BAB II KAJIAN TEORITISeprints.ung.ac.id/4046/9/2013-1-61201-931409030-bab2... · Laporan Perubahan...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORITISeprints.ung.ac.id/4046/9/2013-1-61201-931409030-bab2... · Laporan Perubahan...
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Laporan Keuangan
Berdasarkan pendapat Slamet Munawir (2007), laporan keuangan
pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut Sugiyarso dan F. Winarni (2006), laporan keuangan
merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang
menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya
selama tahun baku yang bersangkutan.
Menurut Soemarso (2002), pengertian laporan keuangan adalah
laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama di luar
perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba-Rugi, dan
Laporan perubahan posisi keuangan.
Berdasarkan pendapat Sawir (2005), media yang dapat dipakai untuk
meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar labaa yang ditahan, dan
laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah proses akhir
11
akuntansi. Setiap transaksi dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan
diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.
Menurut pendapat Supangkat (2005), laporan keuangan merupakan
hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan dan pengihtisaran
semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait
dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di
perusahaan.
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(2007) adalah sebagai berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi
Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti misalnya, sebagai
Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dalam laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
laporan keuangan itu meliputi dua hal pokok, yaitu: Neraca dan Laporan
Laba-Rugi. Neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri
pada saat tertentu. Laporan Laba-Rugi mencerminkan hasil-hasil yang
dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode satu
tahun.
12
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), tujuan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk memnuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), pemakai laporan
keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-
lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan
umtuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa
kebutuhan ini meliputi:
a. Investor
Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari
13
investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi
untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan
atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik
pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kerditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjanag dengan, atau tergantung pada
14
perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan
karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
g. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang
dipekerjakan dan perlidungan kepada penanam modal domestik.
2.1.4 Komponen Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Neraca, adalah laporan keuangan yang memperlihatkan jumlah dan
sifat aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik usaha pada saat tertentu.
a. Aktiva, adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan
yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.
b. Kewajiban, adalah utang yang harus dibayar perusahaan dengan
uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan
datang.
c. Modal, adalah hak pemilik perusahaan atas kekeayaan
perusahaan.
2. Laporan Laba-Rugi, adalah suatu daftar yang menggambarkan hasil
15
operasi perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Di dalamnya
terdiri dari pendapatan dan beban.
a. Pendapatan, adalah aliran penerimaan kas/harta lain yang
diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau
pemberian jasa.
b. Beban, adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang
dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.
3. Laporan Perubahan Modal, adalah suatu daftar informasi yang
menggambarkan tentang perubahan modal pemilik.
4. Laporan Arus Kas, adalah suatu daftar informasi yang melaporkan
penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu,
serta dari mana kas datang dan bagaimana kas tersebut di
belanjakan. Didalam laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Aktivitas operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi
yang menghasilkan laba bersih.
b. Aktivitas investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam aktiva
tetap.
c. Aktivitas pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan
ekuitas pemilik.
Berdasarkan pendapat Supangkat (2005), pada dasarnya
perusahaan harus membuat tiga macam laporan keuangan, yaitu:
1. Neraca, adalah ringkasan mengenai posisi keuangan pada tanggal
tertentu yang menunjukkan Aktiva sama dengan Kewajiban ditambah
16
Ekuitas. Aktiva terdiri atas aktiva lancar dan Aktiva tidak lancar,
sedangkan Kewajiban terdiri atas kewajiban jangka pendek dan
kewajibang jangka panjang.
2. Laporan Laba-Rugi, adalah ringkasan mengenai pendapatan dan
biaya yang selisih antara keduanya akan menunjukkakn Laba atau
Rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
3. Laporan Arus Kas, adalah ringkasan mengenai transaksi dalam
bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan
perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan
pendanaan.
2.1.5 Pasar Modal
Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar tersebut
meliputi: (1) pasar uang (money market). (2) pasar modal (capital market).
(3) lembaga pembiayaan lainnya. Pasar keuangan memainkan fungsi
yaitu menyediakan mekanisme untuk menentukan harga aset keuangan,
membuat aset keuangan lebih likuid dan mengurangi biaya peralihan aset.
Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari
pasar keuangan (capital market). Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan
keuangan dalam perekonomian suatu negara. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kinerja pasar modal merupakan salah satu indikator dari kondisi
ekonomi suatu negara. Ini berarti pada saat kondisi ekonomi suatu negara
17
sedang mengalami pertumbuhan, maka kinerja pasar modal akan
meningkat seiring dengan peningkatan kondisi ekonomi tersebut.
Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi sedang menurun, kinerja pasar
modal juga akan menurun.
Sunariyah (2007) berpendapat bahwa pasar modal adalah: ”Suatu
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-
bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar Dalam arti sempit pasar
modal adalah suatu pasar (tempat) yang memperdagangkan saham,
obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan jasa
perantar pedagang”.
2.1.6 Investasi Di Pasar Modal
2.1.6.1 Pengertian Investasi
Pada dasarnya modal diinvestasikan karena satu alasan dasar, yaitu
mendapatkan pengembaalian ekonomi masa depan yang mencukupi
untuk memulihkn pengeluaran awal (Helfert, 2000). Dengan demikian
seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan
harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang.
Sunariyah (2003) berpendapat tentang investasi bahwa “Investasi
adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa-masa yang akan datang”. Jogiyanto (2000)
18
mendifinisikan investasi adalah “Penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa investasi
merupakan penanaman modal atau dana yang digunakan dalam kegiatan
ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang.
2.1.7 Return On Equity (ROE)
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Rate of
Return on Equity), merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak
(dikurangi dividen saham preferen, jika ada) dengan ekuitas yang
diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Dimana laba yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba
usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan
atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah
modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator
yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih
berkaitan dengan pembayaran deviden. Rasio ini memberitahukan
kemampuan menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang
saham dan seringkali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan dalam industri. Pengembalian ekuitas yang tinggi seringkali
merefleksikan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi yang
19
kuat dan manajemen biaya yang efektif. Kenaikan dalam rasio ini berarti
kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya
kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham
perusahaan.
Return on Equity merupakan rasio dari laporan keuangan yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh return bagi
investasi yang dilakukan investor (pemegang saham), atau dapat
dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang
menjadi hak stakeholders (Brigham, E. F., 1997).
Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak
digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut
profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri
(Darmadji dan Hendy: 2006).
Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang
menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi
oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan
makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.
Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
para pemegang saham. ROE dianggap sebagai representasi dari
kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan.
20
Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) Return on Equity ( ROE )
yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini
merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan
pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam
menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan
datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi
pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap
tinggi. Penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada
perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi
lama. Hal paling penting dari para analis adalah tidak perlu menerima nilai
historis sebagai indikator dari nilai yang akan datang.
Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah
perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan.
Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE
sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena
ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen
yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) Return On Equity ROE
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik
perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan
total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi
para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin
21
tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat
dikatakan baik apabila > 12%.
Return On Equity (ROE) Analisis Return On Equity (ROE) atau sering
disebut juga dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa
Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal
sendiri (Hanafi dan Halim, 2010: 179). ROE merupakan rasio antara laba
bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang
berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (persentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam
bisnis (Widiyanto, 1993: 53).
Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001: 789)
adalah,“membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang
saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham
biasa pada tahun tersebut.”
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 122), “ROE adalah ukuran
pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang saham biasa
dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan.”
Menurut Sartono, (2001: 124), “Return on equity adalah rasio yang
mengukur kemampuan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan.”
Menurut Tambunan (2007: 179) ROE digunakan untuk mengukur rate
of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan
pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin
22
tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga
sahamnya.
Menurut Harahap (2008: 156) ROE digunakan untuk mengukur
besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka
tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi
para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE
memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin
besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE
memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor
akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut,
dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.
Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih
perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Fara
Dharmastuti, 2004). ROE merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri (saham).
Definisi rentabilitas modal sendiri (ROE) menurut Bambang Riyanto
(2001: 44) sebagai berikuts: Return On Equity adalah perbandingan
antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak
dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain
pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
23
Agnes Sawir (2001: 20) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat
Pengembalian Ekuitas pemilik sebagai berikut: Adalah rasio yang
memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri
(Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang
telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.
Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004: 64) mendefinisikan
Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai
berikut: Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu
alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
J.Fred.Weston dan Thomas E. Copeland (2002: 241) mengatakan
bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas
mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini
merupakan suatu rasio tujuan akhir.”
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat
analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah
mereka investasikan.
24
2.1.8 Rumus Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik atau ROE
Return On Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik
merupakan fungsi dari Asset Turn Over, Profit Margin, dan Financial
Leverage, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROE =
Rasio tersebut penting bagi para pemilik dan pemegang saham
karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income).
Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang rendah atau bahkan
negatif akan terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam
menghasilkan incomenya. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti
oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut (Mulyono, 1995: 74).
2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Ekuitas
Pemilik (ROE)
1. Net Income
Laba bersih sangat penting bagi kelangsungan usaha suatu
perusahaan karena merupakan sumber dana yang diperoleh dari
aktivitas operasi perusahaan tersebut. Laba bersih juga seringkali
dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja suatu perusahaan, hal
ini sesuai dengan pernyataan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (1999:
94). Penghasilan bersih (laba bersih) seringkali digunakan sebagai
ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti ROE.
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Ekuitas (Modal Sendiri) X 100%
25
Unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran laba adalah
penghasilan atau beban.
2. Hutang Perusahaan
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila
proporsi hutang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan
makin besar. Hal ini dikarenakan jika hutang perusahaan semakin
besar maka akan mengurangi pajak terhadap perusahaan maka dapat
mengakibatkan meningkatknya laba dari proses operasional, hasil
produksi yang meningkat serta pajak yang berkurang sehingga dapat
meningkatkan Return On Equity.
2.1.10 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio keuangan yang
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset,
dan modal saham tertentu.
Net Profit Margin (NPM) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan
penjualan. Net Profit Margin atau sering juga disebut dengan sales
margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa
dihasilkan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan.
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin
adalah perbandingan antara laba bersih dnegan penjualan. Semakin
26
besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini
menunjukan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap
semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang
tinggi.
Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap
rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar
menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak
manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian
perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti
menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang
tinggi dari penjualannya.
Rasio margin laba (profit margin) menurut Sofyan Syafri Harahap
(2007: 304) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan
berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo ( 1997:
156 ) mengemukakan bahwa Net Profit Margin secara umum
digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan
peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari total penjualan.
Menurut Lukman Syamsuddin (2007: 62) net profit margin
27
merupakan rasio antar laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah
dikurangi dengan seluruh expence termasuk pajak dibandingkan
dengan penjualan. Maka semakin tinggi net profit margin maka semakin
baik operasi suatu perusahaan.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa net profit margin ( NPM ) merupakan rasio yang mengukur
tingkat presentase laba bersih yang diperoleh dari seluruh penjualan
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Net Profit Margin (NPM) = x 100 %
Menurut Bambang Riyanto, Net Profit Margin diartikan sebagai
keuntungan netto per rupiah penjualan (2001: 336). Tidak jauh berbeda
dengan definisi para ahli sebelumnya, Erich A.Helfert (1997: 74)
mengartikan bahwa: “Net profit margin adalah hubungan antara laba
bersih setelah pajak dengan penjualan”.
Masih menurut pendapat beliau Net Profit Margin menunjukan
kemampuan manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan
harga pokok barang dagang atau jasa, beban operasi (termasuk
penyusutan) dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan kemampuan
manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar
bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko.
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih
28
Dari pendapat di atas, Net Profit Margin menunjukan seberapa
besar imbal jasa atau kompensasi yang sanggup diberikan perusahaan
terhadap investor.
2.1.11 Harga Saham
Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan
diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Menurut anoraga (2001)
harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti
penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga dapat
diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan
pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap
profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan
dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham.
Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk
diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga)
dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand
dan supply.
Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang
harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. Ada dua
model yang lazim dipergunakan dalam menganalisa saham, yaitu model
fundamental dan model teknikal. Model fundamental, mencoba
memperkirakan harga saham dimasa mendatang melalui dua cara
29
(Husnan, 1998), yakni: pertama melakukan estimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, dan
kedua menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi
terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental
keuangan perusahaan.
Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan
diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Surat berharga saham
memiliki bermacam-macam bentuk.
Macam-macam saham terbagi berdasarkan peralihan kas,
berdasarkan hak tagih dan berdasarkan kinerja itu sendiri.
1. Berdasarkan peralihan kas
a. Saham atas tunjuk (Bearer Stock)
Saham atas tunjuk merupakan jenis saham yang tidak menyertakan
nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan
mudah dipindahtangankan.
b. Saham atas nama ( Registered Stock)
Berbeda dengan saham atas tunjuk, saham atas nama
mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham
atas nama juga dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui
prosedur tertentu.
2. Berdasarkan hak tagih / klaim
a. Saham biasa (Common Stock)
30
Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar
laba / rugi yang di peroleh perusahaan. Pemegang saham biasa
mendapat prioritas paling akhir dalam pembagian deviden dan
penjualan asset perusahaan jika terjadi likuidasi.
b. Saham preferen (Preffered Stock)
Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham
preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas
penjualan asset.
3. Berdasarkan kinerja perusahaan
a. Blue Chip Stock
Saham ini merupakan saham unggulan, karena diterbitkan oleh
perusahan yang memiliki kinerja yang bagus, sanggup memberikan
deviden secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan
blue chip stock biasanya perusahaan besar yang telah memiliki
pangsa pasar tetap.
b. Income Stock
Saham ini merupakan saham yang memiliki deviden yang progresif
atau besarnya deviden yang di bagikan lebih tinggi dari rata-rata
deviden tahun sebelumnya.
c. Growth Stock
Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
31
d. Speculative Stock
Saham jenis ini menghasilkan deviden yang tidak tetap, karena
perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-
ubah namun memiliki prospek yang bagus di masa yang akan
datang.
e. Counter Sylical Stock
Perusahaan yang menerbitkan jenis saham ini adalah jenis
perusahaan yang operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi makro. Perusahaan tersebut biasanya bergerak
dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.
Menurut Ang (1997) berdasarkan fungsinya nilai dari suatu saham
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Par Value (Nilai Nominal )
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang
bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal
suatu saham harus ada dan dicantumkan pada surat berharga
saham dalam mata uang rupiah, bukan dalam bentuk mata uang
asing.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu
suatu saham. Harga dasar dipergunakan didalam perhitungan indeks
harga saham.
32
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena
harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung. Apabila pasar suatu efek sudah tutup maka
harga pasar adalah adalah harga penutupannya (closing price). Jadi
harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham.
Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah:
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share)
Seorang investor yang melakukan investasi pada paerusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per
lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara:
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan
obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan
menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi
apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
33
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga
adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah
laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi
disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari
pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah
yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang dapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan
yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunujukkan
prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi,
yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan
perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham
perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi
pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
34
2.1.12 Analisa Harga Saham
Terdapat bemacam-macam pendekatan untuk menganalisis saham,
namun pada dasarnya semua pendekatan tersebut merupakan salah satu
dari dua pendekatan yang umum. Sunariyah (2003) mengatakan untuk
menganalisis saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua
analsis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa secara garis besar terdapat dua metode yang
digunakan untuk menganalisis saham, yaitu:
1. Analisa fundamental
Menurut Francis (1988): “In preparing their estimate of security’s
value, fundamental analysts study the basic financial and economic facts
about the company that issues the security. They study the level and trend
of the firm’s sales and earnings, the quality of the firm’s products, the
firm’scompetitive position in the markets where its products are sold, the
firm’s labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government
rules that apply to the firm, and many other factors that may affect the
value of the firm’s common stock”. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat
menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan
dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya
dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas
produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak
perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-
35
peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.
Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan
analisa fundamental terdiri dari 4 langkah yaitu:
a. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi
ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. variabel
ekonomi tersebut, misalnya inflasi, suku bunga, neraca perdagangan,
dan demand & supply uang.
b. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan
Industri dimana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi
masa depan perusahaan tersebut. Saham yang lemah dalam industri
yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri
yang lemahl.
c. Menghitung kondisi perusahaan
Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar di bagi
dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu: profitability (keuntungan),
price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efficiensi
(efisiensi).
d. Menghitung nilai saham perusahaan
Seorang fundamental analis dapat memperhitungkan apakah saham
suatu perusahaan overvalued, undervalued, atau telah memiliki
36
harga yang tepat. Beberapa model penilaian telah disusun untuk
membantu di dalam menghitung nilai saham, misalnya model dividen
yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang
diharapkan, dan model aset yang menitikberatkan pada nilai saat ini
dari aset perusahaan.
2. Analisa teknikal
Sunariyah (2003) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan
suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai
pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran
suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis
ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti: harga saham,
volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta
faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan teknikal adalah
sebagai berikut:
1. Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan
2. Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya
hanya pada perubahan harga.
3. Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis
pergerakan
di dalam pasar atau suatu saham.
37
4. Analisis teknikal cenderung berkonsentrasi pada jangka pendek
untuk mndeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif
pendek.
2.2 Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rinanti (2009) bertujuan untuk menguji
Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity
(ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan
adalah 11 perusahan dari 45 perusahaan yang tercantum dalam indeks
LQ 45 selama periode 2004 – 2008, sehingga total sampel sebanyak 55
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variabel NPM, ROA, dan ROE memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2009) bertujuan
mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Sampel
yang digunakan adalah perusahaan emiten yang tercantum dalam indeks
LQ 45 selama periode 2005 – 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA, ROE, NPM dan EPS memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2011) untuk menguji
pengaruh Retun On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning
Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia. Studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar
38
di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitan menunjukkan bahwa ROA, ROE,
dan EPS memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga saham dengan
tingkat signifikan sebesar 5%.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2007) untuk menguji
pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Studi pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitan menunjukkan
bahwa Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to
Operating Profit (DOP) memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga
saham dengan tingkat signifikan sebesar 5%.
39
2.3 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema
sebagai berikuts:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham (Mardiyanto, 2009: 196)
Net Profit Margin (NPM) adalah Lukman adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan Syamsuddin (2007: 62)
Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Equity (ROE): 1. Net Income 2. Modal Faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit Margin (NPM): 1. Net Income 2. Penjualan
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham : 1. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share/EPS) 2. Tingkat bunga 3. Jumlah kas Deviden yang diberikan 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan 5. Tingkat resiko dan pengembalian
HARGA SAHAM
PENGUJIAN HIPOTESIS
PEMBAHASAN
40
2.4 Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran
di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Diduga Return On
Equity (ROE) Dan Net Profit Margin diduga berpengaruh positif
terhadap Harga Saham pada PT. Mustika Ratu, Tbk”.