BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh...

36
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 angka 1 “Kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan definisi pajak dalam Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapakan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. 2.1.2 Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011;7) dalam pemungutan pajak yang terhutang dikenal beberapa sistem pemungutan pajak yaitu:

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 angka 1 “Kontribusi wajib

kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan definisi pajak dalam Mardiasmo (2011:1) pajak adalah

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapakan jasa timbal

balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan

digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

2.1.2 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011;7) dalam pemungutan pajak

yang terhutang dikenal beberapa sistem pemungutan pajak yaitu:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

9

1) Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan

aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundangan-undangan perpajakan yang berlaku .

2) Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundangan-undangan perpajakan yang berlaku .

3) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Pajak Penghasilan

2.1.3a Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2011;135) Pajak Penghasilan (PPh)

adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun

pajak.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

10

2.1.3b Subjek Pajak Penghasilan

1) Subjek PPh meliputi;

a. Orang Pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,

menggantikan yang berhak.

c. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma

kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi

sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, bentuk

badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.

d. Bentuk Usaha Tetap.

2) Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:

A. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:

a. Subjek Pajak orang pribadi, yaitu:

i. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, atau

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

11

ii. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada

di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal

di Indonesia.

b. Subjek Pajak badan, yaitu:

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah

yang memenuhi kriteria:

i. Pembentukannya berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

ii. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

iii. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

iv. Pembukuannya diperiksa oleh aparat

pengawasan fungsional negara.

c. Subjek Pajak warisan, yaitu:

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan,

menggantikan yang berhak.

B. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:

a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

12

kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di

Indonesia.

Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah

menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan

Tidak Kena Pajak. Subjek Pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak

saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek Pajak luar negeri

baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena

menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau

menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak

adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan

objektif.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

13

2.1.3c Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Yang tidak termasuk subjek pajak penghasilan adalah

1) Kantor perwakilan negara asing

2) Pejabat pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan

kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-

sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau

pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik

3) Organisasi-oragnisasi Internasional dengan syarat :

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman

kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para

anggota.

4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat:

a) Bukan warga Negara Indonesia

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

14

2.1.3d Objek Pajak Penghasilan

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama

dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan

atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,

upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,

uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan

penghargaan;

3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan

harta termasuk:

a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada

perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai

pengganti saham atau penyertaan modal;

b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada

pemegang saham, sekutu, atau anggota yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

15

diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan

lainnya;

c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan,

peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambil

alihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apa pun;

d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,

bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan

kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

satu derajat dan badan keagamaan, badan

pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,

koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara

pihak-pihak yang bersangkutan; dan

e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan

sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda

turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan

dalam perusahaan pertambangan;

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan

pengembalian pajak;

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

16

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena

jaminan pengembalian utang;

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,

dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai

dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah;

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing;

13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14) Premi asuransi

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari

anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan

usaha atau pekerjaan bebas;

16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan

yang belum dikenakan pajak;

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan

tata cara perpajakan; dan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

17

19) Surplus Bank Indonesia.

2.1.3e Objek Pph Bersifat Final:

1) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang

dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

2) Penghasilan berupa hadiah undian;

3) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan

saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan

pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan

tanah dan/atau bangunan; dan

5) Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah.

2.1.3f Dikecualikan Dari Objek Pajak

1) a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang

diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil

zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak

atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi

pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dan yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

18

diterima oleh penerima sumbangan yang berhak,

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah; dan

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan

keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk

yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

2) Warisan;

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau

kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang

diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan

pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma

penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15;

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

19

5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,

badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan

bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

dan

b) Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

yang menerima dividen, kepemilikan saham pada

badan yang memberikan dividen paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang

dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang

tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

20

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk

pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

10) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang

didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

11) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

12) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

13) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

14) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga

nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau

bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada

instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali

dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih

tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

15) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

21

yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan.

2.1.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan

terhadap penghasilan neto orang pribadi atau perseorangan sebagai

Wajib Pajak Dalam Negeri dalam menghitung Penghasilan Kena

Pajak yang menjadi objek Pajak Penghasilan yang harus dibayar

Wajib Pajak. (Stiti Resmi,2013:96).

1) Besarnya PTKP setahun menurut Peraturan Menteri Keuangan

No. 162/PMK.011/2012:

a. Rp. 24.300.000,00 untuk Wajib Pajak orang pribadi.

b. Rp. 2.025.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang

kawin.

c. Rp. 24.300.000,00 tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,

dengan syarat:

i. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau

diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah

dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam

Undang-undang PPh pasal 21, dan

ii. Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan

usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota

keluarga yang lain.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

22

d. Rp 2.025.000,00 tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang

menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).

2.1.5 Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan Wajib Pajak

yang menjadi dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan.

Penghasilan Kena Pajak didapat dengan menghitung penghasilan

bruto dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan. Apabila dalam menghitung penghasilan

kena pajak, penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya

untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan didapat

kerugian, kerugian tersebut dikompensasi mulai dengan

penghasilan tahun pajak berikutnya sampai dengan berturut-turut

lima tahun.

2.1.6 Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,

upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama

dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau

jabatan, jasa dan kegiatan yang di lakukan oleh orang pribadi,

subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

23

1. Pemotong PPh Pasal 21

Adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak

badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai

kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas

penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan

orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

Yang termasuk pemotong pajak PPh Pasal 21 adalah:

a) Pemberi kerja

Yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik

merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit

yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun,

sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;

b) Bendahara atau pemegang kas pemerintah,

Termasuk bendahara atau pemegang kas pada

pemerintah pusat termasuk institusi TNI/POLRI,

pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah,

lembaga-lembaga negara lainnya, dan kedutaan besar

Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,

upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan

nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

24

c) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga

kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun

dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;

d) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas serta badan yang membayar :

i. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang

dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek

pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang

melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan

atas namanya sendiri bukan untuk dan atas nama

persekutuannya;

ii. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang

dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek

pajak luar negeri;

iii. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta

pendidikan, pelatihan, dan magang;

e) Penyelenggara kegiatan,

Termasuk badan pemerintah, organisasi yang

bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang

pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan

kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau

penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

25

orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu

kegiatan.

2. Tidak Termasuk Sebagai Pemberi Kerja Yang Mempunyai

Kewajiban Untuk Melakukan Pemotongan Pajak adalah:

a) Kantor perwakilan negara asing;

b) Organisasi-organisasi internasional sebagaimana yang

telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

c) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata

mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan

pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam

rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Wajib Pajak Pph Pasal 21

A. Pegawai;

B. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat

pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk

ahli warisnya;

C. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh

penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau

kegiatan, antara lain meliputi:

a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang

terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,

konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

26

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi,pelawak,

bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,

sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari,

pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c) Olahragawan;

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh,

dan moderator;

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,

komputer dan system aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta

pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

g) Agen iklan;

h) Pengawas atau pengelola proyek;

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan

atau yang menjadi perantara;

j) Petugas penjaja barang dagangan;

k) Petugas dinas luar asuransi

l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau

direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;

D. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh

penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam

suatu kegiatan, antara lain meliputi:

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

27

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain

perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu

pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,atau

kunjungan kerja

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan

sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;

d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;

e. Peserta kegiatan lainnya.

4. Tidak Termasuk Wajib Pajak Pph Pasal 21

A. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau

pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan

bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar

jabatan atau pekerjaan nya tersebut, serta negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan yang sama.

B. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat

bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan

usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

28

5. Objek Pph Pasal 21

A. Penghasilan yang dipotong pph pasal 21 :

a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap,

baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak

teratur,

b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun

secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan

sejenisnya

c) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja

dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima

secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat

pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan

pembayaran lain sejenis,

d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,

berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah

borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan,

e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa

honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan

nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan,

f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang

saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

29

atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,

dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

g) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang

diberikan oleh :

i. Bukan wajib pajak

ii. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan

yang bersifat final

iii. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan

berdasarkan norma penghitungan khusus.

B. Penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh pasal 21

a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan

asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi

bea siswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam

bentuk apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah,

termasuk Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi

kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran

tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

30

penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara

jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi

kerja.

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari

badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang

diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga

keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)

huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan

6. Biaya Jabatan Dan Biaya Pensiun

Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan pajak

penghasilan bagi pegawai tetap ditetapkan sebesar 5% dari

penghasilan bruto setinggi-tingginya Rp. 6.000.000 setahun

atau Rp. 500.000 sebulan.

Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan pajak

penghasilan bagi pensiunan ditetapkan sebesar 5% dari

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

31

penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 2.400.000 setahun

atau Rp. 200.000 sebulan.

7. Tarif Pajak Dan Penerapannya

I. Tarif Pajak

a) Wajib pajak orang pribadi dalam negeri

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena

Pajak (PKP) bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tarif Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasailan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

Diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan

Rp. 250.000.000

15%

Diatas Rp. 250.000.000 sampai dengan

Rp. 500.000.000

25%

Diatas Rp. 500.000.000 30%

b) Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas

Pengasilan Kena Pajak dari :

i. Bagi pegawai tetap :

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai

tetap adalah sebesar penghasilan neto dikurangi PTKP.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

32

Sedangkan Penghasilan neto dihitung seluruh

penghasilan bruto dikurangi dengan :

a. Biaya jabatan

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh

pegawai kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan

hari tua atau jaminan hari tua yang

dipersamakan dengan dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto - PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh =

(Penghasil bruto – Biaya Jabatan – iuran pensiun dan iuran THT/JHT yang

dibayar sendiri – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

8. Tarif Pemotongan Pph Pasal 21 Bagi Penerima Penghasilan Yang Tidak

Mempunyai Npwp

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang

tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif

lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak

yang memiliki NPWP. Artinya jumlah PPh pasal 21 yang harus dipotong

adalah sebesar 120% dari jumlah PPh pasal 21 yang seharusnya

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

33

dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP. Pemotongan

PPh Pasal 21 seperti ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21

yang tidak final.

9. Saat Terutang

Saat terutang PPh Pasal 21 dibagi menjadi 2 yaitu, bagi penerima

penghasilan dan pemotongan penghasilan. Bagi penerima penghasilan

adalah pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya

penghasilan yang bersangkutan, sedangkan bagi pemotong PPh Pasal 21

adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan

terutangnya penghasilan bersangkutan.

2.1.7 Pajak Penghasilan Pasal 23

1. Pengertian

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang

dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak

dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,

penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah

dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang

oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara

kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri

lainnya.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

34

2. Pemotong PPh Pasal 23:

a. Badan pemerintah;

b. Subjek pajak badan dalam negeri;

c. Penyelenggaraan kegiatan;

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT);

e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

f. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang

ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

3. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:

a) WP dalam negeri;

b) BUT

4. Tarif dan Objek PPh Pasal 23

A. 15% dari jumlah bruto atas:

a. Dividen kecuali pembagian dividen kepada orang

pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;

b. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong

PPh pasal 21.

B. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain

sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah

dan/atau bangunan.

C. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen,

jasa konstruksi dan jasa konsultan.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

35

D. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:

a. Jasa penilai;

b. Jasa aktuaris;

c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan

keuangan;

d. Jasa perancang;

e. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang

dilakukan oleh BUT;

f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang

penambangan selain migas;

h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar

udara;

i. Jasa penebangan hutan

j. Jasa pengolahan limbah

k. Jasa penyedia tenaga kerja

l. Jasa perantara dan/atau keagenan;

m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,

kecuali yang dilakukan KSEI dan KPEI;

n. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang

dilakukan oleh KSEI;

o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

p. Jasa mixing film;

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

36

q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk

perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;

r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,

telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang

dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di

bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau

sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

s. Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin,

peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV

kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang

ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai

izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

t. Jasa maklon

u. Jasa penyelidikan dan keamanan;

v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

w. Jasa pengepakan;

x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media

masa, media luar ruang atau media lain untuk

penyampaian informasi;

y. Jasa pembasmian hama;

z. Jasa kebersihan atau cleaning service;

aa. Jasa katering atau tata boga.

Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif

PPh Pasal 23.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

37

2.1.8 Pajak Penghasilan Pasal 26

1. Pengertian

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang

dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari

Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar

negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

2. Pemotong PPh Pasal 26

a. Badan Pemerintah;

b. Subjek Pajak dalam negeri;

c. Penyelenggara Kegiatan;

d. BUT;

e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di

Indonesia.

3. Tarif dan Objek PPh Pasal 26

A. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau

diperoleh wajib pajak luar negeri berupa untuk penghasilan

berupa :

a. Dividen;

b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan

sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

38

d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan

kegiatan;

e. Hadiah dan penghargaan

f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau

h. Keuntungan karena pembebasan utang.

B. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto untuk penghasilan

berupa :

a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;

b. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan

langsung maupun melalui pialang kepada perusahaan

asuransi di luar negeri.

C. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau

pengalihan saham perusahaan antara conduit company atau

spesial purpose company yang didirikan atau bertempat

kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak

yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang

didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di

Indonesia;

D. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi

pajak dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan

tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

E. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

(P3B) antara Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

39

2.1.9 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2

1. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Sewa Tanah dan/atau

Bangunan

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas

penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan adalah:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

2002;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;

c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./ 2002;

d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./ 1996

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau

badan dari penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan wajib

dibayar Pajak Penghasilan (PPh) dengan tarif:

PPh (Final) = 10% x Bruto

2. Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau

Bangunan Wajib Dibayar Pajak Penghasilan (Pph).

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

40

1) Pembayar atau Penyetor PPh

a. Orang Pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan;

b. Bendahara Pemerintah atau Pejabat yang melakukan

pembayaran atau menyetujui tukar-menukar.

2) Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

A. Wajib Pajak Orang Pribadi, yayasan atau organisasi sejenis dan

Wajib Pajak Badan baik merupakan usaha pokok maupun

diluar usaha pokok yang mengalihkan hak atas tanah dan atau

bangunan membayar PPh Final 5% (lima persen) dari jumlah

bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai

berdasarkan akta pengalihan hak dengan Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) tanah dan atau bangunan, kecuali:

a. dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah, adalah

nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan;

b. dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan

lelang, adalah nilai menurut risalah lelang.

Dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah, PPh Final 5%

dipotong oleh Bendahara Pemerintah atau pejabat yang berwenang.

NJOP adalah NJOP menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB), atau dalam hal SPPT belum

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

41

terbit, adalah NJOP menurut SPPT tahun sebelumnya.

Apabila tanah dan atau bangunan belum terdaftar pada Kantor

Pelayanan Pajak, maka NJOP yang dipakai adalah NJOP menurut

surat keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan

Pajak setempat.

Pph final = 5% X penghasailan bruto

3. Usaha Jasa Konstruksi

1) Pengertian

A. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan

pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan konstruksi;

B. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian

rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta

pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,

mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing

beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan

atau bentuk fisik lain.

C. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang

pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di

bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan

pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik

lain.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

42

D. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang

pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di

bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu

menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil

perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain,

termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu

penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan

perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering,

procurement and construction) serta model penggabungan

perencanaan dan pembangunan (design and build).

E. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang

pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di

bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu

melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan

pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan;

F. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk

bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi;

G. Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk

bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan

layanan jasa kontruksi baik sebagai perencana konstruksi,

pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi maupun sub-

subnya;

H. Nilai kontrak jasa konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam

suatu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan;

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Pajak. BAB II PRINT.pdfpajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.3 Pajak

43

2) Subjek pajak

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang

menerima penghasilan dari usaha di bidang jasa konstruksi.

3) Tarif

Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang

menerima penghasilan dari jasa konstruksi dikenakan Pajak

Penghasilan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tarif Pajak Atas Jasa Kontruksi

Bentuk pekerjaan Klasifikasi usaha Tarif Sifat

Pelaksanaan kontruksi Kecil 2% Final

Pelaksanaan kontruksi Menengah, besar 3% Final

Pelaksanaan kontruksi Tidak memiliki

KLU

4% Final

Perencanaan atau Pengawasan

Kontruksi

Memiliki KLU 4% Final

Perencanaan atau Pengawasan

Kontruksi

Tidak Memiliki

KLU

6% Final