BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBAHASAN TENTANG BIMBINGAN …
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBAHASAN TENTANG BIMBINGAN …
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PEMBAHASAN TENTANG BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
1. Latar Belakang Timbulnya Bimbingan dan Penyuluhan
Sejalan dengan kemajuan zaman, Ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebutuhan manusia semakin banyak dan meningkat. Hal ini dapat menimbulkan
persaingan, baik persaingan yang sehat maupun persaingan yang tidak sehat.
Semakin banyak kebutuhan manusia, maka semakin banyak pula tantangan yang
dihadapinya, dan untuk mengatasi ini semua membutuhkan bantuan,
pertolongan, dan bimbingan orang lain.
Bimbingan adalah suatu proses pelayanan kepada orang lain yang
mengalami kesulitan, dalam hal ini pelayanan kejiwaan. Sebab suatu kesulitan
yang dihadapi oleh seseorang sebenarnya berpangkal tolak dari situasi kejiwaan
dan tindakan yang dapat menghadapi serta dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk memecahkannya, maka dirasa amat penting adanya
Bimbingan dan Penyuluhan serta masalah terhadap masalah kejiwaan ini.
Secara singkat sejarah timbulnya Bimbingan dan Penyuluhan adalah
sebagai berikut :
1. Bimbingan mula-mula lahir di Amerika Serikat, pada tahun 1908.
Ketika Frank Pearson pergerakan pendiri bimbingan dan pekerjaan,
menyiapkan keputusannya tentang bimbingan pekerjaan. Parson
memulai gerakannya dalam salah satu lembaga sosial. Di Boston
yaitu “Civic Service House”. Selanjutnya tahun 1909 bimbingan
pekerjaan dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Boston. Dan pada
24
akhirnya program ini tersebar luas di Amerika Serikat. Kemudian
lahir organisasi bimbingan pekerjaan secara nasional pada tahun
1939 di Amerika Serikat dengan mendirikan Kantor Berita
Bimbingan dan Pekerjaan.
Dalam seksi Pendidikan Jabatan dan Administrasi Pendidikan,
Amerika Serikat bertugas memasukkan bimbingan dan pekerjaan
pada sekolah-sekolah di berbagai wilayah. Hal ini akhirnya meluas
di bidang pendidikan.
2. Bimbingan Pendidikan mulai tampak sungguh-sungguh pada tahun
1941, ketika Truman L. Kelly menerbitkan suatu risalah tentang
bimbingan pendidikan, risalah tersebut diajukan pada fakultas
pendidikan Universitas Coloumbia untuk mencapai gelar Doktor.
Adapun maksudnya dalam penelitian tersebut untuk menentukan
kemungkinan berhasilnya siswa dalam pelajaran atau bahan tertentu
yang diajukan padanya.1
Dilihat dari sejarah perkembangannya, usaha bimbingan itu lebih
banyak diarahkan kepada bimbingan pekerjaan dari pada bimbingan pendidikan.
Namun perhatian terhadap bimbingan dan penyuluhan mulai berubah pada
tahun-tahun terakhir ini.
Sebagaimana dikatakan oleh I. Djumhur dan Muh Surya bahwa :
Perkembangan bimbingan dan penyuluhan di Indonesia secara resmi
dimulai sekitar tahun 1962, dirintis oleh sekolah teladan yang meliputi
SD, SLTP dan SLTA, bahkan secara teoritis sampai kepada Perguruan
Tinggi.2
Akan tetapi pada umumnya praktek bimbingan sebagian besar
dilaksanakan oleh guru yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk melakukan
1 Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, PT Bulan
Bintang, Jakarta, 1978, halaman. 27 – 28.
2 I. Djumhur dan Muh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.,
CV. Ilmu, Bandung, 1975, halaman. 4
25
tugas tersebut sehingga hasilnya kurang memuaskan sebagaimana yang
diharapkan.
Pada masa sekarang setiap Perguruan Tinggi, baik Universitas,
Politeknik, maupun Sekolah Tinggi mempunyai Jurusan bimbingan dan
penyuluhan atau juga biasa disebut Bimbingan dan Konseling serta Bimbingan
dan Karir. Yang disingkat dengan BP/BK. Serta mampu melayani dan
mengarahkan siswa ke arah yang sesuai dengan potensi dan kompetensi yang
dimilikinya. Untuk itu dewasa ini bimbingan dan penyuluhan sedang di giatkan
dan ditingkatkan pelaksanaannya pada semua lembaga pendidikan baik di
lembaga pendidikan Tingkat SD, SLTP, SMU serta di Perguruan Tinggi.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan
a) Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan dan Penyuluhan merupakan suatu bagian dari keseluruhan
penyuluhan disekolah yang mempunyai tujuan tertentu sejalan dengan tujuan
pendidikan disekolah yang bersangkutan.
Secara umum tujuan bimbingan dan penyuluhan adalah :
1. Kebahagiaan hidup pribadi
2. Kehidupan yang efektif dan produktif
3. Kesanggupan hidup bersama dengan orang lain
4. Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang
dimilikinya.3
26
Berikut ini penulis uraikan tentang tujuan bimbingan dan penyuluhan
secara terpecinci baik bagi murid, guru maupun sekolah :
Tujuan bimbingan bagi murid ialah :
a. Membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat pribadi, hasil belajar serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
c. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
d. Membantu murid – murid untuk memperoleh kepuasan pribadi
dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
e. Membantu murid-murid untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.4
Tujuan bimbingan bagi guru ialah :
a. Membantu guru dalam hubungan dengan murid-murid.
b. Membantu dalam menyesuaikan keunikan individu dengan tuntunan
umum sekolah dan masyarakt.
c. Membantu dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam
keseluruhan program pendidikan.
d. Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan seluruh murid.5
Tujuan bimbingan bagi sekolah ialah :
a. Menyusun dan menyesuaikan data, tentang murid yang
bermacam-macam.
b. Mengadakan penelitian tentang murid dan latar belakangnya.
3 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, PT. Bpk. Gunung
Mulia, Jakarta, 1987, halaman. 14.
4 Abu Ahmadi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, CV Thoha
Putra, Semarang, 1977, Cet.I, halaman. 12
5 Ibid, halaman., 12.
27
c. Membantu menyelenggarakan kegiatan penataan bagi para guru dan
personil lainnya, yang ada hubungannya dengan kegiatan bimbingan.
d. Menyelenggarakan penelitian lanjutan terhadap murid-murid yang
telah meninggalkan sekolah.6
Dari uaraian tersebut diatas jelas bahwa tujuan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah itu dapat berhasil atau tidaknya tergantung pada individu
masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, maka dari itu murid
merupakan individu-individu yang memerlukan bantuan dalam memecahkan
masalah dan dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat.
Sejalan dengan itu maka dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999
tentang GBHN tahun 1999 – 2004 yang berbunyi :
Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan, serta
meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai.7
Keberhasilan tujuan bimbingan dan penyuluhan berarti menentukan
pula keberhasilan dari tujuan pendidikan disekolah. Sedangkan berhasil
tidaknya tujuan tersebut tergantung pada pelaksanaan bimbingan itu sendiri.
Yang sudah barang tentu dengan memperhatikan berbagai aspek seperti
pengelola atau Pimpinan lembaga, keberadaan lembaga itu sendiri dan
6 Ibid, halaman., 12-13
7 Kanwil Deppen Jatim, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang
GBHN tahun 1999 – 2004, Perum Percetakan Negara RI, Surabaya, 1999,
halaman. 20
28
khususnya staf Bimbingan dan Penyuluhan. Dan komponen tersebut tentuhan
harus terjalin kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan yang dimaksud.
b) Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan.
Jika diperhatikan secara seksama, bahwa pelayanan bimbingan dan
penyuluhan disekolah itu memberikan bantuan yang sifatnya preventif, yaitu
menjaga jangan sampai anak didik mengalami kesulitan dan menghindari dari
hal-hal yang tidak dinginkan. Disampaikan itu pelayanan bimbingan dan
Penyuluhan juga bersifat Preservatif, yaitu suatu usaha untuk menjaga keadaan
yang baik agar tetap baik, jangan sampai menjadi tidak baik. dan sifat layanan
Bimbingan dan penyuluhan yang ketiga adalah adalah korektif, yaitu
mengadakan layanan penyuluhan kepada anak didik yang mengalami kesulitan
dan tidak dapat dipecahkan sendiri serta membutuhkan pertolongan dari orang
lain.
Dengan memperhatikan sifat-sifat tersebut diatas, serta tujuan yang lain
yang ingin dicapai, maka bimbingan mempunyai fungsi yang nyata dalam proses
belajar mengajar. Dengan fungsi yang nyata itu, maka bimbingan mempunyai
tiga fungsi utama, yaitu :
1. Fungsi Penyuluhan
2. Fungsi Pengadaptasian
29
3. Fungsi Penyesuaian.8
Ad.1. Fungsi Penyuluhan
Fungsi penyuluhan yaitu fungsi bimbingan dalam hal membantu murid
untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, sambungan atau lapangan kerja,
sesuai dengan minat, bakat, cita-cita pribadi lainnya. Dalam fungsi ini termasuk
pula bantuan untuk memilih kegiatan-kegiatan kurikulum di sekolah dimana
individu yang bersangkutan berada.
Ad.2. Fungsi Pengadaptasian
Fungsi pengadaptasian yaitu membantu staf sekolah, khususnya guru
untuk mengadaptasikan program pengajaran sesuai dengan minat, kemampuan
dan kebutuhan siswa.
Ad.3. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu bimbingan dalam rangka membantu siswa
untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal. Dengan kata lain fungsi ini membantu siswa
untuk mengidentifikasi, memahami, menghadapi dan memecahkan masalah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka fungsi bimbingan di
Madrasah Tsanawiyah menurut kurikulum 1984 adalah untuk :
1. Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dan membantu siswa untuk
mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan dirinya.
8 BP3A, Bimbingan dan Penyuluhan Untuk PPSP, Pn. PPSP, Jakarta,
1975, halaman. 4
30
2. Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dan membantu di
Madrasah untuk menyesuaikan program pendidikan dengan keadaan
masing-masing siswa.
3. Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa
untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
4. Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk
menghindari dari kemungkinan terjadinya hambatan.
5. Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa
untuk melampaui proses dan fase perkembangannya secara wajar.
6. Perbaikan ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk
memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai.9
Jadi fungsi utama bimbingan di Madrasah Tsanawiyah adalah untuk
mengaktualisasikan bakat dan minat yang dimiliki disamping juga berfungsi
untuk menyalurkan, mengadaptasikan, menyesuaikan dan mencegah terhadap
kesulitas siswa, sehingga mereka bisa memahami dirinya sendiri,
lingkungannya, dan akhirnya bisa memecahkan kesulitan serta memutuskan
sendiri tentang masa depannya.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan
Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yang dapat menjadi pegangan di
dalam proses Bimbingan dan Penyuluhan. Pada prinsipnya bimbingan itu ditujukan
pada perubahan sikap dan tingkah laku individu, dimana sikap dan tingkah laku itu
merupakan cermin dari kepribadiannya, untuk itu penting bagi petugas Bimbingan
dan Penyuluhan untuk memahami tentang :
1. Psikologi Kepribadian sebagai landasan pokok dalam proses layanan
bimbingan dan penyuluhan.
31
2. Psikologi belajar sebagai landasan penerapan bimbingan dan penyuluhan
secara praktis.
Dengan memahami psikologi kepribadian dan psikologi belajar akan
memudahkan petugas bimbingan dalam memberikan layanan bimbingan dan
penyuluhan terhadap klien sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Bila masalah yang dihadapi oleh klien sangat rumit dan petugas
bimbingan dan penyuluhan itu tidak mampu menanganinya, maka petugas
tersebut tidak dibenarkan memaksakan diri untuk menyelesaikannya.
Merujuk pada prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan, para ahli
mempunyai pandangan yang berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu penulis
sajikan beberapa pendapat para ahli sesuai dengan sudut pandangnya
masing-masing, yaitu :
a) Menurut Drs. Bimo Walgito, berpendapat bahwa prinsip-prinsip bimbingan
dan penyuluhan antara lain :
1. Dasar daripada bimbingan dan penyuluhan disekolah tidak dapat
terlepada dari dasar pendidikan disekolah pada khususnya, dan dasar
negara dimana pendidikan itu berada.
2. Tujuan Bimbingan di sekolah tidak terlepad dari tujuan pendidikan
dan pengajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
3. Fungsi bimbingan dan penyuluhan dalam proses pendidikan dan
pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran.
4. Bimbingan dan penyuluhan dapat dilaksanakan dengan
bermacam-macam sifat, yaitu dengan sifat preventif, korektif dan
presentif.
5. Bimbingan dan penyuluhan merupakan proses yang kontinyu.
9 Departemen Agama RI, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah 1984,
32
6. Para pembimbing harus mempunyai pengetahuan mengenai
bimbingan dan penyuluhan secara mendalam.10
b) Menurut Moser Leslie E. dan Ruth Small Moser dalam bukunya
“Counseling and Guidance” yang dikutip oleh Djumbransyah menyatakan
sebagai berikut :
1. Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan
kelainan-kelainan kepribadian yang bersifat individual serta
masing-masing mempunyai harapan berkembang dan menyesuaikan
diri dengan situasi sekitar.
2. Suatu kepribadian yang bersifat individu tersebut terbentuk dari dua
faktor pengaruh, yakni pengaruh dari luar dan dari dalam.
3. Setiap individu ialah organisme yang berkembang, bertumbuh. Dia
dapat dibim ke arah pola hidup yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri dan bagi masyarakat sekitar.
4. Tiap individu dapat memperoleh keuntungan pemberian bantuan
dalam hal melakukan pilihan-pilihan, dalam hal ini memajukan
kemampuan menyesuaikan diri serta dalam mengarahkan kepada
kehidupan yang sukses.
5. Sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan
program bimbingan dan penyuluhan yang diperlukan bagi setiap
siswa guna mencapai perkembangan yang maksimal baginya.
6. Masyarakat dapat memperoleh kemajuan karena adanya
perkembangan serta kemampuan menyesuaikan diri dari pada
anggota-anggotanya secara individu tersebut.
7. Setiap individu harus diberi hak yang sama serta kesempatan yang
sama dalam mengembangkan pribadi masing-masing perbedaan suku
bangsa, agama dan ideologi dan lain sebagainya.
8. Setiap individu memiliki fitrah (kemampuan dasar) beragama yang
dapat berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan untuk
melalui bimbingan yang baik. perkembangan tersebut bergantung
kepada usaha pendidikan, meskipun ruang lingkupnya dibatasi oleh
agama tauhid (bertuhan Esa) dalam hubungan ini, maka bilamana
ada orang yang ternyata mengalami perkembangan hidup beragama
tidak sesuai dengan naluri tersebut, maka hal itu disebabkan oleh
Depag RI, Jakarta, 1989, halaman. 5
10
Drs. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yayasan
Penerbit, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1986, halaman. 30 - 32
33
karena ia tidak mendapatkan kesempatan yang sebaik-baiknya untuk
berkembang.
9. Perkembangan dan pertumbuhan setiap individu adalah
perkembangan dan pertumbuhan yang bersifat menyeluruh, tidak
hanya dalam hal berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan
saja, melainkan meliputi kepribadian serta perkembangan menuju
masa dewasa yang penuh.
10. Bimbingan dan penyuluhan yang berfungsi sebagai penunjang
program pendidikan supaya program pendidikan tersebut dapat
berfungsi sebaik mungkin dalam rangka mencapai tujuannya.11
Atas dasar prinsip-prinsip yang dikemukakan diatas, maka para
pembimbing di tuntut dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan untuk
memperhatikan dan diharapkan dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan
bimbingan dan penyuluhan umumnya dan khususnya disekolah.
Dan prinsip tersebut juga banyak di singgung oleh Allah Swt
sebagaimana berikut ini :
1. Dalam Surat Al Isra’ 84 :
Artinya :
11
Djumarsan Indar, Bimbingan dan Penyuluhan dalam Pendidikan,
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang, 1990, halaman. 25 - 28
34
“Katakanlah, bahwa tiap orang itu (seharusnya) bekerja sesuai dengan
bakat / kemampuannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.12
2. Dalam Q.s Ar Ruum : 30 :
Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ritrah Allah. (inilah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.13
4. Jenis-jenis Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap individu mempunyai ciri tersendiri baik ciri jasmani maupun
rohani. Demikian juga setiap individu mempunyai masalah-masalah yang
berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Atas dasar
yang demikian inilah maka setiap individu seharusnya mendapatkan pelayanan
yang sesuai dengan sifat dan jenis masalahnya.
12
Departemen Agama RI.,Al Qur’an dan Terjemahnya, Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al Qur-an Departemen Agama RI, Jakarta, 1982, halaman
437.
13
Ibid, halaman. 645
35
Pelayanan bimbingan jika ditinjau dari jumlah yang dibimbing ada 2
(dua) macam, yaitu :
1) Bimbingan Individu
Bimbingan individu diberikan kepada perorangan yang mempunyai
problem atau masalah berlangsung antara bimbingan dengan seseorang dan
seseorang (antar person) dengan maksud bersama-sama mencari jalan keluar
dari problem yang dihadapi, sehingga orang itu bisa menyelesaikan problemnya
sendiri.
2) Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok ini hampir sama dengan bimbingan individu,
hanya saja obyeknya berbeda, kalau bimbingan individu sifatnya perorangan,
sedangkan kelompok terdiri atas banyak orang. Tujuannya sama, yaitu
pemecahan problem yang dihadapi kelompok itu, sehingga mereka dapat
memecahkan masalahnya.
Bila ditinjau dari segi problema yang dihadapi oleh obyek tersebut,
maka bimbingan itu banyak jenisnya, probelema yang dihadapi individu atau
kelompok, terutama bagi siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Masalah belajar
b. Masalah pendidikan
c. Masalah pekerjaan
d. Masalah penggunaan waktu senggang
e. Masalah sosial
36
f. Masalah pribadi.14
Pada hakekatnya problema yang dihadapi oleh individu maupun oleh
kelompok sangat bertalian erat, sehingga permasalahan yang dihadapi siswa
dalam menggunakan waktu luang misalnya, maka permasalahan tersebut akan
mempengaruhi permasalahan sosial, permasalahan, permasalahan pendidikan
dan masalah-masalah lainnya. Oleh karena itu jenis bimbingan juga
dikondisikana dengan jenis permasalahan tersebut diatas, yaitu berupa :
a. Bimbingan belajar
b. Bimbingan pendidikan
c. Bimbingan pekerjaan
d. Bimbingan penggunaan waktu senggang
e. Bimbingan sosial
f. Bimbingan pribadi.15
Ad.a. Bimbingan belajar
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada siswa dalam
memecahkan kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang ada hubungannya dengan
masalah belajar, baik disekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini seperti
cara mendapatkan sistem belajar yang baik dan efisien, cara membagi waktu
luang dan perencanaan belajar.
14
I. Djumhur dan Moh Surya, Op Cit, halaman. 32
15
Ibid, halaman. 35
37
Adapun yang menjadi tujuan dari pada bimbingan belajar adalah
membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar.
Dengan adanya bimbingan ini diharapkan setiap siswa dapat belajar dengan
sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri siswa itu sendiri.
Ad.b. Bimbingan pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan
khususnya.16
Pada umumnya waktu yang banyak menimbulkan masalah bagi siswa
didalam belajar adalah masa awal belajar dan akhir belajar. Pada masa awal di
suatu sekolah siswa dihadapkan pada penyesuaian diri dengan pelajarannya,
lingkungan tata tertib, cara belajar dan lain lain. Sedangkan pada pasa akhir
belajar siswa dihadapkan pada masalah pilihan studi lanjutan, perencanaan
pendidikan dan lain sebagainya.
Adapun kegiatannya adalah memberikan bantuan kepada siswa seperti:
a. Pengenalan situasi pendidikan yang diharapkan
b. Pengenalan terhadap studi lanjutan
c. Perencanaan pendidikan
d. Pemilihan spesialisasi.17
Ad.c. Bimbingan pekerjaan
16
Ibid, halaman. 35
17
Abu Ahmadi, Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah,Toha Putra,
Semarang, 1977, halaman. 20
38
Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa atau seorang yang
mendapat kesulitan dalam memilih pekerjaan dan juga dalam bekerja. Attian
Hanna memberikan penjelasan tentang bimbingan pekerjaan ini sebagai berikut:
Bimbingan pekerjaan adalah bantuan terhadap individu untuk memilih
pekerjaan bagi dirinya dan mempersiapkan dirinya sendiri untuk
bekerja disana serta berhasil padanya.18
Adapun kegiatannya adalah membantu siswa dalam hal :
a. Menganal jenis pekerjaan yang mungkin dimasuki oleh tamatan
pendidikan tertentu.
b. Mengenal berbagai jenis pendidikan atau latihan tertentu untuk jenis
pekerjaan tertentu.
c. Mengenal berbagai jenis pekerjaan dengan segala syarat-syarat dan
kondisinya.
d. Menyelenggarakan latihan tertentu bagi jenis-jenis pekerjaan
tertentu.19
Ad.d. Bimbingan penggunaan waktu senggang / waktu luang
Jenis bimbingan ini diberikan untuk membantu individu mengisi waktu
luangnya dengan berbagai kegiatan yang positif bermanfaat dan produktif.
Dalam hal ini Abu Ahmadi menjelaskan kegiatan jenis ini adalah :
a. Menggunakan waktu senggang untuk kegiatan-kegiatan yang
produktif
b. Mengisi dan menggunakan waktu per jam-jam bebas, hari libur dan
lain sebagainya.20
18
Attian Mahmud Hanna, Op Cit,halaman. 64
19
I Djumhur dan Muh Surya, Op Cit, halaman. 37
20
Abu Ahmadi, Op Cit, halaman. 18
39
Prof. Dr. Zakiyah Darajat menyelaskan sebagai berikut :
Suatu faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral
anak-anak muda adalah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu
luang dengan cara yang baik dan sehat.21
Usia muda adalah usia yang paling labil, seandainya dalam usia ini
anak di biarkan tanpa ada bimbingan dalam mengisi waktu yang luang akan
banyak luang waktu yang di sia-siakan oleh anak dengan aktifitas-aktifitas yang
tidak berguna seperti melamun serta melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
berguna.
Ad.e. Bimbingan sosial
Bimbingan ini bertujuan untuk memudahkan masalah atau problema
yang dialami oleh seseorang dalam hubungannya dengan situasi masyarakat,
sehingga individu mendapat penyesuaian yang sebaik-baiknya dalam
lingkungan sosialnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak permasalahan-permasalahan
yang akan timbul. Situasi dan kondisi masyarakat yang hetrogen menuntut
manusia untuk pandai-pandai beradaptasi dengan masyarakat tersebut. Dan
masing-masing individu pun tidak sama cara dan waktu adaptasinya, ada yang
40
mudah dan lancar dalam beradaptasi serta ada yang sulit beradaptasi, hal ini
memerlukan adanya bantuan kepada hal tersebut.
Demikian pula dengan siswa disekolah, banyak siswa yang mampu dan
menguasai dalam segala pelajaran, akan tetapi ia tidak atau kurang mampu
untuk bergaul dengan teman-temannya. Hal demikian menunjukkan bahwa
siswa tersebut memerlukan bimbingan sosial yakni suatu bantuan yang
diberikan kepada individu untuk menghadapi dan memecahkan
kesulitan-kesulitannya dalam masalah sosial. Dengan jenis bimbingan ini
diharapkan siswa yang bersangkutan dapat menyesuaikan diri kepada
lingkungannya dengan sebaik-baiknya.
Ad.f. Bimbingan pribadi.
Dengan jenis bimbingan ini petugas bimbingan memberikan bantuan
kepada individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai
akibat dari kurangnya kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan
aspek-aspek perkembangan keluarga persahabatan, belajar, cita-cita, konflik
pribadi, sosial, pekerjaan dan lain sebagainya.
Jadi bimbingan ini berlangsung antara pembimbing dengan seorang
obyek bimbingan dengan maksud bersama-sama mencari jalan keluar dari error
21
Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, Membina Nilai Moral di Indonesia, PT
Bulan Bintang, Jakarta, 1977, halaman. 18
41
atau kesalahan yang dilakukan. Dan bimbingan pribadi ini seperti bimbingan
keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya.
5. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan
Dalam melaksanakan bimbingan di sekolah petugas bimbingan
sekurang-kurangnya harus :
1. Mengenal pribadi siswa dengan segala aspek dan latar belakangnya
2. Membantu memberikan berbagai keterangan yang diperlukan oleh
setiap murid tentang pemecahan masalah.
3. Membantu memecahkan kesulitan-kesulitan atau masalah pribadi
murid secara individuil.
4. Menempatkan murid pada tempat yang memadai sesuai dengan
keadaan dirinya.
5. Menempatkan penilaian dan perbaikan terhadap program bimbingan
itu sendiri.22
Sesuai dengan keharusan diatas, maka dalam melaksanakan bimbingan
dan penyuluhan diberikan berbagai pelayanan. I. Djumhur mengelompokkan
pelayanan-pelayanan bimbingan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data tentang murid
2. Pemberian penerangan
3. Penempatan
4. Pengajaran
5. Penilaian dan penelitian.23
Ad.1. Pengumpulan data tentang murid
Pengumpulan data dalam program bimbingan adalah suatu kegiatan
untuk mencari dan mengumpulkan data selengkap lengkapnya tentang diri
murid dan lingkungannya. Keberhasilan memberikan layanan banyak ditentukan
22
I Djumhur dan Muh Surya, Op Cit, halaman. 39
42
oleh informasi tentang diri murid dan lingkungannya, dengan kata lain, hanya
dengan data yang lengkap dan akurat petugas pelayanan bimbingan dan
penyuluhan dapat memberikan bantuan kepada individu sesuai dengan sifat dan
masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, pengumpulan data tentang diri
murid dan lingkungannya merupakan langkah awal dalam proses pemberian
layanan atau bantuan.
Ad.2. Pemberian penerangan
Yang dimaksud dengan pemberian penerangan adalah suatu kegiatan
dalam rangka pemberian keterangan yang sejelas-jelasnya kepada pihak-pihak
yang memerlukan, sesuai dengan permasalahannya. Kegiatan pemberian layanan
penerangan antara lain meliputi penerangan, pendidikan, pekerjaan,
perkembangan dan keterangan lainnya.
Ad.3. Penempatan
Yang dimaksud dengan pelayanan penempatan adalah untuk membantu
individu dalam mendapatkan suatu tempat atau posisi yang sesuai dengan
keadaan yang bersangkutan, baik itu dari segi minat, bakat dan kemampuan
serta cita-citanya. Kegiatan pelayanan ini meliputi : penempatan jurusan,
penempatan dalam kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat murid.
Ad.4. Pengajaran
Yang dimaksud pelayanan pengajaran adalah pemberian bantuan kepada
murid dalam menghadapi dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang
23
Ibid, halaman. 40
43
berhubungan dengan pengajaran. Kegiatan ini misalnya membantu siswa dalam
menggunakan alat pengajaran, laboratorium dan lain sebagainya.
Ad.5. Penilaian dan penelitian
Program bimbingan yang dilaksanakan agar menjadi baik dan selalu
mengalami kemajuan, maka dalam program bimbingan perlu adanya penelitian
dan penilaian. Dengan melaksanakan penelitian dan penilaian, maka petugas
bimbingan akan dapat mengetahui kekurangan dan kebaikan dari
masing-masing program yang dilaksanakan. Dan atas hasil penelitian dan
penilaian ini, seharusnya dilakukan perbaikan-perbaikan program selanjutnya.
6. Tehnik Bimbingan dan Penyuluhan
Kegiatan bimbingan yang ditekankan pada dua aspek, yakni aspek
pemahaman dan aspek pemberian bantuan.24
Aspek pemahaman merupakan kegiatan memahami individu dan aspek
pemberian bantuan merupakan kegiatan yang mengikutinya. Kemudian langkah
–langkan pokok dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan adalah :
1. langkah identifikasi kasus
2. langkah diagnosa
3. Langkah prognosa
4. Langkah terapi
5. Langkah Evaluasi Dan follow up.25
Ad.1. Langkah identifikasi kasus
24
Ibid, halaman. 22
44
Pada langkah identifikasi kasus ini konselor berusaha untuk
menemukan individu yang mengalami saudara problema, misalnya problema
kesulitan dalam belajar, kesulitan dalam menyesuaikan diri, konflik-konflik dan
lain lain. Dalam identifikasi kasus ini mungkin konselor mengadakan observasi
sendiri atau mungkin informasi dari orang lain seperti guru, teman-teman serta
keluarga.
Ad.2. Langkah diagnosa
Dalam hal ini konselor mengadakan suatu perkiraan tentang apa kasus
yang sedangkan dihadapi individu, untuk selanjutnya mengadakan pengenalan
terhadap segala aspek dan latar belakang kehidupannya. Untuk itu diadakan
pengumpulan data.
Data dari individu yang dikumpulkan adalah :
a. Identitas Pribadi
b. Data tentang kesehatan baik jasmani maupun rohani
c. Data tentang proses perkembangan
d. Data tentang kecerdasan, bakat, minat, dan cita-cita
e. Data tentang kegiatan baik dalam sekolah maupun di luar sekolah.
f. Data tentang riwayat pendidikan, kemajuan belajar
g. Data tentang interaksi sosial
h. Data tentang lingkungan baik lingkungan keluarga atau lingkungan
masyarakat.26
Ad.3. Langkah prognosa
25
I. Djumhur, Op Cit,halaman. 104
26
M. As’ad Djalali, diktat Kuliah Tehnik-tehnik Bimbingan dan
Penyuluhan, KAHMI, Jember, 1980, halaman. 7
45
Setelah data individu dalam segenap aspek dan latar belakang
kehidupannya, untuk selanjutnya konselor dapat menentukan apa sebenarnya
kasus yang sedang dihadapi klien serta dari mana kira-kira timbul faktor-faktor
penyebabnya. Kemudian konselor menentukan tentang jenis bimbingan yang
sebaiknya diberikan.
Ad.4. Langkah terapi
Dengan adanya suatu diagnosa tadi, konselor mulai mengadakan suatu
bimbingan dan penyuluhan. Langkah inilah yang merupakan langkah
penyembuhan suatu penyelesaian terhadap problema yang dihadapi oleh
kliennya.
Ad.5. Langkah Evaluasi Dan follow up.
Setelah pelaksanaan bimbingan selesai, maka bimbingan mengadakan
suatu evaluasi, apakah hasil bimbingannya sudah memenuhi harapan atau masih
belum. Kalau ternyata bimbingan belum berhasil dengan baik, maka bimbingan
mungkin akan dimulai lagi. Dan apabila bimbingan telah berhasil dengan baik
dan problema dari klien telah terpecahkan, lalu diusahakan tindakan lebih lanjut
dari pembimbing agar supaya problema dari klien tadi tidak kambuh lagi dan
klien tidak mengalami atau menjumpai problema baru.
Adapun tehnik yang digunakan dalam bimbingan dan penyuluhan
secara garis besarnya ada dua macam, yaitu :
1. Tehnik bimbingan kelompok ( Group guidance ) dan
46
2. Tehnik bimbingan individual ( individual guidance)27
1) Tehnik bimbingan kelompok ( Group guidance )
Bimbingan kelompok ini dimaksudkan untuk membantu murid dalam
mengatasi persoalan-persoalan dengan cara pemecahan melalui kegiatan
kelompok. Adapun bentuk-bentuk tehnik bimbingan kelompok adalah sebagai
berikut :
a. Home room program
b. Karya wisata
c. Diskusi kelompok
d. Kegiatan kelompok
e. Organisasi murid
f. Sosiodrama
g. Prikodrama
h. Remidial teaching.28
a. Home room program
Seperti yang dijelaskan oleh Abu Ahmadi bahwa :
Suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat
mengenal murid dengan lebih baik sehingga dapat membantunya secara
efisien.29
Kegiatan home room program dilaksanakan di luar jam pelajaran untuk
membicarakan hal-hal yang dianggap perlu. Namun demikian kegiatan ini
27
I. Djumhur dan Muh Surya, Op Cit, halaman. 106
28
Ibid, halaman. 107
29
Abu Ahmadi, Op Cit, halaman. 110
47
dilakukan dalam kelas. Dalam kegiatan ini, situasi kelas diciptakan menjadi
situasi yang bebas dan menyenangkan. Dengan situasi yang demikian,
diharapkan murid akan mengungkapkan perasaannya seperti di rumah.
b. Karya wisata
Karya wisata memberikan kesempatan pada diri murid untuk meninjau
dan mendapatkan informasi yang baik tentang suatu obyek. Selain dari itu karya
wisata memberikan kesempatan untuk mendapatkan penyesuaian di dalam
kelompok, misalnya kerjasama, rasa tanggung jawab dan lain sebagainya.
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid dapat secara
bersama-sama mengutarakan masalahnya, mengutarakan usul-usulnya dan
saling menanggapi diantara satu dengan yang lainnya, dalam rangka pemecahan
permasalahan yang dihadapi.
d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok ini merupakan salah satu tehnik yang baik dalam
bimbingan.30
Tehnik ini memberi kesempatan bagi individu yang dibimbing untuk
dapat merencanakan sesuatu dan mengerjakan secara bersama-sama dalam satu
kelompok. Kegiatan ini juga mengembangkan daya pikir kerjasama dan rasa
tanggung jawab.
48
e. Organisasi murid
Organisasi murid bisa di manfaatkan sebagai suatu tehnik dalam
pelaksanaan bimbingan melalui banyak masalah-masalah yang sifatnya
individual ataupun kelompok dapat terpecahkan.31
Dalam organisasi masing-masing individu mengenal berbagai aspek
kehidupan sosial, dapat mengembangkan bakat kepemimpinan disamping
memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.
f. Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu tehnik dalam bimbingan untuk memecahkan
masalah sosial yang dihadapi oleh individu dengan jalan bermain peran.32
Dalam hal ini individu memerankan suatu peran tertentu dari suatu
gambaran situasi sosial yang sedang mereka hadapi.
g. Prikodrama
Yang dimaksud dalam psiko drama adalah dimana masing-masing
individu diarahkan untuk memahami apa yang dilakukan dalam sosiodrama
serta membandingkan dengan kenyataan dalam masyarakat yang pada akhirnya
masing-masing individu tersebut di arahkan untuk memahami permasalahan
tersebut dengan sendirinya.
30
I. Djumhur dan Moh. Surya, Op Cit, halaman. 108
31
Abu Ahmadi, Op Cit, halaman. 112
32
M. As’ad Djalali, Op Cit, halaman. 112
49
h. Remidial teaching
Karena dari sekian program tidak bisa diterapkan, maka petugas
bimbingan hendaknya tiada henti-hentinya melakukan hal yang sama dan obyek
yang sama yaitu melakukan remidial serta mengadakan sortir permasalahan
yang dihadapi oleh siswa yang sangat bandel. Untuk itu petugas bimbingan
harus melakukan Remidial Teaching.
2) Tehnik bimbingan individual ( individual guidance)
Tehnik bimbingan individu atau Individual Guidance dapat dilakukan di
mana saja dan di kondisikan dengan keadaan, serta berat ringannya
permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Tehnik ini sebenarnya tidak jauh dari tehnik bimbingan kelompok
dalam memecahkan permasalahan bimbingan dan konseling.
B. TINJAUAN TENTANG MINAT BELAJAR
1. Pengertian Minat Belajar
Pengertian minat belajar bagi siswa adalah merupakan suatu hal yang
perlu di kupas lebih lanjut penggalan kata dari dua kata minat dan belajar, minat
belajar adalah sesuatu yang ada di dalam hati manusia dalam
mengaplikasikannya berbentuk kegiatan menambah ilmu pengetahuan, minat
sangat kompleks sekali dan harus dipandang dari berbagai sisi atau sudut
pandang.
50
Pengertian minat sendiri adalah :
Minat adalah : perhatian, kesukaan ( kecenderungan hati kepada
sesuatu) hal yang mengenai keinginan.33
Sedangkan Pengertian minat belajar ditinjau dari segi bahasa adalah :
Hasrat/semangat dalam berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya
mendapatkan suatu kepandaian.34
Sedangkan belajar ditinjau dari segi istilah, para ahli memberikan
pengertian yang berbeda-beda menurut pendapatnya masing-masing. Diantara
pendapat para ahli tersebut dapat penulis kemukakan sebagai berikut :
a. Menurut pandangan tradisional bahwa yang dimaksud dengan minat belajar
adalah:
Keinginan/hasrat dalam berusaha untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan. “pengetahuan” mendapat tekanan penting oleh sebab
pengetahuan memegang peranan utama dalam hidup manusia.
pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang banyak memiliki
pengetahuan, maka dia akan mendapat kekuasaan. Dan siapa yang
kosong pengetahuannya atau bodoh, maka dia akan dikuasai orang
lain.35
33
Porwodarminto Wjs, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1982, halaman. 650.
34 Ibid, halaman. 108.
35
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Alumni, Bandung 1986,
Halaman. 40.
51
b. Menurut pandangan modern, bahwa yang dimaksud dengan minat belajar
adalah sebagai berikut :
Suatu keinginan dalam melakukan perubahan tingkah laku berkat
interaksi dengan lingkungan. Seseorang menyatakan kegiatan belajar
setelah Ia memperoleh hasil, yakni tingkah laku. Misalnya, dari tidak
tahu menjadi tahu; dari tidak mengerti menjadi mengerti, dsb. Pada
hakekatnya perubahan tingkah laku itu adalah perubahan kepribadian
pada diri seseorang. Tingkah laku mengandung pengertian luas,
meliputi segi jasmaniah (strukturil) dan segi rohaniah (fungsional) yang
keduanya saling berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku ini
terdiri dari beberapa aspek yang meliputi: pengetahuan, pengertian,
sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani,
hubungan sosial dan lain-lain.36
c. Menurut Hilgard perubahan tersebut bisa dikatakan sebagai hasil belajar
apabila perubahan itu dihadapkan melalui latihan sebagaimana dijelaskan
dibawah ini.
Want to learning is the process which as activity originates or is
changed thought training procedures (weather in as distringuished from
changes by factors not attributable to training. Minat Belajar adalah
suatu proses yang melahirkan atau yang mengubah sesuatu kegiatan
melalui atau jalan latihan (apakah dalam laboratoriaum atau dalam
lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor yang termasuk latihan. Misalnya perubahan karena mabuk atau
minum ganja bukan termasuk hasil Minat belajar.37
Dari keterangan Hilgard di atas menunjukkan bahwa bukan semua
perubahan yang terjadi pada diri seseorang termasuk pengertian belajar,
36
Ibid. Halaman. 41
37
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jemmar, Bandung, 1986,
halaman . 39.
52
perubahan-perubahan pada bayi bukan termasuk belajar tetapi karena
kematangan. Perubahan pada diri seseorang yang dapat dikatakan sebagai hasil
belajar apabila perubahan itu diperoleh karena individu yang bersangkutan
berusaha untuk melakukannya, dan tidak bisa dikatakan dikatakan sebagai hasil
belajar jika minat tersebut hanya sekedar hasrat atau keinginan dan tidak di
aplikasikan atau di praktekkan sama sekali.
d. Menurut Whitherington dalam bukunya Educational Psichology, menyatakan
minat belajar adalah :
Suatu proses keinginan dalam melakukan perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau
pengertian.38
e. Menurut Prof. Dr. S. Nasution Minat belajar adalah :
Suatu proses yang menimbulkan kelakuan atau mengubah kelakuan
lama sehingga seseorang lebih mampu menghadapi situasi-situasi
dalam kehidupannya.39
f. Menurut Winarno Surachmad dalam bukunya Pengantar Interaksi Belajar
Mengajar, menyatakan bahwa :
Minat Belajar adalah hasrat untuk mengalami, mengalami berarti
mengahayati sesuatu yang aktual, penghayatan mana akan
menimbulkan respons-respons tertentu dari pihak murid, pengalaman
38
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Karya CV,
Bandung, 1987, halaman. 86.
39
Ach. Bahar, Moh. Suhri Saleh, Penuntun Praktis Cara Belajar dan
Mengajar, CV. Karya Utama, Surabaya, (tt) halaman. 8.
53
yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan (pematangan,
pendewasaan) pola tingkah laku, perubahan didalam sistem nilai,
didalam perbendaharaan konsep-konsep (pengertian), serta di dalam
kenyataan.40
g. Menurut aliran psikologi assosiasi, bahwa Minat belajar adalah :
Usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Peristiwa belajar
dipandang sebagai peristiwa untuk menghadapi masalah-masalah
berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah ada. Orang mendapatkan
hubungan antara tanggapan-tanggapan dengan obyek yang
dipecahkan.41
h. Menurut aliran Psikologi Koneksionisme, bahwa Minat belajar adalah :
Usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan reaksi.
Menurut ajaran koneksionisme orang belajar karena menghadapi
suatu problem solving, kemudian individu tersebut menghadapi
mengadakan reaksi terhadap stimulus. Bila reaksi itu berhasil, maka
terjadi hubungan antara reaktion dan stimulus, maka terjadi pulalah
peristiwa belajar.42
i. Menurut aliran Psikologi gestald, bahwa belajar adalah :
Seorang belajar jika ia mendapatkan insight, insight itu diperoleh bila
ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu,
sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan dengan demikian
memecahkan masalah .43
40
Winarno Surahmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Tarsito,
Bandung, 1984, halaman. 67.
41
Achmad Wiherno Susanto, Saripati Kuliah II Pengantar Psikologi
Pendidikan, IAIN Supel Fak. Tar. Malang1988, halaman. 61.
42
Ibid, halaman. 60
43
S. Nasution, Op - Cit, halaman. 45 - 46
54
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat dikemukakan tentang adanya
beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang Minat belajar
yaitu:
Minat Belajar merupakan suatu Keinginan dalam melakukan
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada
tingkah laku yang lebih buruk.
Minat Belajar merupakan suatu perubahan melalui latihan atau
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti:
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
Untuk disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang,
berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit untuk ditentukan dengan pasti,
tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun. Ini berarti harus
dikesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
motivasi, kelelaan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang
biasanya hanya berlangsung sementara.
55
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti
perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, berfikir ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Kalau kita simpulkan difinisi-definisi tersebut dan definisi-definisi
yang lain, maka penulis dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Minat Belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
seseorang yang belajar baik aktual maupun potensial
2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang
berlaku secara konstan atau menetap atau relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena adanya unsur usaha (dengan sengaja).
Selain dari pendapat para ahli diatas juga dapat digali dalam Al-Qur’an
tentang pentingnya belajar karena manusia sejak dilahirkan belum memiliki
pengetahuan dan ketrampilan kecuali fitrah sebagaimana termaktub dalam Surat
Al-Mujadalah ayat 11:
Artinya:
56
... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.44
Dengan mempertimbangkan ayat-ayat diatas maka pengertian belajar
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Belajar adalah interaksi yang aktif antara potensi-potensi manusia
(pendengaran, penglihatan dan hati atau perasaan dan pikiran) dengan
lingkungannya baik berupa manusia atau alam semesta dengan segala
kejadiannya, dengan disengaja, yakni sengaja menggunakan potensi-potensi
yang ada pada dirinya tadi, sehingga menghasilkan perubahan-perubahan berupa
pengetahuan, pemahaman, pengertian, ketrampilan maupun nilai-nilai sikap
sehingga manusia lebih menuju kearah kesempurnaan (tidak sama dengan orang
yang tidak mengetahui) dan dapat mencapai suatu ketinggian derajat.
Manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui apa-apa, namun oleh
Allah dibekali dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia baik
jasmaniah maupun rohaniah. Dengan menggunakan potensi-potensi itu maka
manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Menggunakan potensi-potensi itu diantaranya adalah dengan jalan
membaca “ber iqra”. Pengertiannya membaca adalah bisa berupa membaca
44
Ibid Halaman 911
57
ayat-ayat yang tergelar (kauniyah). Ayat-ayat kauniyah adalah alam yang
tergelar dengan semua kejadian-kejadiannya. Dengan demikian pengertian
membaca disini bisa berupa riset atau penelitian, observasi,
penyelidikan-penyelidikan maupun eksperimen-eksperimen. Kemudian dengan
itu semua manusia bisa mendapat pengetahuan, pemahaman, penglihatan
ketrampilan dan lain sebagainya yang membawa manusia kearah kesempurnaan
dan dapat mencapai suatu ketinggian derajat.
Pengertian belajar menurut pengertian Al-Qur’an ini yang jelas tidak
lepas dengan nilai-nilai ilahiah atau keimanan, karena membaca konteknya
tidak lepas dengan “ Iqra ” sehingga pemahaman kentektualnya, belajar tidak
lepas dengan nilai keimanan sebagai naluri manusia. Demikianlah konsep
belajar yang penulis ajukan dengan menunjuk beberapa ayat Al-Qur’an,
sehingga penulis dapat merumuskan pengertian belajar sebagaimana telah
diuraikan diatas.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
Belajar tidak selamanya berjalan dengan baik dan lancar karena
labilnya minat, sehingga tidak tertutup kemungkinan akan prestasi belajar
terhambat dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang akibatnya prestasi belajar
rendah, bahkan bisa terjadi suatu kegagalan.
58
Berbagai pendapat banyak dilontarkan oleh para ahli mengenai apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam mencapai hasil belajarnya.
Diantara pendapat para ahli tersebut dapat penulis kemukakan sebagai
berikut :
a) Drs. Sumadi Suryabrata. MA, dalam bukunya Psikologi Pendidikan
menyatakan bahwa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar itu banyak sekali
macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Untuk
memudahkan pembicaraan dapat diklasifikasikan demikian :
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar, dan masih digolongkan menjadi
dua golongan dengan catatan bahwa over lapping tetap ada yaitu :
- Faktor-faktor sosial
- faktor-faktor non sosial
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri atau pelajar, dan inipun
dapat digolongkan menjadi dua bagian :
- Faktor-faktor Psikologis
- Faktor-faktor fisiologis45
Yang penjelasannya sebagai berikut :
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri si pelajar yang meliputi :
a). Faktor-faktor sosial
Adapun yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor
manusia, karena seseorang yang belajar tidak lepas dari seorang yang tidak ada
kaitannya. Sebab orang lain pun mempengaruhi seseorang diantaranya :
(1) Guru
59
Tugas guru yang utama adalah mendidik dan mengajar siswa menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu guru harus memiliki
sikap dan pribadi yang patut menjadi teladan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Al Ghozali sebagai berikut :
Mengharuskan para guru-guru memiliki adab yang baik karena
anak-anak selalu melihat gurunya sebagai contoh yang harus diikutinya
yang mana hal ini harus di insyafi para guru. Mata para murid selalu
tertuju padanya dan telinga mereka selalu mendengarkan tentang
dirinya, maka bila ia anggap sesuatu itu baik, berarti baik pula disisi
mereka dan apa yang dianggap jelek berarti jelek pula ia pada mereka.46
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diambil pengertian misalnya
cara berpakaian, pilihan warna harus serasi, sebab murid sangat kritis terhadap
pesan dari luar ini.
Demikian pula terhadap perbuatan dan tabiat guru hendaklah
menampilkan diri sebagai guru yang baik dihadapan para siswa maupun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan
kemahiran dalam seni bergaul dan seni mempengaruhi, lebih khusus lagi dalam
hubungan insani.
(2) Orang Tua
Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang sangat penting
bahkan dapat dikatakan sebagai faktor dominan dalam menentukan sukses dan
45
Sumadi Surya Brata, Psikoogi Pendidikan, PN CV Rajawali,
Jakarta, 1989, halaman. 249.
60
tidaknya belajar. Orang tua (ayah dan ibu) selaku pendidik dan pengajar atau
guru alamiah dapat melakukan kewajibannya sebagai pengajar, sebagai guru
(pendidik), berkat kewibawaan yang ada padanya. Ada kekuatan batin yang
memancarkan pengaruh disebabkan berbagai faktor seperti : Umur yang lebih
tinggi, pengalaman yang lebih luas, pengetahuan yang labih mendalam,
kepercayaan terhadap diri sendiri yang lebih mantap. Dalam hal ini orang tua
memainkan peranan sebagai pendisiplin, pembangkit minat belajar, orang tua
mengajar anak-anak tentang moral. Nilai-nilai tradisi dan cita-cita masyarakat
dimana dia dibesarkan, orang tua mengajarkan hal ini dengan memberikan
hadiah bila anak-anak mengerjakan yang benar dan menghukumnya bila
anak-anak mengerjakan yang salah. Hal demikian ini disebabkan intensif dan
tidaknya belajar dipengaruhi oleh orang tua yang di rumah. Adapun yang
termasuk dalam faktor ini yaitu kasih sayang orang tua terhadap anak dan
dorongan terhadap anggota keluarga yang kesemuanya itu banyak membentuk
anak sukses dalam belajar. Kadang-kadang malah sebaliknya, apabila kedua
faktor itu keliru menerapkannya seperti yang dikatakan oleh Drs. Akhmad D
Marimba yaitu :
46
H.M. Arifin M.ED., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di
lingkungan sekolah dan keluarga, Bulan Bintang , Jakarta, 1976, halaman. 27
61
Kasih sayang salah ditempatkan dan salah digunakan akan
mengakibatkan akan terus tergantung pada pendidik.47
Dalam hal ini sukarlah bagi sianak untuk mendapatkan kesempatan
mencoba kesanggupannya sendiri. Selain dari itu kasih sayang orang tua maka
perlu juga menciptakan ketenangan situasi rumah. Situasi yang harmonis
keluarga mendorong untuk melakukan kebaikan.
(3) Murid atau teman sebaya
Juga sebagai faktor sosial yang menyebabkan atau mempengaruhi
keberhasilan belajar adalah faktor masyarakat dan teman sebaya dengan siapa
belajar mengadakan kegiatan diluar sekolah dan keluarga, positif atau negatif
pengaruh yang diberikan kelompok ini terhadap kemajuan belajar siswa
kaitannya dengan jenis dan jumlah kegiatan yang dilakukan oleh mereka.
Apabila mereka banyak kegiatan yang bersifat non pendidikan misalnya
kegiatan sosial dan rekreasi, maka akan mengurangi dan menghambat kemajuan
atau keberhasilan belajar mereka, demikian juga sebaliknya.
b) Faktor-faktor non sosial
Faktor-faktor non sosial disini dimaksudkan bukan manusia, dan
jumlahnya banyak sekali dan penulis golongkan menjadi :
47 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT.
Al-Ma’arif, Bandung, 1974, halaman. 36.
62
(1) Keadaan alam seperti tempat belajar yang menyenangkan, cukup udara,
sinar matahari, dan penerangan yang memadai.
(2) Alat-alat perlengkapan misalnya buku bacaan, alat tulis menulis, alat peraga
dan sebagian kita sebut alat-alat pelajaran, gedung dan sebagainya.
(3) Cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis
dan terarah sesuai dengan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai
tujuan belajaragar memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
baik, teratur dan terencana.
Semua faktor yang telah disebutkan diatas dan faktor-faktor yang lain
yang belum penulis sebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat
membentuk proses belajar mengajar secara maksimal yang efeknya minat
belajar siswa dapat maksimal.
b. Faktor-faktor yang berasal dari diri sipelajar meliputi :
1. Faktor-faktor psikologis
Secara garis besar faktor-faktor ini masih perlu perhatian khusus
kepada salah satu hal yaitu, hal yang mendorong aktifitas belajar itu, hal yang
merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Ada beberapa pendapat
tentang motif anak belajar, diantaranya adalah:
Prof. Dr. S. Nasution, MA. dalam bukunya didaktik asas-asas mengajar,
menyatakan bahwa motif atau sebab anak belajar adalah :
63
1) Ia belajar karena ia didorong oleh keinginan untuk mengatahuinya.
2) Ia belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas, dan
mendapat ijazah. Dalam hal ini belajar ia didorong oleh motivasi
intrinsik yakni ia ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam
perbuatan belajar.
Dalam belajar telah terkandung didalam perbuatan belajar, tujuan
menambah pengetahuan sebaliknya bila seseorang belajar untuk
mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diplomasi dan sebagainya
didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh sebab tujuan –tujuan itu terletak
diluar perbuatan itu yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu
sendiri.48
Sedang Arden N. Frandsen mengatakan bahwa :
Hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagi berikut :
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas.
(2) Adnya sifat dunia kreatif yang ada pada m anusia dan keinginan
untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpatik dari orang tua, guru
dan teman-teman.
(4) Adanya usaha untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada pelajaran.49
Dari dua pendapat tentang motivasi belajar tersebut diatas dapat penulis
tegaskan bahwa pada garis besarnya motivasi atau minat atau hal yang
mendorong anak belajar itu ada dua macam yaitu :
48
S. Nasution , O p – C i t, halaman. 80
49
Sumadi Suryabrata, O p – C i t, halaman. 253
64
Motivasi instrinsik yaitu aktivitas belajar berdasarkan suatu
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan belajar. Misalnya seseorang
belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah.
Motivasi ekstrinsik yaitu aktifitas belajar berdasarkan dorongan
yang tidak mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar. Misalnya rajin belajar
karena sekedar agar bisa berteman dengan seseorang yang sedang belajar, dan
lain sebagainya.
Adapun pengaruh atau peranan dari motivasi ini secara umum adalah
memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Sehingga siswa yang
bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi umtuk melakukan kegiatan
belajar pula.
Dalam ajaran Islam istilah yang identik dengan motivasi adalah niat.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, mengenai hal niat sebagi berikut:
Artinya:
“...Sesungguhnya sah atau tidak nya suatu amal, tergantung pada niat,
dan yang teranggap bagi tiap orang apa yang ia niatkan ...”
( H. R. Buchori Muslim )50
65
Hadist Nabi diatas berhubungan dengan pelurusan pengaturan dan
pembentukan motivasi. Disamping itu menunjukan betapa pentingnya peranan
motivasi atau niat dalam setiap amal perbuatan. Motivasi yang tepat akan
menetukan hasil suatu perbuatan secara essensial.
2. Faktor-faktor fisologis
Selain dari faktor psikologis masih ada faktor yang lain yang
mempengaruhi belajar yang berasal dari dalam diri si pelajar. Faktor fisiologis
ini dapat dibedakan menjadi :
(1) Keadaan jasmani pada umumnya.
(2) Keadaan panca indra.
Hal ini didukung pernyatan Drs. Sumadi Surya Brata dalam bukunya
Psikologi Pendidikan sebagai berikut :
Faktor-faktor fisiologis masih dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
(1)Tonus jasmaniah pada umumnya, dan
(2)Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.51
ad. (1) Keadaan jasmani pada umumnya
Keadan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi
aktivitas belajar keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya
denganjasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
50
An Nawawy, Abu Zakariyah bin Saraf, Riadlus Sholihin,
terjemahan oleh Salim Bahraisy, PT Al Ma’arif, Bandung, 1981. Halaman. 11
66
dengan jasmani yang tidak lelah. Dalam masalah ini ada dua hal; yang perlu
diperhatikan yaitu:
(1) Makanan harus cukup gizi, karena kekurangan gizi akan berpengaruh
terhadap keadaan jasmani. Pengaruh tersebut berupa antara lain kelesuan,
lekas mengantuk, lekas lelah dan sebagainya.
(2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit
seperti influenza, batuk, sakit gigi dan yang sejenis dengan itu biasanya
diabaikan, karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan
perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit ini
dapat mengganggu aktivitas belajar.
ad. (2). Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu atau panca indra.
Panca indra dapat diakatakan sebagai pintu gerbang pengetahuan
seorang. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan menggunakan
panca indra. Pendek kata semua pengetahuan diterima seseorang melelui panca
indra. Dalam sistem persekolahan di Indonesia dewasa ini, diantara panca indra
yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga oleh
karena itu adalah kewajiban setiap pendidik untuk menjaga agar panca indra
anak didiknya berfungsi dengan baik, baik pengajaran yang bersifat prefentif
maupun yang bersifat kuratif.
51
Sumadi Suryabrata, Op – cit, halaman. 251.
67
b. Drs. Achmad Wiherno Susanto dalam sari pati kuliah II “Pengantar Psikologi
Pendidikan”, menyatakan bahwa :
Faktor-faktor dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi belajar ada
14 faktor, yaitu :
1. Kemampuan pembawaan
2. Kondisi psikis belajar
3. Kondisi psikis anak
4. Sikap terhadap guru
5. Kemauan belajar
6. Sikap murid terhadap mata pelajaran
7. Pengetian tentang kemajuan mereka sendiri
8. Bimbingan
9. Ulangan
10. Latihan mempergunakan bahan yang telah dipelajari
11. Metode belajar
12. Spreading efford ( Usaha terpencar )
13. Ingatan
14. Faktor umum52
Dengan uraian sebagai berikut :
1) Kemampuan pembawaan
Di dunia ini masing-masing orang mempunyai kemampuan dan tidak
ada dua orang yang kemampuannya sama. Setiap individu mempunyai potensi
abilitas sendiri-sendiri dan kemampuan lebih akan lebih mudah dan lebih cepat
belajarnya dari pada anak yang kemampuan pembawaannya kurang. Tetapi
kemampuan pembawaan ini bukan satu-satunya faktor yang dominan dalam
52
Ahmad Wiherno susanto, O p – C i t, halaman. 64
68
belajar. Dengan banyak mengadakan latihan-latihan misalnya dengan mengatasi
kemampuan pembawaan yang lemah.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam bahwa :
Bakat manusia itu telah ditetapkan Tuhan sejak dalam kandungan ibu,
akan tetapi dengan melalui pendidikan bakat tersebut dapat dibimbing
dalam perkembangannya. 53
2) Kondisi fisik belajar
Jiwa yang sehat terletak pada badan yang sehat, demikian kata pepatah,
jasmani yang sedang sakit-sakitan juga merupakan penghambat terhadap proses
belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata bahwa :
“Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya
dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan
gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak
kurang gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan tidak mudah
menerima pelajaran “.54
Dengan demikian maka dapat diambil suatu pengertian bahwa badan
yang sehat dapat mendorong siswa untuk lebih giat.
3) Kondisi Psikis Anak.
53
H.M. Arifin M. ED. O p – C i t, halaman. 37
54
Sumadi Surya Brata, Proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi,
And Offset, Yogyakarta, 1983, halaman 10.
69
Kondisi Psikis anak harus dijaga supaya tetap stabil dan dengan
kondisi yang stabil tersebut akan berpengaruh baik terhadap prestasi belajar
anak. Lain halnya dengan kondisi yang labil akan cenderung berpengaruh jelek
terhadap prestasi belajar anak.
4) Kemauan belajar.
Adanya kemauan akan mendorong belajar anak dan meningkatkan
prestasi belajarnya. Lain halnya dengan anak yang tidak mempunyai kemauan
belajar, prestasinya tentu tidak ada peningkatan dan bahkan mengalami
penurunan. Kemauan belajar ini sangat erat hubungannya dengan cita-cita anak
dan masing-masing anak mempunyai cita-cita yang berbeda.
5) Sikap terhadap guru
Murid yang benci akan gurunya tidak akan lancar proses belajarnya,
sebaliknya murid yang suka terhadap gurunya akan membantu proses belajarnya
dan peningkatan prestasi belajarnya.
6) Sikap murid terhadap mata pelajaran.
Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari daripada yang
kurang disenangi, mata pelajaran yang kurang disenangi tergantung pada
berbagai faktor, antara lain : metode penyajian yang kurang menarik, adanya
kegagalan murid dalam menghadapi mata pelajaran, dan sebaginya.
7) Pengertian tentang kemajuan mereka sendiri.
70
Dengan adanya pengertian akan kemajuan dan kemunduran dapat
mendorong anak untuk lebih giat belajar. Salah satu cara untuk mengetahui hal
ini adalah dengan membuat "“Kurve Belajar "“ sebaliknya tiap anak membuat
kurvenya sendiri untuk setiap tahun pelajaran.
8) Bimbingan
Didalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan
dimaksudkan untuk mencegah kesalahan-kesalahan yang diperbuat anak dalam
belajar. Usaha belajar yang tidak terpimpin/kacau dan selanjutnya agar tidak
menimbulkan rasa putus asa yang menghambat efektifitas belajar anak.
9) Ulangan
Ulangan adalah elemen yang vital untuk mengukur kemajuan dan
kelemahan belajar yang akan mempengaruhi kegiatan usaha belajar.
Pelajar harus mengetahui hasil ulangan-ulangan dan harus pula
mendiskusikan kesalahan-kesalahan yang diperbuat agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan lagi.
10) Latihan mempergunakan bahan yang dipelajari
Belajar yang baik bukan hanya verbalisme, tetapi yang penting adalah
dapat menggunakan dan mempraktekkan apa yang telah dipelajari semua teori
hendaknya semaksimal mungkin dapat di praktekkan.
11) Metode belajar.
71
Macam metode yang sering digunakan dalam belajar adalah metode
keseluruhan dan metode sebagian. Metode keseluruhan adalah mempelajari
bahan sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan metode bagian adalah mempelajari
bahan dengan cara membagi bahan atas bagian-bagian. Kombinasi dari kedua
metode tersebut adalah cara yang lebih efektif dari pada salah satu diantara
keduanya.
12) Spreadig Effort ( usaha terpencar )
Belajar akan lebih efektif apabila periode-periode disusun terpencar dan
tidak terpusat pemencaran periode kerja tersebut hendaknya disesuaikan dengan
bahan yang dipelajari dan kemampuan untuk diperhatikan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kelelahan dan kebosanan.
13) Ingatan.
Telah disepakati bahwa manusia disamping mempunyai daya ingat juga
dibekali sifat pelupa, oleh karena itu anak harus mempelajari bahan-bahan
pelajaran dengan sungguh-sungguh sehingga akan lebih lama mengingatnya.
Namun bila belajar secara serampangan, maka dalam waktu yang tidak terlalu
lama pelajaran itu akan hilang dan sulit untuk diingat kembali. Terhadap
masalah ini guru harus sering mengadakan tes secara periodik agar siswa belajar
dengan sungguh-sungguh, makin lama mengingat pelajarannya.
14) Faktor umur.
72
Pada umumnya orang yang masih muda akan lebih mudah untuk belajar
dalam hal menyimpan dan mengingat kembali. apa yang dipirkan oleh orang tua
lebih banyak dibandingkan dengan anak yang masih muda. Hal ini merupakan
salah satu sebab orang muda untuk belajar dibanding dengan orang tua.
Dari kedua pendapat tersebut diatas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar itu kiranya dapat penulis garis bawahi, bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
(1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sipelajar sendiri meliputi, faktor
psikologis dan faktor fisiologis.
(2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar meliputi, faktor sosial dan
faktor non sosial.
Kedua faktor tersebut saling terkait, tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Apabila kedua faktor itu diperhatikan dengan baik, maka minat anak dalam
belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dan memuaskan. Lain
halnya apabila kedua faktor itu kurang diperhatikan atau diabaikan begitu saja,
maka kemungkinan besar minat belajar anak akan menurun dan tentu tidak akan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan atau prestasi belajarnya tidak akan
memuaskan.
C. STUDI TENTANG PENGARUH BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DI MADRASAH
73
TSANAWIYAH NURUL JADID SURODINAWAN KECAMATAN
PRAJURITKULON KOTA MOJOKERTO
Bimbingan dan Penyuluhan mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap minat belajar siswa. Karena tugas bimbingan dan
penyuluhan antara lain adalah selain melayani para klien untuk memecahkan
permasalahannya, klien siswa juga di bangkitkan motivasi belajarnya sesuai
dengan proposi belajar secara normal.
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan
kepada orang lain baik itu secara individu dalam memecahkan segala
kesulitan-kesulitan untuk mengatasinya, agar dapat memahami dirinya,
kemampuan untuk menerima dirinya dan untuk merealisasikan dirinya dengan
lingkungan, keluarga, sekolah ataupun masyarakat, sehingga individu tersebut
dapat memperoleh kesejahteraan hidup lahir bathin.
Bimbingan dan Penyuluhan mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan minat belajar siswa, karena urgensi dari bimbingan dan penyuluhan
adalah usaha untuk membantu orang lain dalam memecahkan problem dalam
arti keseluruhan disebut sebagai usaha penyuluhan, sedang Bimbingan adalah
merupakan sebagian usaha penyuluhan tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kegiataan bimbingan lebih luas dibandingkan dengan kegiatan
penyuluhan, sehingga penyuluhan hanya merupakan bagian dari bimbingan atau
74
dengan kata lain penyuluhan itu merupakan salat satu cara yang dipakai dalam
mengadakan bimbingan.
Bimbingan dan Penyuluhan merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan serta aktifitas manusia, kenyataan dapat menunjukkan bahwa
manusia di dalam kehidupannya sering mengalami dan menghadapi serta
mengatasi persoalan tanpa bantuan orang lain, tetapi tidak sedikit pula manusia
yang tidak mampu mengatasi dalam suatu persoalan-persoalan jika tidak
dibantu oleh orang lain.
Tujuan bimbingan bagi siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul
Jadid Surodinawan Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto adalah :
1. Mengadakan orientasi tentang sistem yang ada pada kegiatan belajar
mengajar ( siswa, orang tua, guru dan wali kelas ).
2. Mengadakan orientasi tentang belajar yang baik.
3. Mengadakan orientasi tentang pemahaman lingkungan (siswa)
4. Mengadakan orientasi tentang pemahaman diri siswa
5. Mengadakan orientasi tentang hambatan belajar siswa dan sekaligus tentang
cara pemecahannya.
6. Pengumpulan data dan informasi tentang kemajuan belajar melalui siswa,
orang tua, guru dan wali kelas.
75
7. Penempatan dan pengukuran kemampuan siswa (klasifikasi kelompok
belajar)
8. Mengadakan ceramah dari tokoh masyarakat
9. Mengadakan pertemuan berkala antara guru dengan orang tua siswa.
10. Mengadakan penilaian hasil bimbingan dan menentukan follow up (tindak
lanjutnya).
Sehingga dari kesepuluh tujuan bimbingan bagi siswa-siswi di
Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid Surodinawan Kecamatan Prajuritkulon Kota
Mojokerto tersebut diharapkan nantinya siswa-siswi di yang belajar di lembaga
pendidikan tersebut dapat atau terpengaruh untuk :
1. Melakukan perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, dan tidak mengarah pada
tingkah laku yang lebih buruk.
2. Melakukan perubahan melalui latihan atau pengalaman dalam arti
perubahan-perubahan yang tidak disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti:
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3. Menjadi relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu periode
waktu yang cukup panjang, berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit
untuk ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan
akhir dari periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan,
76
bertahun-tahun. Ini berarti harus dikesampingkan perubahan-perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelaan, adaptasi, ketajaman
perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung
sementara.
4. Bertingkah laku yang yang lebih baik, karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam
pengertian pemecahan suatu masalah, berfikir ketrampilan, kecakapan,
kebiasaan atau sikap.
Sehingga pada akhirnya siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul
Jadid Surodinawan Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto diharapkan
mampu untuk : berinteraksi yang aktif antara potensi-potensi manusia
(pendengaran, penglihatan dan hati atau perasaan dan pikiran) dengan
lingkungannya baik berupa manusia atau alam semesta dengan segala
kejadiannya, dengan disengaja, yakni sengaja menggunakan potensi-potensi
yang ada pada dirinya tadi, sehingga menghasilkan perubahan-perubahan berupa
pengetahuan, pemahaman, pengertian, ketrampilan maupun nilai-nilai sikap
sehingga manusia lebih menuju kearah kesempurnaan (tidak sama dengan orang
yang tidak mengetahui) dan dapat mencapai suatu ketinggian derajat.
Dan pada akhirnya dengan adanya Bimbingan dan penyuluhan yang diterapkan
di Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid Surodinawan Kecamatan Prajuritkulon
Kota Mojokerto, maka minat anak dalam belajar akan tercapai sesuai dengan