BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi...

16
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi Pembelajaran Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2002). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang belajar akan mendapatkan perubahan yang positif dari dirinya sendiri. Dengan proses belajar tersebut maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya belum diketahuinya. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2011). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerakan raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Perubahan yang terjadi pada siswa tersebut bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa karena masuknya kesan dan pengalaman yang baru. Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Seperti misalnya seorang anak yang telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikataka telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap yang bersifat negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak 6

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi...

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,

persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam

keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar

apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan

pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2002). Berdasarkan

teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang belajar akan

mendapatkan perubahan yang positif dari dirinya sendiri. Dengan proses belajar

tersebut maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya

belum diketahuinya.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara

guru dengan siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap muka

maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media

pembelajaran (Rusman, 2011). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur

yaitu jiwa dan raga. Gerakan raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses

jiwa untuk mendapatkan perubahan. Perubahan yang terjadi pada siswa tersebut

bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa karena masuknya kesan dan

pengalaman yang baru.

Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi

perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Seperti misalnya seorang

anak yang telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak

akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang

anak dikataka telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap yang

bersifat negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak

6

dapat kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman. Hal

ini didukung oleh teori (Slameto, 2003) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya Beliau menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi

perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses

perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

pengetahuan tetapi juga kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,

minat, watak dan penyesuaian diri.

Anak yang sangat muda tidak butuh diberi imbalan utuk pembelajaran,

atau diberi hukuman. Mereka sangat menyukai proses belajar. Belajar merupakan

proses dikelas. Ketika anak-anak menyukai sesuatu maka mereka akan

mempelajarinya. Yang harus kita lakukan adalah meletakkan anak–anak

dibelakang pusat alam semesta. Kita harus mulai dengan bagaimana anak didik

melihat alam semesta,seperti apa yang dia ketahui, apa yang ia suka dan apa yang

dia inginkan (Boeree, 2008). Berdasarkan teori di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa Sebenarnya siswa sangat menyukai proses belajar

mengajar. Jadi sebaiknya guru membuat psoses KBM tersebut menjadi lebih

menarik agar siswa bisa lebih menyukai proses tersebut. Dalam proses tersebut

sebaiknya guru tidak memberikan kesan yang negative agar siswa seperti

memberikan hukuman kepada siswa. Karena hal itu akan merusak kesengangan

siswa dalam belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Winataputra, 2007). Anak SD

merupakan seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivism yang baik adalah

mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning

materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang

7

mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru juga akan berusaha untuk menciptakan

system interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dan

temannya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan

diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang

terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk

pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri. Berdasatrkan

teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses

komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik dapat menciptakan

sesuatu pengetahuan yang baru, pembelajaran ini juga didukung dengan adanya

sumber belajar seperti buku, internet dll.

Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan respon akan dapat

diharapkan kemunculannya jika terjadi dalam situasi yang menyenangkan bagi

peserta didik. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada dorongan

dan kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun peserta didik yang

dioperasionalkan dalam tujuan instruksional, tujuan pembelajaran yang harus

dapat diukur, sehingga perubahan perilaku siswa dapat jelas terlihat sebagai akibat

dari proses pembelajaran (Winataputra, 2007). Berdasarkan teori di atas maka

penulis menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian

kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar yang berkaitan dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rangkaian kegiatan tersebut harus

dilakukan dengan menyenangkan agar siswa memiliki motivasi untuk belajar,

dengan begitu maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan tujuan

pembelajaran akan tercapai.

2.1.2 Hakikat IPA

Menurut Sutarno (2003) Dalam pelajaran IPA di sekolah hendaknya kepada

siswa ditanamkan tentang pentingnya mengetahui 4 hal mendasar yaitu :

1. Pengetahuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar

siswa (personal needs) yang meliputi pemenuhan akan kebutuhan makanan

(karbohidrat, protein, lemak dsb).

2. Pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu dasar yang harus mereka

kuasai ( academic preparation)

9

3. Pengetahuan untuk persiapan karier (career awarness) berupa pengetahuan

yang berguna bagi mereka kelak setelah mereka menyelesaikan studinya.

4. Kepekaan terhadap kehidupan sosial dari lingkunagan mereka berada (societal

issue)

Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam

pembelajaran IPA hendaknya siswa diberi pengetahuan tentang apa yang

dibutuhkan siswa sebagai kebutuhan dasar seperti makanan yang sehat,

pengetahuan dasar tentang sains, pengetahuan untuk menyambut masa depan, dan

pengetahuan social tentang lingkungan di sekitar mereka.

2.1.3 Hakikat IPA SD

IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin

tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan

kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta

mengembangkan cara berfikir ilmiah fokus program pengajaran IPA di SD

hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik

terhadap dunia mereka dimana mereka hidup (Samatowa, 2010). Berdasarkan

teori di atas maka penulis menyimpulkan bahawa pembelajaran IPA di SD

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya

dengan cara berfikir secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA juga mendorong

siswa untuk selalu aktif bertanya dan mencari bukti tentang ilmu yang ada di

sekitar mereka hidup.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian

tujuan pengajaran. Pada bagia lain merupakan peningkatan kemampuan mental

siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran,

dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti

tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat

setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan

dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Berdasarkan

teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang di

10

peroleh siswa berkat tindak guru di dalam kelas. Hasil belajar tersebut dibedaka

menhjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring dimanakedua dampak

tersebut akan membawa siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap

mata pelajaran/bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk

pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran/bidang studi berbeda dari

mata pelajaran/bidang studi lain (Hernawan, 2003). Berdasarkan teori di atas

maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang di miliki

siswa setelah mereka melakukan pembelajaran. Setiap pembelajaran yang satu

dengan yang lain memiliki hasil belajar yang berbeda, khususnya mata pelajaran

IPA akan membawa siswa pada pribadi yang lebih baik karena pebalajaran IPA

mengajarkan kita bagaimana hidup di lingkunagan alam sekitar kita.

Hasil belajar akibat dari perubahan perilaku (Suprijono, 2010) Perubahan

perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari

2. Berkesinambungan dengan perilaku lainnya

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

6. Permanen atau tetap

7. Bertujuan dan terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar

akan merubah perilaku siswa. Adapun ciri-ciri perubahan perilaku siswa tersebut

adalah siswa menyadari adanya perubahan pada dirinya sendiri, perubahan

tersebut akan menjadi bekal bagi hidupnya di masa depan dan bersifat kekal.

Perubahan tersebut bersifat positif dan memiliki arah tujuan yang baik.

Menurut Slameto (2003) tes hasil belajar merupakan sekelompok

pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab untuk diselesaikan oleh siswa

11

dengan tujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar. Dari pendapat slameto di

atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk

mengukur hasil belajar maka guru memberikan pertanyaan atau tes kepada peserta

didik. Teknik tes meliputi tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes

perbuatan. Sedangkan tekhnik non tes meliputi pengamatan atau observasi,

angket, jurnal, portofolio dan wawancara. Guru dapat mengetahui hasil belajar

siswa dapat dalam bentuk nilai.

Dalam penelitian ini hasil belajar dapat diidentifikasikan sebagai

peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui tes, dan guru akan

mendapatkan data berupa nilai.

2.1.5 Motivasi siswa

Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan (Syarifuddin

& Nasution, 2005). Berdasarkan teori ini maka penulis menyimpulkan bahwa

motivasi adalah Keinginan siswa untuk melakukan sesuatu seperti keinginan

untuk belajar, keinginan untuk berusaha menjadi lebih baik merupakan motivasi

yang positif. Motivasi Ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam

membangkitkan motivasi siswa guru berperan penting dalam mempengaruh siswa

agar mereka mau melakuakn pekerjaan yang diharapkan sehingga siswa dapat

menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.

Motivasi sangat penting untuk peserta didik dalam memacu prestasi

belajaranya. Pendidik harus mampu memberikan upaya yang lebih baik agar

motivasi pada diri peserta didik tumbuh dan berkembang (Hatimah, 2007).

berdasarkan teori di atas maka penulis mwnyimpulkan bahwa untuk memicu

motivasi dapat dilakukan dengan kegiatan apersepsi yang berfungsi untuk

mempersiapkan kondisi awal belajar peserta didik terutama kesiapan peserta didik

dalam menghadapi pelajaran. dengan kegiatan apersepsi tersebut maka siswa akan

termotivasi untuk belajar. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan

belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

12

diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah

kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan

belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar

yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain minat dan perhatian

siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas

belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, reaksi yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas

dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sudjana, 2010). Berdasarkan teori

tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa sebelum kegiatan belajar mengajar

berlangsung sebaiknya guru memberikan motivasi yang positif. Dengan begitu

maka siswa akan memiliki semangat dan rasa ingin belajar. Karena motivasi

tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan

hasil belajar siswa.

Ada tiga komponen utama dalam motivasi belajar yaitu: kebutuhan,

dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada

ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan

merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi

harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada

pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada

tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai

oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini

perilaku belajar (Dimyati, 2009). Berdasarkan teori di atas maka peneliti

menyimpulkan bahwa tiga komponen yang utama dalam motivasi belajar adalah

kebutuhan saat sswa memiliki harapan tentang apa yang ia inginkan, dorongan

yaitu motivasi yang dimiliki siswa untukmelakukan sesuatu, dan tujuan yaitu hal

yang ingin dicapai oleh siswa.

Adapun jenis-jenis motivasi menurut Hanafiah (2010) adalah sbb:

13

a. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni

dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self

awareness) dari lubuk hati yang paling dalam.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor

di luar diri peserta didik yaitu dorongan dari lingkungan sekitar seperti adanya

pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik,

hukuman dsb.

Dari teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi dibedakan

menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi

yang timbul dari dalam diri siswa sendiri seperti perasaan senang, kemauan,

kecerdasan dan kemandirian. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang

timbul karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar.

Adapun aspek aspek motivasi adalah sbb:

1. Intrinsik

a. Perasaan senang yaitu senang menggikuti pelajarn IPA, Senang terhadap guru

IPA, Kemauan siswa mengerjakan soal-soal IPA, Kemauan siswa

mengerjakan soal-soal IPA.

b. Kemauan yaitu kemauan siswa mengerjakan PR, kemauan siswa memperoleh

nilai baik.

c. Kecerdasan yaitu kesadaran siswa untuk belajar IPA, kesadaran siswa untuk

mendalami materi

d. Kemandirian yaitu kesadaran siswa untuk tidak mencontek

2. Ektrinsik

a. Dorongan dari lingkungan sekitar yaitu dorongan dari orang tua siswa,

dorongan untuk berprestasi, keinginan untuk mendapat hadiah atau pujian

Motivasi sangat penting bagi siswa agar siswa memiliki keinginan untuk

belajar. Adapun pentingnya motivasi belajar bagi siswa menurut Dimyati (2009)

adalah sbb:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

14

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan

teman sebaya.

3. Mengarahkan kegiatan belajar

4. Membesarkan semangat belajar

5. Menyadarka tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-

selanya adalah istirahat/bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk

menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.

Berdasarkan teori di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa motivasi

sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya motivasi maka

akan mempermudah jalannya proses pembelajaran di kelas sehingga akan

membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.6 Metode Eksperimen

2.1.6.1 Pengertian metode eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan

suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta dievaluasi oleh

guru (Roestiyah, 2001). Menurut teori tersebut maka peneliti menyimpulkan

bahwa peserta didik dituntut untuk terus mengamati proses percobaan itu sampai

mereka memperoleh hasil dan dapat menyimpulkan materi.

Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan; maka segala sesuatu

memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas

digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar,

dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya

serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan

ke kelas dan di evaluasi oleh guru (Roestiyah, 2008). Berdasarkan teori di atas

maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan bertambah majunya tekhnologi, maka

akan berpengaruh terhadap kemajuan media dalam proses belajar mengajar di

kelas. Misalnya adanya alat peraga yang lebih canggih untuk membantu siswa

dalam belajar. Kemajuan IPTEK harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk

membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

15

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Dari teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa metode

eksperimen adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran dimana siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau

mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses

yang dialaminya itu.

Tujuan penggunaan metode eksperimen menurut (Djamarah, 2002) adalah

sebagai berikut:

1. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data

yang diperoleh.

2. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan

melaporkan percobaan.

3. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik

kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

2.1.6.2 Kelebihan dan kekurangan metode eksperimen

Menurut Sagala (2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan

kekurangan antara lain sbb:

Kelebihan metode eksperimen

a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku

saja.

b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan

teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan.

c. Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain:

Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau

kejadian:

Siswa terhindar jauh dari verbalisme:

Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan relistis.

16

Mengembangkan sikap berfikir ilmiah;

Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.

Kekurangan dari metode eksperimen menurut Sagala (2011) adalah sbb:

a. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan sebagai fasilitas peralatan da

bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.

b. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan

atau pengendalian.

c. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan

bahan mutakhir.

Langkah langkah eksperimen yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001)

sebagai berikut :

1. Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam

eksperimen.

2. Menentukan langkah langkah pokok dalam membantu siswa dalam

eksperimen.

3. Sebelum eksperimen dilaksanakan, terlebih dahulu guru harus menetapkan

alat –alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, hal-

hal apa yang harus dicatat, variabel-variabel nama yang harus dikontrol

4. Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut )

eksperimen seperti mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut,

mengadakan tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes untuk menguji

pengertian peserta didik.

Berdasarkan teori Roestiyah (2001) dapat dikaji langkah-langkah yang

akan di lakukan dalam eksperimen yaitu sbb:

1. Guru menjelaskan tentang eksperimen kepada siswa.

2. Guru menyampaikan kompentensi (tujuan) yang akan dicapai.

3. Sebelum eksperimen berlangsung guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok.

4. Masing masing kelompok mengambil alat yang telah disiapkan oleh guru.

17

5. Guru membahas dan memastikan siswa memahami langkah-langkah yang

harus ditempuh dalam percobaan.

6. Siswa melakukan percobaan di dalam kelompok.

7. Guru mengawasi kegiatan selama siswa melakukan percobaan.

8. Tiap kelompok mencatat hasil percobaan.

9. Di dalam kelompok siswa membuat kesimpulan.

10. Setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan secara klasikal.

11. Selama kegiatan presentasi hasil belajar berlangsung kelompok yang lain

mendengarkan, memberi masukan atau bertanya.

12. Guru dan siswa menyimpulkan dan menkonfirmasi hasil percobaan dari

semua kelompok untuk mengecek keakuratan informasi yang disimpulkan

dari percobaan.

Langkah-langkah tersebut dilaksanakan pada kegiatan inti dalam

pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Dengan mengikuti langkah-langkah

metode eksperimen tersebut akan menunjang keberhasilan siswa proses

bpembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Winarsih (2010) berjudul Penerapan Metode Eksperimen

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya

Siswa Kelas V Semester I Sdn Karanganyar 01 Blora Tahun Ajaran 2009/2010

menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hasil penelitian winarsih menunjuukan bahwa pada kondisi awal siswa

yang nilainya memenuhi KKM terdapat 12 siswa (85,72%*. Siklus I menerapkan

metode eksperimen terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 10 siswa

memenuhi KKM (71,43%) dan 4 siswa ( 28,57%) belum memenuhi KKM yang

ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 14

siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini

berarti penelitian telah berhasil, dibukt kan dengan nilai seluruh siswa di atas

KKM yaitu 65 (65) dan (100% siswa ) tuntas memenuhi KKM atau melebihi

KKM yang ditetapkan.

18

Hasil penelitian Suparyanti (2010) berjudul Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V SD Negeri Bawang 1 Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen dapat

meningkatkan antusias siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi, pembelajaran

menjadi lebih menarik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang

terbukti dalam meningkatnya hasil tes dari suatu siklus kesimpula yang dapat

diperoleh adalah (1) pemilihan metode yang tepat akan berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa, (2) perbaikan pembelajaaran melalui metode eksperimen dapat

meningkatka keaktifan siswa dalam pembelajaran (3) ada korelasi positif antara

peningkatan keaktifan dalam pembelajaran dengan prestasi belajar.

Hasil penelitian Suprihati (2010) berjudul Penggunaan Metode

Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan

Minat Belajar Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Sumberdalem Kretek Wonosobo

Tahun Pembelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah

dilakukan pembelajara dengan menggunakan metode eksperimen, minat belajar

siswa meningkat dari 80% siswa yang berkategori tinggi ( siklus 1) menjadi

46,7% siswa berkategori tinggi dan 53,3% siswa berada pada kategori sangat

rendah (siklus 2). Hasl belajar siswa juga meningkat dan telah mencapai atau

melebihi KKM (rata-rata nilai KKM) yaitu dari rata-rata nilai 63,7 pada siklus 1

menjadi 87,64 pada siklus 2.

Hasil penelitian Arifin (2011) berjudul Peningkatan Hasil Belajar Ipa

Melalui Metode Eksperimen Dengan Memanfaatkan Kit Ipa Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam Di Kelas V Sd Negeri 1 Perboto Kecamatan Kalikajar

Kabupaten Wonosobo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Program Pgsd

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil penelitia ini menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

eksperimen dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dari tiap siklus.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada

kondisi awal atau pra siklus hanya terdapat 7 siswa atau 23,3% yang telah tuntas

19

dalam belajarnya, pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu terdapat 12 siswa

atau 40% siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar. siklus II

ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu 28 siswa atau 93,3% siswa telah dapat

mencapai ketuntasan belajar.

Hasil penelitian Rohmad (2012) berjudul Usaha meningkatkan motivasi

dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen yang dibantu

media animasi komputer pada materi cahaya di SMP Negeri 1 Tulungagung/

Rohmad. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode

eksperimen yang dibantu media animasi komputer dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil angket motivasi yang diberikan pada

siswa di awal siklus I dan akhir siklus II, terjadi peningkatan yaitu pada siklus I

sebesar 77,4% (kategori baik), sedangkan pada siklus II sebesar 82,9% (kategori

sangat baik). Sedangkan motivasi siswa berdasarkan observasi juga terjadi

peningkatan yaitu siklus I sebesar 77,15% (kategori baik) dan siklus II sebesar

86,05% (kategori sangat baik), (2) penggunaan metode eksperimen yang dibantu

media animasi komputer dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi

cahaya. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata nilai tes kognitif pada siklus I

sebesar 80,7 dengan persentase ketuntasan sebesar 66,7%, setelah siklus II dengan

rata-rata nilai tes kognitif sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan 86,7%.

Hasil penelitian Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran

yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga

dalam proses pembelajaran ini siswa terlibat langsung dalam percobaan.

Eksperimenpun dilakukan agar diketahui kebenarannya suatu gejala dan dapat

menguji untuk mengembangkan suatu teori. Kegiatan eksperimen dilakukan

peserta didik usia sekolah dasar merupakan kesempatan mereka melakukan suatu

eksplorasi. Mereka akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorong

mereka berkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional

serta lebih lanjut pengalamannya bisa berkembang di masa mendatang.

20

2.3 Kerangka Pikir

Grafik 2.1 Diagram kerangka pikir

Untuk mengatasi pembelajaran yang hanya menekankan pada aktivitas

guru, maka peneliti mencoba mengeksperimenkan metode eksperimen dalam

belajar. Hal ini karena metode ini merupakan metode pembelajaran yang

mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, dengan melakukan percobaan secara

langsung sehingga pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi siswa

juga menjadi bagian dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut keadaan awalnya kedua

kelompok memiliki keseimbangan hasil belajar. Kemudian dari kedua kelas, akan

diberi perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akan menggunakan

pembelajaran dengan metode Eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol

Kelompok kontrol

metode konvensional

Kelompok eksperimen

metode eksperimen

perlakuan perlakuan

Hasil belajar Motivasi belajar Hasil belajar Motivasi siswa

Posttest

Post test

Posttest

Post test

Pengaruh pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen

pretest

21

dilakukan pembelajaran secara konvensional. Setelah itu, maka akan terlihat hasil

belajar pada kelas kontrol dan hasil belajar pada kelas.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat

dirumuskan hipotesis pebnelitian sebagai berikut: “Penggunaan metode

eksperimen berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran

IPA siswa kelas V di SD N 2 katekan kecamatan ngadirejo kabupaten

temanggung tahun ajaran 2011/2012.

22