BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.eprints.umm.ac.id/38257/3/BAB II.pdf · Kurikulum 2013 ini...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.eprints.umm.ac.id/38257/3/BAB II.pdf · Kurikulum 2013 ini...
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas (a) kajian teori, (b) kajian penelitian yang
relevan, (c) kerangka pikir.Berikut adalah penjabaran dari kajian teori, kajian
penelitian yang relevan dan kerangka pikir.
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Tematik
(1) Definisi Pembelajaran Tematik
Dalam buku Majid (2014: 80) menyatakan bahwa “pembelajaran
tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (intregated
instruction) yang pembelajaran tersebut memungkinkan siswa, baik secara
individu maupun kelompok aktif dalam menggali dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik (menyeluruh), bermakna dan
otentik.” Diungkapkan oleh Trianto bahwa “pembelajaran tematik dapat
dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema
tertentu” (Prastowo, 2014: 54). Dari kedua pengertian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang dirancang dari beberapa tema tertentu yang
dapat membuat siswa dapat terus menggali pengetahuan dan menemukan
sendiri konsep yang seharusnya mereka ketahui dan prinsip keilmuan
secara menyeluruh dan nyata.
Istilah pembelajaran tematik juga dikenal dengan pembelajaran
terpadu. Meskipun penyebutan istilah pembelajaran tematik berbeda,
14
namun memiliki arti yang sama yaitu melibatkan beberapa bidang studi.
Kurikulum 2013 ini menyederhanakan pembelajaran menjadi satu tema,
dalam satu tema terdapat 3 subtema dan pada setiap subtema terdapat 6
pembelajaran. Pembelajaran tematik atau kurikulum 2013 dalam satu
pembelajaran terdapat mata pelajaran berbeda yang dibahas dalam satu
waktu.
Menurut Suprihatiningrum, pembelajaran tematikmerupakan upaya
pembelajaran berdasarkan pada lingkungan. “Lingkungan yang dimaksud
di sini tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung,
tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk
menyampaikan informasi” (Suprihatiningrum, 2016: 75). Pendayagunaan
lingkungan dalam proses pembelajaran yaitu lingkungan tersebut yang
dibawa ke dalam kelas dan siswa yang dibawa secara langsung ke dalam
masyarakat, seperti dengan cara teknik karyawisata.
(2) Ciri Model Pembelajaran Terpadu/Tematik
“Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
ciri, diantaranya a) berpusat pada anak (student centered), b) proses
pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, c)
pemisahan antarbidang studi tidak terlihat jelas” (Suprihatiningrum, 2016:
252).
Meskipun pada buku tematik diperlihatkan secara jelas mata
pelajaran yang dibahas, namun ketika pembelajaran berlangsung mata
pelajaran tersebut menyatu dengan mata pelajaran lain, sehingga harus
saling berkaitan dan seperti tak tampak berdiri sendiri. Pembelajaran
15
tematik juga lebih mengutamakan pemberian pengalaman langsung yang
berarti dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan mudah diingat.
(3) Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik mempunyai keunggulan dibandingkan
pembelajaran konvensional. Ada enam keunggulan yang dikutip pada
buku Prastowo dan diungkapkan oleh Rusman sebagai berikut : “1)
pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) kegiatan yang
dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan
bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan
belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lingkungannya; 6) mengembangkan keterampilan
sosial siswa, seperti : kerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap
terhadap gagasan orang lain” (Prastowo, 2014: 69).
Meskipun pembelajaran tematik memiliki keunggulan seperti yang
telah disebutkan di atas, tetap saja akan selalu ada kekurangan atau
keterbatasan karena tidak ada yang sempurna. Dalam buku
Suprihatiningrum menjelaskan bahwa salah satu keterbatasan yang
menonjol adalah pada faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut
evaluasi yang dilakukan tidak hanya pada produk, tetapi juga proses
(Suprihatiningrum, 2016: 253). Selain itu, jika sarana dan sumber belajar
16
seperti bahan bacaan atau sumber belajar lainnya yang digunakan guru
sangat kurang, maka penerapan pembelajaran tematik akan terhambat.
(4) Karakteristik Pembelajaran Tematik
Dalam buku Prastowo menyatakan bahwa, ada beberapa macam
karakteristik pembelajaran tematik diantaranya “a) adanya efisiensi, b)
kontekstual, c) student centered, d) autentik, e) pemisahan mata pelajaran
yang kabur, f) holistis, g) fleksibel, h) hasil pembelajaran berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, i) kegiatan belajarnya sangat
relevan dengan kebutuhan siswa SD/MI, j) kegiatan yang dipilih bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa.” Penjelasan lebih lanjut terkait
karakteristik tersebut yaitu :
a. Adanya efisiensi
Efisiensi yaitu dalam penggunaan, baik itu dalam penggunaan waktu
maupun sumber belajar ketika guru memberikan pengalaman belajar.
b. Konstekstual
Pendekatan pembelajaran konstektual yaitu pada masalah yang nyata.
Menurut Rusman (2010: 189) “mengajar bukan transformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah
konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,
akantetapi lebih ditekankan pada upaya menfasilitasi siswa untuk
mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang
dipelajarinya.”
17
c. Student Centered (Berpusat pada Siswa)
Guru tidak diperkenankan memperlakukan siswa sebagai pihak yang
pasif (Prastowo, 2014: 102). Karena di sini siswa harus aktif dalam
proses pembelajaran.
d. Memberikan Pengalaman Langsung (Autentik)
Memberikan siswa pengalaman langsung di sini maksudnya adalah
siswa dituntut agar mengalami dan mendalami materi secara langsung
dengan diri mereka masing-masing.
e. Pemisahan Mata Pelajaran yang Kabur
Pemisahan antarmata pelajaran ini bukan memiliki arti untuk
menghilangkan makna pada mata pelajaran ataupun untuk
mengaburkan atau mentidakjelaskan tujuan pembelajaran.
f. Holistis
Di sini siswa diupayakan agar dalam memahami materi tidak setengah-
setengah sehingga mampu memahami secara utuh.
g. Fleksibel
Guru dalam mengajarkan pembelajaran tematik harus fleksibel yaitu
tidak boleh kaku saat proses belajar dan mengajar.
h. Hasil Pembelajaran Berkembang Sesuai Minat dan Kebutuhan Siswa
Maksudnya, yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar adalah sesuatu
yang memang sangat berguna bagi mereka, sangat dibutuhkan serta
sangat memengaruhi perkembangan intelektual dan kehidupan mereka.
18
i. Kegiatan Belajarnya Sangat Relevan dengan Kebutuhan Siswa SD/MI
Dalam pembelajaran tematik, kemampuan pemahaman konseptual
siswa terhadap realitas dapat ditingkatkan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualitasnya. Anak-anak dalam membentuk konsep
melalui pengalaman yang dilakukan secara langsung. Ketika anak
berinteraksi dengan orang lain, secara tidak langsung mereka akan
memperoleh informasi yang relevan, setelah itu mereka akan
memadukan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
j. Kegiatan yang Dipilih Bertolak dari Minat dan Kebutuhan Siswa
Pendekatan pembelajaran tematik bertolak dari suatu tema yang dipilih
dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran (Prastowo, 2014: 105).
2. Buku Ajar
1) Definisi Buku Ajar
Buku merupakan salah satu sumber belajar yang diperoleh seseorang
untuk mendapatkan informasi maupun pengetahuan yang dibutuhkan.Pada
jenjang pendidikan dasar maupun jenjang pendidikan menengah, buku yang
dimaksud tersebut adalah buku pelajaran (Febriani, 2013: 1). Buku yang
baik haruslah memiliki informasi yang luas, namun tidak keluar dari
pembahasan dalam judul buku tersebut.
“Buku ajar yaitu buku teks pelajaran merupakan buku acuan wajib
untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka
peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
19
kemampuan estetis, potensi fisik kesehatan yang disusun berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP)” (Pasal 1 Permendiknas RI No. 11
Tahun 2005 Tentang Buku Teks Pelajaran). Pengertian buku ajar atau buku
pelajaran yang ada pada buku Arifin, dkk adalah “jenis buku yang
digunakan dalam aktivitas belajar dan mengajar.” Pada dasarnya semua
buku itu dapat digunakan sebagai bahan dalam proses pembelajaranyang
disesuaikan dengan materipembelajaran (Arifin, dkk, 2009: 56). Dalam buku
Wiyanto pengertian “buku ajar adalah buku yang berisi pengetahuan bidang
ilmu atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada jenjang
pendidikan tertentu” (Wiyanto, dkk, 2012: 38). Dari ketiga pengertian buku
ajar di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian bahwa buku ajar adalah
buku acuan wajib yang berisi pengetahuan bidang ilmu dan disesuaikan pada
jenjang pendidikan siswa dalam aktivitas belajar mengajar untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam segala bidang.
2) Tujuan Pengembangan Buku Ajar
Pengembangan buku ajar memiliki tujuan dan prinsip pengembangan
(Indrianto, 2011: 39). Tujuan pengembangan bahan ajar yang berupa buku
ajar meliputi : “a.diperolehnya bahan ajar (buku ajar) yang sesuai dengan
tujuan intitusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran, b.tersusunnya
bahan ajar (buku ajar) sesuai dengan struktur isi mata pelajaran dengan
karakteristiknya masing-masing, c.tersintesakan dan terurutkannya topik-
topik mata pelajaran secara sistematis dan logis, d.terbukanya peluang
pengembangan bahan ajar (buku ajar) secara kontinyu mengacu pada
perkembangan IPTEKS.”
20
3) Karakteristik Pengembangan Buku Ajar
Ada empat karakteristik bahan ajar (buku ajar) tematik, yaitu : aktif,
menarik atau menyenangkan, holistis dan memberikan pengalaman secara
langsungkepada siswa (Prastowo, 2014: 142). Aktif berarti sebagai bahan
ajar atau buku ajar yang dikembangkan dapat memacu keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga dapat memberi semangat
peserta didik untuk rajin belajar. Menarik atau menyenangkan berarti buku
ajar dapat membuat siswa tertarik dan senang belajar menggunakannya.
Holistis berarti materi yang disajikan bersifat membuat siswa memahami
materi tersebut secara menyeluruh atau tidak setengah-setengah. Kemudian
autentik yang berarti dapat membuat atau memberi siswa pengalaman secara
langsung.
4) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan Buku Ajar
Menyusun buku ajar harus sesuai dengan kompetensi dasar,
pencapaian kompetensi dasar tersebut melalui pendekatan tematik. Oleh
karena itu, materi yang dipaparkan di dalam bahan ajar disusun berdasarkan
tema yang telah ditentukan atau tema yang sedang dipelajari (Prastowo,
2014: 192).
3. Buku Ajar Pendamping Tematik
Buku ajar pendamping tematik berarti buku ajar yang dapat digunakan
sebagai pegangan oleh siswa maupun guru selain buku guru dan buku siswa.
Buku ajar pendamping harus dibuat lebih lengkap namun jelas serta menarik
minta siswa untuk membaca dan belajar. Menyusun buku tematik harus
21
didasarkan pada kompetensi dasar, sehingga materi yang disajikan tidak keluar
batas dari kompetensi dasar tersebut.
4. Tinjauan Materi Tema Ekosistem
1) Pengertian Tema Ekosistem
“Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.” Oleh karena itu, ekosistem yaitu sistem kehidupan
dalam suatu lingkungan tertentu (Hadiat, dkk, 2004). Ekosistem menjadi
salah satu tema yang dipelajari pada kelas V.
Tema ekosistem terdapat pada tema 5. Pada tema 5 subtema 2 yang
menjadi pembahasan adalah hubungan antar makhluk hidup dalam
ekosistem yang terdiri dari 6 pembelajaran dan dikolaborasi atau diintegrasi
dengan beberapa materi mata pelajaran lain.
2) Mata Pelajaran Subtema 2
Terdiri dari PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, SBdP, IPA.Berikut
penjelasan dari masing-masing pelajaran.
(1) Bahasa Indonesia
Berikut adalah kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang menjadi dasar
dalam menjabarkan materi kelas V tema ekosistem.
Kompetensi Dasar :
3.7 Menguraikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks
nonfiksi.
4.7 Menyajikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi
ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.
22
Dari kompetensi dasar Bahasa Indonesia tersebut, ada beberapa
materi yang dibahas yaitu ide pokok pada cerita nonfiksi, cerita nonfiksi,
serta gagasan pokok dan gagasan pendukung yang ada di dalam cerita
nonfiksi. Ide pokok adalah suatu ide atau gagasan yang menjadi pokok
dalam pengembangan paragraf. Adapula materi mengenai cerita nonfiksi
adalah cerita karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita
nyata.Informasi penting dalam bacaan. Gagasan pokok adalah ide utama
pada suatu bacaan yang dibahas, kemudian terdapat uraian atau
tambahan yang mendukung gagasan pokok, uraian itulah yang
dinamakan gagasan pendukung.
(2) IPA
Berikut adalah kompetensi dasar mata pelajaran IPA yang menjadi dasar
dalam menjabarkan materi kelas V tema ekosistem.
Kompetensi Dasar :
3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring
makanan di lingkungan sekitar.
4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu
ekosistem.
Dari kompetensi dasar tersebut materi IPA yaitu ekosistem,
hubungan antar makhluk hidup, jaring-jaring makanan dan rantai
makanan.Berikut paparan singkat dari materi IPA.
Dalam buku Haryanto (2012: 195) menyatakan bahwa ekosistem
merupakan kesatuan komunitas makhluk hidup dengan lingkungan
yang memiliki hubungan timbal balik. “Ekosistem akan baik jika terjadi
23
hubungan yang seimbang antar makhluk hidup dan lingkungannya”
(Hermawan, 2011: 112).
Hubungan antar makhluk hidup disebut juga dengan simbiosis,
yang terdiri dari simbiosis mutualisme contoh “jika kupu-kupu hinggap
di sebuah bunga, serbuk sari yang berasal dari bunga sebelumnya akan
menempel pada kepala putik bunga yang dihinggapinya. Melalui cara
tersebut, penyerbukan bunga dapat terjadi”(Rositawaty, 2008: 64).
“Simbiosis Komensalisme contohnya anggrek yang tumbuh di alam
biasanya menempel pada pohon. Dengan demikian, anggrek mendapat
tempat yang sesuai untuk kehidupannya, tetapi tidak mengambil
makanan dari pohon yang ditumpangi.Sementara itu, pohon yang
ditumpanginya tidak mendapat apa-apa, tetapi juga tidak dirugikan”
(Rositawaty, 2008: 65). Simbiosis Parasitisme yaitu hubungan dua
makhluk hidup yang berbeda, satu untung dan satunya dirugikan.
Predasi adalah hubungan antar makhluk hidup di mana hewan yang satu
memakan hewan lain. Simbiosis pertanian adalah hubungan yang ada
pada bidang pertanian.
Rantai makanan adalah gambaran proses makan dan dimakan
dengan garis lurus (Haryanto, 2012: 196). Rantai makanan ada yang
terdapat pada laut, sawah maupun sungai.
(3) SBdP
Berikut adalah kompetensi dasar mata pelajaran SBdP yang menjadi
dasar dalam menjabarkan materi kelas V tema ekosistem.
Kompetensi Dasar :
24
3.3 Memahami properti tari daerah.
4.3 Meragakan penggunaan properti tari daerah
Materi SBdP berdasarkan kompetensi tersebut adalah tari daerah
dan properti yang berkaitan dengan alam (ekosistem). Properti
menyesuaikan tarian yang sedang dilakukan tersebut.
(4) PPKn
Berikut adalah kompetensi dasar mata pelajaran PPKn yang menjadi
dasar dalam menjabarkan materi kelas V tema ekosistem.
Kompetensi Dasar :
1.4 Mensyukuri manfaat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa.
2.4 Menampilkan sikap jujur pada penerapan nilai-nilai persatuan dan
kesatuan untuk membangun krukunan di bidang sosial budaya.
3.4 Memahami manfaat persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.4 Menceritakan manfaat persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Materi yang dibahas yaitu Peristiwa Proklamasi yang menjadi
sejarah dalam mencatat puncak perjuangan bangsa Indonesia sebagai
detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 (Mulyaningsih, 2009: 104). Selain itu materi yang
dibahas adalah kerukunan, persatuan dan kesatuan.
25
(5) IPS
Berikut adalah kompetensi dasar mata pelajaran IPS yang menjadi dasar
dalam menjabarkan materi kelas V tema ekosistem.
Kompetensi Dasar :
3.1 Mengidentifikasi karakteristik geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan/maritim dan agraris serta pengaruhnya terhadap
kehidupan ekonomi, sosial, budaya, komunikasi serta transportasi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik geografis Indonesia
sebagai negara kepulauan/maritim dan agraris serta pengaruhnya
terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya, komunikasi serta
transportasi.
Materi yang dibahas yaitu kondisi atau kenampakan alam yang
berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakatnya.
5. Karakteristik Siswa Kelas V
Pendidikan merupakan proses pendidik mengantarkan anak didik untuk
diarahkan kepada pengetahuan yang relevan dan pengetahuan yang luas. Oleh
karena itu, agar pengetahuan yang relevan dapat diarahkan sebagai pendidik
haruslah mengetahui dan memahami karakteristik peserta didik. Dalam buku
Meichati (1976) yang dikutip dalam buku Binti Maunah, anak didik memiliki
beberapa karakteristik, diantaranya :
1. Peserta didik pada dasarnya belum memiliki pribadi yang dewasa, sehingga
perlu bimbingan pendidik.
2. Masih berusaha untuk menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya.
26
3. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan
secara terpadu, baik itu kebutuhan biologisnya, rohaninya, sosialnya,
intelegensi atau pengetahuannya, emosinya, kemampuan berbicaranya,
perbedaan individual dan sebagainya (Maunah, 2009: 82).
Karakteristik peserta didik yang duduk di sekolah dasar terletak pada
perkembangannya yang bersifat holistik. Perkembangan fisik anak tidak dapat
dipisahkan baik dengan perkembangan mental, sosial maupun emosional.
“Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-
anak yang usianya lebih muda” (Supriadi, 2013: 80).
Peserta didik kelas V adalah anak yang berusia sekitar 10 tahun. Pada
saat anak memasukiusia 6-12 tahun, anak tersebut termasuk masa kanak-kanak
akhir. “Masa kanak-kanak akhir ini disebut pula sebagai masa bermain, dengan
ciri-ciri memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok
sebaya, keadaan psikis yang memungkinkan anak memasuki dunia permainan
dan memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol
dan sebagainya” (Poerwanti, dkk, 2002: 44).
“Pada usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi kelas 4, 5, dan 6),
anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah
diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.Kemampuan
mengontrol emosi tersebut diperoleh anak melalui peniruan dan latihan
(pembiasaan)” (Yusuf, dkk, 2011. 63). Dari pernyataan-pernyataan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik siswa kelas V yaitu :
1. Mulai memasuki dunia konsep, logika dan simbol.
27
2. Mulai belajar dalam mengendalikan atau mengatur ekspresi emosinya.
3. Aktivitas motorik terlihat lincah.
6. Model Penelitian dan Pengembangan ADDIE
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu model ADDIE yang terdiri darilima langkah yaitu tahap analisis, tahap
perancangan, tahap pengembangan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi.
Tahapan tersebut harus dilakukan secara sistematis atau secara urut, tidak
diperbolehkan diurutkan secara acak. Model ADDIE ini memiliki
langkah/tahapan yang sederhana dibandingkan dengan model desain yang
lainnya.
Langkah-langkah model ADDIE yaitu sebagai berikut (Tegeh, dkk, 2014:
42)yaitu : 1) tahap analisis, 2) tahap perancangan, 3) tahap pengembangan, 4)
tahap implementasi, 5) tahap evaluasi. Paparan lebih detail terkait langkah-
langkah model ADDIE dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tahap Analisis (Analyze)
Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu
a. Menganalisis kompetensi dasar.
b. Menganalisis karakteristik peserta didik.
c. Menganalisis materi berdasarkan kompetensi dasar.
2. Perancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan dengan kerangka acuan yaitu
a. Pembelajaran dirancang untuk peserta didik
b. Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
28
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang menjadikan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik
d. Menggunakan evaluasi dalam mengukur tingkat pencapaian siswa.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan yaitu melakukan kegiatan yang telah
didesain ke dalam bentuk fisik atau produk. Kegiatan tahap pengembangan
yaitu dengan melakukan pengumpulan segala sumber atau referensi yang
digunakan untuk menjabarkan pengembangan materi sampai dengan
penyusunan instrumen evaluasi.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Setelah melakukan pengembangan hasil pengembangan tersebut diterapkan
dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya yang meliputi
keefektifan produk dan efisiensi pembelajaran.
5. Tahap evaluasi (Evaluation)
Pada tahap ini melakukan dua evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif ini bertujuan untuk mengumpulkan data
yang ada pada setiap tahapan model ADDIE yang digunakan sebagai proses
penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruhnya baik terhadap hasil belajar peserta didik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terkait dengan penelitian terdahulu, peneliti telah mencari dan
menemukan terkait buku ajar yang sesuai. Berikut akan dijelaskan pada tabel
di bawah ini.
29
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Wahyu Irmawati Pengembangan Buku Ajar
Pendamping Tematik Terpadu
Berbasis Gambar Tema Ekosistem
pada Kelas V SDN Merjosari 2
Malang
Bahan ajar pendamping tematik terpadu
IPA berbasis gambar tema ekosistem
memiliki kelebihan dibandingkan
dengan bahan ajar yang dipakai di
sekolah, karena dalam bahan ajar ini
terdapat perluasan materi, gambar dan
kegiatan pengamatan yang dapat
membantu siswa untuk memahami hal
yang abstrak menjadi hal yang konkrit
(2015: 5).
2. Yuli Sri Indah
Lestari
Pengembangan Buku Ajar Tematik
Kelas IV Berbasis Integrasi Islam
pada Tema 3 Subtema 1 (Hewan
Dan Tumbuhan di Lingkungan
Rumahku) Di Sekolah Dasar
Negeri Tunggulwulung 2 Kota
Malang
Buku ajar tematik berbasis integrasi
Islam ini mampu secara efektif dalam
meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar pada pelajaran tematik pokok
bahasan Hewan dan Tumbuhan di
Lingkungan Rumahku Tema 3 Subtema
1 (2015: 129).
3. Arshy Al
Maidah
Pengembangan Modul Tematik
Sebagai Penunjang Bahan Ajar
Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Negeri Patuk I Gunungkidul
Dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik guru menggunakan beberapa
sumber belajar. Namun guru menilai
bahwa buku pegangan tematik yang
digunakan memiliki beberapa kelemahan
(2015: 125). Produk modul tematik yang
dikembangkan telah layak dan dapat
digunakan sebagai penunjang bahan ajar
siswa kelas I SDN Patuk I Gunungkidul
(2015: 196).
Setelah mengetahui hasil penelitian terdahulu, maka dapat ditemukan
persamaan dan perbedaan terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Berikut adalah tabel persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan
penelitian yang sedang dilakukan.
30
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan yang
Akan Dilakukan
No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pengembangan Buku Ajar
Pendamping Tematik
Terpadu Berbasis Gambar
Tema Ekosistem pada
Kelas V SDN Merjosari 2
Malang
Memiliki persamaan yaitu
pada pengembangan buku
ajar pendamping tematik
tema Ekosistem Kelas V.
Penelitian milik Wahyu Irmawati
dikhususkan pada mata pelajaran
IPA dan lebih berbasis pada
gambar, sedangkan saya akan
mengembangkan buku ajar tematik
dengan mata pelajaran sesuai
dengan yang ada pada silabus dan
kemungkinan juga ada beberapa
gambar yang mendukung materi.
Metode penelitian yang digunakan
juga berbeda.
2. Pengembangan Buku Ajar
Tematik Kelas IV Berbasis
Integrasi Islam pada Tema
3 Subtema 1 (Hewan Dan
Tumbuhan di Lingkungan
Rumahku) Di Sekolah
Dasar Negeri
Tunggulwulung 2 Kota
Malang
Persamaannya adalah sama-
sama mengembangkan buku
ajar tematik.
Adanya perbedaan pada kelas yang
menjadi sasaran pengembangan
buku ajar yaitu kelas IV tema 3
subtema 1 Selain itu penelitian
lebih berbasis integrasi Islam.
Sedangkan saya akan
mengembangkan buku ajar tema 5
subtema 2 kelas V. Metode yang
digunakan juga berbeda.
3. Pengembangan Modul
Tematik Sebagai
Penunjang Bahan Ajar
Siswa Kelas I Sekolah
Dasar Negeri Patuk I
Gunungkidul
Persamaannya adalah yang
dikembangkan bahan ajar
tematik.
Perbedaan yaitu Pengembangan
modul kelas I, sedangkan yang
akan saya kembangkan adalah
pengembangan buku ajar tematik
kelas V. Metode yang digunakan
juga berbeda.
31
C. Kerangka Pikir
Teori
Penekanan
Kondisi ideal Fakta
Pembelajaran Tematik
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005
1. “Buku ajar yang digunakan di sekolah memuat materi pembelajaran dalam rangka
peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi
fisik kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).”
2. Buku ajar pendamping lebih diperlengkap dengan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
1. Materi pada buku ajar sesuai dengan silabus.
2. Buku ajar harus dapat menstimulasi siswa
yang menggunakannya.
3. Peserta didik mudah memahami materi pada
tema ekosistem subtema 2.
4. Peserta didik mendapatkan hasil lebih baik
dari KKM.
i.
1. Terkadang materi masih ada beberapa yang
kurang sesuai dengan silabus.
2. Buku ajar kurang menstimulasi siswa untuk
belajar.
3. Peserta didik kurang dapat menjelaskan tentang
tema ekosistem subtema 2.
4. Belum semua peserta didik yang mendapat nilai
sesuai dengan KKM.
Kesenjangan kondisi ideal dengan kondisi lapangan
Mengembangkan buku ajar dengan memperlengkap dan menjadikan buku ajar pendamping buku siswa dan buku guru kelas V tema ekosistem subtema 2.
Pengembangan Buku Ajar Pendamping Tematik Tema Ekosistem Kelas V Sekolah Dasar
Menggunakan tahapan model ADDIE yaitu tahap analisis, tahap perencanaan, tahap pengembangan, tahap implementasi, tahap evaluasi.
32