BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Nilai Karakter...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Nilai Karakter...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Nilai Karakter
a. Pengertian Nilai Karakter
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang berkaitan dengan
kognitif dan afektif (Najib, 2015 : 47). Nilai juga dapat dikatakan sebagai
suatu norma atau sebuah standar yang sudah ditentukan dan diyakini secara
psikologis telah menyatu dalam diri individu. Di dalam nilai-nilai terdapat
pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik dan buruk serta pengaturan
perilaku (Abdul Majid, 2015 : 23).
Selain itu nilai (value) dapat diartikan sebagai norma-norma yang
dianggap baik oleh setiap individu, hal inilah yang selanjutnya akan
menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran,
nilai kesederhanaan dan lain sebagainya (Sanjaya, dalam Noor Yanti 2016 :
2). Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai cerminan dari kepribadian
seseorang; cara berpikir, sikap dan perilaku (Barnawi 2012 : 20). Selain itu
nilai karakter dapat dikatakan sebagai suatu ide atau konsep yang dijadikan
sebagai pedoman atau patokan dalam berperilaku bagi seseorang (Solichin,
2015 : 47).
9
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
manusia tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas
dalam berperilaku. Nilai karakter merupakan suatu sifat atau sesuatu hal yang
dianggap penting dan berguna dalam kehidupan manusia. Nilai karakter juga
dapat dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam berperilaku.
b. Pendidikan Karakter
Nilai karakter yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam praktik
pendidikan karakter merupakan muatan yang ada di dalam kurikulum.
Dengan kata lain, nilai-nilai karakter yang ada tersebut diimplementasikan ke
dalam kurikulum sekolah. Kurikulum tersebut masuk ke dalam konteks
pendidikan karakter yang diartikan secara luas (Sholeh Hidayat, 2013 : 21).
Pendidikan karakter sendiri dapat diartikan secara luas dan sempit.
Pendidikan karakter secara luas adalah seluruh usaha sekolah di luar bidang
akademis yang bertujuan untuk membantu peserta didik tumbuh menjadi
seseorang yang memiliki karakter baik. Dalam arti sempit, pendidikan
karakter diartikan sebagai pelatihan moral yang merefleksikan nilai-nilai
tertentu (M Najib, 2015: 45).
Departemen Pendidikan Amerika (dalam Barnawi & M. Arifin, 23 :
2012) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses belajar yang
memungkinkan siswa dan orang dewasa untuk memahami, peduli, dan
bertindak pada nilai-nilai etika inti, seperti; rasa hormat, keadilan, kebajikan,
warga Negara yang baik, dan bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang
lain. Selain itu, pendidikan karakter dikatakan sebagai suatu sistem
10
penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen:
kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan,
sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya (Mulyasa, 2012 : 7).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulan bahwa nilai
pendidikan karakter merupakan nilai-nilai karakter yang dimuat dalam
kurikulum sekolah. Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terencana untuk
menumbuhkan, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai karakter pada
diri peserta didik. Upaya yang dilakukan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya dicampur tangani oleh pihak sekolah dan seorang guru
yang turut serta membantu dalam pembentukan karakter tersebut.
c. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Nilai-nilai luhur pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia masih memegang dan
menjunjung tinggi adat dan budayanya. Nilai-nilai luhur yang berasal dari
adat dan budaya lokal hendaknya lebih diutamakan untuk diinternalisasikan
kepada peserta didik melalui pendidikan karakter (Agus Wibowo, 2013: 14).
Inti dari pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan pengetahuan kepada
peserta didik tentang kebaikan dan keburukan. Pendidikan karakter
merupakan proses menanamkan (menginternalisasi) nilai-nilai positif kepada
peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat (Noor Yanti,
2016 : 3).
11
Selanjutnya nilai-nilai luhur yang terdapat dalam adat dan budaya suku
bangsa Indonesia, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan
kajian tersebut, Kementrian pendidikan nasional tahun 2010 telah
mengidentifikasi nilai-nilai yang akan diinternalisasikan terhadap generasi
bangsa melalui pendidikan karakter. Berikut 18 nilai-nilai karakter yang
dimaksud :
Tabel 2.1. 18 Nilai Karakter
No Nilai karakter Deskripsi
1 Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Strategi yang dapat dilakukan sekolah seperti pengembangan kebudayaan religius.
2 Jujur perilaku yang di dasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku , etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas, dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis cara berfikir, bersikap,dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa ingintahu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar.
10 Semangat Kebangsaan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12
Sumber: Kementrian Pendidikan Nasional, (2010 : 9)
Beberapa pendapat menyebutkan pengertian nilai-nilai karakter;
disiplin, berkomunikasi/bersahabat, jujur, kerja keras, cinta tanah air dan
religius. Nilai karakter disiplin merupakan sikap yang mentaati peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih, kontrol yang kuat terhadap
penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas yang diamanahkan serta
bersungguh-sungguh (Ngainun Naim, 2012 : 142). Selanjutnya, Novan Ardy
(2013 : 78) menjelaskan nilai berkomunikasi/ bersahabat sebagai; manusia
merupakan mahluk sosial, yang harus mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi sehingga dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Dan,
nilai karakter jujur adalah perilaku jujur didasarkan pada mengenal
kekurangan dan kelebihan diri sendiri (Barnawi & M.Arifin, 2012 : 74).
No Nilai karakter Deskripsi
11 Cinta tanah air cara berfikir, bersikap,dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi sikap dan tindakanyang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/Berkomunikasi tindakan yang memeperlihatkan tindakan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.
14 Cinta Damai sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar membacan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyrakat yang membutuhkan.
17 Peduli Sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Jawab sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan yang Maha Esa.
13
Nilai karakter kerja keras dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus
dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang
menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma, dalam Wawan suryo 5 : 2014).
Nilai karakter cinta tanah air merupakan suatu sikap yang dilandasi ketulusan
dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air
dan kebahagiaan bangsanya (Bahiyyah Solihah, 2015 : 17). Sedangkan nilai
karakter religius adalah nilai yang mengacu pada nilai-nilai dasar yang
terdapat dalam agama Islam (Siswanto, 2013 : 99).
Melengkapi uraian tersebut Heritage Foundation (dalam Mulyasa, 2012
: 15) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan
karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah: 1) cinta kepada Allah dan
semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3) jujur; 4)
hormat dan santun 5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama; 6) percaya diri,
kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8)
baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ambil kesimpulan bahwa nilai-nilai
pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya Indonesia. Nilai-nilai
karakter tersebut telah dikaji kedalam beberapa aspek yang mengandung hal-
hal positif. Nilai karakter tersebut diberikan kepada peserta didik melalui
pendidikan karakter di sekolah.
d. Tujuan Pendidikan Karakter
Proses dan tujuan dari pendidikan karakter adalah adanya perubahan
kualitas yang meliputi 3 aspek pendidikan, yakni kognitif, afektif,
14
psikomotorik yang dijadikan sebagai patokan dalam peningkatan wawasan,
perilaku dan keterampilan, serta terwujudnya insan yang berilmu dan
berkarakter (Barnawi & M. Arifin, 2012 : 28). Selanjutnya Mulyasa (2012 :
9) menyatakan pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu,
proes dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Selain itu, tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah ada 3 yaitu:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dengan cara memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai
tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik saat masih sekolah
maupun setelah lulus. 2) Mengoeksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah dengan bertujuan meluruskan
berbagai perilaku negatif anak menjadi positif. 3) Memmbangun koneksi
yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab karakter bersama (Novan Ardy, 2013 : 70).
Jadi, tujuan dari pendidikan karakter yaitu adanya perubahan yang
mengarah kedalam kualitas yang lebih baik lagi. Perubahan tersebut tidak
hanya mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik saja, tetapi dapat
meningkatkan mutu dan kepribadian khas yang dapat di terapkan pada
kehidupan sehari-hari. Kepribadian yang khas dapat diterapkan baik di
sekolah maupun dirumah yang terlaksana dengan seimbang.
15
e. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Implementasi pendidikan karakter di setiap sekolah dapat dikatakan
berbeda-beda, sekolah tentunya memiliki manajemen dan cara tersendiri
dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang ada. Upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter kedalam 3
kegiatan disekolah, yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan
esktrakurikuler dan kegiatan pembiasaan. Internalisasi nilai-nilai karakter
melalui kegiatan pembiasaan merupakan proses menanamkan nilai-nilai
karakter yang berguna, melalui kegiatan pembiasaan secara rutin dan spontan
agar peserta didik mampu meyakini dan mewujudkan dalam kehidupan
sehari-hari (M Najib, 2012 : 66).
Agus Wibowo (2013 : 15) menjelaskan bahwa implementasi
pendidikan karakter bisa dilakukan dengan: a) Terintegrasi dalam
pembelajaran yaitu kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang diintegrasikan
dalam tingkah laku peserta didik yang berlangsung dalam proses
pembelajaran di kelas; b) Terintegrasi dalam pengembangan diri melalui
kegiatan ekstrakurikuler; c) Terintegrasi dalam manajemen sekolah yaitu
yang berkaitan dengan pengelolaan peserta didik, peraturan sekolah, sarana
dan prasarana, keuangan, pembelajaran dan lain sebagainya. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Mulyasa (2012 : 10) menjabarkan bahwa pada umumnya
pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan,
16
dan pembiasaan yang dijadikan metode pendidikan utama dan memiliki
pengaruh besar terhadap peserta didik.
Kesimpulan yang dapat di ambil adalah implementasi yang dilakukan
disekolah dapat dilakukan dengan pembiasaan. Terintegrasi ke dalam 3 hal
penting yaitu; pembelajaran yang kaitannya dengan siswa, pengembangan diri
seperti program ekstrakurikuler di luar jam efektif belajar siswa, dan
terintegrasi dalam manajemen sekolah. Artinya, sekolah juga harus
memperhatikan kondisi lingkungan yang dimiliki, sarana prasarana, dan
sebagainya.
f. Keterkaitan Ekstrakurikuler Karawitan dengan Nilai Pendidikan
Karakter
Pendidikan karakter merupakan suatu upaya dari pihak sekolah untuk
membentuk, mengarahkan, dan membimbing perilaku peserta didik, sesuai
dengan nilai-nilai yang bersumber pada norma-norma tertentu. Dalam
menanamkan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menginternalisasi
nilai-nilai karakter kedalam kegiatan pembiasaan pembelajaran agar peserta
didik mampu meyakini dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Internalisasi nilai-nilai karakter tidak hanya dilakukan pada
matapelajaran saja. Akan tetapi nilai-nilai tersebut juga dapat
diinternalisasikan kedalam kegiatan sekolah seperti program ekstrakurikuler.
Program kegiatan esktrakurikuler yang dapat dikembangkan salah satunya
seni karawitan yang merupakan kesenian daerah yang khas terutama bagi
17
masyarakat Jawa yang beranggapan karawitan/gamelan mempunyai fungsi
estetika yang berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual.
Purwandi (dalam Diktat Seni Karawitan 2009 : 7) menyatakan bahwa
seni karawitan atau gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes dan dapat
digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang terbiasa
mengikuti karawitan, akan tumbuh rasa setiakawan, halus dalam tegur sapa,
dan bertingkah laku sopan dan santun. Hal tersebut dikarenakan segala
perilaku penabuh gamelan diatur menurut budaya Jawa, mulai dari duduk,
berdiri, berjalan, busana yang dikenakan, dan sebagainya. Seperangkat etika
ini yang menunjukkan bahwa belajar seni karawitan pada dasarnya juga
memuat pendidikan karakter yang sedang dikedepankan oleh lembaga
pendidikan (Purwandi, 2009 : 7). Karawitan juga dapat dijadikan alat untuk
membentuk kepribadian, jiwa nasionalisme (Soeardi, 1989 : 4).
Berdasarkan Paparan diatas, keterkaitan antara ekstrakurikuler
karawitan dengan pendidikan karakter sudah jelas adanya. Ekstrakurikuler
seni karawitan dapat menjadi wadah maupun alat dalam menanamkan nilai-
nilai karakter bagi siswa. Selain itu ekstrakurikuler seni karawitan juga dapat
membentuk kepribadian siswa.
2. Ekstrakurikuler di SD
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana yang tertera dalam
tujuan nasional No 20 tahun 2003 dapat diwujudkan melalui salah satu
kegiatan dalam program kurikuler. Kedudukan ekstrakurikuler dianggap
18
penting karena dapat menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik
yang berbeda, seperti perbedaan rasa akan nilai moral dan sikap, kemampuan,
dan kreativitas. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat
operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun
dan dituangkan kedalam kalender pendidikan yang sudah di atur pada
peraturan pemerintah No 32 tahun 2013.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang kegiatan ekstrakurikuler
menyatakan bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang
dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan”. Selain
itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang
dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilakukan di
dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama,
dan norma-norma sosial (Novan Ardy Wiyani, 2013 : 108). Kegiatan
ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan,
pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan
dasar penunjang (Abdul Rachmad Shaleh, dalam Jati, 2015 : 20).
Secara keseluruhan, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan
yang dilakukan di luar jam pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan di lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan
19
pengawasan pihak sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler diorientasikan untuk
memperluas dan memperkaya wawasan serta kemampuan siswa.
b. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam PPK,
2016 : 24) kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk menyalurkan dan
mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kearifan lokal, dan daya dukung yang tersedia.
Semua kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan harus memuat dan
menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangan dalam setiap bentuk
kegiatan yang dilakukan. Mumuh Sumarna (dalam Ario Wira, 2012 : 5)
mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan
antara pengetahuan yang di peroleh dalam program kurikulum dengan
keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Dapat ditarik kesimpulan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler dapat
dijadikan sebagai sarana penunjang bagi proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah guna untuk mendukung perkembangan peserta didik
melalui pengembangan potensi dan pembentukan karakter, pengembangan
sosial, dan sebagai kegiatan yang menyenangkan di lakukan di sekolah serta
nantinya dapat menunjang kemampuan siswa untuk melangkah ke dunia
karir. Semua kegiatan yang dilakukan tersebut memiliki tujuan, karena tanpa
tujuan yang jelas, kegiatan tersebut akan sia-sia.
Selanjutnya, tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler yang diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20
62 tahun 2014 ayat (2) yaitu: “Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional”.
Roni Nasrudin (dalam Era pralita, 2015: 25) menjelaskan mengenai
tujuan ekstrakurikuler yaitu: 1) siswa dapat memperdalam dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi
upaya pembinaan manusia yang seutuhnya yang mencakup beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, sehat rohani dan
jasmani, berkepribadian yang mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab; 2)
siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan
anatara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan yang ada.
Berdasarkan paparan diatas kegiatan ekstrakurikuler memiliki berbagai
fungsi dan tujuan. Dengan kata lain kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-
nilai pendidikan bagi siswa serta dapat mengembangkan potensi, bakat, dan
minat yang dimiliki. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membina siswa
menjadi manusia yang seutuhnya.
c. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler tentunya memiliki beberapa manfaat. Salah
satunya siswa dapat mengasah kemampuan atau bakat yang dimiliki. Renstra
(dalam Jati, 2013 : 23) menyebutkan manfaat kegiatan ekstrakurikuler
21
sebagai berikut: a) olah hati, memperteguh keimanan dan ketakwaan,
meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk
kepribadian unggul, membangun kepemimpinan; b) olah pikir, membangun
kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; c) olah rasa,
meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni
dan budaya; d) olah raga, meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan,
serta ketrampilan kinestetis; e) membantu siswa dalam pengembangan
minatnya serta mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar dan
menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri.
Penjelasan tersebut sejalan dengan Oemar Hamalik (2006 : 182) juga
menjelaskan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler ada 9 macam, yaitu:
“1) memenuhi kebutuhan kelompok. 2) menyalurkan minat dan bakat. 3) mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran. 4) mengikat para siswa di sekolah. 5) mengembangkan loyalitas terhadap sekolah. 6) mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial. 7) mengembangkan sifat-sifat tertentu. 8) menyediakan kesempatan pemberian bimbingan dan layanan informal. 9) mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah”.
Adapun manfaat ekstrakurikuler lainnya yang diperoleh ketika
mengikuti perlombaan yaitu memberikan kreativitas kepada peserta didik
dengan menanamkan rasa percaya diri (Ngainun Naim, 2012 : 128). Selain itu
ekstrakurikuler juga dapat menciptakan nuansa yang menyenangkan dan
suasana pembelajaran yang bervariasi di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler
dapat meminimalkan kebosanan belajar dengan sedemikian rupa sehingga
prestasi belajar anak dapat ditingkatkan secara optimal (Jati Utomo,2015: 10).
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki banyak manfaat yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan seseorang dalam menyalurkan bakat yang
22
dimiliki. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membentuk pribadi
yang unggul, meningkatkan kepekaan dan kekompakan, meningkatkan daya
kreatifitas, dan cinta terhadap budaya. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat
menumbuhkan sikap tanggung jawab serta semangat di dalam belajar. Hal
tersebut sesuai dengan nilai-nilai karakter.
d. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Sekolah sebagai institusi pendidikan tentunya memiliki jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam. Penyelenggarakan ekstrakurikuler disekolah
harus memperhatikan tentang jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan
siswanya. Berikut beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diatur
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 62 tahun
2014 yaitu: 1) Krida berisi: kepramukaan, latihan kepemimpinan siswa, PMR,
usaha kesehatan sekolah, Paskibra; 2) karya ilmiah berupa: KIR, kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian; 3) latihan olah-
bakat dan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi komunikasi dan
lainnya; 4) keagamaan berupa: pesantren kilat, ceramah keagamaan, BTQ,
dan kegiatan lainnya.
Popi Sopiatin (2010 : 100) membagi kegiatan ekstrakurikuler ke dalam
dua jenis yaitu, kegiatan ekstrakurikuler langsung dan tidak langsung.
Kegiatan esktrakurikuler langsung berkaitan dengan pembelajaran yang ada
di kelas yang disediakan oleh sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan siswa. Sedangkan ekstrakurikuler tidak langsung berhubungan
23
dengan pembelajaran di kelas yang berfungsi untuk penyesuaian diri dengan
kehidupan, integratif, dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Kemudian Novan Ardy (2012 : 107)
menjelaskan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang umumnya ada di Sekolah
Dasar seperti Pramuka, karya ilmiah, dan latihan/olah bakat/prestasi.
Bahwa jenis kegiatan yang dapat diterapkan di sekolah sangat banyak
ragamnya. Sekolah dapat menentukan sendiri jenis ekstrakurikuler yang ingin
diterapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Kehadiran
ekstrakurikuler tersebut sangat bermanfaat bagi para peserta didik. Jenis
ekstrakurikuler yang diterapkan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, serta digunakan dalam hal menyesuaikan diri,
integratif dan bekerjasama untuk mencapai apa yang diinginkan.
3. Seni Karawitan
a. Pengertian Seni Karawitan
Menurut pengertian Ilmu Bahasa dalam buku Teori Dasar Karawitan
Atik Supandi B.A (1976 : 2) menjelaskan karawitan berasal dari kata rawitan.
Rawit berarti cabai kecil, tapi cukup pedas, kemudian halus, indah dan seni.
Sedangkan dalam arti khusus, karawitan adalah seni suara daerah yang
berlaras pelog-salendro. Sehubungan dengan pendapat tersebut, Dr. Purwadi
(2009 : 4) juga menjelaskan bahwa karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit
yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik,
berliku-liku dan enak.
Ekstrakurikuler karawitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
di luar jam sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kebersamaan,
24
melestarikan budaya Jawa dan menambah kreativitas siswa (Mudji
Sulistyowati, 2013 : 4). Sebagai salah satu kesenian khas Indonesia karawitan
perlu dijaga kelestariannya. Peestarian karawitan dapat menumbuhkan
semangat mencintai kebudayaan bangsa sendiri kepada generasi muda,
generasi penerus bangsa, terutama anak-anak dan remaja (Faraby
Ferdiansyah, 2010: 14).
Simpulan yang dapat diambil, seni karawitan adalah seni suara maupun
instrumental yang berkaitan dengan sesuatu yang halus dan indah. Seni
karawitan juga dapat mengembangkan kemampuan seseorang dalam
mengapresiasikan dirinya. Selain itu seni karawitan biasanya dimainkan
menggunakan alat gamelan dan laras atau dapat menggabungkan kedua unsur
musik tersebut.
b. Jenis-jenis Karawitan Jawa
Dalam peraktiknya, karawitan digunakan untuk mengiringi tarian,
upacara adat dan nyanyian. Ditinjau dari cara penyajiannya Atik Supandi (9 :
1976) membagi karawitan kedalam tiga jenis yaitu karawitan sekar, karawitan
gendhing dan karawitan sekar gending :
a) karawitan Sekar (vokal) : lebih mengutamakan vokal dalam penyajiannya, suara vokal dikhususkan untuk menimbulkan rasa seni yang sangat dikaitkan dengan indera pendengaran. Karawitan vokal erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu berdampingan; b) karawitan gendhing (instrumen) : lebih mengutamakan instrumen dari alat musik, seni suara di hilangkan. Ditinjau dari cara memainkannya, karawitan gendhing digolongkan kedalam alat musik: (1) Digesek/dikeset : rebab, tarawangsa. (2) Dipetik: kecapi, (3) Digoyangkan: Angklung, (4) Ditiup: suling, (5) Dipukul: Gong, saron, demung, bonang, kempul, dogdog, kenong, kendang dsb; c) karawitan Sekar Gendhing (vokal dan instrumen) : jenis ini memadukan unsur vokal dan instrumen alat musik, Sekar Gendhing merupakan satu kesatuan yang utuh yang menghasilkan permainan vokal dan musik dengan unsur keindahan atau estetika.
25
Seni karawitan jenisnya bermacam-macam. Terdapat jenis karawitan
yang lebih mengutamakan vokal yang erat kaitannya dengan nada dan suara
mulut. Ada pula yang hanya mengutamakan instrumen dari alat musik saja.
Selain itu terdapat pula perpaduan antara unsur vokal dengan instrumen
musik sehingga tercipta permainan yang indah.
c. Fungsi dan Manfaat Seni Karawitan
Seni karawitan memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai sarana
komunikasi yang efektif yang mampu menyampaikan pesan atau
berkomunikasi dengan baik. Pesan atau makna suatu karya seni tidak akan
sampai ke dalam hati apabila komunikasinya kurang efektif (Djelantik, dalam
Kartiman 2007 : 11). Selanjutnya dilihat dari cara penyajiannya, karawitan
mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai : 1) ungkapan jiwa yang digunakan oleh
seniman untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwanya; 2) apresiasi
tumbuh ketika penonton telah selesai melihat pergelaran karawitan; 3)
karawitan dapat berfungsi sebagai hiburan jika seseorang dapat terhibur dan
senang ketika memainkan atau melihat pergelaran karawitan. Selain itu orang
yang mengikuti karawitan rasa setiakawan tumbuh, tutur kata halus,
berperilaku sopan dan santun (Purwandi, 2009 : 7).
Permasalahan ilmu dan teknik menabuh dalam karawitan dapat
bermanfaat. Bersamaan dengan itu, karawitan bermanfaat sebagai sarana
hiburan dan komunikasi, serta alat untuk membentuk kepribadian (jiwa
nasionalisme) dan memperkaya kerohanian-kerohaniannya (W.Soeradi, 1989
: 4). Faraby Ferdiansyah (2010 : 13) juga menyatakan bahwa melalui
26
karawitan, seseorang bisa menghilangkan sifat brutal, menambah kreativitas,
dan memupuk prinsip-prinsip kerjasama.
Selain itu hal positif lain yang dapat di ambil dari mengikuti kegiatan
karawitan yaitu: (a) bermain karawitan, dapat melestraikan kebudayaan
Indonesia dan menunjukkan identitas bangsa Indonesia; (b) tidak hanya
pengetahuan tentang dunia musik saja yang di dapat, akan tetapi rasa
kekeluargaan dan nilai-nilai luhur seperti etika dan moral etnis Jawa yang
terkandung dalam karawitan. Melengkapi uaraian diatas, Ngainun Naim
(2012 : 129) menjelaskan bahwa melalui pendidikan seni, peserta didik dapat
memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya. Selain itu peserta didik dapat
mengekspresikan sesuatu tentang dirinya.
Jadi seni karawitan memiliki beberapa fungsi. Fungsi utama dari
karawitan yaitu sebagai alat komunikasi yang efektif. Komunikasi pada seni
karawitan dapat dilihat melalui apa yang ditampilkan yang merupakan hasil
kerjasama antar unsur yang ada di dalam seni karawitan. Fungsi lain dari seni
karawitan yaitu ketika penonton yang melihat pagelaran seni karawitan akan
senantiasa memberikan apresiasi karena merasa terhibur dan senang ketika
melihat pergelaran seni karawitan. Mempelajari seni karawitan, dapat
membentuk kepribadian, melestarikan musik tradisional budaya Indonesia
saat ini, meningkatkan rasa kekeluargaan dan nilai-nilai yang ada di dalam
adat budaya Jawa.
27
d. Gamelan Jawa
Faraby Ferdiansyah (2010 : 4) mengungkapkan bahwa gamelan sangat
berkaitan dengan karawitan, karena pada dasarnya karawitan dan gamelan
selalu beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya atau alat musik. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh
Supanggah (dalam Nurinna Ayun Kuswandani, 2002 : 12) gamelan
digunakan untuk menyebut seperangkat alat musik yang digunakan dalam
seni karawitan berupa seperangkat ricikan (instrumen) gamelan yang terdiri
atas alat musik perkusi yang dibuat dari bahan utama logam (perunggu,
kuningan, besi atau logam lainnya). Selain itu menabuh gamelan tidak boleh
berlaku sembarangan karena terdapat tata krama menabuh gamelan dan hal
tersebut dapat melatih kepribadian siswa. Berdasarkan apa yang sudah
dijelaskan berikut contoh alat musik gamelan yang dapat dilihat pada gambar
di bawah:
Gambar 2.2. Gamelan Jawa
28
Sejalan dengan pendapat diatas Sila Widhyatama (2012 : 61) menjelaskan
gamelan Jawa memiliki nada berbeda dan lebih lembut dibandingkan dengan
Gamelan Bali yang rancak serta gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan
didominasi suara seruling. Selanjutnya gamelan Jawa terbagi kedalam dua
bagian, pembagian tersebut didasari oleh perbedaan nada (laras) yang terdapat
pada masing-masing gamelan yaitu laras pelog dan slendro. Laras pelog
menggunakan nada-nada 1 2 3 4 5 6 7 sedangkan laras slendro menggunakan
nada-nada 1 2 3 4 5 6. Jarak antara nada-nada laras slendro berlainan dengan
nada-nada pada laras pelog. Nada 1-2 pelog berbeda dengan 1-2 slendro.
Dapat disimpulkan gamelan adalah suatu alat musik yang berkaitan
dengan karawitan yang terbuat dari bahan logam, yang dapat dimainkan
dengan cara dipukul. Gamelan memiliki ciri khas yang berbeda-beda, untuk
gamelan Jawa cenderung halus, Bali rancak dan Sunda mendayu-dayu.
Kemudian pada gamelan Jawa terdapat dua laras yaitu pelog dan slendro yang
memiliki nada yang berbeda.
29
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.2.Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
No. Identitas Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian
1. Skripsi Endah Prasetyaningrum,2009. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Karawitan Jawa Sebagai Proses Pembentukan Team Work Antarsiswa di SDN 2 Tanggungharjo, Kecamatan Grobogan Semarang.
Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai ekstrakurikuler seni karawitan di lingkup Sekolah Dasar.
Perbedaannya adalah pada penelitian ini meneliti mengenai pembelajaran ekstrakurikuler seni karawitan sebagai proses pembentukan team work
antarsiswa. Perbedaan yang kedua adalah tempat penelitian.
Judul penelitian ini adalah Analisis Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Karawitann di SD Muhammadiyah 08 Dau, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan yang ada di SD Muhammadiyah 08 Dau, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan ekstrakurikuler seni karawitan serta nilai karakter apa saja yang ditanamkan dan terlihat dalam pelaksanan ekstrakurikuler seni karawitan yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
2. JURNAL PELITA, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2014. Oktavia Fitriani, Isnaini dan Uswatun Hasanah. Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
The Implementation
Of Character
Education In Seni Karawitan (Sekar) Extracurricular
Activities In SDN Kauman Yogyakarta.
Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai ekstrakurikuler seni karawitan di lingkup Sekolah Dasar.
Perbedaannya adalah mendeskripsi nilai-nilai pendidikan karakter yang muncul tanggung jawab, cinta budaya, keagamaan, kejujuran, kedisiplinan, toleransi. Perbedaan yang kedua pada tempat penelitian.
3. Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 1 Vol. V Tahun 2016. Wahyu Nurwayan, Mahasiswa KP Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Karawitan Di SDN Kliwonan Purworejo.
Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai nilai karakter yang muncul pada kegiatan ekstrakurikuler Seni Karawitan.
Perbedaannya adalah terdapat 3 tahap dalam implementasi. Nilai yang muncul disiplin, jujur, toleransi, dan peduli lingkungan.
30
C. Kerangka Pikir
Analisis Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Karawitan di SD Muhammadiyah 08 Dau
SD Muhammadiyah 08 Dau telah melaksanakan berbagai macam kegiatan
ekstrakurikuler, salah satunya yaitu seni karawitan. Seni karawitan merupakan
musik tradisional yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
mengapresiasikan dirinya. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan
terdapat nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada sisiwa. Nilai karakter
tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan karakter.
3. Nilai karakter yang akandiamati:Disiplin, Cinta tanah air,Bersahabat/berkomunikasi,Kerja keras, Jujur danReligius
2. Faktor pendukung danpenghambat pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler senikarawitan di SDMuhammadiyah 08 Dau.
1. Pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler seni karawitandi SD Muhammadiyah 08Dau
Teknik Pengumpulan data: 1. Observasi2. Wawancara3. Dokumentasi
Hasil 1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan di SD
Muhammadiyah 08 Dau.2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler seni karawitan.3. Nilai-nilai karakter yang terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler seni
karawitan, yang dapat ditanamkan dan membentuk karakter siswa.
Teknik analisis data: 1. Pengumpulan Data2. Reduksi Data3. Display data4. Verifikasi
Teori: Ekstrakurikuler karawitan merupakan kegiatan dilakukan di luar jam sekolah, bertujuan mengembangkan kebersamaan, melestarikan budaya Jawa & menambah kreativitas siswa (Mudji Sulistyowati, 2013 : 4).