BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Beberapa definisi mengenai IPA diantaranya:

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan

pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan

untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam

mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan

jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun

karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam

lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri

telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang

meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi

dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan

hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan

eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006).

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.

Beberapa definisi mengenai IPA diantaranya:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

7

1. Nokes dalam bukunya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah

pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.

2. IPA adalah suatu cara untuk mengamati alam, Nash (dalam Hendro Darmojo,

1992:3 dalam bukunya The Nature of Science).

3. Menurut Hendro Darmojo (1992:3) IPA adalah pengetahuan yang rasional

dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan Ilmu yang

berhubungan dengan gejala-gejala alam yang mempunyai objek dan merupakan

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip serta menggunakan metode ilmiah dalam sebuah proses penemuan.

2.1.1.2 Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar

IPA sebagai disiplin ilmu serta penerapannya dalam masyarakat menjadikan

pendidikan IPA menjadi sangat penting. Semua guru harus paham kenapa IPA

perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Usman Samatowa (2006: 3) Ada

beberapa alasan yang menyebabkan pelajaran IPA dimasukkan ke dalam

kurikulum sekolah, antara lain digolongkan menjadi empat golongan yaitu:

a) IPA memberikan manfaat bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materiil

suatu bangsa banyak yang tergantung kepada kemampuan bangsa

tersebut dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar dari teknologi

yang sering disebut sebagai tulang punggung pembangunan.

Pengetahuan yang menjadi dasar untuk teknologi adalah Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), b) Bila IPA diajarkan menurut cara yang

tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan

kesempatan bagi setiap siswa untuk berpikir kritis, c) Bila IPA

diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan secara mandiri

oleh siswa, maka IPA bukan merupakan mata pelajaran yang hanya

bersifat hafalan saja, d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai

pendidikan, yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk

kepribadian yang baik pada siswa secara keseluruhan.

Pelajaran IPA dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan objektif.

Pengetahuan yang benar mengandung arti pengetahuan yang dibenarkan menurut

tolak ukur kebenaran ilmu, antara lain rasional dan objektif. Rasional memiliki

arti masuk akal atau logis, serta dapat diterima oleh akal sehat. Sedangkan objektif

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

8

memiliki arti sesuai dengan objeknya atau sesuai dengan kenyataan serta sesuai

dengan pengalaman yang dapat diamati melalui panca indera.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi memuat tujuan

Pelajaran IPA di SD/MI. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan antara lain:

(1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang memiliki manfaat serta dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;

(4) Mengembangkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa

untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah serta

membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran siswa untuk

berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran siswa untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; (7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep serta keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/MTs.

Tujuan yang tertuang dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi dirumuskan untuk mencapai kompetensi lulusan yang memiliki

kemampuan sebagai berikut:

(1) Dapat melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan

menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis; (2)

Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan

dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelesatariannya dan interaksi

antara mahkluk hidup dengan lingkungannya; (3) Memahami bagian-

bagian tubuh pada manusia, hewan dan tumbuhan serta fungsinya dan

perubahan pada mahkluk hidup; (3) Memahami beragam sifat benda

hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda dan

kegunaannya; (4) Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan

kemanfaatannya; (5) Memahami matahari sebagai pusat tata surya,

kenampakan dan perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa

alam dengan kegiatan manusia.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

9

2.1.1.4 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi ruang lingkup bahan

kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

(1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (2)

Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yang meliputi: benda cair,

padat dan gas; (3) Energi dan perubahannya yang meliputi: gaya,

bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; (4) Bumi

dan alam semesta yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 ruang lingkup kajian IPA

untuk SD meliputi makhluk hidup, benda/materi, sifat serta kegunaanya, energi

dan perubahan, bumi dan alam semesta.

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi

guru. Menurut Widyantini (2006:3) model pembelajaran kooperatif merupakan :

suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-

kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika

memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang

berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran

kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2.1. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990)

dalam Rachmadi (2006) dari Widyantini (2006:5) sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Menurut Arends, RI, 1997 (dalam Wirta:2003) pengertian

pembelajaran jigsaw adalah:

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim

belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi

akademik disaji-kan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung

jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

bagian materi tersebut kepada anggota tim lain.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

10

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi

kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk

diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan. Setiap kelompok

memiliki kemampuan akademik yang heterogen sehingga akan

terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa

berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.

b. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)

Numbered Heads Together merupakan tipe dari model pengajaran

kooperatif pendekatan struktural, adalah suatu pendekatan yang dikembangkan

oleh Spancer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut, (Ibrahim dkk, 2000:28).

Menurut Anita Lie (2002:59) pengertian Numbered Heads Together (NHT)

atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan

struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered

Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama

mereka.

c. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

(Student Teams Achievement Divisions)

Menurut John Hopkin (Slavin, 1995:143) pengertian Student Team

Achievement Divisions (STAD) adalah

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan

suku.

Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim untuk

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu

dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe

pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPA.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan

Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang

maksimal.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

11

2.1.2.2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Widyantini (2006:4) prinsip pembelajaran kooperatif sebagai

berikut:

(a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; (b) Setiap anggota

kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama; (c) Setiap anggota kelompok (siswa)

harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya; (d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai

evaluasi; (e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan

dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya; (f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

2.1.2.3 Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Widyantini (2006:4) prinsip pembelajaran kooperatif sebagai

berikut:

(a) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (b) Kelompok

dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan gender; (c) Penghargaan menekankan pada

kelompok dari pada masing-masing individu.

2.1.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2006:247) menuliskan beberapa kelebihan model pembelajaran

kooperatif sebagai berikut:

(a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung

pada guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa

yang lain; (b) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata

secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain; (c)

Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada

orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima

segala perbedaan; (d) Pembelajaran kooperatif dapat membantu

memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar; (e) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup

ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan

sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

12

interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan

keterampilan memanage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah; (f)

Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima

umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa

takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah

tanggung jawab kelompoknya; (g) Pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil); (h) Interaksi selama

kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan

rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan

jangka panjang.

Disamping kelebihan, Sanjaya (2006:247) menuliskan kelemahan model

pembelajaran kooperatif diantaranya:

(a) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif

membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang

mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang

mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat

mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok; (b) Ciri utama dari

pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling membelajarkan.

Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, bila

dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi

cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dIPAhami

tidak dicapai oleh siswa; (c) Penilaian yang diberikan dalam

pembelajaran kooperatif kepada hasil kelompok, namun guru perlu

menyadari bahwa hasil atau presentasi yang diharapkan sebanarnya

adalah hasil atau presentasi setiap individu siswa; (d) Keberhasilan

pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran

berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan ini

tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali

penerapan strategi; (e) Walaupun kemampuan bekerja sama

merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi

banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada

kemampuan secara individu.

2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD)

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dikembangkan oleh Slavin dkk. Model pembelajaran Student Teams Achievement

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

13

Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model

ini membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tim dibentuk secara heterogen

baik menurut hasil belajar, jenis kelamin maupun agama.

Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

lebih menekankan kepada pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk

nantinya akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena

itu model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat

membuat siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan

sehingga berimbas pada hasil belajar.

2.1.3.2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD)

Setiap model pembelajaran selalu mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) adalah sebagai berikut.

Menurut Allport (dalam Slavin, 2005:103) kelebihan model pembelajaran

Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah Setiap siswa

memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada

kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara.

Slavin (2005:105) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan

kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik. Membantu siswa untuk

memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak.

Isjoni (2010:72) Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan

sosial di samping kecakapan kognitif. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan

lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

Selain berbagai kelebihan, model Student Teams Achievement Division

(STAD) ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang

diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran,

tidak terkecuali model Student Teams Achievement Division (STAD) ini.

Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

14

tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang

dipaparkan di bawah ini.

Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai

fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62). Dengan asumsi

tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh

pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib

dan tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin

secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam

mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran Student

Teams Achievement Division (STAD) mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan

kemampuan khusus bagi guru. Selain itu model pembelajaran ini akan membuat

gaduh suasana kelas karena menuntut siswa untuk berdiskusi dalam kelompok.

Kaitanya dengan hasil belajar adalah apabila terjadi perpecahan dalam diskusi

maka secara langsung akan berimbas pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran

yang dikehendaki oleh guru sehingga hasil belajar siswa akan menurun. Namun

demikian penulis yakin kelemahan tersebut akan dapat dinetralisir atau diatasi

dengan kebaikanya sehingga peneliti mempunyai keyakinan untuk bisa

meningkatkan hasil belajar.

2.1.3.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

Menurut Slavin dalam Isjoni (2013:51) proses pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) melalui lima tahapan yang

meliputi:

a. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru memulai dengan menyampaikan indikator yang

harus dicapai, dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi

yang akan dipelajari. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan

tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah

dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan

disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

15

Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal

ataupun melalui audiovisual. Lamanya presentasi bergantung pada

kekompleksan materi yang akan dibahas. Dalam mengembangkan

materi pembelajaran, beberapa hal yang perlu ditekankan adalah:

1) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok; 2) Menekankan bahwa belajar

adalah memahami makna, bukan hafalan; 3) Memberikan umpan balik

sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa; 4)

Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau

salah; 5)Beralih pada materi selanjutnya jika siswa telah memahami

masalah yang ada.

b. Tahap kerja kelompok

Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kelompok siswa saling berbagi tugas, dan saling

membantu menyelesaikan masalah agar semua anggota kelompok

dapat memahami materi yang dibahas dan satu lembar dikumpulkan

sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator dalam kegiatan kelompok.

c. Tahap tes individu

Tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

belajar telah dicapai. Tes individu diadakan agar siswa dapat

menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja

dalam kelompok. Skor perolehan individu digunakan pada

perhitungan perolehan skor kelompok.

d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal yang

dapat diambil dari hasil belajar sebelumnya. Berdasarkan skor awal

setiap siswa berkesempatan sama untuk memberikan sumbangan skor

maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

Perhitungan ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh

prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Perhitungan skor

kelompok dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing

perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah

anggota kelompok.

Tabel 1

Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan

Individu

a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

b. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10

c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

16

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

e. Tahap pemberian penghargaan kelompok

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar

(awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-

cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai

berikut:

1) Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar

(awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai

ulangan sebelumnya; 2) Menentukan nilai tes/kuis yang telah

dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I,

nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa

yang kita sebut nilai kuis terkini; 3) Menentukan nilai peningkatan

hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis

terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan

menggunakan kriteria pedoman pemberian skor perkembangan

individu; 4) Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata

nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan

memberikan predikat baik, sangat baik, dan sempurna.

Tabel 2

Kriteria Status Kelompok

Skor Perolehan Kelompok Kriteria Penghargaan

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok kurang dari 15

Good Team (Tim Baik)

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok antara 15 – 25

Great Team (Tim Hebat)

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok lebih dari 25

Super Team (Tim Super)

Sementara itu, menurut Widyantini (2006:8), langkah-langkah penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

adalah:

a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan

kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; b) Guru

memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga

akan diperoleh skor awal; c) Guru membentuk beberapa kelompok.

Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang

berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan

jender; d) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

17

tipe Student Teams Achievement Division (STAD), biasanya

digunakan untuk penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995); e)

Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,

dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah

dipelajari; f) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara

individual; g) Guru memberi penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari

skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Beberapa hal yang perlu mendapatkan penjelasan diantaranya yaitu

pembagian kelompok. Dalam pembentukan kelompok siswa dibagi berdasarkan

kemampuan akademik seperti berikut.

Tabel 3

Cara Pembentukan Kelompok

Kemampuan No Nama Rangking Kelompok

Tinggi

1 1 A

2 2 B

3 3 C

4 4 D

Sedang

5 5 D

6 6 C

7 7 B

8 8 A

9 9 A

10 10 B

11 11 C

12 12 D

Rendah

13 13 D

14 14 C

15 15 B

16 16 A

Berdasarkan pendapat ahli diatas terkait langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) maka dapat

dirangkum sintaks pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) sebagai berikut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

18

a. Fase 1: Penyajian kelas.

Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Teknik

penyajian materi pelajaran dapat dilakukan guru secara klasikal ataupun

melalui audiovisual.

b. Fase 2: Belajar kelompok.

Belajar kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru secara

berkelompok dimana setiap anggota kelompok bertanggungjawab membantu

teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Kegiatan berkelompok

adalah berdiskusi dan menyelesaikan soal yang guru berikan untuk kemudian

dipresentasikan.

c. Fase 3: Pemberian kuis.

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

skor awal individual dan mengetahui kemampuan awal siswa.

d. Fase 4: Pemberian penghargaan.

Pemberian penghargaan kelompok diberikan berdasarkan pada rata-rata nilai

perkembangan individu dalam kelompoknya dan berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan.

2.1.4. Pembelajaran Konvensional

Sagala dalam skripsi Kartika (2012:16) pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional.

Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah

siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas.

Pembelajaran klasikal memandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk

dan pasif mendengarkan penjelasan guru.

Sedangkan menurut Vicky Siahaan dalam jurnal UNIMED (2012:35)

menjelaskan pembelajaran konvensional adalah suatu metode yang digunakan

dalam menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa di dalam

ruangan dan pendengar melakukan pencatatan seperlunya.

Menurut Ujang Sukandi dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:215)

mendeskripsikan pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

19

banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah

siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat

proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

I Wayan Sukra dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:215) menjelaskan

metode pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang

berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan

oleh guru. Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses

belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa.

Menurut Nurhadi dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (20011:215) metode

konvensional terlihat pada proses siswa penerima informasi secara pasif, siswa

belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian

atau nilai angka/ raport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman

siswa, dan hasil belajar diukur hanya dengan tes.

Menurut Djamarah dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:216) pembelajaran

konvensional ditandai dengan ceramah, pemberian tugas dan latihan. Sedangkan

menurut Fifi Ari Susanti (2012:15) langkah pembelajaran dalam pembelajaran

konvensional adalah 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) pemberian soal evaluasi.

2.1.4.1 Ceramah

Menurut Nana Sudjana (2008:77) ceramah adalah penuturan bahan-bahan

pelajaran secara lisan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 148) ceramah

diartikan sebagai cara penyampaian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau

penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Agar metode ceramah berhasil,

ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya persiapan/perencanaan,

pelaksanaan dan kesimpulan.

1) Tahap persiapan

Artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum

mengajar dimulai (Nana Sudjana, 2008:77). Beberapa hal yang perlu diperhatikan,

diantaranya (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai, (b) menentukan pokok-

pokok materi yang akan diceramahkan, (c) mempersiapkan alat bantu.

2) Tahap pelaksanaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

20

a) Langkah pembukaan

Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini,

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah pembukaan adalah (1)

yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai, (2) lakukan langkah

apersepsi, yaitu langkah yang menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan

materi pelajaran yang akan disampaikan.

b) Langkah penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan

cara bertutur. Agar ceramah memiliki kualitas sebagai metode pembelajaran,

maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi

pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian siswa,

beberapa hal yang perlu diperhatikan (1) menjaga kontak mata secara terus

menerus dengan siswa. Kontak mata adalah suatu isyarat dari guru agar siswa

mau memperhatikan dan kontak mata merupakan sebuah penghargaan dari guru

kepada siswa karena siswa merasa dihargai dan diperhatikan. (2) Gunakan bahasa

yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, (3) sajikan materi pelajaran

secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa, (4)

tanggapilah respon secara segera, sekecil apapun respon tersebut dengan memberi

penguatan dan pujian terhadap respon yang tepat dan segera tunjukkan respon

secara baik tanpa menyinggung perasaan siswa terhadap siswa yang kurang tepat,

(5) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Cara yang

dapat dilakukan adalah dengan cara guru menunjukkan sikap yang bersahabat dan

akrab, penuh gairah dalam menyampaikan materi pelajaran, serta sekali-kali

memberikan humor-humor segar dan menyenangkan.

3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah

Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat

materi pelajaran, beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu (1) membimbing siswa

untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja

disampaikan, (2) merangsang siswa untuk menanggapi atau memberikan ulasan

tentang materi pembelajaran yang baru saja disampaikan, (3) melakukan evaluasi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

21

untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang baru saja

disampaikan.

2.4.1.2 Tugas

Menurut Nana Sudjana (2008:81) tugas dan resitasi tidak sama dengan

pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah,

di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang

anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh

karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara

kelompok.

Menurut Nana Sudjana (2008:81) langkah-langkah yang harus diikuti dalam

penggunaan metode tugas, yaitu:

1) Fase pemberian tugas, tugas yang diberikan kepada siswa

hendaknya mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai; b) Jenis tugas yang jelas dan tepat

sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut; c) Sesuai

dengan kemampuan siswa; d) Ada petunjuk/sumber yang dapat

membantu pekerjaan siswa; e) Sediakan waktu yang cukup untuk

mengerjakan tugas tersebut.

2) Langkah Pelaksanaan Tugas

a) Guru memberikan bimbingan/pengawasan; b) Guru memberikan

dorongan sehingga anak mau bekerja; c) Guru mengarahkan agar

tugas tersebut dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang

lain; d) Guru menganjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia

peroleh dengan baik dan sistematik.

3) Fase mempertanggungjawabkan tugas

a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah

dikerjakannya; b) Ada tanya jawab/diskusi kelas; c) Penilaian hasil

pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara lain.

2.4.1.3 Latihan

Menurut Bahri Djamarah & Aswan Zain dalam Jurnal Scholaria Vol. 1

(2011:218) metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya

digunakan untuk memperoleh ketangkasan dan ketrampilan yang telah dipelajari.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

22

Menurut Nana Sudjana (2008:87) metode latihan kurang mengembangkan

bakat/inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar

memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini.

1) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik,

seperti menulis, permainan, pembuatan dan lain-lain; 2) Untuk melatih

kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus,

dan lain-lain. 3) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti

penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dan lain-lain. 4)

Langkah-langkah memberikan latihan menurut Russefendi dalam Jurnal

Scholaria Vol. 1 (2011:218):

1) Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan latihan yang akan diberikan.

2) Guru memberikan contoh latihan dan cara menyelesaikannya.

3) Guru menyuruh siswa melakukan latihan.

4) Guru menganalisis hasil latihan siswa.

2.1.4.4 Tanya Jawab

Menurut Nana Sudjana (2008:78) metode tanya jawab adalah metode

mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two

way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dengan siswa.

Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Beberapa

hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:

1) Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain: a)

Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh

siswa; b) Untuk merangsang siswa berfikir; c) Memberi

kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum

dIPAhami.

2) Jenis pertanyaan, pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu

diajukan yakni: a) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk

mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada

siswa; b) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui

sampai sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu

persoalan.

3) Teknik mengajukan pertanyaan harus memperhatikan beberapa hal,

antara lain: a) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas; b)

Pertanyaan hendaknya diajukan kepada kelas sebelum menunjuk

siswa untuk menjawab; c) Beri kesempatan/ waktu pada siswa

untuk menjawab; d) Hargai pendapat/pertanyaan dari siswa; e)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

23

Pemberian pertanyaan harus merata f) Buat ringkasan hasil tanya

jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik.

Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila:

1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran; 2) Ingin membangkitkan siswa

belajar 3) Tidak terlalu banyak siswa; 4) Sebagai selingan metode ceramah.

Karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di

kelas, antara lain: (1) siswa adalah penerima informasi, (2) siswa cenderung

belajar secara individual, (3) pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis,

(4) perilaku dibangun atas kebiasaan, (5) keterampilan dikembangkan atas

dasar latihan, (6) siswa tidak melakukan yang jelek karena dia takut

hukuman, (7) bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural.

Menurut Sunarto dalam jurnal Scholaria Vol.1 (2011:219) pembelajaran

konvensional dipandang efektif terutama untuk (1) berbagi informasi yang tidak

mudah ditemukan di tempat lain, (2) menyampaikan informasi dengan cepat, (3)

membangkitkan minat akan informasi, (4) mengajari siswa yang cara belajar

terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun pembelajaran ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu (1)

tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, (2) sering

terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang

dipelajari, (3) pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang

kritis, (4) pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama

dan tidak bersifat pribadi.

Pembelajaran konvensional dilaksanakan berdasarkan kerangka

pembelajaran konvensional menurut Sujarwo dalam jurnal Scholaria (2011:219)

sebagai berikut:

Tabel 4

Kerangka Pembelajaran Konvensional

Tahap 1 Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa

dari materi pelajaran yang disampaikan

Tahap 2 Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secra individu oleh

siswa

Tahap 3 Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa

siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.

Tahap 4 Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

24

Sedangkan Dhidik Setiawan dalam jurnal Pendidikan Elektro Vol. 2

Nomor 1 Universitas Surabaya (2013:304) menjelaskan sintaks pembelajaran

konvensional sebagai berikut:

Tabel 5

Sintaks Pembelajaran Konvensional (Dhidik Setiawan)

Fase atau tahap Peran Guru

Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa secara

tahap demi tahap dengan metode ceramah.

Mengecek pemahaman

dan memberikan umpan

balik

Guru mengecek keberhasilan siswa dan

memberikan umpan balik.

Memberikan kesempatan

untuk latihan lanjutan

Guru memberikan tugas tambahan untuk

dikerjakan dirumah.

2.1.5. Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama

berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak

pengiring. Kedua dampak bermanfaat bagi siswa dan guru. Menurut Davies dalam

(Mudjiono 2009: 201), ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa

secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah

kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.” Sudjana

(2009) membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.

Hasil belajar menururt Rusman (2012:123) adalah sejumlah pengalaman

yang diperoleh siswa yang mencakap ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja tapi juga

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

25

penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian social,

macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan, dan harapan. Sedangkan

menurut Hamalik dalam Rusman (2012:123), hasil belajar itu dapat terlihat

terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan

perilaku.

Menurut Bloom dalam Winkel (2004:274-279), hasil belajar mencakup tiga

kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik dan

kemampuan afektif. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar dari

aspek kognitif.

Hasil belajar kognitif menurut Bloom dalam Winkel (2004: 274-279) adalah

Hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan

pengertian pada suatu materi yang meliputi 1) pengetahuan yaitu

kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari

mancakup fakta, prinsip, dan metode yang diketahui; 2) pemahaman

yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep

sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna; 3) penerapan

yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstrasikan suatu konsep atau

ide dalam situasi yang baru; 4) analisis yaitu kemampuan untuk

merinci satu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga

pengorganisasian dapat dIPAhami dengan baik; 5) sintesis yaitu

kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau

beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan

kriteria tertentu.

Winaputra (2007:1.10) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat

menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi

keterampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Hasil adalah

kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatau kegiatan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa mempunyai 3 ranah yang harus dimiliki oleh siswa setelah siswa menerima

pengalaman belajar yang ditunjukkan melalui penguasaan pengetahuan,

keterampilan, atau tingkah laku.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

26

2.1.5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar

yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor

yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep,

keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2008:54-72) faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern

meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern

meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2008:54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan

dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor intern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari

diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan; 2) Faktor-faktor

ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa.

Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil

belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan

faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams- Achievment Divisions (STAD) sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa

orang. . Penelitian yang relevan dilakukan oleh :

Harni (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD)

terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian

menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA diperlukan penggunaan model

pembelajaran dan strategi pembelajaran yang sesuai, dan melibatkan siswa dalam

kelompok secara aktif dalam proses pembelajaran.

eksperimen yang dilakukan oleh Umi Niswati (2010) yang berjudul

“Penerapam Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

27

Division (STAD) untuk meningkatkan penguasaan konsep waktu pada mata

pelajaran Matematika Kelas 1 SD Negeri Mronjo 02. Peningkatan prestasi siswa

ditunjukan dari nilai rata-rata pre-test dan post-tes, pada pre-test dengan hasil

70%. Sedangkan pada post tes meningkat menjadi 95%. Jadi penerapan model

pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika pada penguasaan konsep perhitungan

waktu jam secara bulat.

Begitu pula penelitian skripsi Leonard Pargo (UKSW) 2012 yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA SD

Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012”. Dalam penelitian ini bersimpulan,

bahwa kemampuan siswa setelah proses pembelajaran dengan nilai tertinggi untuk

kelompok eksperimen 95.00 dan kelompok kontrol 65.00. Standar Deviasi

kelompok eksperimen adalah 9.119, dan kelompok kontrol adalah 9.232, dan

untuk penghitungan Tuji diperoleh 10.007 dengan df 33 pada taraf signifikansi

5% dan apabila dimasukkan dalam rumus uji beda yaitu - t1 – 1/2 α < t < t – ½ α

pada taraf signifikansi 5% diperoleh -10.007 1,692< 10.007. Jadi berdasarkan

hasil tersebut maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti antara ke-dua data

tersebut terdapat perbedaan secara signifikan antara kemampuan awal dan setelah

melalui proses pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kemudian penelitian Miftahul Janah (Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta) tahun 2013 berjudul “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) Terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas IV“ juga bersimpulan Hasil belajar siswa kelompok

eksperimen (rata-rata = 83,33 dan simpang baku = 7,80) lebih tinggi darIPAda

kelompok kontrol (rata-rata = 41,17 dan simpang baku = 11,79) dan setelah

dilakukan uji “t” diperoleh nilai t hitung sebesar 10,22 sedangkan t tabel pada

taraf signifikasi 0,05 sebesar 1,99 atau > . Maka dapat disimpulkan menolak Ho.

Dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil pembelajaran IPA

siswa diterima, hal ini menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

28

Student Teams Achievement Division (STAD) memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari tahun 2013 dengan judul

“Pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4

SDN Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang 2 Tahun Ajarran

2012/2013”. Hasil post-test pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata

sebesar 67,22 sedangkan kelompok eksperimen 76. Berdasarkan hasil analisi uji

beda nilai rata-rata post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

menunjukkkan nilai sig (2-tailed) sebesar 0.002 < 0.05 atau berdasarkan kriteria

pengujian –t hitung < -t tabel(-3.315 < -1.688), maka Ho ditolak, berarti ada

perbedaan yang signifikan antara nilai post-test kelas kontrol dengan nilai kelas

eksperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar secara positif dan signifikan

pada siswa kelas 4 SDN Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

tahun 2012/2013.

Pada penelitian diatas menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran membawa dampak yang positif

serta dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian diatas sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana melakukan penelitian tentang

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar siswa kelas 5 semester II

pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Menjer pada pokok bahasan sifat-sifat

cahaya.

2.3 Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD), memungkinkan siswa dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk

bekerjasama dengan teman-teman lainnya, karena dalam pembelajaran ini, siswa

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

29

didorong untuk bagaimana memecahkan sebuah masalah bersama-sama dengan

kelompoknya. Selain itu, siswa secara individu dapat terbentuk menjadi siswa

yang aktif dan mencintai belajar, karena sebagai individu, siswa juga

dipercayakan untuk ikut berkontribusi dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi oleh kelompok. Semboyan yang terkenal dalam pembelajaran model

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah kesuksesan

seseorang adalah kesuksesan kelompok, dan kesuksesan kelompok adalah

kesuksesan orang per orang di dalam kelompok tersebut.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab

dalam diri siswa. Dalam hal ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan

pembelajaran berlansung, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran ceramah. Siswa tidak

dilibatkan untuk berinteraksi dengan temannya dalam proses belajar mengajar,

tetapi siswa dituntut untuk hanya terlibat dengan gurunya. Dengan metode

pembelajaran ceramah, siswa jarang diberikan kesempatan untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama dengan teman-temannya. Akhirnya, siswa tidak

dibiasakan untuk belajar bekerjasama dengan orang lain yang ada di sekitarnya,

dalam memecahkan sebuah masalah belajar yang sedang dihadapinya.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: ”apakah ada perbedaan pengaruh

penerapan yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri

Menjer Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo semester II tahun pelajaran

2014/2015”.

H0 : tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD)

dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16709/2/T1_292011205_BAB II...serta didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan ...

30

kelas 5 SD Negeri Menjer Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo

semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Ha : ada perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dengan model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD

Negeri Menjer Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo semester II tahun

pelajaran 2014/2015.