BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.eprints.umm.ac.id/39161/3/BAB II.pdf · 3) Tugas yang diberikan...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.eprints.umm.ac.id/39161/3/BAB II.pdf · 3) Tugas yang diberikan...
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Kerja Kelompok
a. Pengertian Kerja Kelompok
Tugas kelompok adalah bersama-sama mengerjakan tugas, berdiskusi,
pertukaran pendapat antara anggota yang satu dengan yang lain, bantu membantu
dalam menyelesaikan tugas. Walgito (2003) menyatakan “Pelaksanaan dalam
pembelajaran di sekolah, pemberian tugas diberikan secara perorangan (individu)
maupun secara kelompok. Kelompok adalah dua atau lebih individu yang
berinteraksi serta saling mempengaruhi dan memiliki tujuan yang sama”.
Kelompok merupakan suatu kumpulan dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi satu sama lain, merasa saling berbagi kepentingan dan tujuan, serta
datang bersama atau bekerja sama untuk mencapai kegiatan kerja”.
Kerja kelompok selalu didahului dengan diskusi dalam usaha membagi
kerja yang harus diselesaikan para anggota, maka orang sering menganggap kerja
kelompok sebagai diskusi. Kelompok diskusi merupakan kelompok face to face
tanpa memperhatikan besarnya kelompok, pada umumnya problem yang dihadapi
oleh semua kelompok adalah sama yakni semua kelompok memerlukan
pemimpin, semua kelompok mengembangkan pola yang khas dalam berhubungan
dengan informasi baru atau informasi lain, semua kelompok mengusahakan
keseimbangan antara perhatian terhadap hubungan emosional dengan penyesuaian
kelompok terhadap lingkungan.
10
Metode kerja kelompok bisa disebut juga metode diskusi, metode ini
terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Diskusi
atau kerja kelompok ini dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil atau seluruh kelas. Diskusi atau kerja kelompok akan lebih
bermanfaat bila setiap kelompok melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas
secara keseluruhan, setiap siswa dapat memberikan pendapatnya sehingga
pengalaman siswa bertambah. Demikian juga dengan guru dapat mengetahui
apakah konsep-konsep yang telah di berikan dapat dipahami oleh siswa.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode kerja
kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam
suatu grup atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk
dibahas dalam kelompok tersebut. Prinsip dasarnya tiap anak mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan bakat minat yang dimilikinya. Hal
tersebut sesuai dengan teori Nativisme, Arthur Schopenhawer yang menyatakan
bahwa perkembangan pribadi ditentukan hanya oleh faktor hereditas, faktor dalam
yang berarti kodrat. Merujuk teori Nativisme yang menjelaskan bahwa
kemampuan seseorang sangat ditentukan faktor pembawaan dari siswa tersebut.
Maka pandai-pandailah guru memberikan materi pelajaran menggunakan berbagai
komponen yang dikemas menjadi bahan yang menarik agar dapat cepat ditangkap
atau dipahami siswa. Penggunaan metode kerja kelompok dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan guru kepada siswa adalah mempunyai tujuan agar siswa
mampu berkerja sama dengan teman yang lain dalam satu kelompok dalam
mencapai tujuan bersama.
11
b. Kelebihan dan Kelemahan Tugas Kelompok
Penggunaan metode pemberian tugas secara kelompok dilakukan dengan
tepat akan banyak memberikan arti dan makna dalam proses belajar mengajar,
akan tetapi juga dapat berlaku sebaliknya. Pemberian tugas kelompok masing-
masing memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Adapun kelebihan dan
kelemahan pemberian tugas kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Tugas Kelompok
No. Kelebihan Kelemahan
1 Secara mental siswa merasa tenang
dalam menyelesaikan tugasnya,
Dalam satu kelompok pasti
terdapat siswa yang tidak turut
mengerjakan tugas tersebut,
2 Penyelesaian tugas lebih mendalam
dan sempurna karena hasil
pemikiran beberapa orang,
Kurang terlihat kemampuan
perorangan,
3 Siswa terlatih untuk mengerjakan
tugas secara team,
Seringkali terjadi motivasi
untuk mengerjakan tugas rendah
karena lemahnya tanggung
jawab pribadi,
4 Siswa terlibat aktif dalam proses
belajarnya dan lebih mudah
menerima meteri,
Jiika dalam kelompok tidak ada
yang pintar maka tidak akan
menghasilkan sesuatu proses
belajar menjadi efektif,
5 Siswa dapat berlatih berani
mengemukakan pendapat di depan
umum secara sistematis dan
menghargai pendapat orang lain,
Memerlukan waktu yang lama,
6 Menanamkan rasa persatuan dan
solidaritas tinggi sebab siswa yang
pintar dalam kelompok dapat
membantu siswa lain dalam satu
kelompok,
Bila terdapat siswa yang malas
dalam satu kelompok yang ingin
berkuasa dalam kelompok besar
kemungkinan mempengaruhi
peranan kelompok sehingga
usaha kelompok tidak berfungsi
sebagaimana mestinya,
7 Kegiatan pengelompokkan siswa
yang dilakukan secara tepat dan
wajar akan meningkatkan kualitas
kepribadian siswa dalam hal
kerjasama, saling menghargai
pendapat orang lain, toleransi,
berpikir kritis, dan disiplin.
Metode ini memerlukan
persiapan yang lumayan rumit
bila dibandingkan dengan
metode yang lainnya.
12
c. Tujuan Metode Pemberian Tugas Kelompok
1) Memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok
2) Mengembangkan kemampuan bekerjasama di dalam kelompok
3) Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para siswa
4) Meningkatkan keterlibatan social-emosional dan itelektual para siswa
dalam proses belajar mengajar
5) Menigkatkan perhatian terhadap proses dan hasil belajar secara berimbang
d. Manfaat Pemberian Tugas Kelompok
1) Meningkatkan hasil belajar siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
2) Meningkatkan kerjasama antara satu dengan yang lainnya dalam bertugar
pendapat untuk menyelesaikan masalah
3) Meningkatkan perasaan social dan pergaulan
4) Meningkatkan kepercayaan diri anggota kelompok
5) Menjalin komunikasi yang baik dalam suatu kelompok
e. Hal yang harus diperhatikan dalam metode kerja kelompok/ saran
Penerapan metode kerja kelompok menuntut guru untuk dapat
mengelompokkan peserta didik secara arif dan proporsional. Pengelompokkan
peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada:
1) Fasilitas yang tersedia.
2) Perbedaan individual dalam penalaran belajar dan kemampuan belajar.
3) Jenis pekerjaan yang diberikan.
4) Wilayah tempat tinggal peserta didik.
5) Jenis kelamin.
6) Memperbesar partis matematika peserta didik dalam kelompok.
13
f. Desain pembelajaran tugas kelompok
1) Guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi dalam tugas
kelompok
3) Menjelaskan peraturan dalam pembentukan kelompok, cara kerja, dan tata
tertib lainnya
4) Guru melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran
5) Guru Menjelaskan materi pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai
dalam pembelajaran
6) Guru Memulai pembelajaran dengan menjelaskan materi yang akan
dipelajari
7) Guru memberikan tugas kelompok pada siswa yang sebelumnya sidah
dibagi menjadi 6 kelompok
8) Guru menyampaikan peraturan dalam berkelompok dan menyelesaikan
tugas
9) Setelah menyelesaikan tugas guru meminta setiap kelompok membacakan
hasil diskusi di depan kelas
10) Guru meminta kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau
tambahan terhadap hasil kerja kelompok lain
11) Tahapan terakhir dalam metode ini guru meminta setia kelompok untuk
menyimpulkan hasil diskusi yang trlah dilakukan
14
2. Metode Pemberian Tugas Individu
a. Pengertian Tugas Individu
Metode pemberian tugas secara individu merupakan suatu cara
mengajar yang dilakukan guru dengan memberikan tugas dan siswa
melaksanakan tugas secara mandiri. Guru memberikan permasalahan agar
merangsang siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa berkembang sesuai
dengan yang diharapkan yaitu siswa dapat menemukan sendiri pemahaman
matematika yang diberikan.
Menurut Sanjaya (2008) tugas individual dilakukan oleh siswa secara
mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat
ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan
pembelajaran, pengerjaan tugas serta bagaimana mempelajarinya didesain
untuk belajar sendiri. Tugas individual ini siswa dituntut dapat belajar secara
mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif penggunaan
strategi ini adalah terbangun rasa percaya diri siswa, siswa menjadi mandiri
dalam melaksanakan pembelajaran, siswa tidak memiliki ketergantungan pada
orang lain. Namun disisi lain terdapat kelemahan strategi pembelajaran ini,
diantaranya jika siswa menemukan kendala dalam pembelajaran, minat dan
perhatian siswa justru dikhawatirkan berkurang karena kurangnya komunikasi
belajar antar siswa, sementara enggan bertanya kepada guru, tidak
membiasakan siswa bekerjasama dalam sebuah team.
Menurut Sudjana (2009) pemberian tugas secara individu merupakan
suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.
15
Menurut Sudjana (2009) perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari :
1.perkembangan intelektual, 2. kemampuan berbahasa, 3. latar belakang
pengalaman, 4. gaya belajar, 5. bakat dan minat, dan 6. kepribadian.
Metode pemberian tugas secara individual memungkinkan setiap siswa
dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan
setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh atau belajar
tuntas. Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat
mementingkan perhatian terhadap perbedaan individu. Atas dasar ini sistem
penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar
secara individu.
b. Kelebihan dan kelemahan tugas individu
Kelebihan dan kelemahan pemberian tugas individu dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kelemahan Tugas Individu
No. Kelebihan kelemahan
1
Siswa lebih mandiri, Penyelesaian tugas kurang
mendalam dan kurang sempurna
karena hasil pemikiran
perorangan,
2 Siswa lebih mengekspresikan seluruh
kemampuannya,
Apabila terdapat tugas yang
kurang diminati maka siswa
malas untuk menyelesaikannya,
3 Siswa lebih bertanggung jawab
terhadap penyelesaian tugasnya,
Bagi siswa yang kurang
memiliki kepercayaan diri maka
tidak mampu menyelesaikan
tugasnya,
4 Sangat terlihat kemampuan masing-
masing siswa,
Siswa harus ada kesiapan dan
kematangan mental untuk
mengerjakan tugas,
5 Siswa yang pintar akan maju terus
tanpa menunggu siswa yang kurang
Jika proses belajar hanya
dilaksanakan secara perorangan
16
No. Kelebihan kelemahan
pintar, dan siswa yang kurang pintar
tidak harus menggunakan waktu yang
sama dengan teman-teman untuk
memahami suatu konsep,
dan tak pernah ada kelompok
maka siswa menjadi egois dan
tak dapat kerjasama,
6 Minat perorangan dapat terpenuhi dan
memungkinkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses
pelajarannya
Kontak pribadi antara guru dan
siswa kurang,
7 Guru harus dapat mengetahui
jalan pikiran dan perkembangan
siswa secara individu dengan
memberikan sumber belajar
yang relevan.
c. Tujuan Metode Pemberian Tugas Individu
1) Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif
2) Mendorong perilaku kreatif
3) Membiasakan berpikir komprehensif
4) Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran
d. Manfaat Pemberian Tugas Individu
1) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama
(kolektif) maupun sendiri
2) Melatih cara mencari informasi secara langsung dari
sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan
masyarakat
3) Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif)
Oleh karena itu, metode penugasan tidak lepas dari kekurangan dan
kelemahan. Maka guru perlu memperhatikan saran-saran pelaksanaan, sebagai
berikut.
17
e. Saran-saran Pelaksanaan
1) Merencanakan pemberian tugas secara matang.
2) Tugas yang diberikan hendaknya didasarkan pada penalaran dan
kemampuan siswa.
3) Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah
diberikan.
4) Jenis tugas yang diberikan hendaknya telah dimengerti betul oleh siswa
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
5) Jika tugas yang diberikan bersifat tugas kelompok, maka pembagian tugas
(materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya.
6) Guru dapat membantu menyediakan alat dan sarana yang
diperlukan dalam pemberian tugas.
7) Tugas yang diberikan dapat merangsang perhatian siswa dan realistis.
8) Hasil tugas siswa dinilai oleh guru.
f. Desain pembelajaran tugas individu
Metode pemberian tugas individu ini dilakukan setelah pembelajaran
kelompok, sehingga dalam metode ini guru hanya membagikan soal evaluasi
yang akan dikerjakan secara individu, pertanyan-pertanyaan yang tercantum
berdasarkan materi dan kegiatan yang telah dilakukan pada pembelajaran yang
telah dilakukan sebelumnya.
3. Pembelajaran Matematika
18
Matematika, menurut Ruseffendi (dalam Heruman 2013), adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD dalam
mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat
menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan
pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi
mata pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali) (Heruman, 2013). Penemuan kembali adalah
menemukan susatu cara penyelesaian secara informative dalam pembelajaran di
kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang
yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut
merupakan sesuatu hal yang baru.
Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa,
merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan
mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapi dengan cara
yang tidak perlu sama bagi setiap siswa.
Pembelajaran yang akan dilakukan oleh penulis berpacu pada
pembelajaran tematik itegrative dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013
memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
19
aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn,
dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, kompetensi yang
diharapkan adalah kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret. Kemampuan itu diperjelas dalam kompetensi
inti, yang salah satunya,”menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas,
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlakmulia”. Kompetensi itu
dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan
(discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based
learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang
mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkanm informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran tematik integratif (terpadu) pada kurikulum 2013 adalah
pembelajaran yang diterapkan di sekolah dasar dengan memadukan berbagai
mata pelajaran yang memiliki tema yang sama. Pembelajaran tematik biasa
diterapkan di sekolah dasar karena karakteristik peserta didik yang masih
memandang sesuatu secara holistik (menyeluruh), mereka belum mampu
memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Oleh
karena itu pembelajaran tematik ingratif menjadi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik sekolah dasar.
20
Fogarty (2009: 95) mengungkapkan “penggunaan model terintegrasi
sebagai proses induktif untuk membedakan keterampilan penting sikap, konsep,
dan keterampilan tertanam dalam disiplin ilmu. Disimpulkan bahwa melalui
pembelajaran tematik siswa dapat mempelajari berbagai hal sekaligus dalam
waktu yang bersamaan, sehingga lebih efisien waktu.
SDN Purwantoro 2 Malang menggunakan kurikulum 2013 dalam
pembelajaran. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi,
kompetensi yang diharapkan adalah kemampuan piker dan tindak yang
produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kemampuan itu
diperjelas dalam kompetensi inti, yang salah satunya,”menyajikan pengetahuan
dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis, atau
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlak
mulia”. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran
berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk
tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving
based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkanm
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Kurikulum 2013 sudah mengeluarkan buku revisian terbaru pada tahun
2016, sekolah sudah mengupgrade kurikulum sesuai dengan pembaruan
tersebut. Perbedaan antara kurikulum yang lama dan yang baru adalah materi
matematika dan agama sudah tidak dimasukan dalam tema maupun subtema
pembelajara, sehingga untuk materi matematika dan agama harus dilakukan
secara terpisah. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengangkat
tentang “skala pada denah dan peta” yang akan digunakan dalam mengukur
21
keberhasilan antara metode kerja kelompok dan metode pemberian tugas secara
individu.
4. Pengertian Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). keterampilan dan kebiasaan, (2). pengetahuan dan pengarahan,
(3). sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdurrahman (dalam Haris 2008) “menyatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
belajar”. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan yang relatif menetap, dalam kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Berdasarkan sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
22
belajar dari Bloom (dalam Sudijono, 2008) yang secara garis besar dibagi
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan
dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek
ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan preseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Davis (dalam Abdullah, 2007) “menyatakan dalam setiap proses
belajar akan selalu terdapat hasil yang nyata yang dapat diukur”. Hasil nyata ini
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar siswa. Hasil belajar sering
digunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan
terhadap apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya nilai ulangan, nilai tugas-
tugas baik secara kelompok maupun secara individu, pekerjaan rumah baik
secara kelompok maupun secara individu, tes lisan yang dilakukan selama
pelajaran berlangsung, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian hasil belajar di atas, penelitian ini mengacu pada teori
hasil belajar menurut Dimyati (2002), yang menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar
23
yang diukur melalui pemberian tugas setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran
di mana yang diukur adalah ranah kognitif siswa.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupan tolak
ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam
mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman
belajarnya yang diukur dengan tes. Dari proses belajar diharapkan siswa
memperoleh prestasi belajar yang baik sesuai dengan tujuan intruksional khusus
yang ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan
tes. Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi
pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
b. Pengertian Hasil Belajar Matematika
1) Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007:723)
matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
James (dalam Suherman 2001: 16) menyatakan bahwa: “Matematika
adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri”.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang definisi
matematika di atas, maka dapat dikemukakan bahwa matematika adalah konsep
24
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
memiliki struktur besar yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang
terbagi dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.
2) Pengertian hasil belajar Matematika
Menurut Gagne (dalam Muhammad Zainal Abidin, 8:2011) bahwa: Hasil
belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa
hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap
dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya.
Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar,
dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran
matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui
tes.
3) Materi Pembelajaran Matematika
Sedikit penjelasan pada Prmendikbud No. 24 Tahun 2016, bahwa
“kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas”. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi dasar
menurut Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Bab II Pasal 2 adalah “kemampuan
25
dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu
mata pelajaran masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada
kompetensi inti.
Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada permendikbud No. 24 Tahun
2016 masih sama dengan permendikbud sebelumnya, yakni terdiri atas; (1)
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) Pengetahuan dan (4) Keterampilan.
Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi
pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti dan
kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran
pada pendidikan dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi
dasar pelajaran pada kurikulum 2013 ini maka ketentuan yang mengatur tentang
kompetensi inti, kompetensi dasar, muatan pelakaran dalam struktur kurikulum,
silabus, pedoman mata pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu sebagaimana
diatur dalam permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
SD/MI.
Materi matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang
skala dan denah. Kompetensi inti 3 (pengetahuan) “memahami pengetahuan
faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan Kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain”.
Kompetenti inti 4 (Keterampilan) menyajikan pengetahuan faktual dan
konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis, dan kritis, dalam karya
26
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kompetensi dasar 3.4 “menjelaskan
skala melalui denah” dan 4.3 “menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
skala pada denah”.
Pada pembelajaran peneliti menggunakan metode diskusi, tanya jawab,
demonstrasi, ceramah dan pemberian tugas. Pada kegiatan awal yang dilakukan
adalah sama halnya seperti pembelajaran pada umumnya yaitu melakukan
apersepsi untuk menyampaikan materi yang akan dipelajari. Kemudian
dilanjutkan pada kegiatan inti yang dimana peneliti akan menjelaskan materi
dan memberikan soal latihan untuk kelompok maupun individu. Setelah itu
dilanjutkan pada kegiatan tehakhir yaitu peneliti akan melakukan evaluasi
sejauh mana siswa tidak mengerti dan jika ada yang belum mengerti peneliti
memberikan penjelasan lebih lanjut agar siswa memahami materi yang telah
diberikan.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan pembahasan tentang perbedaan prestasi
belajar yang berhasil peneliti temukan yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2008) dengan judul
“Perbedaan Hasil Belajar Matematika dengan Pemberian Tugas Secara
Kelompok dan Individual Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kertosono”” yang
dilakukan empat kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil
belajar siswa yang diberi tugas secara kelompok lebih baik daripada siswa yang
diberi tugas secara individu, untuk hasil diperoleh P value< 0,05.
27
Penelitian yang dilakukan oleh Totoprijono (2008) yang berjudul
“Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Mendapat Tugas Secara
Kelompok dengan Tugas Secara Individu di Kelas VII SMP Negeri 1 Wlingi
Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2007/2008”. Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan dapat dilihat bahwa mental siswa yang mendapatkan tugas
secara kelompok (Mx1= 71,925) lebih besar dari pada mental hasil tes siswa
yang mendapatkan tugas secara individu (Mx2= 60,8).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermawati dan
Totoprijono, penelitian yang dilakukan oleh Triastutik (2004) pada siswa kelas
X SMUN 1 Gondang Tulungagung menyetakan bahwa tidak terdapat perbedaan
hasil belajar matematika antara siswa yang diberi tugas secara kelompok dengan
siswa yang diberi tugas individu. Hasil belajar yang diperoleh dari kedua kelas
yang digunakan adalah sama, yaitu untuk kelas eksperimen dan kelas control
memperoleh nilai rata-rata 70. Berdasarkan hasil rata-rata kedua kelas diketahui
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang diberi tugas
secara kelompok dengan siswa yang diberi tugas individu.
Perberdaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas yaitu pada
subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Purwantoro 2 Malang serta
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perbedaan metode
kerja kelompok dan metode pemberian tugas individu yang ditinjau terhadap
hasil belajar matematika. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan guna
melengkapi dan menguatkan kembali penelitian-penelitian sejenis yang sudah
ada sebelumnya.
C. Hipotesis Penelitian
28
Berdasarkan landasan teori di atas dan kerangka berpikir hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi tugas
kelompok dan siswa yang diberi tugas individu terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V SDN Purwantoro 2 Malang.
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi tugas
kelompok dan siswa yang diberi tugas individu terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V SDN Purwantoro 2 Malang.
D. Kerangka Pikir
Pemberian tugas merupakan salah satu bagian dari metode mengajar yang
dilakukan dengan cara menugaskan siswa untuk mempelajari kembali materi
pelajaran yang telah disampaikan oleh pengajar yang kemudian harus
dipertanggung jawabkan.
Pelaksanaan tugas dapat dikerjakan secara individu (perorangan) maupun
kelompok, apabila dikerjakan secara individu (perorangan) siswa lebih
bertanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena apabila tidak
mengerjakan maka guru akan langsung mengetahui bahwa yang siswa tersebut
tidak mengerjakan.
Pengerjaan tugas secara kelompok dan secara individu mempengaruhi
hasil belajar yang dicapai siswa. Proses belajar memerlukan motivasi untuk
29
memperoleh hasil yang baik, dalam suatu kelompok terdapat ragam penyikapan
terhadap tugas.
Pelaksanaan dalam penelitian ini guru melakukan proses pembelajaran
kepada siswa. Pembelajaran dengan metode konvensional diberikan pada dua
kelas yang diberi perlakuan secara berbeda. Kelas V A yaitu sebagai kelas
eksperimen diberi perlakuan dengan pemberian tugas secara kelompok, sedangkan
kelas V B sebagai kelas kontrol diberi perlakuan dengan pemberian tugas secara
individu. Berdasarkan pembelajaran konvensional yang diterapkan guru dalam
penyampaian materi kepada siswa dapat terlihat perbedaan hasil belajar siswa
diberi tugas secara kelompok dengan siswa yang diberi tugas secara individu.
Perbedaan ini dapat dilihat dari perlakuan yang diberikan guru kepada kedua
kelas, perlakuan yang berbeda inilah yang akan menimbulkan perbedaan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun kerangka pemikiran bahwa pemberian tugas secara kelompok dan
individu akan menyebabkan perbedaan terhadap hasil belajar matematika siswa.
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Metode
Kerja Kelompok
Metode Pemberian
Tugas Individu
Pemberian Tugas
30
Pemberian Tugas
Secara Kelompok
Pemberian Tugas Secara
Individu
Terdapat Perbedaan
Hasil Belajar