BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran...

24
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Sejalan dengan penjelasan diatas, menurut Depdiknas (2003) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Sedangkan Suprijono Agus (2010) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok. Belajar kooperatif menekankan pada kerjasama,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (Isjoni, 2011:15)

“In cooperative learning methods, students work together in four member teams

to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa

cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik

lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15)

menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih

baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Sejalan dengan penjelasan diatas, menurut Depdiknas (2003)

“Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi

pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Sedangkan

Suprijono Agus (2010) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih

luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang mendorong

siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu

materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok. Belajar kooperatif menekankan pada kerjasama,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

9

saling membantu dan berdiskusi bersama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Harjasurjana dan Mulyati dalam Rahayu (2007) “Mengemukakan

bahwa Istilah “Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti perbuatan,

pertarungan, perjuangan.” Istilah ini digunakan untuk sejenis permainan kata,

dimana permainan menyususn huruf-huruf yang telah diacak susunannya menjadi

suatu kata yang tepat. Yang dimaksud dengan scramble adalah sebuah permainan

yang dapat dilakukan oleh 2 atau 4 orang dalam satu kelompok, dalam permainan

tersebut para pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf,

kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimat-kalimat yang

susunannya telah diacak terlebih dahulu.Teknik ini digunakan untuk sejenis

permainan anak-anak. Melalui permainan ini, anak-anak berlomba untuk

menyusun kalimat dari kata-kata yang tersedia. Permainan ini dapat melatih anak-

anak untuk aktif.

Scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Seperti yang

diungkapkan oleh Komalasari, (2010: 84) model pembelajaran scrambel

merupakan model yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu

pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun

huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban atau

pasangan konsep yang dimaksud, sedangkan Soeparno (1998) berpendapat

bahwa model scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya

permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan

tertentu dengan cara menggembirakan.

Scramble merupakan medel mengajar dengan membagikan lembar

soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang

disediakan. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari

soal jawaban yang ada. Dijelaskan juga oleh Daud, (2010) bahwa istilah scramble

berasal dari bahasa inggris yang berarti “perebutan, pertarungan, perjuangan”

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

10

scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan

pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pemebelajaran kooperatif tipe scramble berbentuk permainan kelompok dengan

acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran model scramble adalah sebuah

model yang menggunakan penekanan latihan soal acak kata berupa permainan

yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu

adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman

sekelompok untuk dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah mencari

penyelesaian soal. Model permainan ini diharapkan dapat memacu hasil belajar

siswa dalam pelajaran IPS.

1) Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran dengan Model Scramble

Pembelajaran metode scramble, memiliki kesamaan dengan model

pembelajaran lainnya, siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Lestari (2009). Seperti yang dipaparkan oleh

Huda (2010) sintak model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe scramble

dapat dilakukan seorang guru dengan tahap-tahap berikut ini.

a) Guru menyajikan materi sesuai topik, misalkan guru menyajikan

materi pelajaran tentang “Kegiatan Ekonomi.”

b) Setelah selesai menjelaskan tentang Kegiatan Ekonomi, guru

membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunanya.

c) Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal.

d) Siswa dalam kelompok mengerjakan soal berdasarkan waktu yang

telah ditentukan guru.

e) Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan siswa.

f) Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, kelompok wajib

mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. Dalam hal ini, baik

siswa yang selesai maupun tidak selesai harus mengumpulkan jawaban

g) Guru melakukan penilaian berdasarkan seberapa benar soal yang

dikerjakan.

h) Guru memberikan apresiasi dan rekognisi kepada kelompok yang

berhasil, memberi semangat kepada kelompok yang belum cukup

berhasil menjawab dengan cepat dan benar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

11

Untuk membuat media pembelajan scramble guru dapat mengikuti langkah-

langkah berikut ini:

a) Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b) Buatlah jawaban yang diacak hurufnya

No Soal Jawaban

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Sebelum mengenal uang orang melakukan

pertukaran dengan cara...

... digunakan sebagai alat pembayaran sah.

Uang... saat ini banyak dipalsukan.

Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai...

Kemampuan uang untuk ditukar dengan barang

atau jasa disebut nilai...

Nilai perbandingan uang dalam negari dengan

mata uang asing disebut...

Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai...

Dorongan seseorang untuk menyimpan uang

disebut...

Perintah tertulis seseorang yang mempunyai

rekening bank untuk membayar sejumlah uang

disebut...

TARREB

GANU

TRASEK

KISTRINI

LIRI

SRUK

MINALON

SAKSITRAN

KEC

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa model pembelajaran scramble ini adalah model pembelajaran

kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerjasama siswa dalam

kelompok. Metode ini memberi sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan

harapan dapat menarik perhatian siswa.

3. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Scramble

Setiap model pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing begitu juga model kooperatif tipe scramble. Menurut Huda(2010)

metode kooperatif tipe scramble memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

12

a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok

harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai

tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas

dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,

setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota

kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota

kelompok akan diminta pertanggung jawaban secara individual materi

yang ditangan dalam kelompok, sehingga dalam teknik ini setiap

siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di kelompok diberi

tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya.

2) Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar

sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan

berfikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya

stres atau tertekan.

3) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan

tertentu, metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam

kelompok.

4) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini

biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

5) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa

berlomba-lomba untuk maju.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

1) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh

karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

yang telah ditentukan.

3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di

implementasikan oleh guru.

4) Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal

tersebut jelas akan menggangu kelas yang berdekatan

2.1.2 Hakekat Minat

Minat merupakan masalah yang paling penting di dalam pendidikan,

apalagi bila dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Minat yang ada pada diri seseorang akan memberi gambaran dalam aktivitas

untuk mencapai suatu tujuan.Minat merupakan suatu keinginan yang dimiliki

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

13

oleh seseorang secara sadar. Minat tersebut mendorong seseorang untuk

memperoleh subyek khusus, aktifitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk

tujuan perhatian ataupun pencapaian yang diinginkan oleh oleh seseorang

tersebut. Minat juga berkaitan dengan perasaan seseorang tentang suka atau

senang terhadap suatu objek atau aktivitas. Dalam Kamus Besar bahasa

Indonesia (2006: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang

tinggi terhadap sesuatu.

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan keterkaitan yang

kuat faktor-faktor internal lain pada diri siswa, seperti perhatian,

keingintahuan, motivasi dan kebutuhan terhadap sesuatu (Tim WRI: 2001).

Selanjutnya menurut Muhibbin Syah (2008) secara sederhana, minat (interest)

berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Painun (1994) minat adalah suatu perasaan dapat positif, dan

dapat juga negatif terhadap orang, aktivitas, maupun benda, apabila perasaannya

positif maka akan dilaksanakan dan apabila perasaanya negative maka

orang, aktifitas maupun benda itu akan ditinggalkan. Slameto (2010:180)

menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh..

Minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, apa lagi

dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat

yangada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas

untuk mencapai tujuan. Di dalam belajar banyak siswa yang kurang berminat

dan yang berminat terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas

praktek maupun teori untuk mencapai suatu tujuan yang nantinya akan

menjadikan sisiwa menjadi kesulitan belajar.

Seperti pendapat Abu Ahmad (2004) Tidak adanya minat seseorang

anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Dengan diketahuinya

minat seseorang akan dapat menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya

dan akanmelakukannya dengan senang hati.Minat sangat besar pengaruhnya

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

14

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai

dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,

karena tidak ada daya tarik tersendiri baginya. Sehingga siswa malas untuk

belajar, siswa tidak memperoleh kepuasandari pelajaran tersebut. Bahan

pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudahdipelajari dan disimpan

karena minat menambah kegiatan belajar.

Minat merupakan salah satu aspek psikis yang membantu dan

mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, maka minat harus ada

dalam diri seseorang,sebab minat merupakan modal dasar untuk mencapai

tujuan. Dengan demikian minat itu adalah modal yang paling awal sebelum

kita melakukan sesuatu yang kita inginkan atau permulaan dari semua

aktivitas. Misalnya saja seseorang yang menaruh minat terhadap pelajaran

IPS akan mempunyai perhatian lebih dan keingintahuan yang lebih besar dari

pada siswa lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat di

simpulkan bahwa minat dalam penelitian ini adalah suatu kesukaan dari dalam

diri individu yang menyebabkan individu tersebut mempunyai sikap,

berkeinginan serta ketekunan dan mempunyai dorongan terhadap objek

tertentu tanpa ada yang menyuruh dalam mengikuti pembelajaran

1. Instrumen Minat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia indikator adalah sesuatu yang

dapat memberikan petunjuk/ keterangan (Depdiknas, 2001:430). Kaitannya

dengan minat maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat

memberikan petunjuk ke arah minat. Minat seseorang terhadap sesuatu akan

diekpresikan melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya.

Untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisis

kegiaan-kegiatan yang dilakukan individu terhadap objek yang disenangi. Dengan

demikian untuk menganalisis minat belajar siswa dapat digunakan beberapa

indikator minat sebagai berikut :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

15

Menurut Slameto (2010:180) “Suatu minat dapat diekspresikan melalui

pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal

daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu

aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung

untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.”

Djamarah (2002:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan

anak didik melalui:

a. Perasaan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.

Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari siswa terhadap

pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Yang dimaksud dengan perasaan di sini

adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. Perasaan merupakan aktivitas psikis

yang di dalamnya subjek menghayati nilai-ni lai dari suatu objek. Perasaan

sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap

semangat belajar. Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang agak spontan

melalui perasaannya tentang pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu

menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang di hatinya

akan tetapi jika penila iannya negatif maka timbul perasaan tidak senang.

b. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan.

Aktifitas adalah keaktifan atau kegiatan. Aktifitas yang dimaksud adalah

partisipasi langsung dalam suatu kegiatan. Pendapat ini dikukung oleh Suryabrata

(dalam Rubiyo 2011) bahwa aktifitas adalah banyak sedikitnya orang yang

menyatakan diri, menjelmakan perasaan dan pikiran dalam tindakan yang

spontan, sesuai pendapat diatas aktifitas merupakan prilaku yang aktif dalam

melakukan tindakan.

c. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang

diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan

hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Orang yang

menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

16

tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena

itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suat u pelajaran, ia pasti

akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, minat belajar siswa dapat dilihat dari

perhatian siswa yang lebih besar dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang

mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Mengacu pada indikator minat dari para ahli diatas maka indikator minat

yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah indikator-indikator minat

sebagaimana diuraikan sebelumnya yakni meliputi perasaan senang dalam belajar,

rasa ingin tahu yang tinggi dalam belajar, konsentrasi/ perhatian dalam belajar,

dan ketertarikan dalam belajar. Minat yang diungkap melalui penelitian ini adalah

minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya pada materi

perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

2.1.3 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut R. Gagne dalam Djamarah (1999:22) Belajar adalah suatu

proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan

dan tingkah laku . Sedangkan Menurut Slameto (2003:13), belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Nasution (1995:35) bahwa kegiatan belajar membawa perubahan pada ondividu

yang belajar, perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan

juga dalam bentuk kecakapan , kebiasaan, sikap, ketrampilan wawasan dan pola

fikir mengenai segala aspek organism atau secara pribadi bagi siswa.

Ingkel (1991) dalam Haling (2006) menjelaskan bahwa belajar pada

manusia merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung dalam interaksi aktif

subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat konstan/menetap.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

17

Dari pengertian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa terjadinya proses

belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar

di kelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman

belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal

dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah

padatercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan

seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan

perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru

untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung

optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran

adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar

dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan

mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi

pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa

berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara

bertujuan dan terkontrol.

2. Hasil Belajar

Menurut Arifin (2001) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan

yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana

untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh

guru,seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

siswa tersebut memahami dan mengrti pelajarn yang diberikan. Hasil belajar juga

merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk

memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasialn

seseorang. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup

bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar

mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund

(1985) hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian

ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

18

Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan

instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa. Adanya tujuan

instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang

diinginkan pada diri siswa , sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang

dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru,

mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam

Sardiman, 2000).

Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi

hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,

ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),

comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan

ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotor sebagai pengaruh pengalaman

belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu

yang telah diajarkan. Bloom (dalam Sudjana 2010) membagi hasil belajar dalam

tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

1) Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni:

a. Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe

hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

19

berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya

hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana mengguankan

rumus tersebut.

b. Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan

sesuatu masalah atau pertanyaan.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk

teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

Mengulangulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih

menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.

d. Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur

atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.

Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan

kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

e. Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana

menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan

metode, dll.

2) Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar

afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai

guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

3) Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill)

dan kemampuan bertindak individu.

Dari berbagai pernyataan ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif,

afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar

dan dinilai dalam periode tertentu. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah

kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan hasil pembelajaran

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

20

yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada jenjang pengetahuan

(C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

2.1.4 Hakekat dan Tujuan IPS SD

1. Hakekat IPS SD

Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan

menengah di negara kita muncul bersamaan dengan berlakunya kurikulum

SD, SMP, dan SMA tahun 1975. Dilihat pada sisi ini maka bidang studi Ilmu

Pengetahuan Sosial masih “baru” karena bahan yang dikaji sebetulnya bukanlah

baru. Namun cara pandang yang dianutnya memang dapat dianggap baru.

Dalam Sakdan Akbar dkk (2010) terdapat beberapa pendapat tentang pengertian

IPS:

1) Jean Jarolimek (1967): IPS adalah mengkaji manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.

2) Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih untuk tujuan

pendidikan.

3) Binning: IPS suatu pelajaran yang berhubungan langsung dengan

perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai

anggota dari kelompok sosial (1952).

4) Michaelis (1957): IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya

dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan

kemanusiaan.

5) Prof. Dr. D. Nasution, MA. (1975): IPS adalah Suatu program

pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya

mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan

sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial:

geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi

sosial.

Dari penjelasan ahli mengenai pengertian IPS dapat disimpulkan bahwa

IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial.

Merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi

budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia,

yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang

disederhanakan agar mudah dipelajari.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

21

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di

Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan

dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah

tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama

lembaga social studies yang mengembangkan kurikulum AS (Marsh, 1980;

Martoella, 1976).

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan

oleh Hamid Hasan (1990), mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS

lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena

dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh

pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih

sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah

dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran pendidikan IPS harus

diformulasikannya pada aspek kependidikan. Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi,

(2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4)

keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron),

(7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan

pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya

(culture), dan (14) nasionalisme.

2. Tujuan IPS SD

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya

dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan

tersebut. Hamid Hasan (2007) mengatakan bahwa tujuan dari IPS adalah untuk:

mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai

individu maupun sosial dan budaya.

Di sisi lain, melalui pembelajaran IPS diharapkan mampu dikembangkan

aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap

dan nilai (atitude and value), dan aspek keterampilan (skill) (Skeel, 1995;

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

22

Jarolimek, 1993). Untuk skala Indonesia, maka tujuan IPS khususnya

pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana tecantum dalam

Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya

dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial juga

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari

masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di

lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya

semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Cleaf, 1991).

Ilmu pengetahuan sosial dibelajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa

menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh

dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama (Somantri, 2004). Kosasih

(Waterworth, 2007) dengan penekanan yang agak berbeda mengatakan bahwa

pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasarnya dimaksudkan untuk

pengembangan pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan keterampilan siswa agar

menjadi manusia yang mampu memasyarakat (civic-community).

Menurut Sa’dun Akbar dkk (2010: 78) mata pelajaran IPS bertujuan agar

siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

23

Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya tujuan dari IPS adalah mendidik

dan memberi bekal kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya

sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. IPS merupakan

salah satu mata pelajaran yang melatih siswa untuk menjadi siswa yang

menghargai, menjaga dan menjujung tinggi nilai-nilai dalam kehidupan

masyarakat ini dapat dilatih sejak siswa duduk dibangku Sekolah Dasar

dengan memberikan pembelajaran yang bervariasi seperti dengan kelompok-

kelompok dalam proses belajar di kelompok.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut diibutuhkan suatu pola pembelajaran

yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Sehingga kemampuan

dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode,

dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Lasmawan 2008) agar

pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-benar mampu mengkondisikan upaya

pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi

manusia dan warga negara yang baik. Karena pengkondisian iklim belajar

merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan.

Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur

pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-

keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajarannya bukan

sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang

bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa

memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar mereka

mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami

dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta

sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. Disinilah sebenarnya penekanan misi dari pembelajaran IPS di sekolah

dasar.

Rancangan pembelajaran guru, hendaknya diarahkan dan di fokuskan

sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

24

dilakukannya benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kagan, 2004;

Hasan, 2007). Dengan demikian pembelajaran Pendidikan IPS semestinya

diarahkan diarahkan pada upaya pengembangan iklim yang kondusif bagi siswa

untuk belajar sekaligus melatih pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilannya

selama pembelajaran (Waterworth, 2007; Welton and Mallan, 1996), disamping

memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses belajar

mengajar. Dalam kedudukannya sebagai pengembang dan pelaksana proses

belajar-mengajar, guru diharapkan mampu memilih dan merancang program

pembelajarannya sebaik mungkin bagi pengembangan potensi diri siswanya

(Meyer, 2008; Hasan, 2006). Pengembangan dan perancangan program

pembelajaran ini harus di sesuaikan dengan tujuan dan esensi dari mata pelajaran

yang akan di ajarkan pada siswanya. IPS merupakan mata pelajaran yang

mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan

warga negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.

Dalam pembelajaran IPS di SD memuat berbagai macam hal yang

berkaitan dengan keadaan sosial dimasyarakat. Seperti pada silabus IPS SD kelas

IV semester dua ini ada 1 standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa yaitu

mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten / kota dan provinsi. Didalam standar kompetensi dibagi

menjadi berbagai kompetensi dasar seperti pada tabel 2.1.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

25

Tabel 2.1

SK dan KD IPS Kelas IV

Smt Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

I

II

SK:

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku

bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

KD

1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota,

provinsi) dengan menggunakan skala sederhana

1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan

kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan

keragaman sosial dan budaya

1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta

pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan

setempat

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat

(kabupaten/kota, provinsi)

1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan

setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga

kelestariannya

1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di

lingkungannyaUlangan harian

SK:

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan

teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

KD:

2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber

daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi,

dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

26

Pada kesempatan ini kompetensi yang akan digunakan dalam penelitian adalah

Tabel 2.2

SK dan KD Materi Penelitian

Smt Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

II SK

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan

teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi

KD

2.3 mengenal perkembangan teknollogi komunikasi dan transportasi

serta pengalaman menggunakannya

Cakupan materi dari KD 2.3 merupakan perkembangan teknologi dari

tradisional beralih ke modern. Terdapat 3 teknologi yang berkembang yaitu

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi, serta pengalaman dari siswa

dalam menggunakan alat-alat tersebut juga akan dipelajari.

2.2 Kaitan Model Pembelajara Kooperatif Tipe Scramble terhadap IPS dan

Minat Balajar

1. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble terhadap IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lahir dari pakar para pakar pendidikan

untuk membekali para siswa supaya mampu menghadapi dan menangani

kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak

terduga dan menimbulkan masalah sosial. Dengan pembelajaran IPS di

Sekolah Dasar diharapkan siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai

masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

Djodjo Suradisastra, dkk (1991:5), berpendapat bahwa sesuai dengan

tingkat perkembangannya, siswa Sekolah Dasar belum mampu memahami secara

luas dan dalam masalahmasalah sosial secara utuh. Akan tetapi siswa dapat

diperkenalkan kepada masalahmasalah tersebut. Melalui pelajaran IPS siswa

dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

27

menghadapi hidup. Untuk memperoleh hal tersebut perlu guru menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe scramble karena pada model pembelajaran ini

menambahkan unsur unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif tipe scramble dalam praktiknya harus memuat

hubungan sosial untuk mencapai tujuan bersama. Anggota kelompok harus

memiliki kemampuan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan bertanggung jawab

dalam mencapai tujuan yang sama. Setiap siswa mempunyai tanggung jawab

secara individu dan kelompok dalam evaluasi atau penghargaan. Melalui

pembelajaran kooperatif yang mencakup unsurunsur sosial, siswa dapat

memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar

2. Kaitan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble terhadap Minat

Belajar IPS

Sharan (Isjoni, 2009:43), berpendapat bahwa siswa yang belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki minat

yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Pembelajaran

kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik,

meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan,

menimba berbagai informasi, dan meningkatkan minat siswa, memperbaiki

sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi perilaku yang kurang baik. Begitu

juga untuk belajar sangat diperlukan adanya minat. Makin tepat minat yang

diberikan, maka pembelajaran yang diaksanakan makin berhasil (Sardiman,

2011:84).

Minat belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena

fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar

(Oemar Hamalik, 2001). Minat belajar siswa dapat tumbuh dalam

pembelajaran yang menyenangkan. Model Pembelajaran Kooperatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa salah satunya adalah

Scramble. Siswa dengan model kooperatif tipe scramble dapat menyusun

jawaban sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

28

menyenangkan (Miftahul Huda, 2011: 135). Scramble dapat diterapkan dalam

semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

merupakan mata pelajaran yang memuat konsep dan topik materi yang sangat

luas. Scramble dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap

pelajaran IPS.

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina L. (2010) menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar . Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai

berikut; presentase minat belajar siswa sebesar 51,53% dalam kategori cukup

sedangkan pada siklus II sebesar 67,12% dalam kategori baik, nilai rata-rata

siswa pada siklus I adalah 69,54%, sebanyak 11 siswa (33,33%) belum tuntas

karena masih berada dibawah kriteria penilaian, sebanyak 22 siswa (66,66%)

tuntas karena sudah mencapai kriteria ketuntasan oleh karena itu perlu diadakan

perbaikan pada siklus II.

Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VA SDN

Madyopuro 4 adalah 74,54%, sebanyak 9 siswa (27,27%) yang belum tuntas atau

belum mencapai kriteria ketuntasan, sedangkan sebanyak 24 siswa (72,72%) yang

sudah tuntas karena telah mencapai kriteria ketuntasan. Dengan melihat pada nilai

rata-rata siswa pada tiap siklus maka pada siklus II nilai siswa mengalami

peningkatan. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Scramble ini dapat

meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VA SDN Madyopuro 4 Kota Malang.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2011) di

SDN Keting 01 Jombang Kabupaten Jember pada siklus I, presentase minat

belajar siswa sebesar 46,63% dalam kategori cukup sedangkan pada siklus II

sebesar 62,02% dalam baik. Presentase hasil belajar siswa pada siklus I mencapai

61,35% dan presentase ketuntasan klasikal sebesar 53,85%. Pada siklus II, hasil

belajar siswa secara klasikal mencapai 71,35%, dan persentase ketuntasan klasikal

sebesar 92,31% sehingga secara klasikal memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) SDN Keting 01 Jombang Kabupaten Jember. Kesimpulan dari penelitian

ini adalah siswa mengalami peningkatan aktivitas dan hasil belajar serta

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

29

ketuntasan hasil belajar pada pokok bahasan kenampakan alam dan sosial budaya.

Peningkatan persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15,39%,

sedangan peningkatan persentase hasil belajar sebesar 10% dan ketuntasannya

sebesar 38,46%. Oleh karena itu penelitian di SDN Keting 01 Jombang

Kabupaten Jember tuntas. Saran untuk penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe scramble dapat digunakan sebagai model alternatif untuk

mengembangkan model pembelajaran IPS.

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki kesamaan dengan penelitian

yang telah dilakukan diatas. Penelitian ini memiliki objek penilitian yaitu

peningkatan minat dan hasil belajar yang akan dilakukan dengan model

kooperatif tipe scramble.

2.4 Kerangka Berfikir

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru masing

menggunakan cara yang konvensional. Ceramah merupakan metode yang

dianggap paling mudah dan efektif. Penggunaan metode ini secara terus menerus

menimbulkan siswa belum bermioinat dalam mengikuti pembelajaran, dampaknya

hasil belajar mereka menurun dibawah KKM yang telah ditetapkan.

Perubahan paradigma pendidikan yang menuntut siswa yang pasif menjadi

siswa yang aktif dan kreatif menumbuhkan berbagai macam inovasi yang

dilakukan oleh lembaga pendidikan. Salah satunya hasilnya yaitu inovasi dan

modifikasi model pembelajaran, Untuk mendapatkan siswa yang aktif dan kreatif

perlu adanya metode yang mendorong siswa timbulnya prilaku tersebut. Model

pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran koopratif tipe

scramble. Pada model ini siswa dituntut aktif dan kreatif dalam berkerjasama

kelompok dalam penyusunan jawaban yang telah diacak sebelumnya. Penyusunan

jawaban membutuhkan tingkat penguasaan konsep yang baik. Kegiatan dalam

pembelajaran inilah yang memupuk minat siswa yang awalnya kurang menyukai

pelajaran IPS secara berlahan akan menyukai pelajaran tersebut.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

29

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir

Kondisi awal

Pra siklus: Guru

menggunakan model

pembelajan konvensinal

1. Minat belajar rendah

2. Hasil belajar belum mencapai

KKM

Tindakan

Siklus I dan siklus II:

Menggunakan model

pembelajaran

kooperatif tipe

scramble

Tahap pelaksanaan

penelitian:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Pengamatan/observasi

4. refleksi

Kondisi akhir

Langkah model pembelajaran scramble:

1. Menyajikan materi sesuai topik

2. Membagiakan LKS

3. Siswa mengerjakan secara kelompok

4. Penilaian hasil LKS

5. Pemberian apresiasi dan rekognisi

Siklus I

1. Minat belajar meningkat, belum

mencapai indikator

2. Hasil belajar meningkat, KKM

belum tercapai

Siklus II

1. Minat belajar meningkat, sudah

mencapai indikator

2. Hasil belajar meningkat, KKM

sudah tercapai

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Model Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7874/3/T1_292010121_BAB II.pdfbahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan.

30

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir dan penelitian yang relevan dapat

disimpulkan hipotesis tindakan

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble akan meningkatkan

minat belajar IPS di SDN Tingkir Tengah 01 pada semester II pada tahun

ajaran 2013/2014.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble akan meningkatkan

hasil belajar IPS di SDN Tingkir Tengah 01 pada semester II pada tahun

ajaran 2013/2014.