BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Nilai Karakter...

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Nilai Karakter a. Pengertian Nilai Karakter Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang berkaitan dengan kognitif dan afektif (Najib, 2015 : 47). Nilai juga dapat dikatakan sebagai suatu norma atau sebuah standar yang sudah ditentukan dan diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri individu. Di dalam nilai-nilai terdapat pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik dan buruk serta pengaturan perilaku (Abdul Majid, 2015 : 23). Selain itu nilai (value) dapat diartikan sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu, hal inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran, nilai kesederhanaan dan lain sebagainya (Sanjaya, dalam Noor Yanti 2016 : 2). Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai cerminan dari kepribadian seseorang; cara berpikir, sikap dan perilaku (Barnawi 2012 : 20). Selain itu nilai karakter dapat dikatakan sebagai suatu ide atau konsep yang dijadikan sebagai pedoman atau patokan dalam berperilaku bagi seseorang (Solichin, 2015 : 47).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Nilai Karakter...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Nilai Karakter

a. Pengertian Nilai Karakter

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan

berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang berkaitan dengan

kognitif dan afektif (Najib, 2015 : 47). Nilai juga dapat dikatakan sebagai

suatu norma atau sebuah standar yang sudah ditentukan dan diyakini secara

psikologis telah menyatu dalam diri individu. Di dalam nilai-nilai terdapat

pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik dan buruk serta pengaturan

perilaku (Abdul Majid, 2015 : 23).

Selain itu nilai (value) dapat diartikan sebagai norma-norma yang

dianggap baik oleh setiap individu, hal inilah yang selanjutnya akan

menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran,

nilai kesederhanaan dan lain sebagainya (Sanjaya, dalam Noor Yanti 2016 :

2). Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai cerminan dari kepribadian

seseorang; cara berpikir, sikap dan perilaku (Barnawi 2012 : 20). Selain itu

nilai karakter dapat dikatakan sebagai suatu ide atau konsep yang dijadikan

sebagai pedoman atau patokan dalam berperilaku bagi seseorang (Solichin,

2015 : 47).

9

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap

manusia tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas

dalam berperilaku. Nilai karakter merupakan suatu sifat atau sesuatu hal yang

dianggap penting dan berguna dalam kehidupan manusia. Nilai karakter juga

dapat dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam berperilaku.

b. Pendidikan Karakter

Nilai karakter yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam praktik

pendidikan karakter merupakan muatan yang ada di dalam kurikulum.

Dengan kata lain, nilai-nilai karakter yang ada tersebut diimplementasikan ke

dalam kurikulum sekolah. Kurikulum tersebut masuk ke dalam konteks

pendidikan karakter yang diartikan secara luas (Sholeh Hidayat, 2013 : 21).

Pendidikan karakter sendiri dapat diartikan secara luas dan sempit.

Pendidikan karakter secara luas adalah seluruh usaha sekolah di luar bidang

akademis yang bertujuan untuk membantu peserta didik tumbuh menjadi

seseorang yang memiliki karakter baik. Dalam arti sempit, pendidikan

karakter diartikan sebagai pelatihan moral yang merefleksikan nilai-nilai

tertentu (M Najib, 2015: 45).

Departemen Pendidikan Amerika (dalam Barnawi & M. Arifin, 23 :

2012) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses belajar yang

memungkinkan siswa dan orang dewasa untuk memahami, peduli, dan

bertindak pada nilai-nilai etika inti, seperti; rasa hormat, keadilan, kebajikan,

warga Negara yang baik, dan bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang

lain. Selain itu, pendidikan karakter dikatakan sebagai suatu sistem

10

penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen:

kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri,

sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan,

sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya (Mulyasa, 2012 : 7).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulan bahwa nilai

pendidikan karakter merupakan nilai-nilai karakter yang dimuat dalam

kurikulum sekolah. Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terencana untuk

menumbuhkan, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai karakter pada

diri peserta didik. Upaya yang dilakukan kepada peserta didik untuk menjadi

manusia seutuhnya dicampur tangani oleh pihak sekolah dan seorang guru

yang turut serta membantu dalam pembentukan karakter tersebut.

c. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Nilai-nilai luhur pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya

Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia masih memegang dan

menjunjung tinggi adat dan budayanya. Nilai-nilai luhur yang berasal dari

adat dan budaya lokal hendaknya lebih diutamakan untuk diinternalisasikan

kepada peserta didik melalui pendidikan karakter (Agus Wibowo, 2013: 14).

Inti dari pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan pengetahuan kepada

peserta didik tentang kebaikan dan keburukan. Pendidikan karakter

merupakan proses menanamkan (menginternalisasi) nilai-nilai positif kepada

peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat (Noor Yanti,

2016 : 3).

11

Selanjutnya nilai-nilai luhur yang terdapat dalam adat dan budaya suku

bangsa Indonesia, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan

kajian tersebut, Kementrian pendidikan nasional tahun 2010 telah

mengidentifikasi nilai-nilai yang akan diinternalisasikan terhadap generasi

bangsa melalui pendidikan karakter. Berikut 18 nilai-nilai karakter yang

dimaksud :

Tabel 2.1. 18 Nilai Karakter

No Nilai karakter Deskripsi

1 Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Strategi yang dapat dilakukan sekolah seperti pengembangan kebudayaan religius.

2 Jujur perilaku yang di dasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku , etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas, dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis cara berfikir, bersikap,dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa ingintahu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar.

10 Semangat Kebangsaan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12

Sumber: Kementrian Pendidikan Nasional, (2010 : 9)

Beberapa pendapat menyebutkan pengertian nilai-nilai karakter;

disiplin, berkomunikasi/bersahabat, jujur, kerja keras, cinta tanah air dan

religius. Nilai karakter disiplin merupakan sikap yang mentaati peraturan dan

ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih, kontrol yang kuat terhadap

penggunaan waktu, tanggungjawab atas tugas yang diamanahkan serta

bersungguh-sungguh (Ngainun Naim, 2012 : 142). Selanjutnya, Novan Ardy

(2013 : 78) menjelaskan nilai berkomunikasi/ bersahabat sebagai; manusia

merupakan mahluk sosial, yang harus mempunyai kemampuan dalam

berkomunikasi sehingga dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Dan,

nilai karakter jujur adalah perilaku jujur didasarkan pada mengenal

kekurangan dan kelebihan diri sendiri (Barnawi & M.Arifin, 2012 : 74).

No Nilai karakter Deskripsi

11 Cinta tanah air cara berfikir, bersikap,dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi sikap dan tindakanyang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/Berkomunikasi tindakan yang memeperlihatkan tindakan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

14 Cinta Damai sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membacan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli Lingkungan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyrakat yang membutuhkan.

17 Peduli Sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung Jawab sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan yang Maha Esa.

13

Nilai karakter kerja keras dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus

dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang

menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma, dalam Wawan suryo 5 : 2014).

Nilai karakter cinta tanah air merupakan suatu sikap yang dilandasi ketulusan

dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air

dan kebahagiaan bangsanya (Bahiyyah Solihah, 2015 : 17). Sedangkan nilai

karakter religius adalah nilai yang mengacu pada nilai-nilai dasar yang

terdapat dalam agama Islam (Siswanto, 2013 : 99).

Melengkapi uraian tersebut Heritage Foundation (dalam Mulyasa, 2012

: 15) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan

karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah: 1) cinta kepada Allah dan

semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3) jujur; 4)

hormat dan santun 5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama; 6) percaya diri,

kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8)

baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ambil kesimpulan bahwa nilai-nilai

pendidikan karakter dapat ditemukan dalam budaya Indonesia. Nilai-nilai

karakter tersebut telah dikaji kedalam beberapa aspek yang mengandung hal-

hal positif. Nilai karakter tersebut diberikan kepada peserta didik melalui

pendidikan karakter di sekolah.

d. Tujuan Pendidikan Karakter

Proses dan tujuan dari pendidikan karakter adalah adanya perubahan

kualitas yang meliputi 3 aspek pendidikan, yakni kognitif, afektif,

14

psikomotorik yang dijadikan sebagai patokan dalam peningkatan wawasan,

perilaku dan keterampilan, serta terwujudnya insan yang berilmu dan

berkarakter (Barnawi & M. Arifin, 2012 : 28). Selanjutnya Mulyasa (2012 :

9) menyatakan pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu,

proes dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan

standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Selain itu, tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah ada 3 yaitu:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dengan cara memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai

tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik saat masih sekolah

maupun setelah lulus. 2) Mengoeksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah dengan bertujuan meluruskan

berbagai perilaku negatif anak menjadi positif. 3) Memmbangun koneksi

yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan

tanggung jawab karakter bersama (Novan Ardy, 2013 : 70).

Jadi, tujuan dari pendidikan karakter yaitu adanya perubahan yang

mengarah kedalam kualitas yang lebih baik lagi. Perubahan tersebut tidak

hanya mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik saja, tetapi dapat

meningkatkan mutu dan kepribadian khas yang dapat di terapkan pada

kehidupan sehari-hari. Kepribadian yang khas dapat diterapkan baik di

sekolah maupun dirumah yang terlaksana dengan seimbang.

15

e. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Implementasi pendidikan karakter di setiap sekolah dapat dikatakan

berbeda-beda, sekolah tentunya memiliki manajemen dan cara tersendiri

dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang ada. Upaya yang dapat

dilakukan yaitu dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter kedalam 3

kegiatan disekolah, yaitu dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan

esktrakurikuler dan kegiatan pembiasaan. Internalisasi nilai-nilai karakter

melalui kegiatan pembiasaan merupakan proses menanamkan nilai-nilai

karakter yang berguna, melalui kegiatan pembiasaan secara rutin dan spontan

agar peserta didik mampu meyakini dan mewujudkan dalam kehidupan

sehari-hari (M Najib, 2012 : 66).

Agus Wibowo (2013 : 15) menjelaskan bahwa implementasi

pendidikan karakter bisa dilakukan dengan: a) Terintegrasi dalam

pembelajaran yaitu kesadaran akan pentingnya nilai-nilai yang diintegrasikan

dalam tingkah laku peserta didik yang berlangsung dalam proses

pembelajaran di kelas; b) Terintegrasi dalam pengembangan diri melalui

kegiatan ekstrakurikuler; c) Terintegrasi dalam manajemen sekolah yaitu

yang berkaitan dengan pengelolaan peserta didik, peraturan sekolah, sarana

dan prasarana, keuangan, pembelajaran dan lain sebagainya. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Mulyasa (2012 : 10) menjabarkan bahwa pada umumnya

pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan,

16

dan pembiasaan yang dijadikan metode pendidikan utama dan memiliki

pengaruh besar terhadap peserta didik.

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah implementasi yang dilakukan

disekolah dapat dilakukan dengan pembiasaan. Terintegrasi ke dalam 3 hal

penting yaitu; pembelajaran yang kaitannya dengan siswa, pengembangan diri

seperti program ekstrakurikuler di luar jam efektif belajar siswa, dan

terintegrasi dalam manajemen sekolah. Artinya, sekolah juga harus

memperhatikan kondisi lingkungan yang dimiliki, sarana prasarana, dan

sebagainya.

f. Keterkaitan Ekstrakurikuler Karawitan dengan Nilai Pendidikan

Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu upaya dari pihak sekolah untuk

membentuk, mengarahkan, dan membimbing perilaku peserta didik, sesuai

dengan nilai-nilai yang bersumber pada norma-norma tertentu. Dalam

menanamkan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menginternalisasi

nilai-nilai karakter kedalam kegiatan pembiasaan pembelajaran agar peserta

didik mampu meyakini dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Internalisasi nilai-nilai karakter tidak hanya dilakukan pada

matapelajaran saja. Akan tetapi nilai-nilai tersebut juga dapat

diinternalisasikan kedalam kegiatan sekolah seperti program ekstrakurikuler.

Program kegiatan esktrakurikuler yang dapat dikembangkan salah satunya

seni karawitan yang merupakan kesenian daerah yang khas terutama bagi

17

masyarakat Jawa yang beranggapan karawitan/gamelan mempunyai fungsi

estetika yang berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual.

Purwandi (dalam Diktat Seni Karawitan 2009 : 7) menyatakan bahwa

seni karawitan atau gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes dan dapat

digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang terbiasa

mengikuti karawitan, akan tumbuh rasa setiakawan, halus dalam tegur sapa,

dan bertingkah laku sopan dan santun. Hal tersebut dikarenakan segala

perilaku penabuh gamelan diatur menurut budaya Jawa, mulai dari duduk,

berdiri, berjalan, busana yang dikenakan, dan sebagainya. Seperangkat etika

ini yang menunjukkan bahwa belajar seni karawitan pada dasarnya juga

memuat pendidikan karakter yang sedang dikedepankan oleh lembaga

pendidikan (Purwandi, 2009 : 7). Karawitan juga dapat dijadikan alat untuk

membentuk kepribadian, jiwa nasionalisme (Soeardi, 1989 : 4).

Berdasarkan Paparan diatas, keterkaitan antara ekstrakurikuler

karawitan dengan pendidikan karakter sudah jelas adanya. Ekstrakurikuler

seni karawitan dapat menjadi wadah maupun alat dalam menanamkan nilai-

nilai karakter bagi siswa. Selain itu ekstrakurikuler seni karawitan juga dapat

membentuk kepribadian siswa.

2. Ekstrakurikuler di SD

a. Pengertian Ekstrakurikuler

Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana yang tertera dalam

tujuan nasional No 20 tahun 2003 dapat diwujudkan melalui salah satu

kegiatan dalam program kurikuler. Kedudukan ekstrakurikuler dianggap

18

penting karena dapat menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik

yang berbeda, seperti perbedaan rasa akan nilai moral dan sikap, kemampuan,

dan kreativitas. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat

operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun

dan dituangkan kedalam kalender pendidikan yang sudah di atur pada

peraturan pemerintah No 32 tahun 2013.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang kegiatan ekstrakurikuler

menyatakan bahwa: “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang

dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar intrakurikuler dan kegiatan

kokurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan”. Selain

itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang

dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilakukan di

dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan,

meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama,

dan norma-norma sosial (Novan Ardy Wiyani, 2013 : 108). Kegiatan

ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan,

pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan

dasar penunjang (Abdul Rachmad Shaleh, dalam Jati, 2015 : 20).

Secara keseluruhan, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan

yang dilakukan di luar jam pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler dilakukan di lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan

19

pengawasan pihak sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler diorientasikan untuk

memperluas dan memperkaya wawasan serta kemampuan siswa.

b. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam PPK,

2016 : 24) kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk menyalurkan dan

mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kearifan lokal, dan daya dukung yang tersedia.

Semua kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan harus memuat dan

menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangan dalam setiap bentuk

kegiatan yang dilakukan. Mumuh Sumarna (dalam Ario Wira, 2012 : 5)

mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan

antara pengetahuan yang di peroleh dalam program kurikulum dengan

keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Dapat ditarik kesimpulan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler dapat

dijadikan sebagai sarana penunjang bagi proses pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah guna untuk mendukung perkembangan peserta didik

melalui pengembangan potensi dan pembentukan karakter, pengembangan

sosial, dan sebagai kegiatan yang menyenangkan di lakukan di sekolah serta

nantinya dapat menunjang kemampuan siswa untuk melangkah ke dunia

karir. Semua kegiatan yang dilakukan tersebut memiliki tujuan, karena tanpa

tujuan yang jelas, kegiatan tersebut akan sia-sia.

Selanjutnya, tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler yang diatur dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

20

62 tahun 2014 ayat (2) yaitu: “Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan

dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,minat, kemampuan,

kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam

rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional”.

Roni Nasrudin (dalam Era pralita, 2015: 25) menjelaskan mengenai

tujuan ekstrakurikuler yaitu: 1) siswa dapat memperdalam dan memperluas

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mengenai hubungan antara

berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi

upaya pembinaan manusia yang seutuhnya yang mencakup beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, sehat rohani dan

jasmani, berkepribadian yang mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab; 2)

siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan

anatara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan

kebutuhan dan keadaan lingkungan yang ada.

Berdasarkan paparan diatas kegiatan ekstrakurikuler memiliki berbagai

fungsi dan tujuan. Dengan kata lain kegiatan ekstrakurikuler memiliki nilai-

nilai pendidikan bagi siswa serta dapat mengembangkan potensi, bakat, dan

minat yang dimiliki. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membina siswa

menjadi manusia yang seutuhnya.

c. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler tentunya memiliki beberapa manfaat. Salah

satunya siswa dapat mengasah kemampuan atau bakat yang dimiliki. Renstra

(dalam Jati, 2013 : 23) menyebutkan manfaat kegiatan ekstrakurikuler

21

sebagai berikut: a) olah hati, memperteguh keimanan dan ketakwaan,

meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk

kepribadian unggul, membangun kepemimpinan; b) olah pikir, membangun

kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; c) olah rasa,

meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni

dan budaya; d) olah raga, meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan,

serta ketrampilan kinestetis; e) membantu siswa dalam pengembangan

minatnya serta mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar dan

menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri.

Penjelasan tersebut sejalan dengan Oemar Hamalik (2006 : 182) juga

menjelaskan manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler ada 9 macam, yaitu:

“1) memenuhi kebutuhan kelompok. 2) menyalurkan minat dan bakat. 3) mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran. 4) mengikat para siswa di sekolah. 5) mengembangkan loyalitas terhadap sekolah. 6) mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial. 7) mengembangkan sifat-sifat tertentu. 8) menyediakan kesempatan pemberian bimbingan dan layanan informal. 9) mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah”.

Adapun manfaat ekstrakurikuler lainnya yang diperoleh ketika

mengikuti perlombaan yaitu memberikan kreativitas kepada peserta didik

dengan menanamkan rasa percaya diri (Ngainun Naim, 2012 : 128). Selain itu

ekstrakurikuler juga dapat menciptakan nuansa yang menyenangkan dan

suasana pembelajaran yang bervariasi di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler

dapat meminimalkan kebosanan belajar dengan sedemikian rupa sehingga

prestasi belajar anak dapat ditingkatkan secara optimal (Jati Utomo,2015: 10).

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki banyak manfaat yang dapat

membantu memenuhi kebutuhan seseorang dalam menyalurkan bakat yang

22

dimiliki. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membentuk pribadi

yang unggul, meningkatkan kepekaan dan kekompakan, meningkatkan daya

kreatifitas, dan cinta terhadap budaya. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat

menumbuhkan sikap tanggung jawab serta semangat di dalam belajar. Hal

tersebut sesuai dengan nilai-nilai karakter.

d. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Sekolah sebagai institusi pendidikan tentunya memiliki jenis kegiatan

ekstrakurikuler yang beragam. Penyelenggarakan ekstrakurikuler disekolah

harus memperhatikan tentang jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan

siswanya. Berikut beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diatur

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 62 tahun

2014 yaitu: 1) Krida berisi: kepramukaan, latihan kepemimpinan siswa, PMR,

usaha kesehatan sekolah, Paskibra; 2) karya ilmiah berupa: KIR, kegiatan

penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian; 3) latihan olah-

bakat dan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan

budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi komunikasi dan

lainnya; 4) keagamaan berupa: pesantren kilat, ceramah keagamaan, BTQ,

dan kegiatan lainnya.

Popi Sopiatin (2010 : 100) membagi kegiatan ekstrakurikuler ke dalam

dua jenis yaitu, kegiatan ekstrakurikuler langsung dan tidak langsung.

Kegiatan esktrakurikuler langsung berkaitan dengan pembelajaran yang ada

di kelas yang disediakan oleh sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan siswa. Sedangkan ekstrakurikuler tidak langsung berhubungan

23

dengan pembelajaran di kelas yang berfungsi untuk penyesuaian diri dengan

kehidupan, integratif, dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam

mencapai tujuan yang diinginkan. Kemudian Novan Ardy (2012 : 107)

menjelaskan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang umumnya ada di Sekolah

Dasar seperti Pramuka, karya ilmiah, dan latihan/olah bakat/prestasi.

Bahwa jenis kegiatan yang dapat diterapkan di sekolah sangat banyak

ragamnya. Sekolah dapat menentukan sendiri jenis ekstrakurikuler yang ingin

diterapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Kehadiran

ekstrakurikuler tersebut sangat bermanfaat bagi para peserta didik. Jenis

ekstrakurikuler yang diterapkan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan, serta digunakan dalam hal menyesuaikan diri,

integratif dan bekerjasama untuk mencapai apa yang diinginkan.

3. Seni Karawitan

a. Pengertian Seni Karawitan

Menurut pengertian Ilmu Bahasa dalam buku Teori Dasar Karawitan

Atik Supandi B.A (1976 : 2) menjelaskan karawitan berasal dari kata rawitan.

Rawit berarti cabai kecil, tapi cukup pedas, kemudian halus, indah dan seni.

Sedangkan dalam arti khusus, karawitan adalah seni suara daerah yang

berlaras pelog-salendro. Sehubungan dengan pendapat tersebut, Dr. Purwadi

(2009 : 4) juga menjelaskan bahwa karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit

yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik,

berliku-liku dan enak.

Ekstrakurikuler karawitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

di luar jam sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kebersamaan,

24

melestarikan budaya Jawa dan menambah kreativitas siswa (Mudji

Sulistyowati, 2013 : 4). Sebagai salah satu kesenian khas Indonesia karawitan

perlu dijaga kelestariannya. Peestarian karawitan dapat menumbuhkan

semangat mencintai kebudayaan bangsa sendiri kepada generasi muda,

generasi penerus bangsa, terutama anak-anak dan remaja (Faraby

Ferdiansyah, 2010: 14).

Simpulan yang dapat diambil, seni karawitan adalah seni suara maupun

instrumental yang berkaitan dengan sesuatu yang halus dan indah. Seni

karawitan juga dapat mengembangkan kemampuan seseorang dalam

mengapresiasikan dirinya. Selain itu seni karawitan biasanya dimainkan

menggunakan alat gamelan dan laras atau dapat menggabungkan kedua unsur

musik tersebut.

b. Jenis-jenis Karawitan Jawa

Dalam peraktiknya, karawitan digunakan untuk mengiringi tarian,

upacara adat dan nyanyian. Ditinjau dari cara penyajiannya Atik Supandi (9 :

1976) membagi karawitan kedalam tiga jenis yaitu karawitan sekar, karawitan

gendhing dan karawitan sekar gending :

a) karawitan Sekar (vokal) : lebih mengutamakan vokal dalam penyajiannya, suara vokal dikhususkan untuk menimbulkan rasa seni yang sangat dikaitkan dengan indera pendengaran. Karawitan vokal erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu berdampingan; b) karawitan gendhing (instrumen) : lebih mengutamakan instrumen dari alat musik, seni suara di hilangkan. Ditinjau dari cara memainkannya, karawitan gendhing digolongkan kedalam alat musik: (1) Digesek/dikeset : rebab, tarawangsa. (2) Dipetik: kecapi, (3) Digoyangkan: Angklung, (4) Ditiup: suling, (5) Dipukul: Gong, saron, demung, bonang, kempul, dogdog, kenong, kendang dsb; c) karawitan Sekar Gendhing (vokal dan instrumen) : jenis ini memadukan unsur vokal dan instrumen alat musik, Sekar Gendhing merupakan satu kesatuan yang utuh yang menghasilkan permainan vokal dan musik dengan unsur keindahan atau estetika.

25

Seni karawitan jenisnya bermacam-macam. Terdapat jenis karawitan

yang lebih mengutamakan vokal yang erat kaitannya dengan nada dan suara

mulut. Ada pula yang hanya mengutamakan instrumen dari alat musik saja.

Selain itu terdapat pula perpaduan antara unsur vokal dengan instrumen

musik sehingga tercipta permainan yang indah.

c. Fungsi dan Manfaat Seni Karawitan

Seni karawitan memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai sarana

komunikasi yang efektif yang mampu menyampaikan pesan atau

berkomunikasi dengan baik. Pesan atau makna suatu karya seni tidak akan

sampai ke dalam hati apabila komunikasinya kurang efektif (Djelantik, dalam

Kartiman 2007 : 11). Selanjutnya dilihat dari cara penyajiannya, karawitan

mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai : 1) ungkapan jiwa yang digunakan oleh

seniman untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwanya; 2) apresiasi

tumbuh ketika penonton telah selesai melihat pergelaran karawitan; 3)

karawitan dapat berfungsi sebagai hiburan jika seseorang dapat terhibur dan

senang ketika memainkan atau melihat pergelaran karawitan. Selain itu orang

yang mengikuti karawitan rasa setiakawan tumbuh, tutur kata halus,

berperilaku sopan dan santun (Purwandi, 2009 : 7).

Permasalahan ilmu dan teknik menabuh dalam karawitan dapat

bermanfaat. Bersamaan dengan itu, karawitan bermanfaat sebagai sarana

hiburan dan komunikasi, serta alat untuk membentuk kepribadian (jiwa

nasionalisme) dan memperkaya kerohanian-kerohaniannya (W.Soeradi, 1989

: 4). Faraby Ferdiansyah (2010 : 13) juga menyatakan bahwa melalui

26

karawitan, seseorang bisa menghilangkan sifat brutal, menambah kreativitas,

dan memupuk prinsip-prinsip kerjasama.

Selain itu hal positif lain yang dapat di ambil dari mengikuti kegiatan

karawitan yaitu: (a) bermain karawitan, dapat melestraikan kebudayaan

Indonesia dan menunjukkan identitas bangsa Indonesia; (b) tidak hanya

pengetahuan tentang dunia musik saja yang di dapat, akan tetapi rasa

kekeluargaan dan nilai-nilai luhur seperti etika dan moral etnis Jawa yang

terkandung dalam karawitan. Melengkapi uaraian diatas, Ngainun Naim

(2012 : 129) menjelaskan bahwa melalui pendidikan seni, peserta didik dapat

memperoleh pengalaman berharga bagi dirinya. Selain itu peserta didik dapat

mengekspresikan sesuatu tentang dirinya.

Jadi seni karawitan memiliki beberapa fungsi. Fungsi utama dari

karawitan yaitu sebagai alat komunikasi yang efektif. Komunikasi pada seni

karawitan dapat dilihat melalui apa yang ditampilkan yang merupakan hasil

kerjasama antar unsur yang ada di dalam seni karawitan. Fungsi lain dari seni

karawitan yaitu ketika penonton yang melihat pagelaran seni karawitan akan

senantiasa memberikan apresiasi karena merasa terhibur dan senang ketika

melihat pergelaran seni karawitan. Mempelajari seni karawitan, dapat

membentuk kepribadian, melestarikan musik tradisional budaya Indonesia

saat ini, meningkatkan rasa kekeluargaan dan nilai-nilai yang ada di dalam

adat budaya Jawa.

27

d. Gamelan Jawa

Faraby Ferdiansyah (2010 : 4) mengungkapkan bahwa gamelan sangat

berkaitan dengan karawitan, karena pada dasarnya karawitan dan gamelan

selalu beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Istilah gamelan merujuk pada

instrumennya atau alat musik. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh

Supanggah (dalam Nurinna Ayun Kuswandani, 2002 : 12) gamelan

digunakan untuk menyebut seperangkat alat musik yang digunakan dalam

seni karawitan berupa seperangkat ricikan (instrumen) gamelan yang terdiri

atas alat musik perkusi yang dibuat dari bahan utama logam (perunggu,

kuningan, besi atau logam lainnya). Selain itu menabuh gamelan tidak boleh

berlaku sembarangan karena terdapat tata krama menabuh gamelan dan hal

tersebut dapat melatih kepribadian siswa. Berdasarkan apa yang sudah

dijelaskan berikut contoh alat musik gamelan yang dapat dilihat pada gambar

di bawah:

Gambar 2.2. Gamelan Jawa

28

Sejalan dengan pendapat diatas Sila Widhyatama (2012 : 61) menjelaskan

gamelan Jawa memiliki nada berbeda dan lebih lembut dibandingkan dengan

Gamelan Bali yang rancak serta gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan

didominasi suara seruling. Selanjutnya gamelan Jawa terbagi kedalam dua

bagian, pembagian tersebut didasari oleh perbedaan nada (laras) yang terdapat

pada masing-masing gamelan yaitu laras pelog dan slendro. Laras pelog

menggunakan nada-nada 1 2 3 4 5 6 7 sedangkan laras slendro menggunakan

nada-nada 1 2 3 4 5 6. Jarak antara nada-nada laras slendro berlainan dengan

nada-nada pada laras pelog. Nada 1-2 pelog berbeda dengan 1-2 slendro.

Dapat disimpulkan gamelan adalah suatu alat musik yang berkaitan

dengan karawitan yang terbuat dari bahan logam, yang dapat dimainkan

dengan cara dipukul. Gamelan memiliki ciri khas yang berbeda-beda, untuk

gamelan Jawa cenderung halus, Bali rancak dan Sunda mendayu-dayu.

Kemudian pada gamelan Jawa terdapat dua laras yaitu pelog dan slendro yang

memiliki nada yang berbeda.

29

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.2.Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

No. Identitas Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian

1. Skripsi Endah Prasetyaningrum,2009. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Karawitan Jawa Sebagai Proses Pembentukan Team Work Antarsiswa di SDN 2 Tanggungharjo, Kecamatan Grobogan Semarang.

Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai ekstrakurikuler seni karawitan di lingkup Sekolah Dasar.

Perbedaannya adalah pada penelitian ini meneliti mengenai pembelajaran ekstrakurikuler seni karawitan sebagai proses pembentukan team work

antarsiswa. Perbedaan yang kedua adalah tempat penelitian.

Judul penelitian ini adalah Analisis Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Karawitann di SD Muhammadiyah 08 Dau, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan yang ada di SD Muhammadiyah 08 Dau, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan ekstrakurikuler seni karawitan serta nilai karakter apa saja yang ditanamkan dan terlihat dalam pelaksanan ekstrakurikuler seni karawitan yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

2. JURNAL PELITA, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2014. Oktavia Fitriani, Isnaini dan Uswatun Hasanah. Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

The Implementation

Of Character

Education In Seni Karawitan (Sekar) Extracurricular

Activities In SDN Kauman Yogyakarta.

Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai ekstrakurikuler seni karawitan di lingkup Sekolah Dasar.

Perbedaannya adalah mendeskripsi nilai-nilai pendidikan karakter yang muncul tanggung jawab, cinta budaya, keagamaan, kejujuran, kedisiplinan, toleransi. Perbedaan yang kedua pada tempat penelitian.

3. Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 1 Vol. V Tahun 2016. Wahyu Nurwayan, Mahasiswa KP Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Karawitan Di SDN Kliwonan Purworejo.

Penelitian ini sama-sama meneliti mengenai nilai karakter yang muncul pada kegiatan ekstrakurikuler Seni Karawitan.

Perbedaannya adalah terdapat 3 tahap dalam implementasi. Nilai yang muncul disiplin, jujur, toleransi, dan peduli lingkungan.

30

C. Kerangka Pikir

Analisis Nilai Karakter dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Karawitan di SD Muhammadiyah 08 Dau

SD Muhammadiyah 08 Dau telah melaksanakan berbagai macam kegiatan

ekstrakurikuler, salah satunya yaitu seni karawitan. Seni karawitan merupakan

musik tradisional yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

mengapresiasikan dirinya. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan

terdapat nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada sisiwa. Nilai karakter

tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan karakter.

3. Nilai karakter yang akandiamati:Disiplin, Cinta tanah air,Bersahabat/berkomunikasi,Kerja keras, Jujur danReligius

2. Faktor pendukung danpenghambat pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler senikarawitan di SDMuhammadiyah 08 Dau.

1. Pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler seni karawitandi SD Muhammadiyah 08Dau

Teknik Pengumpulan data: 1. Observasi2. Wawancara3. Dokumentasi

Hasil 1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan di SD

Muhammadiyah 08 Dau.2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler seni karawitan.3. Nilai-nilai karakter yang terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler seni

karawitan, yang dapat ditanamkan dan membentuk karakter siswa.

Teknik analisis data: 1. Pengumpulan Data2. Reduksi Data3. Display data4. Verifikasi

Teori: Ekstrakurikuler karawitan merupakan kegiatan dilakukan di luar jam sekolah, bertujuan mengembangkan kebersamaan, melestarikan budaya Jawa & menambah kreativitas siswa (Mudji Sulistyowati, 2013 : 4).