BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab...

24
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan”. Setiap ahli mempunyai definisinya tersendiri mengenai arti dari komunikasi (Mulyana, 2000). Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut para ahli yang dirangkum oleh Mulyana (2000): 1. Gerald R. Miller, Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. 2. Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 3. Raymond S. Ross, Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. 4. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante, Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak. 5. Harold Lasswell, Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut (Who Says

Transcript of BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

7

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata Latin communis yang berarti “sama”. Istilah pertama (communis) paling

sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata

Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu

makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi

kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal

tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan

makna,” dan “Kita mengirimkan pesan”. Setiap ahli mempunyai definisinya

tersendiri mengenai arti dari komunikasi (Mulyana, 2000).

Berikut adalah beberapa definisi komunikasi menurut para ahli yang

dirangkum oleh Mulyana (2000):

1. Gerald R. Miller, Komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang

disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

2. Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

3. Raymond S. Ross, Komunikasi (intensional) adalah suatu proses

menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian

rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau

respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan

komunikator.

4. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante, Komunikasi adalah transmisi

informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.

5. Harold Lasswell, Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut (Who Says

Page 2: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

8

What In Which Channel To Whom With What Effect?) Atau siapa

mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh

bagaimana?

Berdasarkan definisi Lasswell dalam buku Suatu Pengantar Ilmu

Komunikasi (Mulyana, 2000) ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang

saling bergantung satu sama lain, yaitu:

1. Sumber (source), adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber juga boleh jadi seorang

individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara.

2. Pesan, apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili

perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai

tiga komponen: makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan

makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

3. Saluran/Media, alat atau wahana yang digunakan sumber untuk

menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh merujuk pada

bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal

atau saluran nonverbal.

4. Penerima (receiver), yakni orang yang menerima pesan dari sumber.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi,

pola piker, dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau

menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima

menjadi gagasan yang dapat ia pahami.

5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi

tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),

perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli

barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya) dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan dua dari lima unsur

komunikasi Harold Lasswell sebagai dasar teori komunikasi, yaitu komunikator

dan pesan. Komunikator atau sumber (source) dalam penelitian ini adalah

Page 3: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

9

Program Talkshow Mata Najwa, sedangkan pesan yang ingin diteliti ialah wacana

kepemimpinan yang ada di tayangan episode ‘Pejabat Kekinian’. Selanjutnya

peneliti akan menganalisis pesan-pesan atau wacana kepemimpinan dalam

program acara tersebut.

2.2 Pesan

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang

mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Menurut Onong Effendy,

pesan adalah : “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari

pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa atau

lambang-lambang lainnya yang disampaikan kepada orang lain.” (Effendy,

1989:224). Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah :

“produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber-encoder.” (Siahaan,

1991:62).

Pesan mempunyai tiga komponen, yaitu makna, simbol yang digunakan

untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting

adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan

dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah dan

sebagainya) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, pamflet dan

sebagainya). Kata-kata memungkinkan kita berbagi pikiran dengan orang lain.

Pesan juga dapat dirumuskan secara non verbal, seperti melalui tindakan atau

isyarat anggota tubuh.

Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua

rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu komunikasi, yang dihasilkan

oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai

pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan, seseorang mengirim banyak pesan non verbal tanpa

Page 4: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

10

menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Samovar,

1991:179).

Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau

lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang disadari termasuk ke dalam kategori

pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai

seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol

tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah

sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud seseorang. Bahasa

verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas

individual seseorang. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas manusia

yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau

konsep yang diwakili kata-kata itu (Mulyana, 2005:238).

Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan

wujud pesan.

1. Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa

sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh: bahasa Indonesia adalah

kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun

sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.

2. Isi pesan adalah bahan atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh

komunikator untuk mengkomunikasikan maksudnya.

3. Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,

komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik aka nisi

pesan di dalamnya. (Siahaan, 1991:62)

Pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan

M. Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk pesan, yaitu :

a. Informatif

Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian

komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam

Page 5: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

11

situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan

persuasif.

b. Persuasif

Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan

kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan

sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi

perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan, akan tetapi diterima

dengan keterbukaan dari penerima.

c. Koersif

Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan

sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti

adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin

dan ketakutan di kalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah,

instruksi untuk penyampaian suatu target. (Widjaja & Wahab,

2000:61)

Dalam menciptakan pengertian yang baik dan tepat antara komunikator

dan komunikan, pesan harus disampaikan sebaik mungkin. Sedikitnya ada

Sembilan pesan menurut S.M. Siahaan dalam bukunya “Komunikasi

Pemahaman dan Penerapan”, yaitu :

a. Pesan harus cukup jelas (clear), bahasan yang mudah dipahami, tidak

berbelit-belit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.

b. Pesan itu mengandung kebenaran yang mudah diuji (correct),

berdasarkan fakta, tidak mengada-ada dan tidak diragukan.

c. Pesan itu diringkas (consice) dan padat serta disusun dengan kalimat

pendek (to the point) tanpa mengurangi arti yang sesungguhnya.

d. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive), ruang lingkup

pesan mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui

komunikan.

e. Pesan itu nyata (konkret) dapat dipertanggung jwabkan berdasarkan

data dan fakta yang ada, tidak sekedar isu atau kabar angina.

f. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

12

g. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convincing). Menarik karena

bertautan dengan dirinya sendiri, menarik dan meyakinkan karena

logis.

h. Pesan itu disampaikan dengan sopan (courtesy) harus diperhitungkan

kadar kebiasaan, kepribadian, pola hidup dan nilai-nilai komunikasi,

nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang dapat terbuka.

i. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung

pertentangan antara bagian pesan yang lain. Konsistensi ini sangat

penting untuk meyakinkan komunikan akan kebenaran pesan yang

disampaikan. (Siahaan, 1991:63)

2.3 Kepemimpinan

Dahulu orang beranggapan bahwa kepemimpinan tidak dapat dipelajari

karena kepemimpinan merupakan suatu bakat alamiah yang dimiliki oleh seorang

pemimpin yang dibawa sejak lahir. Tegasnya, pemimpin yang sukses

menjalankan kepemimpinannya tanpa teori, tanpa menjalani pelatihan dan

pendidikan sebelumnya. Namun dalam perkembangan zaman, kepemimpinan

secara ilmiah berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah

yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taylor pada awal abad ke-20 dan di

kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan (Kartono, 2005:55).

Konsep kepemimpinan merupakan hal yang fundamental dalam

menganalisis proses dan dinamika sebuah organisasi. Pada dasarnya

kepemimpinan dibagi menjadi tiga hal besar yakni kepemimpinan sebagai atribut

atau kelengkapan dari suatu kedudukan, kepemimpinan sebagai karakteristik

seseorang dan kepemimpinan sebagai perilaku, Katz dan Kahn (dalam Wibowo,

2011 :03 ). Lebih lanjut wibowo menjelaskan bahwa kepemimpinan sebagai

atribut adalah kepemimpinan yang secara khusus ditentukan oleh anggapan para

anggota kelompok bahwa seseorang memiliki kekuasaan untuk menentukan pola

perilaku terkait dengan aktifitasnya sebagai pemimpin. Kepemimpinan sebagai

karakteristik adalah jiwa yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi

Page 7: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

13

orang lain untuk melakukan suatu perubahan. Dalam hal pemimpin adalah agen

perubahan, sedangkan kepemimpinan sebagai perilaku kepemimpinan yang

mampu melibatkan seperangkat proses yang bertujuan memotivasi anggota

kelompok untuk mengembangkan strategi mencapai tujuan.

Sehubungan dengan ketiga hal diatas maka kepemimpinan pada dasarnya

merupakan kajian individu yang memiliki karakteristik fisik, mental dan

kedudukan yang dipandang oleh individu lain dalam satu kelompok, sehingga

individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi kelompoknya untuk bertindak

mencapai tujuan bersama.

Nilai kepemimpinan tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya akan tetapi

oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan satu karya bersama,

berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan

pendidikan. Menurut Kartono (2005:56) kepemimpinan bersifat spesifik, khas dan

diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin

kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan fungsi dari situasi khusus

tersebut. Jelasnya, sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus

sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya serta cocok-pas dengan situasi dan

zamannya. Selain itu, pada umumnya pemimpin juga memiliki beberapa sifat

superior melebihi kawan-kawannya atau pengikutnya. Paling sedikit pemimpin

harus memiliki satu atau dua kemampuan atau keahlian sehingga

kepemimpinannya berwibawa.

Menurut Orway Tead dalam bukunya The Art of Leadership menyatakan

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemimpin dan bawahan

mempunyai hubungan yang sama, saling berinteraksi, saling bekerja sama agar

dapat mencapai tujuan bersama, sehingga pemimpin dapat mempengaruhi

bawahan agar berjalan sesuai tujuan bersama. Di dalam kepemimpinan itu sendiri,

terdapat beberapa sifat kepemimpinan. Berikut sifat kepemimpinan yang unggul

Page 8: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

14

menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management 1964

(Kartono, 2005:47):

1. Kekuatan

Kekuatan secara badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi

seorang pemimpin, hal ini dikarenakan jika seorang pemimpin memiliki

kekuatan baik secara badaniah dan rohaniah, maka pemimpin akan

memiliki daya tahan untuk menghadapai berbagai rintangan.

2. Stabilitas Emosional

Dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian lingkungan sosial

yang rukun, damai dan harmonis.

3. Pengetahuan Tentang Relasi Insani

Pemimpin yang baik memiliki sifat, watak dan perilaku bawahan agar bisa

menilai kelebihan/ kelemahan bawahan sesuai dengan tugas yang

diberikan.

4. Kejujuran

Kejujuran adalah modal utama seorang pemimpin, bukan hanya jujur

kepada bawahan tetapi seorang pemimpin harus bisa jujur kepada diri

sendiri.

5. Obyektif

Pemimpin harus mencari bukti yang nyata, sebab musabab dari suatu

kejadian dan memberikan alasan rasional atas sebuah penolakan.

6. Dorongan Pribadi

Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin yang timbul dari dalam

diri seorang pemimpin, hal ini akan memberikan rasa ikhlas saat

memberikan pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum.

7. Ketrampilan Berkomunikasi

Mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, dapat

menginterpretasikan opini serta aliran yang berbeda, agar tercipta

kerukunan dan keseimbangan.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

15

8. Kemampuan Mengajar

Pemimpin adalah guru, sehingga dapat membuat orang belajar pada saran-

saran tertentu untuk menambah pengetahuan, ketrampilan agar bawahanya

mandiri.

9. Ketrampilan Sosial

Pemimpin bersikap ramah, terbuka, menghargai pendapat orang lain,

sederhana dan apa adanya, sehingga bisa memupuk kerja sama dengan

siapa saja.

10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial

Untuk mencapai efektivitas kerja, keuntungan maksimal dan kesejahteraan

anggota, pemimpin harus memiliki kemahiran manajerial untuk membuat

rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan,

mengarahkan, mengontrol dan memperbaiki situasi yang tidak mapan.

Selain syarat kepemimpinan, terdapat pula model gaya kepemimpinan.

Menurut Ratnaningsih (2009:126) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku

yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi

perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Burn (1978) dalam Ratnaningsih

(2009:126) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat dikelompokan ke dalam

dua tipe yang berbeda yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan gaya

kepemimpinan transaksional. Kedua gaya tersebut saling bertentangan, namun

sangat dibutuhkan dalam organisasi.

1. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Burns (1978) dalam Ratnaningsih (2009:129) berbicara mengenai

“heroic leadership” dan sebuah konsep tentang transformational

leadership, yang artinya sebuah proses dimana pemimpin dan bawahan

mengembangkan moralitas dan motivasi yang tinggi antara satu dengan

yang lain. Bernad M. Bass (1999) mengembangkan pandangan Burns dan

menandai bahwa seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang

menciptakan kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan yang penuh

inspirasi, stimulasi intektual dan perasaan bahwa semua bawahan harus

diperhitungkan. Bass juga menjelaskan bahwa pemimpin akan mampu

Page 10: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

16

mendorong semangat, menggunakan nilai – nilai, kepercayaan dan dapat

memenuhi kebutuhan bawahannya. Pemimpin yang melakukan hal

tersebut dalam situasi yang krisis disebut dengan pemimpin

transformasional. Terdapat 4 keahlian yang digunakan oleh para pemimpin

transformasional menurut Donnely (1998:359), yaitu :

1) Pemimpin memiliki visi bahwa ia mampu mengutarakan visinya

dengan jelas. Visi tersebut dapat berupa tujuan, sebuah rencana

atau serangkaian prioritas.

2) Pemimpin dapat mengkomunikasikan dengan jelas visi mereka.

Pemimpin juga mampu menunjukkan citra yang menguntungkan

sebagai hasil apabila visinya dapat terwujud.

3) Pemimpin harus dapat membangun kepercayaan dengan tindakan

yang adil, tegas dan konsisten. Kegigihannya terhadap rintangan

dan kesulitan sudah dapat terbukti.

4) Pemimpin memiliki pandangan positif tentang dirinya. Ia akan

bekerja untuk pengembangan keahliannya sehingga kesuksesan

dapat tercapai.

Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin

yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam

membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional

juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan

dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat

yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional

harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka

melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang

lebih besar. Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa

pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi

yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan

menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh

bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy dan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

17

Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai

efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat

individu. Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational

Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio

(1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional

mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's".

Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence

(pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku

pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan

sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai

inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin

transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu

mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,

mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan

mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan

entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai

intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional

harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif

terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan

memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-

pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration

(konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional

digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan

penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.

Adapun ciri-ciri kepemimpinan transformasional sebagai berikut :

1. Karismatik

Karismatik menurut Yukl (1998) merupakan kekuatan pemimpin

yang besar untuk memotivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.

Bawahan mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap

Page 12: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

18

mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggapnya benar.

Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar

dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar

bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin.

2. Inspirasional

Perilaku pemimpin inspirational menurut Yukl & Fleet (dalam

Bass, 1985) dapat merangsang antusiasme bawahan terhadap tugas-

tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang dapat

menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap kemampuan untuk

menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok.

3. Stimulasi Intelektual

Seltzer dan Bass (1990) menjelaskan bahwa melalui stimulasi

intelektual, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan

mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru

terhadap masalahmasalah lama. Jadi, melalui stimulasi intelektual,

bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, system

nilai, kepercayaan, harapan dan didorong melakukan inovasi dalam

menyelesaikan persoalan melakukan inovasi dalam menyelesaikan

persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri

serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang

menantang.

4. Perhatian secara Individual

Perhatian atau pertimbangan terhadap perbedaan individual

implikasinya adalah memelihara kontak langsung face to face dan

komunikasi terbuka dengan para pegawai. Zalesnik (dalam Bass,

1985) mengatakan, bahwa pengaruh personal dan hubungan satu

persatu antara atasan-bawahan merupakan hal terpenting yang

utama. Perhatian secara individual tersebut dapat sebagai

indentifikasi awal terhadap para bawahan terutama bawahan yang

mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan

monitoring merupakan bentuk perhatian individual yang

Page 13: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

19

ditunjukkan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntutan yang

diberikan oleh senior kepada yunior yang belum berpengalaman

bila dibandingkan dengan seniornya.

2. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin dan pengikutnya

beraksi sebagai agen penawar dalam suatu proses, dimana imbalan dan

hukuman teradministrasi. Bass pada Pidekso dan Harsiwi (2001:3)

mendefiniskan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan yang

memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini,

didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses

pertukaran dimana para pengikut mendapat imbalan segera dan nyata

untuk melakukan perintah-perintah pemimpin. Terdapat 3 unsur utama

dalam kepemimpinan transaksional menurut Ratnaningsih (2009:125),

yaitu :

1) Imbalan Kontingensi

Pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang telah

dilakukan oleh bawahan sesuai dengan kesepakatan dan biasanya

disebut sebagai bentuk pertukaran yang aktif.

2) Manajemen Eksepsi

Merupakan transaksi yang aktif dan pasif. Aktif dilakukan oleh

pemimpin yang secara terus menurus mengawasi bawahan untuk

mengantisipasi adanya kesalahan. Dan pasif yang berarti

intervensi dan kritik dilakukan setelah kesalahan terjadi,

pemimpin terlebih dahulu menunggu tugas selesai. Selanjutnya

menentukan ada atau tidaknya kesalahan.

3) Laissez – Faire

Kepemimpinan gaya liberal, memberikan kebebasan luas

terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai

kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Kepemimpinan

otoriter akan menimbulkan ketidakpuasan para karyawan karena

mereka merasa tegang, takut dan kurang berinisiatif,

Page 14: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

20

kepemimpinan ini diterapkan dalam organisasi yang menghadapi

keadaan darurat. Kepemimpinan demokrasi akan menimbulkan

kepuasan kerja para karyawan, akan terjadi saling saran antara

pimpinan dan bawahan, semua orang dianggap sama pentingnya

dalam menyumbangkan ide dalam pembuatan keputuasn.

Kepemimpinan liberal akan menyebabkan ketidakpuasan di

pihak pimpinan, karena melaksanakan sedikit kontrol dan

pengawasan pada karyawan.

2.4 Analisis Wacana Kritis

Istilah wacana secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta

wac/wak/vak, artinya ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kata tersebut mengalami

perkembangan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai

perkataan atau tuturan. Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para

linguis di Indonesia sebagai terjemahan istilah dari bahasa Inggris discourse. Kata

ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari) (Oetomo,

1993:3).

Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail

Maharimin, yakni sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut

urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan

maupun tulisan, yang resmi dan teratur (Sobur, 2001:10). Sedangkan menurut

Roger Flower dalam buku Eriyanto mengatakan wacana adalah komunikasi lisan

atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang

masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah

organisasi atau representasi dari pengalaman (Eriyanto, 2001:2). Mengenai

pengertian analisis wacana, Alex Sobur berpendapat bahwa wacana merupakan

studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi

(pragmatik) bahasa (Sobur, 2001:75).

Berdasarkan rumusan pendapat mengenai pengertian wacana tersebut,

maka dapat dirangkum pengertian wacana itu adalah “sebuah cara

Page 15: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

21

mengkomunikasikan pikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan

sistematis dalam kesatuan bahasa yang besar, dengan tema-tema dan topik-topik

yang disajikan kepada khalayak.”

Analisa adalah cara mengkaji soal dengan mencari unsur-unsur dasar yang

terkandung dalam persoalan tersebut dan kemudian menggali hubungan antara

unsur-unsur itu, proses pemecahan kasus secara teratur, terorganisasi, sistematis,

dan langkah menguraikan satu keseluruhan ke dalam bagian-bagian. Sedangkan

analisis adalah memecahkan, menguraikan, melepaskan, dan membuat terurai

(Dagun, 1977:44).

Dalam suatu studi terhadap media, terdapat beberapa pendekatan yang

dapat digunakan, yaitu analisis isi, analisis framing, analisis semiotika, dan

analisis wacana. Posisi keempatnya sama-sama berada dalam pembahasan

terhadap isi media, khususnya dengan metodologi kualitatif. Perbedaannya adalah

pendekatan analisis isi hanya bertujuan melihat peristiwa apa yang diberitakan

pada suatu media (to find what), sementara kegiatan pendekatan lainnya melihat

bagaimana wartawan memandang suatu peristiwa (to find how). Seiring

perkembangannya, analisis isi dinilai memiliki banyak keterbatasan untuk

menganalisis isi pesan, terutama dalam menyingkap tingkat ideologis suatu

media.

Sementara seperti yang Alex Sobur katakan bahwa dengan analisis

framing, analisis semiotika, dan analisis wacana dapat dipahami bahwa isi media

itu dipengaruhi oleh berbagai komponen dalam institusi media itu sendiri (Sobur,

2001:3). Rincinya, analisis isi hanya melihat apa yang tertulis dalam teks media.

Analisis semiotika meneliti tanda-tanda yang terdapat dalam bahasa atau gambar.

Analisis framing membedah cara-cara atau ideologi media dalam mengonstruksi

fakta dengan melihat bagian-bagian yang ditonjolkan, dihilangkan, dan arah suatu

pemberitaan. Sedangkan analisis wacana melihat bagimana cara media atau

wartawan mewacanakan suatu berita dengan meneliti struktur dan kesinambungan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

22

suatu teks. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan analisis

wacana.

Pembahasan wacana pada segi lain adalah membahas bahasa dan tuturan

itu harus di dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang utuh. Analisis

wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit

kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana

merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan pengamatan dan

penafsiran peneliti. (Eriyanto, 2001:337).

Ada tiga pandangan mengenai analisis wacana dalam bahasa. Pandangan

pertama dituturkan kaum positivism-empiris, menurutnya analisis wacana

menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa dan pengertian bahsa. Pandangan

kedua disebut konstruktivisme, yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu

analisis untuk membongkar maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan ketiga

disebut sebagai paradigm kritis yang menekankan pada konstelasi kekuatan yang

terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, di mana bahasa dipahami

sebagai reprentasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema

wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya (Badara, 2012:19-20).

Paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah saluran bebas dan netral. Media

justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi

kelompok yang tidak dominan. (Eriyanto, 2001:3-6). Pandangan ini melihat

bagaimana kedudukan wartawan dan media yang bersangkutan dalam keseluruhan

proses berita.

Eriyanto (2001:3-6) memandang wacana dalam 3 pandangan, pandangan

positivisme-empiris, konstruktivisme dan kritis. Positivisme-empiris memandang

bahwa bahasa adalah jembatan antara manusia dan obyek di luar dirinya, sehingga

analisis wacana digunakan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa dan

pengertian bersama. Para konstruktivisme memandang bahasa sebagai subyek

yang memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu

dalam setiap wacana, sehingga analisis wacana digunakan untuk membongkar

Page 17: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

23

maksud atau makna tertentu. Pandangan kristis menganggap bahasa sebagai

representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, sehingga analisis

wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa

seperti batasan wacana, prespektif yang dipakai, dan topik yang dibicarakan.

Analisis wacana kritis bukan hanya mempelajari mengenai bahasa. Bahasa

dalam analisis wacana dianalisis dengan menggambarkan dan menghubungkan

dengan konteks. Konteks yang dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan untuk

tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan (Eriyanto,2001:7).

Menurut Fairclough dan Wodak (2001:7) analisis wacana kritis dalam pemakaian

bahasa berupa kata-kata dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial, yang

berdampak menjadi efek ideologi dimana ia dapat memproduksi dan

mereproduksi hubungan kuasa yang tidak seimbang. Kekuasaan yang didapat

digunakan sebagai pembentukkan subyek dan merepresentasikan masyarakat.

Analisis wacana kritis memiliki karakteristik menurut Teun A. van Djik,

Fairclough, dan Wodak (Eriyanto,2001:8) :

1. Tindakan

Wacana dipahami sebagai suatu tindakan, dalam hal ini wacana dianggap

sebagai suatu interaksi. Interaksi yang dimaksudkan adalah tulisan dan

tutur kata, sehingga tulisan dan tutur kata dianggap sebagai wacana.

Wacana dipandang sesuatu yang bertujuan baik mempengaruhi, mendebat,

atau membujuk, dan juga dipandang sebagai sesuatu yang diekspresikan

secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

Konteks wacana kritis melihat wacana dipandang diproduksi, dimengerti,

dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Guy Cook (2001:8)

memandang konteks wacana sama dengan konteks komunikasi, seperti

siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam situasi

dan khalayak seperti apa dan sebagainya. Arti sempitnya konteks dalam

wacana digunakan untuk melihat latar belakang, situasi sebuah peristiwa.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

24

3. Historis

Historis melihat wacana berada dalam sebuah konteks sosial, sehingga

wacana ditempatkan dalam konteks historis tertentu. Kontes historis akan

melihat sejarah atau cerita dibalik sebuah wacana atau melihat bagaimana

keadaan saat wacana diproduksi.

4. Kekuasaan

Teks atau sebuah percakapan dipandang sebagai sebuah wacana. Wacana

tersebut bukan sebagai sesuatu yang ilmiah, wajar dan netral, namun

wacana merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan

yang dimaksud adalah sebuah kunci hubungan antara wacana dengan

masyarakat. Memiliki kekuasaan berarti berhak mengkontrol siapa yang

perlu diwacanakan dan diwacanakan seperti apa, sehingga wacana tersebut

dipakai untuk mengkontrol pihak yang tidak dominan.

5. Ideologi

Dalam ideologi, memandang teks dan percakapan sebagai sebuah praktik

ideologi atau cerminan ideologi. Ideologi tersebut dibangun untuk

mereproduksi/ melegitimasi dominasi, namun sebenarnya memberikan

kesadaran palsu bagi kaum non dominasi.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

25

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4.

Penelitian Tedahulu

Penelitian Judul Konsep Metode Hasil

Penelitian

M. Fikri

Halim

Analisis

Wacana

Kritis

Tentang

Perbudakan

Modern

Dalam

Program

Bedah

Editorial

Media

Indonesia di

Metro TV

Mengetahui

konstruksi

teks, kognisi

sosial dan

konteks sosial

dalam

Program

Bedah

Editorial

Media

Indonesia

tentang

perbudakan

modern di

Metro TV.

Kualitatif,

pendekatan

analisis wacana

kritis Teun A.

Van Dijk.

Melihat pada

level teks yang

dianalisa

menggunakan

elemen wacana,

kemudian

dirangkum

sehingga terlihat

ideologi yang

ingin

disampaikan

Teks yang

dikonstruksi

oleh Media

Indonesia dan

diangkat oleh

Metro TV

sebagai bahan

diskursus

editorial ini

menjadi

sebuah

realitas yang

penting

diketahui dan

dipahami oleh

masyarakat.

Dimas Abdi

Walidirridl

o

Kontsruksi

Media

Online pada

Kepemimpin

an Jokowi-

Basuki

(Analisis

Wacana

Menjelaskan

bagaimana

Konstruksi

Media Online

pada

Kepemimpina

n Jokowi-

Basuki melalui

Eksplanatif,

pendekatan

analisis wacana

kritis Teun A.

Van Dijk untuk

menganalisis teks

media yang ada

pada liputan

Liputan

khusus

Kompas.com

terkait

pemberitaan

kepemimpina

n Jokowi dan

Basuki

Page 20: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

26

“Satu Tahun

Jokowi-

Basuki” pada

Kompas.com

Edisi

Liputan 10-

14

November

2013)

Analisis

Wacana “Satu

Tahun Jokowi-

Basuki” pada

Kompas.com

Edisi Liputan

10-14

November

2013.

Kompas.com. menggambark

an sosok

pemimpin

yang

bertanggung

jawab, cerdas,

dekat dengan

rakyat kecil

dan penuh

aksi. Dan dari

isi berita

secara

keseluruhan

memberikan

citra positif

bagi Jokowi

dan Basuki di

mata

masyarakat.

Neneng

Hasanah

Analisis

Wacana

“Human

Interest”

Pada Acara

Kick Andy

di Metro TV

(Episode Aa

Gym

Menjawab)

Memperoleh

gambaran

mengenai

program acara

Kick Andy dan

mencari

informasi, dan

data sebanyak-

banyaknya

mengenai

penerapan

Kualitatif,

pendekatan

analisis wacana

kritis Teun A.

Van Dijk.

Melihat pada

level teks yang

dianalisa

menggunakan

elemen wacana,

kemudian

Acara Kick

Andy pada

episode “Aa

Gym

Menjawab”

mengandung

segi human

interest yang

memberikan

penekanan

pada fakta-

Page 21: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

27

konsep berita

yang terdapat

dalam tayangan

televisi

program acara

Kick Andy,

serta mengupas

konstruksi

wacana pada

level teks,

kontek sosial,

dan kognisi

sosial dalam

acara Kick

Andy di Metro

TV episode AA

Gym

Menjawab.

dirangkum

sehingga terlihat

ideologi yang

ingin

disampaikan.

fakta yang

menggugah

emosi,

menghibur,

memunculkan

empati dan

keharuan.

Rani

Setyaningru

m

Takumansa

ng

Analisis

Wacana

Kritis Gaya

Kepemimpin

an Ridwan

Kamil dan

Ganjar

Pranowo

dalam

Program

Talkshow

Mata Najwa

Mendeskripsik

an gaya

kepemimpinan

Ridwan Kamil

dan Ganjar

Pranowo

dalam

tayangan

program

talkshow Mata

Najwa episode

Pejabat

Deskriptif

kualitatif,

menggunakan

pendekatan

analisis wacana

kritis model Teun

A. Van Dijk,

yaitu dengan

menganalisis teks

berupa

percakapan dalam

tayangan,

Penelitian ini

difokuskan

pada makna di

balik pesan

program

talkshow

Mata Najwa

episode

‘Pejabat

Kekinian’

mengenai

gaya

Page 22: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

28

Episode

Pejabat

Kekinian

Kekinian.

kemudian secara

kognisi sosial

mendokumentasi

kan wacana-

wacana pada

media massa dan

media sosial

Ridwan Kamil

dan Ganjar

Pranowo, dan

secara konteks

sosial

menganalisis

melalui kondisi

sosial di Bandung

dan Jawa Tengah.

Setelah itu

dengan

menggunakan

teori gaya

kepemimpinan

George R. Terry

dapat dilihat gaya

kepemimpinan

Ridwan Kamil

dan Ganjar

Pranowo.

kepemimpina

n Ridwan

Kamil dan

Ganjar

Pranowo.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

29

Dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai

acuan untuk ini, dan sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas bahwa metode

yang digunakan adalah metode analisis wacana kritis dengan model Teun Van

Djik, maka peneliti merasa pernting untuk menggambarkan perbedaan dari

penelitian yang hendak dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu diatas.

Peneliti melihat bahwa pada penelitian beberapa penelitian terdahulu

diatas secara secara konsep pada umumnya hanya menggambarkan bagaimana

media mengkonstruksi atau membangun sebuah teks, wacana, gambaran sebuah

program acara dan juga idielogi yang dibangun melalui media serta program acara

yang diteliti. Lebih jauh peneliti belum melihat adanya upaya untuk melihat lebih

jauh tentang hal-hal yang sebenarnya ingin disampaikan melalui teks serta wacana

yang dikonstruksi oleh media yang diteliti serta program acara yang diteliti

sebelumnya. Untuk itu melalui penelitian ini peneliti tidak sekedar mencari tau

bagai mana media lewat program acaranya mengkonstruksi teks, wacana serta

ideologi yang dibangun tapi peneliti lebih jauh ingi melihat apa yang hendak

disampaikan di balik hal – hal tersebut.

Dengan mengamati program talkshow Mata Najwa edisi pejabat kekinian,

peneliti tidak hanya melihat bagaimana konstruksi media khususnya program

Mata Najwa dalam membangun wacana tentang pejabat kekinian, tapi dalam

penelitian ini peneliti menghubungkannya denga gaya kepemimpinan sehingga

nantinya dapat diketahui bagaimana gaya kepemimpinan dikemas, digambarkan

dan wacanakan lewat tema pejabat kekinian dalam program talkshow Mata Najwa

dengan nara sumber Ridwan Kamil (Walikota Bandung) dan juga Ganjar

Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) selaku pejabat.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORIrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/2/T1_362012047_BAB II... · Sebab dalam satu kelompok yang ... kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya merupakan

30

2.6 Kerangka Pikir

Pada tanggal 9 Maret 2016, program talkshow Mata Najwa mengangkat

episode ‘Pejabat Kekinian’ yang menghadirkan Ridwan Kamil dan Ganjar

Pranowo sebagai narasumber utama. Dari tayangan inilah, peneliti ingin melihat

bagaimana gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo berdasarkan

analisis wacana kritis program talkshow Mata Najwa episode ‘Pejabat Kekinian’.

Untuk mengetahui wacana kepemimpinan tersebut peneliti akan menganalisis

tayangan tersebut menggunakan model analisis Teun A. Van Dijk. Pertama,

peneliti akan menganalisis secara teks. Kemudian, peneliti akan melihat kognisi

dari wacana-wacana yang ada di media massa dan media sosial. Setelah itu,

dilihat konteks sosialnya dari kondisi-kondisi lokal (tempat kedua pejabat daerah

ini bertugas, Bandung dan Jawa Tengah), juga melihat kondisi nasional saat ini.

Baru kemudian peneliti menggunakan teori gaya kepemimpinan George R. Terry

untuk melihat gaya kepemimpinan Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo.

Bagan 1.

Kerangka Pikir

Pesan

(Kepemimpinan)

Program Talkshow Mata

Najwa

Episode ‘Pejabat Kekinian’

Analisis Wacana Kritis

Teun A. Van Dijk

Teori Gaya

Kepemimpinan

George R. Terry.

Gaya Kepemimpinan Ridwan

Kamil dan Ganjar Pranowo

Hasil Penelitian