 (Doellah, 2002: 10). Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815 dengan menggunakan stempel dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I, yaitu sekitar tahun 1920-an. Pada tahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Jenis dan Perkembangan Teknik Batik

Batik adalah upaya pembuatan ragam hias pada permukaan kain

dengan cara menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki berwarna dengan

lilin malam. Batik termasuk dalam kelompok teknik desain permukaan, yaitu

penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna diatas

permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

Teknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan

sebagai perintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untuk

membatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan

perintang dari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan

menjadi lilin batik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti

damar mata kucing, lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin

lenceng, lilin kote dan minyak kelapa dengan takaran tertentu.

Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang

diwarnai dengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canthing tulis

diperkirakan diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17

(Doellah, 2002: 10). Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815

dengan menggunakan stempel dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I,

yaitu sekitar tahun 1920-an. Pada tahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

9

namun alat ini tidak dapat berkembang pada pembatikan di Jawa (Soesanto,

1980 : 22).

Pada tahun 1960-an para pelukis mempelopori berkembangnya batik

modern, yang disebut batik bukan tradisional (Yahya, 1985 : 22). Tepatnya

pada tahun 1966 mulai munculnya batik modern ini dengan teknik batik lukis

atau batik painting. Pembuatan batik dengan teknik lukisan terkenal dengan

nama “batik kreasi baru” atau “batik gaya bebas” dimana sebagian lilin batik

dilukiskan diatas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak

(Soesanto, 1973:5). Alat untuk melukisnya yakni kuas atau sendok.

Batik tulis, cap dan lukis berkembang berdampingan sampai

munculnya teknologi cetak kain pada awal tahun 1970-an yang menyebabkan

banyaknya produk tekstil bermotif batik dipasaran dan menyebabkan

kemuduran batik tulis dan cap. Tetapi batik tetap dapat bertahan dan terus

mengalami perkembangan meskipun mengalami pasang surut. Pemaduan

unsur seni, sains, dan teknologi senantiasa mewarnai perkembangan batik.

Batik terbagi menjadi beberapa jenis, setiap jenis satu dengan yang

lainnya terdapat perbedaan. Baik mulai dari bentuk motif, maupun proses

pengerjaannya. Menurut Soesanto (1980), ada 3 jenis batik dilihat dari

tekniknya, yaitu diantaranya:

a. Batik Tulis.

Batik tulis dibuat dengan cara menuliskan lilin batik dengan alat

canting semacam pena berbentuk khusus untuk tulis lilin terbuat dari plat

tembaga. Mulanya pada umumnya pekerjaan membuat batik tulis

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

10

dikerjakan oleh wanita, adapula beberapa daerah dimana membatik tulis

dilakukan oleh pria. Pada batik ini biasanya masih mengikuti batik

pendahulunya batik klasik, yang memiliki pakem dari kraton.

b. Batik Cap.

Batik cap adalah batik yang dalam proses pembuatan polanya

menggunakan alat bantu berupa cetakan sendiri terbuat dari tembaga. Cap

ini biasa disebut canting cap, berbentuk stempel. Pembuatan batik ini

sedikit lebih cepat dari pada batik tulis yang masih menggunakan tangan

dalam membuat polanya.

c. Batik Lukis.

Batik lukis dalam proses pembuatannya tidak terpaku oleh suatu

aturan yang ada seperti pada batik klasik. Spontanitas langsung dilakukan

oleh pembuatnya yang mahir. Kebebasan memilih teknik merupakan ciri

dari batik lukis. Untuk alat yang digunakan pada batik lukis biasanya yang

digunakan adalah kuas lukis, walaupun tidak menutup kemungkinan

menggunakan alat lain untuk menghasilkan efek-efek goresan tertentu.

Menurut Handoyo (2008: 16), batik lukis termasuk batik kreasi

baru. Pola-pola batik kreasi baru tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan

seperti batik klasik. Batik kreasi baru berpola bebas. Polanya dapat

diambil dari seni primitive, bentuk patung, bentuk dari alam, atau kesenian

daerah.

Selain 3 jenis batik diatas, jenis batik dilihat dari tekniknya

berkembang hingga memunculkan jenis Batik Kombinasi. Batik kombinasi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

11

adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

dengan tulis, cap dengan lukis, maupun lukis dengan tulis. Tujuan

pencampuran teknik-teknik batik ini untuk menekan harga jual supaya lebih

rendah dibanding dengan batik tulis murni.

Seiring perkembangan waktu dan zaman, saat ini muncul jenis batik

dengan teknologi lebih modern yang praktis sehingga dalam pembuatannya

memakan waktu lebih singkat dan hasil produksi yang didapat lebih banyak

dibanding menggunakan cara tradisional, jenis batik tersebut yaitu batik print

atau sablon.

Pada metode batik print atau yang sering dikenal dengan teknik malam

dingin dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada batik dengan

teknik malam dingin ini, materi yang diprintkan pada kain adalah malam

(lilin) dan bukan pasta warna seperti batik print konvensional.

Penelitian mengenai malam dingin pernah beberapa kali dilakukan

oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, salah satunya pada

tahun 2004 dengan judul “Pengembangan Sistem Pembatikan dengan Metode

Screen” yang membahas tentang komposisi bahan malam dingin, screen

printing yang dapat digunakan pada teknik malam dingin dan tahapan singkat

mengenai pembatikan malam dingin.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa malam dingin

adalah suatu teknik pembatikan menggunakan screen yang merupakan proses

pelekatan lilin batik menggunakan (alat) screen, yang biasa digunakan untuk

proses sablon (screen printing). Agar proses pembatikan screen dapat berjalan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

12

dengan baik, yang perlu diperhatikan adalah persyaratan untuk lilin batik dan

screen yang digunakan. Lilin batik yang digunakan harus berupa lilin pasta

pada suhu kamar yang kekentalannya dapat diatur dengan pelarut, sedangkan

screen yang digunakan harus cukup jarang sehingga dapat dilalui oleh lilin

pasta (Sulaeman, 2004: 4).

Pada tahun 2016 BBKB kembali melakukan penelitian dengan judul

“Ratio Komposisi Penggunaan Lilin Batik Dingin Cair pada Pembatikan Kain

Katun Dengan Zat Warna Naphtol” yang membahas tentang pengujian

pembuatan berbagai variasi komposisi malam dingin dan pelarutnya,

kelancaran proses pembatikan sablon, waktu pengeringan dan daya tolak

warna terhadap zat warna batik dengan berbagai bahan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa berbagai variasi

komposisi malam dingin dan pelarutnya serta penggunaan screen printing

dengan ukuran tertentu mempengaruhi kelancaran proses pembatikan sablon.

Semakin besar ukuran kasa yang digunakan, hasil printingnya semakin tebal

dan hal ini juga akan mempengaruhi waktu pengeringan lapisan malam dingin

yang menempel pada permukaan kain. Selain itu yang juga dianggap memiliki

peranan besar terhadap pengeringan lapisan malam pada permukaan kain

adalah ratio penggunaan dempul dan pelarut (terpentin dan toluen). Sedangkan

berkaitan dengan daya tolak pasta print terhadap zat warna batik, faktor yang

dianggap berperanan adalah jumlah komponen perintang yang menyusun

formulasi pasta malam yaitu: gondorukem, lilin bekas, damar mata kucing,

parafin, kote dan microwax (Suheryanto, 2016: 6)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

13

Dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, yang dimaksud dengan

„teknik membuat batik‟ adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan, yaitu

dari kain (mori) sampai menjadi kain batik. Pengerjaan dari mori batik

menjadi kain batik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Persiapan, yaitu macam-macam pekerjaan pada mori sehingga menjadi

kain yang siap untuk dibuat batik, pekerjaan persiapan ini antara lain

meliputi:

a) Nggirah (mencuci) atau ngetel

b) Nganji (menganji)

c) Ngemplong (setrika, kalander)

2) Membuat batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan batik

yang sebenarnya, dan pekerjaannya meliputi 3 macam pekerjaan utama,

yaitu:

a) Pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif batik yang

dikehendaki. Pelekatan lilin batik ada beberapa cara, dengan ditulis

dengan canting tulis, dengan dicapkan dengan canting cap, dilumurkan

dengan kuas atau jegul dan yang paling modern adalah dengan

disablonkan dengan alat screen printing. Fungsi dari lilin batik ini

ialah untuk resist (menolak) terhadap warna yang diberikan pada kain

pada pengerjaaan berikutnya. Yang dimaksud dengan lilin batik adalah

campuran unsur-unsur lilin batik, pada umumnya terdiri dari

gondorukem, mata kucing, parafin atau microwax, lemak atau minyak

nabati dan kadang-kadang ditambah lilin dari tawon atau dari lanceng.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

14

b) Pewarnaan batik, pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup,

dapat secara coletan atau lukisan (painting). Pewarnaan dilakukan

secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak

hilang warnanya pada saat pengerjaan menghilangkan lilin atau tahan

terhadap tutupan lilin.

c) Menghilangkan lilin, yaitu menghilangkan lilin batik yang telah

melekat pada permukaan kain. Menghilangkan lilin batik ini berupa

penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara

mengerok (mengerik) atau menghilangkan lilin batik secara

keseluruhan dan pengerjaan ini disebut “melorod” (disebut pula:

nglorod, ngebyok, mbabar)

Dengan tiga macam proses utama tersebut orang dapat membuat batik

dengan beberapa macam cara pembuatan batik, yaitu disebut “teknik

pembuatan batik” atau “proses pembuatan batik”.

Teknik pembuatan batik tradisional yang proses pembuatannya mulai

dari kain mori sampai kain jadi, yakni:

a) Teknik Bedesan

Cara Bedesan, cara ini merupakan cara yang digunakan dalam pembuatan

batik secara cepat, jadi cara ini biasanya digunakan dalam proses

pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini urutan pengerjaan dibalik

dan tidak terdapat pengerjaan ngerok atau nglorod dan mbironi kain

(Soesanto, 1980: 11). Pada batik cara ini tidak akan terdapat warna biru

karena warna yang dihasilkan nantinya adalah warna hitam dan coklat.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

15

b) Teknik Radioan

Cara Radion, batik cara ini biasanya digunakan dalam pembuatan batik

secara cap dan hanya untuk pembuatan batik yang berkualitas sedang atau

kasar. Dalam teknik radioan ini ada perusakan warna yang dilakukan

dengan cara memutihkan warna menggunakan cairan pemutih yang

nantinya pada bagian putih itu dibiarkan tetap putih. Biasanya pemutihan

dikerjakan dengan larutan Kalium permanganat dalam keadaan asam dan

larutan natrium hydrosulfit, yaitu direndam pertama dengan 3 gram per

liter kalium permanganat dan 2 cc per liter asam clorida, kemudian

dikerjakan kedua dengan larutan dari 9 gram natrium hydrosulfit per liter

dalam keadaan dingin, lalu dibilas sampai bersih (Soesanto, 1980: 12).

Teknik pembuatan batik tradisional yang tekniknya hanya diterapkan

pada satu proses tertentu, yakni:

(1) Teknik Kerokan

Cara Kerokan, menghilangkan sebagian lilin dari lukisan yaitu bagian

yang akan berwarna soga atau warna lain pengganti soga, dengan cara

mengerok bagian lilin ditempat-tempat tertentu. Agar mudah lilin itu

dilepas, kain lebih dulu direndam sebentar pada larutan kostik soda. Alat

yang dipakai untuk melepaskan lilin dengan mengerok ini adalah plat besi

dilengkung disebut “cawuk” (Soesanto, 1980: 16).

(2) Teknik Lorodan

Cara Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana

menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

16

dengan cara melorod (Soesanto, 1980: 16). Cara ini menghasilkan efek

yang berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini

batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara

warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara

ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen

garis-garis kecil dan cecek.

Seiring dengan perkembangan zaman kini ada teknik membuat batik

modern, bila ditinjau dari berbagai cara membuat batik modern, menurut

Sewan Soesanto dalam bukunya berjudul Seni Kerajinan Batik Indonesia

sebagai proses dasar dapat dibedakan atas beberapa macam proses dasar,

sebagai berikut:

(a) Cara Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya

dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi

dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar tahun

1964) terkenallah apa yang disebut “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik

semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warna-

warna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye, dan sebagainya

(Soesanto, 1980: 13)

(b) Cara Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta

tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan

dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk

sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus

(Soesanto, 1980: 12)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

17

(c) Cara remukan wonogiren, pembuatan batik dengan cara ini pertama kain

dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada

kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting.

Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam

larutan kostik soda (Soesanto, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan

proses ini sebaiknya dipakai jenis lilin yang mudah pecah. Hasil dari

remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar

dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain.

Efek pecah-pecah pada gambar itu dapat dibuat variasi dengan pekerjaan

“pecah-celup” sampai dua kali atau lebih dimana warnanya dibuat makin

lebih muda.

(d) Cara pelarutan kostik soda, pada proses ini cara menghilangkan lilin

sebagian pada tengah-tengah proses dengan melarutkan dengan kostik

soda. Lilin batik itu pada dasarnya terlarut oleh kostik soda. Untuk

mempercepat lepasnya lilin dari kain dibantu dengan disikat. Bagian

lapisan lilin yang tipis akan lebih larut dan akan lebih dulu terlepas dari

kain, sedangkan pada bagian yang tebal masih menutup kain meskipun

pada bagian muka terlarut pula oleh kostik soda (Soesanto, 1980: 17).

Hasil dari proses ini ialah bagian warna putih dan warna soga (atau warna

penggantinya) tidak teratur, karena sewaktu lilin dilepaskan secara disikat

bagian-bagian tipis yang lepas jadi susunan warna putih dan warna soga

tergantung pada tebal tipisnya lilin pada lukisan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

18

(e) Cara lorodan magel, untuk mudahnya digunakan istilah magel yang

artinya setengah matang atau belum matang. Lorodan magel artinya

lorodan yang belum selesei, atau sebagian lilin sudah lepas, tetapi

sebagian lilin belum lepas (Soesanto, 1980: 17). Bila waktu kain sedang

dilorod dan dihentikan, maka pada lapisan lilin yang tipis sudah lepas dari

kain, dan pada bagian lilin yang tebal atau kuat masih menempel pada

kain. Maka terjadilah tempat-tempat yang terbuka dan tertutup susunan

secara tidak teratur. Keadaan ini dipergunakan sebagai salah satu cara

menghilangkan sebagian lilin pada proses pembuatan batik modern. Hasil

kain yang dibuat secara proses lorodan magel ini ialah bahwa warna soga

(atau warna lain) dan warna putih tersusun secara tidak teratur. Tetapi efek

ini bagi orang yang dapat memainkan justru akan memberi keadaan yang

menguntungkan dan menghasilkan lukisan atau gambar yang indah.

(f) Cara Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik

yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh

teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik

lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah

bahwa warna soga dua macam, yaitu sebagai bayangan yang lain disertai

efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Soesanto, 1980: 18)

Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan

berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi maupun

fungsionalnya (Asti Musman, 2011: 9). Teknik yang digunakan dalam proses

pembuatan batik sangat terkait dengan produk batik yang akan dihasilkan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

19

2. Struktur dan Jenis Motif Batik.

Diksi Rupa, buku karangan Mikke Susanto menuliskan bahwa motif

adalah pola; corak; ragam. Motif hias adalah corak hiasan pada kain, bagian

rumah dan sebagainya (2002: 75). Secara umum, batasan tentang motif

memang demikian, tetapi pada ornamen, motif memiliki arti khusus. Motif

sangat erat hubungannya dengan pola karena motif merupakan

pangkal/dasar/titik tolak dari terbentuknya sebuah pola apabila motif tersebut

mengalami pengulangan secara simetris atau pengulangan non simetris

(Affanti, 2008: 19).

Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan

komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu

mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga

diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda

lain yang nantinya akan menjadi sebuah corak (Setiati, 2008: 43). Corak

adalah seluruh motif yang memenuhi permukaan juga dapat diartikan sebagai

colour design, type, feature, and character. Merupakan identitas yang telah

normatif, suatu tanda khusus untuk membedakan dengan yang lainnya. Corak

dipakai dalam pembahasan objek-objek mati (Affanti, 2008: 17)

Dalam desain ada beberapa komposisi motif diantaranya desain

allover, desain border, desain mirror, desain panel, desain jumping, desain

spot (Permana, 2009: 9-12).

Desain motif allover adalah desain yang bentuk standar dan umum,

biasanya layout motif penuh. Desain motif border adalah desain yang layout

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

20

motifnya disalah satu sisi atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang

membentuk garis. Desain motif mirror adalah desain yang layout motifnya

membentuk garis pada kedua belah sisinya, ukuran sama persis dan letaknya

berseberangan, berhadapan seperti berdiri didepan cermin dan selalu simetris.

Desain motif panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang

membentuk garis pada keempat sisinya. Desain motif jumping adalah desain

yang layoutnya penuh ada border dan ada motif allovernya, biasanya desain

dibagi menjadi dua atau tiga bagian karena ukurannya sangat besar. Desain

motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya ada pada beberapa

tempat tertentu yang diinginkan seperti pada bagian baju depan, bawah atau

atas biasanya dipakai untuk teknik painting.

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Soesanto,

1980: 212). Keberagaman jenis motif pada batik dipengaruhi oleh beberapa

unsur yang meliputi:

a. Ornamen

Berdasarkan ornamennya jenis motif batik dibagi menjadi tiga

yakni ornamen utama, ornamen pengisi dan isen.

1) Ornamen utama

Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari

pada motif tersebut dan pada umunya ornamen-ornamen utama

tersebut masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-

ornamen tersebut dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari pada

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

21

motif itu sendiri. (Soesanto, 1980: 212) Bentuk motif ini sering kali

dijadikan sebagai nama motif batik.

Ornamen utama dalam motif batik adalah Meru, Pohon Hayat,

Tumbuhan, Garuda, Burung, Bangunan, Lidah Api, Naga, Binatang

dan Kupu-kupu.

a) Meru

Meru adalah bentuk gambaran gunung dilihat dari samping.

Kadang-kadang digambarkan rangkaian dari tiga gunung, bagian

tengah sebagai gunung puncak. (Soesanto, 1980: 259)

b) Pohon Hayat

Pohon hayat berupa suatu bentuk pohon khayalan yang

bersifat perkasa dan sakti, lambang dari kehidupan. Pohon hayat

digambarkan dengan bentuk lengkap dengan batang, dahan,

kuncup dan daun, berakar tanjung atau sobrah. (Soesanto, 1980:

260)

Seiring perkembangannya pada motif batik, pohon hayat ini

digambarkan bervariasi, ada yang dikombinasi dengan motif lain

seperti motif Meru hingga ada pula digambarkan dengan

penggambaran yang sederhana.

c) Tumbuhan

Ornamen tumbuhan digambarkan stilir dari salah satu

bagian, misalnya bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau

rangkaian dari daun dan bunga. Pada motif batik klasik ornamen

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

22

tumbuhan pegang penranan, baik sebagai ornamen pokok maupun

sebagai ornamen pengisi. (Soesanto, 1980: 261)

Kadang-kadang Tumbuhan digambarkan semacam tanaman

menjalar, bentuk berlengkung-lengkung, bentuk ini disebut lung-

lungan, dalam seni ornamentik disebut pilin atau spiral.

d) Garuda

Ornamen Garuda didalam motif batik digambarkan sebagai

bentuk stilir dari Burung Garuda, suatu bentuk burung yang

perkasa seperti Rajawali. Kadang-kadang sebagai stilir semacam

burung merak.

Ornamen Garuda digambarkan dengan beberapa macam

bentuk, antara lain bentuk dengan dua sayap dan lengkap dengan

ekor atau biasa disebut sawat, bentuk garuda disusun dengan dua

sayap yang biasa disebut mirong, dan garuda digambarkan dengan

satu sayap seolah-olah digambarkan dari samping dan sebagai

variasi pada pangkal sayap digambarkan kepala burung. Pada

bentuk sayapnya sendiri ornamen garuda dibedakan menjadi dua

macam, yaitu sayap terbuka dan sayap tertutup. (Soesanto, 1980:

263)

e) Burung

Ornamen burung dipakai sebagai ornamen pokok dan

ornamen pengisi. Didalam motif batik ornamen burung dibagi

menjadi tiga tipe, yaitu tipe burung merak, tipe burung phoenix dan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

23

tipe burung khayalan. Ornamen burung pada umumnya terdapat

pada Semen, sebagian kecil saja terdapat pada motif ceplok atau

motif yang lain. Burung sebagai ornamen pengisi digambarkan

dengan bentuk kecil. (Soesanto, 1980: 265)

f) Bangunan

Ornamen bangunan ialah bentuk yang menggambarkan

semacam rumah, terdiri dari lantai atau dasar dan atap. Pada

penggambarannya sebagai variasi biasanya dibagian bawah

terdapat semacam bentuk bagian tumbuhan. Variasi lain terdapat

pada tingkatan dari bagian dasar, dari satu tingkat sampai tiga

tingkat. (Soesanto, 1980: 267)

g) Lidah api

Lidah api dalam seni batik atau motif batik digambarkan

dengan dua macam bentuk, yaitu:

(1) sebagai deretan nyala api, biasa dipakai untuk hiasan pinggir

atau batas antara bidang bermotif dan bidang tidak bermotif.

Bentuk ini dalam pembatikan disebut cemukir atau modang.

(2) Bentuk yang berupa deretan ujung lidah api membentuk seperti

blumbangan memanjang.

Ornamen lidah api ini seperti halnya ornamen bangunan,

sangat terbatas dapat ditemui pada motif batik. Ornamen ini hanya

akan ditemui pada motif-motif batik klasik yang digunakan pada

kain kemben, dodot maupun ikat kepala. (Soesanto, 1980: 269)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

24

h) Naga

Ornamen naga adalah bentuk khayalan seperti halnya

Garuda dan Pohon hayat. Dalam pengertian symbol, Naga

melambangkan dunia bawah, air, perempuan, bumi, yoni, pintu dan

musik.

Pada penggambarannya biasanya naga digambarkan

memakai mahkota, kadang-kadang bersayap, kadang-kadang

bersayap dan berkaki, kadang juga digambarkan dua naga disusun

simetris sehingga menyerupai ornamen Garuda atau bentuk

lainnya. (Soesanto, 1980: 270)

i) Binatang

Ornamen binatang yang sering digambarkan dalam

ornamen seni berupa Lembu, Kijang, Gajah, Singa atau Harimau.

Binatang-binatang tersebut kadang-kadang juga digambarkan

dengan bentuk aneh atau khayalan, misalnya digambarkan singa

bersayap, gajah bersayap, kuda atau lembu berbelalai, atau

binatang dengan ekor berbunga.

Didalam motif batik dari daerah Yogya dan Solo ornamen

binatang digambarkan secara stilir yaitu bentuk khusus dalam

motif batik, namun didaerah lain terutama didaerah pantai utara

Jawa, binatang digambarkan riil atau bentuk nyata. (Soesanto,

1980: 272)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

25

j) Kupu-kupu

Ragam hias yang bentuknya semacam kupu, biasanya

digambarkan penampang dari sebelah atas punggung pada keadaan

terbang. Ornamen dalam golongan ini terdapat pula bentuk-bentuk

yang aneh, seperti ekor seperti daun, dirangkai dalam tumbuhan,

sayapnya mendekati bentuk pohon hayat, badannya seperti susunan

daun dan bunga, sayangnya seperti rangkaian daun, dan lain

sebagainya. (Soesanto, 1980: 274)

2) Ornamen tambahan atau pengisi.

Ornamen tambahan adalah suatu ragam hias yang tidak

mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai

pengisi bidang. (Soesanto, 1980: 212) Pada ornamen tambahan ini

umumnya bentuknya digambarkan lebih kecil dan lebih sederhana,

sedang dari pada ornamen utama. Ornamen tambahan atau pengisi ini

juga sering disebut motif selingan.

Dalam ornamen pengisi yang digambarkan dapat berbagai

macam seperti bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk

tumbuhan, seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu

motif, ornamen pengisi itu dapat hanya satu macam ornamen pengisi,

dapat pula diisi dengan beberapa macam ornamen pengisi. (Soesanto,

1980: 276)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

26

3) Isen

Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik

dan garis, yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif

atau mengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. (Soesanto,

1980: 212)

Isen motif berguna untuk memperindah pola batik secara

keseluruhan. Isen ini memiliki nama-nama tertentu sesuai bentuknya,

dan tidak jarang nama isen ini disertakan pada nama motif batik.

b. Bentuk

Sedangkan jika berdasarkan susunan dan bentuk-bentuk ornamen

didalam motif batik, maka motif-motif tersebut dapat digolongkan dalam

pembagian sebagai berikut:

1) Golongan geometris

Motif geometri secara umum adalah motif yang mengandung

unsur-unsur garis dan bangun, seperti garis miring, bujur sangkar,

persegi panjang, trapezium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran

dan bintang yang disusun secara berulang dan membentuk satu

kesatuan motif (Wulandari, 2011: 106). Yang termasuk kedalam jenis

golongan motif geometris adalah sebagai berikut:

a) Motif banji.

Motif banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau

disusun dengan tiap ujung dari: swastika tersebut dihubungkan satu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

27

sama lain dengan garis-garis, sehingga tersusun suatu motif yang

diberi nama Banji. (Soesanto, 1980: 218).

Batik banyumas adalah daerah yang masih membuat motif

banji ini, dengan proses bedesan sehingga hanya terdapat warna

hitam dan coklat. Motif ini tergolong motif klasik. Nama-nama

motif banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton,

dan banji lancip.

b) Motif ganggong

Banyak orang beranggaan motif ganggong adalah motif

ceplok karena sepintas hampir sama. Namun jika diperhatikan

dengan detail akan terlihat perbedaan antara motif ganggong

dengan motif ceplok (Wulandari, 2011: 107).

Ciri khas yang membedakan corak ganggang dengan

ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis

yang panjangnya tidak sama dan ujung garis yang paling panjang

berbentuk serupa tanda salib. (Soesanto: 1980: 219) Nama-nama

motif ganggong antara lain ganggong sari, ganggong rejuna,

ganggong madusari, gsnggong branto, dan masih banyak lagi.

c) Motif ceplok atau ceplokan

Motif ceplok atau ceplokan adalah motif-motif batik yang

didalamnya terdapat gambaran-gambaran berbentuk lingkaran,

roset, binatang dan variasinya. Oleh karena gambaran-gambaran

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

28

tersebut terletak pada bidang-bidang berbentuk segi empat,

lingkaran dan variasinya.

Beberapa nama motif ceplok, yaitu: ceplok nogosari,

ceplok supit urang, ceplok truntum, ceplok kembang pepe, ceplok

banyu, dan masih banyak lagi. (Soesanto, 1980: 221)

d) Motif nitik atau anyaman.

Motif nitik adalah motif yang tersusun atas garis-garis

putus, titik-titik dan variasinya, sehingga motif nitik disebut juga

motif anyaman. Motif ini diangga motif asli dan tergolong motif

tua (Soesanto, 1980: 224)

Motif-motif dalam golongan nitik pada umumnya tersusun

menurut bidang geometris, seperti halnya motif ceplok, ganggong

dan banji. Kain batik golongan ini yang terkenal adalah kain

cinden atau cinde.

e) Motif kawung.

Motif kawung yaitu motif yang tersusun dalam bentuk

bundar, lonjong atau elips. Susunan memanjang menurut garis

diagonal miring kekiri dan kekanan secara berselang-seling

(Soesanto, 1980: 226). Motif kawung digambarkan berupa

lingkaran-lingkaran yang saling berpotongan atau bentuk bulat

lonjong yang saling mengarah kesatu titik yang sama. Makna

filosofis dari motif kawung adalah lambing dari kesempurnaanm

kemurnian dan kesucian.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

29

Nama-nama dari motif kawung didasarkan pada besar

kecilnya kawung tersebut, misalnya:

(1) Kawung yang berbentuk kecil-kecil disebut kawung picis. Picis

adalah nama mata uang dari logam yang paling kecil.

(2) Kawung yang berukuran agak besar disebut kawung bribil.

Bribil adalah mata uang logam yang besarnya lebih besar dari

picis.

(3) Kawung yang berukuran lebih besar dari kawung bribil disebut

kawung sen.

(4) Kawung yang terbesar adalah motif kawung beton atau kawung

kemplong.

f) Motif parang dan lereng,

Motif parang dan lereng terdiri atas satu atau lebih ragam

hias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut

kemiringan 45o. Contoh motif parang dan lereng adalah parang

rusak dan lereng ukel. (Wulandari, 2011: 107)

Pada bidang miring antara dua deret parang yang bertolak

belakang digambar deretan segi empat yang disebut mlinjon. Jika

tidak terdapat mlinjon berarti bukan parang tetapi lereng atau liris.

Kalinggo Hanggopuro berpendapat bahwa batik parang dan lereng

mempunyai ciri tersendiri:

(1) Ciri batik parang ialah bentuk lereng diagonal 45o, memakai

mlinjon, memakai sujen da nada mata gareng.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

30

(2) Ciri batik lereng ialah bentuk miring diagonal 450, tidak selalu

memakai mlinjon, sujen dan mata gareng, hanya dibatasi garis

lurus dan bisa memakai motif lung-lungan atau diselingi

dengan bentuk parangan yang disebut glabangan.

2) Golongan non-geometris

Pada golongan ini memiliki susunan motif tidak terukur,

artinya motifnya memiliki pola yang tidak dapat diukur secara pasti,

meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh motif

(Wulandari: 2011: 109). Motif yang termasuk dalam golongan ini

yaitu:

a) Motif semen

Motif utama yang merupakan ciri motif semen adalah

meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama

Gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau

tempat tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini

disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias

utama semen adalah garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh

corak semen adalah semen jolen dan semen gurdha atau garuda.

(Wulandari: 2011: 109).

b) Motif lung-lungan

Sebagian besar corak lung-lungan mempunyai ragam hias

serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam

hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

31

ragam hias meru. Motif lung-lungan diantaranya adalah grageh

waluh dan babon angrem. (Wulandari: 2011: 110).

c) Motif buketan

Motif buketan mudah dikenal lewat rangkaian bunga atau

kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk

dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur

tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu

kesatuan motif. (Wulandari: 2011: 111).

Motif buketan ialah motif dengan tumbuhan atau lung-

lungan yang panjang selebar kain. Bentuk tumbuhan pada kain

buketan tidak banyak variasinya, biasanya digambarkandengan

gaya realis, dikombinasikan dengan bentuk burung atau binatang

lainnya. Motif ini biasanya terdapat pada bagian kain sarung dari

Pekalongan, Lasem, Tegal dan Cirebon atau daerah-daerah lainnya.

(Soesanto, 1980: 240)

d) Motif pinggiran

Motif ini disebut corak pinggiran karena unsur hiasan

pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan

dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan udheng. (Wulandari:

2011: 111)

e) Motif dinamis

Motif dinamis adalah motif-motif yang masih dapat

dibedakan menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

32

tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisionil, melainkan berupa

ornamen-ornamen yang bergaya dinamis dan mendekati abstrak.

Motif ini merupakan peralihan motif batik klasik dan modern, yaitu

batik tanpa pola (Soesanto, 1980: 249)

Motif-motif ini terus mengalami perkembangan dan perluasan

sehingga semakin memperbanyak motif batik di Indonesia. Namun secara

umum, motif batik masih berkisar pada corak-corak tersebut. Selain itu

untuk mengembangkan kreatifitas, motif-motif dibuat untuk memperoleh

pelanggan baru yang akan meningkatkan pemasaran batik.

c. Tempat Pembuatan

Berdasarkan tempat atau lokasi pembuatannya jenis motif batik

terbagi menjadi dua jenis, yakni batik pedalaman dan batik pesisiran.

1) Batik Pedalaman

Batik yang berasal dari keraton atau batik yang mendapat

pengaruh sangat kuat dari keraton (Doellah, 2002: 21).

2) Batik pesisiran

Batik jenis ini berbeda dengan batik pedalaman. Karena dibuat

didaerah pesisir yang sarat pengaruh dari luar, batik pesisir memiliki

motif dan warna yang mengandung budaya dari luar. (Doellah, 2002:

21)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

33

d. Pembuat

Berdasarkan pembuatnya jenis batik dibagi menjadi dua yaitu batik

keraton dan batik rakyat.

1) Batik Kraton

Batik kraton adalah wastra batik dengan pola tradisional,

terutama yang semula tumbuh dan berkembang di kraton-kraton Jawa.

Tata susun ragam hias dan pewarnaannya merupakan paduan

mengagumkan antara matra seni, adat, pandangan hidup, dan

kepribadian lingkungan yang melahirkannya, yaitu lingkungan kraton

(Doellah, 2002: 54).

Pada umunya, motif batik kraton mengandung makna filosofi

hidup. Batik-batik ini pada mulanya dibuat oleh para puteri keraton

dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup dilingkungan keraton.

Dan pada umunya motif yang dipakai adalah motif larangan.

2) Batik Rakyat

Batik rakyat adalah batik yang berkembang diluar tembok

kraton dan dikerjakan oleh rakyat yang hidup dilingkungan sekitar

tembok keraton. Batik Rakyar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu batik

saudagaran dan batik petani,

a) Pedagang (Saudagar)

Batik saudagar adalah wastra batik yang dihasilkan oleh

kalangan saudagar batik, polanya bersumber pada pola-pola batik

kraton, baik pola larangan maupun pola batik kraton lainnya yang

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

34

ragam hias utana serta isen-isennya digubah sedemikian rupa

sesuai dengan selera kaum saudagar (Doellah, 2002: 126).

b) Petani

Batik petani atau batik pedesaan adalah batik yang

digunakan oleh kaum petani setelah pemakainan batik sebagai

bahan busana menembus tembok keraton dan merambah

masyarakat pedesaan. (Doellah, 2002: 126).

Motif batik petani bersumber pada motif batik kraton dan

digubah oleh para petani dengan motif yang berasal dari alam

sekitar berupa tunbuh-tunbuhabm buah-buahan dan bahkan

burung-buring kecil.

B. Teori dan Kerangka Pikir.

Pada penelitian ini mencoba meneliti fenomena batik dengan teknik

malam dingin dengan pendekatan desain. Teori tentang desain yang dikemukakan

oleh Agus Sachari akan digunakan untuk membahas permasalahan dalam

penelitian ini.

1. Teori Desain

Definisi desain sendiri adalah suatu proses kreatif yang menghasilkan

bentuk-bentuk yang bernilai serta diperlukan oleh manusia. Desain pada

hakekatnya adalah kegiatan yang berupaya untuk mencari mutu yang lebih baik

dari material teknis performansi dan bentuk untuk memenuhi sasaran kebutuhan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

35

yang paling maksimal (Sachari, 1986: 84-85). Desain yang baik adalah desain

yang mampu memenuhi kebutuhan manusia.

Namun kenyataannya muncul kesulitan-kesulitan dalam menciptakan

sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Akhirnya desain melengkapi diri

dengan metodologi dan basis keilmuan. Dilihat dari lingkup pengerjaannya,

desain merupakan integrasi dari kegiatan sains (metode riset, ilmu fisika,

matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya

dan seterusnya). Teknologi (ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin,

teknologi material dan seterusnya) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat, estetika,

teknik presentasi dan seterusnya). Yang pada intinya semua kegiatan itu akan

tertuang dari kreatifitas setiap individu atau manusia (Sachari, 1986: 136)

Hal serupa juga telah dikemukakan oleh Imam Buchori dalam bukunya

Wacana Desain (2011: 208) bahwa desain memang mengandung unsur Seni

karena adanya unsur heuristic dan estetik, mengandung unsur Sains alami karena

berkaitan dengan prinsip dan sifat, fisikokemikal dari material, mengandung unsur

teknologi karena melipatgandakan kemampuan manusia, dan ilmu sosial.

Pertimbangan desain diatas diperkuat kembali oleh tulisan Agus sachari

dalam bukunya Paradigma Desain Indonesia bahwa: Akar dari ilmu desain itu

mencerap dari suatu kondisi yang mengharuskan terjadi perkawinan dua disiplin

yang mulanya agak tabu dilakukan yakni pendidikan ekonomi dan pendidikan

senirupa (Sachari, 1986: 135)

Dapat diartikan bahwa desain itu tidak hanya indah atau memiliki nilai

estetis, tetapi juga harus memiliki nilai ekonomi. Yaitu desain itu harus laku,

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

36

harus bermasyarakat. Demikian pula dikalangan industri dan ahli ekonomi, sadar

betul bahwa produk itu tidak cuma sekedarnya, tapi pula harus mengundang minat

beli, mengandung roh budaya serta dinamis menghadapi pelbagai cuaca

perdagangan (Sachari, 1986: 136).

Kegiatan desain selalu bermula dari riset atau penelitian pasar. Hasil dari

penelitian pasar tersebut kemudian diolah dan dipergunakan untuk meramalkan

bentuk desain yang dibutuhkan (Sachari, 1986: 149)

Pendapat Baylay dalam Walker(2010: 29) juga mengemukanan definisi

yang serupa bahwa desain dapat dilihat berdasar beberapa disiplin ilmu seperti

seni dan ekonomi yaitu desain adalah sesuatu yang muncul ketika seni bertemu

industri, ketika orang mulai membuat keputusan mengenai seperti apa seharusnya

produk-produk yang dibuat secara massal. Industri disini sangat erat kaitannya

dengan disiplin ilmu ekonomi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat diketahui bahwa desain

adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau meningkatkan kualitas suatu

produk menjadi lebih indah dan menarik yang harus memiliki nilai proyeksi

pemecahan suatu masalah dari kebutuhan fisik manusia dalam menjalani

kehidupannya. Teknologi, seni rupa dan sains merupakan tiga hal yang saling

berhubungan dalam proses desain. Seni rupa yang didalamnya terdapat unsur-

unsur rupa salah satunya estetika, dalam hal ini digunakan untuk mengkaji

karakter visual produk batik yang dihasilkan dengan teknik malam dingin.

Teknologi digunakan untuk mengkaji teknik produksi batik malam dingin. Sains

yang memiliki banyak cabang ilmu, pada penelitian ini hanya menggunakan ilmu

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

37

ekonomi untuk mengkaji latar belakang kemunculan produk batik dengan teknik

malam dingin dan daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional.

Seperti diketahui bahwa suatu produk batik saat ini dibuat untuk memenuhi

kebutuhan para konsumen, walaupun tidak dapat dipungkiri ada pengaruh sosial

budaya dalam memproduksi batik.

2. Kerangka Pikir Penelitian

Pada dasarnya sebuah kerangka berfikir bertujuan sebagai pedoman atau

arahan dalam pengetahuan dasar pada penelitian. Penggunaan kerangka berfikir

bertujuan untuk memfokuskan proses penelitian yang akan dilaksanakan atau

yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini mengkaji pada produk batik teknik malam dingin dengan

pendekatan desain. Pada tahap awal penelitian dilakukan penelitian mengenai

latar belakang kemunculan batik malam dingin dan awal perkembangan batik

malam dingin. Pada tahap kedua dilakukan penelitian mengenai teknik produksi

dan karakter visual yang mampu dihasilkan dengan teknik malam dingin. Pada

tahap terakhir dilakukan penelitian mengenai daya saing batik dengan teknik

malam dingin terhadap batik dengan teknik konvensional, dalam tahap ini akan

diketahui perbandingan biaya produksi antar keduanya dan kualitas produk.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912020_bab2.pdf11 adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap

38

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Produk Batik

Malam Dingin

TEKNOLOGI

Teknik Produksi

Biaya

Produksi

Karakteristik

Produk

SENI

Visual Produk

SAINS

Ekonomi

(Daya Saing)

Kualitas

Produk