BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori -...
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Manajemen Pendidikan
E. Mulyasa (2007: 84) mengemukakan bahwa
manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu
proses kerjasama yang sistematik, sistemik dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pengertian ini mengandung makna
bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan
pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan adalah merupakan manajemen
pendidikan. Manajemen atau pengelolaan merupakan
komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari
proses pendidikan secara keseluruhan, karena tanpa
manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien.
Menurut Syafaruddin (2004: 26) manajemen
pendidikan adalah suatu usaha penerapan prinsip-prinsip
dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan pada
lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen
pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan, dimana prose situ dimulai
12
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemantauan dan penilaian (Suryosubroto, 2010: 16).
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan apa yang
akan dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa
banyak biaya yang diperlukan dan sebagainya.
Pengorganisasian diantaranya adalah membagi tugas
yang terlibat, pengkoordinasian merupakan pelaksanaan
pekerjaan agar sesuai dengan aturan, pengarahan agar
tetap sesuai dengan jalur atau tujuan, kemudian
penilaian untuk mengetahui apakah tujuan tercapai atau
tidak.
Dapat dikatakan bahwa kerangka kerja (frame
work) manajemen pendidikan ialah prinsip-prinsip dan
teori manajemen umum yang diaplikasikan untuk
mengelola kegiatan pendidikan pada suatu organisasi
pendidikan formal. Owens dalam Syafaruddin, Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa
manajemen pendidikan berasal dari aktivitas dalam
urusan sekolah yang mencakup pengelolaan aktivitas
pengajaran, kepemimpinan dan berbagai aturan,
perencanaan, prosedur pelaksanaan dan manajemen
pengawasan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
manajemen pendidikan merupakan proses penerapan
prinsip dan teori manajemen dalam pengelolaan kegiatan
di lembaga pendidikan formal untuk mengefektifkan
pencapaian tujuan pendidikan.
13
Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip,
konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Untuk menjalankan organisasi pendidikan
diperlukan manajemen pendidikan yang efektif. Sekolah
harus dikelola dengan manajemen efektif yang
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki
pengetahuan, sikap dan nilai yang mengakar pada
karakter bangsa. Dengan kata lain salah satu strategi
yang menentukan mutu pengembangan sumberdaya
manusia di sekolah untuk kepentingan bangsa di masa
mendatang adalah peningkatan kontribusi manajemen
pendidikan yang berorientasi kepada produktifitas
(Sagala, 2010: 158).
1. Secara kecil-kecilan.
2. Menurut Hadis (2010:7), manajemen adalah segenap
proses penyelenggaraan dalam setiap usaha
kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan tertentu.
3. Menurut Sondang Palan Siagian (2008:4),
manajemen adalah keseluruhan prose kerjasama
antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya.
Dalam manajemen pendidikan, juga terdapat
fungsi-fungsi dalam manajemen secara umum, yaitu
14
(Suryosubroto, 2010: 162):
1. Perencanaan (Planning)
Fungsi paling awal dari semua menejemen adalah
perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan
untuk menyajikan secara sistematis segala kegiatan
yang akan dilaksanakan untyuk mencapai tujuan
tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai
penetapan tujuan, budget, policy prosedur, dan
program suatu organisasai. Dengan adanya
perencaan, fungsi menejemen berguna untuk
menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan
biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan dan
pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.
Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya
apa yang akan dilakukan , kapan dilakukan, dimana
akan dilakukan, bagaimana cara melaukaknnya, apa
saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan
maksimal.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Di dalam sistem menajemen pengorganisasian adalah
lanjutan dari fungsi perencanaan. Bagi suatu
lembaga atau organisasi, pengorganisasian
merupakan urat nadi organisasi. Oleh sebab itu
kenerlangsungan organisasai atau lembaga sangat
dipengaruhi pengorganisasian. Pengorganisasian
menurut Heidjarachaman Ranupandjo adalah
15
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu, pelaksanaannya
dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta
wewenang diantara kelompoknya, ditentukan juga
yang akan menjadi pemimpin dan saling berintegrasi
dengan aktif.
3. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil
perencanaan dan pengorganisasian. Penggerakan
merupakan usaha untuk mengarahkan atau
menggerakan tenaga kerja atau man power dan
mendayagunakan fasilitas yang tersedia guna
melaksanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi
ini memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja
dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari
organisasi dapat tercapai dengan efektif. Fungsi ini
sangat penting untuk merealisasikan tujuan
organisasi.
4. Pengawasaan
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati
dan mengukur segala kegiatan operasi dan
pencapaian hasil dengan membandingkan standar
yang terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi
pengawasan menjamin segala kegiatan berjalan
sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, rencana,
keputusan dalam program kerja yang telah
16
dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.
2.1.2. Pengawas TK/SD
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau
supervise merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu
sekolah, Sahertian (2008:19) menegaskan bahwa
pengawasan atau supervise pendidikan tidak lain dari
usaha memberikan layanan kepada stakeholder
pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara
individu maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Sri Banun Muslim (2009:41) memberikan
pengertian bahwa supervisi adalah serangkaian usaha
pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala
sekolah, penilik sekolah, dan pembina lainnya). Kimball
Wales dalam Banun (2009:38) menyatakan bahwa
“supervision is assistance in the development of a better
teaching-learning situation. Rumusan tersebut
mengisyaratkan bahwa layanan supervise meliputi
keseluruhan situasi belajar mengajar. Situasi belajar
mengajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervise.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang
Replublik Indonesia (UURI) No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, terjadi pergeseran paradigma
17
kepengawasan. Menurut UURI Nomor 20, Bab XIX
pengawasan, pasal 66. Ayat (1) dinyatakan bahwa:
Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan
komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan pada
semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Sedangkan pada ayat (2)
disebutkan bahwa: Pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas publik. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan pengawasan dilakukan oleh beberapa
pihak, baik dari unsure pemerintah maupun dari unsur
masyarakat. Prinsip akuntabilitas dan transparansi
menjadi karakter kepengawasan yang perlu dilakukan
secara optimal dan dijunjung tinggi.
Terkait dengan tugas dan fungsi pengawas, inti
dari fungsi Supervisor adalah sebagai pengembang
(developer), yang bertugas untuk:
1) Pendampingan langsung pelaksanaan tugas Kepala
Sekolah, guru dan staf sekolah.
2) Mengembangkan kurikulum.
3) Memberikan bimbingan dan pelatihan (in-
serviceeducation)
4) Menjalin komunikasi antar warga sekolah, dan
5) Mendorong dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(actionresearch) (Glickman dalam Hartoyo, 2006: 78).
a. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas.
18
Jabatan fungsional Pengawas Sekolah
mengamanatkan agar pengawas melakukukan tugas
pembinaan dan penilaian teknis dan administrasi
pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
(SKB Mendikbud, dan KaBAKN No.0322/0/1966 dan
No.38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah).
Dalam bukunya tentang supervisi pendidikan,
Sahertian (2000:25) mengemukakan bahwa: “Supervisi
berfungsi membantu (assisting) memberi support
(supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing).
Menurut keputusan Menpan No.118/1996 Bab II
Pasal 3 ayat 1, rincian tugas pokok Pengawas Sekolah
adalah (Banun, 2009: 78):
1) Merumuskan rancangan program tahunan
pengawasan sekolah tingkat Kabupaten/Kota Madya.
2) Menyusun program semester pengawasan sekolah
yang menjadi tanggungjawabnya.
3) Menyusun kisi-kisi dalam rangka penyusunan
soal/instrument penelitian.
4) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis
data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan
guru.
5) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya
pendidikan, proses belajar mengajar/bimbingan dan
lingkungan sekolah yang berpengaruh pada
19
perkembangan dan hasil belajar/bimbingan siswa.
6) Melaksanakan analisis komprehensif hasil
belajar/bimbingan siswa dengan memperhitungkan
berbagai factor sumber daya pendidikan yang lebih
kompleks termasuk korelasi kemampuan guru
dengan hasil belajar/bimbingan siswa.
7) Memberikan arahan dan bimbingan kepada guru
tentang pelaksanaan proses belajar
mengajar/bimbingan siswa.
8) Memberikan saran untuk peningkatan kemampuan
professional guru kepada pimpinan instansi yang
terkait.
9) Menyusun laporan hasil pengawasan sekolah
persekolah.
10) Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan
siswa.
11) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh
sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.
12) Membina pelaksanaan pengelolaan sekolah.
13) Memantau dan membimbing pelaksanaan UAS/UAN.
14) Memberikan saran penyelesaian kasus khusus di
sekolah.
15) Memberikan bahan penilaian dalam angka akreditasi
sekolah.
16) Melaksanakan evaluasi hasil pengawasan per
20
mata pelajaran/bimbingan siswa dari sekolah.
17) Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah
dalam bidang pendidikan.
18) Menyusun pedoman pengawasan sekolah.
19) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan
sekolah.
Glickman (dalam Banun, 2009: 8) mengemukakan
bahwa seorang supervisor dapat melaksanakan tugas
pokoknya apabila supervisor memiliki ilmu pengetahuan
(knowledge), kemampuan berkomunikasi yang baik
(interpersonal skill), dan keterampilan maupun
pengalaman teknis yang menjadi ruang lingkup supervisi.
Tugas pokok dan tanggungjawab Pengawas
Sekolah sesuai dengan Permendiknas Nomor 12 tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah yang
meliputi:
1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah sesuai dengan pengawasannya
pada TK, SD, SLB, SLTP, dan SLTA.
2. Meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar/bimbingan dan hasil prestasi
belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan (Depdiknas, 2006: 16).
Tugas dan fungsi Pengawas Sekolah adalah pejabat
fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis
untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap
21
sejumlah sekolah tertentu yang ditetapkan. Pengawas
sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina
penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah
tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi
tanggungjawabnya.
Wewenang yang diberikan kepada pengawas
sekolah meliputi:
1) Memilih dan menentukan metode kerja untuk
mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode
etik profesi.
2) Menetapkan tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya
yang diawasi beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3) Menentukan atau mengusulkan program pembinaan
serta melakukan pembinaan. Wewenang tersebut
menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk
menentukan langkah dan strategi dalam
menentukan prosedur kerja kepengawasan. Namun
demikian pengawas perlu berkolaborasi dengan
kepala sekolah dan guru agar dalam melaksanakan
tugasnya sejalan dengan arah pengembangan
sekolah yang telah ditetapkan kepala sekolah
(Pidarta, 2008: 74).
Berdasarkan tugas pokok tersebut maka kegiatan
yang dilakukan oleh pengawas antara lain (Pidarta, 2008:
22
77):
1) Menyusun program kerja kepengawasan untuk
setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah
yang dibinanya.
2) Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis
data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan
guru.
3) Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya
pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan,
lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.
4) Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis
berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai
bahan untuk melakukan inovasi sekolah.
5) Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada
guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang
bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
belajar/ bimbingan siswa.
6) Melaksanakan penilaian dan monitoring
penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya
mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada
pelepasan lulusan/pemberian ijazah.
7) Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah
binaannya dan melaporkannya kepada Dinas
Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.
23
8) Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh
sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan
program kepengawasan semester berikutnya.
9) Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam
rangka akreditasi sekolah.
10) Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak
sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi
sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas maka tugas pengawas
mencakup:
1) inspecting (mensupervisi)
2) advising (memberi advis atau nasehat)
3) monitoring (memantau)
4) reporting (membuat laporan)
5) coordinating (mengkoordinir)
6) performing leadership dalam arti memimpin dalam
melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted
dalam Pidarta, 2002: 82).
Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi
tugas mensupervisi kinerja kepala sekolah, kinerja guru,
kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata
pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan
pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan
aspek lainnya seperti: keputusan moral, pendidikan
moral, kerjasama dengan masyarakat. Tugas pokok
24
advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis
mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada
guru tentang pembelajaran yang efektif, memberi advis
kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan,
memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada
orang tua siswa dan komite sekolah terutama dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi
tugas: memantau penjaminan/standard mutu
pendidikan, memantau penerimaan siswa baru,
memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau
pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf
sekolah, memantau hubungan sekolah dengan
masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah,
memantau program-program pengembangan sekolah.
Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan
perkembangan dan hasil pengawasan kepada Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau
Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil
pengawasan ke masyarakat publik, melaporkan
perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah
binaannya.
Tugas pokok coordinating meliputi tugas:
mengkoordinir sumber-sumber daya sekolah baik sumber
daya manusia, material, financial dll, mengkoordinir
25
kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice
dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf
sekolah lainnya, mengkoordinir personil stakeholder yang
lain, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi
sekolah. Tugas pokok performing leadership/memimpin
meliputi tugas: memimpin pengembangan kualitas SDM
di sekolah binaannya, memimpin pengembangan inovasi
sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan manajerial
pendidikan di Diknas yang bersangkutan, partisipasi
pada perencanaan pendidikan di kabupaten/kota,
partisipasi pada seleksi calon kepala sekolah/calon
pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah,
partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau
program-program khusus pengembangan mutu sekolah,
partisipasi dalam mengelola konflik di sekolah dengan
win-win solution dan partisipasi dalam menangani
pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari
masyarakat. Itu semua dilakukan guna mewujudkan
kelima tugas pokok di atas.
Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas
sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengawas
satuan pendidikan banyak berperan sebagai: (1) penilai,
(2) peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5)
motivator, (6) konsultan, dan (7) kolaborator dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas
26
sebagai pengawas atau supervisor akademik yaitu tugas
pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek
teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor
manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih
menekankan pada aspek manajemen sekolah dapat
dimatrikkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1. Matrik Tugas Pokok Pengawas
Rincian
Tugas
Pengawasan Akademik
(Teknis Pendidikan/
Pembelajaran)
Pengawasan Manajerial
(Administrasi dan
Manajemen Sekolah)
Inspecting/
Pengawasan
Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran
Proses pembelajaran/
praktikum/studi
lapangan
Kegiatan ekstra kurikuler
Penggunaan media, alat bantu dan sumber belajar
Kemajuan belajar siswa
Lingkungan belajar
Pelaksanaan kurikulum sekolah
Penyelenggaraan administrasi
sekolah
Kinerja kepala sekolah dan staf
sekolah
Kemajuan pelaksanaan
pendidikan di sekolah
Kerjasama sekolah dengan
masyarakat
Advising/
Menasehati
Menasehati guru dalam
pembelajaran/bimbi
ngan yang efektif
Guru dalam meningkatkan
kompetensi
professional
Guru dalam melaksanakan
penilaian proses
dan hasil belajar
Guru dalam melaksanakan
Kepala sekolah di dalam mengelola
pendidikan
Kepala sekolah dalam melaksanakan
inovasi pendidikan
Kepala sekolah dalam
peningkatan
kemampuan
professional kepala sekolah
Menasehati staf
27
penelitian tindakan
kelas
Guru dalam meningkatkan
kompetensi pribadi,
sosial dan pedagogik
sekolah dalam
melaksanakan
tugas administrasi
sekolah
Kepala sekolah dan staf dalam kesejahteraan
sekolah
Monitoring/
Memantau
Ketahanan pembelajaran
Pelaksanaan ujian mata pelajaran
Standar mutu hasil belajar siswa
Pengembangan profesi guru
Pengadaan dan pemanfaatan
sumber-sumber
belajar
Penyelenggaraan kurikulum
Administrasi sekolah
Manajemen sekolah
Kemajuan sekolah
Pengembangan SDM sekolah
Penyelenggaraan ujian sekolah
Penyelenggaraan penerimaan siswa
baru
Coordinating
/
mengkoordini
r
Pelaksanaan inovasi pembelajaran
Pengadaan sumber-sumber belajar
Kegiatan peningkatan
kemampuan profesi guru
Mengkoordinir peningkatan mutu
SDM sekolah
Penyelenggaraan inovasi di sekolah
Mengkoordinir akreditasi sekolah
Mengkoordinir kegiatan sumber daya pendidikan
Reporting
Kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran
Kemajuan belajar siswa
Pelaksanaan tugas kepengawasan
akademik
Kinerja kepala sekolah
Kinerja staf sekolah
Standar mutu pendidikan
Inovasi pendidikan
Sumber: Pidarta (2002: 86)
2.1.3. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
28
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)/Continous professional development (CPD) terdiri
dari serangkaian aktivitas reflektif yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan seseorang. PKB mendukung
pemenuhan kebutuhan seseorang dan meningkatkan
praktik profesional mereka. PKB juga bermakna cara
setiap anggota asosiasi profesi memelihara, memperbaiki,
dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka
dan mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam
kehidupan profesional mereka. PKB mencakup gagasan
bahwa individu selalu bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan profesional mereka di luar
apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang
mereka terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan
tersebut (Wahyudi, 2011: 16).
Tujuan Utama dari pengembangan profesional
guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran
siswa. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini
penting karena berkaitan dengan:
1) Optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini
siswa;
2) Bukti dari profesionalisme;
3) Prasyarat pekerjaan;
4) Meningkatkan keterampilan kerja guru secara
individual;
29
5) Memperluas pengalaman guru untuk keperluan
perkembangan karir atau promosi;
6) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
profesional guru secara individual;
7) Meningkatkan pendidikan pribadi atau pendidikan
umum individu guru;
8) Membuat guru merasa dihargai;
9) Meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan;
10) Meningkatkan pandangan positif mengenai
pekerjaan;
11) Memungkinkan guru mengantisipasi dan bersiap
untuk menghadapi perubahan;
12) Mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau
departemen (Fattah, 2006: 46).
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan PKB adalah:
1) Berpengaruh penting terhadap kehidupan
keprofesian;
2) PKB harus menjadi bagian dari sekuens atau siklus
aktivitas yang lebih panjang yang akan mengarah
pada peningkatan keterampilan atau pengetahuan
guru untuk mendorong murid mencapai tingkat
kinerja yang lebih tinggi;
3) PKB harus membuat keluaran-keluaran yang spesifik
yang diharapkan akan dicapai melalui aktivitas-
aktivitas pengembangan profesional dalam hal
meningkatkan keahlian guru, praktik ruang kelas,
30
kemajuan murid, dan standar prestasi;
4) Para pelaksana PKB harus memilih, merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi peluang-peluang PKB
dalam cara yang sistematik atau mengetahui sejauh
mana kebutuhan-kebutuhan pengembangan telah
dipenuhi;
5) PKB harus mencakup prosedur monitoring untuk
memverifikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan-
keterampilan yang telah didapatkan berhasil
diterapkan dalam latar ruang kelas (Fattah, 2006:
49).
Kerangka Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) harus memungkinkan:
1) Guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru,
dan para pemangku kepentingan untuk memastikan
pertumbuhan profesional para guru individual di
sepanjang karir mereka;
2) Guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru,
dan para pemangku kepentingan untuk
merencanakan pengembangan profesional bagi
tujuan-tujuan sekolah, organisasional, dan
individual;
3) Institusi-institusi pendidikan guru untuk
merencanakan keperluan program-program
pengembangan profesional yang sesuai dengan
pertumbuhan profesional dan kebutuhan karir para
31
guru;
4) Pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan
bagi kelanjutan pendidikan guru dan alokasi sumber
daya untuk hal tersebut (Gaffar, 2008: 72).
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
yang baik tentunya akan menunjukkan karakteristik
tertentu. Beberapa karakteristik PKB yang baik misalnya:
1) Setiap aktivitas dalam PKB merupakan bagian dari
perencanaan jangka panjang yang koheren yang
memberi para partisipan peluang untuk menerapkan
apa yang telah mereka pelajari dalam praktik
mengajar mereka dan untuk mengembangkan
praktik mereka tersebut;
2) PKB direncanakan dengan visi yang jelas mengenai
efektivitas atau peningkatan praktik yang ingin
dicapai. Visi ini dibagi bersama di antara mereka
yang menjalani proses pengembangan dan mereka
yang memimpin atau mendukung proses
pengembangan tersebut. Perencanaan harus
menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau
teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas-
aktivitas PKB;
3) PKB memungkinkan peserta untuk mengembangkan
keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang
praktis dan relevan serta dapat diterapkan dalam
peran mereka saat ini dan amsa depan;
32
4) PKB harus disiapkan oleh orang yang
berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan;
5) PKB didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang
tersedia tentang praktik pembelajaran;
6) PKB mempertimbangkan pengetahiuan dan
pengalaman peserta;
7) PKB ditunjang oleh pembinaan atau mentoring oleh
teman sejawat yang berpengalaman baik dari dalam
sekolah itu sendiri maupun dari luar;
8) PKB dapat menggunakan hasil observasi kelas
sebagai dasar pengembangan fokus PKB dan dampak
PKB;
9) PKB merupakan pemodelan pembelajaran efektif dan
pemodelan strategi pembelajaran;
10) PKB memunculkan secara terus menerus rasa ingin
tahu dan kemampuan problem solving dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah;
11) Dampak PKB terhadap proses pembelajaran terus
menerus dievaluasi dan hasil evaluasi ini
mengarahkan pengembangan aktivitas profesional
secara terus menerus (Gaffar, 2008: 81).
Rancangan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) yang baikharus didorong oleh
perhatian pada tujuan dan kinerja siswa. PKB yang baik
dibangun berdasarkan keterlibatan guru dalam
mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan dalam
33
membentuk peluang dan proses-proses pembelajaran,
berbasis sekolah dengan menekankan pembelajaran yang
melekat pada pekerjaan, bersifat kolaboratif dan
pemecahan masalah. Kegiatan PKB berlangsung secara
terus menerus dengan didasarkan pada informasi yang
kaya dengan sumber informasi yang beragam untuk
mengevaluasi hasil, didasarkan pada pemahaman teoritis
dan memanfaatkan penelitian yang ada untuk
mengembangkan, mendukung, dan meningkatkan
pembelajaran. PKB adalah bagian dari proses perubahan
komprehensif yang menghubungkan pembelajaran
individual dan kolektif dengan isu-isu dan kebutuhan
organisasional.
Pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat
diartikan sebagai pembinaan akademik untuk
meningkatkan profesionalitas bagi guru-guru. Pembinaan
akademik yang dimaksudkan adalah segala usaha yang
memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk
berkembang secara professional, sehingga mereka lebih
maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.
Sebagai supervisor Kepala Sekolah bertugas
memberikan bantuan dan pembinaan secara profesional
kepada guru yang kurang memiliki kemampuan
profesional dalam menyiapkan perangkat RPP.
Membimbing guru-guru secara intensif juga termasuk
34
dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
kurikulum di sekolah, hal tersebut dikategorikan
pelaksanaan tugas dari kepala sekolah dalam
mewujudkan teknik-teknik supervisi perseorangan
(Purwanto, 2001: 120).
Pembinaan ialah bantuan yang diberikan kepada
seorang individu dari setiap umur, untuk menolong dia
dalam megnatur kegiatan-kegiatan hidupnya,
mengembangkan pendirian/ pandangan hidupnya
membuat putusan-putusan dan memikul beban hidupnya
sendiri. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi
pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur
pelaksanaannya ditekankan kepada sebab-sebab atau
kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar
dan kemudian secara langsung pula diusahakan
bagaimana cara mengajar dan kemudian diusahakan
bagaimana memperbaiki kelemahan-kelamahan tersebut.
Beberapa teknik pembinaan yang dapat digunakan
oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan
kemampuan guru dalam mempersiapkan RPP antara lain
(Banun, 2009: 174):
1) Melaksanakan kunjungan kelas secara berencana
untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan
belajar mengajar di kelas.
2) Melaksanakan pertemuan pribadi antara supervisor
dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah
35
khusus yang dihadapi guru dalam mempersiapkan
RPP
3) Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah
yang menyangkut masalah adminstrasi guru dalam
mengajar
4) Mengikutsertakan guru dalam pelatihan atau KKG
5) Mengadakan In House Training (IHT) di sekolah
Dalam praktiknya, pengembangan keprofesian
berkelanjutan untuk guru ini mencakup berbagai cara
dan/atau pendekatan. Cara-cara atau pendekatan yang
dilakukan ini akan membuat guru secara
berkesinambungan belajar. Ini tentunya akan dapat
dilakukan oleh guru setelah memperoleh pendidikan
dan/atau pelatihan awal sebagai guru. Pelaksanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini akan
mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan
standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-
bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai suatu
profesi (guru dipandang sebagai sebuah profesi). Pada
gilirannya, guru akan dapat memelihara, meningkatkan,
memperluas pengetahuan, dan keterampilannya. Ia juga
akan dapat membangun kualitas pribadi yang
dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya sebagai
seorang guru.
Guru diharapkan akan memiliki kesadaran penuh
untuk memenuhi standar kompetensi profesinya. Mereka
36
akan berupaya untuk memperbaharui dan meningkatkan
kompetensi profesional selama bekerja sebagai guru.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini harus
dilakukan dengan komitmen penuh. Guru secara holistic
berupaya meningkatkan keterampilan dan kompetensi
pribadi yang juga merupakan bagian penting dari
kompetensi profesional. Pengembangan keprofesian
berkelanjutan atau PKB merupakan kunci bagi guru
untuk mengoptimalkan kesempatan pengembangan
karirnya baik saat ini maupun ke depannya. PKB harus
dapat mendorong dan mendukung perubahan kualitas
guru, khususnya di dalam praktik-praktik dan
pengembangan karir.
Pada prinsipnya, PKB mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang
didesain untuk meningkatkan karakter, pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan seorang guru agar
menjadi profesional. Guru, melalui perencanaan dan
refleksi pada pengalaman belajarnya akan mempercepat
pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta
kemajuan karirnya. Pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru dapat digambarkan seperti
diagram berikut.
37
Karena PKB merupakan bagian penting dari proses
pengembangan keprofesionalan guru maka PKB tidak
terjadi secara ad-hoc. PKB harus dilakukan melalui
pendekatan yang diawali dengan perencanaan untuk
mencapai standar kompetensi profesi (khususnya bagi
guru yang belum mencapai standar kompetensi sesuai
dengan hasil penilaian kinerja, atau dengan kata lain
berkinerja rendah), mempertahankan/menjaga dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
perolehan pengetahuan dan keterampilan baru.
PKB dalam rangka pengembangan pengetahuan
dan keterampilan merupakan tanggung-jawab guru
secara individu sesuai dengan masyarakat pembelajar,
jadi sangat penting bagi guru yang berada di ujung paling
depan pendidikan. Oleh karena itu, agar PKB dapat
38
mendukung kebutuhan individu dan meningkatkan
praktik-praktik keprofesianalan maka kegiatan PKB harus
(Gaffar, 2008: 89):
1) menjamin kedalaman pengetahuan terkait dengan
materi ajar yang diampu;
2) menyajikan landasan yang kuat tentang metodologi
pembelaran (pedagogik) untuk mata pelajaran
tertentu;
3) menyediakan pengetahuan yang lebih umum tentang
proses pembelajaran dan sekolah sebagai institusi di
samping pengetahuan terkait dengan materi ajar
yang diampu dan metodologi pembelaran (pedagogik)
untuk mata pelajaran tertentu;
4) mengakar dan merefleksikan penelitian terbaik yang
ada dalam bidang pendidikan;
5) berkontribusi terhadap pengukuran peningkatan
keberhasilan peserta didik dalam belajarnya;
6) membuat guru secara intelektual terhubung dengan
ide-ide dan sumberdaya yang ada;
7) menyediakan waktu yang cukup, dukungan dan
sumberdaya bagi guru agar mampu menguasai isi
materi belajadan pedagogi serta mengintegrasikan
dalam praktik-praktik pembelajaran sehari-hari;
8) didesain oleh perwakilan dari mereka-mereka yang
akan berpartisipasi dalam kegiatan PKB bekerjasama
dengan para ahli dalam bidangnya;
39
9) mencakup berbagai bentuk kegiatan termasuk
beberapa kegiatan yang mungkin belum terpikirkan
sebelumnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
saat itu.
Berikut ini mekanisme yang harus ditempuh
untuk melaksanakan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Tahap 1: Setiap awal tahun semua guru wajib
melakukan evaluasi diri untuk merefleksikan kegiatan
yang telah dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya.
Evaluasi diri dan refleksi merupakan dasar bagi seorang
guru untuk menyusun rencana kegiatan pengembangan
keprofesian yang akan dilakukan pada tahun tersebut.
Bagi guru yang mengajar pada lebih dari satu sekolah,
maka kegiatan evaluasi diri dilakukan di sekolah
induknya
Deskripsi evaluasi diri terhadap butir-butir
dimensi tugas utama/indikator kinerja guru, kompetensi
untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan karya inovatif,
kompetensi lain yang dimiliki untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas (misalnya
TIK, bahasa Asing, dsb), dan kompetensi lain yang
dimiliki untuk melaksanakan tugas tambahan (misalnya
Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, Kepala Bengkel,
dsb). Deskripsi usaha-usaha yang telah saya lakukan
untuk mempememenuhi dan mengembangkan berbagai
40
kompetensi tersebut. Deskripsi kendala yang saya hadapi
dalam memenuhi dan mengembangkan berbagai
kompetensi yang terkait dengan pelaksanaan tugas
utama/indikator kinerja guru dan/atau kinerja guru
dengan tugas tambahan. Deskripsi pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang masih saya butuhkan
dalam memenuhi dan mengembangkan berbagai
kompetensi dan dimensi tugas utama/indikator kinerja
guru.
Tahap 2: Hasil evaluasi diri guru yang dilengkapi
dengan dokumen pendukung antara lain perangkat
pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru yang
bersangkutan selanjutnya akan digunakan untuk
menentukan profil kinerja guru dalam menetapkan
apakah guru akan mengikuti program peningkatan
kinerja untuk mencapai standar kompetensi profesi atau
kegiatan pengembangan kompetensi lebih lanjut.
Tahap 3: Melalui konsultasi dengan Kepala
Sekolah, Guru dan Koordinator Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan membuat perencanaan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Konsultasi ini diperlukan untuk menentukan apakah
kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
dilaksanakan di sekolah, di KKG/MGMP/MGBK,
dan/atau di LPMP/PPPPTK. Apabila kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dilaksanakan
41
di luar sekolah, perlu dikoordinasikan dengan
KKG/MGMP/MGBK dan koordinator pengembangan
keprofesian berkelanjutan di tingkat kabupaten/kota.
Tahap 4: Koordinator pengembangan
keprofesian berkelanjutan tingkat sekolah bersama
dengan Kepala Sekolah, menetapkan dan menyetujui
rencana final kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru (Format 2-3). Perencanaan
tersebut memuat kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang akan dilakukan oleh guru baik secara
mandiri dan/atau bersama-sama dengan guru lain di
dalam sekolah, di KKG/MGMP/MGBK maupun kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan. Dinas
Pendidikan diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang akan
dilaksanakan di kabupaten/kota dan memberikan
anggaran atau subsidi kepada sekolah maupun
KKG/MGMP/MGBK.
Tahap 5: Guru menerima rencana program
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup
kegiatan yang akan dilakukan di dalam dan/atau luar
sekolah. Rencana kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan juga mencakup sasaran yang akan dicapai
dalam kurun waktu tertentu setelah guru mengikuti
program pengembangan keprofesian berkelanjutan. Jika
diperlukan, dalam melaksanakan kegiatan pengembangan
42
keprofesian berkelanjutan, seorang guru dapat menerima
pembinaan berkelanjutan dari seorang guru pendamping.
Guru pendamping tersebut ditetapkan oleh kepala
sekolah dengan syarat telah berpengalaman dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan telah mencapai
standar kompetensi yang telah ditetapkan serta memiliki
kinerja minimal baik berdasarkan hasil penilaian kinerja
guru.
TAHAP 6: Guru selanjutnya melaksanakan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang
telah direncanakan baik di dalam dan/atau di luar
sekolah. sekolah berkewajiban menjamin bahwa
kesibukan guru melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan tidak mengurangi kualitas
pembelajaran peserta didik.
Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara
berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun
rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program
pengawasan semester, (3) rencana kepengawasan
manajerial (RKM), dan (4) rencana kepengawasan
akademik (RKA). Program pengawasan tahunan pengawas
satuan pendidikan disusun oleh kelompok pengawas
satuan pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini
diperkirakan berlangsung selama 1(satu) minggu
43
(Sudjana, 2006: 14).
Program pengawasan semester adalah
perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan
oleh setiap pengawas sekolah pada setiap sekolah
binaannya. Program tersebut disusun sebagai penjabaran
atas program pengawasan tahunan di tingkat
kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester
oleh setiap pengawas satuan pendidikan ini diperkirakan
berlangsung selama 1 (satu) minggu. Rencana
Kepengawasan Manajerial (RKM) dan Rencana
Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran
dari program semester yang lebih rinci dan sistematis
sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera
dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKM dan RKA
ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu. Kegiatan
supervisi akademik dan kegiatan supervisi manajerial
yang meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan merupakan
kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara
pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini
adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya di sekolah
binaan, tetapi kegiatan mengolah hasil pemantauan
setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan merupakan kegiatan bukan tatap muka
(Sudjana, 2006: 17).
44
Program tahunan, program semester, RKM dan
RKA sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah,
tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja
(teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang
diperlukan, penilaian dan insrumen pengawasan.
Kegiatan menyusun rencana program kepengawasan
sekolah adalah kegiatan bukan tatap muka.
2.1.4. Karir Guru
Guru atau pendidik dalam Pasal 1 Ayat 6 Undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”.
Selanjutnya pada Pasal 39 ayat 2, dinyatakan
bahwa: ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi”.
Merujuk pada Undang-undang Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 yang dimaksud dengan guru yang
berkualitas adalah guru yang profesional.Ada beberapa
45
istilah yang bertautan dengan kata profesional, yaitu
profesi, profesionalisme, profesionalitas dan
profesionalisasi. Untuk dapat memperjelas satu sama
lain, mari kita lihat terminologi kata-kata tersebut.
Menurut Goodlad, et al (Hadis, 2010), ada tiga
gagasan yang diterima secara umum dalam literatur
pendidikan tentang guru yang profesional.Pertama,
seorang profesional harus memiliki tingkat bakat dan
keterampilan yang tinggi.Kedua, profesional harus
menggunakan keilmuannya untuk mendukung
pekerjaannya, ketiga, profesional harus memiliki otonomi
untuk membuat keputusan yang menggabungkan antara
keterampilan dan pengetahuannya. Alasan konseptual
mengemukakan bahwa guru memerlukan keterlibatan
pemikiran kompleks yang efektif dalam pekerjaannya.
Misalnya, keragaman siswa memerlukan guru yang dapat
mempertimbangkan cara mengajar yang sesuai supaya
materi dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai
latar belakang kemampuan.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
46
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai butir-butir tujuan pendidikan
tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang
memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan
baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi
belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi
diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
Diundangkannya Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka semakin
kuatlah alasan pemerintah dalam melibatkan masyarakat
dalam pengelolaan lembaga pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Keterlibatan
masyarakat tersebut mencakup beberapa aspek dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan (UU No. 20 Th. 2003, pasal 8),
termasuk berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah dan
pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan
serta wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggarakannya pendidikan bagi setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Guru sebagai komponen penting dalam sistem
pendidikan diharapkan mampu menjadi fasilitator,
motivator dan dinamisator dalam proses belajar siswa.
47
Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mempunyai
kompetensi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka
pelaksanaan kurikulum, perlu adanya metode
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu oleh masing-masing guru. Dengan demikian
proses belajar mengajar akan berjalan seiring dengan
pengembangan aspek-aspek belajar siswa yang meliputi
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Untuk
mewujudkan niat baik yang tertuang di dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut perlu adanya
komitmen dari berbagai pihak, terutama pemerintah
dalam mengakomodasikan keinginan para guru dalam
pengembangan karier sesuai dengan Pasal 40 ayat (1).c.
pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan
kualitas.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 tahun 1989,
tentang penetapan jabatan guru sebagai jabatan
fungsional membuka peluang bagi semua guru dalam
meniti kariernya melalui jenjang kepangkatan yang
didasarkan atas angka kredit yang telah diperoleh dan
dikumpulkannya. Sehingga memungkinkan guru untuk
menduduki pangkat tertinggi dalam lingkungan pegawai
negeri sipil (PNS). Oleh karena itu, kemampuan dan
kreativitas guru merupakan unsur atau aspek yang
sangat diperlukan. Itu berarti faktor internal guru perlu
48
ditumbuhkembangkan. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah kecakapan, kemampuan, motivasi, sikap, persepsi
inovatif, kemampuan mengadopsi peraturan yang
berlaku, termasuk usia dan masa kerja. Sedangkan faktor
eksternal yang perlu diperhatikan para guru adalah
bobot dan banyaknya beban mengajar guru untuk
sekolah tertentu.
Sebelum tahun 1960-an jabatan guru demikian
terpandang. Untuk menarik minat para pemuda,
pemerintah memberikan ikatan dinas bagi mereka yang
berkeinginan menjadi guru, sehingga banyak yang
tertarik untuk memasuki LPTK. Namun demikian hal itu
bukanlah daya tarik yang menggiurkan, karena kebijakan
pemerintah itu tidak didukung kebijakan pemerintah
memberikan insentif dan fasilitas bagi guru. Padahal
peluang kerja lain yang lebih menjanjikan sangat terbuka
lebar. Dampaknya banyak guru yang penguasaan
terhadap mata pelajaran yang diampunya rendah karena
mereka yang memasuki lembaga pendidikan guru pada
umumnya bukan mereka yang memilih jabatan guru
sebagai pilihan yang pertama, tetapi banyak dari mereka
yang memasuki pendidikan guru dikarenakan takut tidak
diterima di perguruan tinggi lainnya.
Menurut UNESCO, bahwa guru sebagai agen
pembawa perubahan yang mampu mendorong
pemahaman dan toleransi diharapkan tidak hanya
49
mampu mencerdaskan peserta didik tetapi juga harus
mampu mengembangkan kepribadian yang utuh,
berakhlak dan berkarakter. Untuk itu dibutuhkan suatu
proses pendidikan guru yang secara professional dapat
dipertanggungjawabkan. Guru merupakan pekerjaan
profesi. Dalam pelaksanaan tugasnya membutuhkan
kemampuan teknis yang diperoleh melalui pendidikan
dan atau latihan, berupa perbuatan yang rasional dan
memiliki spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan
tugasnya. Untuk menjadi guru yang baik maka dituntut
adanya sejumlah kompetensi yang harus dimiliki guru,
yaitu (Sudjana, 2006: 22):
1) Menguasai landasan-landasan kependidikan
2) Penguasaan bahan/materi pelajaran
3) Kemampuan mengolah program kegiatan belajar
mengajar
4) Kemampuan mengelola kelas
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
6) Kemampuan menggunakan media dan sumber
belajar
7) Kemampuan menilai hasil belajar/prestasi siswa
8) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan
administrasi pendidikan
9) Kemampuan memahami prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian untuk keperluan pengajaran
50
10) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah
Sosok guru yang mampu mengemban tugas yang
disebutkan di atas sebenarnya sudah diberikan moto oleh
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Untuk dapat melaksanakan fungsi pertama, berarti guru
haruslah berkepribadian yang utuh dengan kemampuan
akademik dan profesional yang andal. Untuk dapat
melaksanakan fungsi kedua dibutuhkan guru yang
memahami dan menyayangi peserta didik. Sedangkan
untuk dapat melaksanakan fungsi yang ketiga, guru
harus terus memantau terus proses belajar peserta didik
dan mendorong semangat belajar peserta didiknya. Akan
tetapi sejauh ini moto tersebut seakan tidak bermakna
karena tidak adanya pelaksanaan di lapangan.
Jadi untuk menyiapkan tenaga pendidik tidak
hanya diperlukan suatu proses pendidikan akademik
yang handal akan tetapi juga diperlukan suatu proses
pendidikan yang mampu mengembangkan kepribadian
dan karakter seorang pendidik. Oleh karena itu
infrastruktur lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) haruslah dilengkapi dengan asrama mahasiswa
dan laboratorium kependidikan (sekolah model) dan lain-
lain. Sangat disayangkan bahwa UNY yang sebelum tahun
1980-an mempunyai sekolah laboratorium dari sekolah
51
dasar hingga lanjutan atas malah justru pengelolaannya
diserahkan ke kementerian pusat (dh. Depdikbud). Proses
penempatan guru yang tidak terarah, tidak adil dan tidak
proporsional akan berpengaruh negatif terhadap guru
dalam mengembangkan kemampuan dan pengabdiaan
profesional kependidikannya. Selain itu juga
menyurutkan niat generasi muda untuk memasuki
profesi keguruan. Kenyataan yang dihadapi banyak guru
yang berada di daerah terpencil tidak memiliki masa
depan, baik bagi pengembangan karirnya maupun
kesehatan rohani dan jasmaninya. Dihapuskannya
program rotasi semakin menjadikan ciut semangat guru
untuk meningkatkan profesionalismenya, karena dalam
benaknya sudah merasa bahwa sampai pensiun dia tetap
berada di sekolah tersebut.
Rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik
semakin tidak seimbang. Adanya sekolah yang kelebihan
guru, namun di sisi lain masih banyak sekolah-sekolah
yang kekurangan guru. Sekolah-sekolah yang kekurangan
guru ini terpaksa mengangkat guru honorer/guru tidak
tetap (GTT) yang gajinya jauh di bawah upah minimum.
Lebih celakanya jenis guru yang satu ini tidak
mempunyai ikatan perjanjian hukum yang jelas sehingga
sewaktu-waktu dapat diberhentikan karena ada droping
guru negeri baru. Di sisi lain kepala sekolah yang
seharusnya merupakan atasan langsung dari si guru
52
sibuk dengan proyek-proyek pembangunan fisik sekolah.
Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kadang-
kadang hanya dilakukan secara massal, misalnya pada
saat rapat dinas. Padahal sudah sewajarnyalah jika ada
guru yang bermasalah langsung dibina saat itu juga,
sehingga permasalahannya tidak berlarut-larut dan
mengimbas pada guru yang lain.
Dalam pelaksanaan manajemen pendidikan yang
moderen, praktek guru mencari penghasilan tambahan
dilarang, dan bagi pelanggarnya harus memilih untuk
tetap bekerja sebagai guru atau meninggalkannya. Di
negara yang mendudukkan pendidikan sebagai priortas
utama, penghasilan guru demikian bersaing dengan
profesi lain, sehingga larangan rangkap profesi dapat
diterapkan. Oleh karena itu upaya apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak
akan dapat dicapai selama masalah jaminan
kesejahteraan minimal seorang tenaga pengajar tidak
dipenuhi.
Aspek utama yang bersentuhan langsung dengan
nasib para guru adalah Teacher Management (Manajemen
Guru). Menurut Worldbank (1998: 20) disebutkan bahwa
guru juga mempunyai kesempatan promosi (peningkatan).
Struktur karier bagi guru pada pendidikan dasar
berbentuk piramida. Promosi guru selalu berarti bahwa
kerja guru beralih ke bidang administrasi dan
53
meninggalkan tugasnya sebagai pengajar di kelas. Pola
semacam itu mempunyai efek negatif terhadap moral
guru dan menurunkan kualitas hasil pengajaran karena
guru yang senior memperoleh promosi bukan sebagai
guru, melainkan sebagai tenaga administrasi. Beberapa
negara seperti Australia dan Irlandia mengembangkan
sejumlah jabatan guru, sebagai contoh jabatan bertingkat
yang lebih difokuskan dalam hal tanggung jawab khusus.
Jabatan-jabatan itu menambah promosi jabatan
konvensional yang sudah ada, yaitu kepala dan deputi
kepala. Tugas-tugas yang berkaitan dengan jabatan
khusus tersebut dipusatkan pada pengajaran sekolah dan
kebutuhan-kebutuhan pengembangan staf, tepatnya lebih
dari pada sekedar tugas administrasi rutin.
Secara harafiah pengertian pengembangan karier
(career development) menuntut seseorang untuk membuat
keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai
tujuan-tujuan karier. Pusat gagasan dalam
pengembangan karier ialah waktu, yang dipengaruhi cost
and benefit. Cost and benefit ini selalu dipertimbangkan
dalam memilih pekerjaan, apa kerjanya, apa
organisasinya, dan apa untung ruginya (Sigit : 2003).
Sedangkan pengertian pengembangan karier secara awam
adalah peningkatan jabatan yang didasarkan pada
prestasi, masa kerja, dan kesempatan. Dengan mengacu
pada pengertian awam tersebut maka pengembangan
54
karier bagi guru perlu diupayakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Namun sejauh ini ternyata pengembangan karier bagi
guru belum memperoleh porsi yang sesuai, karena
dengan dicanangkannya otonomi daerah ternyata
menimbulkan kebimbangan para birokrat daerah untuk
memberikan kewenangan pengelolaan aspek-aspek
pendidikan terhadap kaum guru. Hal ini dapat dimaklumi
sebab dengan memberikan jabatan-jabatan tersebut
menutup peluang bagi mereka (birokrat) untuk „berkuasa‟
(Hadis, 2010: 64).
Menurut Worldbank (2013), terjadi kerancuan
tentang pengembangan karier bagi guru. Selama ini
pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai
pengalihan tugas-tugas guru yang tadinya sebagai
pengajar berubah menjadi administrator (tenaga
adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan
dengan tujuan semula. Oleh karena itu, pengembangan
karier bagi guru diartikan dengan tambahan kewenangan
bagi guru selain tugas pokoknya sebagai pengajar
(pendidik). Jadi walaupun seorang guru mempunyai/naik
jabatan menduduki jabatan struktural tertentu akan
tetapi tugas pokoknya sebagai pengajar/pendidik tetap
menjadi tanggung jawabnya. Dengan kata lain seorang
guru tidak serta merta menjadi birokrat dan
meninggalkan profesi mengajar ketika ia naik jabatan.
55
Yang dimaksud dengan karier ini adalah kemampuan
guru dalam mencapai kompetensi yang diterapkan
kemudian dihubungkan dengan pencapaian prestasi yang
bersangkutan.
Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang
berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan
kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran dan bimbingan di sekolah (Banun, 2009:
161). Sasaran supervisi akademik antara lain membantu
guru dalam:
1) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau
bimbingan
2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan
3) menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan
4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan
layanan pembelajaran/bimbingan
5) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur
dan terus menerus pada peserta didik
6) melayani peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar
7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik
8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
9) mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan
media pembelajaran dan atau bimbingan
10) memanfaatkan sumber-sumber belajar
56
11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan
(metode, strategi, teknik, model, pendekatan dll.)
yang tepat dan berdaya guna,
12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pem-
belajaran/bimbingan, dan
13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan
(Banun, 2009: 163)
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan
mutu dan efektifitas sekolah dapat memang tepat
dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka
kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku
dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari:
kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas
belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan,
kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen,
bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab
orang tua dan masyarakat (Law dan Glover dalam Fattah,
2006: 51). Ofsted (dalam Fattah, 2006: 54) menyatakan
bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard
dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa
di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program
kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat
siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan
dan manajemen sekolah. Khusus masalah layanan siswa
di sekolah.
Pengembangan karier dalam penelitian ini adalah
57
kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan
Kelas, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
Keputusan Menteri N0.16 tahun 2009 karya tulis ilmiah
sudah menjadi syarat kenaikan dari, maka kedepan guru
harus mempunyai kemampuan untuk membuat karya
tulis ilmiah. Guru harus menggunakan sebagian
tunjangan untuk membuat karya tulis ilmiah.
Pembuatan karya tulis ilmiah masih sangat
terbatas. Menurut Zamroni Direktur Profesi Pendidik pada
Ditjen Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan saat ini
sekitar 390.000 guru berpangkat IV a masih mengalami
kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena
adanya persyaratan menullis karya tulis ilmiah (Kompas
29 Maret 2007 hal 12). Nampak bahwa para guru enggan
menulis karya tulis ilmiah karena kurang pengetahuan
dan kemampuan tentang pembuatan karya tulis ilmiah.
Berdasarkan uraian diatas, dipertimbangkan perlu
dilakukan kegiatan pelatihan penulisan PTK bagi para
guru, yang karena keterbatasan waktu, tenaga dan
pengetahuan serta kemampuan guru-guru, dibatasi para
guru SD. Pelatihan difokuskan pada peningkatan
kemauan dan kemampuan (motivasi) guru menulis karya
penelitian tindakan kelas. Harapannya guru-guru menjadi
produktif dalam menghasilkan karya tulis ilmiah
58
2.2. Kajian Riset Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Retoliah (2014)
mengenai Kinerja Pengawas dalam meningkatkan kinerja
guru PAI di Kota Palu. Hasilnya menunjukkan bahwa
Kinerja Pengawas PAI Kementerian Agama Kota Palu
dalam penyusunan program pengawasan baik Prota,
Prosem maupun RKA berhasil dengan baik. Mereka
menyusun program tersebut secara kolektif dibawa
koordinasi ketua dan sekretaris pokjawas yang bertindak
sebagai Pembina pengawas. Kinerja pengawas PAI dalam
pelaksanaan program kepengawasan hasilnya bervariasi,
ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik,
mereka bekerja keras sesuai dengan fungsi dan
wewenangnya yaitu memantau, memeriksa perangkat
pembelajaran, melakukan kunjungan kelas untuk
mengamati kinerja Guru PAI dalam mengelola
pembelajaran, menilai kesesuaian antara RPP dengan
pelaksanaan pembelajaran. Penelitian yang akan
dilakukan pada dasarnya lebih meningkatkan pada
seluruh aspek kompetensi yang ada pada guru tidak
terbatas pada kompetensi pedagogic.
Penelitian lain yang dilakukan Priadi Surya (2011)
dalam penelitiannya yang berjudul Profesionalisme
Pengawas Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.
Hasil penelitiannya menunjukkan Pengawas sekolah
59
mendampingi kepala sekolah dan guru untuk
mengembangkan program pendidikan yang mendasarkan
diri pada potensi lingkungan sendiri serta memajukan
wawasan lembaga terhadap pergaulan internasional.
Hasil penelitian Jadmi Rahayu (2009) mengenai
Peningkatan Kinerja Guru melalui Pelaksanaan In Houes
Training oleh Pengawas menunjukkan bahwa, pengawas
sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi
akademik maupun supervisi manajerial yang dapat
dilakukan salah satunya dengan In House Training.
Melalui kegiatan IHT supervisi akademik yang berkenaan
dengan aspek pembinaan dan pengembangan
kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Seorang
pengawas untuk dapat melaksanakan tugas, pokok dan
fungsinya perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu
terhadap ketentuan mengenai tugas pokok dan fungsinya,
sehingga dalam melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan
urutan dan ketentuan. Pelaksanaan tugas harus urut
karena pengawas memiliki peran yang amat besar dalam
peningkatan mutu pendidikan.
Hasil penelitian Maisyaroh (2001:52) mengenai
Pelaksanaan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran menunjukkan hasil bahwa dari
segi proses, apabila supervisor mampu melaksanakan
kegiatan pembinaan akademik secara tepat, baik dalam
60
tahap pendahuluan, observasi, maupun dalam umpan
balik, maka akan memberikan dampak positif bagi kinerja
guru. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,
nampak bahwa pelaksanaan supervisi klinis dapat
terselesaikan dengan lancar walaupun dengan waktu
yang sangat terbatas karena kesibukan pribadi maupun
kesibukan dari tugas sekolah. Suasana yang terbangun
saat pertemuan berlangsung hangat dan kondusif pada
pertemuan I (Siklus I) dan tegang pada pertemuan II
(Siklus II). Situasi dan kondisi saat pelaksaan supervisi
klinis dengan teknik rapat guru terlihat kondusif jika
supervisor yang memberikan informasi tentang RPP serta
memberikan umpan balik terhadap RPP yang dibuat
tetapi suasana berubah menjadi tegang ketika subjek
penelitian memaparkan permasalahannya.
AM Lee (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
Developing Effective Supervisors: Concept of Research
Supervision menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya
bahwa karir sebagai pendidik seiring dengan
perkembangan zaman semakin kompleks, namun
demikian perlu dukungan dari pengawas atau supervisor
agar pendidik juga melakukan sebuah penelitian dalam
mengembangkan proses belajar mengajarnya. Melalui
penelitian tersebut, akan tercipta suatu pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Fritz dan Miller (2003) dalam penelitiannya
61
Supervisory Options for Instructional Leaders in
Education menunjukkan hasil bahwa pengawas masih
terfokus pada pengawasan proses belajar mengajar, yang
dilakukan hanya sekali tempo dalam suatu kurun waktu
belajar mengajar. Hal tersebut kurang membawa dampak
terhadap keberhasilan belajar mengajar.
Penelitian yang dilakukan peneliti ini pada
hakikatnya adalah pelaksanaan salah satu tugas pokok
pengawas melalui Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan untuk meningkatkan karir guru. Karir
guru disini salah satunya kemampuan guru untuk
mengadakan penelitian sekaligus menyusun sebuah
laporan penelitian sebagai bahan evaluasi sluruh proses
belajar mengajar yang dilakukan, yang wujudnya adalah
berupa Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Perbedaan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumya
adalah khusus dalam penelitian ini peningkatan
kemampuan guru dalam menyusun PTK melalui
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, sedangkan
penelitian lain terbatas masih pada aspek pedagogic saja.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan
diatas dan landasan teori yang telah diuraikan, maka
kerangka berpikir penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
62
Pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai
pengalihan tugas-tugas guru yang tadinya sebagai
pengajar berubah menjadi administrator (tenaga
adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan
dengan tujuan semula. Oleh karena itu, pengembangan
karier bagi guru diartikan dengan tambahan kewenangan
bagi guru selain tugas pokoknya sebagai pengajar
(pendidik). Jadi walaupun seorang guru mempunyai/naik
jabatan menduduki jabatan struktural tertentu akan
tetapi tugas pokoknya sebagai pengajar/pendidik tetap
menjadi tanggung jawabnya.
Pengembangan karier dalam penelitian ini adalah
kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan
Kelas, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
Keputusan Menteri N0.16 tahun 2009 karya tulis ilmiah
sudah menjadi syarat kenaikan pangkat, maka kedepan
guru harus mempunyai kemampuan untuk membuat
karya tulis ilmiah. Guru harus menggunakan sebagian
tunjangan untuk membuat karya tulis ilmiah.
Pembuatan karya tulis ilmiah masih sangat
terbatas. Menurut Zamroni Direktur Profesi Pendidik pada
Ditjen Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan saat ini
sekitar 390.000 guru berpangkat IV a masih mengalami
kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena
adanya persyaratan menullis karya tulis ilmiah (Kompas
29 Maret 2007 hal 12). Nampak bahwa para guru enggan
63
menulis karya tulis ilmiah karena kurang pengetahuan
dan kemampuan tentang pembuatan karya tulis ilmiah.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan menulis. Selama ini guru bukan tidak
mampu menulis, hanya kurang motivasi dan pengarahan
mengenai menulis secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan sebenarnya merupakan sumber untuk
menyusun karya ilmiah atau PTK. Hanya saja
kemampuan guru dalam memahami cara menulis dan
bahasa yang digunakan dalam menyusun PTK memang
masih kurang. Melalui pelaksanaan PKB ini guru
mendapatkan gambaran mengenai langkah-langkah
dalam menyusun PTK, yang merupakan salah satu
komponen dalam meningkatkan karirnya.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dengan
model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan
sebagai berikut:
64
Gambar 2.1 Alur Penelitian Tindakan Sekolah
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan pengawas
TK/SD dapat meningkatkan karir guru di Gugus
Hasanuddin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Adapun indikatornya adalah guru mampu membuat
Penelitian Tindakan Kelas atau Karya Ilmiah atau alat
peraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
karir dalam pendidikan.
Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan
PKB Siklus I
Pengamatan
Siklus I Refleksi I
Permasalahan baru
hasil refleksi
Pengamatan
Siklus II
Perencanaan tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan
tindakan II
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya