BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Definisi Pembelajaran
Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar
apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan
pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2002). Berdasarkan
teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang belajar akan
mendapatkan perubahan yang positif dari dirinya sendiri. Dengan proses belajar
tersebut maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya
belum diketahuinya.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran (Rusman, 2011). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur
yaitu jiwa dan raga. Gerakan raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses
jiwa untuk mendapatkan perubahan. Perubahan yang terjadi pada siswa tersebut
bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa karena masuknya kesan dan
pengalaman yang baru.
Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi
perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Seperti misalnya seorang
anak yang telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak
akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang
anak dikataka telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap yang
bersifat negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak
6
dapat kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman. Hal
ini didukung oleh teori (Slameto, 2003) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya Beliau menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi
perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses
perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan tetapi juga kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak dan penyesuaian diri.
Anak yang sangat muda tidak butuh diberi imbalan utuk pembelajaran,
atau diberi hukuman. Mereka sangat menyukai proses belajar. Belajar merupakan
proses dikelas. Ketika anak-anak menyukai sesuatu maka mereka akan
mempelajarinya. Yang harus kita lakukan adalah meletakkan anak–anak
dibelakang pusat alam semesta. Kita harus mulai dengan bagaimana anak didik
melihat alam semesta,seperti apa yang dia ketahui, apa yang ia suka dan apa yang
dia inginkan (Boeree, 2008). Berdasarkan teori di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa Sebenarnya siswa sangat menyukai proses belajar
mengajar. Jadi sebaiknya guru membuat psoses KBM tersebut menjadi lebih
menarik agar siswa bisa lebih menyukai proses tersebut. Dalam proses tersebut
sebaiknya guru tidak memberikan kesan yang negative agar siswa seperti
memberikan hukuman kepada siswa. Karena hal itu akan merusak kesengangan
siswa dalam belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Winataputra, 2007). Anak SD
merupakan seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivism yang baik adalah
mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning
materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang
7
mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru juga akan berusaha untuk menciptakan
system interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dan
temannya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan
diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang
terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk
pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri. Berdasatrkan
teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik dapat menciptakan
sesuatu pengetahuan yang baru, pembelajaran ini juga didukung dengan adanya
sumber belajar seperti buku, internet dll.
Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan respon akan dapat
diharapkan kemunculannya jika terjadi dalam situasi yang menyenangkan bagi
peserta didik. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada dorongan
dan kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun peserta didik yang
dioperasionalkan dalam tujuan instruksional, tujuan pembelajaran yang harus
dapat diukur, sehingga perubahan perilaku siswa dapat jelas terlihat sebagai akibat
dari proses pembelajaran (Winataputra, 2007). Berdasarkan teori di atas maka
penulis menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian
kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar yang berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rangkaian kegiatan tersebut harus
dilakukan dengan menyenangkan agar siswa memiliki motivasi untuk belajar,
dengan begitu maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan tujuan
pembelajaran akan tercapai.
2.1.2 Hakikat IPA
Menurut Sutarno (2003) Dalam pelajaran IPA di sekolah hendaknya kepada
siswa ditanamkan tentang pentingnya mengetahui 4 hal mendasar yaitu :
1. Pengetahuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar
siswa (personal needs) yang meliputi pemenuhan akan kebutuhan makanan
(karbohidrat, protein, lemak dsb).
2. Pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu dasar yang harus mereka
kuasai ( academic preparation)
9
3. Pengetahuan untuk persiapan karier (career awarness) berupa pengetahuan
yang berguna bagi mereka kelak setelah mereka menyelesaikan studinya.
4. Kepekaan terhadap kehidupan sosial dari lingkunagan mereka berada (societal
issue)
Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam
pembelajaran IPA hendaknya siswa diberi pengetahuan tentang apa yang
dibutuhkan siswa sebagai kebutuhan dasar seperti makanan yang sehat,
pengetahuan dasar tentang sains, pengetahuan untuk menyambut masa depan, dan
pengetahuan social tentang lingkungan di sekitar mereka.
2.1.3 Hakikat IPA SD
IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin
tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan
kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berfikir ilmiah fokus program pengajaran IPA di SD
hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik
terhadap dunia mereka dimana mereka hidup (Samatowa, 2010). Berdasarkan
teori di atas maka penulis menyimpulkan bahawa pembelajaran IPA di SD
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya
dengan cara berfikir secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA juga mendorong
siswa untuk selalu aktif bertanya dan mencari bukti tentang ilmu yang ada di
sekitar mereka hidup.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran. Pada bagia lain merupakan peningkatan kemampuan mental
siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran,
dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti
tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat
setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan
dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Berdasarkan
teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang di
10
peroleh siswa berkat tindak guru di dalam kelas. Hasil belajar tersebut dibedaka
menhjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring dimanakedua dampak
tersebut akan membawa siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa
sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap
mata pelajaran/bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk
pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran/bidang studi berbeda dari
mata pelajaran/bidang studi lain (Hernawan, 2003). Berdasarkan teori di atas
maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang di miliki
siswa setelah mereka melakukan pembelajaran. Setiap pembelajaran yang satu
dengan yang lain memiliki hasil belajar yang berbeda, khususnya mata pelajaran
IPA akan membawa siswa pada pribadi yang lebih baik karena pebalajaran IPA
mengajarkan kita bagaimana hidup di lingkunagan alam sekitar kita.
Hasil belajar akibat dari perubahan perilaku (Suprijono, 2010) Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari
2. Berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6. Permanen atau tetap
7. Bertujuan dan terarah
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar
akan merubah perilaku siswa. Adapun ciri-ciri perubahan perilaku siswa tersebut
adalah siswa menyadari adanya perubahan pada dirinya sendiri, perubahan
tersebut akan menjadi bekal bagi hidupnya di masa depan dan bersifat kekal.
Perubahan tersebut bersifat positif dan memiliki arah tujuan yang baik.
Menurut Slameto (2003) tes hasil belajar merupakan sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab untuk diselesaikan oleh siswa
11
dengan tujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar. Dari pendapat slameto di
atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk
mengukur hasil belajar maka guru memberikan pertanyaan atau tes kepada peserta
didik. Teknik tes meliputi tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes
perbuatan. Sedangkan tekhnik non tes meliputi pengamatan atau observasi,
angket, jurnal, portofolio dan wawancara. Guru dapat mengetahui hasil belajar
siswa dapat dalam bentuk nilai.
Dalam penelitian ini hasil belajar dapat diidentifikasikan sebagai
peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui tes, dan guru akan
mendapatkan data berupa nilai.
2.1.5 Motivasi siswa
Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan (Syarifuddin
& Nasution, 2005). Berdasarkan teori ini maka penulis menyimpulkan bahwa
motivasi adalah Keinginan siswa untuk melakukan sesuatu seperti keinginan
untuk belajar, keinginan untuk berusaha menjadi lebih baik merupakan motivasi
yang positif. Motivasi Ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam
membangkitkan motivasi siswa guru berperan penting dalam mempengaruh siswa
agar mereka mau melakuakn pekerjaan yang diharapkan sehingga siswa dapat
menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.
Motivasi sangat penting untuk peserta didik dalam memacu prestasi
belajaranya. Pendidik harus mampu memberikan upaya yang lebih baik agar
motivasi pada diri peserta didik tumbuh dan berkembang (Hatimah, 2007).
berdasarkan teori di atas maka penulis mwnyimpulkan bahwa untuk memicu
motivasi dapat dilakukan dengan kegiatan apersepsi yang berfungsi untuk
mempersiapkan kondisi awal belajar peserta didik terutama kesiapan peserta didik
dalam menghadapi pelajaran. dengan kegiatan apersepsi tersebut maka siswa akan
termotivasi untuk belajar. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
12
diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar
yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain minat dan perhatian
siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas
belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, reaksi yang
ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas
dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sudjana, 2010). Berdasarkan teori
tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung sebaiknya guru memberikan motivasi yang positif. Dengan begitu
maka siswa akan memiliki semangat dan rasa ingin belajar. Karena motivasi
tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan
hasil belajar siswa.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi belajar yaitu: kebutuhan,
dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada
pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada
tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai
oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini
perilaku belajar (Dimyati, 2009). Berdasarkan teori di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa tiga komponen yang utama dalam motivasi belajar adalah
kebutuhan saat sswa memiliki harapan tentang apa yang ia inginkan, dorongan
yaitu motivasi yang dimiliki siswa untukmelakukan sesuatu, dan tujuan yaitu hal
yang ingin dicapai oleh siswa.
Adapun jenis-jenis motivasi menurut Hanafiah (2010) adalah sbb:
13
a. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni
dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self
awareness) dari lubuk hati yang paling dalam.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor
di luar diri peserta didik yaitu dorongan dari lingkungan sekitar seperti adanya
pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik,
hukuman dsb.
Dari teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi dibedakan
menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi
yang timbul dari dalam diri siswa sendiri seperti perasaan senang, kemauan,
kecerdasan dan kemandirian. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang
timbul karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar.
Adapun aspek aspek motivasi adalah sbb:
1. Intrinsik
a. Perasaan senang yaitu senang menggikuti pelajarn IPA, Senang terhadap guru
IPA, Kemauan siswa mengerjakan soal-soal IPA, Kemauan siswa
mengerjakan soal-soal IPA.
b. Kemauan yaitu kemauan siswa mengerjakan PR, kemauan siswa memperoleh
nilai baik.
c. Kecerdasan yaitu kesadaran siswa untuk belajar IPA, kesadaran siswa untuk
mendalami materi
d. Kemandirian yaitu kesadaran siswa untuk tidak mencontek
2. Ektrinsik
a. Dorongan dari lingkungan sekitar yaitu dorongan dari orang tua siswa,
dorongan untuk berprestasi, keinginan untuk mendapat hadiah atau pujian
Motivasi sangat penting bagi siswa agar siswa memiliki keinginan untuk
belajar. Adapun pentingnya motivasi belajar bagi siswa menurut Dimyati (2009)
adalah sbb:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
14
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan
teman sebaya.
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarka tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-
selanya adalah istirahat/bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Berdasarkan teori di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa motivasi
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya motivasi maka
akan mempermudah jalannya proses pembelajaran di kelas sehingga akan
membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.6 Metode Eksperimen
2.1.6.1 Pengertian metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan
suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta dievaluasi oleh
guru (Roestiyah, 2001). Menurut teori tersebut maka peneliti menyimpulkan
bahwa peserta didik dituntut untuk terus mengamati proses percobaan itu sampai
mereka memperoleh hasil dan dapat menyimpulkan materi.
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan; maka segala sesuatu
memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas
digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar,
dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan di evaluasi oleh guru (Roestiyah, 2008). Berdasarkan teori di atas
maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan bertambah majunya tekhnologi, maka
akan berpengaruh terhadap kemajuan media dalam proses belajar mengajar di
kelas. Misalnya adanya alat peraga yang lebih canggih untuk membantu siswa
dalam belajar. Kemajuan IPTEK harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk
membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
15
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dari teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa metode
eksperimen adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran dimana siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya itu.
Tujuan penggunaan metode eksperimen menurut (Djamarah, 2002) adalah
sebagai berikut:
1. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data
yang diperoleh.
2. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaan.
3. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.
2.1.6.2 Kelebihan dan kekurangan metode eksperimen
Menurut Sagala (2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan
kekurangan antara lain sbb:
Kelebihan metode eksperimen
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku
saja.
b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan
teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan.
c. Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain:
Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau
kejadian:
Siswa terhindar jauh dari verbalisme:
Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan relistis.
16
Mengembangkan sikap berfikir ilmiah;
Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.
Kekurangan dari metode eksperimen menurut Sagala (2011) adalah sbb:
a. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan sebagai fasilitas peralatan da
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.
b. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan
atau pengendalian.
c. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan
bahan mutakhir.
Langkah langkah eksperimen yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001)
sebagai berikut :
1. Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam
eksperimen.
2. Menentukan langkah langkah pokok dalam membantu siswa dalam
eksperimen.
3. Sebelum eksperimen dilaksanakan, terlebih dahulu guru harus menetapkan
alat –alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, hal-
hal apa yang harus dicatat, variabel-variabel nama yang harus dikontrol
4. Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut )
eksperimen seperti mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut,
mengadakan tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes untuk menguji
pengertian peserta didik.
Berdasarkan teori Roestiyah (2001) dapat dikaji langkah-langkah yang
akan di lakukan dalam eksperimen yaitu sbb:
1. Guru menjelaskan tentang eksperimen kepada siswa.
2. Guru menyampaikan kompentensi (tujuan) yang akan dicapai.
3. Sebelum eksperimen berlangsung guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok.
4. Masing masing kelompok mengambil alat yang telah disiapkan oleh guru.
17
5. Guru membahas dan memastikan siswa memahami langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam percobaan.
6. Siswa melakukan percobaan di dalam kelompok.
7. Guru mengawasi kegiatan selama siswa melakukan percobaan.
8. Tiap kelompok mencatat hasil percobaan.
9. Di dalam kelompok siswa membuat kesimpulan.
10. Setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan secara klasikal.
11. Selama kegiatan presentasi hasil belajar berlangsung kelompok yang lain
mendengarkan, memberi masukan atau bertanya.
12. Guru dan siswa menyimpulkan dan menkonfirmasi hasil percobaan dari
semua kelompok untuk mengecek keakuratan informasi yang disimpulkan
dari percobaan.
Langkah-langkah tersebut dilaksanakan pada kegiatan inti dalam
pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Dengan mengikuti langkah-langkah
metode eksperimen tersebut akan menunjang keberhasilan siswa proses
bpembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Winarsih (2010) berjudul Penerapan Metode Eksperimen
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya
Siswa Kelas V Semester I Sdn Karanganyar 01 Blora Tahun Ajaran 2009/2010
menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hasil penelitian winarsih menunjuukan bahwa pada kondisi awal siswa
yang nilainya memenuhi KKM terdapat 12 siswa (85,72%*. Siklus I menerapkan
metode eksperimen terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 10 siswa
memenuhi KKM (71,43%) dan 4 siswa ( 28,57%) belum memenuhi KKM yang
ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 14
siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini
berarti penelitian telah berhasil, dibukt kan dengan nilai seluruh siswa di atas
KKM yaitu 65 (65) dan (100% siswa ) tuntas memenuhi KKM atau melebihi
KKM yang ditetapkan.
18
Hasil penelitian Suparyanti (2010) berjudul Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V SD Negeri Bawang 1 Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen dapat
meningkatkan antusias siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi, pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang
terbukti dalam meningkatnya hasil tes dari suatu siklus kesimpula yang dapat
diperoleh adalah (1) pemilihan metode yang tepat akan berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa, (2) perbaikan pembelajaaran melalui metode eksperimen dapat
meningkatka keaktifan siswa dalam pembelajaran (3) ada korelasi positif antara
peningkatan keaktifan dalam pembelajaran dengan prestasi belajar.
Hasil penelitian Suprihati (2010) berjudul Penggunaan Metode
Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Sumberdalem Kretek Wonosobo
Tahun Pembelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah
dilakukan pembelajara dengan menggunakan metode eksperimen, minat belajar
siswa meningkat dari 80% siswa yang berkategori tinggi ( siklus 1) menjadi
46,7% siswa berkategori tinggi dan 53,3% siswa berada pada kategori sangat
rendah (siklus 2). Hasl belajar siswa juga meningkat dan telah mencapai atau
melebihi KKM (rata-rata nilai KKM) yaitu dari rata-rata nilai 63,7 pada siklus 1
menjadi 87,64 pada siklus 2.
Hasil penelitian Arifin (2011) berjudul Peningkatan Hasil Belajar Ipa
Melalui Metode Eksperimen Dengan Memanfaatkan Kit Ipa Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Di Kelas V Sd Negeri 1 Perboto Kecamatan Kalikajar
Kabupaten Wonosobo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Program Pgsd
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil penelitia ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
eksperimen dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dari tiap siklus.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada
kondisi awal atau pra siklus hanya terdapat 7 siswa atau 23,3% yang telah tuntas
19
dalam belajarnya, pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu terdapat 12 siswa
atau 40% siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar. siklus II
ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu 28 siswa atau 93,3% siswa telah dapat
mencapai ketuntasan belajar.
Hasil penelitian Rohmad (2012) berjudul Usaha meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen yang dibantu
media animasi komputer pada materi cahaya di SMP Negeri 1 Tulungagung/
Rohmad. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode
eksperimen yang dibantu media animasi komputer dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil angket motivasi yang diberikan pada
siswa di awal siklus I dan akhir siklus II, terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
sebesar 77,4% (kategori baik), sedangkan pada siklus II sebesar 82,9% (kategori
sangat baik). Sedangkan motivasi siswa berdasarkan observasi juga terjadi
peningkatan yaitu siklus I sebesar 77,15% (kategori baik) dan siklus II sebesar
86,05% (kategori sangat baik), (2) penggunaan metode eksperimen yang dibantu
media animasi komputer dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
cahaya. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata nilai tes kognitif pada siklus I
sebesar 80,7 dengan persentase ketuntasan sebesar 66,7%, setelah siklus II dengan
rata-rata nilai tes kognitif sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan 86,7%.
Hasil penelitian Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa terlibat langsung dalam percobaan.
Eksperimenpun dilakukan agar diketahui kebenarannya suatu gejala dan dapat
menguji untuk mengembangkan suatu teori. Kegiatan eksperimen dilakukan
peserta didik usia sekolah dasar merupakan kesempatan mereka melakukan suatu
eksplorasi. Mereka akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorong
mereka berkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional
serta lebih lanjut pengalamannya bisa berkembang di masa mendatang.
20
2.3 Kerangka Pikir
Grafik 2.1 Diagram kerangka pikir
Untuk mengatasi pembelajaran yang hanya menekankan pada aktivitas
guru, maka peneliti mencoba mengeksperimenkan metode eksperimen dalam
belajar. Hal ini karena metode ini merupakan metode pembelajaran yang
mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, dengan melakukan percobaan secara
langsung sehingga pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi siswa
juga menjadi bagian dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut keadaan awalnya kedua
kelompok memiliki keseimbangan hasil belajar. Kemudian dari kedua kelas, akan
diberi perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akan menggunakan
pembelajaran dengan metode Eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol
Kelompok kontrol
metode konvensional
Kelompok eksperimen
metode eksperimen
perlakuan perlakuan
Hasil belajar Motivasi belajar Hasil belajar Motivasi siswa
Posttest
Post test
Posttest
Post test
Pengaruh pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen
pretest
21
dilakukan pembelajaran secara konvensional. Setelah itu, maka akan terlihat hasil
belajar pada kelas kontrol dan hasil belajar pada kelas.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis pebnelitian sebagai berikut: “Penggunaan metode
eksperimen berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran
IPA siswa kelas V di SD N 2 katekan kecamatan ngadirejo kabupaten
temanggung tahun ajaran 2011/2012.
22