BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - Institutional Repository...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - Institutional Repository...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi , keterampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas
yang dilakukan seorang untuk mendapat perubahan dalam dirinya
melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman (Baharudin
dan Wahyuni:2007)
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi lingkungannya.
Selain itu pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
2.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting
yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata
pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD. Dari situ
diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat
mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca,
menyimak, menulis, dan berbicara
7
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah
sejak kelas 1 SD. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi
pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung
serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga
mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya
pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat
para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa
Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang
menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga
cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian
akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia
karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng,
1997). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat
mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang
dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa,
analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi
pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran,
menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur
pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus
memiliki keterampilan dalam memilih stategi pembelajaran untuk setiap
jenis kegiatan pembelajaran.
2.1.3 Hakekat Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2010) model pembelajaran merupakan
Perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
8
kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah,
dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari
pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode
pembelajaran.
Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran
yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran
diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran
berlangsung.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.
Menurut Trianto (2009) suatu model pembelajaran adalah
pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan
yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sinyaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama, Contoh,
setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik
perhatian siswa dan memitivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap
menutup pelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum
pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
Tiap-tiap model, pembelajaran membutuhksan sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model
pembelajaran Cooperative Script memerlukan lingkungan belajar yang
9
fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada
model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain.
2.2. Cooperative Script
7.2.1. Landasan Pemikiran
Pembelajaran Cooperative Script bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah
menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam
laboratorium. Dalam belajar kooperative script, siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 orang berpasangan sebangku untuk
bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Salvin,1995;
Dalam belajar Cooperative Script siswa belajar bersama sebagai suatu tim
dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, setiap
anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya. Hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran Cooperative Script.
Di dalam kelas siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 2 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan
oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Selama belajar secara cooperative siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
10
ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di
dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi naskah bacaan dan
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adanya mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling
membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi.
Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum
menguasai materi pelajaran.
Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran
Cooperative Script memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah dan
lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.
7.2.2. Tujuan Pembelajaran Cooperative Script
Di awal telah disebutkan bahwa ide utama dari belajar kooperativ
adalah siswa bekerjasama untuk bekerja dan bertanggung jawab pada
kemajuan belajar temanya sebagai tambahan,belajar cooperative
menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat
dicapai semua anggota kelompok mencapai tujauan atau penguasaan
materi (Salvin, 1995). Tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa
bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki
hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan
kemampuan, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses kelompok
dan pemecahan masalah
Manfaat penerapan belajar Cooperative Script adalah dapat
mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada
level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan
solidaritas social di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan
11
kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran Cooperative Script merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama.. Pembelajaran Cooperative Script disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Jadi dalam pembelajaran Cooperative Script siswa berperan
ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
7.2.3. Unsur dan Prinsip Pembelajaran Cooperatif Script
Menurut Abdul Rahman Saleh), terdapat lima unsur penting dalam
belajar Cooperative Script, yaitu: Pertama, saling ketergantungan yang
bersifat positif antara siswa. Dalam belajar Cooperative Script siswa
merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan
dan terikat satu sama lain. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin
meningkat. Belajar Cooperative Script akan meningkatkan interaksi antara
siswa. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual
dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a)
membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat
hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan
teman sekelompoknya. Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok
kecil. Dalam belajar Cooperative Script, selain dituntut untuk mempelajari
materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kelima, Proses
kelompok. Belajar Cooperative Script tidak akan berlangsung tanpa proses
12
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka kan mencapai tujuan dengan baik dan membuat
hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
Cooperative Script, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-
prinsip yang memebdakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep
utama dari belajar Cooperative Script menurut Slavin (1995), adalah
sebagai berikut:
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai
7.2.4. Implikasi Model Pembelajaran Cooperative Script
Belajar Cooperative Script dapat mengembangkan tingkah laku dan
hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman
mereka dalam belajar kooperatif daripada guru. Interaksi yang terjadi
dalam belajar dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa.
Implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi
belajar Cooperative Script yaitu sebagai berikut:
13
1. Kelompok kecil memberikan dukungan social untuk belajar. Kelompok
kecil membentuk suatu forum di mana siswa menanyakan pertanyaan,
mendiskusikan pendapat, belajar member pendapat orang lain,
memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan
mereka dalam bentuk tulisan.
2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua
siswa. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota
mempelajari konsep dan startegi pemecahan masalah.
3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok,
sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif.
Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi
yang logis.
4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain utnuk menguasai
masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam
konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang
bermanfaat.
5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang
yang bermanfaat bila didiskusikan.
7.2.5. Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran Cooperative Script
adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi
kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam
keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
Model pembelajaran Cooperative Script adalah model pembelajaran
berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajaran ini terjadi
kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi.
Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru
hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan
belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan
pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan
14
konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar
yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam
aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-benar
memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan
konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
Ada suatu hal yang menarik, siswa mendapatkan peningkatan hasil
belajar dari aktivitas model pembelajaran Cooperative Script, peningkatan
yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi saat siswa mengajarkan
bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat siswa berperan
sebagai pendengar.
7.2.6. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Agus Suprijono (2009) Cooperative Script merupakan
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtiarkan, bagian-bagian materi yang dipelajari.
Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan sebangku.
2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar untuk
menegetahu isi materi yang dibagikan kepada siswa.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dan sejelas
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar:
a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap.
b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
15
5) Bertukar peran, semula siswa yang bertugas sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar untuk mrndengarakan materi yang yang telah
diberikan.
6) Kesimpulan (siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan).
7) Penutup (evaluasi dan refleksi).
Pada tahap penutup, guru memberikan soal evaluasi secara individu
dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru dipelajari. Dalam
kegiatan refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi (bercermin) pada
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan suatu
cara untuk belajar, menghindari kesalahan di waktu yang akan datang dan
untuk meningkatkan prestasi belajar serta kinerja peneliti.
Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Script
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,
bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dengan penerapan model
Cooperative Script maka prestasi belajar siswa meningkat, karena
pembelajaran Cooperative Script berpijak pada faham konstruktivisme,
pada pembelajran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-
aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan
disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa
terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok
materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan,
membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar
interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama
pembelajaran dengan model pembelajaran coorperative script .
16
7.2.7. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Dansereau CS (1989) metode belajar dimana siswa
berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi yang dipelajari.
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
model pembelajaran Cooperative Script dengan menggunakan beberapa
tahap:
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk
penerapan belajar
Pada tahap ini untuk membangkitkan minat siswa, guru mengajak
siswa bernyanyi bersama-sama.Agar tercipta suasana kelas yang
menyenangkan. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan di
sampekan setelah itu guru membagi siswa untuk berkelompok.
2) Tahap Penyampaian dan Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai
bentuk penerapan belajar
Pada tahap ini guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan. Kemudian guru dan siswa menetapkan
siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya.Sementara siswa yang sebagai pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap kemudian embantu mengingat/menghafal ide-ide pokok yang
kurang lengkap. Selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. melakukan seperti di atas.
Kemudian siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dipelajari.
17
3) Tahap penampilan hasil, kesimpulan dan refleksi (kegiatan penutup)
adalah sebagai bentuk belajar)
Pada tahap terakhir, guru memberikan soal latihan/evaluasi secara
individu dan melakukan refleksi terhadap pelajaran yang baru
dipelajari. Dalam kegiatan refleksi ini dijadikan media untuk merefleksi
(bercermin) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi
ini merupakan suatu cara untuk belajar, menghindari kesalahan di
waktu yang akan datang dan untuk meningkatkan prestasi belajar serta
kinerja peneliti.
7.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Setiap guru pasti
memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang
dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan
Hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono
(2009) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
18
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu
fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi
yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa
dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami.
Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar
tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa
rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa
digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang
berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa
tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap
(ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil
akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk
mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan
menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang
dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan
keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
7.4. Kajian Penelitian yang Relevan
Admin, 2011 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
SMP Negeri 2 Banyuasin I Dalam Pembelajaran Menyimak Berita Melalui
Model Pembelajaran Cooperatif Script
Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam peningkatan
hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banyuasin I dapat meningkat
19
dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Cooperative Script. Penelitian tersebut dilakukan oleh Admin, Subjek
penelitian berjumlah 30 orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan
pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara
klasikal yaitu 85% siswa mendapat skor ≥ 65. Berdasarkan hasil penelitian
di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak
berita. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1
diketahui 73,17 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 76,83. Ditinjau dari
pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 80% dan siklus
2 diperoleh 90%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 10%.berdasarkan penelitian
tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran menyimak dikarenakan dalam pembelajaran peneliti
menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Maka dapat
disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Delita (2011) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar ips
melalui model pembelajaran Cooperatif Script dengan media gambar pada
siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga. Berdasarkan judul di atas
dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS peningkatan hasil belajar
siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat meningkat dikarenakan
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Delita, subjek penelitiannya berjumlah 40
orang. Pengumpulan data menggunakan tes dan pengamatan. Data
dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 80%
siswa mendapat skor ≥ 70. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak berita. Hal
ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui
75,10 dan hasil tes siklus 2 rata-rata 78,65. Ditinjau dari pencapaian
20
ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 85% dan siklus 2 diperoleh
93%. Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 8%. Berdasarkan penelitian tersebut maka
terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
dikarenakan dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran
Cooperative Script. Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa
peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran peneliti
menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Maka dapat
disimpulkan melalui pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran Cooperative Script untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI-
IPA SMA Taman Madya Malang. Setelah dilakukan analisa data dengan
perhitungan koefisien korelasi, didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar
0,410 yang termasuk ke dalam kategori cukup kuat, koefisien determinasi
sebesar 16,5%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa hanya
dipengaruhi oleh faktor penggunaan model pembelajaran Cooperative Script
sebesar 16,5%, sedangkan sisanya 83,5% dipengaruhi oleh faktor lain
misalnya minat, motivasi, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, serta
lingkungan masyarakat, Melalui pengujian uju t statisrik didapatkan hasil
terhitung sebesar 2,243, karena terhitung (2,243) tabel (1,699) dengan taraf
signifikan 0,05, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Cooperative Script berpengaruh positif terhadap ptestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya
yaitu: Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Script Berpengaruh
Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa terbukti kebenarannya.
Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam
pembelajaran Biologi peningkatan hasil belajar siswa kelas Kelas XI-IPA
SMA Taman Madya Malang dapat meningkat dikarenakan dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script.
21
Penelitian tersebut dilakukan oleh Kusumawati, berdasarkan penelitian
tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan
dalam pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran
Cooperative Script.
7.5. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi
sebagai masalah yang penting.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari
faktor model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap
hasil belajar anak karena model pembelajaran sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Pada pembelajaran Cooperative
Script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam
berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan
bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarah-kan siswa
untuk mencapai tujuan belajar
Model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan siswa. akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena
model pembelajaran ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
22
Gambar 2.1
Alur kerangka berfikir
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan pembelajaran
konvensional yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
evaluasi dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative Script.
Dalam metode Cooperative Script guru melakukan penyajian materi,
kemudian siswa diminta untuk membuat kelompok, selanjutnya diberikan
tugas untuk didiskusikan. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes
individu, selanjutnya dilakukan pemberian skor terhadap hasil tes siswa.
Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sama. Untuk pretest diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba
dan hasil pretest kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
Kegiatan
Belajar
Mengajar
Kelas IV
Pembelajaran
coopertive
script
Pembelajaran
konvensional
1. Penyajian materi
2. Kerja Kelompok
3. Tes Individu
4. Pemberian Skor Individu
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Evaluasi
Hasil Belajar
Pembelajaran
coopertive
script
Hasil Belajar
Pembelajaran
Konvensional
23
7.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan
diatas, maka dapat dirumuskan:
H0: Penggunaan metode Cooperative Script tidak berpengaruh secara
efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
H1: Penggunaan metode Cooperative Script berpengaruh secara efektif
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.