BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

14
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Depdiknas RI No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “IPA berhubungan dengan upaya manusia mencari tahu tentang alam dan isinya secara sitematis, sehingga mereka tidak hanya tahu tentang fakta, konsep, dan prinsip IPA saja tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan prinsip itu terbentuk. Trianto (2013: 137) mengatakan bahwa IPA mencakup tentang dasar produk, ilmiah, proses ilmiah sikap ilmiah dan nilai yang terkandung di dalamnya. IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi dasar ilmu pengetahuan dan menjadi pijakan dalam perkembangan iptek (Ratna Hidayat dan Pratiwi Pujiastuti, 2016: 186). Dari sumber-sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan isinya yang berupa fakta, konsep, dan prinsip IPA juga bagaimana fakta, konsep, dan prinsip IPA itu terbentuk. IPA adalah kumpulan teori yang mempelajari alam semesta, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah dan ilmunya selalu berkembang juga menjadi tumpuan dalam perkembangan iptek. Dalam proses pembelajarannya IPA diharapkan mampu untuk membimbing siswa berpikir secara sistematis tentang suatu masalah guna mencari penyebab dan solusi dari masalah tersebut. IPA juga menuntut siswa untuk berpikir kritis guna mengembangkan sikap yang kreatif dalam memecahkan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) IPA perlu diajarkan untuk mengenalkan siswa dan membiasakan mereka untuk berpikir kritis dalam menghadapai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, juga untuk melatih siswa berpikir secara sistematis dalam memecahkan maslah yang dihadapi karena nantinya mereka akan tumbuh dan berkembang dimasyarakat. 2.1.2 Pembelajaran IPA SD Menurut Slameto (2010: 2) pembelajaran adalah interaksi yang tercipta antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Depdiknas RI No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “IPA berhubungan

dengan upaya manusia mencari tahu tentang alam dan isinya secara sitematis,

sehingga mereka tidak hanya tahu tentang fakta, konsep, dan prinsip IPA saja

tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan prinsip itu terbentuk.

Trianto (2013: 137) mengatakan bahwa IPA mencakup tentang dasar produk,

ilmiah, proses ilmiah sikap ilmiah dan nilai yang terkandung di dalamnya.

IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi dasar ilmu

pengetahuan dan menjadi pijakan dalam perkembangan iptek (Ratna Hidayat dan

Pratiwi Pujiastuti, 2016: 186). Dari sumber-sumber tersebut dapat disimpulkan

bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan

isinya yang berupa fakta, konsep, dan prinsip IPA juga bagaimana fakta, konsep,

dan prinsip IPA itu terbentuk. IPA adalah kumpulan teori yang mempelajari alam

semesta, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah dan ilmunya selalu

berkembang juga menjadi tumpuan dalam perkembangan iptek. Dalam proses

pembelajarannya IPA diharapkan mampu untuk membimbing siswa berpikir

secara sistematis tentang suatu masalah guna mencari penyebab dan solusi dari

masalah tersebut. IPA juga menuntut siswa untuk berpikir kritis guna

mengembangkan sikap yang kreatif dalam memecahkan masalah yang ada di

kehidupan sehari-hari. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) IPA perlu diajarkan

untuk mengenalkan siswa dan membiasakan mereka untuk berpikir kritis dalam

menghadapai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, juga untuk

melatih siswa berpikir secara sistematis dalam memecahkan maslah yang dihadapi

karena nantinya mereka akan tumbuh dan berkembang dimasyarakat.

2.1.2 Pembelajaran IPA SD

Menurut Slameto (2010: 2) pembelajaran adalah interaksi yang tercipta

antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

10

dengan lingkungan sekitar. Menurut Nur dan Wikandari (Trianto, 2010: 143)

dalam proses pembelajarannya IPA harus lebih menitikberatkan pada pendekatan

ketrampilan proses supaya dapat melatih siswa untuk menemukan sendiri fakta-

fakta, membentuk konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah yang memberikan

dampak positif pada proses pembelajaran dan tujuan pendidikan. Sugiono (2012:

2) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD bukan hanya pada konsep

saja, tetapi juga pada ketrampilan proses yang menekankan pada bagaimana cara

peserta didik dalam menyelidiki tentang alam sekitar, kemudian memecahkan

maslah dan membuat kesimpulan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah interaksi yang

tercipta dalam proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik, peserta didik

dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan sekitar yang disusun dan

dirancang oleh guru dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dengan

menitikberatkan pada ketrampilan proses.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Standar Isi 2006

menyatakan bahwa pembelajaran IPA dimaksudkan untuk melatih peserta didik

mempelajari diri sendiri dan lingungan alam disekitarnya, dimana apa yang

dipelajari oleh peserta didik tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. dari latar belakang ini dapat diartikan pendidikan IPA

mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan IPA

manusia akan tertatik, termotivasi dan selalu ingin untuk mempelajari hal-hal baru

yang akan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi kehidupan

manusia pada umumnya.

Tujuan pembelajaran IPA menurut KTSP (2006) adalah melatih

kemampuan siswa dalam mengembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap

konsep-konsep ilmu IPA yang dapat dijadikan inovasi dan bermanfaat bagi

kehidupan sehari-hari.Kemampuan-kemampuan yang dikembangkan dalam

pembelajaran IPA seperti yang tercantum dalam KTSP Standar Isi 2006 adalah

sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan akan kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan ciptaan-Nya yang ada didunia. (2) Mengembangkan pengetahuan

dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

11

(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat. (4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk mencari tahu tentang

alam sekitar, memecahkan persoalan dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan

kesadaran untuk aktif berperan dalam menjaga, melindungi, dan melestarikan

lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai ciptaan Tuhan

dan segala ketentuannya. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, ketrampilan dan

sikap sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Pembelajaran IPA di SD memiliki ruang lingkup yang mencakup berbagai

aspek dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ruang lingkup tersebut meliputi

makhluk hidup dan proses kehidupannya. IPA mempelajari tentang semua

makhluk hidup yang meliputi manusia, hewan dan tumbuhan, serta interaksi antar

makhluk hidup tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar nasional yang

harus dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajarannya, juga sebagai

acuan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran

yang digunakan. Salah satu Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar yang

digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Negeri Tolokan

Kecamatan Getasan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

dibawah.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5

Sekolah Dasar Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat

makanan

2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau

membuat makanan

2.2 Mendeskripsikan ketergantungan manusia

dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai

sumber makanan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut memerlukan suatu

proses pembelajaran yang tidak hanya terjadi transfer pengetahuan dari guru

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

12

kepada peserta didik. Proses pembelajaran yang berlangsung perlu memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui secara langsung bagaimana

tumbuhan membuat makanannya sendiri dan bagaimana ketergantungan manusia

dan hewan terhadap tumbuhan hijau sebagai sumber makanannya. Atas dasar

itulah metode Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen ditawarkan

untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dan memberikan pengalaman kepada

peserta didik dalam proses pembelajaran.

2.1.3 Model Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pertama kali diperkenalkan

oleh Frank Lyman dari Universitas Mariland pada tahun 1981. Menurut Trianto

dalam Purbaningrum (2012: 9) beranggapan bahwa Think Pair Share (TPS)

merupakan suatu cara yang efektif untuk mengganti suasana diskusi kelas.

Dengan anggapan bahwa diskusi perlu pengaturan untuk mengontrol suasana

kelas agar tetap kondusif dan terkendali secara keseluruhan. Prosedur dalam Think

Pair Share (TPS) dapat memberikan banyak waktu bagi siswa untuk berpikir,

merespon dan bekerja sama dengan teman dan kelompoknya.

Estiti (2007: 10) menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) memiliki

prosedur secara tersirat dapat memberi peserta didik waktu yang lebih untuk

berpikir, menjawab, dan saling membantu antar sesama peserta didik. Melalui

cara ini diharapkan siswa dapat bekerja sama, saling membutuhkan dan saling

bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Alasan guru memilih model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

menurut Gunarti dalam Purbaningrum (2012: 10) adalah untuk melatih peserta

didik berani dalam mengungkapkan pikirannya kepada peserta didik lain, karena

biasanya anak usia SD bila ditunjuk untuk maju ke depan kelas guna menjawab

pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya akan merasa malu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang

digunakan sebagai pengganti suasana diskusi kelas yang memberikan waktu bagi

peserta didik untuk berpikir dalam menjawab masalah yang dihadapi dan didesain

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

13

untuk melatih peserta didik berkerja sama dengan teman secara berpasangan serta

melatih peserta didik untuk berani menyampaikan pendapatnya kepada orang lain.

2.1.3.1 Kelebihan Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan pilihan bagi guru dalam

mengajar peserta didik di dalam kelas.

Fadholi dalam Ariyanto (2014: 21) menyebutkan 5 kelebihan model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagi berikut:

1. Memberi ruang bagi murid untuk lebih banyak berpikir, menjawab,

dan saling membantu sesam peserta didik.

2. Lebih efisien secara waktu dalam membagi kelompok karena hanya

terdiri dari 2 orang.

3. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena setiap kelompok

hanya 2 orang sehingga setiap peserta didik harus bekerja dalam

menyelesaikan tugasnya.

4. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide dan

pendapatnya kepada seluruh peserta didik.

5. Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan.

2.1.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Segala hal tidaklah sempurna, jika memiliki suatu kelebihan maka hal

tersebut juga pasti memiliki kelemahan, begitu juga dengan model pembelajaran

TPS. Menurut Fadholi dalam Ariyanto (2014: 22) kelemahan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS) sebagi berikut:

1. Jumlah murid ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena

kelompok dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah

kelompok berpasangan.

2. Jika ada perselisihan dalam berpendapat, tidak ada penengah secara

langsung.

3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

4. Menggantungkan pada pasangan.

5. Sulit diterapkan pada sekolah dengan kemampuan peserta didik yang

rendah.

2.1.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, model pembelajaran Think

Pair Share (TPS) sebaiknya dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut

ini: 1) siswa ditempatkan dalam sebuah kelompok, setiap kelompok terdiri dari

dua orang secara berpasangan. 2) guru memberikan sebuah tugas atau suatu topik

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

14

kepada sebuah kelompok. 3) masing-masing anggota memikirkan dan

mengerjakan tugas tersebut secara sendiri-sendiri terlebih dahulu. 4) setiap

kelompok mendiskusikan hasil berpikir masing-masing dengan pasangannya. 5)

setelah tercipta kesepakatan dengan pasangannya, setiap kelompok membagi hasil

diskusinya dengan kelompok lain (Huda, 2013: 206-207).

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur untuk

memberikan kesempatan pada peserta didik guna berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain. Menurut Ibrahim dalam Ariyanto (2014: 19) model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) memiliki tahapan utama sebagi berikut:

Tahap 1 : Thingking (berpikir)

Guru memberikan isu atau topik yang berhubungan dengan materi

pelajaran yang akan diajarkan. Kemudian peserta didik diminta untuk

memikirkan isu atau topik tersebut secara mandiri terlebih dahulu.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Peserta didik diminta untuk berpasangan dengan teman sebangkunya

untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dan menyatukan

pendapat mereka mengenai topik yang dibahas.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, peserta didik diminta untuk berbagi hasil diskusi

kelompok mereka dengan seluruh kelas. Ketrampilan berbagi dengan

seluruh kelas dapat dilakukan dengan meminta kelompok maju secara

sukarela atau menunjuk kelompok-kelompok tertentu untuk maju dan

menyampaikan hasil diskusi mereka.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS) sederhana,

namun penting untuk meningkatkan keaktifan peserta didik. Adanya kegiatan

berpikir-berpasangan-berbagi memberi banyak keuntungan bagi peserta didik.

Secara mandiri peserta didik dapat mengembangkan pikiran masing-masing

karena adanya kesempatan atau waktu untuk berpikir sehingga dapat

meningkatkan kualitas jawaban siswa. Menurut Nurhadi dalam Ariyanto (2014:

19) akuntabilitas akan berkembang karena setiap siswa wajib saling melaporkan

hasil pemikiran masing-masing dan berbagi hasil diskusinya dengan seluruh kelas.

Siswa juga akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena anggota

kelompok yang hanya dua orang mendorong siswa untuk mau berbicara dan

berbagi ide paling tidak dengan pasangannya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

15

2.1.4 Metode Eksperimen

Menurut Devi (2010: 9) Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan

yang dirancang secara rinci dan direncanakan untuk memperoleh data dari upaya

menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Melatih bereksperimen

tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan

untuk membuat peserta didik dapat menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip

di dalam Standar Kompetensi mata pelajaran yang dipelajari.

Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada

peserta didik, baik secara individu ataupun berkelompok untuk dilatih melakukan

suatu proses atau percobaan (Asmani, 2011: 34). Suparno (2007: 77)

menyatakan bahwa metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak

siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang

telah dipelajari memang memiliki kebenaran.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan percobaan guna menjawag suatu maslah atau

menguji kebeneran dari suatu hipotesis atau dugaan sementara.

Metode eksperimen dipilih untuk proses pembelajaran IPA jika konsep

IPA harus dipelajari melalui fakta-fakta yang bisa ditemukan siswa sendiri.

Melalui bereksperimen keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan

meningkat, siswa lebih banyak menggunakan ketrampilan proses, kemampuan

psikomotoriknya terlatih karena terbiasa menggunakan alat-alat pada suatu

percobaan.

2.1.4.1 Tahap-tahap Metode Eksperimen

Tahap-tahap metode eksperimen menurut Palendeng dalam Asmani (2010:

149) antara lain :

1. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang

didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

2. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan

atau menjelaskan tentang fenomena alam. Peserta didik diharapakan untuk

mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3. Hipotesis awal, peserta didik dapat merumuskan hipotesis sementara

berdasarkan hasil pengamatannya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

16

4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang

telah dirumuskan.

5. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

6. Aplikasi konsep, setelah peserta didik merumuskan masalah dan

menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupan. Kegiatan ini

merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.

Roestiyah (2008: 11) menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, metode

eksperimen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dijelaskan kepada peserta didik tentang tujuan eksperimen, mereka

harus memahami maslah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

2. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang alat-alat dan bahan

yang akan digunakan dalam eksperimen.

3. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengamati pekerjaan peserta

didik, bila perlu memberi saran atau pertaanyaan yang menunjang jalannya

eksperimen.

4. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

peserta didik, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau

tanya jawab.

2.1.4.2 Kelebihan Metode Eksperimen

Penggunaan metode eksperimen dalam proses pembelajaran mempunya

kelebihan-kelabihan sebagai berikut.

1) Fakta atau data yang diperoleh akan lebih diingat oleh peserta didik.

2) Guru dapat berkeliling kelas sambil mengawasi dan melakukan penilaian

terhadap sikap dan psikomotorik peserta didik.

3) Melatih kerja sama diantara siswa karean metode ekperimen di sekolah

dilakukan secara berkelompok.

2.1.4.3 Kelemahan Metode Eksperimen

Dalam pelaksanaanya, penggunaan metode eksperimen juga memiliki

kelemahan-kelemahan sebagai berikut.

1) Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak.

2) Diperlukan pengawasan yang ketat agar peserta didik tidak main-main di

dalam kelompoknya.

3) Memerlukan waktu belajar yang lebih banyak.

2.1.5 Model Think Pair Share (TPS) Dipadukan dengan Eksperimen

Model Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen adalah

penggabungan antara model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode

pembelajaran eksperimen dalam suatu proses pembelajaran. Penggabungan antara

model Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dilakukan untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa agar lebih baik. Proses pembelajaran IPA

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

17

memerlukan adanya pemberian pengalaman kepada peserta didik untuk mencari

tahu sendiri jawaban dari suatu masalah yang dihadapi atau untuk menguji

hipotesis awal peserta didik. Dengan melakukan eksperimen peserta didik akan

mendapatkan pengalaman langsung dari proses untuk pembelajaran guna

menjawab permasalahan yang mereka hadapi, selanjutnya dengan model Think

Pair Share (TPS) peserta didik akan berlatih untuk berdiskusi dengan teman

sekelompoknya dan berlatih menyampaikan hasil diskusi kelompok kepada

seluruh peserta didik di kelas.

Penggabungan model Think Pair Share (TPS) dan eksperimen selain

untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik juga diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Guru

harus mampu mengelola kelas dengan baik agar tujuan pembejaran yang

diinginkan dapat tercapai, selain itu guru juga harus memahami dan menguasai

mengenai model dan metode yang digabungkan ini sehingga tercipta suatu proses

pembelajaran yang baik dan menyenangkan yang mana dapat memberikan hasil

belajar peserta didik yang baik.

2.1.5.1 Langkah-langkah Model Think Pair Share (TPS) Dipadukan dengan

Eksperimen

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair

Share (TPS) dipadukan dengan eksperimen adalah sebagai berikut :

1. Peserta didik ditempatkan dalam sebuah kelompok.

2. Guru memberikan sebuah tugas atau suatu topik pada kelompok peserta

didik.

3. Peserta didik mengamati dan memperhatikan penjelasan guru mengenai

tugas atau topik yang diberikan.

4. Peserta didik memikirkan tugas atau topik yang diberikan secara mandiri

dengan membuat hipotesis awal dari hasil pengamatannya.

5. Peserta didik melakukan percobaan guna menjawab tugas yang diberikan

dan menguji kebearan dari hipotesis awal yang mereka buat.

6. Menuliskan hasil percobaan yang telah dilakukan secara individu.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

18

7. Setiap kelompok mendiskusikan hasil percobaan yang telah mereka tulis

secara individu dengan pasangannya.

8. Setelah tercipta kesepakatan dengan pasangannya, setiap kelompok

membagi hasil diskusinya dengan kelompok lain.

Langkah-langkah di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam proses

pembelajaran yang menggunakan metode Think Pair Share (TPS) dipadukan

dengan Eksperimen supaya dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal.

2.1.6 Hasil Belajar

Aunurrahman (2011: 37) mengemukakan hasil belajar adalah berubahnya

tingkah laku yang diperolah dari proses pembelajaran. Walaupun tidak semua

berubahnya tingkah laku terjadi karena menjalani aktivitas belajar, akan tetapi

aktivitas belajar umunya memberikan dampak berupa perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku pada seseorang merupakan sesuatu yang dapat diamati,

walaupun tidak juga semua perubahan seseorang tersebut dapat diamati.

Perubahan yang dapat diamati kebanyakan terlihat dari hal-hal yang mencakup

aspek-aspek motorik.

Hasil belajar menurut Sudjana (2011: 22) adalah kemampuan yang

dimiliki peserta didik sebagai akibat yang diperoleh dari pengalaman belajarnya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Susanto (2013: 5), hasil belajar

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik sebagai hasil

dari pengalaman belajarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Berdasarkan pendapat mengenai hasil belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diraih atau didapat peserta didik dari

pengalaman belajarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar dapat dilihat dengan mengadakan evaluasi yang bertujuan untuk

mengukur seberapa besar perubahan yang didapat siswa setelah mendapat

pengalaman belajarnya.

Menurut Wardani dkk (2012: 70) hasil belajar dapat diukur dengan

menggunakan 2 teknik, yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

19

Teknik tes adalah alat ukur standar dan obyektif yang dapat digunakan

unutk mengukur dan membandingkan faktor psikis dan tingkah laku

peserta didik.

Dalam penelitian ini, teknik tes digunakan untuk mengukur aspek kognitif

siswa dengan memberikan soal evaluasi pilihan ganda.

2. Teknik Non Tes

Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah.

Penelitian ini menggunakan aspek non tes untuk mengukur aspek afektif

dan psikomotorik siswa berupa kisi-kisi pernyataan yang menunjukkan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai hasil

belajar yang optimal perlu diciptakan kondisi belajar yang kondusif dan

menyenangkan di lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat. Faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa perlu untuk diperhatikan.

Slameto (2010: 54) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, antara lain:

a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh).

b. Faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan

kematangan).

c. Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri peserta

didik, antara lain:

a. Faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua,

dan latar belakang kebudayaan).

b. Faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan peserta didik,

relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah).

c. Faktor masyarakat (keadaan peserta didik dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Dari penjelasan di atas hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Selain faktor dari

dalam diri peserta didik itu sendiri, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

juga mempengaruhi hasil belajar. Maka dari itu penting bagi guru untuk

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

20

memperhatikan faktor eksternal peserta didik agar hasil belajar yang dicapai

peserta didik dapat optimal.

2.2 Kajian hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Alasan memilih model Think Pair Share (TPS) perlu diperkuat oleh

penelitian-penelitian terkini yang sudah menunjukkan keberhasilan. Beberapa

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang mendukung

keberhasilan model Think Pair Share (TPS) dan metode Eksperimen yaitu :

Penelitian yang dilakukan Fitriana Eka Marta (2014) yang berjudul

Penerapan Pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2013/2014. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dibuktikan dengan presentase ketuntasan siswa pada kondisi

awal 54.3% meningkat pada siklus I menjadi 54.6% dan meningkatkan lagi pada

sikul II menjadi 80.7%.

Penelitian yang dilakukan Henokh Dwi Ariyanto (2014) yang berjudul

Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar dengan menerapkan Model

Pembelajaran Think Pairs and Share pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Kelas V SD Negeri Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014. Model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari kondisi awal dimana

terdapat 11 siswa (28.94%) yang belum memenuhi KKM, disiklus I hanya ada 6

siswa (15.79%) belum memenuhi KKM, sedangkan pada siklus II seluruh siswa

kelas V SDN Sumogawe 01 telah tuntas KKM.

Penelitian yang dilakukan Rina Puji Rahayu (2013) yang berjudul

Penerapan Strategi Inkuiri Melalui Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kemambang 02 Kecamatan Banyubiru

Kabupaten Semarang. Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dilihat dari hasil belajar kondisi awal hanya ada 15 siswa (46.8%) dari 32

siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata kelas 63.59, pada siklus I terdapat 23

siswa (78%) yang tutas dengan nilai rata-rata 73.75, pada siklus II terdapat 31

siswa (96.87%) yang tuntas dengan nilai rata-rata 85.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

21

Penelitian yang dilakukan Sumarni (2012) yang berjudul Peningkatan

Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas II Semester 2

SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran

2011/2012. Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar dilihat

ketuntasan belajar pada pra siklus hanya 24.24% dengan nilai rata-rata 58.86,

meningkat menjadi 72.41% pada siklus I dengan nilai rata-rata 67.45, dan

meningkat lagi menjadi 77.14% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75.14.

Penggabungan model Think Pair Share (TPS) dan metode Eksperimen

dilakukan untuk mengoptimalkan peningkatan hasil belajar siswa, selain itu juga

untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam proses

pembelajaran melalui percobaan yang dilakukan dan meningkatkan keaktifan

siswa melalui diskusi yang dilakukan.

2.3 Kerangka Pikir

Dari permasalahan yang ditemukan penulis seperti yang dijelaskan di atas,

penulis berpikir untuk melakukan sebuah upaya untuk menyelesaikan masalah

tersebut dengan melakukan penelitian pada proses pembelajaran yang dilakukan

peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

dipadukan dengan eksperimen. Permasalahan yang ada pada kelas 5 SD Negeri

Tolokan kec. Getasan adalah kurang aktifnya peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran, juga kurangnya inovasi guru dalam menggunakan model

pembelajaran yang dapat mengingkatkan keaktifan siswa. Hal itu berdampak pada

hasil belajar siswa yang rendah.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan untuk mengingkatkan peran peserta

didik dalam proses pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran Think

Pair Share (TPS) dipadukan dengan eksperimen ini diharapkan peserta didik

mampu untuk berpikir sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi, serta

dapat memperoleh sendiri informasi yang diperlukan dari eksperimen yang

dilakukan oleh peserta didik kemudian bekerja sama dengan peserta didik lain

untukuntuk membuat keputusan yang tepat mengenai pemecahan masalah yang

mereka hadapi, selanjutnya setelah mereka berhasil membuat keputusan yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan

22

tepat dan disepakati oleh semua peserta didik, mereka diminta membagi pendapat

mereka tersebut dengan orang lain.

Dengan demikian melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) dipadukan dengan ekperimen dalam proses pembelajaran diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir

penulis dapat digambarkan pada bagan sebagi berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir Penggunaaan Model TPS

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir maka hipotesis penelitian ini adalah

“Peningkatan hasil belajar IPA pada pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri

Tolokan Kecamatan Getasan kabupaten Semarang semester 1 tahun pelajaran

2017/2018 dapat diupayakan dengan menggunakan model Think Pair Share

(TPS) dipadukan dengan eksperimen”.

Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum

menggunakan model TPS

dipadukan dengan

eksperimen

Hasil belajar

siswa rendah

Tindakan

Pembelajaran sesudah

menggunakan model TPS

dipadukan dengan

eksperimen

Siklus I

Kondisi Akhir

Diduga peningkatan hasil

belajar peserta didik dapat

diupayakan dengan

menggunakan

pembelajaran model TPS

dipadukan dengan

eksperimen

Siklus II