BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Salvin , dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif. 2.1.1.1 Dasar Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif Arends (1997:21) menyimpulkan teori model pembelajaran konvensional atau pembelajaran langsung mempunyai sandaran psikologi behavioristik dan teori pembelajaran sosial, sedangkan model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Salvin , dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang

dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini,

siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada

mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok

yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

2.1.1.1 Dasar Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997:21) menyimpulkan “teori model pembelajaran konvensional

atau pembelajaran langsung mempunyai sandaran psikologi behavioristik dan teori

pembelajaran sosial, sedangkan model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada

teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial”. Fokus pembelajaran

kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada

apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi

yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik,

tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik

lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia

mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

7

2.1.1.2 Unsur-Unsur Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) mengatakan tidak semua

belajar kelompok bisa di anggap kooperatif. Untuk mencapai hasil maksimal, lima

unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif), yaitu setiap

peserta didik ditugasi dengan tugas dan peran yang saling mendukung

dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan

peserta didik lain dalam kelompok

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), yaitu

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat,

tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

3) Face to face promotive intraction (interaksi promotif), yaitu saling

membantu secara efektif dan efisien dalam memberikan informasi,

merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan

kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi untuk

memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota), yaitu saling mengenal

dan mempercayai dalam berkomunikasi secara akurat dan ambisius

untuk menyelesaikan konflik yang konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok), melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan

kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok . Siapa dari anggota

yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu.

2.1.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono, (2009:61) menyimpulkan ”tujuan dari pembelajaran

kooperatif untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,

menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”. Untuk mencapai

hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdepensi

pesertadidik dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur rewardnya . Interaksi

kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan

keterampilan sosial (social skill) komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan

orang lain relatif mudah ini berkaitan dengan seseorang yang mampu menjalin relasi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

8

dan komunikasi dengan berbagai orang yang mengembangkan intelegensi

interpersonal.

2.1.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif, pembagian kerja yang

kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar

menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif, Supaya hal tersebut tidak

terjadi sebagai guru perlu memahami model-model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase

Fase-fase Perilaku guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan pesertadidik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan pesertadidik siap

belajar.

Fase 2: Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada

pesertadidik secara verbal.

Fase 3: Mengorganisir peserta didik ke

dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta

didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Memberikan pengakuan dan

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

9

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together

Miftahul Huda (2011:92) menyimpulkan “pada dasarnya Numbered Heads

Together merupakan varian dari diskusi kelompok”. Teknis pelaksaaannya hampir

sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk

berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru

memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak

memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu

seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan

memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Model Numbered Heads Together adalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Miftahul Huda (2011:130) menyimpulkan

“model Numbered Heads Together yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok

untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi

ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi

pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah

untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar

aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta

berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan

pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dalam penelitian ini adalah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

10

adalah pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya

terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa masing-masing

mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh guru untuk

menjawab pertanyaan. Miftahul Huda (2011:138) mengemukakan tiga tujuan yang

hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads

Together yaitu :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

2) Meningkatkan kerjasama siswa

3) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain

berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau

menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya.

2.1.2.2 Pentingnya Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok

kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat

secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini

sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi

pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Ibrahim (2000:28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam Numbered

Heads Together yaitu: (1) hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. (2) pengakuan adanya

keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang. (3) pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

11

mengembangkan keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain

berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide

atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Ada beberapa manfaat pada

metode Numbered Heads Together terhadap siswa yang dikemukakan oleh Ibrahim

(2000: 18) antara lain rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran,

penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi

lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam,

meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi.

2.1.2.3 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Manfaat diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif Ibrahim (2000:18-19)

menarik kesimpulan sebagai berikut:

a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas , b) rasa harga diri

menjadi lebih tinggi c) memperbaiki kehadiran, d) angka putus

sekolah menjadi rendah, e) penerimaan terhadap perbedaan individu

menjadi lebih besar, f) perilaku menganggu menjadi lebih kecil, g)

konflik antar pribadi berkurang, i) pemahaman yang lebih mendalam,

j) motivasi lebih besar, k) prestasi belajar lebih tinggi, l) retensi lebih

lama, m) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together

Menurut Agus Suprijono (2009: 40). Berikut ini ada beberapa kelebihan dari

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu:

1. Siswa berani mengemukakan pendapat

2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

3. Menyenangkan siswa dalam belajar

4. Dapat mengembangkan sikap positif siswa

5. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan siswa

6. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa

7. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa

Sedangkan beberapa kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together, yaitu:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

12

3. Kelas menjadi ribut jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik

Menurut Zuhdi (2010:65) menyimpulkan” Numbered Heads Together memiliki

kelebihan yaitu setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi

dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang

pandai”. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu kemungkinan nomor yang

dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil

oleh guru, dan kendala teknis misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau

kurang mendukung diatur kegiatan kelompok. Solusi mengatasi kelemahan tersebut

adalah guru membuat catatan kecil agar nomor yang dipanggil tidak dipanggil lagi

oleh guru, guru harus mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga semua

anggota kelompok dapat dipanggil oleh guru dan sebelum pembelajaran ruang kelas

harus sudah tertata yang mendukung untuk diskusi kelompok.

2.1.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together

Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dikembangkan

oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together. Guru membagi para siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor

kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok

yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,

suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

13

kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan

masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah

yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh

guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat

umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban

kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan

Menurut Lie (2011:60) langkah pembelajaran Numbered Heads Together

adalah:

a) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok

mendapat nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

c) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

d) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

14

Menurut Kagan dalam Asmani (2007:40) menyimpulkan langkah-langkah

pembelajaran menggunakan Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:

a) Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 5 anggota, setiap

siswa atau anggota kelompok mendapat sebuah nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui

jawabannya.

d) Guru memanggil salah satu siswa dengan memanggil nomornya,

kemudian siswa tersebut melaporkan hasil kerjasama diskusi

kelompoknya.

e) Kelompok atau teman yang lain memberikan tanggapan, kemudian

guru melanjutkan memanggil nomor yang lain.

f) Siswa dengan dipandu guru membuat kesimpulan.

Arends (2008:16), sintaks pembelajaran dari Numbered Heads Together adalah:

a) Langkah 1 Numbering, guru membagi siswa menjadi beberapa tim

beranggota 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap

siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.

b) Langkah 2 Questioning, guru mengajukan sebuah pertanyaan

kepada siswa. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk

kalimat tanya.

c) Langkah 3 Heads Together, siswa menyatukan “kepala” untuk

menyatukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu

jawabannya.

d) Langkah 4 Answering, guru memanggil sebuah nomor dan siswa

dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu

mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kehadapan

seluruh kelas.

Dari beberapa pendapat diatas maka sintak dari Numbered Heads Together

adalah:

Pembentukan kelompok: siswa dibagi kelompok beranggotakan 4-5 orang.

setelah guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang dan kepada

setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Siswa bergabung dengan

tim atau anggotanya yang telah ditentukan. Pembagian tugas: guru memberikan tugas

kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Diskusi atau berpikir bersama: siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

15

berdiskusi berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Memanggil

nomor: guru memanggil suatu nomor tertentu secara acak dari 1 sampai x (x adalah

banyaknya anggota kelompok). Siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas

untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas. Menjawab pertanyaan: siswa yang

nomornya dipanggil mencoba menjawab pertanyaan atau melaporkan jawaban untuk

seluruh kelas mewakili kelompoknya. Guru membimbing siswa dalam menjawab

pertanyaan. Menanggapi jawaban: guru memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan. Memberikan kesimpulan: guru

membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang salah atau

kurang terhadap materi yang telah di bahas.

2.1.3 Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan oleh guru. Winkel (2004:34) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

perubahan sikap atau tingkah laku anak melalui proses belajar. Suprijono (2009:5)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar siswa menurut

Sudjana (2011:3) pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotoris.

Hasil belajar yang di dapat adalah Kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan

dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa, dalam pembelajaran

dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM,

Afektif yaitu hasil belajar mengacu pada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai

siswa setelah mengikuti pembelajaran siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa ,

timbul minatnya terhadap pelajaran, serta menghilangkan anggapan rumit adalah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

16

pelajaran yang sulit. Psikomotor yaitu hasil belajar yang mengacu pada kemampuan

bertindak. siswa meningkat dengan terampil berhitung dan mengukur.

Hasil belajar IPA adalah penguasaan pengetahuan/aspek kognitif yang

diperoleh dari penilaian formatif melalui tes tertulis yang diberikan oleh guru

berbentuk pilihan ganda.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari dan proses kegiatan belajar siswa dari

seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dan menerima

suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang

diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan

hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap

siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan

keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran

2.1.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPA

Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat

digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri

siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari

kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan

dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Slameto (2003:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan

penjelasan sebagai berikut:

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi

menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

17

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap

badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh yitu sesuatu yang

menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh..

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: (a) intelegensi yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. (b) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi,

jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. (c) Minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. (d) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. (e) Motif harus diperhatikan agar

dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan

memusatkan perhatian saat belajar. (f) Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan

seseorang. (g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi.

3. Faktor kelalahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini

meliputifaktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

penjelasan sebagai berikut:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

18

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi

pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif

bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik,

kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode

pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup

memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: (a) kegiatan siswa dalam masyarakat

yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial,

keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana

dalam mengatur waktunya.(b) multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar,

buku-buku, komik dan lain-lain. (c) teman bergaul, (d) bentuk kehidupan masyarakat.

Dari uraian yang dikemukakan oleh Slameto, maka salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari

sekolah diantaranya adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas.

Arends (2008:12) menyatakan bahwa salah satu aspek penting cooperative learning

adalah bahwa selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan

kelompok yang lebih baik di antara para siswa, pada saat yang sama ia juga

membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya. Jadi dalam pembelajaran

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

19

kooperatif meskipun mencakup tujuan sosial, juga bertujuan memperbaiki prestasi

siswa. Suprijono (2009:92) Numbered Heads Together merupakan salah satu model

dari pembelajaran kooperatif. Karena Numbered Heads Together merupakan salah

satu model dari pembelajaran kooperatif sehingga diduga Numbered Head Together

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.4 Mata Pelajaran IPA SD

2.1.4.1 Hakekat Mata Pelajaran IPA

Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini

berdampak pada proses belajar IPA di sekolah Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA

di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula,

cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi

juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan

pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena

yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik

tersendiri.

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses

berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).

Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu

pengamatan.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran dan Ruang Lingkup IPA

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

20

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1).Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2).Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas. 3)Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.2 Penelitian Yang Revelan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together telah dilakukan peneliti lain

Penelitian tersebut berbentuk skripsi, yang dilakukan oleh Rima Chandra

Novitasari (2011), berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok

Bahasan Perubahan Lingkungan Kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo

Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011” dapat diketahui bahwa hasil

penelitian ini menunjukkan ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6%

sebelum siklus, meningkat menjadi 71,8% pada siklus I dan 100% pada siklus II.

KKM 70 dengan indikator keberhasilan 70% siswa tuntas.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

21

Berdasarkan penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan Numbered

Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan

kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun

Pelajaran 2010/2011.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hasmi berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran

IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Oloboju Kecamatan

Sigi Biromaru Tahun Ajaran 2011-2012” disimpulkan bahwa dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru.

Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno, Florianus. 2013. Upaya Peningkatan

Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata

kelas pada pra siklus 61 dengan ketuntasan belajar 64%, pada siklus 1 nilai rata-rata

kelas menjadi 75 dengan ketuntasan belajar 82%, kemudian pada siklus 2 nilai rata-

rata kelas menjadi 83 dengan ketuntasan belajar 100% tuntas. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan peneliti dapat dibuktikan kebenarannya, dengan penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas 4 yang masih

bersifat konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa

berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada siswa yang belum

bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak fokus dalam pembelajaran.

Hal ini mengakibatkan 15 orang anak (47%) dari 32 siswa hasil belajarnya masih

dibawah KKM khususnya untuk mata pelajaran IPA.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

22

Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti melakukan proses perbaikan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Dalam pembelajaran Penggunaan model pembelajaran NHT ini diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA. Demikian juga dengan siswa, mereka akan berusaha

untuk mengaktualisasikan dirinya, misalnya melakukan kerja keras yang hasilnya

dapat memberikan sumbangan bagi kelompoknya.Sehingga, dengan upaya tersebut

maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, kemampuan dalam menyelesaikan

masalah dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai kriteria

ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran dapat meningkat.

Gambar 1 . Kerangka Pikir

Kondisi

Awal

Siswa kurang aktif

/pasif dan

Rendahnya hasil

belajar

Dalam Pembelajaran

guru menggunakan

model pembelajaran

Konvensional

Kondisi

Akhir

Tindakan

Dengan menggunakan

model Numbered Heads

Together dalam

pembelajaran IPA

meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas

4.

Pembelajaran siklus

1 menggunakan

model Numbered

Heads Together

dan pembelajaran

siklus 2

menggunakan

model Numbered

Heads Together

Hasil belajar IPA

meningkat dengan

menggunakan model

NHT pada mata

pelajaran IPA

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8176/2/T1_292010309_BAB II.pdf · didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

23

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang diuraikan tersebut, maka hipotesis tindakan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang semester II tahun

pelajaran 2013/2014.