BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat...

13
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan- bahan cetak, program televisi, gambar, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong peranan guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar serta menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. (Sanjaya W. , 2006 hal 102) Gagne dan Briggs yang dikutip dalam Fauziah (2011) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, keadaan,dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. (Susanto, 2013, hal 167) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (Lampiran Permendiknas Nomer 22 tahun 2006). Hakikat pembelajaran sains dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA dengan kegiatan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 IPA

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, istilah ini

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah

siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-

bahan cetak, program televisi, gambar, dan lain sebagainya, sehingga semua itu

mendorong peranan guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar serta

menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. (Sanjaya W. , 2006 hal 102)

Gagne dan Briggs yang dikutip dalam Fauziah (2011) mendefinisikan istilah

pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, keadaan,dan

sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pelajar sehingga

proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah

pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Sains atau IPA adalah usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,

serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan. (Susanto, 2013, hal 167) Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah. (Lampiran Permendiknas Nomer 22 tahun 2006).

Hakikat pembelajaran sains dapat dipahami bahwa pembelajaran sains

merupakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip, proses yang mana dapat

menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA dengan kegiatan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

7

yang dapat memberi pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan

penyelidikan sederhana.

2.1.1.2 Tujuan IPA SD

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan, dan

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3) Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

8

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Hilgard dikutip dalam Sanjaya W (2006,hal 112) belajar

dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan

latihan. Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah

proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan

munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya

interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. (Sanjaya W. , 2006 hal 112).

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002) dikutip dalam Susanto

(2013, hal 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat realtif

konstan dan berbekas. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang dengan sengaja dan sadar untuk memperoleh suatu pemahaman konsep

atau pengetahuan sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang

relatif baik. (Susanto, 2013 hal 4)

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai

hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang

belajar.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. (Susanto, 2013

hal 5). Sedangkan menurut Hamalik (2002: 155) dikutip dalam Susanto (2013, hal

4) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

9

tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Definisi

hasil belajar menurut Dimyati & Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Dari uraian pengertian hasil belajar di atas dapat ditarik pengertian hasil

belajar yaitu hasil belajar mengacu pada perubahan siswa setelah melakukan

proses kegiatan belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk skor. Hasil belajar

diperoleh setelah siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan

adanya perubahan di dalam dirinya, hasil belajar tersebut dapat di ukur dalam

bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.

2.1.2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Walisman (2007) dikutip dalam Susanto (2013 hal 12 – 18) , hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian

mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta

didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi :

a) Kecerdasan

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik

dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui

cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan

kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh tubuh yang lain. Kemampuan

kecerdasan seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat lambatnya penerimaan

informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa

sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti

pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah

mengikuti pelajaran.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

10

b) Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu

atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar,

kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar

tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan

bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan ini erat

hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan siswa.

c) Bakat Anak

Menurut Chaplin (2001), yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang.

d) Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, movere, yang berarti

menggerakkan. WS. Winkel (1987) berpendapat bahwa motivasi adalah

penggerak yang telah menjadi aktif. Sementara itu, Donald menjelaskan bahwa

motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang

ditandai dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapi tujuan.

e) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

f) Kondisi kesehatan dan fisik

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik

segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan

seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan

terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Kedua adalah cacat tubuh. Cacat

tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan,

lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi

hasil belajar seperti:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

11

a) Keluarga

Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang

morat-marit keadaan ekonominya, perhatian kurang terhadap anaknya, serta

kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam

kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

b) Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi

belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak penganguran dan anak

telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

c) Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar

siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di

sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

2.1.3 Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif, aktif menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia artinya giat bekerja, giat berusaha, sedangkan arti kata keaktifan adalah

hal atau di mana siswa dapat aktif. Menurut Sudjana (2001:72) dikutip dalam

Hartanto (2011) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat

dilihat dalam:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

2) Terlibat dalam pemecahan masalah;

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya;

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah;

5) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan

mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru

dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan

secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

12

belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Aunurrahman (2009: 119) dikutip dalam

Hartanto (2011) berpendapat bahwa daya keaktifan yang dimiliki anak secara

kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya

memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu.

Melalui indikator keaktifan siswa, guru dapat melihat apakah siswa telah

melakukan aktivitas belajar yang diharapkan atau tidak. Keaktifan belajar tidak

semata-mata muncul karena siswa tetapi guru juga harus berusaha untuk

memunculkan suasana belajar yang aktif sehingga siswa dapat terpacu untuk aktif

dalam belajar.

2.1.4 Strategi Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal. J.R. David

(1976) dikutip dalam Sanjaya W (2006, hal 126). Jadi, dengan demikian strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Uno (2007, hal 2)

menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih

serta digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai di akhir kegiatan. Sementara itu, Dick dan

Carey (1985) dikutip dalam Sanjaya W (2006, hal 126) berpendapat bahwa

strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas dapat

disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih

oleh pengajar untuk menyampaikan materi guna mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

2.1.5 Strategi Pembelajaran Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping

Display )

Strategi pembelajaran pajangan peta konsep (Concept Mapping

Display) merupakan salah satu strategi pembelajaran inovatif yang dapat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

13

membantu siswa dalam mengorganisasikan informasi yang diterima oleh siswa,

sehingga siswa akan lebih aktif dalam membangun pengetahuan yang dimilikinya

dan memproses informasi melalui memajang atau memvisualisasikan hasil karya

siswa selama proses pembelajaran. Display atau pajangan merupakan sebarisan

objek, visual dan materi cetakan. Sebagaian besar display menyertakan informasi

deskriptif mengenai objek atau visual yang ditampilkan. Perakitan display yang

menarik bisa sebagai pengalaman belajar yang memotivasi, itu bisa merangsang

ingatan mengenai materi dan mempertajam kemampuan visual.

2.1.6 Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping Display)

2.1.6.1 Pengertian Peta Konsep (Concept Mapping)

Sutrisno & Kartono (2007, hal 5.26) peta konsep adalah teknik visual

untuk menunjukkan struktur informasi yaitu bagaimana konsep-konsep dalam

suatu domain tertentu saling berhubungan. Peta konsep ini dibuat berdasarkan

teori Ausable tentang belajar yang bermakna yang menekankan bahwa hasil

belajar tentang suatu pengetahuan yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang

telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang baru menjadi bermakna apabila secara

substantif berkaitan dengan kerangka pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang

baru bukan „tempelan‟ tambahan bagi pengetahuan sebelumnya. Peta konsep

dapat memvisualisasikan kerangka berpikir seseorang dan juga menyebabkan

pengetahuan awal seseorang lebih terlihat. Menurut DePorter, dkk. (2000) dikutip

dalam Harianto (2009) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita

mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi,

membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru, peta konsep

memungkinkan terjadinya semua itu. Sedangkan menurut Trianto (2007: 159)

dikutip dalam Elfida (2013) peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang

mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-

konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep dapat merupakan suatu skema

atau ringkasan dari hasil belajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

14

2.1.6.2 Ciri Peta Konsep (Concept Mapping)

Untuk membuat peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide

kunci yang berhubungan dengan suatu topik atau materi, yang menghubungankan

ide-ide kunci tersebut dalam suatu pola logis. Agar pemahaman terhadap peta

konsep lebih jelas, maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Harianto (2009)

mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

(1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk

memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang

studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologimatematika.

Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi

itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

(2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang

studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat

memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-

konsep.

(3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada

konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

(4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang

lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

2.1.6.3 Langkah-langkah Peta Konsep (Concept Mapping)

Strategi peta konsep adalah meminta siswa membuat suatu gambar atau

diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai

dengan garis panah, dan di setiap garis panah ditulis lavel yang membunyikan

bentuk hubungan antar konsep-konsep utama itu. (Sekar Ayu Aryani, 2002).

Dahar (1988) dikutip dalam Harianto (2009) memberikan langkah-langkah dalam

membuat peta konsep sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah

konsep.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang

menunjang ide utama.

3) Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

15

4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara

visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

2.1.6.4 Keunggulan Peta Konsep (Concept Mapping)

Bagi Guru:

1) Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat

pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan.

2) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi

pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang

tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan

mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan.

3) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran

berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak

materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.

4) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pengajarannya.

Bagi Siswa:

1) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan

proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman

siswa dan daya ingat belajarnya.

2) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siwa, hal ini

menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.

3) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik,

yang akan memudahkan belajar.

4) Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih

komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan

mengenali hubungan antara konsep-konsep berikut.

2.1.6.5 Kelemahan Peta Konsep (Concept Mapping)

1) Kurang menanamkan sifat kerjasama antar siswa.

2) Diperlukan waktu yang cukup lama dalam menyusun peta konsep.

3) Sulit menentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu

dengan konsep yang lain.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

16

Untuk mengatasi kelemahan tersebut dalam pembuatan peta konsep

peneliti membentuk kelompok, sehingga siswa bekerja sama dalam pembuatan

tugas di dalam kelompok, selain itu siswa bekerja sama membuat peta konsep

secara berpasangan. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyusun peta

konsep, namun dengan menyederhanakan lembar aktivitas siswa dan menjelaskan

serta memberi contoh untuk membuat peta konsep waktu yang diperlukan akan

relatif lebih cepat. Siswa diminta untuk membaca materi dan memahaminya,

sehingga dapat mengkaitan konsep-konsep dalam peta konsep.

2.1.6.6 Pajangan atau Display

Sebuah display atau pajangan merupakan barisan objek, visual dan materi

cetakan. Sebagaian besar display menyertakan informasi deskriptif mengenai

objek atau visual yang ditampilkan. Display dapat berfungsi sebagai alat untuk

membuat catatan pembelajaran melalui tempelan informasi untuk menjelaskan

suatu konsep.

2.1.6.7 Langkah – Langkah Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping

Display)

Pajangan peta konsep ini menggabungkan antara peta konsep dengan

pajangan, yaitu menggunakan strategi peta konsep yang kemudian hasil pekerjaan

siswa dipajang di kelas.

1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah

konsep.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang

menunjang ide utama.

3) Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.

4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara

visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

5) Memajang hasil diskusi menggunakan papan pajangan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

17

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan peta konsep untuk meningkatkan hasil

belajar serta kreativitas siswa yang pernah dilakukan oleh Saifudin (2012) dalam

Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa melalui Pembelajaran

Peta Konsep pada mata pelajaran IPS Kelas V SDN Tuntang 02 Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa rancangan peta konsep dalam pembelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar serta kreativitas siswa kelas V SDN Tuntang 02

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini

dapat ditunjukan dari peningkatan prosetase siswa yang tuntas dalam belajar

hanya 43,75% dan setelah adanya tindakan pada siklus I meningkat menjadi

71,88% dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi 90,62%. Begitu juga

dengan kreativitas siswa yang ditandai dengan meningkatnya tingkat flesibilitas

berfikir siswa, panjang akal, berani berpendapat, rasa ingint tahu yang cukup

besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Meliyawati (2012) dalam Pengaruh

Penggunaan Stategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Motivasi

dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Gedong 02

Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012.Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi belajar peta

konsep (Concept Mapping) berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar IPA

pada pokok bahasan energi alternatif. Kesimpulan ini didukung oleh rata-rata nilai

posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 83,33, sedangkan kelompok

kontrol sebesar 65,64 dengan selisih sebesar 17,69, nilai t hitung > t tabel (4,267 >

2,060) dan signifikansi (0,000 < 0,05) dan rata-rata jumlah posttest angket

motivasi kelas eksperimen sebesar 55,07, sedangkan kelas kontrol sebesar 37,54

dengan selisih sebesar 17,53, nilai t hitung > t tabel (9,941 > 2,060) dan

signifikansi (0,000 < 0,05), maka ada pengaruh yang sangat signifikan dalam

penggunan strategi belajar peta konsep (concept mapping) pada kelas eksperimen

dengan yang tidak pada kelas kontrol.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8261/2/T1_292010502_BAB II.pdf · ... yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

18

2.3 Kerangka Pikir

Wiriaatmaja (2009) mengatakan bahwa peneliti sebaiknya menyusun

kerangka pemikiran setelah fokus permasalahan terbentuk. Berikut adalah bagan

kerangka pikir penelitian ini :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir PTK

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka Hipotesis

Tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan strategi pembelajaran pajangan

peta konsep (Concept Mapping Display) diduga dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDN Tegalrejo 04 Salatiga.

Kondisi Awal :

Pembelajaran

IPA

menggunakan

strategi yang

kurang inovatif

dan hasil belajar

siswa belum

mencapai KKM

Tindakan:

Penggunaan strategi

pembelajaran pajangan

peta konsep (Concept

Mapping Display)

sehingga siswa menjadi

lebih aktif dalam proses

pembelajaran

Kondisi Akhir:

Keaktifan dan

Hasil belajar

siswa

meningkat.