BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem...

16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning 2.1.1Pengertian Menurut Novitasari dan Anugraheni (2017:77-83) Pengertian pembelajaran berbasis masalah adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi pelajaran . Selain itu menurut Saputri, dkk (2015:1-8) model problem based learning ini merupakan penyajian situasi autentik dan bermakna yang bertindak sebagai landasan bagi penyelidikan dan inkuiri siswa, oleh karena itu siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa, memecahkan masalah dan siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan dengan pengertian tersebut Anugraheni (2018:9-18 ) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning atau dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran serta mengutamakan permasalahan nyata baik di lingkungan sekolah, rumah, atau masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep yang berhubungan dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan masalah.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning

2.1.1Pengertian

Menurut Novitasari dan Anugraheni (2017:77-83) Pengertian pembelajaran

berbasis masalah adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan

atau memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa

dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi

pelajaran . Selain itu menurut Saputri, dkk (2015:1-8) model problem based

learning ini merupakan penyajian situasi autentik dan bermakna yang bertindak

sebagai landasan bagi penyelidikan dan inkuiri siswa, oleh karena itu siswa lebih

termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan

keterampilan berpikir siswa, memecahkan masalah dan siswa menjadi pembelajar

yang mandiri.

Sejalan dengan pengertian tersebut Anugraheni (2018:9-18 ) mengungkapkan

bahwa model pembelajaran Problem Based Learning atau dalam model

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran serta mengutamakan permasalahan nyata baik

di lingkungan sekolah, rumah, atau masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan

masalah. Pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan

berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep

yang berhubungan dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan

masalah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

9

2.1.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu

juga model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut (Warsono dan

Hariyanto, 2012:152) Kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai

berikut:

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang

untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran

dikelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-

hari (real world).

b. Menumpuk solidaritas dengan terbiasa bediskusi dengan teman-teman.

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

d. Membiasakan siswa melakukan eksperimen.

Kelemahan dari penerapan model Problem Based Learning ini antara

lain:

a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa pada pemecahan

masalah

b. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.

c. Aktivitasnya sulit dipantau

2.1.3 Langkah –Langkah Pendekatan Problem Based Learning

Langkah–langkah atau sintak Problem Based Learning (PBL) menurut

Rusman (2014:243) adalah sebagi berikut :

Tabel 2.1

Sintak Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah laku guru

1. Orientasi siswa pada

masalah

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistic yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

10

2. Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman

individual / kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai laporan, dan

membantu mereka untuk

berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang mereka gunakan

Sumber : Model-model pembelajaran (Rusman : 2014:243)

2.1.4 Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut Rusman (2014: 232)

adalah:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata dan tidak terstruktur

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa,

sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

11

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam

PBM

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses belajar.

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

1.1.5 Komponen – Komponen model Problem Based Learning

Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut Hosnan

(2014:56) adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu

c. Penyelidikan yang autentik

d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya

e. Kolaborasi

1.2 Berpikir Kritis

Berpikir merupakan aktivitas yang melibatkan proses memanipulasi dan

merubah informasi yang ada dalam ingatan. Pada saat berpikir, kita berpikir

untuk membentuk suatu konsep, pertimbangan, berpikir kritis, membuat

keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Menurut R.Ennis

(2007:186) dalam .....Critical thinking is reasonable, reflective thinking that

is focused on deciding what to belief or do.... Berpikir kritis bersifat

reasonable dan berpikir reflektif yang difokuskan pada memutuskan apa yang

harus dipercayai dan apa yang harus dilakukan. Artinya ketika menggunakan

berpikir kritis akan dapat memutuskan dengan tepat apa yang seharusnya

dipercayai dan apa yang harus dilakukan. Berpikir kritis merupakan proses

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

12

intelektual dan penuh konsep akan keterampilan yaitu (1) mengaplikasikan;

(2) menganalisa; (3) mensintesa; (4) mengevaluasi darimana suatu informasi

diperoleh; (5) atau men-generalisasi hasil dari proses observasi, pengalaman,

refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai dasar untuk dipercaya dan apa

yang akan dilakukan.

Menurut Setyowati, dkk (2011: 90-91) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir

peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih informasi dengan tujuan

memperoleh pengetahuan melalui pengujian terhadap gejala-gejala

menyimpang dan kebenaran ilmiah. Sedang kan menurut De Porter. dkk

(2013:298) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah salah satu keterampilan

tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan

berpikir kreatif. Menurut Dike (2010:18-24), Kemampuan berpikir kritis

(critical thingking) adalah mendefinisikan permasalahan menilai dan

mengolah informasi berhubungan dengan masalah dan membuat solusi

permasalahan kemampuan berpikir kritis siswa dapat mempertimbangkan

pendapat orang lain serta mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri.

Selain itu menurut Nuraini S, dkk, (2017 :123-131) menyatakan bahwa

kemampuan berpikir kritis dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk

menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang

benar dan rasional, analisis asumsi dan interpretasi logis.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang baik yaitu hendaknya membantu atau memberikan jalan

keluar bagi siswa untuk dapat meningkatkan daya pikir kritis serta partisipasi

siswa. Ketrampilan berpikir kritis melatih siswa untuk membuat keputusan

dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis serta memcahkan

masalah. Dari beberapa pendapat para ahli diatas mengenai berpikir kritis,

maka dapat diartikan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses aktif dan

cara berpikir secara teratur serta secara sistematis guna memahami informasi

yang secara mendalam, sehingga kemudian membentuk sebuah keyakinan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

13

tentang kebenaran dari informasi yang didapatkan atau pendapat-pendapat

yang di sampaikan.

Menurut Krulik dan Rudnick seperti yang dikutip dalam Trianto

(2010:85) penalaran meliputi berpikir dasar basic thingking), berpikir kritis

(critical thingking), dan berpikir kreatif(creative thingking). Terdapat delapan

buah penelitian yang dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji

, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau

masalah, memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah,

mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi , memvalidasi, dan

menganalisis infornasi menentukan masukakal atau tidaknya sebuah jawaban,

menarik kesimpulan yang valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.

Meskipun beberapa pendapat berbeda, pada hakikatnya memiliki

kesamaan pada aspek mengumpulkan informasi, mengevaluasi, dan

menggunakan informasi secara efektif. Menurut pendapat Ennis (2007:156)

yang secara singkatnya menyatakan bahwa terdapat enak unsure dasar dalam

berpikir kritis, yaitu fokus, alasan , kesimpulan, situasi, kejelasan dan tinjauan

ulang.

Maka dibawah ini dijelaskan tahap-tahap dalam berpikir kritis Menurut

Ennis (2011) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tahap-tahap Berpikir Kritis

No Tahapan Uraian

1. Fokus Langkah awal dari berpikir kritis adalah

mengidentifikasi masalah dengan baik. Permasalahan

yang menjadi focus bisa terdapat dalam kesimpulan

sebuah argumen

2. Alasan Menganalisis alasan – alasan yang diberikan apakah

logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang

tercantum dalam fokus

3. Kesimpulan Jika alasan yang diberikan sudah tepat, kembali

dianalisis apakah alasan tersebut dapat sampai kepada

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

14

simpulan yang diberikan atau tidak

4. Situasi Mencocokan dengan situasi yang sebenarnya

5. Kejelasan Harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang

dipakai dalam argument tersebut sehingga tidak

terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan.

6. Tinjauan

Ulang

Artinya perlu di cek kembali apa sudah ditemukan,

diputuskan, diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.

sumber : Tahapan berpikir kritis menurut Ennis (2011).

2.2.1 Komponen Kemampuan Berpikir Kritis

Pendapat para ahli yang tergabung didalam APA (American

Philosophical Association) seperti yang dituliskan didalam Sulistiono,dkk

(2014:46-55) menyebutkan komponen berpikir kritis, diantaranya :

a. Interpretasi, yaitu kemampuan didalam memberikan suatu pandangan atau

pendapat mengenai suatu hal, situasi, peristiwa atau kejadian, suatu

keputusan, sebuah kepercayaan, peraturan-peraturan dan lain sebagainya.

b. Analisis, yaitu suatu kemampuan didalam mengidentifikasi keadaan yang

masih ada hubungannya dengan pertanyaan, pernyataan, dan konsep yang

digunakan sebagai pertimbangan didalam menyatakan pendapat dan

keputusan.

c. Evaluasi, yaitu suatu kemampuan didalam menilai kredibilitas atau tingkat

kepercayaan terhadap pernyataan dan pandangan seseorang mengenai

suatu hal, situasi, serta peristiwa yang kemudian dibuat sebuah

kesimpulan.

d. Inference, yaitu kemampuan seseorang didalam mengidentifikasi dan

mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dan diperlukan untuk menarik

kesimpulan, atau hipotesis berdasarkan informasi-informasi yang sangat

beralasan.

e. Explanation, yaitu kemampuan seseorang didalam menjelaskan hasil

dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Kemampuan ini diterapkan

untuk membenarkan sesuatu hal berdasarkan bukti-bukti, konsep,

metodologi, serta penalaran atau logika.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

15

f. Self-regulation,yaitu suatu kesadaran seseorang didalam memonitor atau

menilai pengetahuannya, proses berpikirnya, dan hasil yang telah

dikembangkannya khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan

menerapkan keterampilannya.

2.2.1 Cara Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut para ahli yang tergabung didalam APA (American

Philosophical Association) seperti yang dituliskan didalam Sulistiono,dkk

(2014:46-55) secara umum terdapat 4 cara pengukuran kemampuan berpikir

kritis, antara lain:

1. Observasi performanceseseorang selama suatu kegiatan. Observasi

dilakukan dengan mengacu pada komponen kemampuan berpikir kritis

yang akan diukur, kemudian observer menyimpulkan bagaimana tingkat

kemampuan berpikir kritis individu tersebut.

2. Mengukur outcomedari komponen-komponen kemampuan berpikir kritis

yang telah diberikan.

3. Mengajukan pertanyaan dan menerima penjelasan seseorang mengenai

prosedur dan keputusan yang mereka ambil terkait dengan komponen

kemampuan berpikir kritis yang akan diukur.

4. Membandingkan outcomedari suatu komponen kemampuan berpikir kritis

dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang lain.

Data kemampuan berpikir kritis didapatkan dari nilai tes masing-masing

kelas. Data tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria kemampuan

berpikir kritis.

2.3 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan alam merupakan suatu mata pelajaran yang

berhubungan dengan cara untuk mencari tahu mengenai alam secara

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta, konsep, dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga

dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas 2006:22).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

16

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah tercantum bahwa, Tujuan

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari

fenomena alam. “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” Trianto (2007:99).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu pembelajaran yang

wajib dilakukan di Sekolah Dasar (SD). IPA atau dalam bahasa Inggris

disebut dengan Science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang

alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

(Sudjana dkk, 2010). IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan

membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal saja tetapi juga faktual.

Trianto (2007:39) berpendapat : IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Berdasarkan beberapa definisi dan juga pendapat yang sudah

dipaparkan beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sistematis, didalamnya

merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, pada pelaksannannya

menggunakan metode dan proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan

penyusunan hipotesis dan diikuti dengan pengujian gagasan yang

merupakan suatu proses penemuan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

17

2.4. Pembelajaran IPA SD

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen

tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen

pembelajaran tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan

menentukan media, metode, strategi, dan pendekatan apa yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan (2014:18).

Senada dengan hal tersebut Rusman (2014:1) pembelajaran merupakan

suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan

satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode

dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan

oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa

yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Purwasari

(2013:11) Pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat

untuk siswa. Pendapat diatas dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah

suatu sistem yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu

dengan yang lain. Kompenen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan

evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan guru untuk memilih

dan menentukan model, media, metode, strategi dan pendekatan yang

digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran juga upaya sistematis yang

disengaja untuk menciptakan interaksi edukatif antara peserta didik dan

pendidik. Menurut Simorangkir (2014:30-34) proses belajar mengajar IPA

seharusnya lebih di tekankan pada pendekatan ketrampilan proses sehingga

siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori

dan sikap ilmiahnya yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

dan produk pendidikan. Jadi dalam pembelajaran IPA SD seharusnya lebih

menekankan pada ketrampilan proses agar siswa lebih mudah memahami

tentang pembelajaran IPA.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

18

2.5 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh

siswa dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan

kompetisi dasar sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat

pemahaman dalam pembelajaran. Pada pembelajaran IPA juga terdapat

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Tugas guru sebagai

seorang pendidik adalah menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa

mampu memahami materi sesuai dengan SK dan juga KD. Standar Kompetensi

dan Kompetesi Dasar IPA untuk SD/MI kelas 3 yang akan digunakan adalah

sebagi berikut:

Tabel 2.3

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA untuk

SD/MI Kelas 3 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

4.Memahami berbagai caragerak

benda, hubungannya dengan

energi dan sumber energi

4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan

bahwa gerak benda dipengaruhi oleh

bentuk dan ukuran

4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan

tentang pengaruh energi panas,

gerak, getaran dalam kehidupan

sehari- hari

4.3 Mengidentifikasi sumber energi dan

kegunaannya

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

2.6 Hasil Belajar IPA

Suatu proses belajar mengajar terdapat sesuatu yang telah tercapai. Hasil

dari proses pembelajaran yang telah tercapai ini disebut dengan hasil belajar.

Seperti yang diungkapkan oleh Anugraheni (2017: 246-258) Hasil belajar

siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar atau tes prestasi

belajar ataupun achievement test. Dalam tes hasil belajar diperlukan tes baku

atau tes standar. Dan tes hasil belajar ini biasanya disusun dan dibuat sendiri

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

19

oleh guru. Hasil belajar juga tidak lepas dari proses pembelajaran. Sejalan

dengan hal tersebut Menurut Kristin (2016:74-79) mengemukakan bahwa

hasil belajar berarti hasil yang diperoleh seseorang dari aktivitas yang

dilakukan dan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.

Hasil belajar yang didapatkan diharapkan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui

informasi hasil pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik

melalui teknik tes maupun non tes. Menurut Wardani,dkk (2012:399)

keberhasilan peserta didik dapat dilihat dari hasil belajarnya, keberhasilan

peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu kita sebut dengan

keberhasilan hasil belajar. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasikan ke

dalam tiga ranah (domain), yaitu :

a. Domain kognitif, yaitu pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan

bahasa dan kecerdasan logika - matematika

b. Domain afektif, yaitu sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan

antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan

emosional.

c. Domain psikomotor, yaitu keterampilan atau yang mencakup kecerdasan

kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal.

Menurut Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hamalik (2013:33) juga menyatakan

bahwa Hasil belajar adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi

perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Senada dengan pendapat tersebut Nafiah, dkk (2014:125-142)

menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak kedua dampak

tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

20

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat di artikan bahwa hasil

belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang, yang merupakan akibat dari

proses belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Atau adanya perubahan dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti yang dapat diukur melalui tes.

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu dalam penelitian menerapkan

pendekatan Problem Based Learnigdiantaranya penelitian tentang hal serupa

juga pernah dilakukan oleh Amin 2017(25-36) pembelajaran berbasis

masalah atau Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Amin (2017) bahwa terdapat perbedaan persentase

kemampuan berpikir kritis antara prates dan pascates. Kriteria kemampuan

berpikir kritis pada prates terdiri dari kritis sebesar 24,14% dan cukup kritis

75,86%. Kriteria kemampuan berpikir kritis pada pascates terdiri dari sangat

kritis sebesar 10,34%; kritis 82,76%; dan cukup kritis 6,90%. Berdasarkan

data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning. Dampak yang lain setelah siswa menggunakan

model Problem Based Learning juga terdapat perbedaan Hal itu dibuktikan

dengan hasil penghitungan uji t bernilai sig. (2 sisi) = 0,000 < sig.=0,05

(koefisien). Secara spesifik dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil

belajar siswa yang diterapkan dengan model PBL lebih tinggi daripada model

ceramah. Sejalan dengan penelitian tersebut penelitian yang dilakukan oleh

Nafiah (2014) juga menyimpulkan bahwa PBL berpengaruh terhadap

kemampuan berpikr kritis dan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian ini

skor perolehan keterampilan berpikir kritis masing-masing siswa mengalami

peningkatan. Pada akhir siklus II kategori keterampilan berpikir kritis

mengalami peningkatan. Keterampilan berpikir kritis siswa kategori sangat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

21

tinggi sebanyak 20 siswa (69%), kategori tinggi sebanyak siswa 7 (24,1%),

kategori rendah sebanyak 2 siswa (6,9%), kategori sangat rendah sebanyak 0

siswa (0%). Siswa yang telah mencapai keterampilan berpikir kritis kategori

tinggi yaitu 27 siswa (93,1%) dengan kata lain kriteria keberhasilan pada

siklus II telah tercapai. Menurut Sulistiono,dkk (2014:46-55) Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berorientasi penyelesaianmasalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa.

2.8 Kerangka pikir

Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya

hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Uma

(dalam Sugiyono, 2014: 91), mengemukakan bahwa kerangka pikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan proses

pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

Melalui penerapan PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, maka siswa

dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengkaitkan masalah

kehidupan sehari-hari siswa dengan keadaan nyata siswa yang kontekstual

sehingga materi yang diberikan guru pada mata pelajaran IPA mudah

diterima oleh siswa dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna

bagi siswa.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

22

Kerangka pikir model Problem Based Learning akan dijelaskan pada skema

berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPA Melalui pendekatan

Problem Based Learning (Model-model pembelajaran Rusman,2010:243)

Pembelajaran IPA Pembelajaran Konvensional

Hasil Belajar Kurang

Optimal

(Nilai

Guru menggunakan

pendekatan konvensional

dan memonopoli kegiatan

pembelajaran Siswa hanya pasif, mudah

bosan dan tidak memperhatikan

guru

Pembelajaran Menggunakan

Pendekatan Problem Based

Learning (PBL)

1.Guru menyampaikan tujuan materi pembelajaran yang

ingin dicapai pada pembelajaranmenjelaskan logistic yang

diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada pemecahan

masalah (Orientasi siswa pada masalah)

8. Memberikan tes

2. Membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan permasalahan (Mengorganisasi siswa

untuk belajar)

3. Membimbing pengalaman individual/ kelompok

(Membimbing pengalaman individual/ kelompok)

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah (Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah)

6. Meminta perwakilan dari setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

7.Membimbing siswa membuat laporan untuk semua

materi yang telah dipelajari.

Hasil belajar Lebih

Optimal

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Model Pembelajaran Problem …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17123/2/T1_292014168_BAB II...8 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 1.1 Model Pembelajaran Problem

23

Berdasarkan skema kerangka pikir tersebut dapat dipahami bahwa dalam

pembelajaran IPA jika dengan menggunakan pembelajaran konvensional seperti

yang telah dilakukan guru yang mengusai pembelajaran, maka yang didapatkan

adalah hanya siswa yang pasif, mudah bosandan membuat siswa tidak

memperhatikan guru.Selain itu Hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran

IPA yang konvensional membuat hasil belajar siswa kurang optimal sehingga

nilai≤KKM 70.

Kemuadian Pembelajaran IPA yang dikalukan dengan menggunakan pendekatan

Problem Based Learning dengan menggunakan sintak dari Problem based

learning dengan guru memberikan 1. Orientasi masalah, 2. Mengorganisasi siswa

belajar, 3. Membimbing pengelaman individual maupun kelompok, 4.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) Menganalisi dan mengevaluasi

pemecahan masalah, 6) Mempresentasikan, dan 7) Membuat laporan dari hal yang

telah dipelajari dan 8) memberikan evaluasi maka diharapkan siswa mendapatkan

hasil belajar yang optimal dimana nilai≥KKM 70.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan

hipotesis penelitian tindakan kelas ini yaitu :

1. Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas 3 SD N Mangunsari 05 pada mata pelajaran IPA

tahun pembelajaran 2017/2018 melalui langkah-langkah sebagai berikut:

orientasi masalah, mengorganisasi siswa belajar, membimbing

pengalaman individual maupun kelompok, Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya, menganalisi dan mengevaluasi pemecahan

masalah, mempresentasikan, dan membuat laporan dari hal yang telah

dipelajari dan memberikan evaluasi.

2. Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas 3 SD Mangunsari 05 pada mata pelajaran IPA

materi tahun Pembelajaran 2017/2018.