BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

25
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika, model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4 SD. 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran. Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan

para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika,

model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil

belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4

SD.

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar

mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan

dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan

intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah

terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup

dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus

dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika

adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang

selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan

belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini

sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.

Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah

Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

10

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Dengan demikian hasil-hasil pembelajaran matematika menampak

kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada

kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam

menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain

yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

Menurut Aisyah (2007:67) merancang pembelajaran matematika tentu

merupakan pekerjaan yang sangat akrab digeluti oleh guru matematika. Setiap

guru matematika dimanapun dia bertugas dan pada jenjang manapun dia

mengajar tentu harus melaksanakan pekerjaan ini. Namun demikian, harus diakui

bahwa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena memerlukan

keterampilan yang memadai untuk melakukan telaah yang mendalam dan

komprehensif terhadap kurikulum yang berlaku, isu-isu yang berkembang dalam

bidang pendidikan, persoalan-persoalan yang muncul di lapangan, minat dan

kemampuan siswa, serta perkembangan IPTEK. Dalam merancang pembelajaran,

guru harus menetapkan tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa,

materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa,

penjabaran dan urutan yang logis dari materi-materi tersebut dengan

mempertimbangkan media, cara penyajian, dan cara mengevaluasinya.

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran matematika

merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan kajian filosofis hakikat

pembelajaran matematika dan penjabaran kemampuan dasar yang minimal

dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika. Kajian filosofis tentang hakikat

pembelajaran matematika ini penting dilakukan agar materi dan strategi

pembelajaran yang dipilih sesuai dengan karakteristik matematika dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

11

pembelajarannya. Berdasarkan dua hal ini selanjutnya ditetapkan komponen-

komponen rencana pembelajaran dan disusun dengan urutan yang mudah

dipahami.

Menurut Aisyah (2007:89) langkah-langkah penyusunan pembelajaran

matematika sebagai berikut.

1) Melakukan Identifikasi Mata Pelajaran

Identifikasi mata pelajaran meliputi ; (1) nama mata pelajaran (yaitu

matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SD), dan kelas/semester.

2) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

3) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana tercantum pada Standar Isi (SI), dengan memperhatikan

hal-hal berikut.

a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat

kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada

di SI;

b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

mata pelajaran matematika;

c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar

dengan mata pelajaran lain.

4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah tujuan pembelajaran

untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan kompetensi

dasar.

5) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

6) Menyusun Uraian Materi Pembelajaran

Uraian materi disusun berdasarkan materi pokok dan materi pokok

ditetapkan berdasarkan kompetensi dasar. Uraian materi harus memuat

fakta, konsep, prinsip, dan operasi di dalam matematika.

7) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar

peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui

penggunaan strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang bervariasi

dan berpusat pada peserta didik.

8) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,

narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

9) Menentukan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes

dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

12

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau

produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Jika memungkikan

penilaian harus meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

10) Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu didasarkan alokasi waktu yang disediakan

untuk pembelajaran satu kompetensi (beberapa kali tatap muka) dan

mengacu pada tahap-tahap pembelajaran umum (kegiatan awal, inti,

dan penutup). Penentuan waktu pada setiap tahap kegiatan didasarkan

pada keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

tahap-tahap pembelajaran tersebut.

2.1.2 Model Pembelajaran

Model Pembelajaran menurut Suprijono (2011:46) adalah pola yang

dugunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Menurut Joyce dan Weil, 1980 (dalam Rusman, 2012:134) para ahli

menyusu model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-

teori psikologis, sosiologis, analisis system, dan teori-teori lain yang mendukung.

Joyice dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar

yang dikelompokan menjadi 4 model pembelajaran.model tersebut merupakan

pola umum untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Taniredja (2012:55) model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas

atau yang lain. Dengan demikian model pembelajaran dapat dijadikan pola

pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan

efisien untuk mecapai tujuan pendidikannya.

Dapat simpulkan model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Untuk menentukan model pembelajaran

yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, guru harus

mempertimbangkan pilihan model pembelajaran yang akan digunakan.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memlih model

pembelajaran menurut Rusman (2012:137) yaitu:

a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pelajaran.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

13

c. Pertimbangan dari sudut siswa.

d. Pertimbangan yang bersifat nonteknis.

Model pembelajaran menurut Rusman (2012:136) memiliki ciri sebagai

berikut.

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

di kelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: urutan langkah

pembelajarn (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, system social,

system pendukung,

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang

dapat diukur; (2) dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran

yang dipilihnya.

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005:9) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Jadi model kooperatif

sama saja dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini akan tercipta

sebuah inetraksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang

dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

guru.

Dalam model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:202),

guru lebih berparan sebagai fasilitaor yang berfungsi sebagai jembetan

penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa itu

sendiri. Jadi guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi

juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-

ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswauntuk menemukan dan

menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

mengaandung pengertian sebagai suatu sikap perilaku bersamaan dalam

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

14

bekerja atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang lebih atau keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.

Menurut Slavin (2005:26) ada enam tipologi pembelajaran kooperatif,

yaitu:

1) tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif

menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.

2) tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

menjumlah skor kelompok atau rata-rata nilai individu, dan merupakan

spesialis tugas.

3) kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik

metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang

memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk

berkontribusi dalam kelompoknya.

4) kompetisi tim, sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja

samadengan anggota timnya.

5) spesialis tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-

masing anggota kelompok.

6) adaptasi latihan kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat

langkah kelompok.

Menurut Slavin (2005:9) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian tujun

pembelajaran kooperatif dengan kelompok tradisional yang menerapkan

sistem kompetisi, dengan keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan

orang lain. Model koooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaknya tiga

tujuan pembelajaran penting. Menurut Taniredja (2012:55) tujuan

pembelajaran kooperatif yaitu: meningkatkan hasil akademik, memberi

peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

perbedaan latar belajar, dan mengembangkan ketrampilan social siswa.

Menurut Stahl, 1994 (dalam Taniredja, 2012:59) ciri-ciri pembelajaran

kooperatif yaitu:

a. Belajar bersama teman.

b. Selama proses belajar tetap terjadi tatap muka antar teman.

c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok.

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.

e. Belajar dalam kelompok kecil.

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.

g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

15

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament

Menurut Slavin (2005:163) secara umum TGT menggunakan turnamen

akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemauan individu,

dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim

yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Dengan

demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menekankan pada pencapaian

dan kesuksesan kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak hanya

dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah

tetapi juga mempelajari secara kelompok.

Menurut Saco, 2006 (dalam Rusman, 2012:224) dalam TGT siswa,

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

skor bagi tim mereka masing-masing. Permaian dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan

dalam kuis dapat ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan

mengambil sebuah kartu yang telah diberi angka, kemudian siswa harus

berusaha untuk menjawab pertanyaan dalam kartu tersebut.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang

siswa yang memiliki kemampuan , jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda (dalam Rusman, 2012:225). Guru menyajikan materi dan siswa

bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru

memberikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Tugas yang

diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Menurut Slavin, 1995 (dalam Taniredja, 2012:225) ada lima

komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut.

1) Penyajian kelas

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda

dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih difokuskan pada

pengajaran materi saja. Ketika pembelajaran berlangsung, siswa sudah

berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka akan

memperhatikan serius selama pembelajaran berlangsung.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

16

2) Kelompok

Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili

percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas sperti kemampuan

akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.

3) Permainan

Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi yang

relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan

yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar

pertanyaan dari kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil

sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai

dengan nomor pada kartu tersebut.

4) Kompetisi/turnamen

Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir mingguatau akhir unit pokok

bahsan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada

pada meja turnamen. 3 siswa berprestasi tinggi dalam kelompoknya

akan ditempatkan ke meja 1, kemudian 3 siswa berprestasi nomor 2

akan di tempatkan ke meja nomor 2, dan seterusnya, hingga siswa

berprestasi paling rendah.

5) Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan berupa

hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar

sehingga mencapai criteria yang telah disepakati bersama.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja

(2012:75) sebagai berikut.

1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi

dan menggunakan pendapatnya.

2) Rasa percaya diri siswa jadi lebih tinggi.

3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.

4) Motivasi belajar siswa menjadi bertambah.

5) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi antara

siswadengan siswa maupun siswa dengan guru.

6) Kerja sama anatara siswa dengan siswa di kelas akan membuat

interaksi belajar dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak

membosankan.

Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja

(2012:75) sebagai berikut.

1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran khususnya saat turnamen

atau permainan ada siswa yang tidak ikut serta dalam menyumbangkan

pendapatnya.

2) Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.

3) Terjadi kegaduhan, bila guru kurang pintar mengelola kelas.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

17

C. Permainan Ular Tangga

Menurut Middmid (2011:1) ular tangga adalah permainan papan untuk

anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi

dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga dan

ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini dapat

dimainkan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas, karena

didalamnya hanya berisi berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh

siswa melalui permainan tersebut sesuai dengan jenjang kelas dan mata

pelajaran tertentu. Jadi penelitian ini akan menggunakan bantuan permainan

ular tangga untuk memudahkan turnamen dalam pembelajaran kooperatif tipe

TGT di kelas. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dibukukan

menjadi satu sekaligus dengan petunjuk permainannya. Guru dapat membuat

sendiri media ini dengan menyesuaikan tujuan dan materi pembelajaran.

Selain digunakan untuk membantu kemudahan dalam turnamen dalam

pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan permainan ular tangga ini adalah

untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari

atau mengulang kembali materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang

nantinya akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi

siswa. Alat permainan yang tujuan dan penggunaannya dipersiapkan pendidik

juga harus bervariasi sesuai dengan derajat kesulitan tersebut alat permainan

yang dipersiapkan oleh guru untuk dipilih oleh anak dalam berbagai kegiatan

akan menentukan tumbuhnya perasaan berhasil pada anak sesuai dengan

kemampuan mereka. Permainan ular tangga akan dilakukan secara

berkelompok. Aturan main pada ular tangga ini sama dengan permainan ular

tangga biasanya.

Keunggulannya permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut

Anjani (2012:3) sebagai berikut.

1) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam kegiatan

belajar mengajar karena kegiatan ini menyenangkan sehingga anak

tertarik untuk belajar sambil bermain.

2) Anak dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

18

3) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan untuk membantu

semua aspek perkembangan anak salah satu mengembangkan

kecerdasan logika metematika.

4) Media permainan ular tangga dapat merangsang anak belajar

memecahkan masalah sederhana tanpa disadari oleh anak.

5) Penggunaan media permainan ular tangga dapat dilakukan baik di

dalam kelas maupun di luar kelas.

Kelemahan permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut

Anjani (2012:3) sebagai berikut.

1) Penggunaan media permainan ular tangga memerlukan banyak waktu

untuk menjelaskan kepada anak.

2) Permainan ular tangga tidak dapat mengembangkan semua materi

pembelajaran.

3) Kurangnya pemahaman aturan permainan oleh anak dapat

menimbulkan kericuhan.

4) Bagi anak yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain.

Papan permainan ular tangga dalam penelitian ini akan dibuat oleh

peneliti. Papan permainan dibuat dengan ukuran kertas 20 cm x 20 cm. Dalam

papan permainan ada 20 kotak, masing-masing kotak ada pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab. Aturan permainannya sama dengan permainan

ular tangga biasanya, akan tetapi di sini penentuan pemenanganya adalah

kelompok yang memiliki poin tertinggi. Berikut adalah gambar papan

permainan ular tangga dalam penelitian ini.

Gambar 2.1

Papan Permainan Ular Tangga

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

19

D. Penerapan Pembelajaran Matematika Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Permain Ular

Tangga Pada Siswa Kelas 4 SD

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.Urutan penerapan pembelajaran

matematika dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan

permainan ular tangga pada penelitian ini digunakan sebagai patokan untuk

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siswa kelas 4 SD N Kemiri

1 selama siklus berlangsung. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan

kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan

yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Sesuai dengan permendiknas (2007) komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sebagai berikut ini.

1) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema

pelajaran, jumlah pertemuan.

2) Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas

dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar

tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator

pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

20

kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar.

6) Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7) Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar.

8) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah

ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan

situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap

indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata

pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk

peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9) Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi

dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi

aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui

proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan

balik, dan tindak lanjut.

10) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar

disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada Standar Penilaian.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

21

11) Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi.

Komponen rencana pelaksanaan pembelejaran di atas yang dijadikan

sebagai acuan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam

penelitian ini. Peneliti menggabungkan model pembelajaran yang diterapkan

dalam penelitian dalam komponen rencana pelaksanaan pembelejaran menurut

sesuai standar proses. Model pembelajaran dimasukan ke dalam kegiatan inti

terutama pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Urutan penerapan pembelajaran matematika dalam model

pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan permainan ular tangga pada

penelitian ini yang digunakan sebagai kisi-kisi dalam pembuatan RPP sebagai

berikut.

1) Melakukan Identifikasi Mata Pelajaran

Identifikasi mata pelajaran meliputi ; (1) nama mata pelajaran

(yaitu matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SD), dan

kelas/semester.

2) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi pelajaran matematika kelas 4 semester 2 yaitu:

8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar

bangun datar

Kompetensi Dasar pelajaran matematika kelas 4 semester 2 yaitu:

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus

3) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada penelitian ini akan disesuaikan dengan

tingkat perkembangan siswa kelas 4.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

22

4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan tolok ukur pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5) Menyusun Uraian Materi Pembelajaran

Uraian materi disusun berdasarkan materi pokok dan materi pokok

ditetapkan berdasarkan kompetensi dasar. Uraian materi harus

memuat fakta, konsep, prinsip, dan operasi di dalam matematika.

Uraian materi pada penelitian ini adalah menyangkut bab sifat-sifat

bangun datar.

6) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi

antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan

sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru membentuk

kelas ke dalam beberapa kelompok. Kemudian masing-masing

kelompok akan dipertandingkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT berbantuan permainan ular tangga. Komponen

utama dalam pembelajaran kooperatif tupe TGT berbantuan

permainan ular tangga sebagai berikut.

a. Kegiatan awal

Guru memotivasi siswa dan memberi apersepsi agar siswa lebih

bersemangat dalm proses pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Penyajian kelas

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak

berbeda dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih

difokuskan pada pengajaran materi saja. Kelompok

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

23

Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang

mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas

sperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.

Elaborasi

Permainan

Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi

yang relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji

pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing

kelompok. Sebagian besar pertanyaan dari kuis adalah bentuk

sederhana. Dalam permainan ini diberi sebuah permainan ular

tangga. Siswa diminta untuk memainkan permainan ular tangga

dan menjawab setiap soal yang ada dalam permainan ular

tangga tersebut.

Kompetisi/turnamen

Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang

dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir unit pokok

bahasan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan Konfirmasi guru merekognisi hasil perolehan

skor siswa dan mengumumkan perolehan skor rata-rata masing-

masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

Pengakuan kelompok

Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan

berupa hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama

belajar sehingga mencapai criteria yang telah disepakati

bersama.

7) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak

dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

24

dan budaya. Sumber belajar dari penelitian ini adalah buku

matematika kelas 4 SD dan bangun-bangun datar.

8) Menentukan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan

tes tertulias berupa soal pilihan ganda. Penilaian digunakan untuk

mengukur kemampuan kognitif siswa.

2.1.3 Hasil Belajar

Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukan ke dalam salah

satu tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, 2008:126).

Dengan demikian belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan

perilaku yaitu perubahan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan-

perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Oleh karena itu,

hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya.

Menurut Purwanto (2008:127) hasil belajar seringkali digunakan

sebgai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang menguasai bahan yang

sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan

serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi

syarat yang ditentukan. Jadi hasil belajar merupakan realisasi tercapainya

tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada

tujuan pendidikannya.

Menurut Purwanto (2008:127) domain hasil belajar adalah perilaku-

perilaku kejiwaan yang akan diubah kedalam proses pendidikan. Perilaku

kejiwaan itu dibagi kedalam tida domain, yaitu: kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Jadi, kalau belajar menimbulkan perilaku, maka hasil belajar

merupakan hasil perubahan perilakunya. Pelaksanaan penilaian hasil belajar

didasarkan pada prinsip bahwa penilaian merupakan prosedur yang

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses dan hasil

kegiatan pembelajaran. Penilaian proses serta hasil belajar dan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

25

pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran

berlangsung dan seberapa jauh pencapaian kompetensi dasar oleh siswa.

Menurut Lapono (2008:205) di dalam melaksanakan penilaian proses

serta hasil belajar dan pembelajaran, guru perlu memahami bahwa pada

prinsipnya hasil penilaian hendaknya difungsikan sebagai berikut ini.

1) Gambaran sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai

suatu kompetensi.

2) Evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu

peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang

langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan

kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).

3) Gambaran kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa

dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang

membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti

remedial atau pengayaan.

4) Gambaran kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang

sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

5) Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan

peserta didik.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses pembelajaran matematika harus diarahkan agar peristiwa

belajar terjadi. Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik,

yaitu melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Peristiwa belajar

yang kita kehendaki dapat tercapai bila faktor-faktor yang mempengaruhi

proses pembelajaran matematika dapat kita kelola sebaik-baiknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika menurut

Masrinawatie (2007:43) yaitu:

1) Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada

peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan

peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana

sikap dan minat peserta didik terhadap matematika. Di samping itu

juga, bagaimana kondisi peserta didik. Misalnya terkait dengan kondisi

fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih

baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan lelah. Demukian

pula terhadap kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan,

ingatan, dan sebagainya. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap

kegiatan belajar seseorang. Selain itu, intelegensi peserta didik juga

berpengaruh terhadap kelancaran belajarnya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

26

2) Pengajar

Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar. Pengajar

melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar

diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar dalam

menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang

diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian,

pengalaman, dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga

berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar. Penguasaan materi

matematika dan cara penyampaiannya merupakan syarat yang tidak

dapat ditawar lagi bagi pengajar matematika. Seorang pengajar

matematika yang tidak menguasai materi, tidak mungkin dapat

mengajar matematika dengan baik. Demikian juga seorang pengajar

yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian, ia hanya mengejar

terselesaikannya bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan

kemampuan dan kesiapan peserta didik.

3) Prasarana dan sarana

Prasarana yang “mapan” seperti ruangan yang sejuk dengan tempat

duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses

belajar. Demikian juga terhadap sarana yang lengkap seperti adanya

buku teks dan alat bantu belajar. Penyediaan sumber belajar yang lain,

seperti majalah tentang pembelajaran matematika, laboratorium

matematika, dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta

didik.

4) Penilaian

Penilaian digunakan, di samping untuk melihat bagaimana hasil

belajarnya, tetapi juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya

interaksi antara pengajar dan peserta didik. Misalnya kita dapat

menganalisis tentang: keberhasilan peserta didik dalam belajar

matematika, dalam proses belajar matematika itu didominasi pengajar

ataukah ko-munikasi terjadi dua arah, pertanyaan yang diajukan

pengajar kepada peserta didik merangsang peserta didik atau

mematikannya, apakah jenis pertanyaan yang diajukan pengajar

menyangkut ranah kognitif rendah seperti ingatan dan pemahaman saja

ataukah ranah kognitif tinggi seperti penyelesaian masalah.

B. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar

Perencanaan penilaian hasil belajar tidak dapat dilepaskan dari

perencanaan pembelajaran itu sendiri. Menurut Lapono (2008:207)

penyusunan rencana penilaian merupakan rangkaian program pendidikan dan

pembelajaran yang utuh dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Rencana penilaian disusun agar

menjadi referensi guru dalam menyelenggarakan penilaian keseluruhan

proses pembelajaran. Pada prinsipnya penilaian pembelajaran di SD/MI

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

27

dimaksudkan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan

benar-benar menjadi dasar pembelajaran selanjutnya. Secara operasional,

penilaian pembelajaran dilakukan guru untuk mengukur dan mengevaluasi

proses pembelajaran terutama kemajuan perkembangan hasil belajar peserta

didik sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing. Hal ini

hendaknya menjadi pemahaman setiap guru SD/MI, karena penilaian

pendidikan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran.

Menurut Green, 1975 (dalam Poerwanti, 2008:203) penilaian hasil

belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek pembelajaran, yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor, sebab siswa yang memiliki kemampuan

kognitif baik saat diuji , misalnya dengan paper-and-pencil test belum tentu

dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi

permasalahan kehidupan. Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan

yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada umumnya tujuan

pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh

Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif

(cognitive) adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan

dan ketrampilan intelektual. Afektif (affective) adalah ranah yang berkaitan

dengan pengembanganpengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi,

sedangkan psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik. Dalam penelitian ini hanya akan

menggunakan penilaian belajar kognitif siswa.

Menurut Purwanto (2008:205), hasil belajar kognitif adalah perubahan

perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan

kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh

sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasihingga

pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan

masalah. Oleh karena itu belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku

akibatnya terjadi dalam otakberupa kemampuan tertentu oleh otak untuk

menyelesaikan masalah.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

28

Menurut Purwanto (2008:207), hasil belajar kognitif tidak

menimbulkan kemampuan tunggal, melainkan kemampuan yang

menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa

tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi dibuat para ahli psikologi dan

pendidikan, namun klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah yang

dibuat oleh Benjamin S Bloom. Menururt Bloom (dalam Purwanto, 2008)

membegi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitifmulai dari

yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan samapai yang palign tinggi

dan kompleks yaitu evaluasi. Tingkatan tersebut adalah hafalan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi

(C6).

Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan

teknik tes dalam memperoleh hasil belajar pada aspek kognitif sesuai

tingkatan perkembangan siswa kelas 4 SD. Peneliti menggunakan tingkat

hafalan (C1), Pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Menurut Purwanto

(2008:207) kemampuan menghafal merupakan kemampuan kognitif yang

paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil kembali

fakta yang disimpan dalam otakdigunakan untuk merespon suatu masalah.

Misalanya “berapakah jumlah sudut segitiga? “. Kemampuan pemahaman

adalah kemampuan untuk melihat hubungan faka dengan fakta. Menghafal

tidak cukup lagi karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta

hubungannya. Misalnya “apa perbedaan dari bangun datar segitiga, jajar

genjang, persegi panjang?”. Kemampuan penerapan adalah kemampuan

kognitif untuk memahami aturan, hokum, rumus, dan untuk memecahkan

masalah. Misalnya sebuah bak mandi memiliki panjang 2 m, lebar 1 m, dan

tinggi 1,5 m, berapakah volume bak mandi tersebut. Dengan demikian peneliti

akan mengembangkan berbagai soal untuk mengukur hasil belajar pada siswa

kelas 4 SD sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

pelajaran matematika.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

29

2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan

Permainan Ular Tangga Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Menurut Slavin (2005:9) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif mengandung

pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesama dalam kelompok yang dapat memengaruhi

keberhasilhan proses pembelajaran dengan keterlibatan semua anggota kelompok

masing-masing. Pada model pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar belajar

dalam kelompok, ada unsur-unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif

dengan belajar kelompok biasa. Pada belajar kelompok biasa siswa hanya diminta

untuk menyelesaikan tugasnya, tidak ada koordinasi antara masing-masing

kelompok, sedangkan pembelajara kooperatif siswa bekerja dalam situasi

pembelajaran kooperatif didorong untuk bekrjasama pada tugas bersama dan

mereka harus mengoordinasikan unsahanya untuk menyelesaikan tugas.

Model pembelajaran kooperatif yang memiliki beberapa tipe (rusman,

2012:213) antara laian STAD, TGT, Jigsaw Learning, Group Investigation, dan

make a match. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, karena menurut Slavin (2005:163) secara umum TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor

kemajuan individu, para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan

anggota tim yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menekankan pada

pencapaian dan kesuksesan kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak

hanya dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah

tetapi juga mempelajari secara kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif

tipe TGT menggunakan bantuan permainan ular tangga. Permainan ular tangga

dapat dipergunakan di dalam kegiatan belajar mengajar karena kegiatan ini

menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar sambil bermain. Permainan

ular tangga merupakan stimulus/rangsangan untuk meningakatkan daya ingat dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

30

pemahaman konsep matematika pada siswa. Dengan meningkatnya daya ingat dan

pemahaman konsep terhadap pelajaran matematika siswa dapat memecahkan

masalah sederhana khususnya materi bangun ruang dan bangun datar. Dengan

permainan ular tangga juga akan membuat siswa tertantang, karena setiap pada

kotak sesuai pada bidak berhanti, siswa harus mengerjakan soal pertanyaan untuk

mendapatkan poin/skor, sehingga siswa harus sudah menguasai materi agar dapat

mengerjakan soal yang belum diketahui.

2.1.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan hasil penelitian yang relevan yang telah

dilakukan pada model pembelajaran kooperatif tpri TGT dan meningkatkan hasil

belajar, penelitian yang relevan tersebut antara lain:

Inayati (2012:85) dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Team Games Tournamenpokok

Bahasan Perkalian Dan Pembagian Bilangsn Pada Siswa Kelas 2 Sd Negri

Sidorejoloer 01 Salatiga Semester Ii Tahun 2011/2012”. Berdasarkan penelitian

Neneng Inayani telah dilakukan dihasilkan data–data yang yang terkumpul

kemudian diolah dan dianalisis serta didukung oleh kajian pustaka maka dapat

disimpulkan penggunaan metode kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas II SDN Sidorejolor 01 Salatiga semester II tahun

ajaran 2011/ 2012 hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa pada siklus I

Hasil belajar matematika siswa kelas II mengalami peningkatan dari hasil

belajar siklus I di mana siklus I nilai yang tertinggi adalah 85 menjadi 100

sedangkan nilai terendah dari nilai 25 menjadi 55 dan persentase ketuntasan siswa

pada siklus I sejumlah 66% sebanyak 14 siswa pada siklus II ketuntasan nya

meningkat menjadi 92 % atau sebanyak 21 siswa , siswa yang dibawah

KKM pada siklus I terdapat 10 siswa atau sebanyak 34% menjadi 2 orang

siswa atau 8 %.

Purnasari (2012:79) dengan judul peneltian “Upaya Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament

(TGT) Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 3 Karangrejo

Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

31

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada penelitian Pebria

disimpulkan dalam penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 3

Karangrejo maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika pada

pokok bahasan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa

kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten

Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata kelas pada pra siklus

63,33 dengan persentase ketuntasan sebesar 58 % sedangkan pada siklus I

nilai rata-rata hasil tes Matematika meningkat menjadi 87,27 dengan persentase

ketuntasan 91,67 % dan pada Siklus II nilai rata-rata tes Matematika adalah 91,25

dengan persentase ketuntasan mencapai 100%.

Effendi (2012:83) dengan judul penelitian “Pendekatan Kooperatif Tipe

Tgt Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menemukan

Sifat-Sifat Bangun Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Kelas 4 Sd Negeri

01 Tlogosih Kecamatan Kebungagung Kabupaten Demak Semester Ii Pada Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Kukuh Effendi dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

model koopertaif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi

lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Pada pra siklus rata-rata nilai siswa adalah 50,2 dan ketuntasan nilai 25%. Siklus I

diperoleh rata-rata nilai siswa 59 dengan ketuntasan 48,9%. Siklus II diperoleh

rata-rata nilai siswa 90,1 dengan ketuntasan 98,5%.

Dari hasil penelitian relevan yang telah diuraikan, model koopertaif tipe

TGT semuanya diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD sudah

mencapai target, baik dari siklus I maupun siklus II. Dalam penelitian ini juga

akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Akan tetapi peneliti

menambahkan sebuah permainan ular tangga agar peraturan permainan dalam

model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini agar lebih mudah, karena kebanyakan

dari siswa sudah mengetahui peraturan dari permainan ular tangga. Dengan model

pembelajaran koopertaif tipe TGT dengan permainan ular tangga ini diharapkan

timbul perasaan siswa senang terhadap pelajarn matematika yang selama ini

mereka anggap sebagai pelajaran yang sulit dan menegangkan. Jika siswa sudah

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

32

merasa senang terhadap pelajaran matematika dimungkinkan siswa akan lebih

bisa menguasai konsep dan pemahaman pada pelajaran matematika dan

diharapkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika menigkat.

2.3 Kerangka Pikir

Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika pada kelas 4 SD

N Kemiri 1 yaitu rendahnya hasil belajar matematika. Upaya yang di lakukan

peneliti dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan tersebut adalah

peneliti merancang pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu siswa

dalam proses belajar dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran sehingga siswa lebih merasa rileks menerima pelajaran dan dapat

tercapainya tujuan pembelajaran. oleh karena itu dalam penelitian ini

menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe team game tournament berbantuan

permainan ular tangga.

Pembelajaran kooperatif tipe team game tournament Slavin (2005:163)

adalah pembelajaran yang mengguaka tournament akademik dan menggunakan

kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba

mewakili tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerjanya sama. Dalam

penyajian kelas, guru membentuk kelompok tetap agar siswa bisa terbiasa bekerja

sama dengan anggota kelompoknya. Dalam pemberian materi pada tiap kelompok

adalah sama, namun diharapkan masing-masing kelompok bisa bekerjasama,

aktif, disiplin dengan anggota kelompoknya dan memikul tanggung jawad

masing-masing. Dengan terbiasanya masing-masing anggota kelompok bekerja

sama, kemudian dibentuklah suatu pertandingan/turnamen dalam kelas. Akan

tetapi dalam penelitian ini ditambahkan sebuah permainan ular tangga dalam

pertandingan masing-masing kelompok agar siswa lebih tertantang dan lebih

antusias dalam melakukan pertandingan anatr kelompok. Dengan menggunakan

medel kooperatif tipe TGT ini diharapkan siswa menjadi lebih menyukai dan

antusias saat proses pembelajaran matematika dan bisa meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas 4 SD N Kemiri 1.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan

33

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka dalam penlitian ini

peneliti menduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT berbantuan permainan ular tangga pada mata pelajaran matematika akan

mendapatkan:

1. Hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kemiri 1 dari kondisi awal

sampai siklus II akan mencapai KKM dan jumlah siswa yang tuntas di

atas KKM meningkat.

2. Guru dapat menerapkan dengan baik langkah-langkah/sintak model

pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament berbantuan

permainan ular tangga yaitu dengan pembentukan kelompok kooeratif

dan mengadakan pertandingan/turnamen akademik antar kelompok.

Dengan pembentukan kelompok kooepratif siswa saling membantu

untuk menguasai materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

guru. Dalam pertandingan/turnamen akademik siswa berkompetisi

untuk menjawab soal-soal menyangkut tentang materi yang sudah

diberikan oleh guru sehingga siswa mengulang kembali materi yang

sudah diberikan oleh guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

SD N Kemiri 1.