BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH...

26
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian Kosakata Menguasai kosakata bukan hanya mengetahui arti kata secara terpisah dan lepas, tetapi harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah ada dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. Bahkan mampu menerapkan kata-kata tersebut dalam kalimat secara tepat baik secara lisan maupun tertulis. Djiwandono (1996:43) mengatakan bahwa penguasaan kosakata dapat dibedakan dalam penguasaan yang aktif-produktif dan penguasaan yang pasif-reseptif. Lebih jauh lagi ia menjelaskan bahwa kosakata yang merupakan bagian dari penguasaan aktif-produktif sering dikenal sebagai kosakata aktif, yaitu kosakata yang dapat digunakan seorang pemakai bahasa secara wajar, dan tanpa banyak kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Sebaliknya kosakata yang merupakan bagian dari pasif-reseptif ( kosakata-pasif), seorang pemakai bahasa orang lain, tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar dalam ungkapan-ungkapannya. Sementara Halim, Burhan, dan Al Rasyid (1988:71) menyatakan bahwa penguasaan kosakata dibagi menjadi dua, yaitu penguasaan kosakata ekspresif dan reseptif. Penguasaan kosakata ekspresif digunakan untuk keperluan berbicara dan menulis, sedangkan penguasaan kosakata reseptif digunakan untuk keperluan menyimak dan membaca. Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penguasaan Kosakata

1. Pengertian Kosakata

Menguasai kosakata bukan hanya mengetahui arti kata secara

terpisah dan lepas, tetapi harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah ada

dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. Bahkan mampu

menerapkan kata-kata tersebut dalam kalimat secara tepat baik secara lisan

maupun tertulis.

Djiwandono (1996:43) mengatakan bahwa penguasaan kosakata

dapat dibedakan dalam penguasaan yang aktif-produktif dan penguasaan

yang pasif-reseptif. Lebih jauh lagi ia menjelaskan bahwa kosakata yang

merupakan bagian dari penguasaan aktif-produktif sering dikenal sebagai

kosakata aktif, yaitu kosakata yang dapat digunakan seorang pemakai

bahasa secara wajar, dan tanpa banyak kesulitan dalam mengungkapkan

dirinya. Sebaliknya kosakata yang merupakan bagian dari pasif-reseptif (

kosakata-pasif), seorang pemakai bahasa orang lain, tanpa mampu

menggunakannya sendiri secara wajar dalam ungkapan-ungkapannya.

Sementara Halim, Burhan, dan Al Rasyid (1988:71) menyatakan

bahwa penguasaan kosakata dibagi menjadi dua, yaitu penguasaan kosakata

ekspresif dan reseptif. Penguasaan kosakata ekspresif digunakan untuk

keperluan berbicara dan menulis, sedangkan penguasaan kosakata reseptif

digunakan untuk keperluan menyimak dan membaca.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

14

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penguasaan kosakata

ada dua yaitu secara reseptif (pasif) dan produktif/ekspresif (aktif).

Penguasaan kosakata reseptif digunakan untuk komunikasi yang bersifat

menerima seperti menyimak dan membaca. Penguasaan kosakata produktif

digunakan untuk komunikasi yang bersifat mengeluarkan atau

menyampaikan ide kepada orang lain seperti berbicara dan menulis.

Menguasai suatu bahasa berarti dapat memahami kosakata,

memahami ejaan dengan baik, memahami makna kosakata tersebut, dan

menggunakannya dalam kalimat. Dalam mengartikan kata-kata , seseorang

harus memperhatikan makna yang tersurat dan tersirat.

2. Pengertian Penguasaan Kosakata

Keraf (1984:53) menyatakan bahwa kata merupakan satuan terkecil

yang mengandung ide, yang diperoleh apabila susunan atau sebuah kalimat

dibagi atas bagian-bagiannya. Hal senada juga disampaikan oleh

Kridalaksana (1984:89) bahwa kata adalah satuan terkecil yang dapat

diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Sedangkan menurut Purwodarminto

(1987:21) kata adalah suatu kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu

pengertian.

Sehubungan dengan pengertian kata, Alwi (2001:513) menyatakan

bahwa kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang

merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan

dalam berbahasa. Pendapat lain datang dari Alwasilah (1993:120)

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

15

menyatakan bahwa kata adalah satu kesatuan yang terpisah dan tak dapat

diuraikan lagi.

Bloomfield (1933, dalam Aziez, 2010:3) memberikan gambaran

mengenai kata sebagai berikut :

“ A free form which consists of two or more lesser free forms as, for instance, poor John or john ran away or yes, sir, is a phrase. A free form which is not a phrase is a word. A word is then a free form which does not consist entirely of two or more lesser free form: in brief, a word is minimum free form”.

Sebuah bentuk bebas yang terdiri atas dua atau lebih bentuk bebas

yang lebih kecil seperti, contohnya poor John atau John ran away atau yes,

sir, adalah frasa. Dengan demikian sebuah kata adalah sebuah bentuk bebas

yang tidak terdiri atas dua atau lebih bentuk bebas yang lebih kecil:

singkatnya, kata adalah sebuah bentuk bebas terkecil.

Penjelasan yang lebih rinci diberikan oleh Richard (1985, dalam

Aziez, 2010:3), yaitu bahwa kata merupakan: “The smallest of the linguistic

units which can occur on its own in speech or writing.” Kriteria ini

bagaimanapun masih sulit untuk diterapkan secara konsisten. Sebagai

contoh, dapatkah kata fungsi seperti yang “ berdiri sendiri?”. Apakah

kontraksi seperti can’t (“can dan not”) satu kata atau dua? Dalam bahasa

tulis, batas-batas kata biasanya dikenali dengan spasi di antara kata. Dalam

bahasa lisan, batas kata bisa dikenali dengan jeda singkat.

Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985, dalam Aziez,

2010:4), memberikan batasan yang cukup sederhana, yaitu bahwa “ kata

adalah kumpulan bunyi yang merupakan kesatuan terkecil yang

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

16

mengandung makna. Dalam bahasa tulis, kesatuan kumpulan bunyi itu

dilambangkan dengan kesatuan kumpulan huruf”.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata

adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, dapat diujarkan dan

mengandung suatu pengertian.

Harimurti Kridalaksana (1984:110) menyatakan bahwa kosakata

adalah kekayaan atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang.

Kekayaan kosakata itu berada dalam ingatannya, yang segera akan

menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca.

Kosakata atau pembentukan kata menurut Sujianto (1988:1)

adalah: (1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa ; (2) kekayaan kata

yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; (3) kata-kata yang

dipakai oleh suatu bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun

seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Pengertian kosakata tidak hanya mempersoalkan ketepatan

pemakaian kata dan makna, tetapi juga mempersoalkan diterima atau

tidaknya kata itu oleh semua orang. Hal itu karena masyarakat diikat oleh

berbagai norma, menghendaki agar setiap kata yang dipakai harus cocok

dengan situasi kebahasaan yang dihadapi.

Perbendaharaan kata atau kosakata jauh lebih luas dari apa yang

dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan untuk

menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide

atau gagasan, tetapi juga meliputi frasologi, gaya bahasa dan ungkapan.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

17

Frasologi mencangkup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau

susunannya.

Adiwinata dalam Ahadiyah (1991:41) menyatakan bahwa kosakata

diartikan sebagai berikut:

1) Semua kata yang terdapat dalam bahasa;

2) Kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai

oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama;

3) Kata-kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan;

4) Dalam linguistik, walaupun tidak semua morfem yang ada dalam

satu bahasa tertentu merupakan kosakata, namun sebagian terbesar

morfem itu dikenai sebagai kosakata; dan

5) Dapat sejumlah kata, ungkapan dan istilah dari suatu bahasa yang

disusun secara alfabilitas yang disertai batasan dan keterangan.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud kosakata adalah sejumlah kata yang dapat digunakan dalam

menyusun kalimat untuk berkomunikasi atau menyampaikan ide dan

gagasan kepada orang lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata.

Penguasaan kosakata antara seseorang dengan orang lain tidak

sama. Kosakata yang dikuasai seseorang semakin lama semakin bertambah

sejalan dengan perkembangan orang tersebut. Menurut Yudiono (1984:47)

ada beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat penguasaan

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

18

kosakata seseorang yaitu latar belakang pengetahuan atau disiplin ilmu

tertentu, usia, tingkat pendidikan, dan referensi. Sementara ada pendapat

yang menyatakan bahwa proses penguasaan kosakata seseorang berjalan

pelan-pelan. Kosakata seseorang semakin banyak dan diperluas sesuai

dengan usia. Semakin dewasa seseorang, semakin banyak hal yang

diketahuinya (Keraf, 1986:64).

Tingkat pendidikan, sewajarnya mempengaruhi penguasaan

kosakata seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pula

cakupan penguasaan kosakatanya. Hal ini dapat diterima karena mata

pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan berbeda, banyak

istilah baru yang diperkenalkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Banyak sedikitnya referensi yang dibaca, juga mempengaruhi

penguasaan kosakata seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Roekhan

dan Martutik (1991:51) yang menyatakan, semakin banyak membaca,

semakin banyak pula jumlah kosakata yang dikuasai seseorang.

Perpustakaan merupakan media yang sangat tepat dalam mendukung

perbendaharaan kosakata lewat kegiatan membaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa factor-faktor

yang mempengaruhi penguasaan kosakata seseorang antara lain: latar

belakang pengetahuan, usia, tingkat pendidikan, dan referensi.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

19

4. Pemilihan kosakata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

Aziez (2010 : 58) mengemukakan bahwa salah satu persoalan yang

kerap dijumpai dalam pengajaran kosakata adalah penentuan kata mana

yang akan diajarkan pada siswa dan bagaimana urutannya. Bila kita kaitkan

hal ini dengan kamus maka kita akan jumpai ratusan ribu kata yang harus

dipilih dan tiap kata bisa memiliki lebih dari satu makna. Ada beberapa

alternatif pendekatan pemilihan kata yang akan kita ajarkan.

Richards (1974, dalam Aziez, 2010) mengajukan tiga acuan dalam

menentukan kata mana yang akan diajarkan.

1. Coverage, atau rentangan konteks dimana kata itu bisa dijumpai. Artinya

semakin banyak konteks yang didapati kata itu semakin penting kata itu

untuk diajarkan. Ini berbeda dengan frekuensi yang hanya menggunakan

hitungan kemunculan kata, tanpa menghiraukan apakah kemunculannya

hanya pada beberapa teks tertentu saja.

2. Kemudahan, atau semudah apa suatu kata bisa dipelajari, harus

dipertimbangkan dalam memilih kata. Apakah kata abstrak yang

berfrekuensi tinggi atau kata kongkrit walaupun berfrekuensi rendah

yang lebih mudah dipelajari.

3. Keakraban, artinya kata itu sering dijumpai, bermakna dan kongkrit.

Kata dengan keakraban tinggi harus dipertimbangkan untuk dipilih

sebagai kata yang diajarkan.

Sementara itu Kruse (1979, dalam Aziez 2010) mengajukan lima

saran bagi pengajaran kosakata tertulis dalam konteks.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

20

1. Elemen kata, seperti prefiks, sufiks dan akar kata sebaiknya diajarkan.

Kemampuan mengenali komponen-komponen kata, keluarga kata dan

sebagainya merupakan kemampuan penting yang bisa membantu mereka

dalam mengenali kata baru.

2. Gambar, diagram dan bagan sangat bermanfaat dalam pengajaran

kosakata. Selain mempermudah penyampaian suatu konsep, mereka juga

bermanfaat dalam memperpanjang retensi dan mempermudah recalling

kata saat dibutuhkan.

3. Pertanda definisi. Siswa sebaiknya diajarkan untuk memperhatikan

sekian jenis tanda-tanda definisi. Diantara tanda-tanda definisi adalah :

a. Tanda baca atau footnote adalah tanda definisi yang paling jelas.

Ajarkan kepada siswa tanda-tanda fisik dari tanda baca atau footnote

tersebut.

b. Sinonim atau antonim biasanya muncul bersama-sama dengan tanda

lain, seperti adalah, berarti, dsb.

4. Interferensi dari wacana. Inferensi berarti memeroleh makna kata dari

penjelasan yang ada pada teks. Ini biasanya tidak cukup dari satu kalimat

saja.

Beberapa hal lain disarankan oleh Hamer (1991, dalam Aziez

2010)

1. Pada tingkat pemula kata kongkrit biasanya diajarkan terlebih dahulu dari

pada kata abstrak. Maka kata ‘door’, ‘window’ diajarkan terlebih dahulu

dari pada kata abstrak seperti ‘peace’, ‘frightening’.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

21

2. Kata yang kita pilih untuk diajarkan terlebih dahulu sebaiknya adalah

kata yang sering muncul atau sering dipakai. Ini terutama dengan

kebutuhan siswa untuk menggunakannya baik untuk percakapan maupun

untuk bacaan.

3. Konteks tempat munculnya kosakata itu juga penting untuk

dipertimbangkan, bahkan tidak kalah pentingnya dengan kata itu sendiri.

4. Latihan yang berkaitan dengan kata yang tengah dipelajari terbukti

membantu daya ingat siswa terhadap kata itu. Karena itu tugas-tugas

seperti mengubah bentuk dari adjektif menjadi noun, adverb atau

sebaliknya akan sangat disarankan diberikan kepada siswa.

Dengan mempertimbangkan beberapa acuan di atas, pengajaran

kosa kata sendiri sebenarnya berujung pada empat hal :

1. Makna kata

2. Penggunaan kata

3. Pembentukan kata

4. Gramatika kata

Makna kata dalam banyak bahasa memiliki karakteristik yang

sama, yaitu (1) sebagian besar kata memiliki lebih dari satu makna, (2)

makna kata sangat berkait erat dengan konteks tempat dimana kata itu

muncul, dan (3) makna beberapa kata hanya bisa dipahami dengan

pemahaman akan kata lain, seperti ‘sekuntum’ yang menuntut pemahaman

kata ‘bunga’. Fakta ini harus mendorong guru untuk menerapkan teknik

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

22

pengajaran kosakata yang mengakrabkan siswa dengan kamus dan yang

membantu mereka melihat perbedaan makna berdasarkan konteks.

Penggunaan kata atau bagaimana kata itu digunakan juga

berpengaruh terhadap maknanya. Suatu kata bisa bermakna luas bila kata itu

hadir bersama metafora atau idiom. Kata tertentu juga hanya bersanding

dengan kata tertentu lainnya, yang biasanya disebut dengan kolokasi.

Sebagai contoh, kita memiliki ‘tukang sol’ dan ‘tukang becak’ tetapi tidak

‘tukang tani’ atau ‘tukang angkot’.

Bagaimana kata itu dibentuk tidak saja akan memungkinkan siswa

bisa memperluas kosakata yang ia kuasai melalui penambahan-penambahan

sufiks, prefiks dan infiks, tetapi juga bisa menerka makna kata yang belum

diketahui sebelumnya. Contoh yang bisa diberikan adalah kata ‘multiguna’,

yang bisa diterka dari unsur-unsur yang membentuk kata itu, yaitu kata

‘multi’ (=banyak) dan kata ‘guna’ (=manfaat atau kegunaan), yang berarti

banyak kegunaannya.

Gramatika kata, atau hubungan gramatis antara suku kata dan kata

lain, tidak saja perlu diketahui tetapi juga penting. Sebagai ilustrasi, siswa

penting untuk mengetahui bahwa sebagian besar kata kerja berawalan ‘me’

atau ‘ber’ ( memandang, berdiskusi), bahwa kata benda dapat dibentuk dari

kata sifat atau kata kerja dengan menambahkan afiks seperti ‘ke-an’,

(kedamaian, kedatangan), kata kerja tertentu diikuti oleh obyek (Dani

melemparkan tali ke arah korban banjir) yang lain tidak bisa (mereka

menangis, sedangkan Nina tertawa).

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

23

B. Efektivitas Pembelajaran Kolaboratif

1. Pengertian Efektifitas

Efektivitas sebagai produk antara lain dikemukakan oleh Robbins

(1995:53) yang mendefinisikan efektivitas sebagai sejauh mana sebuah

organisasi atau kegiatan mewujudkan tujuan-tujuannya. Pengertian ini

memberikan pandangan bahwa suatu organisasi ataupun suatu kegiatan

dikatakan efektif adalah diukur atas sejauh mana tujuan-tujuan yang

dicanangkan tercapai. Semakin banyak / tinggi tingkat ketercapaian tujuan,

dapat dikatakan semakin efektif organisasi atau kegiatan tersebut.

Pengertian yang lebih luwes dikemukakan oleh Prokpenko

(1987:5) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu tingkatan

terhadap mana tujuan dicapai. Pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan

pengertian sebelumnya bahwa efektivitas adalah ukuran tingkat pencapaian

tujuan. Semakin banyak tujuan dapat dicapai, dikatakan semakin tinggi

tingkat efektivitasnya.

Sedangkan efektivitas sebagai suatu proses dikemukakan oleh

Yuchman dan Seashore. Seperti dikutip oleh Wayne (1992:320) mereka

menyatakan bahwa efektivitas adalah kapasitas suatu organisasi untuk

memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga

secara sepandai mungkin dalam usahanya mencapai tujuan. Pengertian

tersebut mengemukakan bahwa efektivitas bukan saja berorientasi pada

tercapainya tujuan semata, tetapi juga tentang bagaimana pendayagunaan

sumber daya yang ada semaksimal mungkin untuk meraih tujuan yang

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

24

dicanangkan. Maka efektvfitas diukur bukan dari tingkat pencapaian tujuan

semata, tetapi dari bagaimana dan dengan cara apa tujuan dapat diwujudkan.

2. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) kolaboratif diartikan

sebagai kerja sama. Mayers (1991) merujuk pada kamus untuk menjelaskan

definisi collaboration yang berasal dari akar kata Latin dengan makna yang

menitik beratkan proses kerjasama sedangkan kata cooperation berfokus

pada produk kerjasama itu. Selanjutnya Myers menunjukkan beberapa

perbedaan di antara kedua konsep itu sebagai berikut:

Supporters of co-operative learning tend to be more teacher-centered, for example when forming heterogeneous groups, structuring positive interdependence, and teaching co-operative skills. Collaborative learning advocates distrust structure and allow students more say if forming friendship and interest groups. Student talk is stressed as a means for working things out. Discovery and contextural approaches are used to teach interpersonal skills. Such differences can lead to disagreements…. I contend the dispute is not about research, but more about the morality of what should happen in the schools. Beliefs as to what should happen in the schools can be viewed as a continuum of orientations toward curriculum from “transmission” to “transaction” to “transmission”. At one end is the transmission position. As the name suggests, the aim of this orientation is to transmit knowledge to students in the form of facts, skills and values. The transformation position at the other end of the continuum stresses personal and social change in which the person is said to be interrelated with the environment rather than having control over it. The aim of this orientation is self-actualization, personal or organizational change.

Pembelajaran kooperatif dipahami sebagai suatu rangkaian proses

yang membantu para siswa dalam berinteraksi bersama untuk mewujudkan

tujuan spesifik yang telah disepakati. Dalam hal kewenangan guru,

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

25

pembelajaran kooperatif lebih bersifat direktif jika dibandingkan dengan

pembelajaran kolaboratif karena kontrol secara ketat yang dilakukan oleh

guru: “While there are many mechanisms for group analysis and

introspection the fundamental approach is teacher centered whereas

collaborative learning is more student centered.” (Panitz:1996).

Senada dengan hal itu, Rockwood (1995) membagikan

pengalamannya bahwa pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk

pendekatan penguasaan pengetahuan/ keterampilan dasar. Baru ketika para

siswa sudah menjadi semakin terampil, mereka siap untuk pembelajaran

kolaboratif, siap untuk berdiskusi dan menilai. Pada bagian lain artikelnya

tersebut, ia juga menjelaskan perbandingan antara pembelajaran kolaboratif

dan kooperatif dengan terlebih dulu memahami kesamaan keduanya, yakni:

1) menggunakan kelompok; 2) memberikan tugas yang spesifik; 3) saling

berbagi di antara kelompok; dan 4) membandingkan prosedur dan

kesimpulan dalam kelompok pleno (seluruh kelas).

:(http://ruhcitra.wordpress.com/2008/08/09/ pembelajaran- kolaboratif/).

Robert et. al mengatakan, pembelajaran kolaboratif adalah

pembelajaran yang berasaskan kooperatif. Sehingga untuk mewujudkan

pembelajaran kolaboratif diawali dengan membiasakan siswa dengan

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang didisain oleh guru,

akan menjadi awal perubahan di kelas. Jika siswa terbiasa bekerjasama,

saling tergantung satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan,

maka siswa akan berkembang menjadi siswa-siswa kolaboratif.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

26

Johnson, Maruyama, Johnson, Nelson dan Skon (1981)

menyelenggarakan suatu meta-analysis dari 122 studi bahwa pelajaran

bersifat kooperatif mengalami prestasi-prestasi yang lebih tinggi dibanding

pelajaran yang bersifat kompetitif. Teori terbaru, bukti eksperimental dan

studi-studi yang diselenggarakan di dalam kelas-kelas semua menyatakan

bahwa jika sekolah-sekolah ingin mengembangan kemampuan siswa secara

maksimum, maka perlu dikondisikan adanya saling berhubungan di antara

anak-anak baik berupa aktivitas yang bersifat kooperatif maupun mengajar

ketrampilan-ketrampilan dari pelajaran yang kooperatif. Pengelolaan

kelompok dan organisasi akan menjadi lebih penting dibanding

pembelajaran dan penyampaikan pengetahuan. (http://elearning.

unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pembelajaran-kolaborasi)

Kemajuan global merupakan salah satu determinan utama

aspek perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari proses pembelajaran.

Masalah mendasar terkait dengan proses pembelajaran adalah model

pengajaran yang terdiri dari strategi pengorganisasian, penyampaian dan

pengelolaan belajar-mengajar. Perubahan perspektif tentang interaksi

belajar-mengajar telah mengubah peranan dan tanggungjawab dosen dan

mahasiswa dalam proses pembelajaran. Pola pembelajaran berubah dari

berpusat pada dosen menjadi berpusat pada mahasiswa ke dalam kerangka

lingkungan belajar secara kolaboratif (MacGregor, 2005).

Berdasarkan teori belajar Gestalt (insightful learning theory ), yang

dikutip oleh Sumiati dalam buku Model Pembelajaran ( 2009:84), belajar

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

27

pada hakekatnya merupakan hasil dari proses interaksi antara individu

dengan lingkungan sekitarnya. Belajar tidak hanya semata-mata sebagai

suatu upaya dalam merespon suatu stimulus. Tetapi lebih dari pada itu,

belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami,

mengerjakan, dan memahami belajar melalui proses (learning by proses).

Jadi, hasil belajar dapat diperoleh jika siswa “aktif”, tidak pasif. Jika

menerima konsep di atas, maka sesungguhnya belajar itu dapat dicapai jika

melalui proses yang bersifat aktif. Dalam melakukan proses ini, siswa

menggunakan seluruh kemampuan dasar yang dimiliki, sebagai dasar untuk

melakukan “ berbagai kegiatan” agar memperoleh hasil belajar. Sedangkan

fungsi guru dalam hal ini adalah :

a. Memberi perangsang atau motivasi agar mau melakukan kegiatan

belajar.

b. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar pada suatu tujuan tertentu.

c. Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang

mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.

Model kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai

proses belajar sebagai berikut (Smith & MacGregor, 1992):

a. Belajar itu aktif dan konstruktif:

Untuk mempelajari bahan pelajaran, siswa harus terlibat secara aktif

dengan bahan itu. Siswa perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa membangun makna

atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

28

b. Belajar itu bergantung konteks:

Kegiatan pembelajaran menghadapkan siswa pada tugas atau masalah

menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal siswa. Siswa

terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu.

c. Siswa itu beraneka latar belakang:

Para siswa mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti

latarbelakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-

perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan

diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam

proses belajar.

d. Belajar itu bersifat sosial:

Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya siswa

membangun makna yang diterima bersama.

Nelson (1999) merinci nilai-nilai pendidikan (pedagogical values)

yang menjadi panekanan dalam pembelajaran kolaboratif. Nilai-nilai

tersebut meliputi:

a. Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di

antara para siswa.

b. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.

c. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa

dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

29

d. Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses

belajar.

e. Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.

f. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam

sudut pandang.

g. Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.

h. Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai

di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru membangun semangat

belajar sepanjang hayat

Schrage (1990) menyatakan pembelajaran kolaboratif melebihi

aktivitas bekerjasama (kooperatif) kerana ia melibatkan kerjasama hasil

penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar pembelajaran baru.

Menurut Jonassen (1996), seperti halnya pembelajaran kooperatif,

pembelajaran kolaboratif juga dapat membantu siswa membina pengetahuan

yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran secara

individu. Selain itu, dengan menjalankan aktivitas dan projek pembelajaran

secara kolaboratif secara tidak langsung kemahiran-kemahiran seperti

bagaimana berkomunikasi akan dipelajari oleh pelajar.

Kolaboratif dapat dilakukan di dalam kumpulan yang besar

maupun kumpulan yang terdiri dari empat atau lima orang pelajar.

Sedangkan pembelajaran koperatif hanya kelompok kecil pelajar yang

bekerja dan memahami secara bersama. Jadi pembelajaran koperatif adalah

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

30

satu bentuk kolaboratif, yaitu kelompok besar belajar bersama untuk

mencapai hasil yang disepakati bersama (Johnson & Johnson, 1989).

Hasil penelitian menunjukkan keunggulan pembelajaran

kolaboratif, diantaranya dapat meninggikan hasil belajar kelompok dan

individu yang lebih mengarah pada metakognatif, munculnya idea–idea

baru dan pendekatan penyelesaian masalah yang sebenarnya di

ketengahkan. Selain itu kelas yang dikelola secara kolaboratif lebih

termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada perasaan membantu orang lain,

berkompetisi secara sehat dan bekerja secara individu lebih terarah.

3. Sifat Kelas Kolaboratif

Ada empat sifat – sifat umum yaitu dua perkara berkenaan dengan

perubahan hubungan antara guru dan siswa, yang ketiga berkaitan dengan

pendekatan baru penyampaian guru dan yang keempat menyatakan isi kelas

kolaboratif.

a. Berbagi informasi antara siswa dan guru

Dalam kelas tradisional, guru adalah sebagai pemberi informasi

yang mutlak di mana aliran informasi bergerak satu arah saja yaitu dari

guru ke siswa dan sedikit sekali dari siswa kepada siswa yang lain. Guru

dianggap mempunyai pengetahuan tentang isi mata pelajaran, keahlian,

dan pengajaran. Siswa hanya menunggu arahan yang akan diberi oleh

guru. Siswa yang memberi reaksi yang berbeda dianggap sebagai

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

31

pengganggu di dalam kelas, begitu juga untuk siswa yang tidak

memahami atau membantah arahan.

Akan tetapi berlainan dengan guru kolaboratif, siswa menilai

dan senantiasa membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal,

pembinaan bahasa komunikasi, strategi dan konsep pengajaran

pembelajaran sesuai teori, menggabung keadaan sosiobudaya dengan

situasi pembelajaran.

Sebagai contohnya, bila guru mengajar topik sains pesawat

sederhana. Siswa yang mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

konsep tersebut diberikan peluang menyatakan sesuatu pada sesi

pengajaran dan berbagi idea serta memberi garis-garis besar arus

komunikasi siswa. Tambahan lagi apabila siswa tahu dan melihat, maka

pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam

jalinan pembelajaran mereka serta pembelajaran guru, mereka akan

termotivasi untuk melihat dan mendengar. Mereka juga dapat membuat

satu kaitan antara belajar dengan dunia sebenarnya dengan belajar dalam

kelas.

b. Pembagian kuasa

Dalam kelas kolaboratif, guru berbagi kuasa autoritas dengan

siswa, dalam beberapa keadan tertentu. Kebanyakan dalam kelas

tradisional guru bertanggungjawab menetapkan arah, memberi dan

mengatur kerja, melihat perjalanan tugas serta menilai apa yang

diajarkan. Pembelajaran kolaboratif pula memberi peluang siswa

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

32

memahami apa yang telah diajar dalam ruang lingkup yang ditetapkan

oleh guru. Guru menyediakan tugas yang sesuai arahan dan kegemaran

siswa dan menggalakkan siswa untuk menilai apa yang diajar.

Menggalakkan siswa menimba pengalaman mereka sendiri, memastikan

pelajar berbagi strategi dan informasi, menghormati pelajar lain,

menyokong menggalakkan idea–idea yang bernas, terlibat dalam

pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan pelajar

mengambil bagian secara terbuka dan bermakna.

Contoh dalam mata pelajaran sains, tajuk yang diajar adalah

energi alternatif. Guru yang memiliki faham tradisional akan

mengarahkan siswa menyiapkan esei berkenaan dengan tajuk tersebut.

Sebaliknya guru yang memegang prinsip kolaboratif akan memastikan

dahulu produk apakah pelajar hendak hasilkan. Antara aktivitas yang

akan dihasilkan ialah model kompor hemat energi, kemudian melakukan

sedikit penyelidikan dari sumber original yang lain yang menyokong

buku teks rujukan dan mungkin membuat proyek dengan siswa.

c. Guru sebagai perantara (mediator)

Peranan guru di kelas sebagai perantara, ia menolong

menghubung informasi baru dengan pengalaman yang ada serta

membantu siswa bila siswa buntu dan bersedia menunjukkan cara

bagaimana hendak belajar.

d. Kelompok siswa yang heterogen

Perkembangan pengalaman siswa adalah penting untuk

memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif siswa

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

33

menunjukkan kebolehan mereka, dibebaskan menyumbang informasi dan

mendengar atau membahas sumbangan informasi siswa lain.

Satu sifat kelas kolaboratif ialah siswa tidak diasingkan dari

usaha, tingkat pencapaian, kegemaran dan penilaian. Berbeda dengan

kelas non-kolaboratif, perlombaan yang bersifat individual akan

melemahkan semangat bekerjasama dan menyekat peluang siswa belajar

melalui berinteraksi secara bermakna dan berkesan. Siswa yang lemah

tidak ada peluang untuk belajar daripada siswa yang pintar atau

sebaliknya. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola secara kolaboratif

dapat melihat perkembangan siswa yang lemah dengan jelas dan terarah.

4. Peranan Guru dalam Kelas Kolaboratif

Seperti yang telah dibahas di atas, guru bertindak sebagai perantara

(mediator) dalam aktivitas dan proses pembelajaran. Renven Fenerstein dan

Lev Vygotsky memaknai mediator sebagai fasilitator, model dan juru latih.

a. Fasilitator (pemudah cara)

Fasilitator dalam perkara–perkara yang terlibat dalam

mewujudkan lingkungan yang aktif dan kaya dengan idea baru, memberi

ruang kepada bekerja secara kolaboratif dengan penyelesaian masalah,

dan menyediakan berbagai tugas bermakna bagi masa depan siswa.

b. Pengatur kelas

Guru mengatur kelas dengan standar kelas kolaboratif. Kelas

kolaboratif dilengkapi dengan berbagai bahan bacaan. Dalam kelas

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

34

ditempatkan ruangan jurnal, majalah , buku–buku rujukan, surat kabar

dan berbagai media lain yang boleh diakses siswa sebagai penghubung

idea. Siswa mampu menjalankan aktivitas atau proyek untuk

menjalankan eksperimennya.

c. Memberi tugas pada siswa

Selain menyusun atur siswa dalam kelas, siswa juga diberi

tugas dan tanggungjawab masing–masing. Suasana kebergantungan ini

dilihat bergerak seacara aktif dan bukan pasif demi keharmonian dan

kebermaknaan, kelancaran proses pengajaran pembelajaran dalam kelas.

Pada suasana yang lain guru juga boleh melibatkan siswa dengan siswa

yang lain (kelompok rekan sebaya) siswa dengan guru–guru yang lain

(guru bimbingan konseling, guru eksktrakurikuler, dan guru mata

pelajaran ) dan forum orang tua murid (POM) serta pakar di bidang

tertentu.

Tugas yang guru berikan mestilah menggalakkan berbagai arah

jawaban. Tugas yang menjurus pada penilaian tingkat tinggi seperti

membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Tugas menggalakkan

pelajar mengaitkan kepada keadaan yang sebenarnya, peristiwa, situasi

yang dapat dilihat dan dirasai oleh pelajar melalui berbagai penafsiran

dan pengalaman sendiri.

d. Manajemen dalam kelas

Guru juga dapat melihat beberapa susunan sosial untuk

memudahkan komunikasi dan kerjasama antara pelajar di dalam kelas.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

35

Pada situasi ini, guru menetapkan satu iklim kelas yang perlu dipatuhi

bersama. Seperti bertanya untuk penjelasan, memberi peluang kepada

semua menyumbang idea, menghargai pendapat yang berbeda dan

termasuk juga membuat bantahan dan menolak idea.

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Sumanto tehun 2004 yang berjudul “

Hubungan Penguasaan Kosakata dan Minat Baca dengan Kemampuan Menulis

Deskripsi siswa kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten

Boyolali pada tahun 2004”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: (1)

ada hubungan positif yang berarti antara penguasaan kosakata dengan

kemampuan menulis deskripsi; (2) ada hubungan positif yang berarti antara

minat baca dengan kemampuan menulis deskripsi; (3) ada hubungan positif

yang berarti antara penguasaan kosakata dan minat baca secara bersama-sama

dengan kemampuan menulis deskripsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliatun pada tahun 2009 dengan

judul “Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan

Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VI penelitian itu menyimpulkan bahwa

secara bersama-sama minat membaca dan penguasaan kosakata memberikan

sumbangan yang berarti terhadap keterampilan berbicara. Ini menunjukkan

bahwa kedua variable tersebut dapat menjadi predictor yang baik bagi

keterampilan berbicara.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

36

Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas relevan dengan variabel

yang dikaji dalam penelitian ini yaitu variabel penguasaan kosakata.

D. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas

Pembelajaran kolaboratif dalam meningkatkan penguasaan kosakata. Berbicara

adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan

sesuatu yang karena mengutarakan ide atau gagasan secara lisan tidak akan

terjadi tanpa disimbolkan dengan kosakata.

Kosakata adalah modal untuk mengembangkan kemampuan

berbahasa, maka harus terus berkembang dalam jumlah dan variasi. Untuk

pengembangan secara kuantitas maupun kualitas, diperlukan proses

pembelajaran yang melibatkan banyak orang. Kosakata baru dapat muncul dari

lawan bicara atau lawan belajar yang dilakukan dengan diskusi dan saling

memberi informasi.

Model pembelajaran kolaboratif menjadi jalan alternatif terhadap

pemecahan masalah yang selama ini terjadi pada pembelajaran Bahasa

Indonesia aspek berbicara. Model pembelajaran kolaboratif melibatkan siswa

berkreasi bersama kelompoknya agar dapat berbicara menyampaikan hasil

kunjungan atau menaggapi suatu persoalan. Siswa bekerjasama mencari

informasi sebanyak-banyaknya tentang tema pelajaran yang sudah ditentukan

lalu mempresentasikan bersama di depan kelas.

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

37

Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dan lain-lain.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran

menggunakan model kolaboratif, sedangkan kelompok kontrol dengan model

pembelajaran konvensional. Hasil pembelajaran dari kedua kelompok tersebut

kemudian dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya efektivitas model

pembelajaran kolaboratif untuk meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa

kelas V SD Negeri 4 Krandegan Kecamatan Banjarnegara Kabupaten

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Kosakata 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7265/3/KAMILAH SISWATI BAB II.pdf · dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. ... kata adalah

38

Banjarnegara. Selengkapnya kerangka berpikir penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Perbandingan

Gambar. 2.1. Skema Kerangka Berpikir Penelitian

Penguasaan kosakata siswa kelas V masih rendah

Perlu penerapan model pembelajaran yang efektif

Model pembelajaran

Kelas Eksperimen (model pembelajaran kolaboratif)

Kelas Kontrol (model pembelajaran konvensional

Efektivitas dalam meningkatkan penguasaan

kosakata

Efektivitas Model Pembelajaran..., Kamilah Siswati, Program Pascasarjana UMP, 2012