BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu...

24
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan- bahan lain yang bersifat racun dan bioaktif. Oleh sebab sifatnya sebagai racun pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman (OPT). Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman (Kardinan, 2000). Pestisida dalam pertanian secara spesifik disebut sebagai produk perlindungan tanaman (crop protection products) (Djojosumarto, 2008). 2.1.2 Penggolongan Pestisida Menurut Departemen Kesehatan Indonesia dalam Khamdani (2009), persentase penggunaan pestisida di Indonesia diantaranya insektisida 55,42%, herbisida 12,25%, fungisida 12,05%, repelen 3,61%, bahan pengawet kayu 3,61%, zat pengatur pertumbuhan 3,21%, rodentisida 2,81%, bahan perata atau perekat 2,41%, akarisida 1,4%, moluskisida 0,4%, nematisida 0,44%, dan 0,40% ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,41%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa insektisida merupakan jenis pestisida yang paling banyak digunakan. Secara umum pestisida digolongkan berdasarkan beberapa hal sebagai berikut.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-

bahan lain yang bersifat racun dan bioaktif. Oleh sebab sifatnya sebagai racun

pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu

tanaman (OPT). Menurut The United State Federal Environmental Pesticide

Control Act, pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas

atau mencegah gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat,

nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama

pengganggu tanaman (Kardinan, 2000). Pestisida dalam pertanian secara spesifik

disebut sebagai produk perlindungan tanaman (crop protection products)

(Djojosumarto, 2008).

2.1.2 Penggolongan Pestisida

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia dalam Khamdani (2009),

persentase penggunaan pestisida di Indonesia diantaranya insektisida 55,42%,

herbisida 12,25%, fungisida 12,05%, repelen 3,61%, bahan pengawet kayu 3,61%,

zat pengatur pertumbuhan 3,21%, rodentisida 2,81%, bahan perata atau perekat

2,41%, akarisida 1,4%, moluskisida 0,4%, nematisida 0,44%, dan 0,40% ajuvan

serta lain-lain berjumlah 1,41%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa

insektisida merupakan jenis pestisida yang paling banyak digunakan. Secara

umum pestisida digolongkan berdasarkan beberapa hal sebagai berikut.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

11

a. Menurut sasaran atau organisme target

Pestisida diklasifikasikan menjadi 16 jenis menurut sasaran atau

organisme targetnya diantaranya (1) Insektisida untuk mengendalikan serangga,

(2) Herbisida untuk membunuh gulma, (3) Fungisida untuk membunuh jamur, (4)

Algasida untuk membunuh alga, (5) Avisida untuk mengontrol populasi burung,

(6) Akarisida untuk membunuh tungau atau kutu, (7) Bakterisida untuk

membunuh bakteri, (8) Larvasida untuk membunuh larva, (9) Moluskisida untuk

membunuh siput, (10) Nematisida untuk membunuh cacing, (11) Ovisida untuk

membunuh telur, (12) Pedukulisida untuk membunuh kutu, (13) Piscisida untuk

membunuh ikan, (14) Rodentisida untuk membunuh binatang pengerat, (15)

Predisida untuk membunuh pemangsa atau predator, (16) Termisida untuk

membunuh rayap.

b. Menurut cara kerja

Dalam sistem pertanian hortikultura jenis insektisida, herbisida dan

fungisida yang banyak digunakan oleh petani jika dilihat dari cara kerjanya

diantaranya sebagai berikut (Djojosumarto, 2000).

1. Insektisida

Insektisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya menurut

cara kerja pada tanaman terdiri dari (1) Insektisida Sistemik yaitu jenis insektisida

yang diserap oleh organ-organ tanaman baik melalui akar, batang ataupun daun.

Contoh insektisida sistemik adalah Furatiokarb, Fosfamidon, Isolan, Karbofuran,

dan Monokrotofos. (2) Insektisida Nonsistemik merupakan jenis insektisida yang

hanya menempel pada bagian luar tanaman saja. Contohnya adalah Dioksikarb,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

12

Diazinon, Diklorvos, Profenofos, dan Quinalfos. Jenis insektisida lainnya

berdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah

Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

2. Fungisida

Fungisida dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan cara

kerjanya di dalam tubuh tanaman diantaranya Fungisida Nonsistemik, Fungisida

Sistemik dan Fungisida Sistemik Lokal. Contoh fungisida nonsitemik adalah

Kaptan, Maneb, Zineb, Mankoneb, Ziram, Kaptafol, dan Probineb sedangkan

fungsida sistemik tidak akan hilang apabila terjadi hujan. Contoh fungisida

sistemik adalah Benomil, Difenokonazol, Karbendazim, Matalaksil,

Propikonazol, dan Triadimefon dan fungisida sistemik lokal akan diabsorsikan

oleh jaringan tanaman contohnya adalah Simoksanil.

Berdasarkan banyaknya lokasi aktivitas fungisida dalam sistem biologi

jamur, fungisida dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu Multiside inhibitor

contoh dari multiside inhibitor adalah Maneb, Mankozeb, Zineb, Probineb, Ziram,

dan Thiram dan monoside inhibitor yaitu fungisida yang bekerja dengan

menghambat salah satu proses metabolisme jamur. Contoh dari monoside

inhibitor adalah Metalaksil, Oksadisil, dan Benalaksil.

3. Herbisida

Secara tradisional, herbisida dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

(1) Herbisida yang aktif untuk mengendalikan gulma dari kelompok rumput,

misalnya Alaklor, Butaklor, dan Ametrin. (2) Herbisida yang aktif untuk

mengendalikan gulma berdaun lebar dan pakis, misalnya 2,4-D, MCPA dan (3)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

13

Herbisida yang aktif untuk semua kelompok gulma yang disebut sebagai herbisida

nonselektif contohnya Glifosat, Glufosinat, dan Paraquat.

Herbisida juga dapat dikelompokkan berdasarkan bidang sasarannya yaitu

(1) Herbisida Tanah (Soil Acting Herbicides. Contohnya adalah herbisida

kelompok urea (Diuron, Linuron, Metabromuron), triazin (Atrazine, Ametrin),

karbamat (Asulam, Tiobenkarb), kloroasetanilida (Alaklor, Butaklor, Metalaklor,

Pretilaklor), dan urasil (Bromasil) dan (2) Herbisida yang aktif pada gulma yang

sudah tumbuh. Contohnya adalah 2,4-D, dan Glifosat. Selain kedua kelompok

utama tersebut, terdapat pula herbisida tanah yang aktif terhadap gulma yang baru

tumbuh, misalnya beberapa herbisida dari jenis urea dan triazim

c. Menurut struktur bahan kimia

Berdasarkan struktur kimianya, Sudarmo (1991) dalam Runia (2008)

pestisida terdiri dari empat kelompok besar yaitu organokhlorin, organophosfat,

karbamat dan piretiroid.

Golongan organofosfat sering disebut dengan organic phosphates,

phosphoris insecticides, phosphates, phosphate insecticides dan phosphorus

esters atau phosphoris acid esters. Mereka adalah derivat dari phosphoric acid

dan biasanya sangat toksik untuk hewan bertulang belakang. Golongan

organofosfat struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas

syaraf. Organofosfat merupakan senyawa kimia ester asam fosfat yang terdiri atas

1 molekul fosfat yang dikelilingi oleh 2 gugus organik C2H5O (R1 dan R2) serta

gugus (X) atau leaving group yang tergantikan saat organofosfat menfosforilasi

asetilkholin. Gugus X merupakan bagian yang paling mudah terhidrolisis. Gugus

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

14

R dapat berupa gugus aromatik atau alifatik. Pada umumnya gugus R adalah

dimetoksi atau dietoksi. Sedangkan gugus X dapat berupa nitrogen , fluorida,

halogen lain dan dimetoksi atau dietoksi. Bahan aktif organophosfat yang sudah

dilarang beredar di Indonesia diantaranya diazinon, fention, fenitrotion, fentoat,

klorfirifos, kuinalfos dan malation. Pestisida ini memiliki kemampuan

menghambat aktivitas enzim achetylcholinesterase (ACHe) yang merupakan

neurohormon pada ujung syaraf untuk meneruskan rangsang (Sitepu, 2010).

Berdasarkan toksisitasnya pestisida golongan organophosfat dibagi menjadi

kelompok sangat toksik (extremely toxic) (klorpirifos, parathion dan metil

parathion) dan kelompok toksisitas sedang (dimethoate dan malathion). Gejala

keracunan yang ditimbulkan akibat pestisida golongan organophosfat terhadap

fungsi enzim cholinesterase diantaranya mudah letih, tidak bertenaga, mual

muntah dan merasa lemah, sakit kepala, gangguan penglihatan, sesak nafas,

banyak kelenjar cairan hidung, banyak keringat dan air mata, dan akhirnya

menyebabkan kelumpuhan otot-otot rangka, sukar bicara, kejang dan koma.

Berdasarkan masa degradasinya dalam lingkungan, frekuensi/jarak penyemprotan

sebaiknya adalah 2 minggu sekali (Ardiyanto, 2013).

Kelompok pestisida golongan Karbamat (carbamat) yang terkenal antara

lain proxposure (baygon), carbofuran (furadan), carbaryl (sevin). Insekisida

golongan karbamat sangat banyak digunakan, sama seperti juga insektisida dari

golongan organosfosfat. Sifat-sifat dari senyawa golongan ini tidak banyak

berbeda dengan senyawa golongan organosfosfat baik dari segi aktivitas maupun

daya racunnya. Senyawa karbamat merupakan turunan dari asam karbamik HO-

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

15

CO-NH2. Seperti halnya pada senyawa golongan organosfosfat, senyawa

golongan karbamat juga menghambat kerja enzim cholinesterase. Berdasarkan

toksisitasnya pestisida golongan karbamat juga dibagi menjadi toksisitas tinggi

(highly toxic) (carbofuran, methomyl dan temik) dan kelompok toksisitas sedang

(carbaryl dan baygon). Sama halnya dengan Organophosfat, pestisida jenis ini

menghambat kerja enzim cholinesterase. Gejala keracunan yang timbul sebagian

besar hampir sama dengan gejala yang muncul akibat keracunan Organophosfat

yang paling umum diantaranya sakit kepala, gangguan penglihatan, muntah dan

merasa lemah. Keracunan akut dapat menimbulkan terjadinya kelumpuhan otot-

otot rangka, bingung, sukar bicara, kejang-kejang dan koma. Masa degradasi di

lingkungan hampir sama dengan Organophosfat yaitu sekitar 12-14 hari, oleh

karena itu maka frekuensi penyemprotannya berkisar 12-14 hari.

Organiklorin merupakan senyawa insektisida yang mengandung atom

karbon, klor, dan hidrogen, dan terkadang oksigen. Senyawa ini sering juga

disebut sebagai hidorokarbon khlorinat. Senyawa organoklorin tergolong

memiliki toksisitas yang relatif rendah namun mampu bertahan lama dalam

lingkungan. Racun yang terdapat dalam senyawa ini bersifat menggaggu susunan

syaraf pusat dan larut dalam lemak. Pada umumnya pestisida golongan ini

berbentuk padat dan menggunakan air atau pelarut organik sebagai pelarut.

Larutan pestisida organoklorin tahan terhadap pengaruh udara, cahaya, panas, dan

karbondioksida. Pestisida jenis ini tidak dapat rusak oleh asam kuat, namun bisa

rusak dengan basa dimana pestisida jenis ini akan menjadi tidak stabil dan

mengalami deklorinase. Senyawa organoklorin masuk ke dalam tubuh melalui

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

16

udara, saluran pencernaan, dan absorpsi melalui kulit. Bila digunakan dalam

bentuk serbuk, absorpsi melalui kulit tidak akan terlalu berbahaya, namun apabila

digunakan sebagai larutan dalam minyak atau pelarut organik, maka toksisitasnya

akan meningkat. Senyawa ini memiliki kemampuan untuk menembus membran

sel dengan cukup kuat, dan tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh. Karena

bersifat lipotropik, senyawa ini tersimpan di Organokhlorin dalam sistem

pertanian juga dilarang penggunaannya seperti dieldrin, endosulfan, dan clordan.

Nama formulasi yang beredar di Indonesia adalah herbisida garlon 480 EC dan

fungisida Akofol 50 WP. Golongan ini dapat mengakibatkan sakit kepala, pusing,

mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang dan

hilang kesadaran (Wudianto, 2005).

Piretiroid merupakan jenis golongan pestisida lainnya selain dari

organophosfat, karbamat dan organokhlorin serta secara alamiah piretroid

diperoleh dari ekstrak bunga chrysanthemum. Senyawa aktifnya adalah piretrin I

dan II cinerin I dan II, dan jasmolin I dan II, yang merupakan ester dari tiga

alkohol, pyrethrolone, cinerolone, dan jasmolone, dengan asam chrysanthemic

dan pyrethric. Karena sifat toksiknya terhadap mamalia yang sangat rendah

dibanding pestisida jenis lain, piretroid banyak digunakan sebagai bahan aktif dari

produk insektisida yang ada di pasaran. Pada umumnya piretroid mengalami

metabolisme pada mamalia melalui proses hidrolisis, oksidasi dan konjugasi.

Tidak ada kecenderungan terjadinya akumulasi pada jaringan akibat pajanan

terhadap piretroid. Piretroid bersifat racun terhadap jaringan saraf, yakni dengan

cara mempengaruhi permeabilitas membran terhadap ion, sehingga mengganggu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

17

impuls saraf. Contoh dari pestisida golongan pyretroid adalah Deltametrin,

Permetrin, Fenvalerate, Difetrin, Sipermetrin, Fluvalinate, Siflutrin, Fenpropatrin,

Tralometrin, Sihalometrin, Flusitrinate, Alletrin, dan Bioresmetrin.

2.1.3 Pekerjaan yang Berhubungan dengan Pestisida

Dalam penggunaan pestisida aktivitas yang berpengaruh terhadap

gangguan kesehatan diantaranya adalah pada saat pencampuran, penyemprotan

dan penanganan pestisida. Mencampur pestisida merupakan pekerjaan yang paling

berisiko oleh karena bekerja secara langsung dengan konsentrat. Upaya yang

dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari kontak secara langsung dengan

pestisida diantaranya pemilihan tempat pencampuran yang sirkulasi udaranya

lancar dan penggunaan alat pelindung diri. Dalam pencampuran pestisida wadah

yang digunakan adalah khusus untuk pencampuran bisa menggunakan ember dan

corong untuk memindahkan pestisida ke tangki penyemprotan. Pada saat

pencampuran pestisida, dosis dan konsentrasi disesuaikan dengan yang dianjurkan

pada kemasan. Pada saat pencampuran APD yang dianjurkan untuk digunakan

adalah masker (pelindung pernafasan) dan sarung tangan karet. Selain itu juga

makan, minum, dan merokok selama melakukan pencampuran sangat tidak

dianjurkan (Wudianto, 2005).

Penyemprotan sebagai aktivitas dalam aplikasi pestisida juga perlu

memperhatikan hal-hal berikut diantaranya (1) pemilihan alat semprot sesuai

dengan luas areal yang akan di semprot, jenis-jenis alat semprot pestisida

diantaranya sprayer tangan (hand sprayer) merupakan sprayer dengan kapasitas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

18

tangki paling kecil dan mudah untuk dipindahkan ke bagian tanaman yang akan

disemprot sedangkan sprayer lainnya yaitu back sprayer (sprayer knap sack)

digunakan dengan cara menggendong di punggung dan menggunakan tenaga

manusia untuk memompa dan sprayer mesin (machine sprayer) menggunakan

mesin untuk menggerakkan pompa. Waktu untuk melakukan penyemprotan

sebaiknya antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB

dan tidak dilakukan pada saat aliran udara meningkat (thermik) selain itu tidak

dianjurkan melakukan penyemprotan di saat angin kencang dan melawan arah

angin karena banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran (Wudianto, 2005).

Dalam hal penyimpanan pestisida, perlu diperhatikan beberapa hal seperti

penyimpanan pestisida harus jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur

dengan tempat makan atau bahan makanan dan tersedia tempat khusus yang

terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah selesai penyemprotan

hal-hal yang juga perlu diperhatikan diantaranya alat semprot segera dibersihkan

setelah selesai digunakan sedangkan untuk sisa cairan pestisida dan bekas

kemasan pestisida dikubur atau dibakar jauh dari sumber mata air untuk

menghindari pencemaran ke badan air dan tidak menggunakan bekas kemasan

pestisida untuk tempat makanan dan minuman. Selain itu, setelah selesai aplikasi

pakaian yang digunakan segera dicuci dengan bersih dan petani penyemprot

segera mandi dengan bersih menggunakan sabun (Wudianto, 2005).

Dalam Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida yang diterbitkan oleh

Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementrian Pertanian Tahun 2011 disebutkan

bahwa pakaian dan atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

19

aplikasi, tetapi sejak mulai mencampur, mencuci peralatan aplikasi dan sesudah

aplikasi selesai. Pakaian serta peralatan pelindung yang harus dipakai adalah

sebagai berikut (1) untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan bahan

beracun dapat digunakan pakaian terusan dengan celana panjang dan lengan

panjang. Baju panjang dan celana panjang yang digunakan adalah berbahan kulit

atau plastik. Jika baju panjang dan celana panjang yang digunakan adalah pakaian

kerja sehari-hari maka pada saat melakukan penyemprotan harus dilapisi dengan

beberapa baju dan celana panjang atau pakaian terusan yang berbahan tenunan

rapat atau menggunakan apron (bahan kulit atau plastik) (2) penutup kepala yang

digunakan petani dapat berupa topi atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-

zat kimia dan kondisi iklim yang buruk dan penutup mata untuk menghindari

kontak pada mata dapat menggunakan kaca mata (3) alat pelindung hidung dan

mulut dapat berupa masker untuk melindungi pernafasan dari gas, uap, debu atau

udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun dan korosi,

(4) sarung tangan dapat terbuat dari karet untuk melindungi diri dari paparan

bahan kimia sehingga larutan pestisida tidak masuk ke kulit dan (5) sepatu kerja

untuk melindungi kaki dari larutan kimia dapat terbuat dari kulit, karet sintetik

atau plastik. Ketika menggunakan sepatu boot ujung celana tidak boleh

dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan pestisida dapat masuk ke dalam

sepatu.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

20

2.2 Dampak Penggunaan Pestisida

2.2.1 Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan

Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara diantaranya

melalui kulit (epidermis) apabila pestisida kontak dengan kulit. Lebih dari 90%

kasus keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Selain

itu pestisida masuk melalui sistem pernafasan (inhalation) apabila

terhisap/terhirup, dan melalui mulut/pencernaan (ingestion) apabila

terminum/tertelan (Wudianto, 2005). Organ-organ tubuh yang biasanya terkena

dampak dari racun pestisida diantaranya paru-paru, hati (hepar), susunan saraf

pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan

saraf tepi, dan darah. Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek lokal

seperti iritasi, reaksi alergi, dermatitis, ulkus dan gejala lain.

a. Keracunan Kronis

Keracunan kronis timbul setelah terjadinya pemaparan dalam jangka

panjang karena racun terakumulasi di dalam tubuh khususnya dalam lemak tubuh.

Keracunan kronik lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak

menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, keracunan kronik dalam

jangka waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Keracunan kronis

dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik)

atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida,

antara lain gangguan otak dan syaraf (ingatan, kelumpuhan, bahkan kehilangan

kesadaran dan koma), gangguan pada fungsi hati diantaranya paparan selama

bertahun-tahun dapat menyebabkan Hepatitis.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

21

Hasil penelitian Fleming, Gomez-Martin, Zheng Ma, Lee, et al., (2003),

melalui analisis data survei kematian oleh National Health di Amerika diperoleh

bahwa petani penyemprot pestisida baik laki-laki maupun perempuan berisiko

tinggi untuk menderita kanker, gangguan limfa dan kelainan susunan saraf. Selain

itu pestisida juga berdampak terhadap kesehatan keluarga petani di wilayah

Neonates oleh hasil penelitian Eskenazi et al., (2005), diperoleh hasil penggunaan

pestisida Organophosfat mempengaruhi fungsi organ dan sistem saraf.

Studi di Amerika Serikat (AS) oleh Bouchard et al., (2010), membuktikan

bahwa anak yang di dalam urinnya terdeteksi mengandung metabolit pestisida

golongan Organophosfat mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami

attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yaitu suatu gangguan

perkembangan yang bila dalam derajat berat disebut sebagai autisme, yang jumlah

kasusnya juga semakin meningkat di Indonesia. Hasil penelitian di Ekuador oleh

Grandjean et al., (2006), membuktikan bahwa pajanan pestisida merupakan

prediktor untuk terjadinya keterlambatan tumbuh-kembang pada anak

(Suhartono,2014).

b. Keracunan akut.

Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada

saat aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Dampak dari Keracunan akut

dibedakan menjadi (1) efek akut lokal, apabila efeknya hanya mempengaruhi

bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat

iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit dan (2) efek akut sistemik, terjadi

apabila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

22

Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh yang menyebabkan

bergeraknya saraf-saraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun

kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan,

pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak normal).

Hasil penelitian Butinof (2015), menunjukkan bahwa dampak penggunaan

pestisida pada 880 petani yang diobservasi di wilayah Cordoba Argentina

sebanyak 47,4% mengalami iritasi, 35,5% mengalami fatigue, 40,4% menderita

sakit kepala dan 27,6% mengalami gangguan saraf dan depresi selama

menggunakan pestisida. Hasil penelitian di Indonesia oleh Catur, (2012)

menunjukkan keluhan utama yang dirasakan oleh petani penyemprot pestisida

yang mengalami keracunan pestisida diantaranya sakit kepala (25,6%), mudah

lelah (13,95%). Hasil penelitian oleh Choudary (2011), pada 175 petani di Bhopal

Madhya Pradesh, India gejala keracunan akut yang dialami oleh para petani

diantaranya iritasi mata/mata merah sebanyak 62,5%, 37,5% mengalami gangguan

pada kulit dan gangguan saraf selama aplikasi pestisida.

Baik petani maupun keluarga petani memiliki risiko yang sama terkena

dampak akut penggunaan pestisida seperti keluhan sakit kepala, iritasi kulit dan

gangguan pernafasan. Sebagian besar istri petani ikut terlibat dalam sistem

pertanian dalam hal menyiangi rumput/tanaman pengganggu, memanen, atau

menata dan mengikat hasil panen, hal tersebut menempatkan mereka sebagai

populasi yang berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan akibat pajanan

pestisida (Leilanie, 2009).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

23

Keluarga petani yang tinggal di kawasan pertanian meskipun tidak terlibat

secara langsung dalam kegiatan pertanian juga memiliki risiko kontak dengan

pestisida melalui residu yang ada di lingkungan, seperti hasil panen, air maupun

tanah. Kebiasaan petani dalam penanganan pestisida pasca penyemprotan (take-

home pathway) oleh Fenske et al., (2000), dan Curl et al., (2002), diantaranya

membawa pakaian kerja pulang tanpa dibersihkan terlebih dahulu, membawa atau

menyimpan sisa pestisida dan kemasan pestisida dengan tidak aman dari

jangkauan anak-anak diidentifikasikan sebagai sumber utama paparan pestisida

pada keluarga petani.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keracunan Pestisida

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida dan

gangguan kesehatan lainnya pada petani diantaranya dapat dibedakan menjadi dua

kelompok meliputi faktor eksternal dan faktor internal.

a. Faktor eksternal

Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya keracunan

pestisida diantaranya sebagai berikut.

1. Suhu lingkungan dan waktu penyemprotan

Suhu lingkungan berkaitan dengan pengaruh penguapan melalui keringat

petani, sehingga tidak dianjurkan menyemprot pada suhu udara lebih dari 35oC.

Suhu lingkungan pada saat penyemprotan juga berkaitan dengan waktu

penyemprotan yang sesuai sehingga menurut Sartono (2002), secara umum

disarankan waktu yang baik untuk melakukan penyemprotan pestisida adalah pada

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

24

pagi hari pukul 07.00-10.00 dan sore hari pukul 15.00-18.00 (Budiawan, 2013).

Waktu penyemprotan pestisida berkaitan dengan suhu lingkungan yang mana

penyemprotan pestisida pada siang hari dapat menyebabkan keluarnya keringat

lebih banyak sehingga kemungkinan penyerapan pestisida melalui kulit lebih

mudah selain itu kondisi panas yang terik menyebabkan kecenderungan petani

menyeka APD karena kondisi panas (Dahlan, 2009).

2. Arah kecepatan angin

Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan searah dengan arah angin

sehingga kabut semprot tidak mengarah kepada penyemprot dan sebaiknya

penyemprotan dilakukan pada kecepatan angin dibawah 750 mil permenit. Petani

yang melakukan penyemprotan melawan arah angin memiliki risiko 1,54 kali

lebih besar untuk mengalami keracunan dibandingkan dengan petani yang

menyemprot mengikuti arah angin dengan nilai OR 1,54 ; 95%CI : 1,20-1,94

(Kim et al., 2013).

3. Dosis pestisida

Pestisida merupakan racun sehingga jika penggunaan dosisnya

ditingkatkan dapat mempermudah terjadinya keracunan karena efek toksik juga

akan meningkat. Berkaitan dengan penggunaan pestisida yang juga sering menjadi

masalah adalah dalam penentuan dosis, dimana dalam anjuran pakai pestisida

untuk dosis cair rata-rata 1,5 - 2,5 cc per 1 liter air sedangkan untuk pestisida

bubuk 1,5 – 2,5 gram per 1 liter air. Tangki yang umum digunakan berkapasitas

17 liter. Dalam perhitungan luas tanaman 1 hektar diperlukan sekitar 500 liter

pestisida yang sudah dilarutkan dalam air untuk satu kali penyemprotan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

25

Kim et al., (2013) menyatakan bahwa penggunaan dosis pestisida tanpa

mengikuti label instruksi kemasan pestisida meningkatkan risiko keracunan akut

sebesar 1,61 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mengikuti label instruksi

kemasan pestisida dengan nilai OR 1,61; 95% CI 1,21-213.

4. Lama penyemprotan

Semakin lama seseorang kontak dengan pestisida, semakin besar risiko

mengalami keracunan, penyemprotan hendaknya tidak melebihi 4-5 jam secara

terus-menerus dalam sehari. Hasil penelitian oleh Mahyuni (2015), menunjukkan

bahwa lama menyemprot berhubungan dengan keracunan pestisida pada petani

bawang merah di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan nilai p value

kurang dari 0,05 (0,018<0,05). Selain itu hasil penelitian oleh Nasruddin (2001),

menyatakan bahwa petani yang melakukan penyemprotan lebih dari 3 jam per hari

memiliki risiko 3 kali lebih besar mengalami keracunan (OR 3,32; 95% CI 1,39

6,14).

5. Masa kerja

Semakin lama seseorang menjadi petani maka semakin banyak pula

kemungkinan untuk kontak dengan pestisida sehingga risiko untuk mengalami

keracunan juga akan semakin tinggi. Hasil penelitian oleh Butinof (2015),

disebutkan bahwa masa kerja > 10 tahun berhubungan dengan kejadian iritasi

kulit pada petani dengan nilai p value < 0,05 (0,03<0,05). Hasil penelitian oleh

Zuraida (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan

keluhan kesehatan pada petani dimana dijelaskan bahwa petani petani yang

memiliki masa kerja < 5 tahun dianggap pengetahuan dalam menggunakan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

26

pestisida lebih baik daripada petani yang memiliki masa kerja sudah lebih dari 10

sehingga lebih mampu untuk menjaga kesehatannya pada saat akan kontak dengan

pestisida.

6. Jenis lahan dan tinggi tanaman yang disemprot

Jenis lahan pertanian khususnya hortikultura dapat berupa ladang terbuka

dan juga greenhouse. Hasil penelitian oleh Kim et al., (2013), menunjukkan

bahwa jenis lahan greenhouse bukan merupakan faktor risiko keracunan pada

petani (OR 0,55; 95% CI 0,24-1,29) selain itu jenis tanaman yang ditanam akan

berkaitan dengan tinggi tanaman yang disemprot karena semakin tinggi tanaman

maka petani cenderung mendapat pemaparan yang lebih besar.

7. Luas lahan

Luas lahan yang digarap oleh petani memberikan risiko kepada petani

untuk mengalami keracunan. Hal ini dikaitkan dengan lama kontak petani dengan

pestisida semakin luas lahan yang digarap kemungkinan untuk mengalami

keracunan akan meningkat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh

Kim et al., (2013) yaitu petani yang menggarap lahan ≥ 1 ha memiliki risiko 1,9

kali lebih besar untuk mengalami keracunan dibandingkan dengan petani yang

menggarap lahan < 1 ha (OR 1,90 ; 95% CI 1,53-2,53).

8. Kebiasaan memakai alat pelindung diri

Petani yang menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang akan

mendapat efek yang lebih rendah dibandingkan yang berpakaian minim. Hasil uji

regresi logistik multinomial dalam penelitian Kim et al., (2013), menunjukkan

bahwa risiko keracunan pestisida akut meningkat pada petani yang tidak memakai

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

27

masker (OR 1,46; 95% CI 1,04-2,06) sedangkan hasil penelitian Butinof (2015),

menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak lengkap

berhubungan dengan gejala iritasi pada petani pengguna pestisida dengan nilai p

adalah 0,004 dan hasil uji regresi pemakaian APD sebagai faktor protektif dengan

nilai (OR 0.61; 95% CI 0.40-0.92).

9. Jenis pestisida

Penggunaan pestisida campuran lebih berbahaya dari pada penggunaan

dalam bentuk tunggal, hal ini berkaitan dengan kandungan zat aktif yang ada

dalam pestisida. Hasil penelitian Butinof (2015), menyatakan bahwa mencampur

pestisida atau mengaplikasikan pestisida lebih dari 10 jenis dalam sekali

campuran meningkatkan risiko terjadinya gejala iritasi pada kulit (OR 1,56;

95%CI: 1.04-2.35). Hasil penelitian di Kecamatan Kersana oleh Siwiendayanti

(2011), menunjukkan jumlah jenis pestisida yang digunakan dalam waktu yang

sama menimbulkan efek sinergistik dan memberikan risiko 3 kali lebih besar

untuk terjadinya keracunan bila dibandingkan dengan 1 jenis pestisida yang

digunakan karena daya racun dan dosis pestisida akan semakin kuat sehingga

memberikan efek samping yang semakin besar pula.

10. Frekuensi menyemprot

Semakin sering petani melakukan penyemprotan akan lebih besar risiko

keracunan karena menyebabkan residu pestisida dalam tubuh manusia menjadi

lebih tinggi. Namun hasil penelitian oleh Mahyuni (2015) menunjukkan bahwa

frekuensi penyemprotan tidak berhubungan dengan keluhan kesehatan pada

dengan nilai p lebih besar dari 0,05 (0,406>0,05). Petani yang melakukan

penyemprotan pestisida ≥ 2 kali dalam seminggu memiliki risiko 4,95 kali lebih

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

28

tinggi untuk mengalami keracunan dengan nilai OR 4,95; 95% CI 2,03-12,07

(Mualim, 2002).

11. Pengelolaan pestisida

Pengelolaan pestisida meliputi tindakan pencampuran, penyemprotan

sampai dengan penanganan pestisida setelah selesai penyemprotan. Tindakan ini

berpengaruh terhadap kejadian keracunan jika tidak dilakukan sesuai dengan

ketentuan. Hasil penelitian oleh Prijanto (2009), menunjukkan bahwa cara

penyimpanan (OR 1,61; 95% CI 1,090-2,369), tempat pencampuran (OR 1,51;

95% CI 1,030-2,218) dan cara penanganan pestisida (OR 2,44; 95%CI 1,182-

5,057) berkaitan dengan kejadian keracunan pestisida golongan Organophosfat

pada petani di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

12. Jenis alat semprot

Keterpaparan pestisida juga dapat terjadi melalui kontak langsung saat

penggunaan pompa gendong (back sprayer). Pada saat pemindahan pestisida yang

telah dicampur ke pompa gendong ada risiko pestisida tertumpah dan mengenai

bagian tubuh secara langsung. Namun hasil uji chi square pada penelitian

Mahyuni (2014), menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

keluhan dengan jenis alat penyemprot yang digunakan dengan nilai p sebesar

0,685 (0,685>0,05). Jika dilihat dari aspek ergonomi, berat pompa gendong juga

mempengaruhi kelelahan kerja akibat manual handling (mulai dari mengangkat,

menopang beban, menurunkan dan memindahkan beban dari satu tempat ke

tempat lainnya) yang dialami penyemprot. Hasil penelitian oleh Butinof (2015),

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

29

penggunaan alat semprot back sprayer berhubungan dengan keluhan pusing (sakit

kepala) dengan nilai p < 0,05 (0,02<0,05).

13. Kebiasaan merokok, makan, minum diladang dan kebersihan baju kerja

Dalam aplikasi pestisida, makan, minum dan merokok sangat tidak

dianjurkan. Sesuai dengan penelitian Budiyono (2004), merokok saat menyemprot

dapat memberikan kontribusi terhadap absorbsi pestisida pada petani penyemprot.

Namun, dari hasil penelitian Kim et al., (2013), kebiasaan merokok selama

menangani pestisida tidak berhubungan dengan kejadian keracunan akut pada

petani dengan nilai OR 1,02; 95% CI 0,79 – 1,33. Selain itu mencuci tangan dan

muka sebaiknya dilakukan jika akan makan, minum dan merokok. Kebiasaan

mencuci tangan dibutuhkan selalu setiap selesai melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan pestisida.

Budiyono, 2006 juga mengemukakan bahwa proporsi keracunan pestisida

melalui absorpsi tubuh sebesar 64,72% jika tidak mengganti pakaian setelah

menyemprot dan proporsi yang tidak mandi setelah menyemprot sebesar 55,88%

dapat pula meningkatkan keracunan pestisida pada petani penyemprot.

Peningkatan dampak pestisida terhadap petani dikarenakan juga oleh petani

setelah melakukan penyemprotan tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih

melanjutkan aktivitas di sawah. Hal ini yang membuat mereka rentan terpapar

pestisida, pakaian yang mereka pakai tidak langsung dicuci tetapi masih

dikenakan untuk aktivitas selanjutnya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

30

b. Faktor internal

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi terjadinya keracunan sebagai

berikut.

1. Umur petani

Semakin tua usia petani akan semakin cenderung untuk mendapatkan

pemaparan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan menurunnya fungsi organ tubuh

yang berakibat pada menurunnya aktivitas cholinesterase darahnya dan

mempermudah terjadinya keracunan pestisida. Hasil penelitian oleh Kim et al.,

(2013) menunjukkan bahwa umur > 30 tahun tidak berhubungan dengan kejadian

keracunan pestisida pada petani (OR 0,81 ; 95% CI 0,57-1,17).

2. Jenis kelamin

Petani dengan jenis kelamin wanita cenderung memiliki rata-rata kadar

cholinesterase yang lebih tinggi dibandingkan petani laki-laki. Meskipun

demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada kehamilan

kadar cholinesterase cenderung turun sehingga kemampuan untuk menghidrolisa

acethilcholin berkurang. Hasil penelitian oleh Zuraida (2012), menunjukkan

bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida

dengan nilai p 0,697 > 0,05.

3. Status gizi

Petani yang status gizinya buruk memiliki kecenderungan untuk

mendapatkan risiko keracunan yang lebih besar bila bekerja dengan pestisida

organophosfat dan karbamat oleh karena gizi yang kurang berpengaruh terhadap

kadar enzim yang bahan dasarnya adalah protein. Status gizi pada orang dewasa

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

31

dapat diukur dengan perhitungan BMI/IMT, status gizi berkaitan dengan kadar

cholinesterase. Dalam Mualim (2002) disebutkan bahwa status gizi merupakan

faktor risiko keracunan pada petani (OR 6,87; 95% CI 2,08-22,62).

4. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil

peluang terjadinya keracunan pada dirinya karena pengetahuannya mengenai

pestisida termasuk cara penggunaan dan penanganannya secara aman dan tepat

sasaran akan semakin tinggi sehingga kejadian keracunan akan dapat dihindari.

Hasil penelitian oleh Butinof (2015), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

tidak berhubungan dengan keluhan kesehatan pada petani di Cordoba, Argentina

dengan nilai p value > 0,005 (0,20>0,05).

5. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan tentang pestisida sangat penting untuk dimiliki oleh petani

khususnya. Hal ini berkaitan dengan pemahaman dan kemampuan petani dalam

melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya

keracunan dapat dihindari. Hasil penelitian Prijanto (2009), menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan petani merupakan faktor risiko terjadinya keracunan dengan

nilai OR 1,96; 95% CI 1,09-3,15. Namun hasil penelitian oleh Zuraida (2012),

menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keracunan

pestisida pada petani dengan nilai p>0,05 (0,423>0,05).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Praktik/Perilaku

Berdasarkan penelitian Wahyuni (2010), diketahui bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida adalah pengaruh

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

32

teman seprofesi, kurangnya sosialisasi kebijakan, serta persepsi petani yang masih

keliru tentang pestisida. Oleh Azwar (2013) disebutkan bahwa perilaku juga

berorientasi pada tujuan dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh

keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Hal ini berdampak pada penggunaan

pestisida yang tidak sesuai dengan petunjuk dan aturan yang tepat karena adanya

tujuan untuk memperoleh hasil panen yang baik. Pola penggunaan pestisida harus

mengacu kepada 6T yaitu tepat jenis, dosis, waktu penggunaan, cara penggunaan,

sasaran, dan kombinasi (Djojosumarto, 2008). Dalam Khamdani, (2009)

disebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik oleh Green

dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling).

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah dan mempengaruhi

terjadinya perilaku diantaranya pendidikan, pengetahuan, umur dan masa kerja.

Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami

perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap

perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya.

Pengetahuan, menurut Notoatmodjo, (2003), perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Umur sebagai bagian dari faktor predisposisi mendapat perhatian

karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan kerja, dan tanggung

jawab seseorang. Menurut teori psikologi, masa dewasa di bagi menjadi dewasa

awal adalah usia 18-40 tahun dan dewasa lanjut usia 41-60 tahun sedangkan lansia

adalah di atas 60 tahun (Irwanto, 2002). Umur pekerja dewasa awal diyakini dapat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pengertian Pestisida fileberdasarkan cara kerjanya yaitu Insektisida sistemik lokal. Contohnya adalah Dimetan, Furatiokarb, Pyrolan, dan Profenofos.

33

membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau

menanggulangi gangguan penyakitnya. Masa kerja akan berkaitan dengan

semakin lama tenaga kerja bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki

begitu pula sebaliknya semakin singkat masa kerja, akan semakin sedikit

pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian

dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan

tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan

bagi masyarakat. Sarana dan prasarana atau fasilitas yang di maksud adalah alat

pelindung diri yang digunakan petani pengguna pestisida semprot seperti pakaian

kerja, penutup kepala, alat pelindung pernafasan, sarung tangan dan sepatu kerja

atau boot, sehingga memungkinkan petani untuk memakai alat pelindung diri

tersebut.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan dalam hal sosialisasi pengamanan dalam penggunaan pestisida. Faktor

tersebut akan mempengaruhi petani dalam pemakaian alat pelindung diri. Selain

itu pengelolaan produk pestisida oleh pemerintah seperti sistem pengawasan

langsung, ketersediaan pelatihan bagi petani penyemprot pestisida dan

dikeluarkannya perundang-undangan serta buku-buku petunjuk mengenai

pengelolaan pestisida.