BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

22
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce dan Weil: 1980). Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perlakuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 1980). Model pembelajaran dapat disajikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Senada dengan pendapatnya Kemp, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi

pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan

secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya

mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang

digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau

teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip

pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang

mendukung (Joyce dan Weil: 1980). Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran

berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model

tersebut merupakan pola umum perlakuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di

kelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 1980). Model pembelajaran dapat disajikan pola pilihan,

artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai

tujuan pendidikan.

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,

model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John

Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

5

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif

dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

3. Dapat disajikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya

model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan atau langkah-langkah

pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4) sistem

pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan

melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:

(1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2) Dampak pengiring,

yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model

pembelajaran yang dipilih.

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu

(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan

siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta

prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu

berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

siswa.

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan

pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam

pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi

pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.

Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema

yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

6

keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang

menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan

hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga

keterkaitan dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.

Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan di antaranya :

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan pengembangan berbagai kompetensi dasar

antarmatapelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain

dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam

konteks tema yang jelas.

6. Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,

untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus

mempelajari matapelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu

dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu,

selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal.

Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga

dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok

setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode

yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan

tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

b. Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar

Tahap perkembangan tingkah belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh

aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada disekitarnya. Kedua hal tersebut

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

7

tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri

siswa dengan lingkunganya. Menurut Piage (1950) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam

menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif).

Menurut Piage, setiap anak memiliki srtuktur kognitif yang disebut schemata, yaitu

sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada

dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses

asimilasi, yaitu menghubungkan objek denga konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan

akomodasi, yaitu proses pemanfaatan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan

objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat

pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak

secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di

sekitarnya.

Piage membagi perkembangan berpikir anak ke dalam tahap-tahap sebagai berikut :

usia 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 7-11 (opera konkret), dan usia 11

tahun lebih (opera formal). Pada setiap tahapan tersebut. Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11

tahun) barada pada tahapn opera konkret. Pada usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu:

(1) anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek

lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) anak mulai berpikir

secara operasional, (3) anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk

mengklasifikasikan benda-benda, (4) anak dapat membentuk dan menggunakan hubungan

aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5)

anak dapat memahami konsep substasi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat.

Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu konkret,

integratif, dan hierarkis. Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang

konkret yakni dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik. Dengan titik penekanan

pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber balajar yang dapat dioptimalkan untuk

pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar.

Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proese dan hasil belajar lebih bermakna dan

bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

8

yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

Hampir semua tema/topik pembelajaran dapat dipelajari dari lingkungan. Integratif

berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu. Anak usia

Sekolah Dasar belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini

melukiskan cara berpikir deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Dengan

demikian, keterpaduan konsep tidak dipilah-pilah dalam berbagai disiplin ilmu, tetapi terkait-

kaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna. Hierarki adalah berkembang secara

bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Dengan demikian,

perlu diperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran, dan cakupan keluasan

materi pelajaran.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki

karakteristi-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan

pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar,

sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-

kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct

experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata

(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-temayang paling dekat berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

4. Menyajikan konsep dari berbagai dari berbagai mata pelajaran

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

9

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam

suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep

tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan

ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan

kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai minat

dan kebutuhan.

7. Menggunakan prinsip-prinsip sambil bermain dan menyenangkan.

d. Manfaat Pembelajaran Tematik

1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata

pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi

bahkan dihilangkan,

2. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir,

3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses

dan materi yang tidak terpecah-pecah,

4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin

baik dan meningkat.

e. Memilih dan Menetapkan Tema/ Topik Pemersatu

Memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi

dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan

semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu

pertimbangan, diantaranya: a) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses

berpikir pada siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) ruang lingkup tema

disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

10

kemampuannya, dan c) penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali

oleh siswa. Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bisa

ditetapkan sendiri oleh guru dan/ atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut. Contoh tema, seperti: peristiwa alam, keluarga, kebersihan, kesehatan

rekresi, alat tranportasi, alat komunikasi, pengalaman, dan sebagainya.

Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit.

Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya

lebih spesifik dan lebih konkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat

dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran.

Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.

Gambar 2.1

Penentuan Ruang Lingkup Tema dalam Model Pembelajaran Tematik

TEMA

Anak Tema 2

Anak Tema 3 Anak Tema 1

Materi 2 Materi 1

Materi 3

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

11

Sebagai contoh, tema tentang “Pengalaman” dapat dikembangkan menjadi anak tema:

(1) pengalaman menyenangkan, (2) pengalaman menyedihkan, dan (3) pengalaman

lucu/menggelikan. Tema “Alat Transportasi” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) alat

transportasi darat, (2) alat transportasi laut, dan (3) alat transportasi udara.

f. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya disajikan

dasar dalam penyususnan silabus pembelajaran tematik. Secara umum, silabus ini diartikan

sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran

tematik. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi

dasar yang akan dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa. Dalam

menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah

dikembangkan. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam

pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format silabus disusun dalam bentuk

matriks dan memuat tentang: (1) mata pelajaran yang akan dipadukan, (2) kompetensi dasar,

(3) indikatornya yang akan dicapai, (4) kegiatan pembelajaran berisi tentang materi pokok,

strategi pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan alokasi

waktu yang dibutuhkan, (5) sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan

digunakan dan sumber-sumber bacaan yang dijadikan bahan atau rujukan dalam kegiatan

pembelajaran, dan (6) penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.

g. Penyusunan Rencana Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana pembelajaran.

Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa

yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik

meliputi:

1. Tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran.

2. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester,

dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

3. Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

12

4. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai

kompetensi dasar dan indikator.

5. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa

dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai

kompetensi dasar dan indikatornya).

6. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta

sumbar bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan

kompetensi dasar yang harus dikuasai.

7. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai

pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik sebaiknya disusun dalam bentuk

atau format naratif. Contoh format dan pedoman penyusunan rencana pembelajaran tematik

dapat dilihat pada uraian berikut.

FORMAT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Nama Sekolah

Alamat Sekolah

Tema : .................................................

Mata Pelajaran :

1. ....................................................................................

2. ....................................................................................

3. ....................................................................................

Kelas/ Semester :

Alokasi Waktu :

1. Kompetensi Dasar

Tulisan kompetensi dasar yang dapat dipadukan dari beberapa mata

pelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik.

Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

13

2. Indikator

Tuliskan indikator yang Anda kembangkan dari Kompetensi Dasar di

atas dari beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan

menggunakan pembelajaran tematik.

3. Tujuan Pembelajaran

Tuliskan tujuan pembelajaran yang Anda jabarkan dari Kompetensi

Dasar di atas yang mengandung kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor. (domain tersebut bersifat fleksibel tergantung dari tema yang

ditetapkan).

4. Materi Pokok

Tulisan pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang perlu

dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator

yang telah ditetapkan.

5. Metode yang Digunakan

Tuliskan metode yang digunakan dalam pembelajaran tematik.

Penatapan motode boleh lebih dari satu, misalnya: ceramah bervariasi,

tanya jawab, diskusi, pembelajaran kooperatif, pemecahan masalah, dan

sebagainya.

6. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berupa alur kegiatan

pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam

berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber untuk menguasai

kompetensi dasar, mencakup kegitan tatap muka dan pengalaman belajar.

1. Kegiatan Pendahuluan (± 25 menit)

Kegiatan awal atau pendahuluan (introduction) pada dasarnya

merupakan kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan siswa pada

setiap kali pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsingnya terutama

memberikan motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif

yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

14

baik. Efisien waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena

waktu yang tersedia relatif singkat berkisar antara 10-30 menit. Dengan

waktu relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi

awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pmbelajaran

siswa sudah sip untuk mengikuti pelajaran dengan saksama.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di

antaranya, yaitu: (1) melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan materi yang

telah diberikan dengan materi yang telah dipelajari, sehingga pemahaman

siswa menjadi utuh, (2) menginformasikan tujuan atau kompetensi yang

akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan agar siswa

mengetahui arah dan capaian yang akan diperoleh dalam kegiatan yang

akan dilakukannya, (3) melakukan pretest atau kuis, yaitu untuk

mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari,

penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek

atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajaran

siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan

suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivai belajar siswa,

dan membangkitkan perhatian siswa.

2. Kegiatan Inti (Sesuai dengan Alokasi Waktu yang Ditetapkan)

Kegitan inti merupakan proses pembelajaran untuk untuk mencapai

kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan

pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta spikologis

siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui

proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan

pembelajaran tematik yang menekankan pada proses pembentukan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

15

pengalaman belajar siswa (learning experiences). Pengalaman belajar

tersebut bisa dalam bentuk tatap muka dan non-tatap muka. Pengalaman

belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung

antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka

dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam

berinteraksi dengan sumber belajar lain yng bukan kegiatn interaksi guru-

siswa.

Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat situasional, dalam

arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana proses

pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik. Kegiatan paling awal

yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tentang tema yang

akan dibahas dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta

garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini

perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak awal kemampuan-

kemampuan apa saja yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran

berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan kompetensi

tersebut kepada siswa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau

kedua-duanya, guru menuliskan kompetensi tersebut di papan tulis

dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya

kompetensi tersebut dikuasai siswa.

Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelejaran, yaitu

menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam

tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-

kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema,

topik, atau materi pembelajaran. Kegiatan belajar yang ditempuh siswa

dalam pembelajaran tematik lebih diutamakan pada terjadinya proses

belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

16

aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator

yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk belajar.

Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang

dipelajarinya, sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivisme

dapat dijalankan.

Dalam membahas dan mengkaji materi pembelajaran tematik harus

diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian

bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui hubungan

konsep-konsep dari mata pelajaran satu dengan konsep-konsep dari mata

pelajaran lainnya. Dalam hal ini guru harus berupaya penemuan

pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran tematik dalam bentuk kegiatan

pembelajaran secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan.

3. Kegiatan Penutup (± 25 menit)

Kegiatan akhir dalam pembelajaran tematik tidak hanya diartikan

sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan

penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak

lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa.

Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu, guru

perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara

umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu

diantaranya: (1) siswa menyampaikan KBM di bawah arahan guru, (2)

melaksanakan post test atau penilaian akhir, (3) melaksanakan tindak

lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang

harus dikerjakan di rumah, (4) menjelaskan kembali bahan pelajaran yang

dianggap sulit oleh siswa, (5) menginformasikan topik atau tema yang akan

dibahas pada pertemuan yang akan datang, dan (6) menutup kegiatan

pembelajaran.

7. Alat, Media, dan Sumber

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

17

Tuliskan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran sesuai untuk pencapaian kompetensi dasar

dan indikator. Gunakan cara penulisan yang sedah baku, tuliskan juga

bagian/bab dan halaman.

8. Penilaian Hasil Belajar

Tuliskan jenis, bentuk, dan alat tes yang digunakan untuk menilai

pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta tindak lanjut siswa

penilaian (kalau diperlukan), seperti: remedial, pengayaan, atau

percepatan. Sesuai dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti

penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project), kinerja

(performance), dan tes tertulis (written test). Dan tidak lupa mencantumkan

kunci jawaban dari soal tes yang telah dibuat.

h. Pengaturan Jadwal Pelajaran

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga

tahapan yaitu:

1. Kegiatan Pendahuluan/ awal/ pembukaan

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran berupa

kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman

anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan

adalah bercerita, kegiatan fisik/ jasmani, dan menyanyi.

2. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan berbagai strategi/ metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara

klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.

3. Kegiatan Penutup/ Akhir dan Tindak Lanjut

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Kegiatan yang dapat dilakukan

adalah menyimpulkan/ mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

18

mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/ apresiasi

musik.

2.1.2 Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium

yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah pengantar pesan dari

pengirim kepenerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk

dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970)

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media

adalah segala alat fisik yang dapat menghasilkan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar.

Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-

bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya

dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada

persamaan yang diantara batasan tersebut, yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian

rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih

menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan

persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Simpulannya media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-

peniruan benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam

bentuk 2 dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan yang berhubungan

dengan pokok bahasan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

19

b. Fungsi Media Gambar

Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai

salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan

lingkungan belajarnya. Fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang dipergunakan guru.

Media gambar untuk membantu guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar, tidak terkecuali untuk anak-anak Sekolah Dasar. Secara umum fungsi media

gambar menurut Basuki dan Farida (2001) yaitu:

1. Mengembangkan kemampuan visual

2. Mengembangkan imanijasi anak

3. Membantu meningkatkan kemampuan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau

peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas

4. Mengningkatkan kreativitas siswa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

1) Kelebihan Media Gambar

Beberapa kelebihan media gambar antara lain :

1. Sifatnya konkrit, maksudnya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda/ peristiwa

dapat dibawa kedalam kelas, dan tidak selalu bisa anak–anak dibawa keobjek/

peristiwa tersebut. Media gambar dapat mengatasi masalah tersebut.

3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sela atau penampang

daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas

dalam bentuk gambar.

4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan

peralatan khusus.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

20

2) Kelemahan Media Gambar

1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas kelompok besar.

2.1.3 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil“ dan “belajar“

yang memiliki arti yang berbeda. Menurut Djamarah (2000), hasil adalah prestasi dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak

akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah

prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan,

sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk

mancapainya.

Sementara itu, Arikunto (1990) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir

setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati,

dan dapat diukur”. Nasution (1995) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada

diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga

meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada individu

tersebut.

Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat

adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga

nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan

dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu

perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri

siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud

adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

21

dikemukakan oleh Clark (1981) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70%

dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran

(Sudjana, 2002).

"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali

Muhammad, 2004). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi

dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi

perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya

kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang

perilaku (psikomotorik).

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

a) Penelitian yang dilakukan oleh Suhermin, 2009. Permainan Ular Tangga ada Pembelajaran

Tematik untuk Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial dan Hasil Belajar Siswa Kelas II-a

di SD Negeri Gununggangsir I.Skripsi. Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah,

FIP Universitas Negeri Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permainan ular tangga pada

pembelajaran tematik yang dapat meningkatkan keterampilan interaksi sosial siswa kelas II

SDN Gununggangsir I dan mengetahui apakah penggunaan permainan ular tangga pada

pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II-a di SDN

Gununggangsir I. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret-April 2009 di SD Negeri

Gununggangsir I kelas II-a yang terdiri dari 24 siswa. Rancangan penelitian menggunakan

penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dengan pengambilan data melalui

observasi dengan rubrik, tes, wawancara, dan catatan lapangan selama penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan keterampilan interaksi sosial dalam

aspek komunikasi, kerjasama, kontak sosial, tanggung jawab, dan keaktifan siswa sebesar

35%, yaitu dari siklus I, 41% ke siklus II, 76% dari pra tindakan 16,6% dan ada peningkatan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

22

hasil belajar sebesar 22,67%, yaitu dari siklus I, 76,50% ke siklus II, 89,17% dari pra tindakan

66,50%. Berdasarkan hasil penelitian selama 2 siklus dapat disimpulkan bahwa: 1) permainan

ular tangga pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan keterampilan interaksi sosial

siswa kelas II SDN Mangunsari 01; 2) penggunaan permainan ular tangga yang didalamnya

terdapat kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Mangunsari 01.

b) Penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng, Pristiwana Tri. 2009. Peningkatan Hasil Belajar PKn

Melalui Pembelajaran Tematik Siswa Kelas III di SDN Kedungmlaten Kecamatan Lengkong

Kabupaten Nganjuk Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri

Malang.

Kegiatan Pembelajaran Tematik ini menggabungkan mata pelajaran PKn dengan

Bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran PKn mempelajari tentang aturan sekolah, sedangkan

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mempelajari tentang membuat paragraf. Penelitian ini

dilakukan di SDN Kedungmlaten Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk, tanggal 1

November sampai 31 Desember 2009. Rancangan Penelitian yang digunakan adalah

penelitian tindakan kelas. Kriteria ketuntasan yang digunakan yaitu ketuntasan individu 65%

dan ketuntasan klasikal 70% dengan kategori tingkat keberhasilan belajar siswa yaitu skor 85-

100 = sangat baik; 70-84 = baik; 55-69= cukup; 45-54= kurang; dan skor 0-44 masuk kategori

sangat kurang. Dengan adanya kriteria tersebut maka dengan mudah akan mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum

menerapkan pembelajaran tematik dan setelah menerapkan pembelajaran tematik pada mata

pelajaran PKn di kelas III. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran

tematik terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari data mulai dari pra

tindakan sampai siklus II. Pada pra tindakan dan siklus I terjadi peningkatan ketuntasan

individu 22% dan ketuntasan klasikal 6%, kemudian dilanjutkan siklus II terjadi peningkatan

ketuntasan individu 19% dan ketuntasan klasikal 4%.

Dari hasil penelitian yang diuraikan di atas, penerapan model pembelajaran tematik

pada dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berkala. Hal itu menunjukkan

adanya perubahan pada hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

23

menyajikan materi pelajaran oleh guru dengan menggunakan penerapan model pembelajaran

tematik.

Akan tetapi apakah penerapan model pembelajaran tematik dengan menggunakan

media gambar dalam pelajaran dapat memberikan perubahan yang signifikan karena dalam

penelitian yang sebelumnya dilakukan secara bertahap sampai benar-benar menunjukkan

peningkatan. Dengan ini peneliti akan melakukan penelitian dan menguji apakan terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan adanya penerapan model

pembelajaran tematik dengan menggunakan media gambar.

Perbedaan penelitian saya dengan beberapa hasil penelitian diatas adalah saya

mengambil judul penerapan model pembelajaran tematik dengan menggunakan media

gambar pada mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika terhadap hasil belajar

siswa di kelas II SD Negeri Tuntang 02 dan SD Kanisius Cungkup. Skripsi Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tematik

dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan

Matematika terhadap hasil belajar siswa di kelas II SD Negeri Tuntang 02 dan SD Kanisius

Cungkup dan apakah penggunaan media gambar pada pembelajaran tematik terhadap hasil

belajar dapat memberikan perubahan yang signifikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Januari-April 2012 di SD Negeri Tuntang 02 terdiri dari 29 siswa dan SD Kanisius Cungkup

terdiri dari 24 siswa dengan jumlah keseluruhan 53 siswa. Rancangan penelitian ini

menggunakan penelitian eksperimen yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen SD

Negeri Tuntang 02 dan kelas kontrol SD Kanisius Cungkup.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, peniliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa guru kelas

mengajar dan kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran tematik dengan menggunakan media gambar. Untuk pretest diambil dari alat

evaluasi pada kelas uji coba hasil dan hasil pretest kedua kelas (kelas kontrol dan kelas

eksperimen) di uji coba beda rata-rata apakah menunjukan adanya perbedaan yang signifikan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

24

Kemudian dilakukan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tematik dengan

media gambar pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelas

kontrol, hasil kedua kelompok dilakukan uji beda rata-rata apakah penggunaan model

pembelajaran tematik berpengaruh yang signifikan terhadap rata-rata hasil belajar siswa.

Berkaitan dengan hal ini maka perlu diteliti bagaimana penerapan model pembelajaran

tematik dengan menggunakan media gambar di kelas II SD Negeri Tuntang 02 dan SD

Kanisius Cungkup yang diwujudkan dalam penyusunan RPP dalam pelaksanaannya.

Dibawah ini gambar kerangka berpikir yang dirancang oleh peneliti:

Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir Penelitian.

Kelas kontrol Pre test Post test

Pembelajaran

seperti biasa

yang dilakukan

guru kelas

(konvensional).

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan penggunaan

model pembelajaran tematik

dengan menggunakan media

gambar dimana hasil belajar

kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol.

Hasil pretest

tidak boleh ada

perbedaan

yang signifikan.

Pembelajaran

dengan model

pembelajaran

tematik dengan

menggunakan

media gambar

Kelas eksperimen Pre test Post test

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2193/3/T1... · Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran

25

Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran tematik dengan media

gambar akan mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional atau metode ceramah sering dipandang sudah biasa bahkan

cenderung membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini

menjadikan siswa menjadi pasif. Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan model-model

pembelajaran yang dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis

peneliti menduga “ada perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran tematik dengan

menggunakan media gambar dan siswa yang diajar dengan menggunakan model transmisi

pengetahuan pada mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika terhadap hasil

belajar siswa di kelas II SDN Tuntang 02 dan SD Kanisius Cungkup pada semester II tahun

pelajaran 2011/2012?