BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1...

21
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori 2. 1.1 Metode Inquiry 2.1.1.1 Pengertian Metode Inquiry Metode menurut Sanjaya (2011) merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode inquiry menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Menurut Roestiyah (Rohana,2009) metode inquiry merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas, dimana guru membagi tugas suatu masalah didalam kelas. Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru. Menurut Piaget (Wafi, 2009) metode inquiry merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakuka0n sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Sanjaya (2011) mengemukakan metode inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Landasan Teori

2. 1.1 Metode Inquiry

2.1.1.1 Pengertian Metode Inquiry

Metode menurut Sanjaya (2011) merupakan cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan

yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode inquiry menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka

dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya

perubahan perilaku. Menurut Roestiyah (Rohana,2009) metode inquiry merupakan

suatu tehnik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas, dimana

guru membagi tugas suatu masalah didalam kelas. Siswa dibagi kedalam kelompok,

setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru. Menurut Piaget

(Wafi, 2009) metode inquiry merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa

pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa

yang terjadi, ingin melakuka0n sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan

mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan

penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang

ditentukan peserta didik. Sanjaya (2011) mengemukakan metode inquiry adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis

dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab

antara guru dan siswa.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

7

2.1.1.2 Macam-Macam Metode Inquiry

Menurut Nanang dan Cucu (2009), metode inquiry dibagi menjadi tiga jenis

berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis

metode itu adalah:

1. Inquiry terbimbing.

Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru membimbing

siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaanawal dan mengarahkan pada

suatu diskusi. Guru mempunyai peranaktif dalam menentukan permasalahan dan

tahap-tahappemecahannya. Metode inquiry terbimbing ini digunakan bagisiswa yang

kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry.Dengan pendekatan ini

siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingandan petunjuk dari guru hingga siswa

dapat memahami konsep-konseppelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan

pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi

kelompokmaupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah danmenarik

suatu kesimpulan secara mandiri.

2. Inquiry bebas

Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah

yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,

merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses

pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari

metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan

mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung

bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi

Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih

dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban.

Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat

diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

8

relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa

dalam kelompok lain.

2.1.1.3 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry

Menurut Wina Sanjaya (2011), secara umum proses pembelajaran dengan

menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap

melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting,

keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas

menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan

masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri,

oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang

sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

9

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang

dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)

pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat

merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang

dikaji.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metodeinquiry,mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi

harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang

akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry merupakan sebuah

metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa

yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan

prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

10

Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi

hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini siswa

dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah

sendiri. Metode ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti,

menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-

langkah pembelajaran inquiry yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari

orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan,

guru hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok.

Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan

disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri.

Pada prinsipnya, inquiry adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka

peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa

dalam pembelajaran inquiry adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan

sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan

mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan

berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui

penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Dengan demikian dalam penelitian ini,

peneliti memilih metode inquiry terbimbing, karena guru yang berperan dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan

masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.

2.1.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry

Menurut Wina Sanjaya (2011) metode inquiry memiliki beberapa keunggulan

dan juga kelemahan, adapun keunggulannya seperti:

a. Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap

lebih bermakna.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

11

b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Merpakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat

adanya pengalaman.

d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata.

Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahan metode inquiry yaitu:

a. Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan

siswa dalam belajar.

c. Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai

materi pelajaran, maka metode inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap

guru.

Uraian diatas merupakan keunggulan dan kelemahan dari metode inquiry. Jika

dilihat dari kelemahannya memang begitu banyak kelemahan yang mengacu pada

pengelolaan kelas. Namun dari segi kelebihan inquiry cukup banyak diantaranya

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Metode

inquiry memang mempunyai kelemahan tetapi dengan inquiry terbimbing kelemahan

tersebut dapat diminimalisir, terlebih karena siswa-siswa yang diteliti baru pertama

kali menggunakan metode inquirydalam proses belajar mengajar.

2. 1.2 Pembelajaran di Luar Kelas

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran di Luar Kelas

Pembelajaran di luar kelasmenurut Indramunawar (Susanti, 2010) adalah

kegiatan di alam bebas atau kegiatan di luar kelas dan mempunyai sifat

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

12

menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar

mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam, yang dapat

disajikan dalam bentuk permainan, observasi/pengamatan, simulasi, diskusi dan

petualangan sebagai media penyampaian materi. Berdasarkan uraian di atas,

pembelajaran di luar kelas adalah suatu kegiatan pembelajaran di luar kelas yang

dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan bagi siswa sebagaimana

layaknya seorang anak yang sedang bermain di alam bebas dan kegiatan di luar

kelasjuga dapat menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan karena dengan mengamati

sendiri siswa akan mengetahui keindahan alam dan cara untuk menjaga atau

melestarikan lingkungan sekaligus dapat mewujudkan nilai-nilai spiritual siswa

mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan kegiatan di luar kelas adalah suatu

kegiatan pembelajaran di luar kelas yang berorientasi pada alam sekitar yang

mempunyai sifat menyenangkan dan dapat mewujudkan nilai spiritual siswa

mengenai keindahan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara mengamati,

menyelidiki, menemukan sendiri segala sesuatu ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Peranan lingkungan sebagai sumber belajar sering dilupakan, padahal sumber

belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak, menurut

Anggani S ( Yuliarto, 2010). SedangkanAbdurrahman(2007: 100)mengungkapkan

bahwa saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna bahwa selama

mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikanyang

berorientasi pada alam sekitar. Mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan

menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati

dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, cara ini lebih bermakna

disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya

secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan, (W. Gulo, 2004: 208).

Berdasarkan uraian di atas bahwa kegiatan pembelajaran yang berorientasi

pada lingkungan luar kelas dapat digunakan sebagai sumber belajar karena

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

13

pembelajaran akan lebih bermakna jika sistem pembelajaran diprioritaskan di alam

sekitar atau sekitar lingkungan anak. Pembelajaran di luar kelas yang berorientasi

pada alam sekitar atau lingkungan, kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah dan dapat mengubah cara belajar yang monoton yang hanya

mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa mengedepankan nilai kualitatif atau proses.

Dan kegiatan di luar kelas dapat digunakan sebagai pembelajaran yang berorientasi

pada lingkungan luar kelas, karena kegiatan ini dilaksanakan di alam bebas.

Menurut Abulraihan (Yuliarto, 2010) lingkungan bisa lingkungan sekolah dan

luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang

dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran

yang tepat sesuai situasi lingkungan. Belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar dapat

juga dilaksanakan di alam bebas, tatkala siswa-siswa sudah jenuh di dalam kelas,

(Martinis Yamin, 2007: 176).

Dari teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan di luar kelas

yang berorientasi pada lingkungan luar kelas atau kegiatan pembelajaran luar kelas

dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sebagai sumber-sumber pengetahuan.

Kegiatan di luar kelas dapat digunakan pada setiap pembelajaran karena

kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mengubah cara

belajar yang monoton yang hanya mementingkan nilai kuantitatif saja tanpa

mengedepankan nilai kualitatif atau proses, artinya siswa secara aktif dilibatkan

secara langsung atau siswa dapat mengamati secara langsung sesuatu yang ada di

sekitar mereka. Pembelajaran yang dilakukan di luar kelas juga mempunyai

keunggulan yaitu kegiatan pembelajaran ini mempunyai sifat menyenangkan, karena

kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang

Maha Kuasa yang terbentang di alam dan di dalam pembelajaran kegiatan di luar

kelas kita dapat memasukkan pembelajaran secara spiritual.

2.1.2.2 Manfaat Pembelajaran di Luar Kelas

Manfaat Pembelajaran di luar kelas menurut W. Gulo (2004) yaitu:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

14

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena kegiatan belajar lebih

menarik dan tidak membosankan.

2. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di

lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan

kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta lingkungan.

3. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan

keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

4. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga

kebenarannya lebih akurat.

5. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat

dilakukakan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara,

membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.

6. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa

beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan

buatan.

7. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja

8. Melatih siswa untuk mengkontruk konsep dari pengalaman-pengalaman yang

menyenangkan.

9. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung

10. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan kegiatan di luar kelas siswa

dapat membangun pengalamam belajarnya atau pengetahuannya sendiri karena siswa

belajar dengan mencari, menyilidiki, mengamati sehingga siswa dapat membangun

konsepnya sendiri dan siswa juga terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran

(learning by doing) sehingga siswa akan segera mendapat umpan balik tentang

dampak dari kegiatan yang dilakukan. Pembelajaran di luar kelas kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau secara objektif dan jujur karena dipelajari

dengan cara mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau

mendemonstrasikan, menguji fakta dan tidak hanya sebatas pada tingkat verbal atau

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

15

penjelasan saja.Pembelajaran di luar kelasjuga dapat menumbuhkan rasa cinta akan

lingkungan karena dengan mengamati sendiri siswa akan mengetahui keindahan alam

dan cara untuk menjaga atau melestarikan lingkungan, siswa juga akan lebih

termotivasi karena mereka sendirilah yang mencari atau menyelidiki untuk

membangun pengalaman atau pengetahuannya sendiri, karena hal itulah pembelajaran

di luar kelas lebih menarik.

Dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran di luar kelas bahwa penyampaian

suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman langsung cepat meresap ke daya

tangkap pikiran manusia. Sehingga siswa di dalam belajar akan lebih memahami

materi yang disampaikan oleh guru. Karena siswa belajar secara langsung

berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan, dan siswa belajar tidak hanya

dengan mendengar penjelasan guru, tetapi dengan cara mengamati, menyelidiki,

mencari, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji

fakta sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara jujur dan objektif

atau secara ilmiah.

Dari uraian di atas maka metode inquirydengan pembelajaran di luar kelas

adalah suatu metode yang mengkolaborasikan antara inquiry dengan pembelajaran di

luar kelas untuk melatih siswa berpikir kritis dan analitis dengan menggunakan

lingkungan sekitar sebagai obyek dalam pembelajaran sehingga memupuk hati dan

jiwa siswa untuk menghargai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.3 Belajar

2.1.3.1. Pengertian belajar

Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah

belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan

bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. (Aqip, 2002:43).

John Dewey (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:44) menyatakan bahwa

belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

16

maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan

pengarah.

Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam

pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh

perubahan siswa dalam hal perilaku siswa.

2.1.3.2. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah: “Pola-pola perbuatan, nilai-

nilai pengertian, sikap, apresiasi, dan ketrampilan’. Hasil belajar merupakan tolok

ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang

hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar.

Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil

belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:17), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan bahwa, ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi 3, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

2.1.3.2.1. Ranah Kognitif

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:26) mengemukakan adanya

enam kelas/tingkatan yaitu:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

17

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang

dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

2.1.3.2.2.Ranah Afektif

Kratwohl & Bloom dalam Dimyati dan Mudjiyono (2009:27) mengemukakan

ranah afektif sebagai berikut:

1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan hal tersebut.

2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan hidup.

5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Penilaian afektif pada penelitian ini menggunakan motivasi belajar siswa.

Dengan mengetahui tingkat motivasi belajar siswa akan lebih mudah menilai hasil

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

18

belajar siswa pada ranah afektif. Karena siswa yang motivasi belajarnya baik, maka

hasil belajar pada ranah kognitif dan psikomotor juga akan lebih baik.

2.1.3.2.2.1. Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki

komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara motivasi dan

kebutuhan, serta drive dengan tujuan dan insentif. (Aqib, 2010:50).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta

didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar

adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan

lama. (Suprijono, 2009:163).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik internal maupun eksternal

yang dapat merubah perilaku. Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh

energi, terarah, dan bertahan lama.Mc Clleland dalam Arfiandi (2011:13)

mengemukakan 6 (enam) aspek motivasi belajar pada individu :

a) Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai

motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya

dan selalu menerima tugas dengan senang hati.

b) Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu individu akan

selalu mengharapkan hasil atau feedback dari setiap pekerjaan yang

dilakukannya.

c) Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu sulit tetapi

juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan dalam tugas, serta

dimungkinkan diraih dengan hasil yang memuaskan, yaitu individu akan tertarik

dengan tugas yang menantang serta memberikan hasil yang maksimal.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

19

d) Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar

tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaannya sebaik mungkin dan

pantang menyerah.

e) Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan (spekulasi dan

untung-untungan), yaitu individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan

menghindari pekerjaan yang asalasalan atau berspekulasi karena setiap tugas

yang dikerjakan penuh dengan pertimbangan.

f) Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan

meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat relisties, yaitu individu yang

mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu bersikap realistis dan

mengutamakan keberhasilan dalam tugas.

2.1.3.2.3 Ranah psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku (Dimyati dan Mudjiyono

(2009:29).

1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskriminasikan)

hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana

akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh,

atau gerakan peniruan.

4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa

contoh.

5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau

keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien, dan tepat.

6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan

dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang berlaku.

7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas

dasar prakarsa sendiri.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

20

2.1.4 Pengertian Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.

IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah

diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka

melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003 : 11)

Menurut Suyoso (dalam Danang, 2011:13) IPA sendiri berasal dari kata sains

yang berarti alam. Sains merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia melalui

metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara

universal. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006tentang Standar Isi, Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA merupakan

suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga dapat

mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

2. 2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain yang

digunakan sebagai bahan kajian yang relavan. Adapun penelitian-penelitian yang

berkaitan dengan variabel penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

21

Wafi Rif`atul Himmah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan

Metode Inquiry Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada

Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup 2 Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora

Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya

ada peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap,

dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas dalam

belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa (78,57

%) yang telah tuntas, dan pada Siklus 2 ketuntasan belajar siswa menjadi 100%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiry dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di SD Negeri Tutup 2

Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010.

Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV ada 28 siswa, 13 siswa laki-laki dan 15

siswa perempuan.

Dwi Wahyuningsih (2009) dalam skripsinnya yang berjudul “Efektivitas

Penggunaan metode Pembelajaran Inquiry Dalam Meningkatkan Hasil belajar IPS

Tentang Aktivitas Ekonomi Melalui Pengembangan Asesmen Pembelajaran Bagi

Siswa Kelas IV SD Negeri Mudal Mojotengah Wonosobo Semester 2 tahun

2009/2010”,menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inquiry dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV, hal tersebut nampak pada: jumlah

siswa yang tuntas dalam pembelajaran yang tidak menggunakan metode inquiry

sebesar 50%, yang menggunakan metode inquiry pada siklus I sebesar 86,36 % dan

pada siklus 2 sebesar 100 %, yakni peningkatan ketuntasan terjadi sebesar 36,36 %

dan 13,64 %. Didalam penelitian ini ada 22 siswa, 13 siswa laki-laki dan 9 siswa

perempuan.

Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian

itu ada perbedaan. Misalnya pada penelitian Wafi (2009) mengkaji tentang

penggunaan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV

padamata pelajaran IPA. Ini merupakan suatu kelebihan, karena semua siswa dapat

tuntas walupun melalui dua tahap yaitu siklus I dan siklus 2. Kemudian Dwi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

22

(2009),mengkaji tentang penggunaan metodel pembelajaran inquiry dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV tentang aktivitas ekonomi melalui

pengembangan asesmen pembelajaran. Dalam penelitian Dwi ini juga merupakan

suatu kelebihan, karena semua siswa juga mengalami ketuntasan dalam belajar. Pada

siklus I siswa yang tuntas dalam pembelajarn dengan menggunakan metode inquiry

mencapai 83,36%, dan siklus 2 100% siswa tuntas. Walaupun kedua penelitian

tersebut berbeda tetapi intinya sama yaitu penggunaan metode inquiry dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi dapat diartikan bahwa penggunaan metode

inquiry itu dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Kedua penelitian tersebut walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan

dengan penelitian ini. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada

penelitian ini menekankan penggunaan metode inquiry dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

2. 3 Kerangka Berpikir

Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai salah

satu sumber belajar. Peran guru sebagai sumber belajar sangatlah penting dimana

guru harus lebih menguasai materi pelajaran/bahan ajar. Tidak hanya itu guru harus

lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki

pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran IPA adalah melalui metode inquiry dengan pembelajaran

di luar kelas, dimana metode ini didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

23

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

(Sanjaya, 2011). Diharapkan dengan memanfaatkan metode inquiry dengan kegiatan

di luar kelas dalam pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Dengan metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena

membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan

jawaban dari masalah itu. Melalui pemanfaatan metode inquirydengan pembelajaran

di luar kelas ini siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pada

mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran,

motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran

sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.Dengan

diterapkanya pembelajaran yang menggunakan metode inquirydengan pembelajaran

di luar kelas ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

Dan sebagian besar siswa nilainya mencapai hasil yang baik.Berdasarkan uraian

tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka pikir dengan skema dibawah ini:

Mengumpulkan data

Menguji hipotesis

Merumuskan kesimpulan

Kognitif

Siswa membuat hipotesis,

menemukan sendiri, dan membuat kesimpulan

Metode

Inquiry dengan

pembelajarand

i luar kelas

Orientasi

Merumuskan masalah

Merumuskan hipotesis

Afektif

Siswa mengemukakan

pendapat dan saling b k j

Psikomotor

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

24

Gambar. 2.1. Skema Kerangka Berpikir

2. 4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu :

1. Metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas efektif terhadapa hasil belajar

kognitif pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Gugus Bung Hatta

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan .

Hal ini diukur dari:

a. µ1 > µ2(rata-rata hasil belajar kognifif dengan metode inquiry dengan

pembelajaran di luar kelas lebih besar dari pada hasil belajar kognitif dengan

metode konvensional)

b. Ho:µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar

kognifif dengan metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas lebih besar

dari pada hasil belajar kognitif dengan metode konvensional )

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

25

Ha :µ1 ≠ µ2(ada perbedaan yang signifikan antararata-rata hasil belajar

kognifif dengan metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas lebih besar

dari pada hasil belajar kognitif dengan metode konvensional )

2. Metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas efektif terhadapa hasil belajar

afektif pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Gugus Bung Hatta

Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.

Hal ini diukur dari:

a. µ3> µ4(rata-rata hasil belajar afektif dengan metode inquiry dengan

pembelajaran di luar kelas lebih besar dari pada hasil belajar afektif dengan

metode konvensional)

b. Ho:µ3 = µ4(tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar

afektif dengan metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas lebih besar

dari pada hasil belajar afektif dengan metode konvensional )

Ha :µ3 ≠ µ4(ada perbedaan yang signifikan antararata-rata hasil belajar afektif

dengan metode inquiry dengan pembelajaran di luar kelas lebih besar dari

pada hasil belajar afektif dengan metode konvensional )

3. Metode inquirydengan pembelajaran di luar kelas efektif terhadap hasil belajar

psikomotor siswa kelas IV SD dengan aspek mengidentifikasi sumber-sumber

energi panas, mendemonstrasikan adanya perpindahan panas, membuat daftar

sumber-sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar,menyimpulkan bahwa

bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, menunjukkan bukti perambatan

bunyi pada benda padat, cair, dan gas, serta menunjukkan bahwa bunyi dapat

dipantulkan atau diserap jika penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34.

.

Keterangan

μ1= Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode inquiry

dengan pembelajran di luar kelas

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 2. 1.1 Inquiryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/788/3/T1_292008020_BAB II.pdf · ... dan logis sehingga mereka dapat menemukan ... bagaimana cara

26

μ2= Rata-rata hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.

μ3= Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode inquiry

dengan pembelajran di luar kelas

μ4= Rata-rata hasil belajar afektif siswa yang belajar menggunakan metode

konvensional.