BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota...

14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPS Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah, menurut Susanto (2013: 137) Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahnnya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik individu maupun kelompok, untuk menemukan kepentingan yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis. Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk membantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Pembelajaran IPS juga menyadarkan siswa bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat sehingga mereka harus bisa belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat. 2.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan kompetisi dasar

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2...kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota...

  • 5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Hakikat IPS

    Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu

    pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta

    kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan

    dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan

    menengah, menurut Susanto (2013: 137)

    Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian

    IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada

    pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam

    lingkungan sosialnya dan bahnnya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti:

    geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan

    mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang

    berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan

    masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik individu maupun kelompok,

    untuk menemukan kepentingan yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang

    baik dan harmonis.

    Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah

    perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk

    membantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh tentang

    berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Pembelajaran IPS juga

    menyadarkan siswa bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat sehingga

    mereka harus bisa belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.

    2.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD

    Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh siswa

    dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan kompetisi dasar

  • 6

    sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman dalam

    pembelajaran. Pada pembelajaran IPS juga terdapat kompetensi dasar yang harus

    dikuasai oleh setiap siswa.Tugas guru sebagai seorang pendidik adalah

    menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa mampu memahami materi

    sesuai dengan SK dan juga KD.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI kelas 4 yang

    akan digunakan adalah sebagi berikut:

    Tabel 2.1

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk

    SD/MI Kelas 4 Semester 1

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    1. Memahami sejarah,

    kenampakan alam, dan

    keragaman suku bangsa di

    lingkungan kabupaten/kota dan

    provinsi

    1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota,

    provinsi) dengan menggunakan skala sederhana

    1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan

    kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya

    dengan keragaman sosial dan budaya

    1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam

    serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di

    lingkungan setempat

    1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya

    setempat (kabupaten/kota, provinsi)

    1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di

    lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan

    menjaga kelestariannya

    1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-

    tokoh di lingkungannya

    Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

  • 7

    2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning

    2.2.1 Pengertian

    Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang

    berorientasi pada kerangka kerja teoritik kontruktivisme, focus pada masalah yang

    dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan

    dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut

    (Hamdayana, 2014: 210). Sedangkan menurut Tan dikutip oleh Rusman (2014: 229)

    menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

    pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul

    dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga

    siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

    berpikirnya secara berkesinambungan.

    Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaan menggunakan masalah

    nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai peluang bagi

    peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah dan

    berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru, berbeda dengan pembelajaran

    konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBL

    menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum

    mereka mengetahui konsep formal (Hosnan, 2014: 298)

    Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berfikir

    siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat memberdayakan,

    mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

    berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep yang berhubungan

    dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan masalah.

    Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana

    atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran

  • 8

    jangka panjang), merancang bahan-bahan pemebelajaran, dan membimbing

    pembelajaran di kelas atau yang lain menurut Joyce & Weil,1980 dikutip oleh

    (Rusman 2014 : 133). Model pembelajaran memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

    1. Urutan Langkah-langkah atau Sintak

    Menurut Ibrahim dan Nur (2000 :13) sintak pembelajaran model Problem

    Based Learning adalah a) Orientasi siswa pada masalah; b) Mengorganisasi

    siswa untuk belajar; c) Membimbing pengalaman individual atau kelompok;

    d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e) Menganalisis dan

    mengevaluasi proses pemecahan masalah

    2. Sistem Sosial

    Menurut Winataputra (2001 : 8) sistem sosial adalah situasi atau suasana dan

    norma yang berlaku dalam model tersebut. Dalam pembelajaran

    menggunakan model Problem Based Learning sistem sosial menekankan pada

    suasana kelas yang berlangsung secara demokratis, kooperatif dan penuh

    tanggungjawab sehingga timbul rasa yang nyaman dan rasa persahabatan

    dalam kelompok untuk memecahkan masalah.

    3. Prinsip Reaksi

    Menurut Winataputra (2001 : 8) prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang

    menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan

    para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon

    terhadap peserta didik. Prinsip ini mengatur guru hanya berperan sebagai

    “fasilitator”, dalam arti guru hanya mengarahkan peserta didik untuk

    memecahkan masalah.

    4. Sistem Pendukung

    Menurut Winataputra (2001 : 9) sistem pendukung adalah segala sarana,

    bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Agar

    dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning

    menunjukkan kelancaran, diperlukan perangkat pendukung yang terdiri dari :

    a) Kumpulan masalah IPS; b) Rencana pembelajaran yang disusun atas

  • 9

    prinsip Problem Based Learning; c) Lembar kerja siswa (LKS) yang memuat

    masalah-masalah IPS dan; d) Penilaian pembelajaran yang lengkap dengan

    pedoman penskoran masalah IPS.

    5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

    Menurut Winataputra (2001 : 9) dampak instruksional adalah hasil belajar

    yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan

    yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya

    yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya

    suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan

    langsung dari pengajar. Model Prolem Based Learning ini memiliki dampak

    pembelajaran bagi siswa. Hal ini merupakan kompetensi yang ingin dicapai

    melalui model pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang

    melliputi kompetensi peserta didik :

    a. Mengerti konsep, prinsip dan ide-ide dalam pembelajaran IPS di

    kehidupan sehari-hari

    b. Memilih proses dan strategi pemecahan masalah

    c. Penggalian Informasi

    Dampak pengiring melalui model Problem Based Learning diharapkan

    dapat dibentuk sikap jujur, bertanggungjawab, disiplin, bekerja sama, teliti,

    percaya diri, mandiri, serta rasa ingin tahu.

    Dampak yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS materi

    “Kenampakan Alam” dengan menggunakan model “Problem Based Learning

    (PBL)” adalah jujur, bertanggungjawab, disiplin, bekerja sama, teliti, percaya

    diri, mandiri serta rasa ingin tahu.

  • 10

    Gambar 2.1:

    Dampak instruksional dan pengiring model Problem Based Learning (PBL)

    Keterangan :

    2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning

    Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga

    model belajar Problem Based Learning ,Menurut (Trianto, 2014: 68) kelemahan dan

    kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

    Jujur

    Tanggung

    jawab

    Disiplin

    Teliti

    Kerja

    sama

    Mandiri

    Problem Based

    Learning (PBL)

    Kemampuan

    mengidentifikasi ciri-ciri

    dan manfaat kenampakan

    alam terhadap kehidupan

    sosial

    Kemampuan

    mengidentifikasi peristiwa

    alam yang pernah terjadi

    Kemampuan mengidentifikasi

    peristiwa alam dan

    pengaruhnya terhadap

    kehidupan sosial

    Percaya Diri

    Rasa Ingin

    Tahu

    Dampak Instuksional:

    Dampak Pengiring :

  • 11

    Kelebihan :

    a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang

    menemukan konsep tersebut

    b. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan

    berpikir siswa yang lebih tinggi

    c. Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki siswa sehingga

    pembelajaran lebih bermakna

    d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang

    diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat

    meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari

    e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu meemberi aspirasi dan

    menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di

    antara siswa

    f. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap

    pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian keyuntasan belajar siswa

    dapat diharapkan

    Kelemahan :

    a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah

    yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan

    untuk mencoba

    b. Keberhasilan pembelajran melalui Problem Based Leraning ini membutuhkan

    cukup waktu untuk persiapam

    c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah, maka

    mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

    2.2.3 Langkah –Langkah Model Problem Based Learning

    Langkah – langkah atau sintak Problem Based Learning menurut

    Hamdayana (2014: 212) adalah sebagai berikut :

  • 12

    Tabel 2.2

    Sintak Problem Based Learning

    Fase Indikator Tingkah laku guru

    1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,

    menjelaskan logistik yang diperlukan,

    dan memotivasi siswa terlibat pada

    aktivitas pemecahan masalah.

    2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan

    mengorganisasikan tugas belajar yang

    berhubungan dengan masalah tersebut.

    3. Membimbing pengalaman

    individual / kelompok

    Mendorong siswa untuk mengumpulkan

    informasi yang sesuai, melaksanakan

    eksperimen untuk mendapatkan

    penjelasan dan pemecahan masalah

    4. Mengembangkan dan menyajikan

    hasil karya

    Membantu siswa dalam merencanakan

    dan menyiapkan karya yang sesuai

    laporan, dan membantu mereka untuk

    berbagai tugas dengan temannya.

    5. Menganalisis dan mengevaluasi

    proses pemecahan masalah

    Membantu siswa untuk melakukan

    refleksi atau evaluasi terhadap

    penyelidikan mereka dan proses yang

    mereka gunakan

    Sumber : Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (2014: 212)

    2.2.4 Karakteristik Problem Based Learning

    Karakteristik Problem Based Learning menurut (Rusman 2014: 232) adalah:

    a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

    b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

    dan tidak terstruktur

  • 13

    c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

    d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa, sikap, dan

    kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan

    bidang baru dalam belajar.

    e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

    f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi

    sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM

    g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

    h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya

    dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah

    permasalahan.

    i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

    proses belajar.

    j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

    2.2.5 Komponen – Komponen model Problem Based Learning

    Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut (Hosnan

    2014:300) adalah sebagai berikut:

    a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

    b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu

    c. Penyelidikan yang autentik

    d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya

    e. Kolaborasi

    2.3 Hasil Belajar

    Nana Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

    hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

    psikomotorik. Oemar Hamalik (2013:33) juga menyatakan bahwa hasil belajar

    adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada

  • 14

    seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

    menjadi mengerti.

    Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan bahwa

    hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat berupa

    dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan

    peserta didik.

    Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari proses belajar

    yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.Atau adanya perubahan

    dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

    menjadi mengerti.

    2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

    Beberapa penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran Problem Based

    Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa diantaranya adalah: Penelitian yang

    dilakukan oleh Frizta Wahyu Pety, Perida dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil

    Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Problem Based

    Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan

    Semester II Tahun 2012/2013” Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis, S dan Mc

    Taggart, R dengan menggunakan 2siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap

    yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan (3)

    refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4SDN 6 Depok Kecamatan Toroh

    Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.Sebanyak 24 siswa. Hal

    ini nampak pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus

    sebesar 29,17%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat

    menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil penelitian ini

    disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD terutama dalam

    http://repository.uksw.edu/browse?type=author&value=Perida%2C+Frizta+Wahyu+Pety

  • 15

    menggunakan model Problem Based Learning.

    Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul

    “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

    untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester I SD

    Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2013/2014”.Permasalahan

    dalam penelitan tindakan kelas ini ialah hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD

    Negeri Batiombo 02 hasilnya rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes

    matematika 23 siswa kelas 6 yang tuntas hanya 14 siswa (60,26%), dan 9 siswa

    (39,13%) tidak tuntas, dan nilai rata-rata kelas 63,26. Kondisi tersebut masih jauh

    dari yang diharapkan. Pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP kelas 6 SD

    Negeri Batiombo 02 dianggap tuntas apabila 75% siswanya mencapai nilai ≥ 60.

    Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah observasi dan tes. Hasil

    belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 39,13%

    dengan rata-rata kelas 63,26 setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan

    belajar siswa 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30. Pada siklus 2 ketuntasan belajar

    siswa 100% dengan nilai rata-rata kelas 71,08 Berdasarkan hasil penelitian dapat

    disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasisi masalah (PBL)

    dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02

    Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

    Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Novi Andriastutik, Siti dengan

    judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran

    Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5

    Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/2013” Penelitian

    dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah

    diterapkan model problem based learningdalam proses pembelajaran matematika di

    kalangan siswa kelas 5 semester II SD Negeri 6 Sindurejo. Penelitian ini merupakan

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Teknik observasi

    digunakan untuk mengetahui tingkah laku siswa dan aktifitas guru selama proses

    pembelajaran.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

    http://repository.uksw.edu/browse?type=author&value=Novi+Andriastutik%2C+Siti

  • 16

    komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I, dan

    siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini

    menunjukan bahwa penerapan model problem based learning dalam pembelajaran

    matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini

    dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I dan

    siklus II diperoleh peningkatan yaitu 62,3 pada prasiklus, 66,9 pada siklus I dan

    meningkat menjadi 77,5 pada siklus II. Serta ketuntasan hasil belajar matematika

    siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu 44% pada prasiklus, 72% pada

    siklus I serta meningkat menjadi 94% pada siklus II. Saran, kegiatan pembelajaran

    matematika hendaknya menggunakan model problem based learningkarena model

    tersebut dapat menjebatani karakteristik siswa pada operasional kongkrit dengan

    karakteristik matematika yang abstrak.

    Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih, Ralita Ayu dengan

    judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Problem

    Based Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Candisari Kecamatan Ampel

    Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014”. Tujuan penelitian ini yang

    pertama adalah menjelaskan bagaimana Problem Based Learning (PBL) dalam

    meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Candisari. Sedangkan

    tujuan yang kedua adalah meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan

    model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

    kelas dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri atas 2

    siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable x yaitu hasil belajar dan

    variable y model Problem Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini adalah siswa

    kelas IV yang berjumlah 30 siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi

    peningkatan hasil belajar dari pra siklus rata-rata 67,5, siklus I rata-rata 78 dan siklus

    II rata-rata 85,5. Peningkatan ketuntasan belajar terjadi secara bertahap dari pra siklus

    tuntas 14 siswa (46,7%), siklus I tuntas 23 siswa (76,7%) dan siklus II tuntas 27 siswa

    (90%). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Problem Based

  • 17

    Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD

    Negeri 01 Candisari kecamatan Ampel kabupaten Boyolali.

    2.5 Kerangka Pikir

    Kerangka pikir dengan model Problem Based Learning akan dijelaskan pada

    skema berikut :

    Sintak atau Langkah-Langkah

    Gambar 2.2: Kerangka Pikir Problem Based Learning (PBL)

    Model PBL

    Orientasi Siswa pada

    Masalah

    Mengorganisasi Siswa

    untuk Belajar

    Membimbing Pengalaman

    Kelompok

    Mengembangkan dan

    Menyajikan Hasil Karya

    Menganalisis dan

    Mengevaluasi Proses

    Pemecahan Masalah

    Teliti

    Rasa Ingin

    Tahu

    Disiplin

    Kerja Sama

    Percaya Diri

    Tanggung

    Jawab

    Jujur

    Mandiri

    Mengidentifikasi

    ciri-ciri dan

    manfaat

    kenampakan alam

    terhadap

    kehidupan sosial

    Mengidentifika

    si peristiwa

    alam yang

    pernah terjadi

    Mengidentifikasi

    peristiwa alam dan

    pengaruhnya

    terhadap kehidupan

    sosial

    Hasil

    Belajar

  • 18

    2.6 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan

    sebagai berikut: Jika penggunaan model Problem Based Learning (PBL) maka dapat

    meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SDN Kesongo 04 Kabupaten

    Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan presentase 85%.