BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Kinerja Keuangan a. …eprints.uny.ac.id/8984/3/BAB 2...

35
11 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kinerja Keuangan a. Pengertian Kinerja Keuangan Pengertian kinerja menurut Indra Bastian (2006:274) adalah gambaran pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Konsep kinerja keuangan menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat- alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Kinerja Keuangan a. …eprints.uny.ac.id/8984/3/BAB 2...

11

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut Indra Bastian (2006:274) adalah

gambaran pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi.

Konsep kinerja keuangan menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri

(2002:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode

tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba

rugi dan neraca.

Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu

analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran

tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-

alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya

keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja

dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan

secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya

12

12

terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

b. Manfaat Penilaian Kinerja

Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam

suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan

pelaksanaan kegiatannya.

2) Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,

maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai

kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara

keseluruhan.

3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk

masa yang akan datang.

4) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan

organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada

khususnya.

5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

c. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31)

adalah sebagai berikut:

13

13

1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi

atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat

ditagih.

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka

panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur

dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar

beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali

pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar

deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami

hambatan atau krisis keuangan.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

a. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan

hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

14

14

lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai

usaha BPR.

Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Bank

Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya.

Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha

kecil dan masyarakat di daerah pedesaan.Bentuk hukum BPR dapat

berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank desa yang

khusus melayani masyarakat kecil di kecamatandan pedesaan

(Kasmir,2002:8)

b. Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit.

3) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan

pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank

Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

15

15

Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

1) Menerima simpanan berupa giro.

2) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3) Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan

concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke

bawah.

4) Melakukan usaha perasuransian.

5) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang

dimaksud dalam usaha BPR.

Bank umum dan BPR memiliki tugas yang hampir serupa karena

sama-sama memberikan kredit pada masyarakat. Namun jika dilihat

dari definisinya, bank umum dan BPR memiliki perbedaan. Bank

Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sedangkan

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui perbedaan antara keduanya

terletak pada kegiatan memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Bank umum memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran sedangkan

BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

16

16

3. Laporan keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data

keuangan atau aktiva suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir

,1998:2)

Menurut penggunaanya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi

tiga yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan untuk

keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan

pengawasan Bank Indonesia. Untuk kepentingan masyarakat, laporan

keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31 Revisi 2000) tentang akuntansi

perbankan. Dalam PSAK tersebut laporan keuangan untuk masyarakat

terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan

ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Untuk kepentingan pengawasan

Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus

disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah

ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan manajemen,

laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan internal

perusahaan. (Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:236)

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi

keuangan atau dikenal dengan neraca adalah aktiva, kewajiban, dan

17

17

ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja

dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi

keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan

perubahan dalam berbagai unsur neraca.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan.

Tujuan umum laporan keuangan yang diatur dalam PAI yaitu:

1) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercayai mengenai

aktiva dan kewajiban serta ekuitas suatu bank.

2) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu bank yang

timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3) Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna

laporan di dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan

laba.

4) Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu bank, seperti informasi mengenai

aktivitas pembayaran dan investasi.

18

18

5) Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan informasi

lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk

kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebijakan

akuntansi yang dianut bank.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1,

tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagisejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan

tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan

tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin

menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen

berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.

Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk

19

19

menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

c. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK (2007)

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan

berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok

yaitu:

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan

keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh

pemakai

2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi

kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memperngaruhi

keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu,masa kini atau masa depan,

menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3) Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya

20

20

sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan

atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan

perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan

(trend) posisi dan kinerja keuangan.Pemakai juga harus dapat

membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk

mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan secara relatif.

d. Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2006:10) terdapat empat keterbatasan laporan

keuangan yaitu:

1) Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara

(interim final), bukan merupakan laporan final, karena laba rugi riil

(laba rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau

dilikuidasi. Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun

untuk periode waktu tertentu, umumnya satu tahun atau 12 bulan.

Waktu periode ini dianggap sebagai periode akuntansi baku.

2) Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang

tampaknya pasti. Jumlah rupiah ini bisa saja berbeda bila standar

yang digunakan berbeda, karena lebih dari satu standar yang

diperkenankan. Standar yang dimaksud adalah standar menilai

21

21

jumlah rupiah. Misalnya bila dibandingkan dengan laporan

keuangan suatu perusahaan jika seandainya perusahaan itu

dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. Aktiva tetap

dinilai berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian

dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Jumlah bersihnya

tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap. Dalam keadaan

likuidasi, aktiva tidak berwujud seperti hakpaten, merek dagang,

biaya organisasi hanya dinilai satu rupiah.

3) Neraca dan laporan laba rugi mencerminkan transaksi-transaksi

keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu tersebut

mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun

karena kenaikan tingkat harga-harga). Oleh karena itu untuk

menghindari adanya analisis yang menyesatkan, analisis

perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.

4) Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap

mengenai keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak

mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan

dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat diukur dalam

satuan uang. Faktor tersebut misalnya kemampuan dalam

menemukan penjual dan mencari pembeli, nama baik dan prestise

perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada

perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan

karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi-kondisi

22

22

pesaingnya, keadaan perekonomian pada umumnya, dan

sebagainya.

e. Analisis Laporan Keuangan Perbankan

Analisis laporan keuangan perbankan bertujuan antara lain

untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, untuk

mengetahui perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode

berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasional dan penyususnan rencana kerja

anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan

perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan

perbaikan/penyempurnaan dimasa yang akan datang dan sebagainya.

(Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:284)

Metode analisis laporan keuangan yang lazim dipergunakan

dalam praktik perbankan anatara lain:

1. Analisis varians (variance analysis), yaitu metode analisis yang

dipergunakan untuk mengetahui pencapaian kinerja dibandingkan

dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, serta

mengidentifikasikan terjadinya deviasi.

2. Analisis komparatif (comparative analysis), yaitu metode analisis

yang dilakukan dengan cara membandingkan keragaman usaha

bank pada suatu periode dengan periode lainnya, baik secara

absolut maupun relatif atas total/bagian tertentu.

23

23

3. Analisis lingkungan (environment analysis), yaitu metode analisis

yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil usaha yang

telah dicapai suatu unit kerja terhadap industri usaha yang sama di

wilayah kerjanya.

4. Analisis rasio (ratio analysis), yaitu metode analisis yang

dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos tertentu dalam

neraca maupun laba rugi.

4. Analisis Rasio Keuangan

Dalam penyajian laporan keuangan terdapat banyak sekali analisis

rasio keuangan yang dapat dikembangkan dari data yang tersedia. Masing-

masing rasio tersebut mempunyai kegunaanya tergantung posisi keuangan

yang akan dilihat.

Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi

suatu usaha yang telah dilakukan oleh sebuah perusahaan ataupun sebuah

usaha perbankan, terutama bagi manajemen dalam penyususnan kebijakan

strategi bank.

Analisis rasio tersebut diharapkan sangat membantu dalam

mengadakan analisis kondisi intern bank pada umumnya dan kondisi

keuangan bank pada khususnya (Ruddy Tri Santoso, 1995:87)

a. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa

24

24

hutang – hutang jangka pendek (short time debt). Rasio keuangan yang

biasa digunakan untuk mengukur kondisi likuiditas bank adalah:

1) Current ratio

Current ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang

harus segera dipenuhi oleh Aktiva Lancar.

Current Ratio =

Semakin besar rasio tersebut semakin besar pula jaminan yang

diberikan oleh bank dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya.

2) Quick (Acid Test) Ratio

Quick (Acid Test) Ratio adalah kemampuan untuk membayar

hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih

likuid (quick assets).

Quick (Acid Test) Ratio =

Semakin besar rasio ini semakin besar pula jaminan bank untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

b. Analisis Leverage

Rasio ini disebut juga rasio solvabilitas yaitu mengukur perbandingan

dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari

kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur

sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini

menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman

25

25

(Bank). Analisis ini berguna untuk melihat dua aspek penting dari sisi

modal, yaitu:

1) Melihat modal yang dimiliki oleh sebuah bank apakah jumlahnya

sebanding dengan jumlah hutangnya. Dengan melihatnya maka

akan dapat diketahui risiko usaha perbankan. Bila ternyata jumlah

modal ini lebih kecil dari jumlah hutangnya (dan ini memang

umum terjadi dalam usaha perbankan), maka risiko usaha

perbankan lebih banyak ditanggung oleh para penyimpan dana.

2) Lebih banyaknya dana yang berasal dari pihak ketiga menunjukkan

bahwa bank memperoleh manfaat untuk memutarkan dana tersebut

hanya dengan modal yang relatif kecil.

Beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk menilai tingkat

leverage adalah:

1) Debt Ratio

Debt ratio adalah kemampuan setiap modal sendiri dari bank yang

dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.

Debt ratio =

Semakin kecil rasio ini maka semakin banyak modal sendiri yang

dijadikan jaminan terhadap utang-utang bank tersebut.

2) Debt to Net Worth Ratio

Debt to net worth ratio adalah rasio yang menunjukkan berapa

bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan

26

26

utang, atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk

menjamin utang.

Debt to Net Worth Ratio =

Semakin kecil rasio ini semakin kecil utang yang harus ditanggung

oleh bank tersebut sehingga bank akan semakin baik dalam

memutarkan aktivanya untuk memperoleh keuntungan.

c. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh

tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber yang dimilikinya.

1) Fixed Assets Turnover

Fixed assets turnover merupakan kemampuan dana yang tertanam

dalam keseluruhan aktiva tetap bank di dalam suatu periode

tertentu dengan jumlah aktiva keseluruhan. Besarnya rasio

diperoleh dengan membagi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh

bank dengan jumlah aktiva keseluruhan bank tersebut.

Fixed Assets Turnover =

Semakin besar rasio perbandingan ini semakin besar pula

kemampuan bank tersebut untuk menghasilkan asset melalui harga

tetap perusahaan.

2) Total Assets Turnover

Total assets turnover yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam

keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau

27

27

kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan

revenue.

Total Assets Turnover =

Semakin besar rasio tersebut semakin baik manajemen

pengelolaan aktiva bank yang bersangkutan.

d. Analisis Keuntungan (Profitabilitas)

Rasio ini disebut juga sebagai ratio rentabilitas yaitu rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan

mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut.

Analisis profitabilitas mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai

oleh usaha operasional bank.

1) Profit Margin (PM)

Profit margin adalah rasio yang menggambarkan efisiensi sebuah

bank, wujud dari upaya bank untuk bisa menekan biaya sekecil

mungkin guna menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Profit Margin (PM) =

Semakin besar nilai rasiotersebut semakin tepat manajemen

penempatan dana dari bank yang bersangkutan, berarti bank

tersebut semakin efisiensi dalam pengelolaan dananya.

28

28

2) Return on Assets (ROA)

ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan.

ROA =

Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa bank semakin

produktif.

3) Return on Equity (ROE)

ROE adalah rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas

modal yang ditanamkan atau kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan

saham biasa.

ROE =

Semakin besar nilai ROE suatu bank berarti semakin baik bank

tersebut karena dalam menunjang pertumbuhan bisnisnya bank itu

memiliki cukup modal.

5. Analisis Rasio Keuangan Khusus untuk Bank

Di dalam neraca keuangan bank, khususnya bank yang beroperasi di

dalam negeri, perlu dibedakan antara bank devisa (yaitu bank yang

memiliki transaksi valuta asing) dan bank non devisa yang hanya

mempunyai transaksi rupiah saja. Selain itu bank devisa atau bank yang

mempunyai cabang diluar negeri juga perlu dipisahkan antara transaksi

29

29

rupiah dan valuta asingnya sehingga tidak menyesatkan peanalisis dan

pengambil keputusan dalam lingkungan bank tersebut.

a. Earning Assets to Total Assets Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar dana yang

terkumpul yang digunakan atau diinvestasikan pada harta yang

produktif.

Menurut Ruddy Tri Santoso (1995:101), beberapa contoh dari harta

produktif adalah:

1) Kelebihan dana di Bank Indonesia atau bank lain yang

menghasilkan bunga,

2) Efek-efek

3) Deposito pada bank lain

4) Pinjaman

5) Penyertaan

Earning Assets to Total Assets =

Semakin besar angka rasio ini maka semakin baik kebijaksanaan

penggunaan dana yang ditanamkan pada jenis-jenis harta yang

produktif.

b. Public Fund to Purchased Fund Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank di dalam

mengumpulkan dana dari masyarakat.

Public Fund to Purchased Fund =

30

30

Menurut Ruddy Tri Santoso (1995:102), dana masyarakat terdiri dari

Giro (Rekening Koran), Tabungan, Deposito berjangka, dan Setoran

jaminan (dari nasabah perorangan atau perusahaan). Sedangkan dana

non masyarakat terdiri dari kewajiban yang segera dapat dibayar,

pinjaman yang diterima,dan rupa-rupa pada sisi pasiva.

Apabila rasio ini menunjukkan angka lebih besar dari 1 (100%) maka

bank tersebut dinilai relatif berhasil dalam menghimpun dana

masyarakat dan tidak menggantungkan dari pasar uang atau pinjaman

Bank Indonesia.

c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh dana

pinjaman yang bersumber dari dana simpanan masyarakat. Tinggi

rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut.

LDR =

Semakin tinggi nilai rasio maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut

kurang likuid dibandingkan dengan bank yang memiliki nilai rasio lebih

rendah.

d. Net Interest Margin

Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur jumlah pendapatan

bunga bersih suatu bank. Indikator ini penting mengingat usaha pokok

bank adalah membeli dan menjual dana.

NIM =

31

31

Dengan asumsi bahwa:

1) Item pendapatan bunga serta provisi dan komisi merupakan hasil

pendapatan penjualan dana

2) Biaya bunga dan provisi sebagai biaya pembelian dana

Apabila angka net interes margin positif berarti bank masih mampu

menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga

pembelian dana.

e. Bank Burden

Rasio ini merupakan indikator untuk menunjukkan seberapa jauh beban

usaha bank dalam penyelenggaraan kegiatan perbankan. Beban usaha

tersebut merupakan Net Overhead, yaitu selisih antara pendapatan non

bunga dengan biaya non bunga, yang tidak berkaitan langsung dengan

bisnis pembelian dan penjualan dana.

Bank Burden = PENDAPATAN BUKAN BUNGA – BIAYA BUKAN

BUNGA

Angka rasio ini biasanya selalu negatif sehingga kemampuan bank

dalam memikul beban tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara

Net Interest Margin dengan Net Overhead. Jika angka Net Interest

Margin lebih besar dari Net Overhead maka bank yang bersangkutan

masih mampu menanggung beban.

f. Ratio of Loan Write-off to Loan

Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas pinjaman. Semakin besar

nilai rasio ini maka semakin besar risiko usaha perbankannya.

32

32

Ratio of Loan Write-off to Loan =

g. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri

dibandingkan dengan dana luar di dalam pembiayaan kegiatan usaha

perbankan. Modal yang dimaksud adalah modal disetor maupun dana

setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu,

laba tahun berjalan. CAR ini penting karena merupakan landasan bank

untuk mengembangkan kegiatan usahanya.

CAR =

Semakin besar nilai rasio tersebut, maka semakin baik posisi modal

sebuah bank.

6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Sebagai perusahaan yang bergerak di lembaga keuangan, peran

perbankan cukup penting dalam perekonomian. Mengingat hal tersebut

tingkat kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting guna

memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Perbankan yang sehat akan

mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan dengan baik,

yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalambentuk simpanan dan

menyalurkan dana dengan memberikan kredit atau pinjaman.

Menurut Peraturan Bank Indonesia tentang Tatacara Penilaian

Tinkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, penilaian Tingkat Kesehatan

33

33

Bank Perkreditan Rakyat mencakup penilaian terhadap faktor-faktor

sebagai berikut:

a. permodalan (capital)

b. kualitas aset produktif (assets)

c. manajemen (management)

d. rentabilitas (earning)

e. likuiditas (liquidity)

a. Capital (Permodalan)

Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam

rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai

kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang

ditetapkan oleh otoritas moneter. (Taswan, 2005:127)

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank

dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia

dan kantor cabang bank yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang

didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau

primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal adalah dana

yang dimiliki oleh pemilik perusahaan untuk membiayai kegiatan usaha

sehingga menghasilkan laba.

Jenis modal bank:

1) Modal inti

34

34

a) Modal disetor

b) Agio saham

c) Cadangan umum

d) Cadangan tujuan

e) Laba ditahan

f) Laba tahun lalu

g) Laba tahun berjalan

h) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan

keuangannya dikonsolidasikan.

2) Modal pelengkap

a) Cadangan revaluasi aktiva tetap

b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

c) Modal kuasi

d) Pinjaman subordinasi

Aspek permodalan yang dimaksud meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut:

1) Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan

serta kemampuan permodalan Bank dalam mengcover aset

bermasalah.

2) Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang

berasal dari keuntungan, rencana permodalan Bank untuk

mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan

35

35

dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan

permodalan Bank.

Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum

yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi

tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Menurut Lukman Dendawijaya (2003) langkah-langkah perhitungan

penyediaan modal minimum bank sebagai berikut:

1) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal

masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari

masing-masing pos aktiva neraca tersebut.

2) ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai

nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot

risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.

3) Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif

4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara

modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan modal ATMR.

CAR =

5) Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan

kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).

Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah

bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan

modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio

modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan

36

36

100% atau lebih, modal bank bersangkutan telah memenuhi

ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang

dari100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.

b. Asset (kualitas aset)

Menurut Munawir (1998:36) aktiva produktif adalah semua aktiva

dalam rupiah atau valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud

untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva

produktif tidak terbatas pada kekayaan bank yang berwujud.

Pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya-biaya

yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang

merupakan aktiva produktif. Aktiva produktif yang tidak berwujud,

misalnya goodwill, hak paten, hak cipta dan sebagainya. Aspek asset

meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit,

perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan

penyisihan penghapusan aktiva produktif bermasalah, dan

kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

2) Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)

internal, sistem dokumentasi,dan kinerja penanganan aktiva

produktif bermasalah.

c. Management (manajemen)

Aspek management meliputi penilaian terhadap komponen-komponen

sebagai berikut:

37

37

1) Manajemen umum

Faktor manajemen umum meliputi beberapa faktor, yaitu:

a) Manajemen strategi

b) Manajemen struktur

c) Manajemen sistem

2) Manajemen Risiko

Faktor manajemen risiko meliputi beberapa faktor, yaitu:

a) Manajemen likuiditas

b) Manajemen kredit

c) Manajemen operasional

d) Manajemen hukum

e) Manajemen pemilik/pengurus

Jumlah pertanyaan/pernyataan ditetapkan sebanyak 25

pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan/pernyataan manajemen

umum dan 15 pertanyaan/pernyataan manajemen risiko.

Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan

antara 0 sampai dengan 4 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah

2) Nilai 1, 2, 3 mencerminkan kondisi antara

3) Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik

Selanjutnya hasil penjumlahan nilai yang diperoleh dari

penilaian tersebut akan didapat nilai kredit. Nilai kredit ini

38

38

dikalikan dengan bobot faktor manajemen yang telah ditentukan

sebesar 20% sehingga didapat angka nilai kredit faktor manajemen.

d. Earnings (Rentabilitas)

Menurut Kasmir (2008:52), aspek rentabilitas merupakan ukuran

kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode

atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai bank yang bersangkutan.

Aspek rentabilitas (earnings) meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut:

1) Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net

interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank.

2) Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan,

penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan

biaya, dan prospek laba internasional.

Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang

terus meningkat.

e. Liquidity (likuiditas)

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan

dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,

giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua

permohonan kredit yang layak dibiayai (Kasmir 2008:51). Aspek

likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai

berikut:

39

39

1) rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan

to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi

pendanaan.

2) kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and

liabilities management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan,

dan stabilitas pendanaan.

Bank Pekreditan Rakyat (BPR) juga merupakan bagian dari sistem

lembaga keuanganperbankan yang harus sehat supaya bisa berkontribusi

maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan

khususnya di kalangan menengah. Pada dasarnya tingkat kesehatan BPR

dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang

berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang

meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,

Rentabilitas, dan Likuiditas (Booklet Perbankan Indonesia, 2010:110).

Kelima aspek tersebut biasa disingkat menjadi CAMEL. Hasil dari

penilaian dikategorikan dalam empat predikat yaitu Sehat, Cukup Sehat,

Kurang Sehat dan Tidak sehat.

40

40

Tabel 1. Bobot dari setiap CAMEL adalah sebagai berikut;

No Faktor CAMEL Bobot

1 Permodalan 30%

2 Kualitas aktiva produktif 30%

3 Kualitas manajemen 20%

4 Rentabilitas 10%

5 Likuiditas 10%

Sumber: Booklet Perbankan Indonesia

B. Penelitian yang relevan

Penelitian mengenai analisis penilaian kesehatan bank telah banyak

dilakukan, diantaranya:

1. Penelitian Ratna Tri (2003) tentang PenilaianTingkat Perkembangan

Kesehatan Bank dengan Menggunakan Analisis CAMEL Studi Kasus pada

BPR Artha Sumber Arum Yogyakarta Periode 2003-2006. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan rasio permodalan tertinggi pada periode 2003

sebesar 17,90 dan terendah pada periode 2006 sebesar 12,22. Rasio aktiva

produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif tertinggi pada

periode 2003 sebesar 7,5 dan terendah pada periode 2005 sebesar 14,4.

Rasio PPAD terhadap PPAPWD tertinggi pada periode 2003 dan 2004

sebesar 100 dan terendah pada periode 2006 sebesar 93,90. Rasio

manajemen selama periode 2003 sampai dengan 2006 menunjukkan sama

sebesar 100. Rasio ROA tertinggi pada periode 2003 sebesar 10,15 dan

41

41

terendah pada periode sebesar 0,28. Rasio BOPO tertinggi pada periode

2003 sebesar 75,77 dan terendah pada periode 2006 sebesar 112,80. Cash

ratio tertinggi pada periode 2006 sebesar 26,90 dan terendah pada periode

2004 sebesar 17,25. Rasio LDR tertinggi pada periode 2006 sebesar 74,43

dan terendah pada periode 2003 sebesar 85,26. Secara keseluruhan, trend

analisis CAMEL terbaik terjadi pada periode 2003 dengan jumlah factor

CAMEL 91,20 dengan trend 100 dan berpredikat sehat. Penelitian

terdahulu memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu mengenai

penelitian kesehatan bank. Perbedaan penelitian terdahulu dengan

penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, penelitian terdahulu pada

BPR Artha Sumber Arum Yogyakarta periode 2003-2006 sedangkan

penelitian ini pada PD. BPR Bank Bantul periode 2009-2011.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Rachmaningsih (2009) yang berjudul

Penelitian Kesehatan Bank pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Periode 2007-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

kesehatan bank dalam kondisi baik ditinjau dari lima aspek, yaitu

permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti saat ini yaitu mengenai peilaian kesehatan bank menggunakan

metode CAMEL dan penggunaan metode penelitian yaitu dengan metode

deskriptif. Namun pada subjek penelitian memiliki perbedaan, dimana

penelitian terdahulu melakukan penelitian pada bank umum yaitu Bank

42

42

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sedangkan peneliti saat ini melakukan

penelitian pada PD. BPR Bank Bantul.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Widyasmara (2010) yang

berjudul Analisis Komparasi Tingkat Kesehatan pada PD. BPR BKK

Kebumen dan PD. BPR Bank Pasar Kebumen di Kabupaten Kebumen

Periode 2004-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

kesehatan antara PD. BPR BKK dan PD. Bank Pasar Kebumen memiliki

tingkat kesehatan bank yang berbanding terbalik satu sama lain, dan tingkat

perkembangan keduanya mempunyai hasil yang tidak menggembirakan,

serta untuk uji perbedaan pada rasio ROE dan ROA sedangkan untuk rasio

CAR, RORA, GROWTH, NPM, BOPO, dan LDR antara keduanya tidak

terdapat perbedaan yang signifikan. Persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian saat ini yaitu menilai tingkat kesehatan bank dan jenis penelitian

deskriptif. Perbedaannya terletak pada objek penelitian, dimana penelitian

terdahulu menggunakan 2 objek yaitu pada PD. BPR BKK kebumen dan

PD. BPR Bank Pasar Kebumen, sedangkan peneliti saat ini hanya

menggunakan satu objek yaitu pada PD. BPR Bank Bantul.

C. Kerangka Berpikir

Penilaian kinerja suatu perusahaan dalam hal ini adalah Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) yang dapat dilakukan dengan menggunakan

data keuangan yang dimiliki, yaitu dengan melakukan analisis laporan

keuangan.Analisis ini dilakukan karena nantinya dapat memberikan

43

43

informasi tentang tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai. Analisis

yang digunakan untuk menilai kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

adalah analisis CAMEL yang meliputi lima aspek, yaitu Capital, Asset,

Management, Earnings,dan Likuidity.

1. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam

rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai

kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang

ditetapkan oleh otoritas moneter.

2. Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau

valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk

memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

3. Manajemen adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha

secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia

bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama

ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

4. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam

meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur

tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang

bersangkutan.

5. Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka

pendek.

44

44

D. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek

permodalan (Capital) pada periode 2009-2011?

2. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek

Kualitas Aset Produktif (Assets) periode 2009-2011?

3. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek

Manajemen (management) periode 2009-2011?

4. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek

Rentabilitas (earnings) periode 2009-2011?

5. Bagaimana kinerja keuangan PD.BPR Bank Bantul ditinjau dari aspek

Likuiditas (liquidity) periode 2009-2011?

6. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara

keseluruhan pada tahun 2009?

7. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara

keseluruhan pada tahun 2010?

8. Bagaimana kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul ditinjau secara

keseluruhan pada tahun 2011?

45

45

E. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan

antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:63). Dalam penelitian

ini paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma penelitian

Laporan Keuangan

Analisis CAMEL

Capital Assets Management Earnings Liquidity

Hasil Penelitian