BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB...

25
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Bahasa Indonesia Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1987: 16).Wibowo, Walija (1996: 4) ”bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan paling efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”.Pendapat tersebut juga didukung oleh Wujosoedamono (1983: 1)”bahasa adalah komunikasi antar anggota masyakat, yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya”. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan salah satu alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa suara atau bunyi dan dihasilkan oleh alat ucap manusia dan digunakan untuk menyampaikan pesan, ide, perasaan dan pendapat pada orang lain. Bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan negara Indonesia yang juga berfungsi sebagai identitas yang khas bagi bangsa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai identitas bangsa Indonesia, maka dari itu dilakukan berbagai upaya dan cara untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia, salah satunya yaitu dengan cara menuliskan kaidah penulisan dan pengucapan yang benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), juga memberikan pembelajaran bahasa Indonesia yang benar sejak usia sekolah dasar. 2.1.2 Tujuan Bahasa Indonesia Tujuan bahasa Indonesia adalah agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia (Akhadiah dkk, 1991: 1).Tujuan ini dapat tercapai

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang

berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

(Keraf, 1987: 16).Wibowo, Walija (1996: 4) ”bahasa adalah komunikasi

yang paling lengkap dan paling efektif untuk menyampaikan ide, pesan,

maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain”.Pendapat tersebut juga

didukung oleh Wujosoedamono (1983: 1)”bahasa adalah komunikasi antar

anggota masyakat, yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau

lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya

kepada manusia lainnya”. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa bahasa merupakan salah satu alat komunikasi antar anggota

masyarakat yang berupa suara atau bunyi dan dihasilkan oleh alat ucap

manusia dan digunakan untuk menyampaikan pesan, ide, perasaan dan

pendapat pada orang lain.

Bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan negara Indonesia yang

juga berfungsi sebagai identitas yang khas bagi bangsa Indonesia. Karena

bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai identitas bangsa

Indonesia, maka dari itu dilakukan berbagai upaya dan cara untuk tetap

menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia, salah satunya yaitu dengan

cara menuliskan kaidah penulisan dan pengucapan yang benar sesuai

dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), juga memberikan pembelajaran

bahasa Indonesia yang benar sejak usia sekolah dasar.

2.1.2 Tujuan Bahasa Indonesia

Tujuan bahasa Indonesia adalah agar siswa mempunyai kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat menghayati bahasa

dan sastra Indonesia (Akhadiah dkk, 1991: 1).Tujuan ini dapat tercapai

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

9

bila guru juga berperan baik dalam membimbing siswanya dalam

berbahasa.

Lebih lanjut lagi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia menurut

Permendiknas No 22 tahun 2006 yang sesuai dengan standar kompetensi

bahasa Indonesia agar siswa mempunyai kemampuan:

(a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

(b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

(c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan

tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

(d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan

sosial

(e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budipekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa

(f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai

khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa di sekolah dasar

menekankan pada kemampuan kognitif siswa dalam pengembangan

kemampuan dalam berbahasa, sedangkan kemampuan afektif dan

psikomotor ditunjukkan dengan berkomunikasi dengan orang disekitar

menggunakan bahasa yang baik, benar dan santun sesuai kaidah-kaidah

yang telah ditetapkan. Melalui cara inilah siswa dapat menghargai dan

membanggakan bahasa Indonesia. Tujuan ini tidak hanya bagi siswa tetapi

juga bagi guru, yaitu agar para guru dapat mengembangkan potensi

berbahasa yang dimiliki siswa sesuai dengan lingkungan sekitar dan

kemampuan siswa secara personal.

Berikut ini merupakan uraian standar kompetensi dan kompetensi

dasar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang ditunjukkan bagi siswa

kelas 5 Kanisius Cungkup Salatiga yang disajikan melalui tabel berikut ini.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

10

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Kelas V semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami cerita

tentang suatu

peristiwa dan cerita

pendek anak yang

disampaikan secara

lisan

5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang

terjadi di sekitar yang disampaikan secara

lisan

5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh,

tema, latar, amanat)

Berbicara

2. Mengungkapkan

pikiran dan

perasaan secara

lisan dalam diskusi

dan bermain drama

6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai

alasan yang mendukung dengan

memperhatikan pilihan kata dan santun

berbahasa

6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal,

intonasi, dan ekspresi yang tepat

Membaca

3. Memahami teks

dengan membaca

sekilas, membaca

memindai, dan

membaca cerita

anak

7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca

dengan membaca sekilas

7.2 Menemukan informasi secara cepat dari

berbagai teks khusus (buku petunjuk

telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan

acara, daftar menu, dll.) yang dilakukan

melalui membaca memindai

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam

beberapa kalimat

Menulis

4. Mengungkapkan

pikiran, perasaan,

informasi, dan

fakta secara tertulis

dalam bentuk

ringkasan, laporan,

dan puisi bebas

8.1 Meringkas isi buku yang dipilih sendiri

dengan memperhatikan penggunaan ejaan

8.2 Menulis laporan pengamatan atau

kunjungan berdasarkan tahapan (catatan,

konsep awal, perbaikan, final) dengan

memperhatikan penggunaan ejaan

8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata

yang tepat

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

11

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) diatas merupakan

kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas 5. Kompetensi-kompetensi

tersebut meliputi empat ruang lingkup dalam bahasa Indonesia, yang telah di

rancangkan sesuai dengan lingkup dan porsinya.

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut

Permendiknas No 22 tahun 2006 mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek berikut:

(a) Mendengarkan

(b) Berbicara

(c) Membaca

(d) Menulis

Keaktifan yang ditunjukkan siswa tidak terlepas dari peran guru yang

juga senantiasa mendampingi siswa dalam kegiatan berkomunikasi dengan

temannya, peran guru dalam hal ini sebagaimana diungkapkan oleh

Chandlin (Taringan, 1990: 201) yaitu, guru pemberi kemudahan dalam

proses komunikasi antara semua siswa didalam kelas, antara siswa dengan

kegiatan pembelajaran serta teks atau materi dan sebagai partisipan

mandiri dalam kelompok belajar-mengajar. Implikasi dari kedua peran ini

menimbulkan peran-peran kecil lainnya misalnya, sebagai pengorganisasi,

pembimbing, peneliti dan pembelajar dalam proses belajar-mengajar.

2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Heri, 2012: 6). Sedangkan

menurut Gagne (Sumarjhono dkk, 2012: 3) pembelajran merupakan

pengaturan peristiwa yang berada diluar diri siswa, yang dirancang guna

memudahkan proses belajar dalam diri siswa. Kedua pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi antara

siswa dengan pendidik yang ada dalam luar siswa agar siswa dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

12

mudah mengikuti proses belajarnya. Dalam pembelajaran bahasa

Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa

yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keempat keterampilan berbahasa tersebut disajikan secara terpadu namun

juga dimungkinkan untuk memberikan penekanan pada salah satu

keterampilan, misalnya pada keterampilan membaca. Aspek ini

merupakan aspek yang sangat penting bagi siswa, diharapkan dalam

pembelajaran yang melibatkan aspek membaca dapat menambah

pengetahuan siswa mengenai informasi-informasi yang aktual, tidak

hanya itu saja melalui kegiatan membaca ini siswa dapat menyampaikan

aspirasi maupun tanggapan mengenai suatu kejadian yang tengah

berlangsung, hal ini juga dapat menjadikan siswa tanggap dengan

lingkungan sekitar.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan berkomunikasi antara satu dengan yang lain, belajar bahasa

Indonesia disekolah merupakan hal yang paling utama untuk mencapai

tujuan pembelajaran sebagai suatu unsur proses pendidikan. Taringan

(Unnes, 2011: 39) mengungkapkan materi pembelajaran bahasa

hendaknya memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan,

simulasi, bermain peran, dan komunikasi pasangan. Berdasarkan

pendapat ahli tersebut, dibutuhkan sebuah model yang mendukung

pembelajaranbahasa, agar bahasa dapat dipelajari siswa dengan mudah

dan menyenangkan. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan

pembelajaran yang membutuhkan adanya keaktifan dalam berkomunikasi,

maka menurut Taringan (Unnes, 2011: 38) kedudukan materi

pembelajaran bahasa harus ditekankan pada sesuatu yang membuat siswa

aktif dalam berkomunikasi. Materi tersebut yaitu:

1. Materi yang berdasarkan teks

2. Materi yang berdasarkan tugas, dan

3. Materi yang berdasarkan bahan otentik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

13

2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran

Sagala (2009: 175) model diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat

dipahami sebagai:

a. Suatu tipe atau desain

b. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk

membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan

langsung diamati

c. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-

inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara

matematis suatu objek atau peristiwa

d. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja

e. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner

f. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan

menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Suprijono (2009: 24) mengatakan model pembelajaran merupakan

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

dikelas maupun tutorial. Joyce & Weil (Rusman 2012: 133) berpendapat

bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain.Berdasarkan kedua pengertian diatas

maka dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan rencana yang

digunakan untuk pembelajaran dalam kelas dan membentuk sebuah pola

yang dapat digunakan dalam rencana pembelajaran jangka panjang. Sagala

(2009: 176) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan

dalam model mengajar yakni: model informasi, model personal, model

interaksi dan model tingkah laku.

Sardiman A. M (2004: 165) guru yang kompeten adalah guru yang

mampu mengelola program belajar mengajar. Pengelolaan dalam

pengertian ini adalan guru mampu dalam menguasai keterampilan dasar

misalnya saat membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,

memvariasi media pembelajaran, bertanya, memberi penguatan dan lain

sebagainya. Bukan hanya itu saja, tetapi guru juga harus mampu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

14

menerapkan strategi belajar dan menciptakan pembelajaran yang kondusif

agar pembelajaran dapat diterima dengan baik dan awet dalam ingatan

siswa.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

Slavin (Isjoni 2012: 12) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang

dengan struktur kelompok heterogen. Jonhson & Jonhson (Isjoni 2012: 17)

cooperative learning merupakan mengelompokkan siswa di dalam kelas

kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain

dalam kelompok tersebut. Sedangkan menurut Anita lie (2004: 28)

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan pembelajaran

dengan cara berkelompok, pembelajaran ini terdiri dari beberapa siswa

dalam sebuah kelas dan terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan

heterogen, dengan kemampuan yang heterogen inilah siswa dapat belajar

dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Johnson &

Johnson (Anita lie, 2004: 7) mengatakan pembelajaran cooperative

learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan positif dan

penyesuaian psikologis yang baik dari pada pembelajaran dengan

persaingan dan pemisahan siswa. Sedangkan tujuan yang terpenting dari

pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2010: 33) yaitumemberikan para

siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka

butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan

memberikan kontribusi.

Roger dan David Johnson (Anita lie, 2004: 31-35) mengatakan tidak

semua kerja kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

15

hasil yang maksimal, terdapat lima unsur pembelajaran gotong royong

yang harus diterapkan:

1. Saling ketergantungan positif, menekankan adanya rantai

keterhubungan antara anggota kelompok yang satu dengan

kelompok yang lain, tiap anggota harus dapat menyelesaikan

tugasnya sendiri agar yang lain juga dapat mencapai tujuan

mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan, tiap anggota kelompok harus

dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka sendiri.

3. Tatap muka, tiap kelompok diberi kesempatan untuk

bertemu dengan anggota kelompok mereka agar mereka

dapat mendiskusikan hasil kerja yang telah mereka peroleh,

sehingga dapat membentuk sebuah sinergi yang

menguntungkan bagi seluruh anggota.

4. Komunikasi antaranggota, menghendaki agar setiap anggota

dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat

menyampaikan pendapat mereka dengan jelas.

5. Evaluasi proses kelompok, untuk mengevaluasi proses dan

hasil dari kerja kelompok sehingga nantinya dapat bekerja

sama dengan lebih efektif.

Pembelajaran dengan cara berkelompok, merupakan pembelajaran

yang tepat bagi siswa dalam mata pelajaran bahasa indonesia, karena

dalam pembelajaran berkelompok siswa diharuskan aktif berkomunikasi

dengan anggota kelompok mereka hal ini sesuai dengan tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia, tidak hanya itu saja pembelajaran

berkelompok merupakan pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang

membutuhkan kerjasama dan tanggung jawab dari anggota kelompoknya,

tanpa kerjasama dan tanggung jawab dengan baik maka pembelajaran

berkelompok tidak akan berjalan dengan baik.

2.1.7 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Slavin (2005: 200) menyebutkan Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC), yaitu sebuah program yang komprehensif untuk

mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas

yang lebih tinggi di sekolah dasar. Tujuan utama dari CIRC menurut

Slavin (2005: 203) adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

16

membantu para siswa untuk mempelajari kemampuan memahami bacaan

yang dapat diaplikasikan secara luas.CIRC dikembangkan dari hasil

analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran pelajaran

membaca, menulis, seni berbahasa. Isu-isu prinsipil yang ditunjukkan

dalam proses pengembangan yaitu (Slavin, 2005: 200):

1. Tindak lanjut

2. Membaca lisan

3. Kemampuan memahami bacaan

4. Menulis dan seni berbahasa

Slavin (2010: 204-209) menyebutkan unsur-unsur utama dari CIRC yaitu:

(1) Kelompok membaca,

(2) Tim,

(3) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita,

(4) Pemeriksaan oleh pasangan,

(5) Tes,

(6) Pengajaran langsung,

(7) Seni berbahasa dan menulis terintegrasi,

(8) Membaca independen dan buku laporan.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan

salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang dalam cara

pembelajarannya siswa dalam tim kooperatif atau kelompok diberi suatu

wacana/kliping kemudian siswa berlatih membaca, memahami isi

wacana/kliping tersebut dan memberikan tanggapan mengenai bacaan

tersebut. Model pembelajaran CIRC ini disebut model pembelajaran

terpadu karena didalam pembelajaran ini terdapat dua aspek yaitu

membaca dan menulis. Fogarty (1991), memaparkan bahwa berdasarkan

sifat keterpaduannya, sebuah pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan

menjadi:

a) Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi

modelconnected (keterhubungan) dan model nested

(terangkai),

b) Model antar bidang studi yang meliputi model

sequenced(urutan), model shared (perpaduan), model

webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan

model integrated (terpadu),

c) Model dalam lintas siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

17

Slavin (Suyitno, 2005: 3-4) mengemukakan bahwa pembelajaran

CIRC memiliki delapan komponen antara lain:

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok yang heterogen

(campuran) dan terdiri atas 4-5 siswa,

2. Placement test, misalnya didapat dari nilai rata-rata ulangan

harian sebelumnya atau berdasarkan dari nilai rapor agar

guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada

bidang tertentu,

3. Student creative, yaitu melaksanakan tugas dalam sebuah

kelompok dengan menciptakan kondisi dimana keberhasilan

setiap individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan dari kelompoknya,

4. Team study, merupakan tahapan tindakan belajar yang harus

dilaksanakan oleh kelompok. Guru hanya bertugas

memberikan bantuan kepada kelompok yang

membutuhkannya,

5. Team scorer and team recognition, adalah pemberian skor

terhadap hasil kerja dalam kelompok dan memberikan

penghargaan atau reward terhadap kelompok yang berhasil

secara unggul dan kelompok yang dipandang belum cukup

berhasil dalam menyelesaikan tugas kelompok,

6. Teaching group, yaitu guru harus memberikan materi secara

singkat dan jelas menjelang pemberian tugas kelompok,

7. Facts test, merupakan pelaksanaan tes atau ulangan

berdasarkan fakta (materi) yang telah diperoleh siswa,

8. Whole-class units, merupakan pemberian rangkuman materi

oleh guru setelah pembelajaran telah mencapai akhir dengan

strategi pemecahan masalah.

Pembelajaran menggunakan model CIRCmempunyai delapan buah

komponen, seperti yang dijelaskan diatas. Komponen tersebut bermula

pada pembentukan kelompok, ketika pembentukan kelompok dimulai

maka guru harus melakukan penyeleksian siswa melalui nilai rapor agar

kelompok-kelompok yang dibentuk memiliki keragaman (heterogenitas)

dalam intelegensi. Setelah pemilihan tersebut, siswa harus mengerjakan

tugas yang telah diberikan guru secara berkelompok dengan rasa tanggung

jawab, dalam keadaan ini peran guru hanyalah memberikan bantuan pada

kelompok yang membutuhkan. Selanjutnya guru memberikan penilaian

untuk tiap kelompok, tidak hanya menilai saja namun guru juga

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

18

memberikan reward untuk kelompok yang telah mengerjakan tugasnya

dengan baik. Guru yang telah memberikan reward selanjutnya

menyampaikan materi singkat mengenai tugas kelompok, lalu untuk

mengukur keberhasilan siswa maka guru memberikan sebuah tes mengenai

materi yang disampaikan. Hal terakhir yang dilakukan oleh guru setelah

pemberian tes yaitu merangkum materi pembelajaran dan mengajarkan

strategi dalam memecahkan masalah. Belajar dengan pembelajaran

kooperatif tipe CIRC merupakan belajar mandiri tanpa harus selalu

mengandalkan peran guru, karena mereka telah dibagi dalam kelompok-

kelompok yang memiliki kemampuan yang sama (siswa dipilih

berdasarkan nilai). Dalam pembelajaran model ini guru hanya bertugas

untuk memberikan bantuan pada kelompok bila kelompok tersebut belum

dapat menyelesaikan tugasnya.

Maden, dkk (Mohammad Nur, 2011: 13) menyebutkan unsur-unsur

kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

adalah:

1. Penghargaan kepada tim berupa pemberian sertifikat yang

didasarkan pada kinerja kelompok.

2. Pemberian kesempatan yang sama untuk berhasil pada setiap

tim, yaitu dengan siswa bekerja pada bahan yang sesuai

dengan tingkat membaca mereka.

3. Tanggung jawab individual dengan cara memberikan ide atau

usahannya yang nantinya akan masuk pada skor kuis dan

karya tulis akhir mandiri

Reward atau penghargaan yang berupa sertifikat diberikan untuk setiap

kelompok berdasarkan keberhasilan dalam kinerja mereka ketika

menyelesaikan tugasnya dengan baik, hal ini bertujuan agar siswa mampu

berkompetisi secara sehat untuk mengerjakan tugasnya dengan maksimal,

sehingga hasil belajar yang diperoleh akan meningkat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

19

2.1.8 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu pertama kali

dikembangkan oleh Steven dan Slavin, berikut adalah langkah-langkah

model pembelajaran CIRC oleh Steven, dkk (Miftahul huda, 2013: 222):

1. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing

terdiri dari 4 siswa. 2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik

pembelajaran. 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan

ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan

ditulis pada lembar kertas. 4. Siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi

kelompok. 5. Guru memberikan penguatan (reinforcement). 6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran CIRC menurut Suprijono (2009:

137) yaitu:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang

secara heterogen

2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan

ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping

dan ditulis pada lembar kertas

4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

5. Guru membuat kesimpulan bersama

6. Penutup

Dari setiap fase diatas, dapat dilihat beberapa tahap (Miftahul huda,

2013: 222-223):

Tahap 1: Pengenalan konsep

Guru mulai mengenalkan konsep atau istilah baru yang mengacu

pada hasil penemuan selama eksplorasi. Bisa di dapatkan dari

guru, buku, atau media lain.

Tahap 2: Eksplorasi dan aplikasi

Memberi kesempatan siswa dalam mengungkap pengetahuan

awal, mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan

fenomena yang dialami dengan bimbingan guru. Fase ini

bertujuan untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa

terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang

konkret.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

20

Tahap 3: Publikasi

Siswa mampu mengomunikasikan hasil temuan serta

membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas.

Penemuan dapat berupa hal baru atau hanya membuktikan hasil

pengamatan.

Langkah-langkah dalam model CIRC pada dasarnya dapat di

simpulkan menjadi 3 langkah, yaitu berkelompok secara heterogen,

mengerjakan tugas yang diberikan. Hasil diskusi pada tiap kelompok

kemudian dikomunikasikan atau dipersentasikan didepan kelas. Guru

memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan

sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh

melalui dikusi pada tiap kelompok dapat diobjektivasi dan menjadi

pengetahuan bersama seluruh kelas (Supriyono, 2012: 99).

Mengkomunikasikan hasil kelompoknya didepan kelas, dapat melatih

siswa dalam berbicara menggunakan bahasa yang benar, tidak hanya itu

saja siswa juga dapat melatih kepercayaan diri mereka didepan kelas.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

21

Tabel 2.2

Sintak Pembelajaran CIRC No Langkah Pembelajaran Aktivitas Guru Aktifitas Siswa

1. Membentuk

kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa.

a. Menjelaskan indikator

yang hendak dicapai b. Mengadakan apersepsi

dan mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis

c. Membagi siswa dalam kelompok

d. Membimbing siswa dalam berkelompok

a. Berkumpul bersama teman

kelompok sesuai dengan arahan dari guru

b. Berinteraksi dengan baik dalam kelompok

2. Memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

e. Membagikan wacana ke seluruh kelompok

c. Memperhatikan petunjuk guru

3. Bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

f. Memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dalam kelompok

g. Membantu siswa ketika mengalami kesulitan

d. Membaca teks yang diberikan guru secara bergantian

e. Menyimak teks yang dibacakan oleh temannya dengan baik

f. Memberikan tanggapan terhadap teks yang dibaca

4. Mempresentasikan/memembacakan hasil diskusi kelompok

h. Membahas hasil pekerjaan tiap kelompok

i. Menilai hasil kerja kelompok

g. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

5. Memberikan penguatan

(reinforcement).

j. Bertanya jawab mengenai

materi

h. Bertanya jawab mengenai

materi

6. Guru dan siswa bersama-

sama membuat kesimpulan.

k. Membuat kesimpulan bersama-sama

l. Melakukan evaluasi melalui tes

i. Membuat kesimpulan bersama-sama

j. Mengerjakan soal evaluasi

2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan Model CIRC

Secara khusus, Slavin (Suyitno, 2005: 6) menyebutkan kelebihan dan

kelemahan model pembelajaran CIRC, kelebihan model CIRC yaitu:

a. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa

dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

b. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

c. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja

dalam kelompok.

d. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling

mengecek pekerjaannya.

e. Membantu siswa yang lemah.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

22

Sedangkan kelemahan model CIRC adalah:

a. Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.

b. Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti.

CIRC memang merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif

yang tepat diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia, model ini

membuat siswa belajar dalam kelompok dengan kemampuan yang

heterogen, memecahkan masalah atau tugas yang diberikan guru secara

tanggung jawab dan mengkomunikasikan atau mempresentasikannya

kedepan kelas. Sintak atau langkah pembelajaran seperti inilah yang dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan dirinya didepan umum,

meningkatkan kemampuan berbahasa, dan kemampuan bersosialisasi

dengan teman satu anggota kelompoknya. Hal ini yang menjadikan CIRC

menjadi model yang tepat bagi mata pelajaran bahasa Indonesia,

namundalam ketepatannya masih banyak kekurangan-kekurangan

didalamnya. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam pembelajaran

kooperatif tipe CIRC inilah yang nantinya menuntut para guru agar lebih

kreatif lagi mengembangkan model tersebut, sehingga kelemahan yang

ada dalam model ini dapat diatasi serta hasil belajar siswa dapat meningkat

dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

2.1.10 Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah bentuk perubahan diri seseorang yang dinyatakan

dalam cara bertingkah laku yang baru, akibat dari pengalaman dan latihan

W.S Winkel (1989: 6). Sedangkan pengertian belajar yang lain

dikemukakan oleh Sabri (2005: 20) belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pelatihan. Cronbach (1954: 45)

menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as result of

experience (proses belajar terlihat pada perubahan perilaku sebagai hasil

dari pengalaman), begitu pula menurut Slameto (2010: 2) belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

23

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari

keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang atas hasil dari

pengalaman yang telah dialaminya. Nana Sudjana (2005: 2)

mangungkapkan belajar mengajar sebagai suatu proses yang mengandung

tiga unsur yang dapat dibedakan. Yaitu tujuan pengajaran (instruksional),

pengalaman belajar-mengajardan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur

tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Tujuan instruksional

(a) (b)

Pengalaman belajar Hasil belajar

(proses belajar-mengajar) (c)

Diagram 2.1

Hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar

Garis (a) merupakan hubungan antara tujuan instruksional

dengan pengalaman belajar, garis (b) hubungan antara

pengalaman belajar dan hasil belajar, dan garis (c) adalah

hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar,

jadi melalui diagram diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kegiatan penilaiandinyatakan oleh garis (c) yaitu tindakan

atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional

telah dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar setelah

menempuh pengalaman belajarnya(proses belajar-mengajar).

Sedangkan garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk

mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai

hasil belajar yang optimal.

Belajar mengajar pada dasarnya adalah kegiatan yang berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang dan bagaimana mengubah

tingkah laku seseorang. Dalam kegiatan tersebut ternyata ada beberapa

unsur yang dapat dibedakan yaitu tujuan, pengalaman belajar dan hasil

belajar. Tiap-tiap unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain, tidak

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

24

akan ada hasil belajar apabila pengalaman belajar dan tujuan instruksional

tidak terdapat didalamnya, begitu pula sebaliknya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Gagne (Prayitno, 2007: 8) mengatakan bahwa hasil

belajar adalah dicapainya sejumlah kemampuan setelah

mengikuti proses belajar mengajar, yaitu ketrampilan

intelektual (pengetahuan), strategi kognitif (memecahkan

masalah), informasi verbal (mendeskripsikan sesuatu),

ketrampilan motorik, sikap dan nilai.

Dimyati dan Mudjiono (1999: 34) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yaitu

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tabrani Ruysin (Herlina,

2008: 24) ”hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia

melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima

pengajaran dari seorang guru”. Sudjana (2011: 22) Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar

disekolah maupun di lingkungannya yang dinilai oleh seorang guru. Hasil

belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya

satu aspek saja namun hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek

kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan berbeda-beda hasilnya

pada tiap siswa karena kemampuan mereka berbeda-beda antara yang satu

dengan yang lain. Benyamin Bloom membagi klasifikasi hasil belajar

secara garis besar menjadi tiga ranah yaitu:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, sistesis, dan evaluasi.

Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

25

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisani, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah

psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan

gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan

kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, rumusan tujuan pendidikan

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan tujuan

klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom tersebut. Tujuan ini tidak hanya

menilai pada pengetahuan yang diperoleh siswa, tetapi juga menilai pada

sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa, sehingga siswa tidak hanya

pandai dalam pengetahuan saja tetapi juga terampil. Hasil belajar yang

didapat siswa merupakan perpaduan dari hasil yang didapatkan pada

ketiga ranah tersebut. Hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui berbagai

cara, salah satunya adalah penilaian evaluasi.

Oemar Hamalik (2008: 159) evaluasi adalah keseluruhan kegiatan

pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang

dicapai siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005:

2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau

kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah

dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang

diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses

belajar-mengajar). Jadi evaluasi merupakan kegiatan pengukuran

pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan

untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar dan sejauh apa

tujuan-tujuan instruksional telah dicapai dan dikuasai siswa setelah

mengalami pengalaman belajarnya, tujuan dari evaluasi yang dilakukan

oleh guru yaitu seberapa dalam materi dan tujuan yang telah dicapai juga

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

26

dikuasai oleh siswa terhadap sebuah materi pembelajaran yang telah

disampaikan oleh guru, dan bagaimana guru mengadakan tindakan

selanjutnya pada siswa yang belum dapat menguasai atau mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh guru.

2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2010: 54) membagi beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar yaitu:

a. Faktor Intern

1. Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat

tubuh

2. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian,

minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan

b. Faktor Ekstern

1. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik,

relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan.

2. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk

kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hal-hal diatas, dapat dikaji bahwa banyak sekali faktor-

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Faktor tersebut tidak

hanya berasal dari fisik dan kondisi psikologis individu saja, namun juga

faktor tersebut berasal dari lingkungan keluarga maupun lingkungan di

luar (masyarakat dan sekolah).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

27

2.1 Kajian Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Senti (2012) dengan

judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative

Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan

Kemampuan Memahami Paragraf siswa Kelas IVSD Negeri 161

Pekanbaru” menunjukkan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 50, 0

% , pada pertemuan kedua siklus 1 dari 70, 0 % , pada siklus pertemuan

pertama 2 dari 80 , 0 % dan pertemuan kedua pada siklus 2 dari 95, 0 %.

Kemudian untuk kegiatan siswa dalam pertemuan pertama siklus I adalah

55, 5 % , pertemuan kedua siklus 1 dari 70, 0 % , pada siklus kedua

pertemuan I 82, 5 % , dan pertemuan kedua dari siklus 2 dari 92 , 5 %.

Adapun kemampuan untuk memahami paragraf yang UH I di 69, 46 dan

naik menjadi 82, 43 pada UH II. Dari kesimpulan penelitian diperoleh

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tindakan Studi

Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk

meningkatkan kemampuan untuk memahami paragraf siswa kelas IV SDN

161 Pekanbaru. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia Senti

terlihat adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode

kooperatif tipe CIRC.

Hasil penelitian yang kedua dilakukan oleh Ririn Andriyani (2009)

dengan judul ”Penerapan Model PembelajaranCooperative Integrated

Reading And Composition Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis

Pada Siswa Kelas V SD Negeri Dawungan I Sragen Tahun Pelajaran

2008/2009”menunjukkan nilai rata-rata keaktifan siswa meningkat dari

nilai siklus I yang sebesar 32 menjadi 53 pada siklus II dan 70 pada siklus

III. Nilai rata-rata kerja sama siswa dalam kelompok juga meningkat dari

nilai siklus I yang sebesar 52, 47 menjadi 63, 13 pada siklus II dan 75

pada siklus III. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis ringkasan

ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil ringkasan siswa. Nilai

rata-rata hasil ringkasan siswa juga meningkat dari nilai siklus I yang

sebesar 58 menjadi 67, 6 pada siklus II dan 78, 27 pada siklus III dan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

28

telah mencapai batas nilai ketuntasan yang ditetapkan, yaitu

65.Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam penelitian tindakan

kelas, dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model

pembelajaran CIRC oleh peneliti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kompetensi

dasar meringkas isi buku yang dipilih sendiri dengan memperhatikan

penggunaan ejaan pada siswa kelas V SD Negeri Dawungan I

SragenTahun Pelajaran 2008/2009.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatyas Reana Mardiningsih

(2012) dengan judul”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk

Meningkatkan Kemampuan Menemukan Kalimat Utama Dalam Paragraf”

memperlihatkan hasil pada siklus I kemampuan siswa dalam menemukan

kalimat utama paragraf sudah meningkat hal ini ditunjukkan pada

peningkatan nilai yang diperoleh siswa ≥ 70 sebanyak 12 siswa atau 71%

dengan nilai rata-rata 75, 53 dan nilai yang terendah adalah 60 sedangkan

nilai tertingginya adalah 87, 5. Dengan demikian keberhasilan sesuai yang

tertera dalam indi-kator kinerja pada rencana sebelumnya yaitu 80% siswa

memperoleh nilai di atas KKM belum tercapai, sehingga pembelajaran

akan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II diketahui bahwa siswa yang

mencapai nilai ≥70 meningkat sebanyak 17 siswa atau 100% dengan nilai

rata-rata 85. Nilai terendah adalah 70 sedangkan nilai tertingginya adalah

97, 5. Disimpulkan bahwa penerapan model belajar CIRC pada

pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan prestasi belajar

siswakelas kelas IV SD Negeri 02 Paseban, semester genap yang

beralamat di Desa Seban Lor, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten

Karanganyar.

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan pembelajaran yang

sangat cocok untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, dikarenakan pada

pembelajaran CIRC ruang lingkup bahasa Indonesia dapat dipenuhi,

misalnya pada poin membaca, dalam pembelajarannya salah seorang

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

29

siswa dalam kelompok harus membacakan sebuah teks yang disediakan

oleh guru kelas, pada poin mendengarkan selain siswa yang membacakan

teks anggota kelompok tersebut mendengarkan teks yang telah dibacakan

oleh temannya. Poin yang selanjutnya yaitu menulis, pada poin ini seluruh

siswa dalam kelompok menuliskan pendapat mereka mengenai teks yang

telah dibacakan tersebut, dan poin yang terakhir berbicara salah seorang

kelompok maju kedepan kelas untuk mengkomunikasikan atau

mempresentasikan hasil kelompoknya. Dengan cara berkelompok ini,

siswa yang tadinya tidak berani berpendapat manjadi berani berpendapat

karena pendapatnya ditampung dalam kelompok dan akan disimpulkan

dalam kelompok tersebut. Beberapa penelitian yang menggunakan model

pembelajaran CIRC di sekolah terbukti menunjukkan hasil yang signifikan

dalam pemerolehan hasil belajar siswa. Dengan temuan tersebut maka

peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe CIRC pada pelajaran bahasa Indonesia untuk membuktikan bahwa

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kerangka Berpikir

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model CIRC pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia diduga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, karena dalam pembelajarannya siswa dapat belajar secara

kelompok dan saling berdiskusi dan menanggapi sebuah wacana/kliping

yang diberikan oleh guru untuk dapat dikerjakan secara bersama-sama dan

siswa juga dapat menyatukan pendapat mereka yang berupa tanggapan

mengenai wacana yang telah disediakan oleh guru.Penjelasan mengenai

materi yang merupakan ceramah dari guru hanya dapat didengarkan siswa

saja dan tidak ada tanggapan darisiswa. Siswa cenderung monoton dalam

kegiatan pembelajaran tersebut, karena bagi siswa tidak ada kegiatan yang

menarik dari penjelasan dari guru yang berupa ceramah. Hal ini berakibat

hasil belajar siswa akan rendah dan kurang optimal.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

30

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model CIRC

sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

menggunakan metode CIRC ini, siswa dapat meningkatkan

keterampilannya dalam soal pemecahan masalah secara berkelompok yang

nantinya mereka akan termotivasi pada hasil yang akan diperoleh.Siswa

juga dapat memahami makna soal dengan mudah dan saling mengecek

pekerjaan antara siswa yang satu dengan yang lain, dalam hal ini model

pembelajaran CIRC membuat siswa menumbuhkan ketelitiannya dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Peran guru dalam model

CIRC tidak terlalu banyak, karena siswa dapat belajar melalui

kelompoknya namun, bila mereka mengalami kesulitan maka guru dapat

membantu dalam penyelesaian soal. Pembelajaran dengan menggunakan

model ini, akan menjamin keterlibatan oleh seluruh siswa, karena mereka

bisa mengungkapkan idenya, mengembangkan pemikirannya untuk

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan nantinya akan ditemukan

sebuah solusi dari masalah tersebut dengan cara menyimpulkan pendapat

dari masing-masing anggota kelompok.

Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran yang menggunakan

model CIRC ini diukur melalui tes (obyektif) dan non tes (unjuk kerja

dalam hasil diskusi kelompok). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat

digambarkan dalam kerangka berpikir seperti dibawah ini:

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

31

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir menggunakan Model CIRC

Penggunaan Model

pembelajaran CIRC

Siswa mengikuti

pembelajaran dengan

berkelompok secara

heterogen

Siswa lebih aktif karena

mendapatkan tugas yang

sama dalam kelompok

dan saling mengutarakan

pendapat

Siswa dapat lebih

memahami materi

karena belajar bersama

teman sekelompok

Hasil belajar siswa

meningkat

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7796/3/T1_292010048_BAB II.pdfmasyarakat yang berupa suara atau bunyi dan ... dasar untuk mata pelajaran bahasa

32

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis

yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Diduga melalui Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD

Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Diduga dengan penerapan Model pembelajaran tipe CIRC dapat

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD

Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

2.5 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan adalah tolak ukur keberhasilan dalam tindakan

perbaikan yang telah ditetapkan, sehingga akan memudahkan dalam

pengukuran tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Penelitian

ini akan dikatatakan berhasil jika indikator keberhasilan dapat tercapai

dengan patokan sebagai berikut:

1. Penelitian berhasil apabila pembelajaran tipe CIRC 80% telah di

terapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas 5 SD

Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Penelitian berhasil bila hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas

5 SD Kanisius Cungkup Salatiga Semester II Tahun Pelajaran

2013/2014 memperoleh rata-rata nilai hasil sesuai dengan KKM yaitu

72 dan presentase siswa tuntas sebanyak 80%.