BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 (Ilmu Pengetahuan...

17
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) lmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis- habisnya. BSNP (2006:27) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut Susanto (2015:166) Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Sedangkan Srini M. Iskandar (1997:2) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori- teori dan hipotesis. Maslichah Asy'ari (2006:7) juga menjelaskan bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang semesta dengan segala isinya yang diperoleh dengan cara terkontrol melalui pengamatan, observasi dan eksperimen serta menggunakan prosedur ilmiah yang sistematik sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 (Ilmu Pengetahuan...

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

lmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya

untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan

pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-

habisnya. BSNP (2006:27) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA

merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

segala isinya.

Menurut Susanto (2015:166) Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha

manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada

sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan. Sedangkan Srini M. Iskandar (1997:2)

menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang

luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta

dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-

teori dan hipotesis. Maslichah Asy'ari (2006:7) juga menjelaskan bahwa sains atau

Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh

dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains

selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu

pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan

pengetahuan tersebut.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang semesta dengan segala

isinya yang diperoleh dengan cara terkontrol melalui pengamatan, observasi dan

eksperimen serta menggunakan prosedur ilmiah yang sistematik sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan.

7

2.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA adalah salah satu materi ajar yang memiliki cakupan sangat luas.

Untuk mempelajarinya harus memperhatikan tingkatannya. Menurut Mulyasa

(2007:112) ruang lingkup untuk bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut:

a. makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langitnya.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh Mulyasa (2007:112) maka

dapat dikatakan ruang lingkup IPA adalah semua yang ada di alam semesta yang

meliputi 1) Mahluk hidup termasuk proses kehidupannya yang mencakup

manusia, hewan serta tumbuhan, 2) Benda/materi yang meliputi benda cair, benda

padat dan benda gas, 3) Energi serta perubahannya yang meliputi gaya, bunyi,

panas, magnet, listri, cahaya dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta

meliputi bumi, tata surya juga semua benda langit. Dari ruang lingkup tersebut,

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang konsep dan prinsip

dasar yang esensial tentang semua gejala alam semesta. Dari aspek-aspek yang

umum mahluk hidup sampai aspek khusus proses kehidupannya. Dari fakta dasar

tentang bumi hingga fakta lebih dalam tentang tata surya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), BSNP (2006:13)

menyatakan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya,

(b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi, dan

8

masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dam membuat keputusan, (e) Meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (g) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTS (Mulyasa, 2007:111).

Dari tujuan IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka dapat

dikatakan bahwa IPA memiliki tujuan pokok yaitu: 1) Siswa mampu

mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu serta ketrampilan proses dalam

memecahkan masalah. 2) siswa dapat meningkatkan kesadaran untuk menghargai

dan memelihara serta melestarikan lingkungan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

3) Siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tujuan IPA, maka belajar IPA lebih menekankan bagaimana

siswa mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah.

Kemampuan tersebut yang nantinya dapat dipergunakan siswa untuk memelihara

dan melestarikan lingkungan yang ada pada sekitar dirinya. Dalam proses belajar,

siswa dapat dimulai dari konsep-konsep yang diperoleh melelui suatu proses yang

menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh

hasil/produk (Lestari, 2002:7).

2.2. Metode Pembelajaran Inqiuri

2.2.1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengertian metode pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya

sama. Menurut Mashuri (2008:67) secara etimilogis motode berasal dari kata

yunani yaitu “metododus” yang berarti jalan atau cara dan “logos” yang berarti

ilmu. Yang secara sistematik berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang

efektif dan efisien. Nana Sudjana (2009:76) mengemukakan bahwa metode

9

pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan

dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan “Metode pembelajaran adalah

cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi

proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Ibrahim muslimin (2002:19) dalam bukunya pembelajaran

kooperatif, metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi

sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar

kepada siswa.

Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran dari para ahli yang

dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi

proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif

dan efisien.

2.2.2. Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti

pertanyaan atau pemerikasaan, penyelidikan. Inkuiri merupakan salah satu metode

pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembelajaran

konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa (Mulyatiningsih,

2010:96).

Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inkuiri merupakan

metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan.

Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses

sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Sanjaya

(2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

10

Syaiful Sagala (2006:196), mengemukakan metode inkuiri merupakan

metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah

pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas

dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Joice (2005:87), Metode inkuiri

adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa

menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar

dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini

akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam

kehidupannya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

inkuiri merupakan suatu metode pembelajaran yang menerapkan proses berpikir

logis, kritis dan analitis pada diri siswa sebagai subjek belajar untuk menemukan

sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan dan menghadapi masalah dalam

kehidupannya. Alasan penggunaan metode inkuiri adalah dengan menemukan

sendiri tentang konsep yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu, dan

ilmu tersebut akan bertahan lama. Pengajaran berbasis inkuiri merupakan strategi

pengajar yang menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna karena

inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan

aktif serta siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya sendiri dalam memecahkan

masalah.

2.2.3. Karakteristik Pembelajaran Inquiri

Setiap metode pembelajaran kooperatif pasti mempunyai karakteristik

sendiri-sendiri yang membedakan dengan metode pembelajaran yang lain. Begitu

juga model pembelajaran kooperatif inkuiri Menurut Sanjaya (2008:196-197) ada

beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu:

a. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa

sebagai subyek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya

berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara

11

verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi

pelajaran itu sendiri.

b. seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian,

metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber

belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Dari ciri utama metode pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh

Sanjaya (2008:196-197), maka pada initinya metode pembelajaran inkuiri adalah

metode pembelajaran yang mempunyai karakteristik menempatkan guru hanya

sebagai fasilitator dan motifator dalam proses pembelajaran. Siswa yang dituntut

untuk aktif menemukan jawabannya sendiri masalah yang ia hadapi.

Berdasarkan pada karakteristik inkuiri di atas, ketika guru menggunakan

teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Biarkan siswa

lebih banyak mencoba, berpikir dan mengembangkan tingkat krestifitasnya. Guru

hanya membantu dan memotifasi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses

inkuiri, selanjutnya biarkan siswa bereksplorasi. Dalam pembelajaran dengan

inkuiri siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan

percobaanyang memungkunkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri

mereka sendiri. (Nur dan Wikandari, 2000:10).

2.2.4. Prinsip-prinsip penggunaan metode inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

memiliki beberapa prinsip untuk lebih menekankan kepada pengembangan

intelektual anak. Prinsip-prinsip tersebut menurut Sanjaya (2008:199-201) adalah

sebagai berikut:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Kriteria keberhasiklan dari proses pembelajaran dengan

menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa

12

dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa

beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

b. Prinsip interaksi

Prinsip pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi. Pembelajaran

sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber

belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu

sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri adalah

guru sebagi penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya adalah merupakan sebagian dari proses berpikir.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi otak, baik otak kiri

maupun otak kanan.

e. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu

mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk

mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:199-201) tentang

prinsip-prinsip metode pembelajaran inkuiri, maka dapat dikatakan metode

pembelajaran inkuiri memiliki 5 prinsip utama. Yang pertama adalah berorientasi

dalam mengambangkan intelektual anak. Yang kedua adalah prinsip interaksi

dimana proses pembelajaran merupakan proses interaksi yang menempatkan guru

sebagai pengatur lingkungan. Yang ketiga adalah prinsip bertanya, dalam prinsip

ini guru dapat memancing siswa dengan berbagai pertanyaan agar siswa agar

siswa dapat mengembangkan pengetahuannya melalui proses berfikir. Selanjutnya

adalah prinsip belajar untuk berfikir. Dari prinsip bertanya siswa sudah melalui

proses berfikir karena belajar adalah proses mengembangkan potensi otak. Dan

yang terakhir adalah prinsip keterbukaan. Dalam prinsip ini anak diberi kebebasan

untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.

13

2.2.5. Sintaks Metode Pembelajaran Inquiri

Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

bebasis penemuan atau siswa menmukan sendiri tentang konsep materi yang telah

dipelajari. Penemuan ini bisa dilakukan melalui cara diskusi, penelitian,

pengamatan lapangan serta kolaborasi antara siswa dengan guru. Sanjaya

(2008:205) mengemukakan sintak/tahapan metode inkuiri adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2008:205).

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Observasi untuk menemukan masalah

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau

fenomena yang memungkinkan siswa

menemukan masalah

Tahap 2

Merumuskan masalah

Guru membimbing siswa merumuskan

masalah penelitian berdasarkan kejadian

dan fenomena yang disajikannya

Tahap 3

Mengajukan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk

mengajukan hipotesis terhadap masalah

yang telah dirumuskannya

Tahap 4

Pengumpulan informasi (data)

Guru membantu siswa melakukan

pengamatan tentang hal-hal yang penting

dan membantu mengumpulkan dan

mengorganisasi data

Tahap 5

Menguji hipotesis

Guru membantu siswa menganalisis data

supaya menemukan suatu konsep

Tahap 6

Penarikan kesimpulan dan penemuan

Guru membimbing siswa mengambil

kesimpulan berdasarkan data dan

menemukan sendiri konsep yang ingin

ditanamkan.

14

Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:205), maka sintaks

pembelajaran inquiri mempunyai 6 tahap yang pertama adalah tahap observasi

menemukan masalah untuk mengorientasi siswa terhadap masalah ini guru harus

memiliki kreativitas atau rangsangan yang diberikan benar-benar menarik bagi

siswa. Kemudian pada tahap kedua adalah merumuskan masalah, guru

membimbing siswa merumuskan masalah dari fenomena yang telah ditemukan.

Tahap berikutnya adalah mengajukan hipotesis, pada tahap ini guru membimbing

siswa untuk mengajukan hipotesis atau dugaan sementara terhadap masalah yang

telah dirumuskan. Tahap keempat adalah pengumpulan data, pada tahap

pengumpulan data guru membantu siswa mengumpulkan serta memproses data

untuk menyelesaikan masalah. Tahap kelima adalah menguji hipotesis, disini guru

membantu siswa menganalisis data yang telah terkumpul untuk memperileh suatu

konsep. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, setelah data diolah dan

ditemukan suatu konsep atas masalah awal, maka ditarik kesimpulsn berdasarkan

data yang telah dikumpulkan.

Dari sintaks tersebut maka dalam pembelajaran inkuiri guru dituntut untuk

lebih kreatif serta mampu mengorganisasi proses pembelajaran dengan baik.

Dalam tahap awal guru harus mampu menyajikan masalah yang akan dihadapi

oleh siswa. Guru harus benar-benar paham dengan karakteristik dan tingkat

intelegensi siswa agar dalam menyajikan masalah tidak terlalu berat atau terlalu

ringan dan sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Pada saat proses pembelajaran

guru dituntun untuk mempu mengkondisikan kelas dengan baik agar dalam tahan

siswa mengumpulkan informasi dapat berlangsung dengan lancar hingga tahap

menarik kesimpulan.

2.2.6. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri

Di dalam pembelajaran inkuiri ini, terdapat beberapa keunggulan dan juga

kelemahan dalam penerapannya. Adapun keunggulan dan kelemahan tersebut

adalah sebagai berikut:

15

a. Keunggulan

Sanjaya (2008:207) mengungkap bahwa metode pembelajaran inkuiri

merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan. karena oleh karena

metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih

bermakna.

2. Metode pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,

siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar.

Keunggulan metode inkuiri yang telah diungkap oleh Sanjaya (2008:207),

maka dapat dikatakan pembelajaran yang menggunakan model inkuiri akan lebih

efektif karena dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

secara seimbang serta memberikan ruang bagi siswa sesuai dengan gaya belajar

mereka sehingga memberikan kepuasan intrinsik pada diri siswa karena belajar

menjadi lebih bermakna.

Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa yang memiliki kemampuan

diatas rata-rata dapat berkembang dengan pesat karena dia dapat dengan leluasa

belajar mengembangkat ketrampilan serta pengetahuannya. Siswa dapat terhindar

dari cara belajar hafalan, karena dengan menggunakan metode inkuiri siswa

belajar melalui proses dan akan memperoleh hasil berdasarkan apa yang telah ia

lalui. Metode inkuiri mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan

eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri serta

16

menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain dan

membandingkan dengan apa yang ditemukan oleh temannya (Trianto, 2014:45).

b. Kelemahan

Selain keunggulan, metode inkuiri juga memiliki kelemahan. Sanjaya,

(2008: 208) mengungkap kelemahan metode pembelajaran inkuiri diantaranya:

1. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

yang telah ditentukan.

3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Walaupun metode pembelajaran inkuiri memiliki banyak keunggulan,

akan tetapi metode inkuiri juga mempunyai beberapa kelamahan yang telah

diungkap oleh Sanjaya (2008: 208) yang pada intinya jika penggunaan motode

inkuiri tidak didukung dengan kemampuan guru dalam mengembangkan model

pembelajaran kooperatif serta alokasi waktu belajar yang sedikit maka

penggunaan metode ini akan sulit untuk diimplementasikan. Kebiasaan belajar

siswa yang hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar juga membuat metode

inkuiri sulit untuk dilaksanakan, karena siswa akan merasa kebingungan dalam

menemukan dan memproses masalah yang ia hadapi. Dalam metode inkuiri siswa

harus dituntuk aktif untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Alokasi waktu

yang sempit dalam jadwal pembelajaran di kelas menambah kesulitan dalam

menggunakan metode inkuiri. Karena inkuiri memerlukan proses berfikir yang

tidak singkat.

17

2.3. Hasil Belajar

2.3.1. Pengertian Hasil belajar IPA

Hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat oleh sebuah usaha

(Poerwadarminta. 2003:408). Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam

pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan

Mudjiono (2006:34) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benyamin S. Blom (Sumarni, 2007:30) menyebutkan hasil belajar

merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan. Masukan dari sistem

tersebut merupakan bermacam-macam informasi sedangkan keluarnya adalah

perbuatannya atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar

telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam bentuk

yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar IPA tentu saja harus dikaitkan

dengan tujuan pendidikan IPA, dimana IPA lebih menekankan bagaimana siswa

mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah. Oleh

sebab itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa

dan cara siswa dalam memecahkan masalah tersebut.

Dari berbagai kajian definisi di atas, maka yang dimaksud hasil belajar

IPA adalah suatu indikator atau hasil dari perubahan yang terjadi pada diri siswa

setelah mengalami proses belajar mengolah penetahuan serta keterampilannya

dalam memecahkan masalah. Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi pada

puncak proses belajar. Pada tahap sekolah proses belajar terjadi saat interaksi

siswa dengan guru, siswa menjadikan guru sebagai sumber belajar dan siswa

sendiri sebagai subjek yang akan mengalami proses belajar. Dari pihak guru,

proses belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada diri siswa terutama dalam konsep pengetahuan.

18

2.3.2. Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha

memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik

telah mencapai karakteristik tertentu. Pengertian pengukuran seperti dikemukakan

oleh Wiersma & Jurs adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang

hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.

Pengukuran hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang

terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk

mengungkapkannya biasa menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan guru

atau tim ahli. Fungsi pengukuran hasil belajar menurut Muhibbin Syah adalah

sebagai berikut:

a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu

kurun waktu dan proses tertentu.

b. Mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.

c. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil yang

baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien.

d. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas

kognitif (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan

belajar.

e. Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan

dalam proses belajar mengajar.

Penilaian hasil belajar jika dilihat dari segi alatnya dapat dibedakan

menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih

lengkap dari teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik tes

Tes merupakan cara yang digunakan dalam kegiatan evaluasi yang

didalamnya terdapat tugas untuk dikerjakan atau dijawab oleh siswa yang

memiliki jawaban benar atau salah (Nurhadi dan Suwardi, 2011:209). Dari

jawaban benar atau salah ini yang nantinya akan digunakan oleh guru

untuk melihat sejauh mana perkembangan siswa dalam menguasai materi

pelajaran yang telah diberikan. Perbedaan hasil belajar dapat dilihat dari

19

nilai hasil belajar yang diperoleh tiap siswa. Teknik ter terdiri dari

beberapa jenis, diantaranya adalah tes tertulis, tes perbuatan dan tes lisan.

Tes tertulis adalah tes yang membutuhkan jawaban secara tertulis. Bias

terdiri dari uraian bebas ataupun uraian terikat, pilihan ganda, benar-salah,

menjodohkan dan tes jawaban singkat. Selanjutnya adalah tes lisan. Tes

lisan adalah tes yang membutuhkan jawaban secara lisan dari siswa. Tes

ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa, sehingga

siswa akan berbicara menggunakan gaya bahasa mereka sendiri dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan. Dan yang ketiga adalah tes

perbuatan. Tes perbuatan adalah tes yang berupa penugasan yang

disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan dalam pelaksanaannya

dilakukan dalam bentuk perbuatan atau unjuk kerja. Dalam tes ini siswa

melakukan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan dan selanjutnya

guru akan menilai siswa sesuai dengan kriteria dan opsi-opsi yang telah

ditetapkan.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan pilihan lain yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar selain teknik tes (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53).

Hal ini dikarenakan hasil belajar mempunyai bentuk beragam yang dapat

berupa pengetahuan teoritis, ketrampilan dan sikap. Untuk pengetahuan

dan ketrampilan dapat diukur menggunakan teknik tes, akan tetapi untuk

aspek sikap dan perkembangan psikologi perlu diukur menggunakan

teknik nontes. Teknik nontes terdiri dari berbagai macam, dapat berupa

wawancara, skala sikap, skala minat dan lain sebagainya.

Dari penjelasan tentang pengukuran hasil belajar di atas, baik teknik

tes maupun teknik nontes keduanya mempunyai peran yang sangat penting

dalam pengukuran hasil belajar. Teknik tes dapat mengukur aspek

pengetahuan serta ketrampilan siswa, sedangkan teknik nontes dapat

mengukur sikap serta perkembangan psikologi siswa.

20

2.4. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Tutik Handayani (2010)

tentang Pengaruh Pemanfaatan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar IPA

Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada

Semester II Tahun Ajaran 2010/2011, menyimpulkan bahwa Prestasi siswa kelas

eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini

diperoleh dari hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-

rata kelas menjadi 76,20 dengan hitung sebesar 2,451 dan tabel sebesar 2,406

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test

lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat

perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan

pemanfaatan metode inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini

membuktikan bahwa pemanfaatan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas

V SD Negeri Siwal 01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

Penelitian Siti Rohana (2009) tentang Penggunaan Metode Inkuiri dalam

penerapan model kelas 212 Pembelajaran Kelas Rangkap Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV dan V SDN 03 Dempel Kecamatan Kali

Bawang Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun 2009/2011, menyimpulkan

Pembelajaran Kelas Rangkap dengan menggunakan metode inkuiri dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dan Kelas V dengan semua siswa sudah

mendapat nilai ≥71. Sebab Metode ini dapat membangkitkan gairah siswa

sehingga hasil belajar juga akan meningkatkan. Keaktifan siswa mengalami

peningkatan dalam mengikuti PBM IPA dengan menggunakan metode inkuiri

karena strategi ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya

sehingga ia merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit

pada suatu proyek penemuan khusus.

Penelitian yang relevan diatas yaitu dengan menggunakan metode inkuiri

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dari beberapa

penelitian diatas menjadi dasar serta mendukung penelitian yang akan peneliti

21

lakukan yaitu pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa di

Sekolah Dasar.

2.5. Kerangka Pikir

Sebelum dilakukan penelitian, pembelajaran yang berlangsung di kelas

menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ini membuat siswa menjadi

kurang aktif sehingga kesulitan untuk menyerap materi secara penuh dan

menyebabkan hasil belajar siswa relative rendah. Salah satu faktor yang

berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran

yang digunakan digunakan oleh guru.

Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

karena metode pembelajaran merupakan rancangan atau strategi yang dilakukan

oleh guru dalam melakukan pembelajaran hingga pembelajaran dapat mencapai

tujuan yang maksimal. Pada pembelajaran inkuiri terjadi kesepakatan antara siswa

tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama

akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan metode inquiri siswa akan terdorong untuk belajar

secara aktif. Dan hasil akhir yang diharapkan adalah lebih dari 80% dari jumlah

keseluruhan siswa memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Berikut ini disajikan peta konsep keranga pikir mengenai penerapan model

pembelajaran inquiri pada mata pelajaran IPA:

22

.

Gambar 1 Peta konsep kerangka pikir

2.6. Hipotesis Tindakan

Metode pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri Sumogawe 04

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017.

Kondisi

awal

Tindakan

Kondisi ahir

Hasil

belajar

IPA

siswa

rendah

Hasil belajar IPA siswa meningkat

Guru

menggunakan

metode

ceramah

Menggunakan

metode inquiri

Dalam proses pembelajaran siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan

kreativitas dalam memecahkan masalah

Melaksanakan pembelajaran

yang dilakukan secara monolog

dan hubungan satu arah dengan

melakukan penuturan bahan

pelajaran secara lisan.