BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian...
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi
2.1.1 Pengertian Kompetensi
Sumber daya manusia (SDM) di dalam suatu perusahaan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menjalan kegiatan perusahaan, SDM menjadi salah satu
faktor penentu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, maka
dari itu kompetensi yang dimiliki oleh karyawan menjadi aspek yang menentukan
keberhasilan perusahaan atau organisasi. SDM yang memiliki kompetensi yang tinggi
dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu akan menentukan kualitas SDM yang
dimiliki dalam hal ini akan menjadikan kualitas kompetitif yang baik bagi perusahaan
itu sendiri. Sehingga dalam dibentuknya SDM dibutuhkannya kompetensi yang sesuai
agar keberhasilan dalam proses operasional perusahaan dapat tercapai.
Berbagai definisi kompetensi telah dikemukakan oleh banyak para ahli,
kompetensi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi dan sering digunakan
dalam dunia kerja, salah satunya digunakan dalam dunia perbankan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti
cakap (mengetahui) berkuasa (menentukan, memutuskan), sedangkan kompetensi
berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
Menurut (Wibowo, 2012) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
14
pekerjaan tersebut. Sedangkan kompetensi menurut (Van Bart Looy, 2003) adalah
sebuah karakteristik manusia yang berhubungan dengan efektifitas performa,
karkteristik ini dapat dilihat seperti gaya bertindak, berperilaku dan berpikir.
Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kombinasi yang terdiri dari kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan unsur-unsur
lainnya yang dimiliki oleh SDM untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik
dan efektif. Maka dari itu sebagai sumber daya manusia dalam dunia kerja khususnya
dalam dunia perbankan harus memiliki pengetahuan, keahlian dan kepiawaian untuk
melakukan suatu perkerjaan dengan baik.
2.1.2 Karakteristik Kompetensi
Menurut Spencer dan Spencer (1993: 9-11) terdapat lima karakteristik
kompetensi, yaitu:
1. Motives.
Motives adalah suatu tindakan dimana seseorang berpikir keras secara
konsisten dimana mengembangkan dirinya, memberi tantangan kepada dirinya
serta bertanggung jawab penuh demi mecapai tujuan yang ingin dicapai serta
mengaharap timbal balik (feedback) untuk memperbaiki dirinya.
2. Traits.
Traits (watak) yaitu karakteristik fisik dan respon konsisten terhadap
situasi dan informasi.
3. Self-Concept.
15
Self-Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang.
Untuk mengetahui bagimana nilai yang dimiliki oleh seseorang maka dapat
diukur melalui test responden kepada orang tersebut. Seseorang yang dinilai
sebagai “leader” sejatinya orang tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang
kuat maka dari itu perlunya adanya test tentang leadership ability.
4. Knowledge.
Knowledge adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam
bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi kompleks.
5. Skills.
Skills adalah suatu kemampuan seseorang untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang diberikan baik secara fisik maupun
secara mental.
Sedangkan menurut Islam untuk menjadi sumber daya manusia yang
berkompenten haruslah memiliki nilai-nilai sumber daya insani yang mengarah
kepada sifat-sifat Rasulullah SAW, sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang harus di
miliki oleh sumber daya manusia di perbankan syariah meliputi shiddiq, amanah,
fathonah, dan tabligh, dengan kata lain sifat-sifat Nabi Muhammad SAW ini tidak
hanya diterapkan sebatas dibidang dakwah saja tetapi diterapkan di bidang kehidupan
lainnya, termasuk di bidang perbankan syariah. Untuk mengelola bisnis dalam
perspektif syariah dapat menjadikan empat sifat Nabi Muhammad SAW ini menjadi
Key Success Factors (KSF). Rasulullah SAW dikenal sebagai seorang pedagang yang
16
sukses, dimana salah satu rahasia Rasulullah SAW untuk berhasil dalam berdagang
yaitu sifat jujur dan adil dalam berdagang.
Sejalan dengan konsep kompetensi diatas Bank Syariah Mandiri (BSM)
mengembangkan suatu budaya yang sekaligus budaya ini menjadi karakteristik para
pegawai yang bekerja di Bank Syariah Mandiri. Hafidudin dan Tanjung (2003)
menyebutkan bahwa contoh budaya yang diterapkan dalam institusi syariah yaitu Bank
Syariah Mandiri adalah SIFAT yang artinya singkatan dari shiddiq, amanah, fathanah,
dan tabligh.
1. Shiddiq
Shiddiq merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad SAW yang artinya jujur
dan benar. Sifat shiddiq sejalan dengan karakteristik kompetensi yang dikemukakan
oleh Spencer dan Spencer (1993) dimana salah satunya disebutkan yaitu self-concept
yang artinya sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dan nilai-nilai
yang harus dimiliki oleh seseorang yang menjalankan bisnis harus selalu jujur dan baik
kepada semua orang yang bersangkutan dengan bisnis yang dijalankannya, sehingga
dalam menjalankan bisnis tersebut benar-benar dijalankan dengan prinsip-prinsip
kebenaran dan kejujuran. Jika sifat shiddiq digambarkan oleh seorang pemimpin,
maka sepanjang kepemimpinannya ia senantia akan berperilaku benar dan jujur. Benar
dalam mengambil segala keputusan-keputusan yang membuat perusahaan menjadi
lebih baik.
Sikap jujur selalu digambarkan oleh ucapan, perbuatan, dan keyakinan
berdasarkan ajaran islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja
17
antara ucapan dan perbuatan. Dengan sebab itu, Allah SWT memerintah kepada orang-
orang yang beriman agar selalu memiliki sifat shiddiq dan juga dianjurkan untuk
menciptakan lingkungan yang shiddiq.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar" (QS AI-Taubah:[9]: 119).
Selain itu, dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. Bersabda :
"Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada
kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu
berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh
kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan.
Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta
akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta" (HR AI-Bukhari).
Dalam menjalankan suatu bisnis, alangkah indahnya jika didampingi dengan
sifat shiddiq dan mempengaruhi lingkungan bisnis kita dengan sifat shiddiq. Dengan
menghidupkan sifat shiddiq diyakini akan menghilangkan kezaliman, kemunafikan,
penipuan serta keserakahan.
2. Amanah
Amanah artinya bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Seorang pebisnis
haruslah memiliki sifat amanah, karena Allah SWT menyebutkan sifat orang-orang
mukmin yang beruntung adalah yang dapat memeliha amanat yang diberikan
kepadanya. Allah SWT berfirman:
18
"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji janjinya" (QS
AI-Mu'minun [23]: 8).
Sifat amanah sejalan dengan konsep karakteristik kompetensi yang
dikemukakan oleh Spencer dan Spencer (1993) yaitu traits yang artinya watak.
Dimana watak seorang pembisnis haruslah bertanggung jawab dalam menyelesaikan
semua tugas dan masalah yang dihadapi, dan watak dapat diartikan bagaimana
seseorang merespon sesuatu dengan tindakan bagimana cara seseorang tersebut dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan bagimana cara seseorang melakukannya
dapat dilihat bagaimana seseorang tersebut mengontrol dirinya, percaya diri, kuat
menahan ketegangan.
Sifat amanah berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaan yang diberikan kepadanya. Konsekuensi yang harus dijalankan dalam sifat
amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemilikinya baik itu sedikit ataupun
banyak, tidak mengambil hak orang lain serta tidak mengambil lebih banyak dari yang
ia miliki, baik itu berupa fee, hasil penjualan ataupun upah buruh. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat" (QS AI-Nisa' [4]: 58).
19
Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa amanah akan menarik rezeki, dan
sebaliknya khianat akan mengakibatkan kefakiran" (HR AI-Dailami).
Sifat amanah akan membentuk kualitas dan kapabilitas seseorang menjadi
lebih baik serta akan membentuk sikap yang penuh tanggung jawab, maka dari itu akan
menimbulkan rasa kepercayaan yang tinggi dari setiap individu lainnya. Sikap amanah
sangat berpengaruh untuk menjalankan bisnis yang dijalani karena tanpa rasa tanggung
jawab dan kapabilitas kehidupan bisnis tersebut akan hancur.
3. Fathanah
Fathanah adalah intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Sifat fathanah
sejalan dengan karakter kompetensi yang dikemukakan oleh Spencer dan Spencer
(1993) yaitu motives, knowledge dan skills. Seseorang yang fathanah akan selalu
senantiasa mengembangkan dirinya dan memberi tantangan-tantangan kepada dirinya
demi kebaikan dan manfaat yang akan didapat disuatu hari nanti, seseorang yang
fathanah adalah seseorang intelektual dan cerdik yang artinya mempunyai informasi
yang mendalam mengenai suatu hal tertentu yang berkaitan dengan pekerjaannya dan
mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai skill untuk melaksankan dan
menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang diberikan. Sifat fathanah dapat digambarkan
oleh pemimpin perusahaan, pemimpin perusahaan yang fathanah berarti pemimpin
yang paham dan mengerti secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan
kewajibannya. Sifat fathanah dapat dijadikan strategi hidup bagi setiap muslim,
menjadi seorang muslim harus bisa memaksimalkan segala potensi yang diberikan
oleh-Nya demi mencapai Sang Kholiq, potensi yang paling berharga yang dimiliki
20
oleh umat manusia adalah akal (intelektualitas). Di dalam Al-Qur’an Allah SWT selalu
menyindir untuk orang-orang yang menolak kembali ke jalan yang benar (bertobat)
dengan kalimat ”Apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak menggunakan
akalmu? Allah menciptakan siang dan malam, meenjadikan gunung-gunung, tanaman-
tanaman yang berbeda sebagai tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir.” Allah
SWT berfirman:
"Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-
gunung dan sungai-sunqai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan" (QS AI-Ra'd [13]: 3).
Mengoptimalkan potensi berpikir bagi seorang muslim adalah salah satu ciri
orang yang bertaqwa. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an, ul al-
albab adalah sebutan bagi orang yang selalu mengoptimalkan potensi berpikirnya atau
dengan kata lain orang yang iman dan ilmunya berinteraksi secara seimbang. Allah
SWT bahkan memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang tidak
menggunakan akalnya,
"Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya"
(QS Yunus [10]: 100).
Segala sesuatu aktivitas dalam manajemen suatu perusahaan harus
dilandasi dengan kecerdasan, karena untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan maka
21
seseorang harus mengoptimalkan pikirannya dengan baik, hal ini merupakan efek
ekonomi yang ditimbulkan dari sifat fathanah dalam bisnis. Para pelaku bisnis syariah
tentu harus memiliki sifat fathanah agar usahanya bisa lebih baik, lebih efektif, dan
efisien, serta mampu menganalisis persaingan pasar dan menganalisis perubahan-
perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kecerdasan yang dimaksudkan
di sini termasuk juga kecerdasan spiritual. Ary Ginanjar mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai: "kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku
kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikitan yang bersifat fitrah, menuju manusia
seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip
hanya karena Allah."
4. Tabligh
Tabligh artinya komunikatif dan argumentatif. Seseorang yang mempunyai sifat
tabligh akan menyampainkan segala sesuatu yang diketahuinya dengan benar dan
dengan tutur kata yang tepat. Sifat tabligh juga sejalan dengan konsep karakteristik
yang dikemukakan oleh Spencer dan Spencer (1993) yaitu self-concept dan knowledge
yang berarti seseorang yang memiliki sifat tabligh itu mempunyai wawasan dan
pengetahuan yang luas serta dapat menyampaikan suatu informasi yang diketahui
dengan benar dan baik. Untuk menjadi seorang pemimpin dalam dunia bisnis harus
menjadi seseorang yang mampu menyampaikan visi misinya dengan benar kepada
karyawan dan individu lainnya yang mempunyai keterlibatan dan kepentingan dengan
perusahaan. Jika digambarkan oleh seorang pemasar yang mempunyai sifat tabligh
maka seorang pemasar tersebut harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan
22
produknya dengan benar (jujur) tanpa menipu pelanggan serta dia harus menjadi
seorang komunikator yang baik, berbicara dengan tutur kata yang benar kepada mitra
bisnisnya. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadidan), niscaya Allah memperbaiki
bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan
kemenangan yanq besar" (QS AI-Ahzab [33] 70-71).
Dalam ayat yang lain disebutkan,
”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS AI-Nisa' [4]:
9).
Menjadi seorang pebisnis syariah selain harus kreatif, inovatif dan selalu
memiliki gagasan-gagasan baru, ia juga harus bisa mengkomunikasikan gagasan-
gagasannya secara tepat dan mudah untuk dipahami oleh siapapun. Allah SWT
berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bi al-hikmah)
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
23
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS AI-
Nahl 16:125}.
Ayat yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an diatas
bermaksud bahwa selain harus menjadi seseorang yang bi al-hikmah dan
menyampaikan sesuatu dengan benar, seorang pemimpin juga harus mampu
berargumentasi, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan baik.
Jadi dapat disimpulkan menurut teori Spencer dan Spencer (1993: 9-
11) karakteristik kompetensi dibagi menjadi lima hal yaitu motif, watak, dan konsep
diri merupakan kompetensi sentral yang besifat ”intent” dimana hal tersebut relatif
sulit untuk dikembangkan, sedangkan pegetahuan dan keterampilan disebut
kompetensi permukaan dimana hal tersebut relatif mudah untuk dikembangkan.
Kompetensi sentral merupakan kompetensi individu yang dapat digunakan untuk
mendorong pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut islam karakter
kompetensi dibagi menjadi empat yaitu shiddiq, amanah, fathanah, tabligh, dimana
keempat hal bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai moral sumber daya insani.
2.1.3 Model kompetensi
Menurut (Wibowo, 2012), model-model kompetensi menggambarkan perilaku-
perilaku terpenting yang harus dimiliki sumber daya manusia yang diperlukan untuk
kinerja yang baik dalam suatu posisi, peran, atau fungsi yang spesifik, yang terdiri dari
beberapa kompetensi. Model kompetensi dibedakan menurut kepentingannya, yaitu:
1. Leadership
2. Coordinator
24
3. Experts
4. Support
Model kompetensi untuk kepemimpinan dan kordinator pada dasarnya sama dan
meliput: komitmen pada pembelajaran berkelanjutan, orientasi pada pelayanan
masyarakat, mengembangkan orang lain, berpikir konseptual, pengambilan keputusan,
inovasi, kepedulian organisasi, kepemimpinan, standart profesionalisme tinggi,
strategi bisnis, orientasi pada pelayanan, orientasi pada kinerja, kerja sama tim dan
keberagaman.
Model kompetensi untuk ahli dan pendukung pada dasarnya juga sama dan
meliputi: orientasi pada pelayanan masyarakat, orientasi pada kinerja, standart
profesionalisme tinggi, berpikir kreatif dan inovatif, komitmen dan pemberlajaran
berkelanjutan, pemecahan masalah, perorganisasian dan koordinasi, perencanaan,
kerja sama tim dan keberagaman.
Sedangkan menurut Zwell (2000: 218) membedakan kompetensi menurut posisi,
tingkat, dan fungsi kerja.
Kompetensi menurut posisinya meliputi: kepemimpinan, pendidikan,
kepedulian, pelibatan masyarakat, penentuan prioritas perencanaan dan
pengorganisasian, komunikasi, memengaruhi, memotivasi, sensivitas antar pribadi
serta orientasi pada hasil.
Kompetensi menurut tingkat dan fungsi kerja dibedakan antara superior dan
yang bukan superior, dimana hal tersebut meliputi kompetensi yang berkenaan dengan
kerja sama, mengembangkan orang lain, mempengaruhi, mengelola kinerja,
25
berkembangnya inisiatif, membangun fokus, kepedulian pada kualitas dan orientasi
pada hasil.
Sementara itu kompetensi menurut tingkat dan fungsi kerja dapat dibedakan
menjadi dua yaitu mitra dan superior, yang meliputi kompetensi berkenaan pada
orientasi kewirausahaan, berfikir analistis, berfikir konseptual, kualitas keputusan,
inovasi, serta orientasi pada pelayanan dan komunikasi.
Jadi dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas memiliki kesamaan tujuan
dalam menafsirkan model kompetensi, dimana kesamaan tujuan ini adalah membawa
kompetensi kearah yang lebih baik terhadap orientasi pada hasil kinerja kerja.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi
Menurut Zwell (2000) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kompetensi, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Keyakinan dan nilai-nilai.
Perilaku yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh keyakinannya
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Apabila seseorang percaya
dengan kemampuan yang dimilikinya dapat melakukan sesuatu, maka akan
menjadikan suatu pekerjaanya menjadi mudah dilakukan.
2. Keterampilan.
Jika seseorang memiliki keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan
akan seseorang tersebut akan menunjukan bahwa dia mempunyai kompetensi
dalam pekerjaan yang dilakukannya tersebut.
3. Pengalaman.
26
Pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan sangat membantu
pekerjaan yang sedang dijalaninya, karena pengalaman mengajarkan suatu
yang nyata dilakukan dengan sadar dan akan mudah untuk diingat.
4. Karakteristik kepribadian.
Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi cara
orang tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi, dan hal
tersebut dapat menjadikan seseorang menjadi lebih berkompeten. Aspek
kepribadian merupakan kompetensi intrinsik individu tentang bagaimana
seseorang belajar, berpikir dan berkembang. Karakteristik kepribadian adalah
kompetensi yang meliputi pengembangan diri, ketegasan, integritas dan
kejujuran, kualitas keputusan, berpikir analitis dan berpikir konseptual.
5. Motivasi.
Motivasi merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi
lebih baik. Dorongan dan apresiasi dari atasan terhadap bawahan akan
berpengaruh baik bagi kinerja staf.
6. Isu emosional.
Kondisi emosional dapat mempengaruhi kompetensi yang dimiliki oleh
seseorang. Rasa percaya diri akan membuat seseorang melakukan pekerjaan
menjadi lebih baik dan mudah, lalu sebaliknya ganguan emosional akan
mengahambat suatu pekerjaan seperti takut membuat kesalahan, merasa malu,
merasa tidak disukai.
7. Kemampuan intelektual.
27
Pemikiran intelektual, kognitif dan kemampuan konseptual akan
memperlihatkan seberapa luas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang.
Tingkat intelektual dipengaruhi oleh pengalaman, dimana proses pembelajaran
yang sudah dilakukan didalam pengalaman tersebut maka kemampuan
intelektual seseorang akan meningkatkan kecakapan dan kompetensi.
8. Budaya organisasi.
Kompetensi seseorang dipengaruhi oleh budaya organisasi yang
diterapkan disuatu perusahaan atau organisasi, karena budaya organisasi
mempengaruhi hubungan antar pegawai, motivasi kerja dan akhirnya
mempengaruhi kinerja.
Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan yang dikemukakan oleh Zwell (2000)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi adalah bakat yang dimiliki diri
sendiri seperti kepribadian, sikap, emosi, cara berpikir dan perilaku. Kompetensi juga
dapat dipengaruhi oleh orang lain seperti motivasi dan budaya, selain itu kompetensi
dapat dipengaruhi oleh apa yang sudah seseorang lakukan secara nyata seperti
pengalaman dalam mengerjakan sesuatu.
2.1.5 Penelitian terkait mengenai kompetensi.
Penelitian Muhammad Tho’in (2016) yang berjudul “Kompetensi Sumber Daya
Manusia Bank Syariah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Syariah Islam Studi Kasus Bank
BNI Syariah Surakarta” yang dipublikasikan November 2016 yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa luas kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia
perbangkan syariah yang didasarkan pada prinsip syariah islam. Penelitian ini
28
menggunakan fenomenalogis berorientasi kualitatif deskriptif dan Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawanacara, observasi
partisipan, dan studi. Hasil dari penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia
di BNI Syariah Surakarta pada tingkat manajer sudah baik yang didukung oleh
pendidikan yang tinggi serta pengalaman. Sedangkan pada tingkat karyawan masih
perlu banyak perhatian, karena tingkat pendidikan yang masih rendah, masih
sedikitnya pelatihan serta minimnya pegalaman yang dimiliki oleh karyawan.
Penelitian lain mengenai kompetensi dilakukan oleh Sondang Yohana L. Tobing
(2009) yang berjudul “Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap Kompetensi Pegawai
Bank Studi Kasus PT. Bank Mandiri (persero) Tbk”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan sampel yang diambil secara acak dari
populasi keseluruhan karyawan kantor Bank Mandiri. Analisis data menggunakan
desain regresi untuk memahami pengaruh lima disiplin organisasi pembelajaran. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa organisasi pembelajaran memiliki hubungan
yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi peningkatan karyawan.
2.2 Tingkat Pendidikan
2.2.1 Pengertian Tingkat Pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
29
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Hasibuan dikutip dari Edwin. B. Flippo (2002), menyatakan bahwa
Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan
pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Menurut ruky dalam Dhiqo
Garnida (2017) pendidikan (learning) adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak
karyawan dalam upaya menguasai, keterampilan, pengetahuan, dan sikap tertentu yang
mengakibatkan perubahan yang relative bersifat permanen dalam perilaku kerja
mereka. Sedangkan menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2005), tingkat
pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis
dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan dan
teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Hariandja (2005) berpendapat bahwa pendidikan
dapat memperbaiki kinerja perusahaan dan dapat daya saing perusahaan, pendidikan
dipandang sebagai instrument penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang mencangkup peningkatan kompetensi yang termasuk didalamnya
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perubahan sikap.
Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa tingkat
pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan terencana
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas cara berpikir dan merupah tingkah laku
seseorang menjadi lebih baik, dimana tingkah laku yang dimaksud termasuk
kedalamnya sikap, tindakan, pengetahuan.
30
Pendidikan merupakan proses yang terus menerus serta tidak dapat dipisahkan
dari sistem organisasi. Pendidikan yang didapat dari proses yang dijalankan tidak
hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi akan meningkatkan keterampilan
dalam bekerja, maka dari itu pendidikan dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Tingkat pendidikan seseorang menjadi pembeda diantara orang lainnya di hadapan
Allah SWT, karena Allah SWT mengistimewakan bagi umatnya yang berilmu atau
berpendidikan, sebagaimana firman-Nya yang disebutkan di dalam Al-Qur’an surat
Az-Zumar ayat 9:
Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”
Dapat dijelaskan dari ayat di atas pada tafsir Al-Maraghi bahwa Allah SWT
menyatakan tidak ada kesamaan diantara orang yang berilmu dengan orang yang tidak
memiliki ilmu, serta memperingatkan tentang pentingnya ilmu bagi umatnya dan
betapa mulianya beramal (melakukan pekerjaan) berdasarkan ilmu yang dimiliki.
Orang-orang yang berakal sehat serta berfikiran sehat niscaya akan mudah mengambil
pelajaran, dan orang-orang seperti itu akan memiliki akal pikiran sehat dan iman yang
kuat.
31
Pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan
adalah manusia, oleh karena itu setiap sumber daya manusia memiliki tingkat
pengetahuan dan produktifitas kerja yang berbeda-beda dikarenakan sejalan dengan
seberapa lama dan tingginya pendidikan yang ditempuh. Semakin tinggi Pendidikan
yang ditempuh maka semakin tinggi pula pengetahuan dan produktifitas kerja
seseorang.
2.2.2 Jalur Pendidikan
Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
jalur pendidikan terdiri dari tiga bagian yaitu pendidikan formal, pendidikan non-
formal, dan pendidikan informal, dimana ketiga bagian ini dapat saling melengkapi
satu sama lain dan menjadikannya lebih sempurna. Berikut penjelasan mengenai jalur
pendidikan:
1. Jalur Pendidikan Formal (Sekolah)
Jalur pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas (pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama,
sampai pendidikan tinggi). Sifat pendidikan formal ini diatur berdasrkan
ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang
bersifat nasional.
2. Jalur Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal)
Jalur pendidikan non-formal merupakan jalur pendidikan yang
didapatkan di luar sekolah (formal) pada umumnya, dengan kata lain jalur
32
pendidikan non-formal bersifat kemasyarkatan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal. Pendidikan
nonformal paling banyak didapat pada usia dini seperti Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPA) yang banyak terdapat dimasjid-masjid sekitar tempat tinggal.
Selain itu, ada juga berbagai kursus diantaranya kursus bimbingan belajar,
kursus melukis dan sebagainya.
3. Jalur Pendidikan Informal.
Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang didapat melalui
keluarga dan lingkungan sekitar yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri serta dilakukan secara sadar dan tanggung jawab. Fungsi dari jalur
pendidikan informal adalah untuk menanamkan keyakinan agama, nilai budaya
dan moral serta keterampilan praktis.
2.2.3 Fungsi Pendidikan
Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
33
Sedangkan fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt dalam Dwi Narwoko
dan Bagong Suyanto (2010) masih ada kaitannya dengan fungsi yang nyata sebagai
berikut:
1. Sebagai penanam keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan dalam
berpatisipasi demokrasi.
2. Sebagai upaya mengembangkan bakat setiap peserta didik untuk mencapai
kepuasan pribadi serta sebagai kepentingan masyarakat.
3. Sebagai upaya dalam menyiapkan seseorang atau sekelompok masyarakat agar
dapat mencari nafkah.
4. Sebagai upaya untuk mengendalikan budaya.
Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan menurut kedua pendapat
diatas memiliki kesamaan tujuan dalam menafsirkan fungsi pendidikan, kesamaan
tujuan ini adalah fungsi pendidikan bertujuan untuk menjadikan kualitas seseorang
menjadi lebih baik dan sebagai upaya untuk menyiapkan setiap anggota masyarakat
agar dapat mencari nafkah sendiri.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan
Menurut Hasbullah (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
pendidikan, yaitu:
1. Ideologi.
Semua manusia didunia mempunyai hak yang sama khususnya untuk
mendapatkan pendidikan yang layak dan peningkatan pengetahuan serta
pendidikan.
34
2. Sosial ekonomi.
Seseorang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi
umumnya seseorang tersebut akan mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.
3. Sosial budaya.
Budaya menjadi pengaruh terhadap tingkat pendidikan, ketika seseorang
berada di dalam lingkungan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan
merasa cukup maka hal ini akan dilakukan lagi ke generasi berikutnya, dimana
hal tersebut dapat berlangsung turun temurun bahkan dapat menjadi tradisi di
dalam lingkungan masyarakat.
4. Perkembangan IPTEK.
Perkembangan IPTEK mengaharuskan manusia untuk selalu
memperbaharui pengetahuan dan keteranpilannya agar tidak terkalahkan oleh
negara lain.
5. Psikologi.
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan
kepribadian seseorang agar lebih bernilai.
Maka dapat disimpulkan dari pernyataan yang dikemukakan oleh Hasbullah
(2003) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan adalah motivasi
diri sendiri dan moivasi orang tua yang seharsunya sadar akan pentingnya pendidikan
untuk meraih cita-cita yang di idam-idamkan sejak kecil, kondisi sosial dan budaya
juga berpengaruh kepada tingkat pendidikan yang didalamnya terdapat kondisi
lingkungan masyarakat dan keluarga.
35
2.2.5 Penelitian terkait mengenai tingkat pendidikan
Penelitian terkait yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Adinta Erlinayanti (2012) yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja terhadap Kompetensi Profesional
Guru PKn di SMA Negeri Kabupaten Magelang”. Jenis dari penelitian ini adalah
penelitian korelasi ganda, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan teknik statistik. Subjek dari penelitian ini adalah semua guru PKn
SMA Negeri yang berada di Kabupaten Magelang yang berjumlah 20 orang. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, dan etos
kerja berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kompetensi professional guru.
Penelitian lain dilakukan oleh Mifta Septarina (2017) yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Pendidikan dan Lamanya Bekerja terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus
PT. Pegadaian Syariah Simpang Patal Palembang”. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan lamanya bekerja terhadap kinerja
karyawan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner
yang menggunakan skala likert. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT. Pegadaian Syariah Simpang Patal Palembang yaitu sebanyak 30
orang, dan metode sampel yang digunakan adalah Sampling jenuh yang mana semua
karyawan dijadikan sebagi sampel penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat
pendidikan dan lamanya bekerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
karyawan.
36
2.3 Pengalaman Kerja
2.3.1 Pengertian pengalaman kerja
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa pengalaman
kerja adalah suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengalaman kerja merupakan
suatu gambaran dari karyawan atau tenaga kerja yang mempunyai kemampuan bekerja
dan berapa lama karyawan tersebut bekerja di tempat sebelumnya. Sedangkan menurut
Bill Foster (2001) pengalaman kerja adalah suatu ukuran tentang lama waktu atau
masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu
pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik.
Pendapat lain yaitu menurut Puspaningsih sebagaimana yang dikutip oleh Yuli
Mardiyanti (2017) menyatakan bahwa pengalaman kerja merupakan pengalaman
seseorang yang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang
dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang
lebih baik. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman kerja
adalah suatu proses yang pernah dijalani oleh seseorang dalam melakukan
pekerjaannya ditempat sebelumnya bekerja serta memahaminya dan melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Umumnya semakin banyak pengalaman kerja yang
dimiliki oleh seseorang maka akan membuat seseorang tersebut semakin terampil dan
terlatih dalam melaksanakan segala pekerjaan yang dilaksanakannya. Pengalaman
kerja yang dimiliki oleh seseorang merupakan nilai yang sangat berharga bagi
kepentingan jenjang karirnya dimasa yang akan datang.
37
Dalam ekonomi islam pengalaman kerja merupakan hal penting yang harus
dimiliki seseorang untuk terjun ke dalam dunia kerja. Konsep ini telah lama dikenal
oleh islam seperti apa yang telah di cantumkan oleh Allah SWT dalam Q.S At-Taubah
ayat 105, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat diatas menyatakan pentingnya pengalaman kerja yang harus dimiliki oleh
umat-umatnya, Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk bekerja, dan akan
memperlihatkan kepada kaum-kaumnya apa yang telah dikerjakan (prestasi kerja
seseorang). Dan ada pada saatnya semua prestasi itu nanti di akhirat akan di
perlihatkan secara transparan, baik yang tidak terlihat ataupun yang terlihat. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan umat manusia di dunia ini harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Pentingnya pencapaian prestasi
dalam bekerja juga sangat penting dan bermanfaat pada saat suatu hari nanti beralih
tempat kerja ke tempat kerja lain. Sehingga dengan pengalaman kerja seseorang akan
mudah beradaptasi dalam melakukan pekerjaan yang akan dilakukannya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah
suatu keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan
perkerjaan yang dilihat dari berapa lama seseorang tersebut bekerja, kemampuan
menyelesaikan tugasnya, dan pemahaman serta penguasaan terhadap pekerjaannya.
38
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja
Dalam suatu perusahaan atau organisasi pengalaman kerja merupakan salah satu
faktor penting yang harus dimiliki oleh karyawannya. Maka dari itu dipikirkan juga
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Djauzak
(2004), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja seseorang
yaitu waktu, frekuensi, jenis tugas, penerapan, dan hasil. Berikut penjelasannya:
1. Waktu
Semakin lama seseorang melakukan pekerjaan maka akan semakin
banyak pengalaman kerja yang diperolehnya.
2. Frekuensi
Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan sejenis, umumnya
orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang banyak.
3. Jenis
Semakin banyak ragam jenis tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan
seseorang maka akan semakin banyak pengalaman kerja yang didapatkannya.
4. Penerapan
Semakin banyak penerapan keterampilan, pengetahuan dan sikap
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan maka akan dapat meningkatkan
pengalaman kerja orang tersebut.
5. Hasil
Seseorang yang memiliki pengalaman kerja yang banyak maka akan
mudah melakukan pekerjaan yang sedang dilaksanakannya, umumnya dengan
39
mudahnya melakukan pekerjaan akan menghasilkan output dari tugas atau
pekerjaan yang lebih baik.
Menurut Hani T. Handoko (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengalaman kerja adalah:
1. Latar belakang pribadi.
Mencangkup pendidikan, kursus, bekerja, latihan. Dimana latar belakang
pribadi menunujukan apa yang telah dilakukan oleh seseorang di waktu yang
telah dilaluinya.
2. Bakat dan minat.
Bakat dan minat untuk memperkirakan minat dan kemampuan atau
keahlian seseorang dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya.
3. Sikap dan kebutuhan.
Sikap dan kebutuhan untuk meramalkan tanggung jawab dan
wewenang seseorang.
4. Kemampuan analitis dan manipulatif.
Kemampuan analitis dan manipulatif untuk menpelajari kemampuan
penganalisaan dan penilaian.
5. Keterampilan dan kemampuan teknik.
Keterampilan dan kemampuan teknik ini untuk menilai kemampuan
dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.
Maka dapat disimpulkan dari kedua pendapat tersebut seseorang yang memiliki
pengalaman kerja akan lebih cepat menanggapi masalah-masalah dan dapat menduga
40
akan timbulnya kesulitan yang akan dihadapi sehingga seseorang yang mempunyai
pengalaman kerja akan lebih siap dalam menghadapinya dan bekerja dengan lebih
tenang.
2.3.3 Indikator Pengalaman Kerja
Menurut Bill Foster (2001: 43) ada beberapa indikator pengalaman kerja, yaitu:
1. Lama waktu/masa kerja
Lama waktu atau masa kerja merupakan lama waktu yang telah
ditempuh oleh seseorang dalam memahami tugas dalam suatu pekerjaan
dengan hasil yang baik.
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan
Pengetahuan mencangkup kemampuan seseorang dalam memahami
dan menerapkan informasi pada pekerjaan yang sedang dilaksanakannya.
Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan fisik seseorang yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya.
3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan
Penguasaan dan peralatan merupakan tingkat penguasaan seseorang
dalam melaksanakan aspek-aspek Teknik peralatan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan atau sumber daya
manusia yang mempunyai pengalaman kerja merupakan seseorang yang dipandang
lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugas yang nantinya akan diberikan. Pada
umumnya seseorang yang memiliki pengalaman kerja merupakan seseorang yang
memiliki kemampuan jasmani, serta memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan
41
untuk melakukan pekerjaan dan tidak akan membahayakan dirinya serta orang lain
dalam bekerja.
2.3.4 Penelitian terkait mengenai pengalaman kerja
Penelitian terkait yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah penelitian
yang ditulis oleh Maria Lutfiani (2013) yang berjudul “Pengaruh Kerja terhadap
Kompetensi Profesional Guru Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban”.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode field reserch dengan teknik korelasi
dengan mengumpulkan data menganai pengalaman kerja dan kompetensi guru biologi
melalui kuisioner yang disebarkan. Populasi dari penelitian ini adalah semua guru
biologi yang ada di Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban yang berjumlah 24
orang, sampel yang digunakan yaitu sampling jenuh yang berarti semua populasi
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional
guru biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban.
Penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ayuk Wahdanfiari Adibah (2014) yang berjudul “Pengaruh Latar
Belakang Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Etos Kerja Karyawan Bank BNI
Syariah Kantor Cabang Kediri”. Penelitian ini menggunakan data primer yang
didapatkan dari hasil disebarkannya kuisiner yang telah diisi oleh karyawan bank BNI
syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian yang dilakukan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis uji validitas dan
reabilitas data, serta uji asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
42
variabel latar belakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
variabel etos kerja, dan variabel pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel etos kerja.
2.4 Kerangka Pemikiran
2.4.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Kompetensi
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, selain meningkatkan kualitas pendidikan juga dapat mengembangkan
kemampuan kepribadian dan intelektual sumber daya manusia. Kapasitas seorang
karyawan di dalam suatu perusahaan dapat tercermin oleh pendidikan yang telah
ditempuhnya, pendidikan yang ditempuh oleh sumber daya manusia akan
menghasilkan output berupa pengetahuan dan keterampilan. Menurut (Danang
Purnomo, 2016) pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap kompetensi. Hal
ini menunjukan bahwa dengan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan yang
tinggi maka sumber daya manusia tersebut akan mempunyai kompetensi yang luas,
begitupun sebaliknya. Pendapat lain dikemukakan oleh Angelia Sintia Punu (2013)
yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap
kompetensi. Menurut Angelia Sintia menyatakan pendidikan yang dimiliki oleh
sumber daya manusia merupakan tolok ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui
seberapa luas kompetensi yang dimiliki sumber daya manusia. Semakin tinggi
pendidikan yang ditempuh maka akan semakin besar kompetensi yang didapat oleh
sumber daya manusia. Kompetensi yang luas akan membentuk kinerja yang baik bagi
setiap karyawan dalam perusahaan serta akan meningkatkan produktifitas perusahaan.
43
2.4.2 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kompetensi
Pengalaman kerja secara garis besar merupakan masa kerja seorang tenaga kerja
dalam melaksanakan tugas-tugas di dalam pekerjaannya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Pengalaman kerja yang telah dimiliki oleh sumber daya
manusia atau tenaga kerja akan menjadikan tenaga kerja lebih mudah dalam
mengahadapi masalah-masalah yang akan dihadapi saat ini atau dimasa yang akan
datang di dalam suatu perusahaan. Minimnya pengalaman kerja yag dimiliki oleh
sumber daya manusia atau tenaga kerja akan berpengaruh terhadap kompetensi kerja
di dalam suatu perusahaan, dimana outpun yang akan dihasilkan adalah tidak baiknya
kinerja pada tenaga kerja tersebut. Menurut penelitian (Maria Lutfiani, 2013)
menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kompetensi.
Kompetensi menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menunjang suatu
pekerjaan, salah satu cara untuk mempunyai kompetensi yang luas yaitu dengan
pengalaman kerja yang banyak, karena dengan kompetensi yang luas maka akan
mempunyai pengetahuan, keahlian, dan kepiawaian, serta akan menimbulkan
kecakapan yang memadai mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang
sedang dilaksanakannya.
Penelitian lain dilakukan oleh (Muhammad Tho'’in, 2016) yang menyatakan
bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kompetensi. Hal ini
menunjukan bahwa seberapa banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja
akan mempengaruhi kompetensi yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja, dapat dilihat
dari penelitian yang ditulis oleh Tho’in bahwa sumber daya manusia di BNI syariah
44
Surakarta tidak memiliki pengalaman kerja yang memadai ditingkat karyawan, dengan
minimnya jam tebang yang dimiliki karyawan ini menyebabkan pemahaman produk
dan prinsi-prinsip syariah menjadi lemah.
Berdasarkan teori di atas, penelitian ini memiliki tiga variabel yaitu dua variabel
bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan satu variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kompetensi. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh signifikan positif
terhadap kompetensi. Artinya jika tingkat pendidikan karyawan tinggi maka
kompetensi yang dimiliki karyawan akan luas, begitupun sebaliknya jika tingkat
pendidikan karyawan minim maka kompetensi karyawan akan rendah. Variabel
pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kompetensi. Artinya jika
pengalaman kerja seorang karyawan dalam suatu perusahaan banyak maka kompetensi
karyawan akan semakin luas, begitupun sebaliknya jika pengalaman kerja seorang
karyawan minim maka kompetensi yang dimiliki oleh karyawan akan minim.
Kerangka teoritis diatas dapat digambarkan secara sistematis sebagaimana
gambar dibawah ini:
45
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu permasalahan yang masih
perlu dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan permasalahan yang
diteliti, maka hipotesis penelitian ini adalah:
𝐻1 : Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap
kompetensi.
𝐻2 : Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi.
𝐻3 : Pengalaman kerj berpengaruh signifikan terhadap kompetensi.