BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar -...

17
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Purwanto (1989:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku. Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan

pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut

Purwanto (1989:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang

digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa

dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat hasil belajar

adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif

edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku.

Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek

perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif

merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya

dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam

mencapai suatu tujuan pendidikan.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

8

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga

harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di

sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh

guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard

Kingsley membagi 3 macam hasil belajar 1) Keterampilan dan kebiasaan;

2) Pengetahuan dan pengertian; 3) Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari

semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa

karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut

serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil

yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

9

2.2 Hakekat Pembelajaran Matematika

Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:12)

pembelajaran dapat didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan berasal

atau berubah lewat reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa

karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat

dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli,

kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.

Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan seni untuk mendorong orang

untuk melakukan sesuatu. Menurut Martinis Yamin (2005:3) mengajar

berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat

makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.

Dengan demikian mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:10)

Pembelajaran yang baik mempunyai sasaran yang seharusnya berfokus pada

hal-hal sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas berpikir yaitu berpikir dengan efisien, konstruktif,

mampu melakukan judmen (judment) dan keaktifan.

2) Meningkatan attitude of mind, yaitu menekankan pada keingintahuan,

aspirasi-aspirasi dan penemuan-penemuan.

3) Meningkatkan kualitas personal yaitu karakter, sensitivitas, integritas dan

tanggungjawab.

4) Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep dan pengetahuan-

pengetahuan di situasi yang spesifik.

Langkah-langkah pembelajaran

Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah sebagai berikut:

1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri

2) Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tertentu.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

10

3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan

pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan

melakukan revisi

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan

sebagai berikut :

1) Mempelajari keadaan kelas, guru mencari dan menemukan perilaku siswa

yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat, Sedangkan

perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi

2) Membuat daftar penguat positif, guru mencari perilaku yang lebih disukai

oleh siswa. Perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang

dapat dijadikan penguat.

3) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis

penguatnya.

4) Membuat program pembelajaran Program pembelajaran ini berisi urutan

perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu, mempelajari perilaku dan

evaluasi.

5) Pembelajaran matematika

Istilah pembelajaran menekankan pada siswa belajar dan pengajaran

menekankan pada guru mengajar. Dalam proses pembelajaran di kelas supaya

lebih hidup dan aktivitas belajar siswa yang diutamakan maka lebih tepat

digunakan istilah bukan pengajaran.

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses tidak hanya mendapat

informasi dari guru tetapi banyak kegiatan maupun tindakan dilakukan

terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada diri peserta didik.

Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan memberi kemungkinan kepada

peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil

yang sesuai tujuan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

11

Tabel 2.1

SK dan KD Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Komptensi Dasar

Bilangan

1. Memahami dan

menggunakan sifat-sifat

operasi hitung bilangan

dalam pemecahan

masalah

1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

1.2 Mengurutkan bilangan

1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian

1.4 Melakukan operasi hitung campuran

1.5 Melakukan penaksiran dan pembulatan

1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang

Bilangan

2. Memahami dan

menggunakan faktor dan

kelipatan dalam

pemecahan masalah

2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan

2.2 Menentukan kelipatan dan faktor suatu

bilangan.

2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil

(KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)

2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

KKP dan FPB

GEOMETRI DAN

PENGUKURAN

3. Menggunakan pengukuran

sudut, panjang, dan berat

dalam pemecahan

masalah

3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak

baku dan satuan derajat

3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu,

antar satuan panjang, dan antar satuan berat

3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

satuan waktu, panjang, dan berat

3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

satuan kuantitas

GEOMETRI DAN

PENGUKURAN

4. Menggunakan konsep

keliling dan luas bangun

datar sederhana dalam

pemecahan masalah

4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan

segitiga

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

keliling dan luas jajar genjang dan segitiga

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak

dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu

adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya

pada mata pelajaran matematika.

“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and

relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling

berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

12

of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan

mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3).

Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi

internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati

dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan

kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan

matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh

setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai

pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang

dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah

matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana

untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi

1999: 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep

pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual

siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna

untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru

dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan

yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pembelajaran

matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh

siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat

menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna

untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang

menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari

sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat

dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis,

dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

13

berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif

belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi

yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima,

atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.

(Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan

penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka

siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus

terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses

pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses

pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang

hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:

Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan

kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,

dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

.

2.3. Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)

2.3.1 Pengertian Model pembelajaran TPS

Model pembelajaran TPS termasuk model pembelajaran kooperatif,

dengan pengertian selama pembelajaran melalui tahapan siswa menerima

penjelasan dan guru secara klasikal dan mereka berpasangan dengan teman

minimal 2 orang (teman satu meja) atau lebih.

Menurut Aunds (1997:111) pembelajaran yang menggunakan model

kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: peserta didik bekerja dalam

kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari peserta didik yang

memiliki kemampuan heterogen, penghargaan lebih berorientasi pada

kelompok dan pada individu.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

14

Menurut Eggen dan Kauchak (1993:319) pembelajaran kooperatif

sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar peserta didik

saling membantu dalam mempelajari sesuatu.

Sesuatu yang dianggap sebagai masalah adalah berupa soal yang

memerlukan pemahaman untuk menyelesaikannya. Soal berupa latihan yang

diberikan oleh guru, dari buku paket manfaat lembar kerja siswa. Model

pembelajaran TPS mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, apakah peserta

didik diminta belajar secara individual atau berpasangan (berkelompok).

Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, bisa berupa

penyelesaian yang dilakukan dengan mengarahkan pendapat siswa,

melanjutkan mempelajari suatu topik, mengerjakan tugas ataupun

melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat membantu peserta didik

dalam memahami suatu topik.

b. Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada fase

pertama, peserta didik dapat bekerjasama atau individu tergantung pada

pengorganisasian kelas pada langkah pertama. Pada fase ini guru dapat

memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa.

c. Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil

pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi

kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan

untuk membantu peserta didik memahami topik yang sedang mereka

pelajari.

d. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase

kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat

kesalahan. Guru dapat juga mengecek kembali pemahaman siswa dengan

memberikan soal latihan. Siswa dapat juga mengajukan permasalahan

atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami dan topik yang

sedang dipelajari.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

15

e. Menilai atau melakukan evaluasi belajar unit materi. Walaupun ini

merupakan tahap akhir, tetapi bukan berarti penilaian hanya dilakukan

pada akhir pembelajaran, tetapi penilaian dilakukan sebelum, selama dan

setelah pelajaran dilaksanakan. Di awal pembelajaran penilaian dapat

dilakukan dengan memberikan pra tes, penilaian selama pembelajaran

dapat dilakukan melalui observasi selama peserta didik mengikuti proses

pembelajaran, wawancara dengan peserta didik, menilai hasil pekerjaan

peserta didik.

2.3.2 Tujuan Pembelajaran TPS

Model pembelajaran TPS dikembangkan untuk mencapai setidaknya

tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keberagaman, dan pengembangan sosial. Berdasarkan hasil penelitian

Slavin (1994) menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran TPS lebih

unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan

pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dari hasil

penelitian Lundgren (1994), menunjukkan bahwa pembelajaran TPS

memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil

belajarnya.

Dalam pembelajaran TPS terdapat beberapa unsur yang harus

diperhatikan agar tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai, yaitu:

1) siswa dalam kelompoknya beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan”,

2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,

seperti milik mereka sendiri,

3) siswa melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki

tujuan yang sama,

4) siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya,

5) siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua anggota kelompok,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

16

6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

belajar bersama selama proses belajarnya,

7) siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang

dibahas dalam kelompok kooperatif.

8) Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif penerapan

konstruktivisme, karena beberapa pertimbangan sebagai berikut.

9) siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan

teman sekelas, akan dapat menumbuhkan refleksi yang membutuhkan

kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan,

10) menjelaskan kepada temannya biasanya mengarah kepada suatu

pemahaman yang lebih jelas dan sering menemukan ketidakkonsistenan

pada pikirannya sendiri.

11) ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas

(tidak peduli apakah solusi itu cocok atau tidak) kelompok memperoleh

kesempatan berharga untuk mempelajari hasil yang diperoleh.

12) mengetahui bahwa ada teman sekelompok belum bisa menjawab, akan

meningkatkan gairah setiap anggota kelompok untuk mencoba

menemukan jawabannya.

13) keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban, akan

menumbuhkan motivasi untuk menghadapi masalah baru.

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran TPS yang

dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada

tahun 1985. TPS memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan

merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru

baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai

membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk

menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau

apa yang telah dibaca.

Tahapan pembelajaran tipe TPS adalah sebagai berikut.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

17

1) Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait

dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan

atau isu tersebut secara mandiri.

2) Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama

periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan

telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah

diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit

untuk berpasangan.

3) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-

pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara

keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini

akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke

pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-

pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

4) Model Pembelajaran kooperatih tipe TPS menggunakan metode diskusi

berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model

pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan

siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu

pada materi/tujuan pembelajaran.

Satu contoh penerapan model pembelajaran tipe TPS dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru.

3) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2-4

orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4) guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil

diskusinya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

18

5) berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada

pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan

para siswa.

6) kesimpulan/penutup.

TPS memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja

sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah

optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan

hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi

pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak

kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada

orang lain (Lie, 2002).

Kagan menyatakan manfaat TPS sebagai berikut: para siswa

menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan

untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan

TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab

setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara

lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin

menjadi lebih baik.

Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk

berpikir ketika menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi

mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan

pertanyaan tingkat tinggi.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat membantu siswa

meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran. Para siswa secara individu

membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk

menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga akan mengurangi atau

bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa.

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Think Pair and Hare

Kelebihan pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut:

1) Mendidik siswa untuk berfikir dengan tekun dan teliti.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

19

2) Mendidik siswa agar mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi

secara mandiri maupun bekerjasama.

3) Mendidik siswa agar percaya diri.

Kelemahan pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut:

1) Memerlukan waktu relatif lebih lama.

2) Siswa yang pandai selalu mendominasi pembelajaran, sedangkan yang

kurang pandai cenderung pasif.

2.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran TPS

Menurut Frank Lyman (1985) model pembelajaran TPS

menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi

pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana

mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang

lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Sedangkan

langkah-langkah pembelajaran TPS menurut Lungren (dalam Slameto,

2011: 13) adalah 1) TPS (Berpikir-Berpasangan-Berbagi), 2) Guru

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, 3) Guru menyampaikan inti

materi dan menyampaikan permasalahan atau pertanyaanyang problematic,

4) Siswa diminta untuk berfikir secara individu dan menulis jawabannya, 5)

Siswa diminta untuk berpasangan dan saling mengutarakan jawaban

masing-masing. Pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain untuk

memadukan jawaban dan menyiapkan pajangan thd pertanyaan/masalah

tersebut, 6) Guru memimpin diskusi pleno. Tiap-tiap kelompok

menyampaikan hasil diskusi dan pajangan dan guru memberikan penguatan

dan tambahan, 7) Guru memberi kesimpulan penutup.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan penulissebagai berikut:

1) Kegiatan Persiapan

(a) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.

(b) Merumuskan tujuan pembelajaran.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

20

(c) Menyiapkan masalah materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi

yang akan dipecahkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

(d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Kegiatan Pelaksanaan

(a) Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, apakah peserta

didik diminta belajar secara individual atau berpasangan

(berkelompok). Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses

pembelajaran, bisa berupa penyelesaian yang dilakukan dengan

mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topik,

mengerjakan tugas ataupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang

dapat membantu peserta didik dalam memahami suatu topik.

(b) Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada

fase pertama, peserta didik dapat bekerjasama atau individu tergantung

pada pengorganisasian kelas pada langkah pertama. Pada fase ini guru

dapat memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa.

(c) Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil

pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi

kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan

pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami topik yang

sedang mereka pelajari.

(d) Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase

kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat

kesalahan. Guru dapat juga mengecek kembali pemahaman siswa

dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga mengajukan

permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami

dan topik yang sedang dipelajari.

(e) Menilai atau melakukan evaluasi belajar unit materi. Walaupun ini

merupakan tahap akhir, tetapi bukan berarti penilaian hanya dilakukan

pada akhir pembelajaran, tetapi penilaian dilakukan sebelum, selama

dan setelah pelajaran dilaksanakan. Di awal pembelajaran penilaian

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

21

dapat dilakukan dengan memberikan pra tes, penilaian selama

pembelajaran dapat dilakukan melalui observasi selama peserta didik

mengikuti proses pembelajaran, wawancara dengan peserta didik,

menilai hasil pekerjaan peserta didik.

3) Kegiatan Penutup

(a) Meminta siswa mempertanggungjawabkan secara kelompok materi

yang dihasilkannya.

(b) Melakukan pembahasan secara kelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

(c) Melakukan tindak lanjut terhadap anggota kelompok dari materi yang

belum dikuasai.

(d) Melaksanakan tes evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam

pembelajaran.

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran TPS ini pernah

dikaji oleh Mastuti, Endah Neni (2009) Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (TPS ) Pada Siswa Kelas

VIII D SMP Negeri 2 Gondang Sragen Tahun Pelajaran 2008 / 200. Hasil

dari penelitian Pengukuran kemampuan siswa dilakukan sesuai ranah

pembelajaran yaitu ranah kognitif (postes) dan ranah afektif (minat siswa)

yang diperoleh dari nilai rata-rata siswa dalam tiap siklus. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I

(ranah kognitif = 6,3 atau meningkat sebesar 0,4 dari nilai awal; ranah afektif

= 25,486 (termasuk kategori kurang berminat). Rata-rata hasil belajar siswa

pada siklus II (ranah kognitif = 7,1 atau meningkat sebesar 0,7 dari siklus I;

ranah afektif = 35,546 (termasuk kategori cukup berminat) atau meningkat

sebesar 10,06 dari siklus I)). Rata-rata hasil belajar pada siklus III (ranah

kognitif pada siklus III = 7,9 atau meningkat sebesar 0,8 dari siklus II; ranah

afektif = 45,459 (termasuk kategori berminat) atau meningkat sebesar 9,91

dari siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

22

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar biologi

siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Gondang Sragen Tahun Pelajaran

2008/2009

Sholikhah, Miftakhush (2009) dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Inovatif TTW (Think-Talk- Write) Dengan Menyertakan Hand

Out Terhadap Hasil Belajar Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Pada

Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun

Ajaran 2008/2009. Hasil dari penelitian Sholikhah menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan rata-rata hasil

belajar kognitif siswa sebesar 4,74, rata-rata pada siklus I meningkat menjadi

5,82, dengan nilai afektif 27,10 (kurang berminat). Rata-rata pada siklus II

meningkat menjadi 7,29 dengan nilai afektif 34,76 (cukup berminat).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TTW

dengan menyertakan hand out dapat memperbaiki aspek kognitif, hal ini

didukung dengan peningkatan hasil belajar biologi sebesar 0,5 point atau 5%

pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran

2008/2009.

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah, kemampuan memecahan masalah

merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Di dalam

memecahkan masalah, siswa diharapkan mampu memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan

siswa itu menjadi lebih analitik berpikirnya ketika mengambil keputusan

dalam kehidupan. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa

kemampuan memecahkan masalah siswa masih rendah.

Tahapan pembelajaran menggunakan model Think-Pair-Share yang

pertama adalah siswa berpikir (think) secara individu. Kemudian, siswa

dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang. Dalam kelompok

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/659/3/T1_262010624_BAB II.pdf · ... penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

23

tersebut, sepasang-sepasang (pair) siswa berdiskusi tentang permasalahan.

Setelah selang waktu, siswa berkelompok kembali (square). Think-Pair-

Share memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mengetahui strategi

pemecahan masalah dari siswa lain. Dengan cara ini, siswa dapat

memperkaya pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah. Secara

rinci, penjelasan kerangka berfikir tentang penggunaan model pembelajaran

TPS dan hasil belajar matematika disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir tentang

Hubungan Penggunaan Model Pembelajaran TPS dan Hasil Belajar Matematika

tentang Perkalian

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pemaparan dan kajian teori di atas, hipotesis dalam

penelitian ini adalah: Di duga “penggunaan model pembelajaran TPS dapat

meningkatkan hasil belajar matematika perkalian cara susun pada siswa kelas

IV SDN Plumbungan Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun 2011/2012”.

Hasil belajar

rendah di bawah

KKM

Hasil Belajar

Meningkat

PBM

Guru

menggunakan

metode ceramah

Perbaikan dg

Model TPS

Pemantapan

Model TPS

Hasil Belajar Semakin

Meningkat