BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA...

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Kolaboratif Ruhcitra (2008) (http://ruhcitra.wordpress.com/2008/08/09/ pembelajaran-kolaboratif) mendefinisikan pembelajaran kolaboratif sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Menurut The Wood and Gray (1991) dalam Beyerlein (2006: 73) definition of collaboration takes on new meanings when practice replaces problem domain, community replaces group, engagement replaces interaction, and participation replaces act/decision”. Definisi dari kolaborasi berarti ketika praktikan terlibat dalam masalah, para siswa terlibat dalam kelompok kecil, dalam keterlibatan terjadi interaksi, dan partisipasi siswa untuk mengambil suatu tindakan/keputusan. Selain itu, Hayes (2010: 61) menyatakan : Collaboration in learning is the process by which pupils work together to reach a specified and predetermined learning objective, and is rooted in the theory of social constructivism advocated by theorists such as Lev Vygotsky and Jerome Bruner”. Pembelajaran kolaborasi adalah proses dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dan telah ditentukan tujuan pembelajaran, dan berakar pada teori konstruktivisme sosial yang dianjurkan oleh ahli teori seperti Lev Vygotsky dan Jerome Bruner. Berdasarkan pernyataan mengenai 7 Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kolaboratif

Ruhcitra (2008) (http://ruhcitra.wordpress.com/2008/08/09/

pembelajaran-kolaboratif) mendefinisikan pembelajaran kolaboratif sebagai

filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling

membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Menurut

The Wood and Gray (1991) dalam Beyerlein (2006: 73) “definition of

collaboration takes on new meanings when practice replaces problem domain,

community replaces group, engagement replaces interaction, and

participation replaces act/decision”. Definisi dari kolaborasi berarti ketika

praktikan terlibat dalam masalah, para siswa terlibat dalam kelompok kecil,

dalam keterlibatan terjadi interaksi, dan partisipasi siswa untuk mengambil

suatu tindakan/keputusan.

Selain itu, Hayes (2010: 61) menyatakan :

“Collaboration in learning is the process by which pupils work

together to reach a specified and predetermined learning objective,

and is rooted in the theory of social constructivism advocated by

theorists such as Lev Vygotsky and Jerome Bruner”.

Pembelajaran kolaborasi adalah proses dimana siswa bekerja sama

untuk mencapai tujuan tertentu dan telah ditentukan tujuan pembelajaran, dan

berakar pada teori konstruktivisme sosial yang dianjurkan oleh ahli teori

seperti Lev Vygotsky dan Jerome Bruner. Berdasarkan pernyataan mengenai

7

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

8

pembelajaran kolaboratif dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kolaboratif adalah proses pembelajaran yang menciptakan

adanya interaksi antar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam

kelompok-kelompok kecil untuk mengambil suatu keputusan dalam mencapai

tujuan bersama.

Warsono dan Hariyanto (2012: 50) menyatakan bahwa yang termasuk

pembelajaran kolaboratif bila anggota kelompoknya tidak tertentu atau

ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang

atau dapat lebih dari 7 (tujuh) orang. Pembelajaran kolaboratif dapat terjadi

setiap saat, tidak harus dilaksanakan di sekolah, misalnya sekelompok siswa

saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan dapat

berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

pelaksanaan pembelajaran kolaboratif tentu harus terjadi diskusi, kontak

langsung antara orang per orang, dan masing-masing individu diberikan

kesempatan yang sama untuk mengutarakan pendapat dan gagasannya, dan

pada akhirnya mereka diwajibkan untuk mengambil kesimpulan atau

memecahkan masalah sesuai dengan tugas yang diberikan.

Hasil riset membuktikan bahwa para siswa akan belajar dengan lebih

baik jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu

kelompok-kelompok kecil seperti dalam pembelajaran kolaboratif (Warsono

dan Hariyanto, 2012: 66). Davis (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67)

mengemukakan hasil temuan risetnya yang menyatakan bahwa tanpa

memandang apa bahan ajarnya, para siswa yang bekerja dalam kelompok-

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

9

kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan

mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tersebut dihadirkan

dalam bentuk yang lain, misalnya berupa bentuk ceramah oleh guru.

Berdasarkan temuan risetnya, Davis juga menyatakan bahwa para siswa yang

bekerja dalam kelompok kolaboratif lebih merasa puas dibandingkan dengan

siswa kelas lain yang diajar dengan metode nonkolaboratif.

Terkait dengan peranan guru dalam pembelajaran kolaboratif ada

perubahan paradigma pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru

(Warsono dan Hariyanto, 2012: 133). Berikut dapat dilihat dalam tabel 2.1 di

bawah ini :

Tabel 2.1 Peranan Guru dalam Menciptakan Lingkungan Kelas

Kolaboratif

Dari Menuju

Kelas yang berpusat kepada guru Kelas yang berpusat pada

pembelajar

Pembelajaran berpusat kepada

produk

Pembelajaran yang berpusat kepada

proses

Guru sebagai pendistribusi

pengetahuan

Guru sebagai pengorganisasi

pengetahuan

Guru sebagai pelaku (doer) bagi

siswa

Guru sebagai pemberdaya, dan

memfasilitasi siswa dalam

pembelajarannya

Fokus kepada subjek-khusus Fokus kepada pembelajaran holistic

Peranan siswa pembelajar dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif

menurut Warsono dan Hariyanto (2012: 133) dapat dilihat dalam tabel 2.2 di

bawah ini :

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

10

Tabel 2.2 Peranan Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kolaboratif

Dari Menuju

Menjadi penerima pengetahuan

yang pasif

Pembelajar yang aktif dan

berpartisipasi

Fokus untuk menjawab pertanyaan Aktif bertanya kepada guru

Menjadi “sendok makan” Bertanggung jawab bagi

pembelajarannya sendiri, sebagai

pembelajar yang reflektif

Berkompetisi satu sama lain Berkolaborasi dalam pembelajaran

Menunggu gilirannya untuk

berbicara

Pendengar aktif terhadap opini dari

siswa yang lain

Pembelajar dari bahan ajar individu Mengaitkan bahan ajarnya

Pembelajaran kolaboratif memiliki lima prinsip yang berbasis

konstruktivisme sosial, seperti yang dikemukakan oleh Hari Srinivas

(Warsono dan Hariyanto 2012: 52), yaitu sebagai berikut :

a. Belajar adalah suatu proses aktif yang menuntut siswa untuk

mengasimilasikan informasi dan mengaitkan pengetahuan baru dalam

bingkai kerangka pengetahuan terdahulu yang dimilikinya.

b. Belajar memerlukan tantangan yang membuka pintu bagi peserta didik

agar terikat secara aktif dengan kelompoknya, serta memproses dan

melakukan sintesis berbagai informasi daripada sekedar mengingat dan

menelannya mentah-mentah.

c. Belajar akan berkembang baik dalam lingkungan sosial ketika terjadi

percakapan yang aktif antar para siswa.

d. Para siswa akan meraih manfaat yang besar dari pembelajaran karena

mendapatkan informasi yang luas dari berbagai sudut pandang yang

berbeda dengan pandangannya sendiri.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

11

e. Dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif setiap siswa akan merasa

tertantang, baik secara sosial maupun emosional karena mendengarkan

berbagai perspektif yang berbeda, yang kemudian mempersyaratkan

adanya pemberian artikulasi terhadap gagasannya, maupun berbagai upaya

untuk mempertahankan gagasannya.

Implementasi dari pembelajaran kolaboratif banyak sekali manfaatnya.

Berikut dijabarkan 44 manfaat yang dikemukakan oleh Hari Srinivas

(Warsono dan Hariyanto, 2012: 79) berdasarkan pengamatannya terhadap

praktik pembelajaran kolaboratif yang dilaksanakan di beberapa Negara :

1. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Meningkatkan interaksi yang lebih familiar antara guru dengan murid.

3. Meningkatkan daya ingat siswa.

4. Membangun rasa percaya diri siswa.

5. Meningkatkan tingkat kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman.

6. Meningkatkan sikap positif kepada materi pembelajaran.

7. Mengembangkan kecapakan oral, keterampilan berbicara.

8. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial.

9. Mengembangkan hubungan yang positif antar suku/ras.

10. Menciptakan suasana pembelajaran aktif yang penuh dengan keterlibatan

dan eksplorasi oleh siswa.

11. Menggunakan pendekatan tim dalam pemecahan masalah, sementara tiap

pribadi tetap bertanggung jawab secara mandiri.

12. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

12

13. Meningkatkan tanggung jawab belajar.

14. Melibatkan siswa dalam pengembangan kurikulum nyata dan berbagai

aturan/prosedurkelas.

15. Siswa dapat mengeksplorasikan pemecahan masalah alternatif dalam

lingkungan yang aman.

16. Merangsang cara berpikir kritis dan mengklarifikasikan gagasan melalui

diskusi dan debat.

17. Meningkatkan keterampilan manajemen pribadi (mengendalikan emosi

dan lain-lain).

18. Cocok dengan pendekatan konstruktivistik.

19. Membangun atmosfer kerja sama.

20. Menciptakan hubungan antar komponen heterogen yang lebih positif.

21. Mengembangkan tanggung jawab siswa satu sama lain.

22. Mendorong guru untuk melakukan teknik penilaian alternatif terhadap

siswa.

23. Mengembangkan dan menguatkan hubungan antar pribadi

24. Mengembangkan model teknik pemecahan masalah melalui kerja sama

rekan sebaya.

25. Siswa diajari bagaimana mengkritik gagasan dan bukan mengkritik orang.

26. Menjangkau harapan hasil pembelajaran yang tinggi baik bagi guru

maupun siswa.

27. Meningkatkan kinerja siswa dan jumlah kehadiran mereka dalam kelas.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

13

28. Para siswa tetap dalam tugas-tugas mereka dan kurang bersikap

mengganggu.

29. Mengembangkan empati siswa, meningkatkan kecakapan siswa untuk

memandang situasi berlandaskan panadangan/perspektif orang lain.

30. Meningkatkan sistem dukungan sosial.

31. Meningkatkan sikap yang positif terhadap guru, kepala sekolah dan warga

sekolah yang lain, dan pada gilirannya meningkatkan sikap positif guru

terhadap murid.

32. Mengakomodasi berbagai gaya belajar yang berbeda antar siswa.

33. Meningkatakan inovasi dalam pengajaran dan teknik-teknik pengelolaan

kelas.

34. Menurunkan rasa cemas yang mungkin timbul dalam kelas.

35. Hasil tes terhadap adanya rasa cemas siswa dalam belajar terbukti

menurun.

36. Situasi kelas mempresentasikan kehidupan sosial yang nyata, bahkan

situasi dunia kerja.

37. Siswa berkesempatan menjadi model peran dalam hubungan sosial dan

dunia kerja.

38. Pembelajaran kolaboratif dapat bersinergi dengan konten kurikulum.

39. Pembelajaran kolaboratif dapat diterapkan dalam kelas personal yang

jumlah siswanya besar.

40. Peningkatan kecakapan dan kebiasaan praktik dapat dilaksanakan baik di

dalam maupun luar sekolah.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

14

41. Pembelajaran kolaboratif meningkatkan hubungan sosial dan hubungan

akademik di luar sekolah dan antar siswa dari berbagai kelas dan sekolah.

42. Pembelajaran kolaboratif menciptakan suasana kelas tempat para siswa

dapat mengembangkan keterampilan kepimpinannya.

43. Pembelajaran kolaboratif terbukti meningkatkan keterampilan

kepemimpinan dari para siswa perempuan.

44. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang baik

dari para siswa dalam kelasnya. (Warsono dan Hariyanto, 2012: 78-81)

Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kolaboratif dapat menciptakan

adanya interaksi antar siswa di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga di

dalam proses pembelajaran siswa terlibat secara aktif. Hal tersebut menjadikan

kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik. Kegiatan belajar siswa dikatakan

lebih baik karena dalam proses pembelajaran kolaboratif diharuskan adanya

diskusi, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan

pendapatnya sehingga siswa terbiasa untuk berpikir secara kritis dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui diskusi di dalam kelompok-

kelompok kecil siswa akan merasakan suasana pembelajaran yang lebih

bermakna sehingga siswa akan lebih mengingat materi ajar lebih lama.

Munculnya model pembelajaran kolaboratif ini mengakibatkan adanya

perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan peranan guru dan siswa.

Perubahan yang terjadi tentunya mengarah pada hal-hal yang bernilai positif.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

15

Berbagai manfaat dalam praktik pembelajaran didapatkan dari diterapkannya

model pembelajaran kolaboratif seperti yang telah dijelaskan di atas.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan model pembelajaran

kolaboratif pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran kolaboratif

sekiranya cocok diterapkan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan

ilmu sosial. Hal tersebut dikarenakan IPS merupakan mata pelajaran yang

mengkaji berbagai peristiwa dan fakta yang berkaitan dengan isu sosial.

Melalui pembelajaran kolaboratif ini, siswa diharapkan dapat memperoleh

informasi mengenai berbagai hal yang terjadi di lingkungan masyarakat dan

membahas permasalahan yang ada dengan jalan diskusi kelompok-kelompok

kecil sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan bersama-sama.

Pengetahuan siswa pun akan lebih luas karena mendapatkan informasi dari

berbagai sudut pandang yang berbeda dengan pandangannya sendiri.

2. Teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group)

Teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group)

merupakan suatu teknik pembelajaran dalam pembelajaran kolaboratif yang

memberikan kesempatan kepada setiap anggota belajar bersama dan saling

belajar dari anggota yang lain. (Warsono dan Hariyanto, 2012: 70).

Implementasi dari teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat

(syndicate group) yaitu dengan membagi suatu kelompok besar yaitu kelas

menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 3-6 orang.

Masing-masing kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

16

berbeda-beda antar kelompok kecil. Guru menjelaskan tema umum tentang

masalah, menggambarkan aspek-aspek pokok masalah yang akan dibahas.

Setiap kelompok membahas hanya satu aspek. Guru menyediakan referensi

atau sumber-sumber informasi lain. Setiap kelompok sindikat berdiskusi

sendiri-sendiri, dan pada akhir diskusi disampaikan laporan setiap sindikat

yang selanjutnya dibawa ke pleno (sidang umum) untuk dibahas lebih lanjut,

sehingga seluruh aspek dari tema masalah selesai dibahas. (Warsono dan

Hariyanto, 2012: 82).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pembelajaran

sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) dalam menerapkan model

pembelajaran kolaboratif pada mata pelajaran IPS yaitu materi permasalahan

sosial dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-

masing terdiri dari 3-6 orang.

2. Guru menjelaskan tema umum tentang masalah yaitu permasalahan sosial

dan menggambarkan aspek-aspek pokok masalah yang akan dibahas

dengan bantuan media gambar.

3. Setiap kelompok diminta untuk membahas satu aspek pokok masalah

Antara lain mengenai pengangguran, kependudukan, kemiskinan, putus

sekolah, kejahatan, dan lain sebagainya.

4. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang akan

digunakan yaitu tentang permasalahan sosial.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

17

5. Setiap kelompok sindikat berdiskusi sendiri-sendiri sesuai aspek pokok

masalah yang menjadi tanggung jawab kelompoknya. Masing-masing

kelompok sindikat mendapatkan aspek/tugas yang berbeda.

6. Pada akhir diskusi setiap sindikat menyampaikan laporan sesuai aspek

yang dibahas.

7. Selanjutnya dibawa ke pleno (sidang umum) untuk dibahas lebih lanjut,

sehingga seluruh aspek dari tema masalah yaitu permasalahan sosial

selesai dibahas.

3. Hasil Belajar

a. Belajar

Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Baharuddin dan Wahyuni (2010: 12) mengemukakan

belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman.

Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik

perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Senada dengan kedua pendapat di atas, Hilgrad dan Bower

(Baharuddin dan Wahyuni, 2010: 13) mengartikan belajar (to learn) : “1) to

gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study 2)

to fix in the mind or memory; memorize 3) to acquire trough experience 4) to

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

18

become in forme of to find out”. Belajar memiliki pengertian memperoleh

pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,

menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa

pakar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau

kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan tingkah

laku secara keseluruhan, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan yang didapatkan dari pengalaman, pelatihan, maupun informasi.

Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang banyak sekali macamnya.

Tidak semua perubahan dalam diri seseorang dapat dikatakan sebagai

perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

pengertian belajar antara lain :

1. Perubahan terjadi secara sadar

Perubahan secara sadar berarti bahwa seseorang yang belajar akan

menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari

bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya

bertambah.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

19

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah

dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan

sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen. Artinya, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat

menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah

laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Seseorang yang belajar

sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

(Slameto, 2010: 3-5)

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai belajar

dan perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar. Belajar merupakan suatu

proses kegiatan yang dijalani oleh seseorang untuk memperoleh perubahan

tingkah laku melalui pengalamannya sendiri. Perubahan tingkah laku tersebut

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

20

merupakan perubahan yang dihasilkan dari proses belajar berupa perubahan

yang terjadi secara sadar, perubahan yang bersifat kontinu atau fungsional,

perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan yang bukan bersifat

sementara, perubahan yang bertujuan atau terarah, dan perubahan yang

mencakup seluruh aspek tingkah laku.

b. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 3) hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sudjana (2010: 3)

mengemukakan hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut mengenai hasil belajar, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil ataupun kemampuan

berupa perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotor yang diperoleh dari pengalaman belajar yaitu dari interaksi tindak

belajar dari sisi siswa dan tindak mengajar dari sisi guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa tidak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua

faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari

luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa

terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain faktor kemampuan

yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

21

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik

dan psikis (Sudjana, 2008: 39).

Faktor lain selain dari dalam diri siswa adalah faktor yang berasal dari

luar diri siswa yang juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang

dicapai siswa, yaitu berkenaan dengan lingkungan. Salah satu faktor yang

paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah, ialah kualitas

pengajaran. Maksud dari kualitas pengajaran disini ialah tinggi rendahnya atau

efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran

(Sudjana, 2008: 40). Kaitannya dengan kualitas pengajaran erat hubungannya

dengan guru. Guru memiliki pengaruh yang paling dominan dalam

menciptakan kualitas pengajaran yang baik. Guru harus mampu menciptakan

proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sangat

bergantung pada kemampuan siswa dan kualitas pengajaran yang

dilaksanakan di sekolah. Semakin tinggi kemampuan siswa dan kualitas

pengajaran akan semakin tinggi pula hasil yang dicapai oleh siswa.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran terdiri atas

tiga unsur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik atau hasil belajar dalam

bentuk tingkah laku yang menyeluruh. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri

sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Howard

Kingsley (Sudjana, 2008: 45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan

cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

22

ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Bloom (Sudjana, 2008: 50) juga

menggolongkan hasil belajar menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut :

1) Tipe hasil belajar bidang kognitif

Ranah kognitif menurut Sudijono (2009: 49) adalah ranah yang

mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang

menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif.

Tipe hasil belajar bidang kognitif terdiri atas :

a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar ini

termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe

hasil belajar lainnya. Tipe hasil belajar pengetahuan merupakan

kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar

lainnya.

b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), merupakan tipe hasil

belajar yang lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan.

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari

sesuatu konsep.

c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi), adalah kesanggupan menerapkan,

dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang

baru.

d) Tipe hasil belajar analisis, merupakan tipe hasil belajar yang kompleks,

yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni

pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

23

e) Tipe hasil belajar sintesis, merupakan kesanggupan menyatukan unsur atau

bagian menjadi satu integritas. Sistesis memerlukan kemampuan hafalan,

pemahaman, aplikasi, dan analisis.

f) Tipe hasil belajar evaluasi, merupakan tipe hasil belajar yang paling tinggi

dan memerlukan kemampuan yang mendahuluinya yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. (Sudjana, 2008: 50-53)

2) Tipe hasil belajar bidang afektif

Menurut Sudijono (2009: 54) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan

dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada siswa

dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, mengahargai guru dan teman sekelas, dan lain sebagainya.

Tipe hasil belajar bidang afektif terdiri dari beberapa tingkatan seperti :

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk

masalah, situasi, atau gejala.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus.

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan

kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

24

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah laku. (Sudjana, 2008: 53)

Telah dijelaskan di atas bahwa ranah afektif berkenaan dengan sikap

dan nilai. Terkait dengan sikap dan nilai yang ada pada diri seseorang, maka

erat hubungannya dengan karakter. Karakter adalah pola tingkah laku dan

perbuatan pada cara seseorang dalam merespon situasi yang menunjukkan

konsistensi tertentu (Mu’in, 2011: 162). Menurut Kementerian Pendidikan

Nasional (2010: 3) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian

seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)

yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak. Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto (2012:

43) karakter didefinisikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi

seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh

lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam

sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat beberapa pengertian yang dikatakan oleh para pakar di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak, sikap, akhlak, perilaku,

atau kepribadian seseorang yang memiliki ciri khas tertentu yang terbentuk

karena pengaruh keturunan maupun pengaruh lingkungan. Membina karakter

anak sebaiknya dilakukan sejak dini dan salah satu cara untuk

mengembangkan nilai-nilai karakter adalah melalui penyelenggaraan

pendidikan di sekolah.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

25

Dalam penelitian ini, hasil belajar aspek afektif difokuskan pada sikap

kerja keras siswa. Peneliti ingin mengetahui apakah dengan menerapkan

model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok

sindikat (syndicate group) berpengaruh terhadap sikap kerja keras siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Kemendiknas, 2010: 9),

sedangkan menurut Kesuma, Triatna, dan Permana (2012: 17) kerja keras

adalah suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam

menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Elfindri

(2012: 102) juga mengemukakan bahwa kerja keras ialah upaya seseorang

yang tidak mudah berputus asa yang disertai dengan kemauan keras dalam

berusaha dalam tujuan dan cita-citanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu upaya yang dilakukan oleh

seseorang dengan sungguh-sungguh dan disertai kemauan yang keras dalam

menyelesainkan tugas atau pekerjaannya dan dalam mencapai tujuan atau cita-

citanya.

Indikator keberhasilan Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan

budaya dan karakter bangsa menurut Kemendiknas (2010: 26) adalah sebagai

berikut :

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

26

Tabel 2.3 Indikator sekolah karakter kerja keras

No Nilai Indikator

1. Kerja keras 1. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.

2. Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan

memacu untuk bekerja keras.

3. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto

tentang kerja.

Sedangkan keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar menurut

Kemendiknas (2010: 33) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Keterkaitan Nilai dan Indikator Sekolah Dasar

No Nilai Indikator

1-3 4-6

1. Kerja keras:

Perilaku yang

menunjukkan

upaya

sungguh-

sungguh

dalam

mengatasi

berbagai

hambatan

belajar, tugas,

dan

menyelesaika

n tugas

dengan

sebaik-

baiknya.

1. Mengerjakan semua

tugas kelas dengan

sungguh-sungguh.

2. Mencari informasi

dari sumber di luar

buku pelajaran.

3. Menyelesaikan PR

pada waktunya.

4. Menggunakan

sebagian besar waktu

di kelas untuk belajar.

5. Mencatat dengan

sungguh-sungguh

sesuatu yang

ditugaskan guru.

1. Mengerjakaan tugas

dengan teliti dan rapi.

2. Mencari informasi

dari sumber-sumber

di luar sekolah.

3. Mengerjakan tugas-

tugas dari guru pada

waktunya.

4. Fokus pada tugas-

tugas yang diberikan

guru di kelas.

5. Mencatat dengan

sungguh-sungguh

sesuatu yang dibaca,

diamati, dan didengar

untuk kegiatan kelas.

3) Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

belajar tertentu. Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

27

merupakan kelanjutan dari hasil kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar

kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila

siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan

makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya (Sudijono,

2009: 57-58).

Tipe hasil belajar bidang psikomotor terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti

gerakan ekspresif, interpretatif. (Sudjana, 2008: 54)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

proses kegiatan yang dijalani seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku melalui pengalamannya sendiri. Artinya, Proses belajar akan

menimbulkan perubahan pada seseorang yaitu berupa perubahan tingkah laku.

Untuk mengetahui perubahan tingkah laku dari proses belajar tersebut, maka

diperlukan adanya pengukuran yaitu berupa hasil belajar. Hasil belajar

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar diri

siswa. faktor dari luar diri siswa atau lingkungan, salah satunya adalah

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

28

lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang berpengaruh paling dominan

terhadap hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran

erat hubungannya dengan guru. Guru diharapkan dapat mengelola

pembelajaran dengan efektif. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran

yang efektif adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi

dan cocok diterapkan dalam pembelajaran tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti salah satu variasi model

pembelajaran yaitu model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran

sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) pada pembelajaran IPS.

Diharapkan model pembelajaran tersebut dapat memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap hasil belajar IPS, baik pada aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup aspek

kognitif, aspek afektif yang difokuskan pada penilaian sikap kerja keras siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan psikomotor ditekankan pada

keterampilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan

menyampaikan pendapatnya.

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

yang ada dalam kurikulum sekolah. Menurut Trianto (2010: 171) IPS

merupakan integrasi dari berbagai macam ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi,

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

29

dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Menurut Sapriya,

Susilawati, dan Nurdin (2006: 3) istilah IPS merupakan nama mata pelajaran

di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik

dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain,

khususnya di Negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah salah

satu mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum sekolah, termasuk kurikulum

di sekolah dasar. IPS di perguruan tinggi lebih dikenal dengan istilah “social

studies”. Mata pelaran IPS ini merupakan integrasi dari berbagai macam ilmu-

ilmu sosial. IPS dalam penelitian ini sebagai bahan penelitian.

b. Tujuan IPS

Menurut Kemendiknas (2007: 575) mata pelajaran IPS bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

30

Menurut Sapriya, Susilawati, dan Nurdin (2006: 5) tujuan IPS adalah

untuk membantu para siswa dalam mengembangkan potensinya agar menjadi

warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat demokratis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS

memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang

dimilikinya dan membekali siswa pengetahuan yang luas agar siswa dapat

mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan,

memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah

dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki kesadaran terhadap nilai-

nilai sosial, dan memiliki kemampuan berkomunikasi serta bekerjasama

dengan orang lain.

c. Pembelajaran IPS

IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan. Lingkungan disini

maksudnya ialah lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan

berkembang sebagai bagian dari masyarakat. Siswa akan dihadapkan pada

berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi sehingga akan menjadikan mereka semakin mengerti dan

memahami lingkungan sosial masyarakat. (Trianto, 2010: 173).

Melihat pentingnya Pendidikan IPS di dalam kehidupan, maka

dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya

tujuan pendidikan IPS tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

31

memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan setrategi

pembelajaran tentunya harus ditingkatkan agar pembelajaran Pendidikan IPS

benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan

keterampilan dasar bagi para siswa untuk menjadi manusia dan warga Negara

yang baik (Kosasih dalam Trianto, 2010: 174). Menurut Azis Wahab (Trianto,

2010: 174) hal tersebut dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan

aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan.

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan

dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan hanya

sekedar upaya untuk menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat

hafalan belaka, namun terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan

sesuatu yang dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta

dalam melakoni kehidupan masyarakat di lingkungannya, serta sebagai bekal

bagi dirinya sendiri untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan

sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran

yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. (Trianto,

2010: 174)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan

salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal tersebut

dikarenakan IPS membahas berbagai hal yang berhubungan dengan manusia

dan lingkungan. Pendidikan IPS tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa

karena akan membekali mereka pengetahuan yang luas mengenai kehidupan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

32

masyarakat di lingkungannya, dengan demikian dibutuhkan suatu rancangan

pembelajaran IPS yang mengarahkan pada kondisi dan perkembangan

kemampuan yang dimiliki siswa agar pembelajaran benar-benar bermanfaat

bagi mereka. Salah satunya dengan merancang pembelajaran yang dapat

membantu siswa dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya

dengan menggunakan variasi model pembelajaran seperti model pembelajaran

kolaboratif. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan

menggunakan berbagai model, metode, dan setrategi pembelajaran sangat

diperlukan agar pembelajaran IPS benar-benar fokus kepada upaya membekali

siswa kemampuan dan keterampilan dasar dalam menghadapi kehidupan

bermasyarakat.

d. Materi IPS

Peneliti mengambil materi permasalahan sosial dalam penelitian ini.

Materi tersebut diajarkan di kelas IV semester II. Adapun Standar Kompetensi

dan Kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan penelitian dijabarkan pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi, dan

kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan

provinsi.

2.4 Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya.

Sumber : KTSP

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka

dapat diketahui Standar Kompetensi yang akan dijadikan bahan penelitian

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

33

yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi

di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar yang akan

dijadikan bahan penelitian adalah Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka

dapat diketahui materi yang akan dijadikan bahan dalam penelitian yaitu

materi permasalahan sosial. Materi permasalahan sosial di kelas 4

mempelajari berbagai permasalahan sosial yang ada di daerah dan upaya

untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang sama persis dengan Penelitian yang akan diteliti

tidak ditemukan oleh peneliti. Hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Singgih Santoso (2013)

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan Motivasi

Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri

1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar yang diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif lebih

tinggi dibanding pada metode ceramah. Rata-rata hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kolaboratif lebih baik yaitu 12,949

dibandingkan dengan metode ceramah yaitu 10,949.

Penelitian yang dilakukan oleh Singgih Santoso dan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaaan dan persamaan. Perbedaan

tersebut terletak pada teknik yang digunakan dalam model pembelajaran

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

34

kolaboratif. Singgih Santoso melakukan penelitian untuk melihat pengaruh

dari model pembelajaran kolaboratif secara umum dan dikaitkan dengan

motivasi belajar terhadap hasil belajar fisika, sedangkan peneliti akan

melakukan penelitian untuk melihat pengaruh model pembelajaran kolaboratif

dengan lebih spesifik yaitu dengan menggunakan salah satu teknik dalam

pembelajaran kolaboratif yakni pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat

(syndicate group) terhadap hasil belajar IPS. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Singgih Santoso dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah sama-sama melakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari model

pembelajaran kolaboratif terhadap hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam

pencapaian hasil belajar. Guru sebagai ujung tombak di dalam kegiatan

pembelajaran di kelas diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang efektif dan menyenangkan, serta melibatkan siswa secara aktif sehingga

hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hasil belajar

siswa tidak hanya diukur dari aspek kognitifnya saja, namun diukur secara

keseluruhan yaitu dengan mengikut sertakan pengukuran pada aspek afektif

dan aspek psikomotor.

Agar tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan

serta pencapaian hasil belajar yang optimal, maka guru memerlukan variasi

model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Salah satunya

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

35

dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran

sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) pada pembelajaran IPS.

Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran tersebut dapat

memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS materi permasalahan sosial.

Berikut ini skema kerangka berpikir tentang penerapan model

pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat

(syndicate group) terhadap hasil belajar IPS materi permasalahan sosial:

Gambar 2.1 kerangka berpikir penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti dapat

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik

pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap

hasil belajar IPS aspek kognitif permasalahan sosial siswa kelas IV di SD

Negeri Karangdadap.

2. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik

pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap

Model pembelajaran

Kolaboratif teknik

pembelajaran sebaya tipe

kelompok sindikat (syndicate

group)

(X)

Berpengaruh terhadap

hasil belajar IPS (kognitif,

afektif, psikomotor)

(Y)

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA DWI... · berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti

36

hasil belajar IPS aspek afektif materi permasalahan sosial siswa kelas IV

di SD Negeri Karangdadap.

3. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik

pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap

hasil belajar IPS aspek psikomotor materi permasalahan sosial siswa kelas

IV di SD Negeri Karangdadap.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014