BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1 ... · terhadap sains dengan menikmati...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1 ... · terhadap sains dengan menikmati...
-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam berarti ilmu tentang alam. Ilmu artinya suatu
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang
dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.
Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan
obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya atau sesuai
dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu
sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991:3).
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains
merupakan terjemahan kata-kata bahasa Inggris yaitu natural science, yang
artinya dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya
ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science mempunyai pengertian sebagai ilmu
tentang alam atau ilmu yang memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
ini.
Selain itu Nash dalam Kaligis dan Hendro (1992:3), menyatakan bahwa IPA
itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan
bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Menurut H. W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah pengetahuan
yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan
-
7
Wahyana dalam Trianto (2012:136), mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
Dari beberapa pemaparan tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa
hakikat IPA adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan empirik, yang berarti
IPA adalah ilmu pengetahuan yang dapat di buktikan kebenarannya dan dapat
diperoleh melalui pengalaman. Pelajaran IPA tidak hanya didapat melalui
membaca atau mendengarkan, namun pelajaran IPA berkaitan dengan penemuan
sehingga harus dilakukan oleh seseorang. Karena dengan seseorang melakukan
maka akan terjadi proses menemukan.
2.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitarnya. Pembelajaran IPA di SD merupakan penguasaan siswa
terhadap pengetahuan tentang alam sekitar yang dipelajari dari fakta, prinsip dan
proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa
dalam bersikap ilmiah. Oleh karena itu, IPA untuk anak-anak SD harus
dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep
harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya
(Srini, 1997:1).
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2012: 143),
mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA antara lain: (1)
Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang
dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling
ketergantungan dan hubungan antara sains serta teknologi, (3) Keterampilan dan
kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan
observasi, (4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur
terbuka, benar, dan dapat bekerja sama, (5) Kebiasaan mengembangkan
kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep
-
8
dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan (6) Apresiatif
terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku
alam serta penerapannya dalam teknologi.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebihg lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar. BSNP (2007:13)
Dari pemaparan tentang pembelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat
membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses
belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-
teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan dalam
suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa
karena IPA merupakan dasar teknologi, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang
tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih atau
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah
merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, (4) Mata Pelajaran IPA
-
9
mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan. (Samatowa, 2010:6).
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,
maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu (1)
Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap, (2) Menanamkan sikap ilmiah, (3) Memberikan ketrampilan
untuk melakukan pengamatan, (4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui
cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, (5) Menggunakan dan
menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Prihanto Laksmi
(1986) dalam Trianto (2012 : 142).
Selanjutnya, tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan KTSP 2006 adalah
sebagai berikut: (1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) Menanamkan rasa ingin tahu dan
sikap positif terhadap IPA dan teknologi, (3) Mengembangkan ketrampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
(4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (5)
Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (6) Menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (Depdiknas, 2006: 27).
Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pembelajaan IPA maka tujuan
pembelajaran siswa akan berhasil apabila dalam proses belajar mengajar
melibatkan interaksi antara guru, siswa dan lingkungan. Karena konsep-kosep IPA
yang diberikan di SD secara umum mempunyai tujuan agar siswa meyakini bahwa
bumi dan seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keyakinan
tersebut siswa dapat menyadari dan ikut serta dalam memelihara, mejaga, dan
melestarikan lingkungan alam. Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil
jika prosesnya ditunjang oleh suasana yang menyenangkan, yaitu suasana yang
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahunya
terhadap IPA sehingga keberhasilan proses kegiatan pembelajaran dapat
meningkat secara optimal.
-
10
2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata
pelajaran IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai
berikut. (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) Benda atau
materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan
perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana, (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI, maka
materi tentang energi merupakan materi yang dijelaskan di kelas empat pada
semester dua dengan standar kompetensi yaitu memahami memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dan
kompetensi dasar adalah mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran (Isjoni, 2012:12).
Rusman (2012:202), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Selanjutnya menurut Slavin (2010:100), pembelajaran kooperatif bukan hanya
sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi
-
11
para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan
yang pro sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk
memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa.
Sedangkan Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2012:12), mengemukakan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik
agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan
kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Jadi pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok
kecil dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur siswa heterogen
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi
dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu
untuk memahami materi pelajaran.
2.2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas
terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang
mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Hamdani
(2011:30), mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: (1) setiap
anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
(3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok, (5) guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup
di masyarakat.
Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2012:21-22), yaitu penghargaan
-
12
kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk
berhasil.
2.2.2.1 Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan
pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan
hubungan antarpersonal yang saling mendukung, membantu dan peduli.
2.2.2.2 Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
2.2.2.3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini, siswa yang
berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya
Berdasarkan ciri-ciri yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran kooperatif ini unik, karena selain membantu siswa
memahami materi pelajaran juga melatih kemampuan siswa dalam kerja sama
kelompok dan mengajarkan kepada siswa tentang persaingan yang sehat dalam
belajar.
2.2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah atau fase yang dapat
dilihat pada tabel 2.1 (Rusman. 2012:211)
-
13
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan
kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan
kerjasama dalam kelompok.
Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2012:24), keunggulan yang
diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan yang
positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara
siswa dengan guru, (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Fase Tingkah Laku Guru
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi
peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada peserta didik
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar agar melakukan
transisi secara efisien
4. Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
-
14
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada
optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Selain memiliki kelebihan, pendekatan pembelajaran kooperatif juga
memiliki kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada
dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor
dari dalam, yaitu: (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di
samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4)
saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi
pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme
guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid
mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah
meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan
memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan
materi pelajaran atau kurikulum.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualyzation
(TAI)
2.3.1 Pengertian Team Assisted Individualyzation (TAI)
TAI (Team Assisted Individualyzation) adalah metode pembelajaran
kooperatif yang dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual.
Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran
-
15
individual yang disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,
misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Menurut Slavin (2010:189), model pembelajaran TAI diprakarsai sebagai
usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan
masalah-masalah yang membuat model pengajaran individual menjadi tidak
efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran
kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara
rutin, saling memberi dorongan untuk maju. Maka guru dapat membebaskan diri
mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa
yang homogen yang berasal dari kelompok heterogen.
Dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasakan
kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan
ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Pada
awalnya, jenis model ini dirancang khusus untuk mengajarkan matematika SD
kelas 3-6. Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya model ini mulai diterapkan
pada materi-materi pelajaran yang berbeda. (Huda, 2011).
Pada model pembelajaran TAI siswa diminta untuk bekerja sama antar
kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian dapat
memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat
meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Diharapkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran akan meningkat sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran
yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara
berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan. Dalam model ini diterapkan bimbingan antarteman yaitu
siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah, di samping itu
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang
lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
-
16
Dari beberapa pemaparan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe
TAI oleh para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TAI adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan
kegiatan belajar dalam kelompok heterogen yang di dalamnya akan terjadi proses
saling membantu bagi individu atau anggota kelompok yang kurang pandai oleh
individu yang kuat atau anggota kelompok yang pandai.
2.3.2 Komponen TAI
Menurut Suyitno (2004) dalam Binham, model pembelajaran kooperatif
tipe TAI memiliki depalan komponen sebagai pembeda terhadap model kooperatif
yang lain, yaitu :
a. Placement test, yakni pemberian pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata
nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang
tertentu.
b. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6
siswa.
c. Teaching groups, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
d. Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
e. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan.
f. Student creative, yaitu siswa melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
g. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secrara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
h. Whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu
pembelajaran.
-
17
2.3.3 Langkah-Langkah TAI
Menurut Riawati (2012), langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
siswa.
b. Guru memberikan pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar
guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Guru memberikan materi secara singkat.
d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan
nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-6 siswa.
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri.
f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual
bagi yang memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan
mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan
kelompoknya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan
tugas-tugas untuk siswa.
g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil
i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat
kepada semua siswa.
j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
2.3.4 Kelemahan dan Kelebihan TAI
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1) Siswa yang lemah
dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, (2) Siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok, (3) Siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, (4) Adanya rasa tanggung
jawab dalam kelompok saat menyelesaikan masalah.
-
18
Sedangkan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1) Siswa
yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang
pandai, (2) Tidak ada persaingan antarkelompok, (3) Membutuhkan pengelolaan
kelas yang baik, (4) Memungkinkan adanya anggota kelompok yang pasif.
Riawati (2012).
2.4 Bahan Ajar
2.4.1 Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.
Prastowo (2011:16), menjelaskan bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis
maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar
adalah informasi, alat atau teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Prastowo (2011:17), mengemukakan bahan ajar adalah segala bahan baik
informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan
dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Dari pemaparan tentang pengertian bahan ajar dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar adalah seperangkat materi atau bahan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran, di mana materi atau bahan ajar tersebut harus sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dikuasai oleh peserta didik agar tercapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan dan tercipta suasana yang memungkinkan
siswa untuk belajar.
2.4.2 Manfaat Bahan Ajar
Manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik (Prastowo,
2011:27).
-
19
Adapun kegunaan bahan ajar bagi pendidik antara lain adalah (1) Pendidik
akan memiliki bahan ajar yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, (2) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk
menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat, (3)
Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.
Sedangkan kegunaan bahan ajar bagi peserta didik antara lain adalah
supaya (1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) Peserta didik lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan
pendidik, (3) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya.
2.4.3 Macam-Macam Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Prastowo (2011:40-42),
memaparkan beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi
tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kejanya, dan sifatnya.
a. Bahan ajar menurut bentuknya, yaitu bahan cetak (printed), bahan ajar dengar
atau program audio, bahan ajar interaktif (interactive teaching materials)
b. Bahan ajar menurut cara kerjanya, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan,
bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, bahan ajar
(media) komputer
c. Bahan ajar menurut sifatnya, yaitu bahan ajar yang berbasiskan cetak, bahan
akar yang berbasiskan teknologi, bahan ajar yang digunaan untuk praktik atau
proyek, bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia
Hamdani (2011:219), mengelompokkan ragam bentuk bahan ajar sebagai
berikut:
a. Bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa (LKS), hand out,
buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-lain.
b. Bahan ajar berbentuk audio visual, misalnya film atau video dan VCD.
c. Bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio, CD audio.
d. Bahan ajar berbentuk visual, misalnya foto, gambar, model atau maket.
e. Bahan ajar berbentuk mulimedia, misalnya CD interaktif, computer based
learning, internet.
-
20
Dari pengelompokkan menurut Hamdani, dapat disimpulkan bahwa modul
adalah termasuk bahan ajar dalam bentuk cetak. Sedangkan jika dilihat
berdasarkan pengelompokkan menurut Prastowo modul termasuk ke dalam jenis
bahan ajar cetak (printed), bahan aajr tidak diproyeksikan, dan bahan ajar yang
berbasiskan cetak.
2.5 Bahan Ajar Modul
2.5.1 Pengertian Bahan Ajar Modul
Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar dalam bentuk cetak. Hamdani
(2011:219), mengemukakan beberapa pengertian tentang modul, antara lain
sebagai berikut:
1) Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan
belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.
2) Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan belajar pada mata pelajaran tertentu untuk keperluan proses
pembelajaran tertentu berisi kompetensi, kompetensi dasar yang
ingin dicapai. Modul mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat
digunakan untuk belajar secara mandiri. Siswa diberi kesempatan
untuk berlatih dan memberikan rangkuman, melakukan tes sendiri.
Sedangkan menurut Prastowo (2011:106),
modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat
pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri
(mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari
pendidik. Kemudian, dengan modul peserta didik juga dapat
mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang
dibahas.
Selanjutnya menurut Smaldino (2011:279),
modul adalah merupakan unit pengajaran yang lengkap yang
dirancang untuk digunakan oleh seorang pemelajar atau sekelompok
kecil pemelajar tanpa kehadiran guru.
Dari beberapa pengertian modul tersebut dapat disimpulkan bahwa
modul adalah suatu unit yang lengkap yang disusun secara sistematis dengan
-
21
bahasa yang mudah dipahami sebagai sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk
belajar secara mandiri. Pembelajaran dengan modul memungkinkan peserta
didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta
didik lainnya. Oleh karena itu, modul harus menggambarkan kompetensi
dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, serta disajikan dengan bahasa
yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi. (Prastowo, 2011)
2.5.2 Fungsi Bahan Ajar Modul
Sebagai salah satu bentuk bahan ajar Prastowo (2011:107), mengemukakan
modul memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar
sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
b. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang harus
mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami
oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Dengan kata
lain modul bisa berfungsi sebagai pengganti peran fasilitator atau pendidik.
c. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul peserta didik dituntut untuk
dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi
yang telah dipelajari.
d. Sebagai bahan rujukan peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung
berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga
memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Dari penjelasan tentang bahan ajar modul terlihat sangat jelas bahwa
penyusunan sangat penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik. Jadi dengan menggunakan modul peserta didik
dapat menggali dan mengenali dirinya sendiri. Selain daripada itu, pendidik tidak
akan mendominasi proses pembelajaran, melainkan pendidik bersama peserta
didik berjalan bersama-sama agar kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik dengan baik.
-
22
2.5.3 Manfaat Bahan Ajar Modul
Menurut Hamdani modul memiliki manfaat baik bagi guru maupun bagi
siswa. Manfaat modul bagi siswa antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri
b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar
jam pelajaran
c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan
yang disajikan dalam modul
e. Mampu membelajarkan diri sendiri
f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya
Sedangkan manfaat modul bagi guru adalah:
a. Mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks
b. Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi
c. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar
d. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena
pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka
e. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan
2.6 Hasil Belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah
proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.
Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar
usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau
produk dari pengajaran itu.
Menurut Purwanto (2008:38), hasil belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan
dalam perilakunya. Sedangkan menurut Sudjana (2011:22), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
-
23
belajarnya. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan
dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk
sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada
bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Bloom (Sudjana, 2005:22-23), mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil
perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi,
digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi
disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan,
perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah
psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan
naturalisasi.
Berdasarkan uraian tentang hasil belajar, maka dapat ditegaskan bahwa salah
satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi
yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat
mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa
adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan
baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil
belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik
menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan
-
24
alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat
penilaian yaitu skala sikap untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
Berdasarkan uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar
merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan
siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk
mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan
menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan
dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan
kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan
belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian, tugas dan segala aktivitas oleh
guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan
guru pada mata pembelajaran IPA. IPA merupakan pengetahuan dari hasil
kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah
yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi
yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan (Izzatin Kamala, 2008).
2.7 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Berbantuan
Modul dalam Pelajaran IPA Kelas 4
Hasil belajar IPA kelas 4 SD Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa
Kabupaten Semarang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh karena
pembelajaran IPA di kelas belum optimal, yaitu masih menggunakan metode
ceramah. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan
kemampuan berpikir siswa. Guru mengajar dengan berceramah dan
mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat serta menghafalkan. Selain
dari faktor pendidik, faktor lain adalah sebagian besar siswa kurang antusias
menerima pembelajaran. Siswa lebih bersifat pasif dan tidak mau
mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan yang
diberikan.
-
25
Selama ini guru masih mendominasi pembelajaran IPA dengan pengajaran
klasikal menggunakan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru.
Saat ini masih ada siswa yang masih mengalami kesulitan belajar disebabkan
karena keterbatasan sumber belajar atau bahan ajar sehingga hasil belajar yang
diperoleh kurang maksimal. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil
belajar adalah dari faktor bahan ajar yang digunakan yang berpengaruh terhadap
hasil belajar anak karena bahan ajar sangat penting dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar. Selain itu pemilihan metode pembelajaran oleh guru juga menjadi
faktor penting dalam tercapainya hasil belajar yang memuaskan.
Dengan keadaan yang demikian guru harus merubah kebiasaan mengajar di
kelas. Oleh karena itu, penulis berinisiatif menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualyzation berbantuan modul. Diharapkan dengan
model pembelajaran ini hasil belajar siswa akan meningkat.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualyzation berbantuan modul adalah sebagai berikut ini.
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
siswa
b. Guru memberikan pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar
guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu
c. Guru memberikan materi secara singkat
d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan
nilai ulangan harian siswa setiap kelompok 4 sampai 6 siswa
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri
menggunakan modul
f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar kerja yang telah
dirancang sendiri sebelumnya dan guru memberikan bantuan secara individual
bagi yang memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan
mengerjakan lembar kerja secara individu, kemudian setelah itu berdiskusi
dengan kelompoknya
Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan
tugas-tugas untuk siswa
-
26
g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru
h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil
i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat
kepada semua siswa
j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan
Modul adalah suatu unit yang lengkap sebagai sarana pembelajaran yang
berisi materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk
belajar secara mandiri.Tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi
siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Manfaat modul bagi siswa
adalah untuk melatih siswa belajar secara mandiri baik di kelas maupun di luar
kelas sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Siswa juga dapat membangun
sendiri pengetahuaannya melalui pendekatan konstruktivisme berdasarkan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Terlibatnya siswa dalam proses
pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah merupakan model dimana
partisipasi siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut
untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi bersama kelompok
mereka masing-masing.
Melalui model kooperatif tipe TAI dengan berbantuan bahan ajar modul,
selain siswa aktif dalam kelompoknya di dalam proses pembelajaran, materi yang
disampaikan guru menjadi lebih mudah diterima oleh siswa, karena siswa akan
termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Dengan begitu maka akan berpengaruh
pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.
Pada akhirnya dapat diduga pemahaman IPA siswa kelas 4 meningkat, sebab
guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan berbantuan bahan ajar modul yang lebih menarik. Peneliti berpendapat
bahwa pemberian suasana baru dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan berbatuan bahan ajar modul dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
mempelajari pelajaran IPA.
-
27
2.8 Kajian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Verena Natania Pratami tahun 2012 dalam
skripsinya yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas
Belajar Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted
Imdividualyzation) Menggunakan Alat Peraga Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV
SD Negeri Rapah 03 Banyubiru Semester 2 Tahun 2011/2012 menyatakan bahwa:
terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Dari tolok ukur KKM
≥ 70 terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa secara bertahap, di mana
pada kondisi awal terdapat 11 siswa (41%) yang telah tuntas dalam belajarnya
dengan nilai rata-rata 63,33. Pada siklus I melalui tiga pertemuan ketuntasan
belajar siswa meningkat menjadi 19 siswa (70%) dengan nilai rata-rata 74,40.
Pada siklus II melalui dua pertemuan ketuntasan belajar siswa menjadi 25 siswa
(93%) dengan nilai rata-rata 85,6. Peningkatan juga terlihat pada aktivitas belajar
siswa yang dibuktikan melalui lembar observasi yang terdapat pada setiap
pertemuan.
Penelitian Marina Kartiningtyas (2011) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Modul Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Candigaron
02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran
2011/2012”. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan rata-rata skor hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen sebesar 80,56 sedangkan rata-rata skor hasil belajar
siswa pada kelas kontrol sebesar 79,40 dengan besarnya nilai signifikansi sebesar
0,729>0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest
kelas eksperimen sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan pada pembelajaran
dengan menggunakan modul pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa
Kelas IV SD Candigaron 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Semester 2 Tahun 2011/2012.
Penelitian Dewi Sekar Pamungkas (2012) dalam skripsinya yang berjudul
”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Team Assisted
Imdividualyzation (TAI) Siswa Kelas V SDN Bantir Candiroto Teamanggung
Semester 2 Tahun 2011/2012 menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan
-
28
peningkatan hasil belajar matematika dengan kompetensi dasar mengidentifikasi
sifat-sifat bangun datar dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Hal ini
nampak pada hasil perbandingan antar siklus yakni ketuntasan belajar klasikal
pada kondisi pra siklus 12% skor rata-rata sebesar 69,12, skor maksimal 90, skor
minimal 55. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 60% skor rata-rata naik
menjadi 87,8, skor minimal 96,1 dan skor minimal 68,6. Selanjutnya ketuntasan
belajar klasikal pada siklus 2 sebesar 96% skor rata-rata 90,3 skor maksimal96,1
dan skor minimal 70,3.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya maka dibuatlah penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan berbantuan bahan
ajar modul.
Dengan menggunakan model pembelajaran TAI berbantuan bahan ajar modul
pembelajaran diharapkan akan melibatkan siswa secara aktif. Diharapkan pula
dapat melatih kerja sama dan saling berbagi pengetahuan dengan teman. Di
samping itu model pembelajaran ini akan terasa menyenangkan bagi siswa karena
dalam proses pembelajaran ini, selain dapat melatih kerja sama dan memupuk rasa
sosialisasi pada anak, juga dapat memotivasi siswa dengan adanya bahan ajar
yang baru yaitu berbentuk modul.
2.9 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan
gambar bagan kerangka berpikir sebagai berikut ini.
-
29
Guru kurang
memaksimalkan
kegiatan siswa di
kelas
Hasil belajar IPA
siswa rendah di
bawah KKM ≤ 65
Siswa tidak dapat
menemukan gagasan
sendiri dari materi
yang diajarkan
Diterapkan model pembelajaran TAI dalam pelajaran IPA berbantuan modul
Langkah-Langkah model pembelajaran TAI berbnatuan bahan ajar modul :
a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.
b. Guru memberikan pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
c. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setap kelompok 4-6 siswa.
d. Guru memberikan materi secara singkat e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri. f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang
sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang
memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan mengerjakan LKS
secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan kelompoknya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan
tugas-tugas untuk siswa.
g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat kepada
semua siswa.
j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran Menggunakan Metode Konvensional
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran
lebih bermakna
Hasil belajar IPA
siswa meningkat di
atas KKM ≥ 65
Siswa lebih aktif
dalam pembelajaran
-
30
2.10 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan landasan teori dan kerangka berfikir , maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualyzation (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4
di SD Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2012/2013.