BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran,...

38
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan Batasan Umur Lansia Lanjut usia atau lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia. Hal ini pasti dialami bagi individu yang memiliki umur panjang. Lansia bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stimulus internal maupun internal yang dipengaruhi perubahan struktur dan fungsi anatomi tubuh. Untuk dapat mengatakan seseorang telah lansia, para ahli membedakannya menjadi usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan kalender, sedangkan usia biologis adalah usia yang dilihat dari kondisi jaringan tubuh seseorang yang sangat tergantung dari faktor nutrisi maupun lingkungan sehingga usia biologis dapat dipengaruhi (Lestiani, 2014; Nugroho, 2014). Pengertian lansia dibagi menjadi beberapa batasan-batasan berdasarkan usia. Menurut WHO, lansia dibagi tiga, yaitu lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Menurut Prof. DR. Koessoemanto, lansia (usia lebih dari 65/70 tahun) dibagi lagi menjadi tiga, yaitu usia 70-75 tahun (young old), usia 75-80 tahun (old), dan usia lebih dari 80 tahun (very old). Menurut 9

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran,...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian dan Batasan Umur Lansia

Lanjut usia atau lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia.

Hal ini pasti dialami bagi individu yang memiliki umur panjang. Lansia

bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan untuk

beradaptasi terhadap stimulus internal maupun internal yang dipengaruhi

perubahan struktur dan fungsi anatomi tubuh. Untuk dapat mengatakan

seseorang telah lansia, para ahli membedakannya menjadi usia kronologis

dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan

kalender, sedangkan usia biologis adalah usia yang dilihat dari kondisi

jaringan tubuh seseorang yang sangat tergantung dari faktor nutrisi maupun

lingkungan sehingga usia biologis dapat dipengaruhi (Lestiani, 2014;

Nugroho, 2014).

Pengertian lansia dibagi menjadi beberapa batasan-batasan berdasarkan

usia. Menurut WHO, lansia dibagi tiga, yaitu lanjut usia (elderly) 60-74

tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di

atas 90 tahun. Menurut Prof. DR. Koessoemanto, lansia (usia lebih dari

65/70 tahun) dibagi lagi menjadi tiga, yaitu usia 70-75 tahun (young old),

usia 75-80 tahun (old), dan usia lebih dari 80 tahun (very old). Menurut

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

10

Hulock (1979), lansia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu early old age

(usia 60-69 tahun) dan advanced old age (usia >70 tahun). Menurut

Burnside (1979), membagi lansia menjadi empat tahapan, antara lain young

old (usia 60-69 tahun), middle age old (usia 70-79 tahun), old-old (usia 80-

89 tahun), dan very old-old (usia >90 tahun). Di Indonesia, berdasarkan UU

No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, seseorang

dikatakan lansia apabila telah berusia 60 tahun atau lebih, karena pada

umumnya digunakan sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-

ciri ketuaan (Nugroho, 2014; Noorkasiani, 2009).

2.1.2 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan

psikososial pada lansia.

1. Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi antara lain penurunan sistem

muskuloskeletal, sistem persarafan, gangguan pendengaran dan

penglihatan, sistem reproduksi. Penurunan kemampuan pada sistem

muskuloskeletal akibat digunakan secara terus-menerus menyebabkan sel

tubuh lelah terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot,

atropi dan penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan

densitasnya, penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan

penghubung yang menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti

gangguan gaya berjalan. Hal tersebut sesuai dengan teori ‘wear and tear’

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

11

dan ‘genetic clock’. Oleh karena itu, semakin tua usia seseorang maka

semakin besar juga potensi gangguan gerak yang dialami. Penurunan

pada sistem persarafan dapat terjadi seiring bertambahnya usia, hal ini

dikaitkan dengan teori ‘genetic clock’, dimana pada waktu tertentu

dalam kehidupan, otak secara perlahan dan pasti mengalami atrofi

sehingga beratnya menurun 10-20% (Nugroho, 2014). Penurunan ini juga

dikatikan dengan teori radikal bebas, dimana radikal bebas dapat memicu

terjadinya inflamasi kronik. Menurut Marshland, et al (2006), inflamasi

kronik berhubungan dengan buruknya fungsi kognitif, dimana inflamasi

kronik merangsang dilepaskannya sitokin pro-inflamasi oleh otak seperti

interleukin-6 (IL-6) yang bertanggung jawab atas kerusakan sel korteks

otak yang merupakan area kognitif.

Penurunan lainnya yang sangat jelas terlihat pada sistem reproduksi

terutama pada perempuan. Ketika sudah mengalami masa menopause,

secara perlahan dan pasti organ-organ reproduksi akan mengalami

penurunan baik secara struktur dan fungsinya. Ovari akan menciut dan

ukurannya mengecil, atrofi pada uterus, dan penurunan produksi hormon

estrogen. Pada laki-laki tidak terjadi perubahan yang drastis pada sistem

reproduksinya (Nugroho, 2014; Santoso & Rohmah 2011).

2. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial dapat terjadi akibat adanya penyakit kronis,

gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

12

sehingga intensitas hubungan lansia dengan lingkungan sosialnya

berkurang karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat

timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosialnya ini

(Nugroho, 2014).

3. Penurunan Fungsi Kognitif

Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga pada

kognitif , karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan pada

struktur dan fungsi organ otak, penurunan fungsi sistem muskuloskeletal,

dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat penuaan

menyebabkan penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf panca

indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit

memori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan.

Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap

nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada

orang di atas umur 65 tahun (Nugroho, 2014). Selain itu radikal bebas

dapat memicu terjadinya inflamasi kronik yang menyebabkan

meningkatnya kadar IL-6 yang merupakan sitokin proinflamasi dan

adanya peningkatan IL-6 dapat digunakan menjadi sebagai biomarker

untuk risiko penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut (Frydecka, et al,

2004 dan Marshland, et al, 2006).

Fungsi kognitif juga berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana aktivitas

fisk erat kaitannya dengan sistem muskloskeletal. Pada dasarnya, setiap

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

13

gerakan fisik yang dilakukan memberikan rangsangan kepada otak,

dengan menurunnya aktivitas maka rangsangan kepada otak juga

berkurang. Karena otak memiliki sifat plastisitas dimana bila terus

diberikan rangsangan, fungsinya akan tetap terjaga dan sebaliknya bila

rangsangan tersebut kurang atau tidak ada, proses plastisitas tidak terjadi

dan otak akan mengalami penurunan struktur dan fungsinya (Nugroho,

2014). Santoso dan Rohmah (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan gerak dan

fungsi kognitif, dimana pengaruhnya sebesar 68,5%.

Perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah

penurunan pada sistem reproduksi. Menurut Nugroho (2014) dan Schiff

and Walsh (1995) dalam Santoso dan Rohmah (2011), hal ini terjadi pada

lansia perempuan yang mengalami menopause dimana terjadi penurunan

struktur dan fungsi organ reproduksi, ovari menciut, atrofi pada uterus,

dan penurunan produksi hormon estrogen, dimana hal ini berdampak

negatif bagi tubuh perempuan, antara lain peningkatan aterosklerosis,

kadar kolesterol total, trigliserida, dan lain sebagainya. Diketahui bahwa

penurunan estrogen erat kaitannya dengan penurunan fungsi kognitif.

Menurut Czlonkowska, Ciesielska, and Joniec (2003), estrogen memiliki

fungsi neuroprotektif yang perannya sebagai antioksidan yang mampu

mengubah produksi radikal bebas. Pada perkembangan otak, kontrol

diferensiasi dan plastisitas populasi saraf yang berbeda dipengaruhi oleh

estrogen. Estrogen juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

14

hipotalamus, hipokampus, otak tengah, dan korteks yang dapat

mempengaruhi seuasana hati, status mental dan belajar serta ingatan.

Oleh karena itu. Lansia perempuan lebih rentan menderita penyakit

neurodegeneratif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif.

Sedangkan pada pria tidak terjadi perubahan yang begitu nampak karena

tidak terjadi penurunan produksi hormon seks secara drastis selama

proses penuaan.

2.2 Kognitif

2.2.1 Pengertian Kognitif

Kognitif adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibutuhkan dalam

memperoleh, menyimpan, mendapat kembali, dan menggunakan

pengetahuan suatu hal. Kognitif meliputi proses-proses mental, seperti

mempersepsikan, belajar, mengingat, menggunakan bahasa, dan berpikir.

Dalam kognisi, kita mempelajari sesuatu dan menempatkan sesuatu tersebut

dalam ingatan kita, mengkomunikasikannya lewat bahasa menggunakan

simbol-simbol mental, dan secara cerdas memecahkan masalah

menggunakan informasi yang telah dipelajari dan disimpan. Oleh karena itu

kemampuan fungsi mengingat pada seseorang akan mempengaruhi

kemampuan berpikir sehingga respon kognitif yang ditimbulkan akan

berbeda. Proses mengingat terjadi dengan menggabungkan antara informasi

yang diterima melalui panca indra dengan informasi yang telah disimpan

dalam ingatan jangka panjang. Kapasitas atau kemampuan kognisi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

15

seseorang disebut sebagai kecerdasan atau intelegensi (Semium, 2010;

Kompasiana, 2014).

Proses kognitif adalah proses tentang bagaimana cara memperoleh

pengetahuan di dalam kehidupan yang melibatkan fungsi panca indra,

kesadaran, dan perasaan yang berupa pengalaman (Kushartanti, Yuwono,

dan Lauder, 2005). Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk

memikirkan sesuatu, berkhayal, bercita-cita, atau melihat jauh ke depan,

menetapkan tujuan-tujuan, dan membuat rencana kegiatan guna mencapai

hal tersebut (Waruwu, 2014).

2.2.2 Struktur dan Fungsi Otak

Otak manusia dbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu otak besar (serebrum),

batang otak (brain stem), dan otak kecil (serebelum). Lapisan yang

menyelimuti otak besar adalah korteks serebri yang juga sering disebut

sebagai ‘thinking cup’ karena di bagian inilah kemampuan intelektual

disimpan (Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2005).

Korteks serebral dibagi menjadi dua bagian, yaitu hemisfer kiri dan

hemisfer kanan, dimana fungsi kedua hemisfer ini berbeda bahkan

bertentangan dalam proses kognitif. Hemisfer kanan mengontrol

pemrosesan informasi spasial dan visual seperti melihat, memperkirakan,

atau memahami ruang atau benda secara tiga dimensi. Dengan demikian,

kegiatan seperti menuruni tangga atau mengambil barang di depan kita

dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan, hemisfer kiri mengontrol

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

16

kegiatan berbahasa, berpikir secara sistematis, logika. Bila terjadi gangguan

pada bagian ini, maka yang terganggu adalah fungsi berbicara, bahasa, dan

matematika (Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2005).

Daerah di otak dibagi menjadi beberapa bagian (lobus) yang memiliki

fungsi spesifik. Fungsi pancaindra seperti pusat penglihatan terletak di area

17 lobus oksipitalis, pusat pendengaran di area 41 lobus temporalis, pusat

sensorik di area 3,4,5 lobus parietalis (postsentral), pusat penghidu terletak

di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis,

dan pusat motorik terletak di area 4,6,8 lobus frontalis (presentral). Masing-

masing pusat pancaindra memiliki area asosiasi untuk memahami stimulus

sensorik yang masuk. Kemampuan otak (kognitif) akan meningkat secara

optimal apabila terdapat integrasi yang baik antara area sensoris dan asosiasi

(Syaifuddin, 2012; Ganong, 2012).

Lobus frontalis, parietalis, dan temporalis merupakan tiga daerah asosiasi

yang penting, serta bertanggung jawab atas kemampuan kognitif. Perhatian

atau konsentrasi berada di lobus frontalis terutama otak bagian sisi kanan,

pusat visuospasial (persepsi dan orientasi) di lobus parietalis (bagian atas

otak) terutama bagian otak sisi kanan, pusat daya ingat di lobus temporalis,

untuk daya ingat visual di belahan otak sisi kanan, pusat bahasa di lobus

frontalis dan temporalis terutama bagian otak sisi kiri. Lobus frontalis

merupakan lobus terbesar dan paling akhir berkembang, dan merupakan

pusat integrasi semua fungsi lobus yang ada. Integrasinya dengan lobus

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

17

disekitarnya memiliki peran yang penting, termasuk kemampuan memori

kerja (working memory) dan kemampuan seseorang dalam executive

function (pengorganisasian, perencanaan, dan pelaksanaan) (Kushartanti,

Yuwono, dan Lauder, 2005; Ganong, 2012)

2.2.3 Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif adalah suatu kegiatan mental yang dimiliki manusia yang

diantaranya adalah perhatian, persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan

memori. Fungsi kognitif yang merupakan salah satu fungsi otak, memiliki

area sebesar 75% di otak, terutama di bagian korteks otak (Saladin, 2007).

Berdasarkan alat ukur MoCA-Ina, data demografi yang harus ada adalah

usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Ketiga data ini sangat penting karena

sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu (Nasreddine et al,

2005). Hal yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Mongisidi (2013), dimana individu yang masuk dalam kategori old age (75-

90 tahun) memiliki rata-rata persentasi kognitif tidak normal, sehingga

disimpulkan semakun tua usia seseorang, maka fungsi kognitif individu

cenderung menurun. Hasil berikutnya pada data jenis kelamin, ditemukan

bahwa laki-laki lebih banyak memiliki presentasi yang tidak normal, tetapi

menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa

hasil skor penilaian fungsi kognitif perempuan rata-rata lebih rendah

dibandingkan laki-laki. Dilihat dari latar belakang pendidikan, ditemukan

bahwa individu yang mengenyam pendidikan lebih dari sembilan tahun

memiliki fungsi kognitif yang tergolong normal atau lebih baik

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

18

dibandingkan individu yang pendidikannya kurang dari sembilan tahun.

Sehingga data demografi usia, jenis kelamin, dan pendidikan lebih utama

dapat mempengaruhi fungsi kognitif individu.

Issealbacher, et al, (2006), menyebutkan ada lima komponen kognitif yang

mudah untuk dilihat, antara lain :

1. Kesadaran adalah keadaan sadar akan diri sendiri dan lingkungan yang

mempunyai beberapa sisi, dimana arti kesadaran merupakan gabungan

kognitif dan fungsi mental afektif dan hanya dapat dinilai dengan

penarikan kesimpulan melalui hasi suatu pemeriksaan khusus. Bangun

berhubungan erat dengan gambaran kewaspadaan, yaitu kesiapan

individu memberikan respons terhadap suatu stimulus yang diterimanya.

Perhatian meliputi kapasitas untuk memperhatikan secara selektif

terhadap stimulus yang relevan dan untuk memanipulasi ide yang

abstrak. Kesadaran juga meliputi konsep insight dan pengenalan diri.

2. Persepsi mengenai kesadaran, seleksi, dan identifikasi stimulus dari

lingkungan. Dalam keadaan normal, persepsi dipengarui oleh beberapa

faktor, baik fisiologik dan psikologik, misalnya penglihatan yang buruk

atau tuli dapat mengganggu persepsi orang tua terhadap suatu hal.

3. Ingatan dibedakan berdasarkan lamanya mengingat. Sistem ingatan

segera memegang informasi yang dengan kesadaran selama beberapa

detik dan dapat diperiksa dengan reproduksi barisan angka yang pada

umumnya mempunyai kapasistas terbatas untuk informasi sekitar tujuh

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

19

angka, yang hanya tertahan beberapa detik atau menit. Ingatan terakhir,

mengingat informasi yang ada dalam beberapa menit, jam, atau hari.

Sedangkan ingatan jauh adalah kemampuan mengingat kejadian atau

informasi beberapa bulan atau tahun sebelumnya. Mengingat informasi

setelah terlambat beberapa menit memerlukan proses konsolidasi atau

belajar yang diperantarai oleh sistem ingatan sekunder atau jangka

panjang dengan kapasitas dan ketahanan yang hampir tanpa batas.

4. Suasana hati dan kepribadian. Suasana hati menunjukkan keadaan emosi

yang paling sering, sedangkan afek adalah pengalaman emosional yang

dicetuskan oleh stimulus khusus. Suasana hati dapat memberikan

pengaruh secara nyata pada seluruh aspek kognitif, terutama pada

rangkaian suasana hati yang ekstrim. Hipomania mungkin disertai

dengan ilusi, pikiran yang melompat-lompat, dan keluaran motorik dan

verbal yang ekstrim. Kondisi sebaliknya ditunjukkan ketika depresi,

dimana terjadi perlambatan pikiran, bicara, dan aktivitas. Kecemasan

yang ektrim juga dapat mempengaruhi koherensi pikiran dan

pembicaraan.

5. Pemecahan masalah. Pikiran sulit untuk dapat dimengerti dan ditangkap,

tetapi dapat dinilai melalui proses penalaran, logik dan kemampuan

memecahkan masalah dengan menggunakan bahasa atau matematika.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

20

Pemeriksaan yang teliti dari fungsi kognitif adalah komponen penting dari

pemeriksaan neurologik, yang mencakup antara lain (Issealbacher, et al,

2006) :

1. Orientasi

Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu (termasuk tanggal, jam,

hari, bulan, dan tahun). Pada gangguan ingatan berat, biasanya

kesalahan dalam penyebutan tanggal.

2. Kesadaran

Individu sadar yang normal masuk dalam pembicaraan atau beberapa

aktivitas lain yang berbeda, sedangkan individu dengan gangguan

kesadaran tetap tenang atau masuk dalam aktivitas yang berulang-ulang

dan kurang bertujuan.

3. Abnormalitas persepsi

Sebaiknya dicari dengan pertanyaan spesifik mengenai persepsi

lingkungan, kejadian yang sedang terjadi atau yang dirasakan.

4. Bahasa

Afasia mengakibatkan pembicaraan menjadi tidak lancar. Pemeriksan

yang dilakukan berguna untuk mengetahui adanya afasia nominal

dengan meminta individu untuk menyebutkan objek yang umum dan

tidak umum dan pemberian perintah yang kompleks untuk menilai

derajat ringan disfasia reseptif. Agraphia dicari dengan meminta

individu untuk menulis namanya dan kalimat spontan. Membaca

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

21

sebaiknya dinilai dengan menggunakan teks standar atau artikel surat

kabar dan meminta penjelasan dari artinya.

5. Fungsi visuospasial

Tes yang paling berguna untuk memeriksa fungsi visuospasial adalah

dengan menirukan gambar. Adanya apraksia konstuksional atau agnosia

visuospasial dapat menyebabkan kesulitan dalam menggambar garis

yang diperlukan untuk orientasi ruang atau posisi yang tepat.

6. Ingatan

Ingatan segera dan perhatian diperiksa dengan meminta individu

mengulang deret angka yang ditunjukkan dalam interval setengah detik.

Ingatan terakhir dapat dinilai dengan meminta individu mempelajari

tiga nama objek umum, mengingat kembali dites setelah dua sampai

lima menit. ingatan jauh-jangka panjang dapat dites dengan

menanyakan hal yang berkaitan dengan pengetahuan umum seperti

tanggal yang penting tentang kejadian masa lalu, nama-nama orang

politikus yang penting, dan sebagainya.

7. Suasana hati dan kepribadian

Penilaian terhadap kepribadian, suasana hati, afek, dan insight

sebaiknya dilakukan selama anamnesis dan pemeriksaan. Penampilan

individu, isi pembicaraan, dan kecepatan gerakan memberikan petunjuk

tentang suasana hari. Afek diisyaratkan oleh bahasa, ekspresi wajah,

gerakan isyarat, dan sikap tubuh.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

22

8. Pikiran dan pemecahan masalah

Inkoherensi penalaran dan pikiran logis dapat dideteksi selama

anamnesis melalui tes keterampian bahasa dna matematika. Gangguan

pikiran yang lebih rumit kadang dapat nampak dengan meminta

individu untuk menjelaskan arti peribahasa.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

1. Status kesehatan

Faktor status kesehatan yang paling penting adalah adanya hipertensi.

Peningkatan tekanan darah kronis telah terbukti meningkatkan efek

penuaan struktur otak, termasuk reduksi pada substasi kelabu dan putih

di lobus prefrontal, atrofi hipokampus (Raz and Rodrigue, 2006).

Angina pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner, dan

penyakit vaskular lainnya berhubungan dengan fungsi kognitif yang

buruk (Britton and Marmot, 2003 dalam Myers, 2008).

2. Usia

Usia yang semakin tua menyebabkan perubahan pada struktur otak,

diantaranya otak menjadi atrofi dan beratnya menurun 10-20%,

perubahan biokimiawi pada susunan saraf pusat, sehingga terjadi

gangguan pada hubungan sinapsis dan daya hantar impuls antar sel saraf

(Nugroho, 2014). Mongisidi (2013) mengemukakan bahwa individu

dengan kategori usia old age (lebih dari 60 tahun) rata-rata memiliki

presentasi fungsi kognitif tidak normal.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

23

3. Jenis Kelamin

Perempuan tampaknya lebih berisiko megnalami penurunan kognitif

dibandingkan laki-laki ketika memasuki usia lanjut. hal tersebut

disebabkan karena perbedaan anatomis maupun fisiologis, dimana

secara fisik laki-laki memiilki struktur tubuh yang lebih besardaripada

perempuan (Kartinah, Komariyah, & Giriwijoyo, 2006). Secara

fisiologis, volume darah yang dimiliki laki-laki kurang lebih satu liter

lebih banyak daripada perempuan, dan laki-laki memiliki volume paru-

paru 10% lebih besar dibandingkan perempuan (Nopembri, 2010).

Perbedaan fisiologis lainnya adalah adanya penurunan level seks

endogen dalam perubahan fungsi kognitif pada perempuan menopause.

Reseptor estrogen telah ditemukan berperan dalam fungsi belajar dan

memori, seperti hipokampus. Pada perkembangan otak, estrogen

mengontrol diferensiasi dan plastisitas populasi saraf yang berbeda.

Estrogen juga diketahui memiliki fungsi neuroprotektif dan membatasi

kerusakan akibat stress oksidatif (Yaffe, et al, 2001 dalam Myers, 2008;

Czlonkowska, Ciesielska, and Joniec (2003). Pada pemeriksaan fungsi

kognitif, sebagian besar (65%) lansia perempuan mengalami penurunan

fungsi kognitif (Fadhia, Ulfiana, & Ismono, 20012).

4. Status pendidikan

Fungsi kognitif pada kelompok dengan status pendidikan rendah

cenderung memiliki fungsi kognitif lebih buruk dibandingkan kelompok

dengan status pendidikan yang tinggi. Mongisidi (2013) mengemukakan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

24

bahwa latar belakang pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap

fungsi kognitif, dimana sampel yang memiliki latar belakang pendidikan

lebih dari sembilan tahun atau lebih dari pendidikan dasar (SMA,

diploma ataupun sarjana) memiliki hasil fungsi kognitif tergolong

normal. Hal tersebut dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardi

(2011), bahwa ada pengaruh yang bermakna antara tinggi rendahnya

jenjang pendidikan dengan ketidakmampuan kognitif, dimana setelah

dilakukan analisis Post Hoc terhadap perbedaan fungsi kognitif antar

jenjang pendidikan dasar, menengah, atas, dan tinggi, didapatkan hasil

kemampuan kognitif sampel yang memiliki jenjang pendidikan SD

berbeda dengan sampel yang memiliki jenjang pendidikan SMP (p =

0,012), SD dengan SMA (p = 0,005), dan SD dengan PT (p = 0,0005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif yang diidentifikasi pada

penelitian adalah usia, jenis kelamin dan status pendidikan, yang

disesuaikan dengan lembar kuesioner MoCA-Ina.

2.2.5 Gangguan Fungsi Kognitif

Gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi beberapa kategori. Menurut

Kurlowiez (1999) dalam Rohana (2011), kategori gangguan fungsi kognitif

dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, yaitu: tidak ada gangguan fungsi

kognitif, gangguan kognitif ringan, dan gangguan kognitif berat. Menurut

Global Deterioration Scale, gangguan fungsi kognitif dibagi menjadi tujuh,

antara lain : tidak ada penurunan kognitif, penurunan kognitif amat ringan,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

25

penurunan kognitif ringan, penurunan kognitif sedang, penurunan kognitif

sedang sampai berat, penurunan kognitif berat, dan penurunan kognitif

sangat berat. Kategori penilaian fungsi kognitif menggunakan Montreal

Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-Ina) yang memiliki rentang

nilai 0-30, menjadi dua, yaitu fungsi kognitif normal (total nilai ≥26) dan

fungsi kognitif tidak normal (total nilai <26). MoCA memiliki tingkat

sensitivitas sebesar 90% untuk mendeteksi adanya gangguan kognitif

sedang dan memiliki sensitivitas sebesar 100% untuk mendeteksi adanya

attention disorder (AD) (Nasreddine, et al, 2005).

2.2.6 Masalah Akibat Gangguan Fungsi Kognitif

Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan salah satu penyebab

meningkatnya ketergantungan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Gangguan fungsi kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai oleh

terganggunya daya ingat, disorientasi, inkoheren, dan sukar berpikir logis.

Gangguan kognitif erat kaitannya dengan gangguan atau kerusakan pada

daerah korteks. Masalah akibat gangguan kognitif antara lain: penurunan

kemampuan konsentrasi (misalnya pertanyaan harus diulang); proses pikir

yang tidak tertata (misalnya tidak relevan atau inkoheren); menurunnya

tingkat kesadaran; gangguan persepsi (ilusi, halusinasi); gangguan tidur,

tidur berjalan dan insomnia atau ngantuk pada siang hari; meningkat atau

menurunnya aktivitas psikomotor; disorienasi tempat, waktu, orang;

gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru misalnya nama

beberapa benda setelah beberapa menit (Kushartanti, Yuwono, dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

26

Lauder, 2005; Issealbacher, et al, 2006; Ganong, 2012).

2.2.7 Pengukuran Fungsi Kognitif

Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai fungsi kognitif,

antara lain Mini Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive

Assessment Versi Indonesia (MoCA-Ina). Pada penelitian ini, alat ukur yang

digunakan adalah MoCA-Ina yang bertujuan mengukur berbagai fungsi

kognitif, seperti: ruang dan bentuk, daya ingat, atensi, kemampuan

berbahasa, abstraksi, dan sebagainya. Tes MoCA versi Indonesia telah

divalidasi oleh Husein, Lumempouw, Ramli, dan Herqutanto (Departemen

Neurologi, Universitas Indonesia) dan menunjukkan skor validitas yang

tinggi yaitu >80 (EL Rhino Global Reseacrh and Development, 2012). Hal

yang sama ditemukan oleh Panentu (2013), yang mengatakan MoCA-Ina

valid dan reliabel untuk pemeriksaan kognitif pada pasien pasca stroke fase

pemulihan. MoCA adalah alat skrining baru yang dirancang untuk

mengatasi keterbatasan MMSE yang kurang sensitif mendeteksi Mild

Cognitive Impairment (MCI). Menurut laporan Nasreddine, et al, (2005),

dengan batas skor 26, MMSE memiliki tingkat sensitivitas sebesar 18%

untuk mendeteksi MCI, sedangkan MoCA sebesar 90% dari subyek MCI.

Pada grup attention disorder (AD), MMSE memiliki tingkat sensitivitas

sebesar 78%, sedangkan MoCA mendeteksi sebesar 100%.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

27

2.2.8 Penatalaksanaan Gangguan Fungsi Kognitif

Penuaan dan penyakit degeneratif pada dasarnya tidak dapat dihentikan

karena merupakan proses alamiah dari siklus kehidupan manusia. Namun

berbagai studi berbasis ilmiah telah menunjukkan berbagai fakta bahwa ada

banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses penuaan

yang terjadi pada otak. Fakta-fakta tersebut dijadikan landasan untuk

membuat program kegiatan lansia di komunitas, sehingga kegiatan lansia

yang dilakukan rutin tersebut dapat bermanfaat untuk menstimulasi otak dan

memperlambat kemunduran fungsi otak (Kemenkes, 2013).

Kegiatan yang dapat memberikan stimulasi otak dibagi menjadi tiga

kegiatan utama, seperti aktivitas fisik, stimulasi mental, dan aktivitas sosial.

1. Aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik dapat memberikan stimulasi pada otak, dan

dengan melakukan olahraga secara teratur dapat meningkatkan protein di

otak yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Protein

BDNF ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat,

sehingga bila kadar BDNF rendah dapat menyebabkan penyakit

kepikunan. Fakta inilah yang yang menjelaskan bahwa lansia yang

melakukan banyak aktivitas fisik yang menyenangkan memiliki fungsi

kognitif yang lebih baik dibandingkan lansia yang cenderung diam dan

kurang aktivitas (Kemenkes, 2013)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

28

Santoso dan Rohmah (2011) melaporkan bahwa gangguan gerak secara

bermakna mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Salah satu kegiatan

yang dapat memberikan stimulasi otak adalah dengan melakukan brain

gym atau senam otak. Brain gym adalah suatu latihan gerak yang

digunakan untuk memudahkan dan membantu kegiatan belajar, serta

penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari.

2. Stimulasi mental

Memberikan stimulasi mental secara terus-menerus dengan berbagai

aktivitas otak dapat memperbaiki dan menjaga hubungan antar sel-sel

otak, sehingga terdapat cadangan fungsi kognitif untuk lansia. Aktivitas

yang dapat menstimulasi mental seperti permainan puzzle, membuat

kerajinan tangan, mengisi teka teki silang, diskusi, dan bernyanyi

(Kemenkes, 2013).

3. Aktivitas sosial

Lansia yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan interaksi

dengan orang lain, diketahui memiliki fungsi kognitif yang lebih baik

dibandingkan lansia yang tidak aktif dalam aktivitas sosial. Hal ini sesuai

dengan teori aktivitas, dimana melalui berbagai aktivitas dalam kegiatan

sosial dapat membantu menstimulasi fungsi kognitif. Dengan melakukan

aktivitas sosial maka akan timbul adanya keterikatan sosial. Keterikatan

sosial (meliputi pemeliharaan dan pembinaan berbagai hubungan sosial,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

29

serta partisipasi aktif dalam kegiatan sosial) dapat mencegah penurunan

fungsi kognitif pada lansia (Kemenkes, 2013).

Seseorang yang mulai tua akan berefek pada menurunya aktivitas.

Penurunan aktivitas akan mengakibatkan kelemahan serta atropi pada otot

sehingga dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan serta

menyelesaikan suatu masalah. Santoso dan Rohmah (2011) melaporkan

tidak ada hubungan antara usia dan fungsi kognitif yang signifikan, tetapi

terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan gangguan gerak, dimana

gangguan gerak secara bermakna mempengaruhi fungsi kognitif seseorang.

Jadi jelas bahwa, untuk mempertahankan fungsi kognitif tetap optimal dan

mengatasi gangguan fungsi kognitif dapat dilakukan melakukan latihan

gerak. Ada berberapa latihan gerak yang diteliti pengaruhnya terhadap

fungsi kognitif, seperti senam vitalisasi otak, senam lansia, dan brain gym

atau senam otak. Brain gym adalah senam otak yang digunakan untuk

memudahkan dan membantu kegiatan belajar dan penyesuaian dengan

tuntutan sehari-hari (Muhammad, 2013).

2.3 Brain Gym

2.3.1 Pengertian Brain Gym

Senam otak atau Brain Gym adalah latihan gerak yang digunakan untuk

memudahkan dan membantu kegiatan belajar dan penyesuaian dengan

tuntutan sehari-hari (Muhammad, 2013). Brain gym adalah latihan gerak

yang terdiri dari gerakan-gerakan yang sederhana dan menyenangkan yang

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

30

digunakan oleh siswa di Pendidikan Kinesiology (Edu-K) untuk

meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan seluruh fungsi otak

melalui pembaruan pola gerakan tertentu yang membuka bagian-bagian otak

yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Hasil kegiatan tersebut membuat

proses belajar menjadi lebih mudah tetapi lebih efektif untuk meningkatkan

kemampuan akademik (Dennison, 2004).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa brain gym

atau senam otak adalah serangkaian gerakan latihan sederhana dan

menyenangkan yang dapat memudahkan dan membantu kegiatan belajar

dengan menggunakan seluruh fungsi otak melalui pembaruan pola gerakan

tertentu yang membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau

terhambat.

Penelitian yang dilakukan Verany, dkk, (2013) terkait brain gym pada

lansia, diketahui bahwa senam otak atau brain gym dapat meningkatkan

daya ingat. Hasil serupa juga didapatkan oleh Festi (2010), Nugroho (2009)

dan Lisnaini (2012), dimana dengan melakukan latihan gerak yang dapat

memberikan stimulus pada otak dapat meningkatkan fungsi kognitif seperti

rentang perhatian, daya ingat, orientasi, dan fungsi kognitif lainnya pada

lansia.

2.3.2 Mekanisme Brain Gym

Mekanisme kerja senam otak berdasarkan tiga dimensi otak, yaitu dimensi

lateralis, dimensi pemfokusan, dan dimensi pemusatan. Masing-masing

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

31

dimensi memiliki tugas yang berbeda, sehingga gerakannya bervariasi untuk

tiap dimensi (Dennison, 2008; Muhammad, 2013).

1. Dimensi Lateralis

Dimensi lateralis tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan kanan. Sifat

lateralis memungkinkan dominansi salah satu sisi otak, misalnya

menulis dengan tangan kanan atau kiri. Integrasi kedua sisi tubuh dapat

dilatih sehingga dapat menyeberang garis tengah tubuh untuk bekerja di

bidang tengah. Apabila kemampuan ini dapat dikuasai, kemampuan

belajar akan maksimal, seseorang akan mampu memproses kode linier,

simbol tertulis dengan dua belahan otak dari kedua jurusan.

Latihan untuk menyeberang garis tengah menyangkut sikap positif,

seperti mendengar, melihat, dan bergerak. Otak bagian kiri aktif apabila

tubuh sisi kanan digerakkan, dan sebaliknya. Bila kerjasama otak kanan

dan kiri kurang baik, maka seseorang akan mengalami kesulitan untuk

membedakan antara kanan dan kiri, pergerakan kaku, tulisan tangan

yang jelek, atau cenderung menulis huruf terbalik, sulit membaca dan

menulis, kesulitan mengikuti pergerakan sesuatu dengan mata, serta

sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan kepala, tangan

miring ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke bawah sambil

berpikir, keliru dengan huruf (misalnya d dan b, p dan q), maupun

menyebut kata sambil menulis. Beberapa gerakan dalam senam otak

yang merangsang dimensi lateralis adalah 8 tidur dan gajah.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

32

2. Dimensi Pemfokusan

Dimensi pemfokusan adalah kemampuan menyeberangi garis tengah

partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh atau

bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah

partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari

samping) yang tergantung pada partisipasi batin pada suatu kegiatan

apakah seseorang berada di depan atau belakang garis tersebut.

Adanya gangguan pada dimensi ini menyebabkan seseorang kesulitan

mengekspresikan diri, kurang fokus. Hubungannya dengan otak,

informasi akan diterima oleh otak bagian belakang yang merekam

semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak

bagian depan untuk mengekspresikan sesuai keinginan atau tuntutan.

Bila seseorang gugup, takut, tidak percaya diri, stress saat belajar, maka

secara refleks energi ditarik ke otak bagian belakang sehingga otak

bagian depan kekurangan energi. Akibatnya, jawaban yang tadinya

sudah siap, tiba-tiba lupa atau tidak dapat dijawab sempurna.

Ada beberapa ciri khas bila otak bagian depan dan belakang kurang

bekerja sama, antara lain otot tengkuk dan bahu yang tegang, kurang

semangat untuk belajar, serta memiliki reaksi yang lambat. Hambatan

pada otak bagian depan dapat berupa sikap pasif, melamun, bingung

bila stress, hipoaktif, perhatian yang kurang, namum perasaan dan

suasana (merekam dengan jelas). Sedangkan hambatan pada otak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

33

bagian belakang berupa sikap hiperaktif, memiliki rentang konsentrasi

dan analisis yang terlalu pendek, terinci, dan kurang fleksibel.

Terkadang menjadi agresif, kurang rileks untuk memikirkan sesuatu

yang lebih luas. Gerakan senam otak pada dimensi ini adalah burung

hantu.

3. Dimensi Pemusatan

Dimensi pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah

antara bagian atas dan bawah tubuh, yaitu bagian tengah sistem limbik

(midbrain) yang berhubungan dengan emosional dan otak besar

(cerebrum) untuk berpikir yang abstrak. Mempelajari sesuatu,

seseorang harus benar-benar dapat menghubungkannya dengan

perasaan dan memberikan suatu arti. Gangguan pada dimensi

pemusatan ditandai dengan adanya ketakutan yang tak beralasan,

cenderung bereaksi berjuang atau melarikan diri dan ketidakmampuan

untuk merasakan maupun menyatakan emosi. Dalam kondisi stres,

tegangan listrik di otak besar akan berkurang sehingga fungsinya

terganggu.

Tubuh manusia adalah satu sistem listrik yang sangat kompleks.

Dengan gerakan untuk meningkatkan energi dan minum air, aliran

energi elektromagnetik manjadi lancar sehingga komunikasi

antarbagian otak optimal.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

34

Ciri khas bila bagian otak atas terhambat, antara lain bicara dan

tindakan pelan, kurang fleksibel, kurang konsentrasi, penakut, kurang

percaya diri, ragu-ragu, memiliki hambatan dalam hubungan sosial.

Bila bagian bawah yang terhambat, maka akan menyebabkan tidak

mampu mempertahankan keseimbangan, penilaian yang negatif, bicara

dan tindakan yang terlalu cepat. Beberapa gerakan senam otak untuk

dimensi pemusatan, antara lain tombol bumi, tombol keseimbangan,

tombol angkasa, pasang telinga, titik positif, dan lain sebagainya.

2.3.3 Prosedur Latihan Brain Gym

Elizabeth dan Kim (2013), mengatakan bahwa untuk lanjut usia, durasi

aerobik yang dapat dilakukan adalah 3-5 kali seminggu selama 10-30 menit.

Menurut Festi (2010), brain gym baik dilakukan setiap hari untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Senam atau latihan gerak baik dilakukan

pada pagi hari karena olahraga di pagi hari akan membantu menjaga ritme

istirahat di malam hari, membuat pikiran lebih tajam, meningkatkan kualitas

tidur, meningkatkan mood, membakar kalori dan meningkatkan nafsu

makan (Huteri, 2013). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Verany,

dkk, (2012), brain gym dilakukan dengan frekuensi empat kali seminggu

selama dua minggu dan ternyata memberikan hasil yang signifikan terhadap

peningkatan fungsi kognitif. Pada penelitian ini, brain gym akan dilakukan

dengan durasi latihan 30 menit, frekuensi empat kali seminggu selama dua

minggu.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

35

Perhatian khusus yang perlu diperhatikan bagi lansia yang ingin melakukan

senam (Elizabeth dan Kim, 2013) :

1. Jika lansia menderita hipertensi dan tidak terkontrol, maka sebaiknya

untuk konsultasi dengan dokter di pelayanan kesehatan untuk

mendapatkan terapi. Batas tekanan darah yang direkomendasikan untuk

dapat melakukan latihan fisik adalah ≤220 mmHg sistolik, ≤105

mmHg diatolik. Oleh karena itu, akan dilakukan pemeriksaan tekanan

darah baik sebelum maupun sesudah dilakukan Brain Gym.

2. Lansia yang mendapat terapi Beta Blokers dan diuretik, fungsi

termoregulasi dapat terganggu dan menyebabkan hipoglikemi. Dalam

kondisi ini, informasikan kepada lansia tentang tanda dan gejala

intoleransi jantung dan hipoglikemi. Jika ada tanda gejala tersebut,

anjurkan lansia untuk tidak melakukan latihan fisik.

3. Bila terdapat perubahan napas pendek, pusing, tidak nyaman pada dada,

palpitasi (dada berdebar) ketika melakukan lathan fisik (senam) agar

segera menghentikan aktivitas dan segera mencari pelayanan kesehatan.

Lansia juga dapat berisitrahat sejenak di kursi yang telah disiapkan di

pinggir lapangan.

Berikut adalah urutan gerakan pemanasan sebelum melakukan brain gym

(Muhammad, 2013):

1. Minum air putih secukupnya 10 menit sebelum latihan dimulai.

2. Lakukan pernapasan perut sebanyak 4-8 kali. Pernapasan perut

dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas perut dan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

36

bernapas seperti biasa, yaitu perut yang mengambang dan mengempis

tanpa menggunakan pergerakan otot dada.

3. Melihat ke kanan dan ke kiri selama 4-8 kali dengan melakukan

pernapasan perut.

4. Santai selama 4-8 kali pernapasan perut.

5. Rentangkan kedua tangan seluas dan senyaman mungkin. Bayangkan

otak tangan kanan adalah otak kanan dan tangan kiri adalah otak kiri,

kemudian satukan kedua tangan sambil membayangkan bahwa otak

kanan dan kiri menjadi satu. Gerakan ini dilakukan 4-8 kali.

6. Sentuh titik-titik di bagian kepala bagian kiri dan kanan (selain wajah

dan leher) selama 4-8 kali pernapasan perut.

Pedoman gerakan brain gym menurut Muhammad (2013), ada 24 gerakan

dan pada penelitian ini digunakan enam gerakan, antara lain:

1. Gerakan Delapan Tidur

Menggambar angka delapan dalam posisi tidur dengan titik tengah yang

jelas, memisahkan wilayah lingkaran kanan dan kiri, serta dihubungkan

dengan garis. Gambar delapan tidur dapat dilakukan di udara atau di

atas permukaan seperti pasir, kertas atau papan tulis. Gerakan dilakukan

sebanyak 8 hitungan kali untuk setiap tangan secara bergantian,

sehingga totalnya menjadi 2x8 hitungan. Manfaat gerakan ini adalah

untuk mengaktifkan kedua belahan otak pada saat yang sama,

meningkatkan daya ingat otak.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

37

Gambar 2.1 Gerakan 8 Tidur

2. Gerakan Putaran Leher

Gerakan ini dilakukan dengan memutar leher dari posisi depan sampai

setengah lingkaran ke kiri dan kanan saja, tidak dianjurkan memutar

kepala sampai ke belakang. Kemudian menundukkan kepala dan

ayunkan seperti bandul ke kanan dan ke kiri dengan posisi tubuh tetap

tegak, lakukan gerakan sebanyak 2x8 hitungan.

Maafaat dari gerakan ini adalah relaksasi sistem saraf pusat, pemusatan

perhatian seperti menatap orang untuk berkomunikasi lebih fokus,

mengerjakan sesuatu lebih baik, dan mengurangi efek pegal-pegal

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

38

sehabis belajar. Gerakan ini dapat dilakukan sebelum membaca atau

menulis karena dapat memacu kemampuan penglihatan dengan kedua

mata (binocular) dan pendengaran dengan kedua telinga (binaural)

secara bersamaan.

Gambar 2.2. Putaran Kepala

3. Gerakan Burung Hantu

Gerakan burung hantu bertujuan untuk melatih dan meningkatkan

keterampilan penglihatan, pendengaran, dan putaran kepala. Manfaat

melakukan gerakan burung hantu adalah dapat merileksasi daerah

tengkuk dan bahu, meningkatkan koordinasi mata terutama saat

membaca, maupun kemampuan melihat dekat lainnya, serta

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

39

meningkatkan peredaran darah ke otak, kemampuan fokus, perhatian,

dan ingatan.

Cara melakukan gerakan ini, yaitu berdirilah dengan kedua kaki

direntangkan selebar bahu. Letakkan telapak tangan kiri pada bahu

kanan, sementara tangan kanan dibiarkan bebas. Sambil menengok atau

menggerakan kepala secara perlahan ke kiri dan kanan dengan tinggi

posisi dagu tetap, telapak tangan kiri meremas-remas atau memijat bahu

dan melakukan pernapasan perut. Kemudian gerakan diulangi pada

bahu lainnya. lakukan gerakan yang sama sebanyak 2x8 hitungan.

Gambar 2.3. Gerakan Burung Hantu

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

40

4. Gerakan Mengaktifkan Tangan

Gambar 2.4. Gerakan Mengaktifkan Tangan

Jenis gerakan ini adalah gerakan isometrik yang bertujuan untuk

memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Gerakan isometrik

membantu kemapuan menulis, koordinasi mata dan tangan, membantu

penguasaan penggunaan peralatan, seperti komputer, meningkatkan

durasi perhatian pada tulis-menulis, energi pada tangan dan jari, serta

memperlancar pernapasan.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

41

Cara melakukan gerakan ini, yaitu luruskan tangan kiri ke atas, lalu

tangan kanan memegang siku tangan kiri. Kemudian buang napas, lalu

dorong tangan ke depan, ke belakang, baik ke dalam maupun ke luar.

Sementara itu, tangan lainnya menahan dorongan tersebut. Lakukan

berulang-ulang sampai 2x8 hitungan, kemudian ganti dengan tangan

lainnya secara bergantian.

5. Gerakan Sakelar Otak

ini dilakukan dengan memijiat jaringan lunak di bawah tulang selangka

di kiri dan kanan tulang dada dengan satu tangan, sementara tangan

yang lainnya memegang atau memijat sebelah kanan dan kiri pusar.

Pijatan pada daerah bawah tulang selangka berfungsi memperlancar

aliran darah darah, sedangkan tangan di pusar berfungsi

menyeimbangkan impuls-impuls yang berhubungan dengan telinga

bagian dalam dan berpengaruh pada kemampuan belajar. Lebih lanjut,

pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan, atau sebaliknya lebih optimal,

dan meningkatkan penerimaan oksigen Penggunaan tangan dapat

diganti untuk mengaktifkan kedua bagian otak. Lakukan gerakan

sebanyak 2x8 hitungan.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

42

Gambar 2.5. Gerakan Sakelar Otak

Manfaat gerakan sakelar otak adalah mengkoordinasi kedua belahan

otak, meningkatkan kelancaran aliran darah ke otak dan keseimbangan

badan, serta kerja sama antarkedua mata sehingga dapat mengurangi

mata juling, mengoptimalkan keterampilan motorik halus, memperbaiki

sikap tubuh, meningkatkan energi, mengurangi stress visual dan

relaksasi tengkuk, serta bahu.

6. Gerakan Tombol Bumi

Ujung satu jari tangan menyentuh bawah bibir, sedangkan ujung jari

lainnya menyentuh pinggir atas tulang kemaluan (±15 cm dibawah

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

43

pusar). Bila sudah mendapatkan titik yang dimaksud, kemudian

sentuhlah titik tersebut di atas selama 2x8 hitungan. Bernapaslah

dengan perlahan dan dalam untuk merasakan rileksasinya. Ganti tangan

untuk mengaktifkan kedua belahan otak.

Gerakan tombol bumi dapat meningkatkan koordinasi dan konsentrasi

(melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti

saat membaca kolom dalam tabel). Dapat juga untuk mengurangi stres,

mengoptimalkan jenis pekerjaan, seperti organisasi, perancangan seni,

serta pembukuan yang berhubungan yang dimensi vertikal dan

horizontal.

Gambar 2.6. Gerakan Tombol Bumi

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

44

2.3.4 Hubungan Brain Gym dan Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia.

Usia yang bertambah memberikan pengaruh pada berbagai perubahan pada

dirinya, baik yang bersifat fisik maupun secara mental. Berdasarkan usia,

seseorang yang berusia diatas 60 tahun dikatakan lanjut usiat atau sering

disebut lansia (Nugroho, 2014). Menuut penelitian yang dilakukan

Mongisidi (2013), individu dengan kategori usia tua atau old age (>60

tahun) rata-rata memiliki presentasi fungsi kognitif tidak normal. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan secara tidak langsung bahwa, dengan

bertambahnya usia, dapat terjadi penurunan fungsi kognitif.

Bertambahnya usia pada lansia, menyebabkan kondisi fisik menurun, antara

lain massa tulang yang berkurang akibat adanya atrofi serabut otot, sehingga

gerakannya menjadi lamban dan lemah, elastisitas pergerakan sendi

menurun bahkan dapat terjadi gangguan sendi, kekakuan jaringan

penghubung, tendon mengerut dan mengalami sklerosis., serta di tambah

dengan menurunya curah jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan suplai darah ke otot dan organ lainnya terganggu (Nugroho,

2014).

Kondisi tersebut menyebabkan lansia mudah lelah dan secara umum

menjadi lebih pasif. Hal tersebut juga menambah risiko untuk tejadinya

gangguan gerak yang lebih buruk. Kurang gerak menyebabkan badan

menjadi tidak bugar, pompa otot terhadap aliran darah balik menjadi tidak

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

45

efektif, dan akhirnya suplai darah ke seluruh tubuh tidak baik. Suplai darah

yang tidak baik dapat mengganggu kerja fungsi organ dan salah satu adalah

otak yang merupakan organ yang sensitif terhadap adanya gangguan suplai

darah (Stanley dan Beare, 2012; Nugroho, 2014). hal tersebut sesuai denga

hasil penelitian yang dilakukan Santoso dan Rohmah (2011), dimana

dikatakan bahwa gangguan gerak memberikan pengaruh sebesar 68,5%

terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia.

Faktor internal yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif adalah

perubahan struktur pada otak itu sendiri. Perubahan ukuran otak akibat

atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah

daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Korteks

serebral merupakan bagian otak yang sering disebut sebagai kubah

intelegensia dan merupakan pusat fungsi kognitif pada otak. Bila hal

tersebut terjadi, maka dapat terjadi gangguan atau penurunan fungsi

kognitif. Tidak ada bedanya dengan otot, dimana otot dapat dilatih untuk

meningkatkan ketahanan, kekuatan, dan meningkatkan massa otot. Otak

juga dapat diolahragakan untuk mempertahankan fungsinya melalui latihan

yang memberikan stimulus pada otak karena otak memiliki sifat plastisitas,

yaitu kemampuan struktur dan fungsi otak untuk melakukan reorganisasi

dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf dengan adanya stimulasi

(Sanley and Beare, 2012; Muhammad, 2013).

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Pengertian dan ... filememori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

46

Salah satu kegiatan yang dapat memberikan stimulasi otak menurut

Kemenkes (2013) adalah melalui aktivitas fisik, dimana dengan melakukan

olahraga teratur dapat meningkatkan protein-protein penting yang ada di

dalam otak yang berperan untuk menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat

(Kemenkes, 2013). Latihan gerak yang dapat memberikan stimulus yang

baik pada otak salah satunya adalah brain gym.

Brain gym merupakan latihan gerak yang terdiri atas gerakan-gerakan

sederhana, dimana masing-masing gerakan dari brain gym dapat

memberikan stimulus pada tiga dimensi Dengan melatih gerakan-gerakan

yang dapat memberikan stimulus pada otak diharapkan proses plastisitas

dapat terus dipertahankan sehingga fungsi kerja otak tetap baik. Selain

adanya proses plastisitas yang dimiliki otak, manfaat melakukan latihan

gerak adalah dapat memperlancar aliran darah terutama aliran darah yang

menyuplai otak. Bila perfusi otak baik, tentu otak akan dapat bekerja dengan

baik. (Stanley and Beare, 2012; Muhammad, 2013).