BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Kegiatan...

26
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Ekstrakurikuler a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar intra kurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Menurut Novan Ardy Wiyani (2013 : 108) kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang di lakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama dan norma-norma sosial. Selanjutnya Abdul Rachmad (dalam Jati 2015:20) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang dilakukan di luar jam pembelajaran yang dilaksanakan di lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan pengawasan pihak sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di orientasikan untuk memperluas dan memperkaya

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Kegiatan...

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Ekstrakurikuler

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 62 tahun 2014 pasal 1 tentang Kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam

belajar intra kurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan

pengawasan satuan pendidikan. Menurut Novan Ardy Wiyani (2013 : 108)

kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang di

lakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilakukan di

dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan,

meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama

dan norma-norma sosial. Selanjutnya Abdul Rachmad (dalam Jati 2015:20)

kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang

diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar

memiliki pengetahuan dasar penunjang. Berdasarkan beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

tambahan yang dilakukan di luar jam pembelajaran yang dilaksanakan di

lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan pengawasan pihak sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler di orientasikan untuk memperluas dan memperkaya

12

wawasan serta kemampuan siswa sebagai bentuk pengembangan dari salah

satu bidang yang diminati, seperti olahraga, kesenian dan lain sebagainya.

b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler yang diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun

2013 yaitu:

1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor peserta didik.

2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat

peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia

seutuhnya.

Adapun tujuan ekstrakurikuler menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang

Kegiatan Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu Kegiatan Ekstrakurikuler

diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,

kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara

optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat jelas bahwa kegiatan

ekstrakurikuler memiliki tujuan yang pada hakekatnya menjelaskan apa yang

ingin di capai semata-mata untuk kepentingan siswa, baik dalam

mengembangkan kemampuan peserta didik dan menumbuhkembangkan

pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan YME,

memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya

dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik

dan bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah

13

tanggungjawab sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Novan Ardy

Wiyani (2013: 108) yang menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat

bermanfaat bagi peserta didik dan merupakan bagian dari proses yang

sistematis dan sadar dalam membudayakan warga negara muda agar memiliki

kedewasaan sebagai bekal hidup nantinya.

c. Kegiatan Ekstrakurikuler di SD

Berdasarkan implementasi Kurikulum 2013, telah pula diterbitkan

Permendikbud RI Nomor 62 tahun 2013 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada

pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ada pada

setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan

kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang

akademik. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan

pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang

bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Kegiatan

Ekstrakurikuler (biasa disingkat sebagai ekskul) merupakan kegiatan

penunjang kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler berlangsung di

luar dari jam belajar dan umumnya berlangsung setelah jam pelajaran telah

usai. Menurut Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang kegiatan

ekstrakurikuler, adapun beberapa syarat yang mendasari pembentukan

ekstrakurikuler terutama pada Sekolah Dasar yaitu:

1) Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut.Umumnya

pembina atau pembimbing adalah guru di sekolah tersebut walau tidak

tertutup kemungkinan bahwa menggunakan pembina yang bukan guru.

14

2) Memiliki sejumlah anggota Kegiatan ekstrakurikuler harus memiliki anggota

yang cukup agar dapat menjalankan kegiatannya dengan baik. Jumlah

anggota ini berbeda untuk setiap kegiatan ekstrakurikuler tergantung pada

besarnya kegiatan tersebut.

3) Disetujui oleh sekolah Dalam hal ini, disetujui oleh Kepala Sekolah dan

guru-guru.

d. Jenis Ekstrakurikuler di SD

Sekolah sebagai institusi pendidikan tentunya memiliki jenis kegiatan

ekstrakurikuler yang bermacam-macam. Sekolah harus memperhatikan jenis

kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Berikut beberapa jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang di atur berdasarkan peraturan menteri

pendidikan dan kebudayaan No 62 tahun 2014 yaitu:

1) Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang

Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar

Bendera (Paskibra), dan lainnya;

2) Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan

keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya.

3) Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga,

seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan

komunikasi, rekayasa, dan lainnya.

4) Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran,

retreat atau bentuk kegiatan lainnya.

Berdasarkan penjelasan jenis kegiatan ekstrakurikuler di atas dapat

di ambil kesimpulan bahwa jenis-jenis kegiatan yang dapat di terapkan di

sekolah sangat banyak ragamnya. Sekolah dapat menentukan sendiri jenis

ekstrakurikuler yang ingin di terapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

peserta didik. Kehadiran ekstrakurikuler tersebut sangat bermanfaat bagi

para peserta didik.

15

2. Seni Tari

a. Pengertian Seni Tari

Seni Tari merupakan ciptaan manusia berupa gerak-gerak ritmis yang

indah Menurut Sumandiyo.Y (2005:13). Seni tari adalah perwujudan suatu

macam tekanan emosi yang dituangkan dalam bentuk gerak seluruh anggota

tubuh yang teratur dan berima sesuai dengan musik pengiringnya menurut

Sulistyo (dalam Zora Iriani, 2008:144). Selain itu, didapati pula unsur-unsur

tari yaitu tubuh, gerak, irama, ekspresi dan ruang. Seni tari yang berkembang

di masyarakat dapat dibedakan menjadi tari tradisional dan tari modern.

Pengertian tradisional dapat dipahami sebagai sebuah tata cara yang berlaku

di sebuah lingkungan etnik tertentu yang bersifat turun-temurun. Berdasarkan

pengertian tersebut, tari tradisional dapat diartikan sebagai sebuah tata cara

menari atau menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh sebuah komunitas

etnik secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tari

tradisional di setiap daerah banyak mengalami perkembangan sehingga peran

seorang penata tari memungkinkan untuk ikut menjaga eksistensi tarian

tersebut, agar tetap bertahan dan lestari.

Jika ditarik sebuah kesimpulan maka Seni Tari merupakan gerak-

gerak ritmis dari anggota tubuh sebagai ekspresi dan pengungkapan perasaan

dari penari yang diikuti alunan musik yang fungsinya memperkuat maksud

yang ingin disampaikan. Jadi, seni tari tidak hanya asal menggerakkan

anggota tubuh, akan tetapi memiliki maksud dan makna tertentu yang ingin

disampaikan penari bagi yang melihat. Makna tersebut dapat berupa filosofis,

keagamaan, pendidikan, kepahlawanan.

16

b. Jenis – Jenis Seni Tari

Menurut Rahatuningtyas (2015:11) Seni tari yang berkembang di

masyarakat dapat dibedakan menjadi tari tradisional dan tari modern. Ada

beberapa jenis tari yang berkembang di masyarakat pada saat ini menurut

perkembanganya, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tari Tradisional

Tari tradisional atau tari etnis telah popular di Barat, istilah biasanya

adalah ethnic dance (Sumaryono, 2011:48). Istilah ethnic dance pertama

kali dipopulerkan pada tahun 1940 oleh La Meri. Secara etnisitas , tarian-

tarian yang dikelompokkan pada tari tradisional memiliki ciri-ciri tertentu

pada motif, ragam, dan bentuk geraknya, cara gerakanya serta corak-corak

tata busana yang di kenakan penarinya. Tari-tari tradisional dalam

perspektif sejarah dan arkeologi merupakan artefak-artefak yang

mengandung informasi-informasi tentang masa lalu yang berhubungan

dengan pola hidup masyarakat beserta perilaku-perilaku yang menyertainya.

Tari tradisional yang berkembang di Indonesia, memiliki fungsi-fungsi ritual

yang dimiliki oleh kelompok-kelompok suku. Gerakan-gerakan pada tari

tradisional di suatu kelompok suku, biasanya mengandung simbol-simbol,

atau stilisasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan, dan menjadi ciri khas

kelompok suku yang bersangkutan.

2) Tari Modern

Bagong Kussudirja (2000:14) menjelaskan bahwa jiwa masyarakat

Indonesia setelah 17 Agustus 1945 telah bebas dari segala macam belenggu

dan ikatan untuk dinyatakan dalam segala bentuk baik politis maupun

17

kultural. Tari modern adalah tari yang dalam bentuk watak, jiwa maupun

iramanya sama sekali bebas dari ikatan-ikatan, norma-norma dan hukum-

hukum tari yang telah ada (Kussdiarja, 2000:14). Tari modern muncul

merupakan salah satu bentuk kreativitas dari seorang pencipta tari yang di

sebut dengan koreografer.

c. Tari Remo

Tari Remo adalah salah satu bentuk tari tradisional Jawa Timur yang

diungkapkan dari getaran jiwa dan emosi masyarakat Jawa Timur. Gerak tari

Remo tersebut diperoleh dari getaran jiwa dan emosi orang Jawa Timur.

Masing-masing daerah mempunyai ciri dari tari tradisionalnya sendiri, dan

masing-masing tarian mengandung makna atau pesan yang berbeda pula.

Menari sendiri dorongan jiwa manusia sejak anak-anak dalam

mengekspresikan diri manakala mendengar atau merasakan suatu irama

tertentu baik yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya menurut Heni

Rohayani (dalam Hidayat, 2015:1), adapun unsur-unsur yang terdapat pada

tari Remo yaitu;

1) Tata Gerak, karakteristik yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan

kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini di dukung dengan adanya

lonceng-lonceng yang di pasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi

saat penari melangkah atau membentak di panggung.Selain itu,

karakteristiknya yang laib yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan

anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari

membuat tarian ini semakin atraktif.

18

2) Tata Busana dalam Tari Remo ada berbagai macam gaya, diantaranya: Gaya

Sawunggaling, Surabayan, Malangan dan Jombangan. Selain itu terdapat pula

busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan. Berikut macam-

macam busana Tari Remo.

a) Busana gaya Surabayan

Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam

dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang

dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke

lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang.

Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan

yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari

memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang

kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.

b) Busana Gaya Sawunggaling Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan

gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih

berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.

c) Busana Gaya Malang gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan

busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya

yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.

d) Busana Gaya Jombanga Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan

gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan

kaus tetapi menggunakan rompi.

e) Busana Remo Putri Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan

gaya remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam untuk

19

menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang

sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat

di bahu.

3) Pengiring Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang

biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron,

gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong.

Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari

Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending

Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi

d. Unsur Seni Tari

Agar tercipta suatu gerak ritmis yang indah, terdapat beberapa unsur

yang membangunnya. Menurut Rahayuningtyas (2015:5) Unsur-unsur

tersebut yakni unsur utama. Adapun unsur utama pada seni tari, Sebuah

gerakan ritmis dikatakan sebagai tarian apabila sudah mencakup tiga unsur

utama seni tari. Jika salah tidak ada semua atau salah satu dari unsur tersebut,

maka tidak bisa disebut tari. Unsur utama tersebut adalah :

1) Wiraga (raga). Sebuah seni tari harus menonjolkan gerakan badan, baik

dalam posisi berdiri atau pun duduk.

2) Wirama (irama). Sebuah seni tari harus memiliki gerakan ritmis yang sesuai

dengan irama pengiringnya, baik dari tempo maupun iramanya.

3) Wirasa (rasa). Sebuah seni tari harus mampu menyampaikan pesan perasaan

melalui gerakan sebuah tarian dan ekspresi penarinya.

20

e. Fungsi Seni Tari

Seni tari tentunya memiliki beberapa fungsi, salah satunya siswa dapat

mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki. Menurut Ayu (2014:5)

terdapat beberapa macam fungsi. Beberapa fungsi tersebut diantaranya adalah:

1) Tari Pertunjukan, yakni tarian yang dipersiapkan dengan matang untuk

dipentaskan. Tarian ini menekankan pada sisi koreografi artistik, konsep dan ide

yang matang, serta tema dan tujuan yang terstruktur.

2) Tari Upacara, yakni tarian yang dilakukan dalam upacara adat maupun

keagamaan. Tarian ini menitik beratkan ada kekhidmatan dan juga komunikasi

pada sang pencipta.

3) Tari Pergaulan, yakni tarian yang dilakukan untuk saling berinteraksi dan

berkesenian bersama. Tarian ini bersifat ceria dan lincah serta bersifat

komunikatif, sehingga mampu memberikan interaksi atau timbal balik.

4) Tari Kesenian, yakni tarian yang dipertunjukkan untuk melestarikan budaya dan

menghargai warisan budaya tradisional. Tarian ini hanya dipentaskan pada

acara-acara kebudayaan saja.

f. Seni Tari di SD

Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam

kegiatan, di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk tari (Hadi,

2005: 29). Tari merupakan salah satu cabang dari seni, yang telah tercipta

sejak lama. Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi dan sarana

komunikasi seniman kepada orang lain (penonton/penikmat). Sebagai alat

ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat

penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Tari

adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat

komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak

penikmatnya setelah pertunjukan selesai (Jazuli, 2007: 4).

Target yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah bukan

hanya menjadikan anak bisa menari, akan tetapi bagaimana bisa

menumbuhkan apresiasi siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan

21

diri sebagai unsur penting dalam mengembangkan kepribadian. Tari anak-

anak akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran, kehalusan rasa dan

kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan. Pengaruh ritme atau

wirama dalam iringan tari akan dapat digunakan sebagai media untuk

mencapai budipekerti yang harmonis. Dari dasar-dasar tersebut dapat

ditunjukkan bahwa pendidikan tari adalah sarana bagi usaha dalam

pembentukan pribadi anak. Hal ini mengingat usia anak-anak di tingkat

Sekolah Dasar (SD) secara umum harus akan ekspresi dan harus disalurkan

dalam pendidikan kesenian sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam

penuangan ekspresi ketika anak SD tersebut menginjak sekolah lanjut. Di

sinilah pentingnya pelajaran kesenian dipahami sebagai salah satu kebutuhan

hidup manusia.

3. Metode Hypnoteaching

a. Pengertian Hipnosis

Hipnosis adalah suatu keadaan fokus, tenang dan rileks sehingga

dapat mencerna informasi atau sugesti yang masuk ke dalam pikiran (Sugara,

2013:1). Kata hipnosis diambil dari nama dewa Yunani yang bernama

“hypnoze” dan pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter bernama

James Braid menggunakan metode hipnosis untuk menggantikan fungsi obat

bius dalam mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses oprasi.

Sebelum masa James Braid hipnosis dikenal dengan nama mesmerism atau

magnetism. Hipnotis adalah orang yang melakuakn hipnosis sedangkan yang

dihipnotis disebut suyet.

22

Secara umum, hipnosis diartikan sebagai suatu kondisi pikiran yang

mana fungsi analitis logis pikiran direduksi (mengalami pengurangan)

sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar.

Sedangkan alam bawah sadar merupakan tempat yang menyimpan beragam

potensial internal yang bisa dimanfaatkan kualitas seseorang

(Yustisia,2012:65). Sejalan dengan hal tersebut dalam komunitas guru kreatif

(2013:5) menyatakan bahwa:

“Hipnotis merupakan sebuah proses membawa seseorang untuk memasuki alam

bawah sadar dengan melalui pemahaman kata-kata yang disusun menjadi sebuah

sugesti, hipnotis merupakan sebuah proses ilmiah yang sudah pernah digunakan

dan dikembangkan zaman dahulu oleh Amborise Auguste Liebeault”

Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa hypnos adalah suatu

kondisi kesadaran (state of consciousness) yang sangat mudah untuk

menerima berbagai saran atau sugesti. Artinya pada kondidsi ini seseorang

akan lebih mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam dalam-

dalam dan bertahan lama. Hipnosis bukan sebuah alat atau penyembuhan,

akan tetapi kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan dan

pemberdayaan diri. Menurut Sugara (2013:2), semua orang mampu dan dapat

memasuki kondisi hipnosis, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

Karena hipnosis merupakan kondisi pikiran yang fokus dan rileks ini ditandai

dengan konsentrasi penuh terhadap satu titik fokus. Jadi, dalam kondisi

apapun, kapanpun dan dimanapun ketika pikiran fokus dan rileks, maka saat

itulah terjadi kondisi hipnosis. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

melakukan pemograman pikiran untuk perkembangan dan peningkatan

kualitas hidup.

23

b. Berbagai Persepsi Tentang Hipnosis

Hipnosis sudah berkembang di Indonesia, namun tidak semua

hipnosis dianggap sebagai suatu hal yang biasa dan dimanfaatkan untuk

pemberdayaan diri atau proses penyembuahan. Masih banyak orang yang

beranggapan bahwa hipnosis berkaitan dengan dunia mistis dan supranatural.

Menurut Sugara (2013:10) ada berbagai pandangan terhadap hipnosis yang

muncul di kalangan masyarakat meliputi;

1) Hipnosis dianggap sebagai kondisi tidak sadar

Hipnosis dianggap suatu fenomena yang membuat seseorang tidak

sadar terhadap apa yang dilakuaknnya dalam kondisi hipnosis. Pandangan ini

tentu bertentangan dengan prinsip pikiran bawah sadar yang besifat sangan

sadar. Karena orang akan sangat sadar sekali bahkan mampu menjangkau

setiap memori kehidupan yang pernah dilewatinya seperti mengingat setiap

kejadian, waktu, bahkan emosi yang muncul pada saat kondisi hipnosis.

Pikiran bawah sadar menjaga pikiran sadar, maksudnya apabila seseorang

memiliki memori yang tidak menyenangkan, agar pikiran sadar tidak

mengingat terus terhadap pengalaman atau kejadian tersebut, maka pikiran

bawah sadar akan menutup akses pikiran sadar. Sehingga seseorang tidak

meningat kembali kejadian maupun pengalaman tersebut.

2) Hipnosis berkaitan dengan sihir

Pandangan ini muncul karena tidak tahu menahu terhadap ilmu

hipnosis dan melihatnya sebagai suatu yang tidak wajar. Hipnosis menjadi

fenomena yang menakutkan, karena mampu membuat orang tidur dan

mengikut kemauan apapun oleh penghipnotis. Pandangan ini bisa terjadi

24

karena orang belum terbuka dengan keilmuan hipnosis, dan pandangan

negatif yang dilihat dari televisi mengenai hipnosis untuk hiburan, dalam

kondisi hipnosis seseorang memiliki kesadaran terhadap apa yang terjadi,

hanya saja lebih reseptif dalam menerima sugesti dan informasi. Ketika

seseorang menonton film yang sedih maka ia akan ikut menangis, atau

menonton film lucu maka ia akan tertawa. Maka saat itulah seseorang

dinyatakan terhipnosis oleh film-film tersebut. Berdasarkan beberapa

konsepsi para ahli, hipnosis bukanlah hal yang berhubungan dengan dunia

gaib, melainkan hipnosis adalah kondisi umum yang pasti dialami setiap

orang.

3) Hipnosis adalah teknik melakukan tipuan dan kejahatan

Hipnosis adalah kondisi rileks dan fokus terhadap diri sendiri yang

biasa kita alami minimal dua kali sehari, yakni saat mau tidur dan bangun

tidur. Penipuan yang mengatasnamakan hipnosis sebetulnya bukan hipnosis.

Orang yang memiliki pandangan bahwa hipnosis adalah kejahatan,

dikarenakan munculnya dari pengalaman negatif yang dialami baik diri

sendiri maupun orang lain. Padahal penipuan-penipuan itu tidak ada unsur

atau tekstur hipnosis di dalamnya. Bahkan penipuan itu murni dari kecakapan

si pelaku dalam mencari celah untuk membuat korban bingung dan tidak

ingat apa-apa dengan apa yang terjadi.

4) Hipnosis merupakan praktik kekuatan supranatural

Sugara mengatakan dalam bukunya yang berjudul Terapi Self-

Hipnosis Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar, bahwa selama ia

25

menjadi konselor dan hipnoterapis, saat melakukan proses hipnosis baik

untuk terapi ataupun hiburan, tidak ada kaitanya sedikitpun dengan dunia

gaib dan sebagainya. Karena pada dasarnya hipnosis harus berdasarkan

persetujuan dari orang yang ingin dihipnosis, maka ia secara penuh

mengendalikan dirinya dan tidak akan terpengaruh oleh si penghipnotis.

c. Cara Kerja Hipnosis Pada Otak

Proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan pola

gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan

gelombang listrik berfrekuensi yang disebut sebagai gelombang otak

(brainwave). Gelombang otak terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta,

alpha, theta, dan delta. Dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada

jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian yang

memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang. Menurut komunitas guru kreatif

(2013;13) untuk mengukur keaktifan otak dapat menggunakan alat yang

disebut dengan Electro Encephalograph (EEG). Berikut penjelasan tentang

keempat gelombang otak tersebut.

1) Gelombang Beta

Pada kondisi beta seorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran

sadar yang dominan sehingga ia mampu mengerjakan beberapa kegiatan

dalam kurun waktu yang bersamaan seperti mengendarai mobil seambil

bernyanyi dan mendengarkan musik.

26

2) Gelombang Alpha

Pada kondisi alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar

mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Dalam kondisi ini,

seorang akan belajar dan menerima dan menyerap informasi dengan sangat

baik. Konsisi ini terjadi ketika seseorang dalam keadaan senang, santai, dan

berimajinasi. Gelombang alpha sering dianggap gelombang yang paling sehat

di antara yang lain.

3) Gelombang Theta

Pada kondisi theta seseorang dalam kondisi sangat relaks antara sadsar dan

tidur lelap. Pikiran bawah sadar tetap aktif dan panca indera masih menerima

stimulus dari luar. Artinya pada kondisi ini masih dapat menerima masukan

dari luar.

4) Gelombang Delta

Pada kondisi delta seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas

tanpa mimpi. Kondisi panca indera sudah tidak aktif dan tidak dapat

menerima masukan dari luar.

Sesuai dengan pengertian hipnosis, suatu keadaan fokus, tenang, dan

rileks sehingga dapat mencerna informasi atau sugesti yang masuk ke dalam

pikiran terjadi pada fase-fase gelombang alpha atau tetha. Sejalan dengan hal

tersebut para ahli menyebutkan beberapa keuntungan dari aktifitas

gelombang alpha pada otak kita yaitu, Pikiran dan tubuh santai, kreativitas

yang tinggi, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, emosi stabil

dan terkendali, kemampuan atletik yang optimal, berkurang rasa takut dan

27

stress, semuanya seperti mengalir, kemampuan belajar dengan cepat, fungsi

kekebalan tubuh meningkat dan berpikir positif.

Maka dari itu, dalam kegiatan pembelajaran untuk memaksimalkan

tujuan kegiatan pembelajaran, guru bisa mengondisikan frekuensi gelombang

otak siswa dari frekuensi gelombang otak betha menuju alpha atau theta

dengan menggunakan metode pembelajaran variatif yaitu metode hipnosis

dalam pembelajaran yang dikenal dengan hypnoteaching.

d. Pengertian Metode Hypnoteaching

Metode merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang

dalam melakukan sebuah kegiatan (Syah, 2010:27). Jadi, metode dalam

proses pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru untuk

tercapainya tujuan pembelajaran. Hypnoteaching merupakan suatu alat yang

digunakan oleh guru untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Hypnoteaching

merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar, yaitu quantum

learning, accelerat learning, power teaching, neuro linguistic programing

(NLP) dan hypnosis. Secara harafiah, hypnoteaching berasal dari kata

hypnos dan teaching. Hypnosis berarti mensugesti dan teaching berarti

mengajar. Sejalan dengan hal tersebut Yustisia (2012:75) menyatakan bahwa

Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang dalam menyampaikan

materi, guru memakai bahasa- bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan

ketertarikan tersendiri kepada anak didik.

Kemudian secara garis besar Novian Triwidia Jaya (dalam Yustisia,

2012:76) juga menjelaskan pengertian hypnoteaching yaitu improvisasi dari

28

sebuah metode pembelajaran dan pendidikan. Hypnoteaching mencoba hadir

dengan menyuguhkan sebuah pendekatan konseptual baru dalam bidang

pendidikan, pembinaan dan sekaligus pencerahan serta pengobatan terhadap

siswa yang bermasalah. Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan guru

yang memberikan tauladan melalui ucapan dan prilaku yang konsisten. Jadi

dapat disimpulkan bahwa Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan

jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran baru yang mengguankan

pendekatan konseptual dalam bidang pendidikan dan pembinaan, dan dalam

penyampaian materi guru memberikan sugesti-sugesti positif pada siswa

sehingga membangkitkan ketertarikan dan motivasi siswa terhadap kegiatan

pembelajaran.

e. Manfaat Metode Hypnoteaching

Metode hypnoteaching tentunya memiliki beberapa manfaat dalam

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Menurut Yustisia (2012:80)

manfaat metode hypnoteaching sebagai berikut:

1) Pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih mengasyikkan, baik bagi

anak didik maupun bagi guru.

2) Pembelajaran dapat menarik perhatian anak didik

3) Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola emosinya.

4) Pembelajaran dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antara gutu dan

anak didik.

29

5) Guru dapat mengatasi anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar melalui

pendekatan personal.

6) Guru dapat menumbuhkan semangat anak didik dalam belajar melalui

metode hypnoteaching

7) Guru ikut membantu anak didik dalam menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

buruk yang siswa miliki.

Sedangkan menurut Triwidia (2010:9),manfaat metode hypnoteaching

secara umum sebagai berikut :

1) Mampu Mengoptimalkan Proses Pengajaran dengan hypnoteaching

2) Mendayagunakan Pengalaman dan Indrawi untuk memaksimalkan daya

tangkap.

3) Membangun kedekatan dengan peserta didik

4) Menggunakan pola bahasa yang menguatkan dalam pendidikan

5) Mamahami pola bahasa Hypnotic yang dijadikan sebagai sugesti bagi peserta

didik

6) Mampu membantu penanganan problem psikis yang menghambat

pembelajaran.

Dari beberapa pendapat mengenai manfaat metode hypnoteaching

tersebut terlihat jelas bahwa manfaat metode hypnoteaching mendukung

perkembangan dalam kegiatan belajar mengajar.

30

f. Langkah-Langkah Metode Hypnoteaching

Menurut Muhammad Noer (2010: 45), dalam hypnoteaching ada

beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru, sebagai berikut:

1) Niat dan penampilan guru

Untuk mengimplementasikan metode ini, seorang guru harus menanamkan

niat yang kuat dan penampilan guru yang baik, sebab niat ini akan

memunculkan motivasi yang tinggi dan komitmen yang kuat.

2) Pacing

Pacing adalah rasa simpati terhadap kegiatan, menyamakan gelombang otak

dengan orang lain atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik melakukan

pacing ini adalah: a) Menggunakan bahasa yang seringkali digunakan siswa,

dengan kata lain yaitu “bahasa gaul”, b) Melakukan gerakan-gerakan dan

mimik wajah sesuai dengan tema bahasan, c) Rasa simpatik kepada siswa.

3) Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini dilakukan

setelah pacing. Dalam pembelajaran, guru harus mengkombinasikan

antara pacing dan leading. Kombinasi kedua teknik ini akan menciptakan

suasana kondusif dan efektif dalam pembelajaran.

4) Menggunakan kata-kata positif

Langkah pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau kata-kata

yang positif. Penggunaan kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran

alam bawah sadar yang tidak mau menerima sugesti negatif. Kata-kata positif

bisa berupa ajakan atau himbauan.

31

5) Memberikan pujian

Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian

merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka

berikanlah pujian dengan tulus pada siswa. Khususnya ketika siswa berhasil

melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap

berikan pujian. Termasuk ketika siswa berhasil melakukan perubahan positif

pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-

temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong

untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya.

6) Modeling

Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang

konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching.

Setelah siswa menjadi nyaman dengan guru, kemudian guru dapat

mengarahkan sesuai yang di inginkan guru dengan modal kalimat-kalimat

positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada guru dimantapkan

dengan perilaku guru yang konsisten dengan ucapan dan ajaran guru.

Sehingga guru selalu menjadi figure yang dipercaya.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika ingin

menguasai pikiran anak didik, sebaiknya kuasai terlabih dahulu hatinya salah

satu cara untuk menguasai hati anak didik misalnya dengan menciptakan

proses pembelajaran yang menyenangkan, melakukan permainan, dan

sebagainya. Dengan demikian, guru bisa memberi peserta didik kewenangan

dan tanggung jawab atas belajarnya.

32

g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching

Sebuah metode pembelajaran, pasti mempunyai kelenihan dan

kekurangan. Dengan demikian adapun kelebihan dari metode hypnoteaching,

Menurut Yustisia (2012:81), sebagai berikut:

1) Peserta didik bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensi yang

dimilikinya,

2) Proses pembelajaran akan lebih aktif dan dinamis,

3) Tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik,

4) Materi yang diasjikan mampu memusatkan perhatian peserta didik,

5) Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif,

6) Dapat membuat peserta didik merasa senang dan bersemangat ketika

mengikuti pembelajaran

7) Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pelajaran yang diberikan

oleh guru”.

Sebuah metode pembelajaran, pasti tidak sempurna dan mempunyai

kekurangan. Dengan demikian adapun kekurangan dari metode

hypnoteaching menurtut Yustisia (2012:82) sebagai berikut:

1) Banyaknya peserta didik yang berada dalam suatu kelas, mengakibatkan guru

kesulitan untuk memberikan perhatian satu per satu kepada anak didiknya.

2) Guru perlu belajar dan berlatih untuk menerapkan metode hypnoteaching

3) Metode hypnoteaching masih tergolong dalam metode baru dan belum

banyak dipakai.

33

4) Kurang tersedianya sarana dan prasarana disekolah yang bisa mendukung

penerapan metode pembelajaran hypnoteaching.

Dari berbagai penjelasan mengenai kekurangan metode

hypnoteaching guru mempunyai peran besar dalam pelaksanaan metode

hypnoteaching. Maka dari itu, untuk bisa meminumalisir kekurangan

tersebut, guru harus banyak belajar dan berlatih guna memaksimalkan

penggunaan metode hypnoteaching.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang

membahas permasalahan yang sama, maka penulis akan memaparkan

beberapa penelitian yang sudah ada dalam bentuk tabel di bawah ini;

Tabel 2.1 Penelitian relevan

No. Nama

Peneliti

Judul Pendekatan

Penelitian

Hasil Perbedaan

1. Dina Dara

mahasiswa

Fakultas

Psikologi

Universitas

Sumatera

Utara

Pengaruh

hypnoteaching

terhadap hasil

belajar Bahasa

Indonesia

Siswa Kelas

VII SMP

Negeri 17

Medan

Pendekatan

kuantitatif

dengan

metode kuasi-

eksperimen

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

hasil belajar siswa

siswi SMP Negeri

17 Medan

mengalami

peningkatan setelah

menerima metode

hypnoteaching. Hal

tersebut berarti

bahwa

hypnoteaching

berpengaruh dalam

meningkatkan hasil

belajar mengajar

dalam kelas.

Menekankan

pada pengaruh

hypnoteaching terhadap hasil

belajar, yang

terbukti bahwa

metode

hypnoteaching

berpengaruh

terhadap hasil

belajar siswa.

34

2. Sri Wartini

mahasiswa

Fakultas

Bahasa dan

Seni

Universitas

Negeri

Yogyakarta

Peningkatan

Minat Belajar

Seni Tari

Melalui

Hypnoteachin

g di SD

Negeri 1

Prambanan

Klaten

jenis

penelitian

yang

digunakan

adalah

penelitian

tindakan kelas

Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa

penerapan

hypnoteaching dapat

meningkatkan minat

siswa kelas II SD

Negeri 1 Prambanan

Klaten dalam

pembelajaran seni

tari

Menekankan

pada pengaruh

hypnoteaching

terhadap hasil

belajar, yang

terbukti bahwa

metode

hypnoteaching

berpengaruh

terhadap hasil

belajar siswa

3. Ludianawat

i mahasiswa

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan

Institut

Agama

Islam

Negeri

Walisongo

Semarang

Implementasi

Metode

Hypnoteachin

g Dalan

Pembelajaran

IPS Kelas V

di MIN

Mlaten Mijen

Demak

Jenis

penelitian ini

adalah

deskriptif

kualitatif

dengan

pendekatan

fenomenologi

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

implementasi

berjalan dengan

baik, namun guru

tidak menerapkanya

sesuai dengan

langkah-langkah

hypnoteaching yang

ada pada teori, tetapi

secara tidak

langsung guru

menerapkan

langkah-langkah

yang terkandung

dalam metode

hypnoteaching.

Menekankan

pada

menganalisis

metode

hypnoteaching

pada

pembelajaran

IPS untuk

kelas atas yaitu

kelas V SD

Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian pertama dan

kedua yang menekankan pada pengaruh hypnoteaching terhadap hasil

belajar, yang terbukti bahwa metode hypnoteaching berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Akan tetapi pada penelitian pertama dan kedua memiliki

kesamaan yaitu peneliti meneliti metode hypnoteaching. Sedangkan pada

penelitian ketiga memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan, yaitu menganalisis penggunaan metode hypnoteaching dan jenis

penelitian deskriptif kualitatif. Akan tetapi penelitian dahulu menganalisis

metode hypnoteaching pada pembelajaran IPS untuk kelas atas yaitu kelas V

SD, Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu meneliti

35

penggunaan metode hypnoteaching pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari

Remo di SDN Dampit 01 Kabupaten Malang.

36

C. Kerangka Pikir

Berikut kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Penggunaan metode

hypnoteaching dalam

kegiatan ekstrakurikuler

seni tari Remo

Solusi terhadap kendala

penggunaan metode

hypnoteaching dalam

kegiatan ekstrakurikuler

seni tari Remo

Kendala-kendala

penggunaan metode

hypnoteaching dalam

kegiatan ekstrakurikuler

seni tari Remo.

Prestasi siswa dalam ekstrakurikuler seni tari

Remo relatif baik, dengan adanya guru

menggunakan metode hypnoteaching.

Metode yang sesuai dengan

kebutuhan siswa salah satunya

penggunaan metode hypnoteaching

Daya serap dan minat siswa

terhadap kegiatan ekstrakurikuler

seni tari Remo 01.

Teknik Pengumpulan

Data:

a. Observasi,

b. Wawancara dan

c. Dokumentasi

Hasil

Melestarikan seni tari tradisional daerah serta mengetahui penggunaan metode

hypnoteaching pada ekstrakurikuler seni tari Remo yang dapat mengembangkan prestasi

siswa.

Analisis Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Tari

Remo di SDN Dampit 01 Kabupaten Malang

Teknik Analisa Data:

a. Reduksi Data

b. Penyajian Data

c. Kesimpulan

Yustisia (2012:75).

Hypnoteaching

merupakan metode

pembelajaran yang

dalam menyampaikan

materi, guru memakai

bahasa- bahasa bawah

sadar yang bisa

menumbuhkan

ketertarikan tersendiri

kepada anak didik.