BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1 ... · terhadap sains dengan menikmati...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam berarti ilmu tentang alam. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991:3). Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains merupakan terjemahan kata-kata bahasa Inggris yaitu natural science, yang artinya dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science mempunyai pengertian sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Selain itu Nash dalam Kaligis dan Hendro (1992:3), menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Menurut H. W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1 ... · terhadap sains dengan menikmati...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    2.1.1 Hakikat IPA

    Ilmu Pengetahuan Alam berarti ilmu tentang alam. Ilmu artinya suatu

    pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang

    dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif.

    Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan

    obyektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya atau sesuai

    dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pengetahuan alam artinya

    pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu

    sendiri artinya segala seauatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat

    IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

    segala isinya (Kaligis dan Hendro, 1991:3).

    Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains

    merupakan terjemahan kata-kata bahasa Inggris yaitu natural science, yang

    artinya dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).

    Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya

    ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau science mempunyai pengertian sebagai ilmu

    tentang alam atau ilmu yang memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

    ini.

    Selain itu Nash dalam Kaligis dan Hendro (1992:3), menyatakan bahwa IPA

    itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan

    bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta

    menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga

    keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang

    diamatinya.

    Menurut H. W. Fowler dalam Trianto (2012:136), IPA adalah pengetahuan

    yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

    kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan

  • 7

    Wahyana dalam Trianto (2012:136), mengatakan bahwa IPA adalah suatu

    kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya

    secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

    ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

    ilmiah.

    Dari beberapa pemaparan tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa

    hakikat IPA adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan empirik, yang berarti

    IPA adalah ilmu pengetahuan yang dapat di buktikan kebenarannya dan dapat

    diperoleh melalui pengalaman. Pelajaran IPA tidak hanya didapat melalui

    membaca atau mendengarkan, namun pelajaran IPA berkaitan dengan penemuan

    sehingga harus dilakukan oleh seseorang. Karena dengan seseorang melakukan

    maka akan terjadi proses menemukan.

    2.1.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

    Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

    lingkungan sekitarnya. Pembelajaran IPA di SD merupakan penguasaan siswa

    terhadap pengetahuan tentang alam sekitar yang dipelajari dari fakta, prinsip dan

    proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa

    dalam bersikap ilmiah. Oleh karena itu, IPA untuk anak-anak SD harus

    dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep

    harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya

    (Srini, 1997:1).

    Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2012: 143),

    mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA antara lain: (1)

    Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang

    dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling

    ketergantungan dan hubungan antara sains serta teknologi, (3) Keterampilan dan

    kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan

    observasi, (4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur

    terbuka, benar, dan dapat bekerja sama, (5) Kebiasaan mengembangkan

    kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep

  • 8

    dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan (6) Apresiatif

    terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku

    alam serta penerapannya dalam teknologi.

    Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

    dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu:

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

    tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

    kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

    prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

    Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

    untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

    pengembangan lebihg lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

    sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

    pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

    diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta

    didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

    alam sekitar. BSNP (2007:13)

    Dari pemaparan tentang pembelajaran IPA dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

    langsung. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan

    sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan yang dapat

    membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam. Selain itu proses

    belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses

    sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-

    teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif

    terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

    2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

    Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan dalam

    suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa

    karena IPA merupakan dasar teknologi, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang

    tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih atau

    mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan melalui

    percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah

    merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, (4) Mata Pelajaran IPA

  • 9

    mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara

    keseluruhan. (Samatowa, 2010:6).

    Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,

    maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu (1)

    Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

    bagaimana bersikap, (2) Menanamkan sikap ilmiah, (3) Memberikan ketrampilan

    untuk melakukan pengamatan, (4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui

    cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya, (5) Menggunakan dan

    menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Prihanto Laksmi

    (1986) dalam Trianto (2012 : 142).

    Selanjutnya, tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan KTSP 2006 adalah

    sebagai berikut: (1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) Menanamkan rasa ingin tahu dan

    sikap positif terhadap IPA dan teknologi, (3) Mengembangkan ketrampilan proses

    untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

    (4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (5)

    Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

    antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (6) Menghargai alam dan

    segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (Depdiknas, 2006: 27).

    Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pembelajaan IPA maka tujuan

    pembelajaran siswa akan berhasil apabila dalam proses belajar mengajar

    melibatkan interaksi antara guru, siswa dan lingkungan. Karena konsep-kosep IPA

    yang diberikan di SD secara umum mempunyai tujuan agar siswa meyakini bahwa

    bumi dan seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan keyakinan

    tersebut siswa dapat menyadari dan ikut serta dalam memelihara, mejaga, dan

    melestarikan lingkungan alam. Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil

    jika prosesnya ditunjang oleh suasana yang menyenangkan, yaitu suasana yang

    dapat membangkitkan motivasi siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahunya

    terhadap IPA sehingga keberhasilan proses kegiatan pembelajaran dapat

    meningkat secara optimal.

  • 10

    2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

    Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, mata

    pelajaran IPA pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai

    berikut. (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

    tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) Benda atau

    materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan

    perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat

    sederhana, (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan

    benda-benda langit lainnya.

    Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI, maka

    materi tentang energi merupakan materi yang dijelaskan di kelas empat pada

    semester dua dengan standar kompetensi yaitu memahami memahami berbagai

    bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dan

    kompetensi dasar adalah mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di

    lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

    2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

    2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

    sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam

    menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja

    sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam

    pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

    dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran (Isjoni, 2012:12).

    Rusman (2012:202), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

    merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

    kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

    sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

    Selanjutnya menurut Slavin (2010:100), pembelajaran kooperatif bukan hanya

    sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi

  • 11

    para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan

    yang pro sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk

    memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan siswa.

    Sedangkan Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2012:12), mengemukakan

    pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian

    strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik

    agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan

    kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Jadi pembelajaran

    kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok

    kecil dan setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur siswa heterogen

    dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

    kelompok itu sendiri dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi

    dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu

    untuk memahami materi pelajaran.

    2.2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

    Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas

    terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang

    mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Hamdani

    (2011:30), mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: (1) setiap

    anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,

    (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga

    teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilan-

    keterampilan interpersonal kelompok, (5) guru hanya berinteraksi dengan

    kelompok saat diperlukan.

    Siswa tidak hanya belajar dari buku, namun juga dari sesama teman.

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

    mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan

    dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup

    di masyarakat.

    Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana

    dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2012:21-22), yaitu penghargaan

  • 12

    kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk

    berhasil.

    2.2.2.1 Penghargaan kelompok

    Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk

    memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok

    mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan

    pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan

    hubungan antarpersonal yang saling mendukung, membantu dan peduli.

    2.2.2.2 Pertanggungjawaban individu

    Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari

    semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas

    anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

    pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

    menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

    sekelompoknya.

    2.2.2.3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

    Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup

    nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari

    yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini, siswa yang

    berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

    berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya

    Berdasarkan ciri-ciri yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

    metode pembelajaran kooperatif ini unik, karena selain membantu siswa

    memahami materi pelajaran juga melatih kemampuan siswa dalam kerja sama

    kelompok dan mengajarkan kepada siswa tentang persaingan yang sehat dalam

    belajar.

    2.2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif menjadi enam langkah atau fase yang dapat

    dilihat pada tabel 2.1 (Rusman. 2012:211)

  • 13

    Tabel 2.1

    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

    2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat

    besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan

    kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan

    pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan

    kerjasama dalam kelompok.

    Jarolimek dan Parker (1993) dalam Isjoni (2012:24), keunggulan yang

    diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: (1) saling ketergantungan yang

    positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa

    dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks

    dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara

    siswa dengan guru, (6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

    pengalaman emosi yang menyenangkan.

    Fase Tingkah Laku Guru

    1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi

    peserta didik

    Guru menyampaikan semua tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai pada

    pelajaran tersebut dan memotivasi

    peserta didik belajar

    2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi

    atau lewat bahan bacaan.

    3. Mengorganisasikan peserta didik ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    Guru menjelaskan kepada peserta didik

    bagaimana caranya membentuk

    kelompok belajar agar melakukan

    transisi secara efisien

    4. Membimbing kelompok bekerja dan

    belajar

    Guru membimbing kelompok-

    kelompok belajar pada saat mereka

    mengerjakan tugas mereka

    5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

    atau masing-masing kelompok

    mempresentasikan hasil kerjanya.

    6. Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk

    menghargai baik upaya maupun hasil

    belajar individu dan kelompok.

  • 14

    Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di

    sekolah memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada

    optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

    secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.

    Selain memiliki kelebihan, pendekatan pembelajaran kooperatif juga

    memiliki kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada

    dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor

    dari dalam, yaitu: (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di

    samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (2) agar

    proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,

    alat dan biaya yang cukup memadai, (3) selama kegiatan diskusi kelompok

    berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

    sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4)

    saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa

    yang lain menjadi pasif.

    Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran

    kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi

    pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme

    guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid

    mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah

    meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan

    memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan

    materi pelajaran atau kurikulum.

    2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualyzation

    (TAI)

    2.3.1 Pengertian Team Assisted Individualyzation (TAI)

    TAI (Team Assisted Individualyzation) adalah metode pembelajaran

    kooperatif yang dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual.

    Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran

  • 15

    individual yang disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,

    misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

    Menurut Slavin (2010:189), model pembelajaran TAI diprakarsai sebagai

    usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan

    masalah-masalah yang membuat model pengajaran individual menjadi tidak

    efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran

    kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara

    rutin, saling memberi dorongan untuk maju. Maka guru dapat membebaskan diri

    mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa

    yang homogen yang berasal dari kelompok heterogen.

    Dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasakan

    kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan

    ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Pada

    awalnya, jenis model ini dirancang khusus untuk mengajarkan matematika SD

    kelas 3-6. Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya model ini mulai diterapkan

    pada materi-materi pelajaran yang berbeda. (Huda, 2011).

    Pada model pembelajaran TAI siswa diminta untuk bekerja sama antar

    kelompok dalam usaha memecahkan masalah. Dengan demikian dapat

    memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat

    meningkatkan kemampuannya karena termotivasi oleh siswa lain yang

    mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Diharapkan partisipasi siswa dalam

    pembelajaran akan meningkat sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

    Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran

    yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara

    berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang

    membutuhkan bantuan. Dalam model ini diterapkan bimbingan antarteman yaitu

    siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah, di samping itu

    dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai

    dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang

    lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

  • 16

    Dari beberapa pemaparan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe

    TAI oleh para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran

    kooperatif tipe TAI adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan

    kegiatan belajar dalam kelompok heterogen yang di dalamnya akan terjadi proses

    saling membantu bagi individu atau anggota kelompok yang kurang pandai oleh

    individu yang kuat atau anggota kelompok yang pandai.

    2.3.2 Komponen TAI

    Menurut Suyitno (2004) dalam Binham, model pembelajaran kooperatif

    tipe TAI memiliki depalan komponen sebagai pembeda terhadap model kooperatif

    yang lain, yaitu :

    a. Placement test, yakni pemberian pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata

    nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang

    tertentu.

    b. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6

    siswa.

    c. Teaching groups, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang

    pemberian tugas kelompok.

    d. Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh

    siswa.

    e. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh

    kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang

    membutuhkan.

    f. Student creative, yaitu siswa melaksanakan tugas dalam suatu kelompok

    dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

    dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

    g. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja

    kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang

    berhasil secrara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil

    dalam menyelesaikan tugas.

    h. Whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu

    pembelajaran.

  • 17

    2.3.3 Langkah-Langkah TAI

    Menurut Riawati (2012), langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI

    adalah sebagai berikut:

    a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok

    siswa.

    b. Guru memberikan pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar

    guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

    c. Guru memberikan materi secara singkat.

    d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan

    nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-6 siswa.

    e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri.

    f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah

    dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual

    bagi yang memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan

    mengerjakan LKS secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan

    kelompoknya.

    Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan

    tugas-tugas untuk siswa.

    g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan

    mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.

    h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil

    i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat

    kepada semua siswa.

    j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

    2.3.4 Kelemahan dan Kelebihan TAI

    Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1) Siswa yang lemah

    dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, (2) Siswa diajarkan bagaimana

    bekerjasama dalam suatu kelompok, (3) Siswa yang pandai dapat

    mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, (4) Adanya rasa tanggung

    jawab dalam kelompok saat menyelesaikan masalah.

  • 18

    Sedangkan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah (1) Siswa

    yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan pada siswa yang

    pandai, (2) Tidak ada persaingan antarkelompok, (3) Membutuhkan pengelolaan

    kelas yang baik, (4) Memungkinkan adanya anggota kelompok yang pasif.

    Riawati (2012).

    2.4 Bahan Ajar

    2.4.1 Pengertian Bahan Ajar

    Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

    guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.

    Prastowo (2011:16), menjelaskan bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis

    maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar

    adalah informasi, alat atau teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk

    perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

    Prastowo (2011:17), mengemukakan bahan ajar adalah segala bahan baik

    informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis, yang menampilkan

    sosok utuh dari kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan

    dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan

    implementasi pembelajaran.

    Dari pemaparan tentang pengertian bahan ajar dapat disimpulkan bahwa

    bahan ajar adalah seperangkat materi atau bahan baik tertulis maupun tidak

    tertulis yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dalam

    melaksanakan pembelajaran, di mana materi atau bahan ajar tersebut harus sesuai

    dengan kompetensi dasar yang akan dikuasai oleh peserta didik agar tercapai

    tujuan pembelajaran yang diharapkan dan tercipta suasana yang memungkinkan

    siswa untuk belajar.

    2.4.2 Manfaat Bahan Ajar

    Manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik (Prastowo,

    2011:27).

  • 19

    Adapun kegunaan bahan ajar bagi pendidik antara lain adalah (1) Pendidik

    akan memiliki bahan ajar yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan

    pembelajaran, (2) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk

    menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat, (3)

    Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.

    Sedangkan kegunaan bahan ajar bagi peserta didik antara lain adalah

    supaya (1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) Peserta didik lebih

    banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan

    pendidik, (3) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

    kompetensi yang harus dikuasainya.

    2.4.3 Macam-Macam Bahan Ajar

    Bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Prastowo (2011:40-42),

    memaparkan beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi

    tersebut adalah berdasarkan bentuknya, cara kejanya, dan sifatnya.

    a. Bahan ajar menurut bentuknya, yaitu bahan cetak (printed), bahan ajar dengar

    atau program audio, bahan ajar interaktif (interactive teaching materials)

    b. Bahan ajar menurut cara kerjanya, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan,

    bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, bahan ajar

    (media) komputer

    c. Bahan ajar menurut sifatnya, yaitu bahan ajar yang berbasiskan cetak, bahan

    akar yang berbasiskan teknologi, bahan ajar yang digunaan untuk praktik atau

    proyek, bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia

    Hamdani (2011:219), mengelompokkan ragam bentuk bahan ajar sebagai

    berikut:

    a. Bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa (LKS), hand out,

    buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-lain.

    b. Bahan ajar berbentuk audio visual, misalnya film atau video dan VCD.

    c. Bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio, CD audio.

    d. Bahan ajar berbentuk visual, misalnya foto, gambar, model atau maket.

    e. Bahan ajar berbentuk mulimedia, misalnya CD interaktif, computer based

    learning, internet.

  • 20

    Dari pengelompokkan menurut Hamdani, dapat disimpulkan bahwa modul

    adalah termasuk bahan ajar dalam bentuk cetak. Sedangkan jika dilihat

    berdasarkan pengelompokkan menurut Prastowo modul termasuk ke dalam jenis

    bahan ajar cetak (printed), bahan aajr tidak diproyeksikan, dan bahan ajar yang

    berbasiskan cetak.

    2.5 Bahan Ajar Modul

    2.5.1 Pengertian Bahan Ajar Modul

    Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar dalam bentuk cetak. Hamdani

    (2011:219), mengemukakan beberapa pengertian tentang modul, antara lain

    sebagai berikut:

    1) Modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan

    belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara

    sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

    diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.

    2) Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai kebutuhan belajar pada mata pelajaran tertentu untuk keperluan proses

    pembelajaran tertentu berisi kompetensi, kompetensi dasar yang

    ingin dicapai. Modul mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat

    digunakan untuk belajar secara mandiri. Siswa diberi kesempatan

    untuk berlatih dan memberikan rangkuman, melakukan tes sendiri.

    Sedangkan menurut Prastowo (2011:106),

    modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis

    dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat

    pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri

    (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari

    pendidik. Kemudian, dengan modul peserta didik juga dapat

    mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang

    dibahas.

    Selanjutnya menurut Smaldino (2011:279),

    modul adalah merupakan unit pengajaran yang lengkap yang

    dirancang untuk digunakan oleh seorang pemelajar atau sekelompok

    kecil pemelajar tanpa kehadiran guru.

    Dari beberapa pengertian modul tersebut dapat disimpulkan bahwa

    modul adalah suatu unit yang lengkap yang disusun secara sistematis dengan

  • 21

    bahasa yang mudah dipahami sebagai sarana pembelajaran yang berisi

    materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk

    belajar secara mandiri. Pembelajaran dengan modul memungkinkan peserta

    didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat

    menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta

    didik lainnya. Oleh karena itu, modul harus menggambarkan kompetensi

    dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, serta disajikan dengan bahasa

    yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi. (Prastowo, 2011)

    2.5.2 Fungsi Bahan Ajar Modul

    Sebagai salah satu bentuk bahan ajar Prastowo (2011:107), mengemukakan

    modul memiliki fungsi sebagai berikut :

    a. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses

    pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar

    sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

    b. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang harus

    mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami

    oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Dengan kata

    lain modul bisa berfungsi sebagai pengganti peran fasilitator atau pendidik.

    c. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul peserta didik dituntut untuk

    dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi

    yang telah dipelajari.

    d. Sebagai bahan rujukan peserta didik. Maksudnya, karena modul mengandung

    berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul juga

    memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

    Dari penjelasan tentang bahan ajar modul terlihat sangat jelas bahwa

    penyusunan sangat penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang

    berpusat kepada peserta didik. Jadi dengan menggunakan modul peserta didik

    dapat menggali dan mengenali dirinya sendiri. Selain daripada itu, pendidik tidak

    akan mendominasi proses pembelajaran, melainkan pendidik bersama peserta

    didik berjalan bersama-sama agar kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai

    oleh peserta didik dengan baik.

  • 22

    2.5.3 Manfaat Bahan Ajar Modul

    Menurut Hamdani modul memiliki manfaat baik bagi guru maupun bagi

    siswa. Manfaat modul bagi siswa antara lain:

    a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri

    b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar

    jam pelajaran

    c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan

    kemampuan dan minatnya

    d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan

    yang disajikan dalam modul

    e. Mampu membelajarkan diri sendiri

    f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan

    lingkungan dan sumber belajar lainnya

    Sedangkan manfaat modul bagi guru adalah:

    a. Mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks

    b. Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi

    c. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar

    d. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena

    pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka

    e. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan

    2.6 Hasil Belajar

    Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Anggapan dasar ialah

    proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

    Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar

    usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau

    produk dari pengajaran itu.

    Menurut Purwanto (2008:38), hasil belajar merupakan proses dalam diri

    individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan

    dalam perilakunya. Sedangkan menurut Sudjana (2011:22), hasil belajar adalah

    kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

  • 23

    belajarnya. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan

    dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses

    belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

    dicapai siswa.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari

    suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

    diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

    merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk

    sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada

    bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.

    Bloom (Sudjana, 2005:22-23), mendifinisikan hasil belajar sebagai hasil

    perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

    afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,

    aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi,

    digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi

    disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan,

    perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah

    psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan

    naturalisasi.

    Berdasarkan uraian tentang hasil belajar, maka dapat ditegaskan bahwa salah

    satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi

    yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat

    mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa

    adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan

    baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui

    keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk

    mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil

    belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik

    menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan

  • 24

    alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat

    penilaian yaitu skala sikap untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti

    pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.

    Berdasarkan uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar

    merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan

    siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk

    mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan

    menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan

    dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti

    pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan

    kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.

    Selanjutnya hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan

    belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian, tugas dan segala aktivitas oleh

    guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan

    guru pada mata pembelajaran IPA. IPA merupakan pengetahuan dari hasil

    kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah

    yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi

    yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan (Izzatin Kamala, 2008).

    2.7 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Berbantuan

    Modul dalam Pelajaran IPA Kelas 4

    Hasil belajar IPA kelas 4 SD Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa

    Kabupaten Semarang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh karena

    pembelajaran IPA di kelas belum optimal, yaitu masih menggunakan metode

    ceramah. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak memperhatikan

    kemampuan berpikir siswa. Guru mengajar dengan berceramah dan

    mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat serta menghafalkan. Selain

    dari faktor pendidik, faktor lain adalah sebagian besar siswa kurang antusias

    menerima pembelajaran. Siswa lebih bersifat pasif dan tidak mau

    mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan yang

    diberikan.

  • 25

    Selama ini guru masih mendominasi pembelajaran IPA dengan pengajaran

    klasikal menggunakan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru.

    Saat ini masih ada siswa yang masih mengalami kesulitan belajar disebabkan

    karena keterbatasan sumber belajar atau bahan ajar sehingga hasil belajar yang

    diperoleh kurang maksimal. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil

    belajar adalah dari faktor bahan ajar yang digunakan yang berpengaruh terhadap

    hasil belajar anak karena bahan ajar sangat penting dalam keberhasilan seseorang

    dalam belajar. Selain itu pemilihan metode pembelajaran oleh guru juga menjadi

    faktor penting dalam tercapainya hasil belajar yang memuaskan.

    Dengan keadaan yang demikian guru harus merubah kebiasaan mengajar di

    kelas. Oleh karena itu, penulis berinisiatif menggunakan pembelajaran kooperatif

    tipe Team Assisted Individualyzation berbantuan modul. Diharapkan dengan

    model pembelajaran ini hasil belajar siswa akan meningkat.

    Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

    Individualyzation berbantuan modul adalah sebagai berikut ini.

    a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok

    siswa

    b. Guru memberikan pre tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar

    guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu

    c. Guru memberikan materi secara singkat

    d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan

    nilai ulangan harian siswa setiap kelompok 4 sampai 6 siswa

    e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri

    menggunakan modul

    f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar kerja yang telah

    dirancang sendiri sebelumnya dan guru memberikan bantuan secara individual

    bagi yang memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan

    mengerjakan lembar kerja secara individu, kemudian setelah itu berdiskusi

    dengan kelompoknya

    Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan

    tugas-tugas untuk siswa

  • 26

    g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan

    mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru

    h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil

    i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat

    kepada semua siswa

    j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan

    Modul adalah suatu unit yang lengkap sebagai sarana pembelajaran yang

    berisi materi, metode, latihan, dan evaluasi yang dapat digunakan siswa untuk

    belajar secara mandiri.Tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi

    siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Manfaat modul bagi siswa

    adalah untuk melatih siswa belajar secara mandiri baik di kelas maupun di luar

    kelas sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Siswa juga dapat membangun

    sendiri pengetahuaannya melalui pendekatan konstruktivisme berdasarkan

    pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Terlibatnya siswa dalam proses

    pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik.

    Model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah merupakan model dimana

    partisipasi siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut

    untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi bersama kelompok

    mereka masing-masing.

    Melalui model kooperatif tipe TAI dengan berbantuan bahan ajar modul,

    selain siswa aktif dalam kelompoknya di dalam proses pembelajaran, materi yang

    disampaikan guru menjadi lebih mudah diterima oleh siswa, karena siswa akan

    termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Dengan begitu maka akan berpengaruh

    pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.

    Pada akhirnya dapat diduga pemahaman IPA siswa kelas 4 meningkat, sebab

    guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

    dengan berbantuan bahan ajar modul yang lebih menarik. Peneliti berpendapat

    bahwa pemberian suasana baru dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

    dengan berbatuan bahan ajar modul dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

    mempelajari pelajaran IPA.

  • 27

    2.8 Kajian yang Relevan

    Berdasarkan hasil penelitian Verena Natania Pratami tahun 2012 dalam

    skripsinya yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas

    Belajar Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

    Imdividualyzation) Menggunakan Alat Peraga Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV

    SD Negeri Rapah 03 Banyubiru Semester 2 Tahun 2011/2012 menyatakan bahwa:

    terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Dari tolok ukur KKM

    ≥ 70 terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa secara bertahap, di mana

    pada kondisi awal terdapat 11 siswa (41%) yang telah tuntas dalam belajarnya

    dengan nilai rata-rata 63,33. Pada siklus I melalui tiga pertemuan ketuntasan

    belajar siswa meningkat menjadi 19 siswa (70%) dengan nilai rata-rata 74,40.

    Pada siklus II melalui dua pertemuan ketuntasan belajar siswa menjadi 25 siswa

    (93%) dengan nilai rata-rata 85,6. Peningkatan juga terlihat pada aktivitas belajar

    siswa yang dibuktikan melalui lembar observasi yang terdapat pada setiap

    pertemuan.

    Penelitian Marina Kartiningtyas (2011) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

    Modul Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Candigaron

    02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran

    2011/2012”. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan rata-rata skor hasil belajar

    siswa pada kelas eksperimen sebesar 80,56 sedangkan rata-rata skor hasil belajar

    siswa pada kelas kontrol sebesar 79,40 dengan besarnya nilai signifikansi sebesar

    0,729>0,005 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa tidak ada

    perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest

    kelas eksperimen sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan pada pembelajaran

    dengan menggunakan modul pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa

    Kelas IV SD Candigaron 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

    Semester 2 Tahun 2011/2012.

    Penelitian Dewi Sekar Pamungkas (2012) dalam skripsinya yang berjudul

    ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Team Assisted

    Imdividualyzation (TAI) Siswa Kelas V SDN Bantir Candiroto Teamanggung

    Semester 2 Tahun 2011/2012 menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan

  • 28

    peningkatan hasil belajar matematika dengan kompetensi dasar mengidentifikasi

    sifat-sifat bangun datar dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Hal ini

    nampak pada hasil perbandingan antar siklus yakni ketuntasan belajar klasikal

    pada kondisi pra siklus 12% skor rata-rata sebesar 69,12, skor maksimal 90, skor

    minimal 55. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 60% skor rata-rata naik

    menjadi 87,8, skor minimal 96,1 dan skor minimal 68,6. Selanjutnya ketuntasan

    belajar klasikal pada siklus 2 sebesar 96% skor rata-rata 90,3 skor maksimal96,1

    dan skor minimal 70,3.

    Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya maka dibuatlah penelitian ini.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

    menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan berbantuan bahan

    ajar modul.

    Dengan menggunakan model pembelajaran TAI berbantuan bahan ajar modul

    pembelajaran diharapkan akan melibatkan siswa secara aktif. Diharapkan pula

    dapat melatih kerja sama dan saling berbagi pengetahuan dengan teman. Di

    samping itu model pembelajaran ini akan terasa menyenangkan bagi siswa karena

    dalam proses pembelajaran ini, selain dapat melatih kerja sama dan memupuk rasa

    sosialisasi pada anak, juga dapat memotivasi siswa dengan adanya bahan ajar

    yang baru yaitu berbentuk modul.

    2.9 Kerangka Berpikir

    Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat digambarkan

    gambar bagan kerangka berpikir sebagai berikut ini.

  • 29

    Guru kurang

    memaksimalkan

    kegiatan siswa di

    kelas

    Hasil belajar IPA

    siswa rendah di

    bawah KKM ≤ 65

    Siswa tidak dapat

    menemukan gagasan

    sendiri dari materi

    yang diajarkan

    Diterapkan model pembelajaran TAI dalam pelajaran IPA berbantuan modul

    Langkah-Langkah model pembelajaran TAI berbnatuan bahan ajar modul :

    a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa.

    b. Guru memberikan pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

    c. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setap kelompok 4-6 siswa.

    d. Guru memberikan materi secara singkat e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri. f. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang

    sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang

    memerlukan. Siswa terlebih dahulu diberikan kesempatan mengerjakan LKS

    secara individu, baru setelah itu berdiskusi dengan kelompoknya.

    Dalam hal ini peneliti menggunakan modul yang di dalamnya berisi materi dan

    tugas-tugas untuk siswa.

    g. Ketua kelompok melaporkan kebehasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.

    h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil i. Guru memberikan penguatan materi atau penjelasan ulang secara singkat kepada

    semua siswa.

    j. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

    Pembelajaran Menggunakan Metode Konvensional

    Gambar 2.1

    Bagan Kerangka Berpikir

    Kegiatan pembelajaran

    lebih bermakna

    Hasil belajar IPA

    siswa meningkat di

    atas KKM ≥ 65

    Siswa lebih aktif

    dalam pembelajaran

  • 30

    2.10 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan pemaparan landasan teori dan kerangka berfikir , maka dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

    Individualyzation (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4

    di SD Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun

    Pelajaran 2012/2013.