BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian...

33
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian Kompetensi Sumber daya manusia (SDM) di dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalan kegiatan perusahaan, SDM menjadi salah satu faktor penentu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, maka dari itu kompetensi yang dimiliki oleh karyawan menjadi aspek yang menentukan keberhasilan perusahaan atau organisasi. SDM yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu akan menentukan kualitas SDM yang dimiliki dalam hal ini akan menjadikan kualitas kompetitif yang baik bagi perusahaan itu sendiri. Sehingga dalam dibentuknya SDM dibutuhkannya kompetensi yang sesuai agar keberhasilan dalam proses operasional perusahaan dapat tercapai. Berbagai definisi kompetensi telah dikemukakan oleh banyak para ahli, kompetensi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi dan sering digunakan dalam dunia kerja, salah satunya digunakan dalam dunia perbankan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti cakap (mengetahui) berkuasa (menentukan, memutuskan), sedangkan kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Menurut (Wibowo, 2012) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi 2.1.1 Pengertian...

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi

2.1.1 Pengertian Kompetensi

Sumber daya manusia (SDM) di dalam suatu perusahaan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menjalan kegiatan perusahaan, SDM menjadi salah satu

faktor penentu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, maka

dari itu kompetensi yang dimiliki oleh karyawan menjadi aspek yang menentukan

keberhasilan perusahaan atau organisasi. SDM yang memiliki kompetensi yang tinggi

dalam suatu organisasi atau perusahaan tentu akan menentukan kualitas SDM yang

dimiliki dalam hal ini akan menjadikan kualitas kompetitif yang baik bagi perusahaan

itu sendiri. Sehingga dalam dibentuknya SDM dibutuhkannya kompetensi yang sesuai

agar keberhasilan dalam proses operasional perusahaan dapat tercapai.

Berbagai definisi kompetensi telah dikemukakan oleh banyak para ahli,

kompetensi merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi dan sering digunakan

dalam dunia kerja, salah satunya digunakan dalam dunia perbankan. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti

cakap (mengetahui) berkuasa (menentukan, memutuskan), sedangkan kompetensi

berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).

Menurut (Wibowo, 2012) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas

keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

14

pekerjaan tersebut. Sedangkan kompetensi menurut (Van Bart Looy, 2003) adalah

sebuah karakteristik manusia yang berhubungan dengan efektifitas performa,

karkteristik ini dapat dilihat seperti gaya bertindak, berperilaku dan berpikir.

Bedasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan

kombinasi yang terdiri dari kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan unsur-unsur

lainnya yang dimiliki oleh SDM untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik

dan efektif. Maka dari itu sebagai sumber daya manusia dalam dunia kerja khususnya

dalam dunia perbankan harus memiliki pengetahuan, keahlian dan kepiawaian untuk

melakukan suatu perkerjaan dengan baik.

2.1.2 Karakteristik Kompetensi

Menurut Spencer dan Spencer (1993: 9-11) terdapat lima karakteristik

kompetensi, yaitu:

1. Motives.

Motives adalah suatu tindakan dimana seseorang berpikir keras secara

konsisten dimana mengembangkan dirinya, memberi tantangan kepada dirinya

serta bertanggung jawab penuh demi mecapai tujuan yang ingin dicapai serta

mengaharap timbal balik (feedback) untuk memperbaiki dirinya.

2. Traits.

Traits (watak) yaitu karakteristik fisik dan respon konsisten terhadap

situasi dan informasi.

3. Self-Concept.

15

Self-Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang.

Untuk mengetahui bagimana nilai yang dimiliki oleh seseorang maka dapat

diukur melalui test responden kepada orang tersebut. Seseorang yang dinilai

sebagai “leader” sejatinya orang tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang

kuat maka dari itu perlunya adanya test tentang leadership ability.

4. Knowledge.

Knowledge adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam

bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi kompleks.

5. Skills.

Skills adalah suatu kemampuan seseorang untuk melaksanakan dan

menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang diberikan baik secara fisik maupun

secara mental.

Sedangkan menurut Islam untuk menjadi sumber daya manusia yang

berkompenten haruslah memiliki nilai-nilai sumber daya insani yang mengarah

kepada sifat-sifat Rasulullah SAW, sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang harus di

miliki oleh sumber daya manusia di perbankan syariah meliputi shiddiq, amanah,

fathonah, dan tabligh, dengan kata lain sifat-sifat Nabi Muhammad SAW ini tidak

hanya diterapkan sebatas dibidang dakwah saja tetapi diterapkan di bidang kehidupan

lainnya, termasuk di bidang perbankan syariah. Untuk mengelola bisnis dalam

perspektif syariah dapat menjadikan empat sifat Nabi Muhammad SAW ini menjadi

Key Success Factors (KSF). Rasulullah SAW dikenal sebagai seorang pedagang yang

16

sukses, dimana salah satu rahasia Rasulullah SAW untuk berhasil dalam berdagang

yaitu sifat jujur dan adil dalam berdagang.

Sejalan dengan konsep kompetensi diatas Bank Syariah Mandiri (BSM)

mengembangkan suatu budaya yang sekaligus budaya ini menjadi karakteristik para

pegawai yang bekerja di Bank Syariah Mandiri. Hafidudin dan Tanjung (2003)

menyebutkan bahwa contoh budaya yang diterapkan dalam institusi syariah yaitu Bank

Syariah Mandiri adalah SIFAT yang artinya singkatan dari shiddiq, amanah, fathanah,

dan tabligh.

1. Shiddiq

Shiddiq merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad SAW yang artinya jujur

dan benar. Sifat shiddiq sejalan dengan karakteristik kompetensi yang dikemukakan

oleh Spencer dan Spencer (1993) dimana salah satunya disebutkan yaitu self-concept

yang artinya sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dan nilai-nilai

yang harus dimiliki oleh seseorang yang menjalankan bisnis harus selalu jujur dan baik

kepada semua orang yang bersangkutan dengan bisnis yang dijalankannya, sehingga

dalam menjalankan bisnis tersebut benar-benar dijalankan dengan prinsip-prinsip

kebenaran dan kejujuran. Jika sifat shiddiq digambarkan oleh seorang pemimpin,

maka sepanjang kepemimpinannya ia senantia akan berperilaku benar dan jujur. Benar

dalam mengambil segala keputusan-keputusan yang membuat perusahaan menjadi

lebih baik.

Sikap jujur selalu digambarkan oleh ucapan, perbuatan, dan keyakinan

berdasarkan ajaran islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja

17

antara ucapan dan perbuatan. Dengan sebab itu, Allah SWT memerintah kepada orang-

orang yang beriman agar selalu memiliki sifat shiddiq dan juga dianjurkan untuk

menciptakan lingkungan yang shiddiq.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

kamu bersama orang-orang yang benar" (QS AI-Taubah:[9]: 119).

Selain itu, dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. Bersabda :

"Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada

kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu

berusaha untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah oleh

kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan.

Dan kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta

akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta" (HR AI-Bukhari).

Dalam menjalankan suatu bisnis, alangkah indahnya jika didampingi dengan

sifat shiddiq dan mempengaruhi lingkungan bisnis kita dengan sifat shiddiq. Dengan

menghidupkan sifat shiddiq diyakini akan menghilangkan kezaliman, kemunafikan,

penipuan serta keserakahan.

2. Amanah

Amanah artinya bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Seorang pebisnis

haruslah memiliki sifat amanah, karena Allah SWT menyebutkan sifat orang-orang

mukmin yang beruntung adalah yang dapat memeliha amanat yang diberikan

kepadanya. Allah SWT berfirman:

18

"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji janjinya" (QS

AI-Mu'minun [23]: 8).

Sifat amanah sejalan dengan konsep karakteristik kompetensi yang

dikemukakan oleh Spencer dan Spencer (1993) yaitu traits yang artinya watak.

Dimana watak seorang pembisnis haruslah bertanggung jawab dalam menyelesaikan

semua tugas dan masalah yang dihadapi, dan watak dapat diartikan bagaimana

seseorang merespon sesuatu dengan tindakan bagimana cara seseorang tersebut dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan bagimana cara seseorang melakukannya

dapat dilihat bagaimana seseorang tersebut mengontrol dirinya, percaya diri, kuat

menahan ketegangan.

Sifat amanah berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan yang diberikan kepadanya. Konsekuensi yang harus dijalankan dalam sifat

amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemilikinya baik itu sedikit ataupun

banyak, tidak mengambil hak orang lain serta tidak mengambil lebih banyak dari yang

ia miliki, baik itu berupa fee, hasil penjualan ataupun upah buruh. Allah SWT

berfirman:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar

lagi Maha Melihat" (QS AI-Nisa' [4]: 58).

19

Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa amanah akan menarik rezeki, dan

sebaliknya khianat akan mengakibatkan kefakiran" (HR AI-Dailami).

Sifat amanah akan membentuk kualitas dan kapabilitas seseorang menjadi

lebih baik serta akan membentuk sikap yang penuh tanggung jawab, maka dari itu akan

menimbulkan rasa kepercayaan yang tinggi dari setiap individu lainnya. Sikap amanah

sangat berpengaruh untuk menjalankan bisnis yang dijalani karena tanpa rasa tanggung

jawab dan kapabilitas kehidupan bisnis tersebut akan hancur.

3. Fathanah

Fathanah adalah intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Sifat fathanah

sejalan dengan karakter kompetensi yang dikemukakan oleh Spencer dan Spencer

(1993) yaitu motives, knowledge dan skills. Seseorang yang fathanah akan selalu

senantiasa mengembangkan dirinya dan memberi tantangan-tantangan kepada dirinya

demi kebaikan dan manfaat yang akan didapat disuatu hari nanti, seseorang yang

fathanah adalah seseorang intelektual dan cerdik yang artinya mempunyai informasi

yang mendalam mengenai suatu hal tertentu yang berkaitan dengan pekerjaannya dan

mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai skill untuk melaksankan dan

menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang diberikan. Sifat fathanah dapat digambarkan

oleh pemimpin perusahaan, pemimpin perusahaan yang fathanah berarti pemimpin

yang paham dan mengerti secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan

kewajibannya. Sifat fathanah dapat dijadikan strategi hidup bagi setiap muslim,

menjadi seorang muslim harus bisa memaksimalkan segala potensi yang diberikan

oleh-Nya demi mencapai Sang Kholiq, potensi yang paling berharga yang dimiliki

20

oleh umat manusia adalah akal (intelektualitas). Di dalam Al-Qur’an Allah SWT selalu

menyindir untuk orang-orang yang menolak kembali ke jalan yang benar (bertobat)

dengan kalimat ”Apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak menggunakan

akalmu? Allah menciptakan siang dan malam, meenjadikan gunung-gunung, tanaman-

tanaman yang berbeda sebagai tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir.” Allah

SWT berfirman:

"Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-

gunung dan sungai-sunqai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan

berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan" (QS AI-Ra'd [13]: 3).

Mengoptimalkan potensi berpikir bagi seorang muslim adalah salah satu ciri

orang yang bertaqwa. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an, ul al-

albab adalah sebutan bagi orang yang selalu mengoptimalkan potensi berpikirnya atau

dengan kata lain orang yang iman dan ilmunya berinteraksi secara seimbang. Allah

SWT bahkan memberikan peringatan keras kepada orang-orang yang tidak

menggunakan akalnya,

"Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah

menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya"

(QS Yunus [10]: 100).

Segala sesuatu aktivitas dalam manajemen suatu perusahaan harus

dilandasi dengan kecerdasan, karena untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan maka

21

seseorang harus mengoptimalkan pikirannya dengan baik, hal ini merupakan efek

ekonomi yang ditimbulkan dari sifat fathanah dalam bisnis. Para pelaku bisnis syariah

tentu harus memiliki sifat fathanah agar usahanya bisa lebih baik, lebih efektif, dan

efisien, serta mampu menganalisis persaingan pasar dan menganalisis perubahan-

perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kecerdasan yang dimaksudkan

di sini termasuk juga kecerdasan spiritual. Ary Ginanjar mendefinisikan kecerdasan

spiritual sebagai: "kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku

kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikitan yang bersifat fitrah, menuju manusia

seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip

hanya karena Allah."

4. Tabligh

Tabligh artinya komunikatif dan argumentatif. Seseorang yang mempunyai sifat

tabligh akan menyampainkan segala sesuatu yang diketahuinya dengan benar dan

dengan tutur kata yang tepat. Sifat tabligh juga sejalan dengan konsep karakteristik

yang dikemukakan oleh Spencer dan Spencer (1993) yaitu self-concept dan knowledge

yang berarti seseorang yang memiliki sifat tabligh itu mempunyai wawasan dan

pengetahuan yang luas serta dapat menyampaikan suatu informasi yang diketahui

dengan benar dan baik. Untuk menjadi seorang pemimpin dalam dunia bisnis harus

menjadi seseorang yang mampu menyampaikan visi misinya dengan benar kepada

karyawan dan individu lainnya yang mempunyai keterlibatan dan kepentingan dengan

perusahaan. Jika digambarkan oleh seorang pemasar yang mempunyai sifat tabligh

maka seorang pemasar tersebut harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan

22

produknya dengan benar (jujur) tanpa menipu pelanggan serta dia harus menjadi

seorang komunikator yang baik, berbicara dengan tutur kata yang benar kepada mitra

bisnisnya. Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadidan), niscaya Allah memperbaiki

bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa

mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan

kemenangan yanq besar" (QS AI-Ahzab [33] 70-71).

Dalam ayat yang lain disebutkan,

”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS AI-Nisa' [4]:

9).

Menjadi seorang pebisnis syariah selain harus kreatif, inovatif dan selalu

memiliki gagasan-gagasan baru, ia juga harus bisa mengkomunikasikan gagasan-

gagasannya secara tepat dan mudah untuk dipahami oleh siapapun. Allah SWT

berfirman:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bi al-hikmah)

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya

23

dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS AI-

Nahl 16:125}.

Ayat yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an diatas

bermaksud bahwa selain harus menjadi seseorang yang bi al-hikmah dan

menyampaikan sesuatu dengan benar, seorang pemimpin juga harus mampu

berargumentasi, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan baik.

Jadi dapat disimpulkan menurut teori Spencer dan Spencer (1993: 9-

11) karakteristik kompetensi dibagi menjadi lima hal yaitu motif, watak, dan konsep

diri merupakan kompetensi sentral yang besifat ”intent” dimana hal tersebut relatif

sulit untuk dikembangkan, sedangkan pegetahuan dan keterampilan disebut

kompetensi permukaan dimana hal tersebut relatif mudah untuk dikembangkan.

Kompetensi sentral merupakan kompetensi individu yang dapat digunakan untuk

mendorong pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut islam karakter

kompetensi dibagi menjadi empat yaitu shiddiq, amanah, fathanah, tabligh, dimana

keempat hal bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai moral sumber daya insani.

2.1.3 Model kompetensi

Menurut (Wibowo, 2012), model-model kompetensi menggambarkan perilaku-

perilaku terpenting yang harus dimiliki sumber daya manusia yang diperlukan untuk

kinerja yang baik dalam suatu posisi, peran, atau fungsi yang spesifik, yang terdiri dari

beberapa kompetensi. Model kompetensi dibedakan menurut kepentingannya, yaitu:

1. Leadership

2. Coordinator

24

3. Experts

4. Support

Model kompetensi untuk kepemimpinan dan kordinator pada dasarnya sama dan

meliput: komitmen pada pembelajaran berkelanjutan, orientasi pada pelayanan

masyarakat, mengembangkan orang lain, berpikir konseptual, pengambilan keputusan,

inovasi, kepedulian organisasi, kepemimpinan, standart profesionalisme tinggi,

strategi bisnis, orientasi pada pelayanan, orientasi pada kinerja, kerja sama tim dan

keberagaman.

Model kompetensi untuk ahli dan pendukung pada dasarnya juga sama dan

meliputi: orientasi pada pelayanan masyarakat, orientasi pada kinerja, standart

profesionalisme tinggi, berpikir kreatif dan inovatif, komitmen dan pemberlajaran

berkelanjutan, pemecahan masalah, perorganisasian dan koordinasi, perencanaan,

kerja sama tim dan keberagaman.

Sedangkan menurut Zwell (2000: 218) membedakan kompetensi menurut posisi,

tingkat, dan fungsi kerja.

Kompetensi menurut posisinya meliputi: kepemimpinan, pendidikan,

kepedulian, pelibatan masyarakat, penentuan prioritas perencanaan dan

pengorganisasian, komunikasi, memengaruhi, memotivasi, sensivitas antar pribadi

serta orientasi pada hasil.

Kompetensi menurut tingkat dan fungsi kerja dibedakan antara superior dan

yang bukan superior, dimana hal tersebut meliputi kompetensi yang berkenaan dengan

kerja sama, mengembangkan orang lain, mempengaruhi, mengelola kinerja,

25

berkembangnya inisiatif, membangun fokus, kepedulian pada kualitas dan orientasi

pada hasil.

Sementara itu kompetensi menurut tingkat dan fungsi kerja dapat dibedakan

menjadi dua yaitu mitra dan superior, yang meliputi kompetensi berkenaan pada

orientasi kewirausahaan, berfikir analistis, berfikir konseptual, kualitas keputusan,

inovasi, serta orientasi pada pelayanan dan komunikasi.

Jadi dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas memiliki kesamaan tujuan

dalam menafsirkan model kompetensi, dimana kesamaan tujuan ini adalah membawa

kompetensi kearah yang lebih baik terhadap orientasi pada hasil kinerja kerja.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi

Menurut Zwell (2000) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kompetensi, faktor-faktor tersebut adalah:

1. Keyakinan dan nilai-nilai.

Perilaku yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh keyakinannya

terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Apabila seseorang percaya

dengan kemampuan yang dimilikinya dapat melakukan sesuatu, maka akan

menjadikan suatu pekerjaanya menjadi mudah dilakukan.

2. Keterampilan.

Jika seseorang memiliki keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan

akan seseorang tersebut akan menunjukan bahwa dia mempunyai kompetensi

dalam pekerjaan yang dilakukannya tersebut.

3. Pengalaman.

26

Pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan sangat membantu

pekerjaan yang sedang dijalaninya, karena pengalaman mengajarkan suatu

yang nyata dilakukan dengan sadar dan akan mudah untuk diingat.

4. Karakteristik kepribadian.

Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi cara

orang tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi, dan hal

tersebut dapat menjadikan seseorang menjadi lebih berkompeten. Aspek

kepribadian merupakan kompetensi intrinsik individu tentang bagaimana

seseorang belajar, berpikir dan berkembang. Karakteristik kepribadian adalah

kompetensi yang meliputi pengembangan diri, ketegasan, integritas dan

kejujuran, kualitas keputusan, berpikir analitis dan berpikir konseptual.

5. Motivasi.

Motivasi merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi

lebih baik. Dorongan dan apresiasi dari atasan terhadap bawahan akan

berpengaruh baik bagi kinerja staf.

6. Isu emosional.

Kondisi emosional dapat mempengaruhi kompetensi yang dimiliki oleh

seseorang. Rasa percaya diri akan membuat seseorang melakukan pekerjaan

menjadi lebih baik dan mudah, lalu sebaliknya ganguan emosional akan

mengahambat suatu pekerjaan seperti takut membuat kesalahan, merasa malu,

merasa tidak disukai.

7. Kemampuan intelektual.

27

Pemikiran intelektual, kognitif dan kemampuan konseptual akan

memperlihatkan seberapa luas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang.

Tingkat intelektual dipengaruhi oleh pengalaman, dimana proses pembelajaran

yang sudah dilakukan didalam pengalaman tersebut maka kemampuan

intelektual seseorang akan meningkatkan kecakapan dan kompetensi.

8. Budaya organisasi.

Kompetensi seseorang dipengaruhi oleh budaya organisasi yang

diterapkan disuatu perusahaan atau organisasi, karena budaya organisasi

mempengaruhi hubungan antar pegawai, motivasi kerja dan akhirnya

mempengaruhi kinerja.

Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan yang dikemukakan oleh Zwell (2000)

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi adalah bakat yang dimiliki diri

sendiri seperti kepribadian, sikap, emosi, cara berpikir dan perilaku. Kompetensi juga

dapat dipengaruhi oleh orang lain seperti motivasi dan budaya, selain itu kompetensi

dapat dipengaruhi oleh apa yang sudah seseorang lakukan secara nyata seperti

pengalaman dalam mengerjakan sesuatu.

2.1.5 Penelitian terkait mengenai kompetensi.

Penelitian Muhammad Tho’in (2016) yang berjudul “Kompetensi Sumber Daya

Manusia Bank Syariah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Syariah Islam Studi Kasus Bank

BNI Syariah Surakarta” yang dipublikasikan November 2016 yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa luas kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia

perbangkan syariah yang didasarkan pada prinsip syariah islam. Penelitian ini

28

menggunakan fenomenalogis berorientasi kualitatif deskriptif dan Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawanacara, observasi

partisipan, dan studi. Hasil dari penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia

di BNI Syariah Surakarta pada tingkat manajer sudah baik yang didukung oleh

pendidikan yang tinggi serta pengalaman. Sedangkan pada tingkat karyawan masih

perlu banyak perhatian, karena tingkat pendidikan yang masih rendah, masih

sedikitnya pelatihan serta minimnya pegalaman yang dimiliki oleh karyawan.

Penelitian lain mengenai kompetensi dilakukan oleh Sondang Yohana L. Tobing

(2009) yang berjudul “Pengaruh Organisasi Pembelajar terhadap Kompetensi Pegawai

Bank Studi Kasus PT. Bank Mandiri (persero) Tbk”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan sampel yang diambil secara acak dari

populasi keseluruhan karyawan kantor Bank Mandiri. Analisis data menggunakan

desain regresi untuk memahami pengaruh lima disiplin organisasi pembelajaran. Hasil

dari penelitian ini menunjukan bahwa organisasi pembelajaran memiliki hubungan

yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi peningkatan karyawan.

2.2 Tingkat Pendidikan

2.2.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

29

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Hasibuan dikutip dari Edwin. B. Flippo (2002), menyatakan bahwa

Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan

pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Menurut ruky dalam Dhiqo

Garnida (2017) pendidikan (learning) adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak

karyawan dalam upaya menguasai, keterampilan, pengetahuan, dan sikap tertentu yang

mengakibatkan perubahan yang relative bersifat permanen dalam perilaku kerja

mereka. Sedangkan menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2005), tingkat

pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis

dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan dan

teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Hariandja (2005) berpendapat bahwa pendidikan

dapat memperbaiki kinerja perusahaan dan dapat daya saing perusahaan, pendidikan

dipandang sebagai instrument penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang mencangkup peningkatan kompetensi yang termasuk didalamnya

pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perubahan sikap.

Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa tingkat

pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan terencana

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas cara berpikir dan merupah tingkah laku

seseorang menjadi lebih baik, dimana tingkah laku yang dimaksud termasuk

kedalamnya sikap, tindakan, pengetahuan.

30

Pendidikan merupakan proses yang terus menerus serta tidak dapat dipisahkan

dari sistem organisasi. Pendidikan yang didapat dari proses yang dijalankan tidak

hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi akan meningkatkan keterampilan

dalam bekerja, maka dari itu pendidikan dapat meningkatkan produktifitas kerja.

Tingkat pendidikan seseorang menjadi pembeda diantara orang lainnya di hadapan

Allah SWT, karena Allah SWT mengistimewakan bagi umatnya yang berilmu atau

berpendidikan, sebagaimana firman-Nya yang disebutkan di dalam Al-Qur’an surat

Az-Zumar ayat 9:

Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia

takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:

"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran.”

Dapat dijelaskan dari ayat di atas pada tafsir Al-Maraghi bahwa Allah SWT

menyatakan tidak ada kesamaan diantara orang yang berilmu dengan orang yang tidak

memiliki ilmu, serta memperingatkan tentang pentingnya ilmu bagi umatnya dan

betapa mulianya beramal (melakukan pekerjaan) berdasarkan ilmu yang dimiliki.

Orang-orang yang berakal sehat serta berfikiran sehat niscaya akan mudah mengambil

pelajaran, dan orang-orang seperti itu akan memiliki akal pikiran sehat dan iman yang

kuat.

31

Pendidikan tidak terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan

adalah manusia, oleh karena itu setiap sumber daya manusia memiliki tingkat

pengetahuan dan produktifitas kerja yang berbeda-beda dikarenakan sejalan dengan

seberapa lama dan tingginya pendidikan yang ditempuh. Semakin tinggi Pendidikan

yang ditempuh maka semakin tinggi pula pengetahuan dan produktifitas kerja

seseorang.

2.2.2 Jalur Pendidikan

Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

jalur pendidikan terdiri dari tiga bagian yaitu pendidikan formal, pendidikan non-

formal, dan pendidikan informal, dimana ketiga bagian ini dapat saling melengkapi

satu sama lain dan menjadikannya lebih sempurna. Berikut penjelasan mengenai jalur

pendidikan:

1. Jalur Pendidikan Formal (Sekolah)

Jalur pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas (pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama,

sampai pendidikan tinggi). Sifat pendidikan formal ini diatur berdasrkan

ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang

bersifat nasional.

2. Jalur Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal)

Jalur pendidikan non-formal merupakan jalur pendidikan yang

didapatkan di luar sekolah (formal) pada umumnya, dengan kata lain jalur

32

pendidikan non-formal bersifat kemasyarkatan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal. Pendidikan

nonformal paling banyak didapat pada usia dini seperti Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) yang banyak terdapat dimasjid-masjid sekitar tempat tinggal.

Selain itu, ada juga berbagai kursus diantaranya kursus bimbingan belajar,

kursus melukis dan sebagainya.

3. Jalur Pendidikan Informal.

Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang didapat melalui

keluarga dan lingkungan sekitar yang berbentuk kegiatan belajar secara

mandiri serta dilakukan secara sadar dan tanggung jawab. Fungsi dari jalur

pendidikan informal adalah untuk menanamkan keyakinan agama, nilai budaya

dan moral serta keterampilan praktis.

2.2.3 Fungsi Pendidikan

Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

33

Sedangkan fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt dalam Dwi Narwoko

dan Bagong Suyanto (2010) masih ada kaitannya dengan fungsi yang nyata sebagai

berikut:

1. Sebagai penanam keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan dalam

berpatisipasi demokrasi.

2. Sebagai upaya mengembangkan bakat setiap peserta didik untuk mencapai

kepuasan pribadi serta sebagai kepentingan masyarakat.

3. Sebagai upaya dalam menyiapkan seseorang atau sekelompok masyarakat agar

dapat mencari nafkah.

4. Sebagai upaya untuk mengendalikan budaya.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan menurut kedua pendapat

diatas memiliki kesamaan tujuan dalam menafsirkan fungsi pendidikan, kesamaan

tujuan ini adalah fungsi pendidikan bertujuan untuk menjadikan kualitas seseorang

menjadi lebih baik dan sebagai upaya untuk menyiapkan setiap anggota masyarakat

agar dapat mencari nafkah sendiri.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan

Menurut Hasbullah (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pendidikan, yaitu:

1. Ideologi.

Semua manusia didunia mempunyai hak yang sama khususnya untuk

mendapatkan pendidikan yang layak dan peningkatan pengetahuan serta

pendidikan.

34

2. Sosial ekonomi.

Seseorang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi

umumnya seseorang tersebut akan mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.

3. Sosial budaya.

Budaya menjadi pengaruh terhadap tingkat pendidikan, ketika seseorang

berada di dalam lingkungan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan

merasa cukup maka hal ini akan dilakukan lagi ke generasi berikutnya, dimana

hal tersebut dapat berlangsung turun temurun bahkan dapat menjadi tradisi di

dalam lingkungan masyarakat.

4. Perkembangan IPTEK.

Perkembangan IPTEK mengaharuskan manusia untuk selalu

memperbaharui pengetahuan dan keteranpilannya agar tidak terkalahkan oleh

negara lain.

5. Psikologi.

Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan

kepribadian seseorang agar lebih bernilai.

Maka dapat disimpulkan dari pernyataan yang dikemukakan oleh Hasbullah

(2003) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan adalah motivasi

diri sendiri dan moivasi orang tua yang seharsunya sadar akan pentingnya pendidikan

untuk meraih cita-cita yang di idam-idamkan sejak kecil, kondisi sosial dan budaya

juga berpengaruh kepada tingkat pendidikan yang didalamnya terdapat kondisi

lingkungan masyarakat dan keluarga.

35

2.2.5 Penelitian terkait mengenai tingkat pendidikan

Penelitian terkait yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Adinta Erlinayanti (2012) yang berjudul “Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Pengalaman Mengajar dan Etos Kerja terhadap Kompetensi Profesional

Guru PKn di SMA Negeri Kabupaten Magelang”. Jenis dari penelitian ini adalah

penelitian korelasi ganda, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan teknik statistik. Subjek dari penelitian ini adalah semua guru PKn

SMA Negeri yang berada di Kabupaten Magelang yang berjumlah 20 orang. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, dan etos

kerja berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kompetensi professional guru.

Penelitian lain dilakukan oleh Mifta Septarina (2017) yang berjudul “Pengaruh

Tingkat Pendidikan dan Lamanya Bekerja terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus

PT. Pegadaian Syariah Simpang Patal Palembang”. Tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan lamanya bekerja terhadap kinerja

karyawan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner

yang menggunakan skala likert. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan PT. Pegadaian Syariah Simpang Patal Palembang yaitu sebanyak 30

orang, dan metode sampel yang digunakan adalah Sampling jenuh yang mana semua

karyawan dijadikan sebagi sampel penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat

pendidikan dan lamanya bekerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

karyawan.

36

2.3 Pengalaman Kerja

2.3.1 Pengertian pengalaman kerja

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa pengalaman

kerja adalah suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengalaman kerja merupakan

suatu gambaran dari karyawan atau tenaga kerja yang mempunyai kemampuan bekerja

dan berapa lama karyawan tersebut bekerja di tempat sebelumnya. Sedangkan menurut

Bill Foster (2001) pengalaman kerja adalah suatu ukuran tentang lama waktu atau

masa kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu

pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik.

Pendapat lain yaitu menurut Puspaningsih sebagaimana yang dikutip oleh Yuli

Mardiyanti (2017) menyatakan bahwa pengalaman kerja merupakan pengalaman

seseorang yang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang

dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang

lebih baik. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman kerja

adalah suatu proses yang pernah dijalani oleh seseorang dalam melakukan

pekerjaannya ditempat sebelumnya bekerja serta memahaminya dan melaksanakan

pekerjaannya dengan baik. Umumnya semakin banyak pengalaman kerja yang

dimiliki oleh seseorang maka akan membuat seseorang tersebut semakin terampil dan

terlatih dalam melaksanakan segala pekerjaan yang dilaksanakannya. Pengalaman

kerja yang dimiliki oleh seseorang merupakan nilai yang sangat berharga bagi

kepentingan jenjang karirnya dimasa yang akan datang.

37

Dalam ekonomi islam pengalaman kerja merupakan hal penting yang harus

dimiliki seseorang untuk terjun ke dalam dunia kerja. Konsep ini telah lama dikenal

oleh islam seperti apa yang telah di cantumkan oleh Allah SWT dalam Q.S At-Taubah

ayat 105, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Ayat diatas menyatakan pentingnya pengalaman kerja yang harus dimiliki oleh

umat-umatnya, Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk bekerja, dan akan

memperlihatkan kepada kaum-kaumnya apa yang telah dikerjakan (prestasi kerja

seseorang). Dan ada pada saatnya semua prestasi itu nanti di akhirat akan di

perlihatkan secara transparan, baik yang tidak terlihat ataupun yang terlihat. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan umat manusia di dunia ini harus

dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Pentingnya pencapaian prestasi

dalam bekerja juga sangat penting dan bermanfaat pada saat suatu hari nanti beralih

tempat kerja ke tempat kerja lain. Sehingga dengan pengalaman kerja seseorang akan

mudah beradaptasi dalam melakukan pekerjaan yang akan dilakukannya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah

suatu keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan

perkerjaan yang dilihat dari berapa lama seseorang tersebut bekerja, kemampuan

menyelesaikan tugasnya, dan pemahaman serta penguasaan terhadap pekerjaannya.

38

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja

Dalam suatu perusahaan atau organisasi pengalaman kerja merupakan salah satu

faktor penting yang harus dimiliki oleh karyawannya. Maka dari itu dipikirkan juga

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Djauzak

(2004), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja seseorang

yaitu waktu, frekuensi, jenis tugas, penerapan, dan hasil. Berikut penjelasannya:

1. Waktu

Semakin lama seseorang melakukan pekerjaan maka akan semakin

banyak pengalaman kerja yang diperolehnya.

2. Frekuensi

Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan sejenis, umumnya

orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang banyak.

3. Jenis

Semakin banyak ragam jenis tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan

seseorang maka akan semakin banyak pengalaman kerja yang didapatkannya.

4. Penerapan

Semakin banyak penerapan keterampilan, pengetahuan dan sikap

seseorang dalam melaksanakan pekerjaan maka akan dapat meningkatkan

pengalaman kerja orang tersebut.

5. Hasil

Seseorang yang memiliki pengalaman kerja yang banyak maka akan

mudah melakukan pekerjaan yang sedang dilaksanakannya, umumnya dengan

39

mudahnya melakukan pekerjaan akan menghasilkan output dari tugas atau

pekerjaan yang lebih baik.

Menurut Hani T. Handoko (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengalaman kerja adalah:

1. Latar belakang pribadi.

Mencangkup pendidikan, kursus, bekerja, latihan. Dimana latar belakang

pribadi menunujukan apa yang telah dilakukan oleh seseorang di waktu yang

telah dilaluinya.

2. Bakat dan minat.

Bakat dan minat untuk memperkirakan minat dan kemampuan atau

keahlian seseorang dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya.

3. Sikap dan kebutuhan.

Sikap dan kebutuhan untuk meramalkan tanggung jawab dan

wewenang seseorang.

4. Kemampuan analitis dan manipulatif.

Kemampuan analitis dan manipulatif untuk menpelajari kemampuan

penganalisaan dan penilaian.

5. Keterampilan dan kemampuan teknik.

Keterampilan dan kemampuan teknik ini untuk menilai kemampuan

dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.

Maka dapat disimpulkan dari kedua pendapat tersebut seseorang yang memiliki

pengalaman kerja akan lebih cepat menanggapi masalah-masalah dan dapat menduga

40

akan timbulnya kesulitan yang akan dihadapi sehingga seseorang yang mempunyai

pengalaman kerja akan lebih siap dalam menghadapinya dan bekerja dengan lebih

tenang.

2.3.3 Indikator Pengalaman Kerja

Menurut Bill Foster (2001: 43) ada beberapa indikator pengalaman kerja, yaitu:

1. Lama waktu/masa kerja

Lama waktu atau masa kerja merupakan lama waktu yang telah

ditempuh oleh seseorang dalam memahami tugas dalam suatu pekerjaan

dengan hasil yang baik.

2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan

Pengetahuan mencangkup kemampuan seseorang dalam memahami

dan menerapkan informasi pada pekerjaan yang sedang dilaksanakannya.

Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan fisik seseorang yang

dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya.

3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Penguasaan dan peralatan merupakan tingkat penguasaan seseorang

dalam melaksanakan aspek-aspek Teknik peralatan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan atau sumber daya

manusia yang mempunyai pengalaman kerja merupakan seseorang yang dipandang

lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugas yang nantinya akan diberikan. Pada

umumnya seseorang yang memiliki pengalaman kerja merupakan seseorang yang

memiliki kemampuan jasmani, serta memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan

41

untuk melakukan pekerjaan dan tidak akan membahayakan dirinya serta orang lain

dalam bekerja.

2.3.4 Penelitian terkait mengenai pengalaman kerja

Penelitian terkait yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah penelitian

yang ditulis oleh Maria Lutfiani (2013) yang berjudul “Pengaruh Kerja terhadap

Kompetensi Profesional Guru Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode field reserch dengan teknik korelasi

dengan mengumpulkan data menganai pengalaman kerja dan kompetensi guru biologi

melalui kuisioner yang disebarkan. Populasi dari penelitian ini adalah semua guru

biologi yang ada di Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban yang berjumlah 24

orang, sampel yang digunakan yaitu sampling jenuh yang berarti semua populasi

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional

guru biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Grogoban.

Penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ayuk Wahdanfiari Adibah (2014) yang berjudul “Pengaruh Latar

Belakang Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap Etos Kerja Karyawan Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Kediri”. Penelitian ini menggunakan data primer yang

didapatkan dari hasil disebarkannya kuisiner yang telah diisi oleh karyawan bank BNI

syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian yang dilakukan. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis uji validitas dan

reabilitas data, serta uji asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

42

variabel latar belakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

variabel etos kerja, dan variabel pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel etos kerja.

2.4 Kerangka Pemikiran

2.4.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Kompetensi

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, selain meningkatkan kualitas pendidikan juga dapat mengembangkan

kemampuan kepribadian dan intelektual sumber daya manusia. Kapasitas seorang

karyawan di dalam suatu perusahaan dapat tercermin oleh pendidikan yang telah

ditempuhnya, pendidikan yang ditempuh oleh sumber daya manusia akan

menghasilkan output berupa pengetahuan dan keterampilan. Menurut (Danang

Purnomo, 2016) pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap kompetensi. Hal

ini menunjukan bahwa dengan sumber daya manusia yang memiliki pendidikan yang

tinggi maka sumber daya manusia tersebut akan mempunyai kompetensi yang luas,

begitupun sebaliknya. Pendapat lain dikemukakan oleh Angelia Sintia Punu (2013)

yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap

kompetensi. Menurut Angelia Sintia menyatakan pendidikan yang dimiliki oleh

sumber daya manusia merupakan tolok ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui

seberapa luas kompetensi yang dimiliki sumber daya manusia. Semakin tinggi

pendidikan yang ditempuh maka akan semakin besar kompetensi yang didapat oleh

sumber daya manusia. Kompetensi yang luas akan membentuk kinerja yang baik bagi

setiap karyawan dalam perusahaan serta akan meningkatkan produktifitas perusahaan.

43

2.4.2 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kompetensi

Pengalaman kerja secara garis besar merupakan masa kerja seorang tenaga kerja

dalam melaksanakan tugas-tugas di dalam pekerjaannya sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Pengalaman kerja yang telah dimiliki oleh sumber daya

manusia atau tenaga kerja akan menjadikan tenaga kerja lebih mudah dalam

mengahadapi masalah-masalah yang akan dihadapi saat ini atau dimasa yang akan

datang di dalam suatu perusahaan. Minimnya pengalaman kerja yag dimiliki oleh

sumber daya manusia atau tenaga kerja akan berpengaruh terhadap kompetensi kerja

di dalam suatu perusahaan, dimana outpun yang akan dihasilkan adalah tidak baiknya

kinerja pada tenaga kerja tersebut. Menurut penelitian (Maria Lutfiani, 2013)

menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kompetensi.

Kompetensi menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menunjang suatu

pekerjaan, salah satu cara untuk mempunyai kompetensi yang luas yaitu dengan

pengalaman kerja yang banyak, karena dengan kompetensi yang luas maka akan

mempunyai pengetahuan, keahlian, dan kepiawaian, serta akan menimbulkan

kecakapan yang memadai mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang

sedang dilaksanakannya.

Penelitian lain dilakukan oleh (Muhammad Tho'’in, 2016) yang menyatakan

bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kompetensi. Hal ini

menunjukan bahwa seberapa banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja

akan mempengaruhi kompetensi yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja, dapat dilihat

dari penelitian yang ditulis oleh Tho’in bahwa sumber daya manusia di BNI syariah

44

Surakarta tidak memiliki pengalaman kerja yang memadai ditingkat karyawan, dengan

minimnya jam tebang yang dimiliki karyawan ini menyebabkan pemahaman produk

dan prinsi-prinsip syariah menjadi lemah.

Berdasarkan teori di atas, penelitian ini memiliki tiga variabel yaitu dua variabel

bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan satu variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kompetensi. Variabel tingkat pendidikan berpengaruh signifikan positif

terhadap kompetensi. Artinya jika tingkat pendidikan karyawan tinggi maka

kompetensi yang dimiliki karyawan akan luas, begitupun sebaliknya jika tingkat

pendidikan karyawan minim maka kompetensi karyawan akan rendah. Variabel

pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kompetensi. Artinya jika

pengalaman kerja seorang karyawan dalam suatu perusahaan banyak maka kompetensi

karyawan akan semakin luas, begitupun sebaliknya jika pengalaman kerja seorang

karyawan minim maka kompetensi yang dimiliki oleh karyawan akan minim.

Kerangka teoritis diatas dapat digambarkan secara sistematis sebagaimana

gambar dibawah ini:

45

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu permasalahan yang masih

perlu dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan permasalahan yang

diteliti, maka hipotesis penelitian ini adalah:

𝐻1 : Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap

kompetensi.

𝐻2 : Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi.

𝐻3 : Pengalaman kerj berpengaruh signifikan terhadap kompetensi.