BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para...

35
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peranan Para Hafiah 1. Pengertian Peranan Para Hafiah Peran adalah pemain, perangkat, tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian yang dimainkan seorang pemain, tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa. 1 Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, seperti himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah mayarakat”. Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status) seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. 2 Menurut Anton Moelyono (1949), peranan adalah sesuatu yang dapat diartikan memiliki arti positif yang diharapkan akan mempengaruhi sesuatu yang lain. Secara umum, pengertian peranan adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan. Sementara itu, Alvin L. Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B. Taneko menyebutkan bahwa: “Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah 1 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Difa Publisher, 2009), 641. 2 Soleman B. Taneko, Mengenal Arti Peran, (Surabaya: Dinar press, 1986), 11.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peranan Para Hafiẓah

1. Pengertian Peranan Para Hafiẓah

Peran adalah pemain, perangkat, tingkah yang diharapkan dimiliki

oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan

adalah bagian yang dimainkan seorang pemain, tindakan yang dilakukan

oleh seorang dalam suatu peristiwa. 1 Jika ditujukan pada hal yang bersifat

kolektif di dalam masyarakat, seperti himpunan, gerombolan, atau

organisasi, maka peranan berarti “perangkat tingkah yang diharapkan

dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah mayarakat”.

Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status) seseorang.

Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai

suatu proses.2

Menurut Anton Moelyono (1949), peranan adalah sesuatu yang

dapat diartikan memiliki arti positif yang diharapkan akan

mempengaruhi sesuatu yang lain. Secara umum, pengertian peranan adalah

kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan. Sementara

itu, Alvin L. Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B. Taneko

menyebutkan bahwa: “Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah

1 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Difa Publisher,

2009), 641. 2Soleman B. Taneko, Mengenal Arti Peran, (Surabaya: Dinar press, 1986), 11.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

15

laku yang diharapkan dari seseorang yang memangku status atau

kedudukan tertentu."3

Jadi, dapat disimpulkan bahwa peranan adalah merupakan suatu

tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu organisasi untuk

melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah

disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya

Sedangkan pengertian Hafiẓah dalam kamus besar Bahasa

Indonesia adalah penghafal al-Qur’an perempuan.4 Dalam bahasa Arab,

menghafal menggunakan terminologi al-Hifzh yang artinya menjaga,

memelihara atau menghafalkan. Sedang al-Hafizh adalah orang yang

menghafal dengan cermat, orang yang selalu berjaga-jaga, orang yang

selalu menekuni pekerjaannya. Istilah al-Hafizh ini dipergunakan untuk

orang yang hafal al-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan

kandungan al-Qur’an. Sebenarnya istilah al-Hafizh ini adalah predikat bagi

sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shahih (bukan predikat bagi

penghafal al-Qur’an).5

Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan

sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin

Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari

Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam bersabda:

3 Soleman B. Taneko, Mengenal Arti Peran, (Surabaya: Dinar press, 1986), 23. 4 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Difa Publisher,

2009), 213. 5 Ahmad Warson Munawir, Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), 279.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

16

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya.”6

Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan,

tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallam bersabda:

. إن أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه

“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah

yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”7

Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat

seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama

muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an.

Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang

menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu

sendiri. Al-Qur`an adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan

kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an

adalah sumber pertama dan acuan utama dalam ajaran Islam.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

penelitian ini peranan para hafiẓah didefinisikan sebagai aktifitas, tindakan,

peran serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

untuk kemajuan masyarakat di desanya.

6Moh Fathoni Dimyati, Agar Tidak Merugi sebagai Huffadh Al-Qur’an, (Mojokerto: Unit

Roudlotul Qur’an PPBH, 2010) 62. 7Moh Fathoni Dimyati, Agar Tidak Merugi sebagai Huffadh Al-Qur’an, 64.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

17

2. Keutamaan Penghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan

posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang

yang bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan

ukhrowi agar manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan

penghormatan yang sempurna.

Tidaklah seseorang dapat meraih tuntunan dan keutamaan tersebut,

yang menjadikannya masuk ke dalam deretan malaikat baik kemuliaan

maupun derajatnya, kecuali dengan cara mempelajari dan mengamalkannya.

Al-Qur’aon dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki

keadaanya jika ia mengamalkannya. Sebaliknya, jika al-Qur’an dijadikan

bahan tertawaan dan disepelekan, maka akan menyebabkan ia disiksa

dengan adzab yang pedih di akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda:

إن هللا يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين

“Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini akan mengangkat banyak

kaum dan dengannya akan merendahkan kaum yang lainnya.” (HR.

Muslim dan Ibnu Majjah).8

Penghargaan Allah kepada ahli Qur’an sungguh luar biasa, tidak

tanggung-tanggung piagam-piagam Allah dan Rasulullah yang diberikan

pada ahli Qur’an, antara lain:

8 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2010), 23-24.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

18

a. Sebagai orang pilihan.

Artinya: “kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang

Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada

yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang

pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat

kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang

Amat besar.” (QS. Faathir:32)

b. Sebagai keluarga Allah.

؟ قال : أهل القرآن هم أهل إن أهلين من الناس قالوا : من هم يا رسول للا لل . للا

ته وخاص

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para

sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab,

“Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba

pilihanNya” (HR. Ahmad).

c. Sebagai pembawa bendera Islam.

قل النبي صلي هللا عليه وسلم : حامل القرآن حامل راية السالم،من اكرمه فقد

ومن اهانه فعليه لعنة هللا اكرمه هللا،

“Penghafal al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Barang siapa

yang menghormati mereka, maka Allah akan memuliakannya, dan

barang siapa menghinakan mereka maka Allah akan melaknatnya.”

(Imam Suyuthi, III/1984:745-746)

d. Dikumpulkan dengan para Malaikat Muqorrobin.

الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن

ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

19

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para

malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam

membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua

pahala”(HR. Aisyah ra)

e. Dianggap sederajat dengan kenabian.

ة بين جنبيه غير أنه ليوحى إليه. من قرأ القرآن فقد استدر ج النبو

“Barang siapa yang hafal al-Qur’an maka seakan-akan ia mendapat

derajat kenabian (dengan stempel) diantara dua lambungnya, hanya saja

ia tidak menerima wahyu.”(HR. Thabrani).

f. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga.

من قرأ القرأن وعمل بما فيه البس هللا والديه تاجا يوم القيامة ضوءه احسن من

كم بالذى عمل بهذا.ضوء الشمس في بيوت الدنيا فما ظن

“Barangsiapa yang membaca Al Qur`an dan mengamalkan apa yang

terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua

orangtuanya pada Hari Kiamat kelak. (Dimana) cahayanya lebih terang

dari pada cahaya matahari di dunia. Maka kamu tidak akan menduga

bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. ” (HR.

Abu Daud.) 9

Dan masih banyak lagi penghaargaan-penghargaan yang tinggi

dari Allah dan Rasul-Nya untuk para ahli Qur’an yang semuanya

menuju kesimpulan bahwa para ahli Qur’an adalah orang-orang pilihan

Allah. Sedangkan Allah adalah Hakim yang maha Adil, sehingga

pilihan-Nya adalah berdasarkan keadilan-Nya dan sama sekali tidak

bias digugat.

9Moh Fathoni Dimyati, Kiat Menjadi Qurro’ & Huffadh Yang Berkualitas. (Mojokerto: Unit

Roudlotul Qur’an PPBH, 2010) 4.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

20

3. Tujuan Penghafal Al-Qur’an

Manusia dalam melaksanakan aktivitas hidupnya tidak akan

terlepas dari tujuan yang dicapainya. Adapun tujuan dari pada menghafal

Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Untuk menggugurkan kewajiban menghafal Al-Qur’an yang harus ada

dalam suatu masyarakat, karena ulama’ sudah menjelaskan bahwa

hukum dari menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah.10

b. Untuk dijadikan sebagai “modal dasar” dalam pelaksanaan dakwah

islam yang baik11

c. Untuk menumbuhkan potensi jasmani dan rohani dalam melaksanakan

tugas hidupnya sebagai khalifah dimuka bumi ini yaitu dengan

mewujudkan ahlaqul karimah serta meningkatkan amal ibadah dalam

rangka manusia yang bertaqwa kepada Allah.

d. Untuk menciptakan masyarakat yang islami, sebuah masyarakat yang

berjalan dengan metode dan standar Al-Qur’an, sehingga masyarakat

yang hidup dan mempunyai keberuntungan dunia akhirat.

e. Agar kaum muslimin yang sedang menghafal al-Quran atau yang telah

menjadi hafidz dapat mengamalkan al­Quran, berperilaku dan

berakhlak sesuai dengan isi al-Quran.12

10 Muhaimin Zen, bimbingan praktis menghafal Al-Qur’an, (Jakarta:Pustaka al-Husna

Baru,1996), 38. 11 Ahmad Von Deffer, Ilmu Al-Qur’an (Pengenalan Dasar), (Jakarta: Rajawali

Press,1981), 204 12 Aunur Rafiq Shalih Tahmid, Apa itu Al-Qur’an, terj. Imam as-Suyuthi, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1992), 135.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

21

f. Salah satu tugas utama penghafal Al-Qur’an adalah menjadi perekat

dan penjaga kesatuan umat.

Semua tujuan tersebut akan terwujud jika kita benar-benar sudah

menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an. Allah

menurunkan kitab suciNya ke dunia bukan hanya untuk dihafal tetapi juga

untuk dijadikan pedoman hidup bagi umatNya.

4. Faktor yang Menghambat dan Mendukung Peran Para Hafizah

Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku

yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya

dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari

dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi peran seorang hafizah dalam menjalankan

peranannya. Faktor yang dapat mempengaruhi peran tersebut berupa faktor

pendukung dan faktor penghambat.13

Faktor pendukung merupakan hal-hal yang mempengaruhi

sesuatu menjadi berkembang, memajukan, menambah dan menjadi lebih

dari sebelumnya. Sedangkan faktor penghambat merupakan hal-hal yang

berpengaruh cenderung menurun atau menghentikan sesuatu lebih dari

sebelumnya. Substansinya faktor pendukung peran hafizah adalah hal-hal

yang dapat memudahkan para hafizah untuk menjalankan perananya,

sementara faktor penghambat peran hafizah, hal-hal yang dapat

mempersulit para hafizah dalam menjalankan peranannya di masyarakat.

13 Sondang P, Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 98.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

22

Berikut beberapa komponen yang ada dalam faktor pendukung dan

penghambat peran para hafizah.

a. Faktor Pendukung Peran Para Hafizah

1) Motivasi dalam menjalankan peran

Seorang hafizah hendaknya memiliki motivasi yang kuat

dalam menjalankan peranannya, sehingga dapat menjalankan

tanggung jawabnya dengan baik dalam mendidik, mengarahkan

dan membimbing. Motivasi yang ada dalam dirinya sangat

berdampak pada cara seorang hafizah dalam menjalankan

peranannya. Karena dengan motivasi dapat menimbulkan

seseorang untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan yang

diinginkan dan membuat seseorang melakukan sesuatu untuk

mengurangi kesenjangan yang dirasakan. Motivasi dapat

membangkitkan seseorang untuk memenuhi keinginan, harapan,

dorongan, dan kebutuhan yang diinginkan. Motivasi merupakan

panggilan jiwa, keikhlasan, kesiapan mental yang tulus, ageksi

nuraniah, aktualisasi potensi, alami dan rangsangan internal yang

muncul dari dalam diri seseorang untuk mengemban tugasnya dan

fungsi secara kreatif, efisien, produktif, dan kontinyu14

2) Kemampuan dalam menjalankan peran

Kesanggupan dan kecakapan seorang hafizah sangat

diperlukan dalam menguasai suatu keahlihan atau pengetahuan

14 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ) Etika, Perilaku,

Motivasi, dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2010), 117

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

23

yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas dan suatu

peranan. Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge,

bahwa kemampuan keseluruhan seseorang pada dasarnya terdiri

dari dua faktor yaitu: a) kemampuan intelektual, dimana suatu

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas

mental (berpikir, menalar, dan memecahkan masalah), b)

kemampuan fisik, suatu kemampuan melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, keterampilan, kekuatan.15

Jadi dalam menjalankan peranannya, seorang hafizah tidak

hanya membutuhkan kemampuan fisik, tetapi juga hafizah juga

mampu memiliki kemampuan dalam berpikir dan memecahkan

masalah yang ada di dalam masyarakat.

3) Dukungan dalam menjalankan peran

Dalam menjalankan pernannya hafizah memerlukan

dukungan atau support dari orang sekitar. Dukungan tersebut

berupa dukungan sosial, dimana tindakan yang bersifat membantu

yang melibatkan emosi, pemberian informasi baik secara verbal

maupun nonverbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi

yang didapat dari hubungan sosial yang akrab, yang membuat

seseorang merasa diperhatikan, bernilai, sehingga dapat

menguntungkan bagi seorang tersebut.16 Dengan adanya

15 Stephen P. Robbins, Organizational Behaviour, Pearson Education, Upper Saddle River, New

Jersey, 2009, 57-61 16 Albrecht, T dan Adelman, M. 1987. Communicating Social Support. Newbury Park: Sage, 182

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

24

dukungan sosial yang diterima para hafizah dalam menjalankan

peranannya, maka dapat membantu hafizah dalam menjalankan

peranannya berupa semangat baru dan memberikan kepercayaan

atau kesempatan bagi mereka untuk menjalankan peranan secara

maksimal dan optimal

b. Faktor Penghambat Peran Para Hafizah

1) Adanya Kesalahpahaman

Pentingnya komunikasi efektif yang terjalin antara hafizah

dengan tokoh agama yang lebih tua, dimana hal tersebut tidak

menimbulkan kesenjangan atau kesalahpahaman salah satu dari

kedua unsur tersebut ketika hafizah melaksanakan pernannya.

Sebab dengan komunikasi yang efektif, dimana hafizah memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dalam

melaksanakan peranannya tanpa menimbulkan kesalahpahaman

dengan menekan sekecil mungkin kesalahpahaman tersebut.17

Seminimal mungkin para hafizah menghindari kesalahpahaman

dengan tokoh agama yang lebih tua yang merasa peran mereka

tergantikan oleh para hafizah. Sebab peran hafizah disini adalah

mengembangkan dan meningkatkan pemberdayaan kegiatan

keagamaan yang sudah ada sebelumnya.

17 Alo Liliweri. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. (Yogjakarta: PT. LKiS Pelangi

Aksara, 2002) 12.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

25

2) Kesibukan Hafizah

Hambatan yang dihadapi Hafizah dalam melaksakanan

peranannya adalah ketika mereka disibukkan dengan pekerjaan

rumah tangga, sebab sebagian besar hafizah yang berperan telah

menjadi seorang ibu rumah tangga. Tidak hanya itu, mereka

memiliki peran sebagai ibu dimana, Dalam peran ini wanita

sangatlah berat karena tugas wanita mendidik anak bukanlah

merupakan pekerjaan sambilan tetapi amanah dari tuhan. Karena

keberhasilan ibu dalam mendidik anak bukan karena tercapainya

titel yang tinggi. Tetapi keberhasilan yang hakiki adalah

keberhasilannya anak dalam mendapatkan keberhasilan dunia

akhirat.18 Oleh karena itu ketidak optimalnya peran hafizah dalam

memberdayakan kegiatan keagamaan dimaysarakat karena

keterbatasan waktu dan tenaga dalam menjalankan tugas tersebut.

3) Kurangnya respon Masyarakat terhadap Peran Hafizah

Tidak mudah seorang hafizah dalam menjalankan

peranannya di masyarakat. Ada berbagai hambatan dan

permasalahan yang mereka hadapi dalam menjalankan tugasnya.

Mereka membutuhkan suatu dorongan dan pengakuan dari

masyarakat dalam menjalankan peranannya. Sebab hafizah akan

semakin bersemangat dan termotivasi dalam menjalankan

perananya ketika keberadaan mereka didalam masayarakat

18 Dadang S. Anshori. Membincangkan Feminisme, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997) 203.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

26

mendapatkan pengakuan dan dukungan.19 Namun apabila peran

hafizah di masyakat kurang mendapatkan respon dan dukungan,

maka secara tidak langsung akan menurunkan semangat dan

motivasi mereka dalam menjalankan peranannya, sehingga akan

terjadi ketidakoptimalan menjalankan peran dan menghambat

proses pemberdayaan kegiatan keagamaan dimasyarakat.

Kesuksesan peran para hafizah tidak bisa terlepas dari beberapa

faktor pendukung, serta ketidakberhasilan sebuah peran juga didasari oleh

beberapa faktor penghambat, seseorang mungkin tidak memandang suatu

peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya.

Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu

merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran

merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat

bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian

rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran

tertentu dengan cara yang benar-benar sama.

5. Pengertian Pondok Pesantren

Secara bahasa pesantren berasal dari kata santri yang mendapat

awalan pe- dan akhiran –an, menjadi pe-santri-an yang berarti tempat

tinggal para santri. Pendapat lain mengatakan, kata santri berasal dari kata

cantrik (bahasa Sansekerta atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang

selalu mengikuti guru. Ada istilah lain dari pondok pesantren, yaitu istilah

19 Sondang P, Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) 107.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

27

dayah atau rangkang atau meunasah di Aceh. Ada juga istilah surau di

Minangkabau. Dari berbagai istilah ini, secara nasional lebih dikenal dengan

istilah pesantren.20

Sama beragamnya dengan asal-usul kata santri, definisi pesantren

yang dikemukakan para ahli juga bermacam-macam. Abdurrahman wahid

mendefinisikan pesantren sebagai tempat dimana santri hidup. Mastuhu

memberi batasan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional

Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

perilaku sehari-hari. Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) mendefinisikan

pesantren sebagai tafaqquh fiddin yang mengemban misi meneruskan

risalah Muhammad saw sekaligusmelestarikan ajaran Islam yang berhaluan

Ahlussunah wal Jama’ah.21

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua di

Indonesia, setelah rumah tangga. Sekalipun demikian perhatian para peneliti

terhadap pesantren belumlah begitu lama dimulai. Hasil-hasil penelitian itu

sudah diedarkan berupa makalah, majalah dan buku. Menurut para ahli,

pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu (1)

ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid, (4) ada santri, (5) ada pengajaran

membaca kitab kuning.22

20 Babun Suhart, Dari Pesantren untuk Umat,(Jakarta: DKU Print, 2014), 9. 21 Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat,(Jakarta: DKU Print, 2014), 11. 22 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014), 191.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

28

Terlepas dari perdebatan berbagai definisi pesantren diatas, yang

jelas pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling menentukan

watak keislaman sebuah bangsa. Sampai sekarang pesantren pada umumnya

bertujuan untuk belajar agama dan mencetak pribadi Muslim yang kaffah

yang melaksanakan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari-

hari.

Adapun tipologi pesantren secara garis besar terbagi menjadi dua

kelompok. Pertama, pesantren salafi yang tetap mempertahankan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren

tradisional. Kedua, pesantren modern yang telah memasukkan pelajaran-

pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau

membuka tipe-tipe sekolah umum dalam lingkungan pesantren.23

Ada juga pondok pesantren yang melahirkan para penghafal al-

Qur’an, jadi disamping mereka tetap mempelajari kitab-kitab klasik seperti

santri pada umumnya, mereka juga dituntut untuk menghafalkan kitab suci

al-Qur’an 30 juz dengan menggunakan metode yang telah ada di pesantren

tersebut. Sudah banyak sekali pondok pesantren di Indonesia yang telah

melahirkan para penghafal al-Qur’an, salah satunya adalah podok pesantren

Bidayatul Hidayah Mojogeneng Jatirejo Mojokerto, yang didirikan oleh

Almaghfurullah KH. Yahdi Mathlab.

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan didirikan atas dasar

tafaqqohu fiddin yakni kepentingan umat Islam untuk memperdalam ilmu

23 Babun Suharto, Dari Pesantren untuk Umat,19.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

29

pengetahuan agama Islam. Da sar yang digunakan adalah Firman Allah

SWT. dalam QS. At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya.”24

Jadi, ayat di atas mengandung maksud agar seseorang mendalami

agama dan tempat yang digunakan, yaitu pondok pesantren. Tujuan pondok

pesantren ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum pondok pesantren yaitu membina warga negara agar

berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran Islam dan menanamkan rasa

keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadikannya

sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.

b. Tujuan khusus pesantren yaitu:

1) Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada

Allah, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan, dan sehat

lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.

2) Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama dan mubaligh yang

berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta, dan mengamalkan syariat

Islam secara utuh dan dinamis.

24 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI,(Bandung: sigma Corp, 2010), 206.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

30

3) Mendidik santri memperoleh kepribadian dan semangat kebangsaan

agar dapat menubuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat

membangun dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan

bangsa dan negara.

4) Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam

berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan material

spiritual. Serta, mendidik para santri agar dapat membantu.

5) Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka ikut

membantu pembangunan bangsa.25

B. Pemberdayaan Ritual Keagamaan di Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Ritual Keagamaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan

ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya.

Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan

artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau

mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan

terjemahan dari empowerment yang biasa diartikan sebagai pemberkuasaan.

yaitu upaya-upaya penguatan kembali yang ditujukan untuk masyarakat,

secara konsepsional dalam ungkapan pemberdayaan ada pembayangan yang

berkenaan dengan tindakan atau kebijakan (policy) yang membuat

masyarakat menjadi tidak berdaya.26

25Rustam Ibrahim, Bertahan di Tengah Perubahan, pesantren salaf, kiai dan kitab kuning,

(Surakarta: unu Surakarta Press, 2015), 178. 26Zainal Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budaya Islam khazanah peradaban dari serambi pesantren,

(Yogyakarta: bukulaela, 2002), 75.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

31

Menurut Ginandjar Kartasasmita memberdayakan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat

kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari

perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.27

Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus

untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya bisa dilakukan dengan

membangkitkan keberdayaan mereka, untuk memperbaiki kehidupan di atas

kekuatan sendiri. Asumsi dasar yang dipergunakan adalah bahwa setiap

manusia mempunyai potensi dan daya, untuk mengembangkan dirinya

menjadi lebih baik. Dengan demikian, pada dasarnya manusia itu bersifat

aktif dalam upaya peningkatan keberdayaan dirinya.28

Dalam konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya

bukanlah istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya

kesadaran bahwa faktor manusia memegang peran penting dalam

pembangunan. Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter

Back mendevinisikan pemberdayaan sebagai berikut “upaya memberi

keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab

perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan

organisasi.” Sementara Shardlow mengatakan pada intinya: “pemberdayaan

27 Adi Fahrudin, Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, (Bandung:

Humaniora, 2012), 16. 28 Engking Soewarman Hasan, Strategi Menciptakan Manusia Yang Bersumber Daya Unggul,

(Bandung: Pustaka Rosda Karya, 2002), 56-57.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

32

membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk

masa depan sesuai dengan keinginan mereka”.29

Menurut Moh. Ali Aziz dkk dalam buku Dakwah, Pemberdayaan

adalah sebuah konsep yang fokusnya adalah kekuasaan. Pemberdayaan

secara substansial merupakan proses memutus (break down) dari hubungan

antara subjek dan objek. Proses ini mementingkan pengakuan subjek akan

kemampuan atau daya yang dimiliki objek. Secara garis besar proses ini

melihat pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek. Hasil akhir dari

pemberdayaan ini adalah beralihnya fungsi individu yang semula menjadi

objek menjadi subjek (yang baru), sehingga relasi sosial yang na ntinya

hanya akan dicirikan dengan relasi sosial antar subjek dengan subjek lain.30

Menurut Priyono dan Pranarka (1996) proses pemberdayaan

mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan dengan

kecenderungan primer menekankan pada proses pemberian kekuasaan,

kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang

bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan

upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan

kemandirian mereka melalui organisasi. Kedua, proses pemberdayaan

dengan kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi,

mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau

29Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M. Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: alqaprint

jatinangor, 2006), 12. 30 Moh. Ali Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi.

(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 169.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

33

keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui

proses dialog.31

Jadi, pemberdayaan disini diartikan sebagai upaya-upaya

penguatan kembali suatu kegiatan yang berjalan terus-menerus untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya bisa dilakukan dengan

membangkitkan keberdayaan mereka, untuk memperbaiki kehidupan di atas

kekuatan mereka sendiri.

Sedangkan Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan

terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu

agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu.

Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan

tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Sementara ritual keagamaan

islam berarti serangkaian kegiatan yang sudah menjadi tradisi masyarakat

yang beragama islam.32

Jadi, pemberdayaan ritual keagamaan disini memiliki arti upaya-

upaya penguatan kembali serangkaian kegiatan yang sudah menjadi tradisi

masyarakat yang beragama Islam karena pada dasarnya setiap manusia

mempunyai potensi dan daya, untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih

baik.

31 Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi, 48. 32 Syahrin, Harahap, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), 124.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

34

2. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya

program pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan

atau kemandirian, dan berkelanjutan.33 Adapun lebih jelasnya adalah sebagai

berikut:

a. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan

masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara

masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program

pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.

Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan

mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta

keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan

dankekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

b. Prinsip Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian

masyarakat adalah program yang sifatnya partisipastif, direncanakan,

dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk

sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan

yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap

pemberdayaan masyarakat.

33 Sri Najiati, Agus Asmana, I Nyoman N. Suryadiputra, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan

Gambut, (Bogor: Wetlands International – 1P, 2005) 54.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

35

c. Prinsip Keswadayaan atau Kemandirian

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak

memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the

have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit

(the have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung,

pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya,

mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan

kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama

dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses

pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus

dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru

melemahkan tingkat keswadayaannya.

Prinsip “mulailah dari apa yang mereka punya”, menjadi

panduan untuk mengembangkan keberdayaan masyarakat. Sementara

bantuan teknis harus secara terencana mengarah pada peningkatan

kapasitas, sehingga pada akhirnya pengelolaannya dapat dialihkan

kepada masyarakat sendiri yang telah mampu mengorganisir diri untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

d. Prinsip Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan,

sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding

masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

36

akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat

sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.

3. Tujuan Ritual Keagamaan

Ritual keagamaan dalam masyarakat memiliki beberapa tujuan,

diantaranya:

a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat (Muslim) bagaimana

mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalaam menghadapi

berbagai masalah yangg timbul dan berkembang dalaam masyarakat,

terutama yangg menyanggkut pemenuhan kebutuhan pokok mereka.

b. Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan dalaam

melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu yakni sistem

pengawasan tingkah laku para anggotanya

c. Menjaga keutuhan dan kekompakan masyarakat.

d. Ritual yang bertujuan mendapatkan rida Allah semata dan balasan

yang ingin dicapai adalah kebahagiaan ukhrawi, dan ritual yang

bertujuan mendapatkan balasan di dunia ini, misalnya shalata istisqa

yang dilaksanakan untuk memohon kepada Allah agar berkenan

menakdirkan turun hujan.34

4. Macam-Macam Ritual Keagamaan

Secara umum, ritual dalam Islam dapat dibedakan menjadi dua:

ritual yang mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam al-Qur’an dan

Sunnah, dan ritual yang tidak memilki dalil, baik dalam al-Qur’an maupun

34 Richard C. Martin, pendekatan kajian Islam dalam studi Agama, (Universitas Muhammadiyyah

Surakarta; 2001), 12-14.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

37

Sunnah. Salah satu contoh ritual bentuk pertama adalah shalat, sedangkan

contoh ritual kedua adalah marhaban, peringatan hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW, dan tahlil yang dilakukan keluarga ketika salah satu

anggota keluarga menunaikan ibadah haji.

Selain perbedaan tersebut, ritual dalam Islam dapat ditinjau dari

sudut tingkatan. Dari segi ini, ritual dalam Islam dapat dibedakan menjadi

tiga: primer, sekunder, dan tertier.

e. Ritual Islam yang primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat

Islam. Umpamanya, shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam.

Kewajiban ini disepakati oleh ulama karena berdasarkan ayat Al-

Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.

f. Ritual Islam yang sekunder adalah ibadah shalat sunnah, umpamanya

bacaan dalam rukuk dan sujud, shalat berjamaah, shalat tahajjud, dan

lainnya membaca dan menghafal al-Qur’an.

g. Ritual Islam yang tertier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak

sampai pada derajat sunnah. Umpamanya dalam hadist yang

diriwayatkan oleh Imam al-Nasa’I dan Ibnu Hibban yang menyatakan

bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “orang yang membaca ayat

kursi setelah shalat wajib, tidak akan ada yang menghalanginya untuk

masuk surga” meskipun ada haidst tersebut, ulama tidak berpendapat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

38

bahwa membaca ayat kursi setelah shalat wajib adalah sunnah. Karena

itu, membaca ayat kursi setelah shalat wajib hanya bersifat tahsini.35

Ada bergitu banyak macam ritual keagamaan di dalam Islam,

diantaranya adalah:

a. Khotmil Qur’an

Khotmil Qur’an bukanlah hal yang baru dan asing di kalangan

ummat Islam hal ini pernah disinyalir oleh Rosulullah SAW. Dengan

seuah haditsnya

عن أنس رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال : خير

حلة قيل وماهما ؟ قال : افتتاح القرآن وختمه. األذكار األعمال الحل والر

Dari Anas ra. Rosululloh Saw. Bersabda “Sebaik-baik beberapa

amalan adalah Al Hillu War Rihlah”. Bertanya sahabat : apa yang

dimaksud keduanya ya Rosulalloh? Beliau menjawab: Membaca

Al Qur’an dan menghatamkannya.

Dari Hakam bin Utbah seorang imam dimasa tabi’in berkata: Aku

pernah diundang oleh kedua sahabatku yang bernama Mujahid dan

Ubadah bin Abi Lubabah, lalu salah seorang diantaranya berkata:

إنا أرسلنا إليك ألنا أردنا أن نختم القرأن والدعاء يستجاب عند ختم القرآن إن

حمة تنزل عند خاتمة القرآن. األذكار الر

“Kami mengundang Tuan karena kami akan menghatamkan al-

Qur’an, dan do’a yang mustajabah adalah pada saat

menghatamkan Al Qur’an, dan sesungguhnya rahmat Allah itu

turun ketika menghatamkan Al Qur’an”.36

35 Abdul Hakim Atang, dkk, Metodologi Studi Islam. (Sumedang: alqaprint jatinangor, 2006) ,

125-135 36 Khafid Mu'arif, “Histori Khotmil Qur’an,” (jurnal metode Tilaawati, 25 Juni 2012), 23-24.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

39

Alhasil intisari dari hikmah tersebut di atas adalah menghimbau

dan mengingatkan kepada kita bahwa khotaman Al Qur’an merupakan

amalan yang baik yang pernah dilakukan para sahabat Nabi dan para

tabi’in, karna membaca Al Qur’an dari awal (Al Fatihah) sampai khatam

itu:

1) Merupakan sarana dzikrullah

2) Akan memperkokoh iman dan mengharap turunnya rahmat Allah

3) Menjaga kesucian dan kemulyaan Al Qur’an

4) Terciptanya hamilul Qur’an ( حامل القرآن)

5) Menjadi sarana antara makhluq dan Kholiqnya

b. Tahlil

Tahlil berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan yang artinya

membaca kalimat la ilaha illallah: tiada Tuhan selain Allah. Jadi yang

dimaksud dengan tahlil di sini adalah membaca serangkaian surat-surat

Al-Qur’an, ayat-ayat pilihan, dan kalimat-kalimat zikir pilihan (termasuk

di dalamnya membaca la ilaha illallah) dengan meniatkan pahalanya

untuk para arwah dan ditutup dengan do’a. Sesuai sabda Nabi

Muhammad SAW:

تبارك وتعالى مالئكة سيارة إن لل مجالس الذكر فإذا وجدوا يتتبعون فضال

مجلسا فيه ذكر قعدوا معهم وحف بعضهم بعضا بأجنحتهم حتى يملئوا ما بينهم

قوا عرجوا وصعدوا إلى السماء قال فيسألهم هللا عز وبين ا لسماء الدنيا فإذا تفر

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

40

وجل وهو أعلم بهم من أين جئتم فيقولون جئنا من عند عباد لك في األرض

ك ويهللونك ويحمدونك يسبحونك ويكبرون

“Sesungguhnya Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi

memiliki sejumlah malaikat yang terus berkeliling mencari majelis

dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, maka

mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka

hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah.

Apabila mejelis dzikir itu telah usai, maka mereka juga berpisah dan naik

ke langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meneruskan sabdanya,

“Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala bertanya kepada mereka, Dzat

Yang Maha Tahu tentang mereka, “Kalian datang dari mana?” Mereka

menjawab, “Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu

bertasbih, bertakbir, bertahlil dan bertahmid…” (HR Imam Muslim dari

Abu Hurairah ra). 37

Kata tahlil identik dengan sebuah istilah untuk satu tradisi

tertentu. Yakni majelis untuk berkumpulnya beberapa orang untuk

membaca al-Quran dan dzikir-dzikir yang ma’tsur (diriwayatkan) yang

diamalkan oleh Rasulullah SAW seperti tasbih, takbir, tahlil dan

sebagainya untuk dihadiahkan pahalanya kepada saudara, kerabat,

tetangga atau sahabat yang telah meninggal. Upacara selamatan bagi

orang meninggal (tradisi tahlilan) hari ke-1, 2, 3, 7, 40, 100 atau seribu

hari hingga haul (ulang tahun kematian yang dilaksanakan setiap tahun)

dengan kegiatan tahlil adalah suatu tradisi untuk menanamkan tauhid

ditengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Tradisi

ini tidak hanya dilakukan ketika ada yang meninggal namun juga kerap

dilakukan dalam pengajian rutin, ziarah kubur dan majelis lainnya.38

37 Delima, “Menilai Objektifitas Status Hukum Tahlil,” (IQ Tahu, 26 Desember 2015), 14. 38 Abiza el Rinaldi, “Memahami Makna Tahlilan,” (suara Islam Aswaja, 11 November 2011), 12-

13.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

41

c. Diba’iyah

Diba’an adalah tradisi membaca atau melantunkan shalawat

kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh masyarakat NU.

Pembacaaan shalawat dilakukan bersama secara bergantian.

Ada bagian dibaca biasa, namun pada bagian-bagian lain lebih

banyak menggunakan lagu. Istilah diba’an mengacu pada kitab berisi

syair pujian karya al-Imam al-Jaliil as-Sayyid as-Syaikh Abu Muhammad

Abdurrahman ad-Diba’iy asy-Syaibani az-Zubaidi al-Hasaniy. Kitab

tersebut secara populer dikenal dengan nama kitab Maulid Diba’.

Pembacaan syair-syair pujian ini biasanya dilakukan pada bulan maulud

(Rabiul Awal) sebagai rangkaian peringatan maulid Nabi. Di sejumlah

desa di Jawa, pembacaan syair maulid dilakukan setiap minggu secara

bergilir dari rumah ke rumah. Seperti halnya pembacaan kitab al-

Barzanji, al-Burdah, dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani,

pembacaan Diba’ atau biasa disebut diba’an juga dilakukan saat hajatan

kelahiran anak, pernikahan, khitanan, tingkeban, ketika menghadapi

kesulitan dan musibah, atau untuk memenuhi nazar.39

Kitab Diba’ adalah salah satu dari sekian banyak kitab klasik

yang tidak masuk di dalam pengajaran pesantren, namun akrab dan

populer digunakan oleh masyarakat pesantren. Membaca shalawat

Diba’iyyah atau shalawat yang lain menurut pendapat yang tersohor di

kalangan Jumhurul Ulama adalah sunnah Muakkadah. Kesunatan

39 Arif AS, “Diba’an dan Sholawatan,” (amaliyah NU, 12 Desember 2012), 31.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

42

membaca shalawat ini didasarkan pada beberapa dalil, antara lain,

Firman Allah SWT. yang berbunyi:

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk

Nabi [1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk

Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. AI-Ahzab:

56)40

Dan Nabi Muhammad SAW. bersabda yang berbunyi:

الة علي كفارة لكم وزكاة. ]رواه ابن ماجه[ ، فإن الص صلوا علي

Artinya:”Bershalawatlah kamu untukku, karena membaca

shalawat untukku bisa mengahapus dosamu dan bisa

membersihkan pribadimu”. (HR. lbnu Majah)41

Berangkat dari dalil tersebut yang menjelaskan bahwa dengan

bershalawat kepada nabi Muhammad SAW. akan mendapatkan

syafaatnya di akhirat kelak, maka sesuai dengan zaman dan

perkembangannya banyak grup-grup sholawat al-banjari bermunculan,

sebagai wujud rasa cinta pada baginda nabi Muhammad.

d. Maulid Nabi Muhammad

kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد

mawlid an-nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad ,النبي

SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul

Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa

Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang

berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW

40 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI,(Bandung: sigma Corp, 2010), 426. 41 Arif AS, “Diba’an dan Sholawatan,” (amaliyah NU, 12 Desember 2012), 28.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

43

wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan

penghormatan kepada Nabi Muhammad.42

Maulid nabi Muhammad juga termasuk salah satu kegiatan ritual

keagamaan Islam, pada tiap tahuunya umat Islam diseluruh dunia

memperingatinya.

e. Isra’ Mi’raj

Arab: اإلسراء والمعراج, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah bagian kedua

dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam waktu

satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting

bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah dia mendapat perintah

untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Beberapa

penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-

Quran, yaitu Surah Al-Isra.43 Menurut tradisi, perjalanan ini dikaitkan

dengan Lailat al Mi'raj, sebagai salah satu tanggal paling penting dalam

kalender Islam.

Tujuan yang sebenarnya dari Isra' dan Mi'raj adalah memuliakan

Rasulullah dan memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban ciptaan Allah

sesuai dengan firman Allah dalam surat al Isra' ayat 1 (لنريه من آياتنا)

Maknanya: "Agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda

kebesaran kami". serta mengagungkan beliau sebagai Nabi akhir zaman dan

sebaik-baik nabi di antara para nabi, sekaligus sebagai penguat hati beliau

dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang dilontarkan oleh orang kafir

42 https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi 43 https://id.wikipedia.org/wiki/Isra’-Mi’raj

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

44

Quraisy terlebih setelah ditinggal mati oleh paman beliau Abu Thalib dan

isteri beliau Khadijah. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa

tujuan dari Isra' dan Mi'raj bukanlah bahwa Allah ada di arah atas, lalu Nabi

naik ke atas untuk bertemu dengan-Nya. Karena Allah ada tanpa tempat dan

arah.44

Dalam perjalanan ini Nabi Muhammad mendapatkan perintah

untuk menjalankan sholat. Ritual ini selalu diperingati oleh umat Islam,

setelah memperingati Maulid nabi.

f. Sholat Berjamaah

merujuk pada aktivitas salat yang (Sholatul jama'ah) صالة الجماعة

dilakukan secara bersama-sama. Salat ini dilakukan oleh minimal dua

orang dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya

menjadi makmum.45 Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit

dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat

berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki

nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri.

Oleh sebab itu kita diharapkan lebih mengutamakan shalat

berjamaah daripada solat sendirian saja. Sholat berjamaah termasuk

salah satu ritual sekunder, yang harus dilakukan oleh seluruh umat

Islam, pada umumnya sholat berjamaah dilakukan di masjid-masjid

maupun mushollah.

44 Moenawar Chalil, Perlengkapan Tarikh Nabi Muhammad, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 42. 45 https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_berjamaah

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

45

g. Istighosah

Kata “istighotsah” استغاثة berasal dari “al-ghouts” الغوث yang

berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti

pola (wazan) “istaf’ala” استفعل atau “istif’al” menunjukkan arti

pemintaan atau pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta

pertolongan. Seperti kata ghufron غفران yang berarti ampunan ketika

diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار yang berarti memohon

ampunan.46

Jadi istighotsah berarti “thalabul ghouts” الغوث طلب atau meminta

pertolongan. Istighosah sangat dianjurkan oleh Agama, lebih-lebih

ketika sedang menghadapi atau mengalami permasalahan yang besar

dan jalan yang ditempuh sangat sulit. Pada saat itu meminta

pertolongan kepada Allah sangat diperlukan dalam bentuk Istighasah.

Di semua tingkatan kepengurusan Islam, selalu akrab dengan budaya

Istighosah. Kadang menggunakan istilah Istighosah kubro, Istighosah

Nasional, dan lain sebagainnya.

Istighosah merupaka salah satu kegiatan ritual keagamaan yang

telah ada sejak zaman nabi namun lebih dikenal dengan sebutan berdo’a

dengan tujuan meminta pertolongan kepada Allah.

“Sesungguhnya matahari akan mendekat ke kepala manusia di

hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga

mencapai separuh telinganya, ketika mereka berada pada

kondisi seperti itu, mereka beristighotsah (meminta

46 Soeleiman Fadeli, Mohammad Subhan, ANTOLOGI NU (Surabaya: Khalista,2008),122.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

46

pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa

kemudian kepada Nabi Muhammad.” (H.R.al-Bukhari).47

Hadits ini juga merupakan dalil dibolehkannya meminta

pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi

atau wali adalah sebab. Terbukti ketika manusia di padang mahsyar

terkena terik panasnya sinar Matahari mereka meminta tolong kepada para

Nabi tanpa niat menyekutukan Allah SWT.

5. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah kosa kata yang seakan-akan berasal dari bahasa

Arab. Dalam bahasa Arab, kata yang ada ialah musyarakah yang searti

dengan al-isytirak yang berarti persekutuan, perserikatan atau dalam bahasa

inggris partnership, copartnership dan cooperation. J.B.A.F. Mayor Polak

mendefinisikan masyarakat (society) sebagai wadah segenap antar hubungan

social terdiri atas banyak sekali kolektivita serta kelompok-kelompok, dan

tiap kelompok terdiri atas kelompok lebih kecil atau sub kelompok.48

Masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang

membentuk perikehidupan berbudaya.49 Sedangkan, masyarakat Muslim

adalah masyarakat yang mempunyai ciri-ciri secara organis dan dinamis;

kuat dasar-dasar organisatornya, kuat ikatan hubungannya dan kepaduan

jalinannya. Oleh karena itu, masyarakat Islam adalah masyarakat yang

dinamis. Mereka mempunyai landasan kepemimpinan yang diatur oleh

47 Said Aqil Siradj,Masdar F.Mas’udi, Tradisi Amaliah Nu & Dalil-Dalinya (Jakarta:LTM-

PBNU,2011), 6. 48 Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam Pencerahan Baru Tatanan Masyarakat Muslim,

(Surabaya: JP BOOKS, 2008), 4. 49 Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Difa Publisher,

2009), 553.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

47

sistem syariat Allah.50 Apabila seluruh pesantren kita anggap satu, maka kita

akan memperoleh gambaran tentang masyarakat Islam itu sendiri. Suatu

gejala yang sejak lama melanda masyarakat Islam ialah perdebatan antara

orang-orang yang mengunggulkan filsafat, fikih dan tasawuf.51

Allah swt. berfirman dalam al-Qur’an, yang berbunyi:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. .(QS.

Ali imron:3)52

Masyarakat Islam seperti ini juga menyadari bahwa bekerja

adalah bagian dari ibadah kepada Allah, sehingga dalam bekerja perlu

ketulusan, kemauan, dan kecintaan terhadap pekerjaan, disiplin dan

bertanggung jawab. Masyarakat Islam hanya mau melakukan tolong

menolong dalam hal kebajikan dan ketakwaan, bukan menolong dalam

menimbulkan dosa dan permusuhan.53

Manusia benar-benar telah dipersiapkan oleh Allah untuk

menjadi manusia yang harus hidup bermasyarakat. Dalam pergaulan

sosial, terjadi kontak-kontak sosial satu terhadap yang lain yang

memungkinkan timbulnya ikatan-ikatan batin dalam pertemanan. Ikatan

50 Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang upaya menyelamatkan umat, (Jakarta: Gema

Insani, 2006), 35. 51 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014), 204. 52 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Bandung: sigma Corp, 2010), 124. 53 Thohir Luth, Masyarakat Madani solusi damai dalam perbedaan, (Makasar: PT. Media Cita,

2002) 45.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ẓah 1. Pengertian Peranan Para ...repository.stitradenwijaya.ac.id/258/3/bab 2.pdfperan serta atau langkah yang diambil para penghafal Al-Qur’an (hafiẓah)

48

batin itu akan menumbuhkan perasaan simpati satu terhadap yang lain.

Dari rasa, sikap dan hasrat tersebut kebutuhan akan banyak teman dalam

pergaulan sosial akan terasa. Hasrat berjuang timbul untuk mengatasi

kesulitan maupun untuk mempertahankan diri, serta menimbulkan

semangat berlomba bahkan bersaing baik secara individual maupun

kelompok. Hasrat tersebut secara berangsur-angsur akan menimbulkan

kekuatan yang berwujud kekuatan masyarakat.54

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang

dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti

suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Qs. As-Shaf [61]:4).55

Ayat tersebut dapat dipahami bahwa sesama mu’min dan muslim

tidak lain adalah bersaudara. Dengan iman seorang Muslim sadar

bahwaorang Islam lainnya adalah saudaranya seiman, karena kesadaran itu

maka seorang Muslim terpanggil untuk mencintainya sebagaimana

mencintai dirinya sendiri, mendamaikan bila mereka bertengkar dan

berselisih. Dengan gambaran persaudaraan Islam seperti itu, maka persatuan

dan kesatuan di antara sesama Mukmin dan Muslim akan terwujud, agar

hukum amar ma’ruf nahi munkar atau pranata kemasyarakatan dapat

ditegakkan.

54 Sjamsudhuha, Pengantar Sosiologi Islam Pencerahan Baru Tatanan Masyarakat Muslim,

(Surabaya: JP BOOKS, 2008), 21. 55 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI,(Bandung: sigma Corp, 2010).