BAB II-III Sudah Di Masukkan Latar Belakang Dan Tujuan

download BAB II-III Sudah Di Masukkan Latar Belakang Dan Tujuan

of 73

description

m

Transcript of BAB II-III Sudah Di Masukkan Latar Belakang Dan Tujuan

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangEpilepsi di definisikan sebagai suatu keadaan yang di tandai oleh bangkitan berulang sebagi akibat dari gangguan fungsi otak secara intermiten oleh karena lepasnya muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron neuron otak secara paroksimal yang dapat di sebabkan oleh berbagai etiologi. Angka kejadia epilepsy masih tinggi terutama di Negara berkembang. Sejumlah studi menunjukkan prevalensi epilepsi berkisar antara 0.5 4% atau 8,2 per 1.000 penduduk, sedangkan insidensinya mencapai 50-70 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah penderita epilepsi di Indonesia diperkirakan mencapai 1,1-8,8 juta jiwa.Salah satu etiologi penyebab epilepsi ada gizi buruk. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Maka sangat tinggi kemungkinan anak yang menderita gizi buruk untuk menderita epilepsy dan penyakit lainnya.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.TujuanPenyajian laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pasien epilepsy dengan status gizi buruk di sertai demam berdarah dengue yang di rawat di Rumah Sakit (RS) Arjawinangun pada tanggal 27 mei 2015.

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Pasien anak bernama R, umur 10 bulan 9 hari, jenis kelamin perempuan, beralamat Bakunglor, Kabupaten Cirebon. Pasien masuk ke IGD RS Arjawinangun pada tanggal 27 Mei 2015 jam 18.40. Pasien merupakan anak dari tuan M, berumur 23 tahun bekerja sebagai petani dengan pendidikan terakhir sekolah dasar dan ibu pasien bernama nyonya S, berumur 21 tahun dengan pendidikan terakhir pada sekolah dasar bekerja sebagai ibu rumah tangga.

ANAMNESISAlloanamnesis dilakukan pada ibu pasien pada 27 Mei 2015 jam 18.40 WIBDari anamnesis lebih lanjut diperoleh keterangan bahwa pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun dengan keluhan kejang sebanyak satu kali selama 30 menit pada seluruh badan. Sebelum terjadi kejang, terdapat demam pada siang hari. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Terdapat muntah sebanyak satu kali berupa isi makanan. Pasien menyangkal pernah berobat sebelum datang ke rumah sakit.

Berdasarkan informasi lebih lanjut, pasien belum pernah memiliki riwayat penyakit selain batuk dan demam. Orang tua pasien menyangkal keluarga pasien memiliki riwayat kejang seperti pasien. Pasien merupakan anak pertama dari orangtuanya.

Dalam keterangan lebih lanjut, selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol ke bidan. Pada saat persalinan anak dilahirkan pada umur 9 bulan, pervaginam, di rumah sakit dengan berat lahir 2800 gr dan panjang badan 48 cm tanpa penyulit. Pasien diberikan Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir. Pasien sempat diberikan susu Vidoran Smart saat 5 hari setelah lahir. Susu dihentikan setelah dua bulan dan digantikan menggunakan ASI. Pasien kemudian diberikan ASI hingga saat ini dan diberikan setiap 15 menit sekali. Menurut keterangan ibu pasien sejak berusia 0-1 bulan pasien lebih banyak tidur dan mulai menangis. Pada usia 3 bulan, pasien dapat duduk dan memgang barang. Pada usia 6 bulan, pasien sudah dapat memanggil mama, papa. Sementara pada usia 7 bulan, pasien dapat berjalan sambil dipegang. Pada usia 8 bulan, pasien dapat merangkak. Dari usia 9 bulan hingga 10 bulan, pasien menjadi lebih aktif bergerak. Berdasarkan keterangan tambahan dari ayah dan ibu pasien, pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga dengan penghasilan tidak tentu setiap harinya. Tinggal di rumah dengan ukuran 13x6 m2, 2 kamar, ventilasi dan cahaya cukup, KM dan WC diluar rumah berupa jamban dengan jarak 100 m dari rumah. Air berasal dari PAM dan keluarga biasanya mandi menggunakan air sumur. PEMERIKSAAN FISIK

A. Pemeriksaan umumPasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis, tanda vital pasien ditemukan suhu 39,1oC, nadi 80 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit. Berat badan 6,5 kg dan panjang badan 70 cm. Status gizi pada pasien ini dilihat dari berat badan atas dibandingkan dengan umur. Badan terlihat kurus. Berdasarkan kurva Center of Disease Control (CDC) :

Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi buruk.

B. Pemeriksaan khusus Pada pemeriksaan khusus didapatkan kulit pasien berwarna sawo matang, tidak ada sikatrik, tidak tampak ikterus dan tidak ada petekie. Bentuk kepala normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut. Bentuk bola mata kanan kiri normal, palpebra superior dan inferior tidak edema, kedudukan kedua bola mata dan bentuk alis mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya positif. Telinga bentuk normal, simetris kanan dan kiri, dan tak tampak serumen. Bentuk hidung simetris, deviasi septum tidak ada, secret tidak ada. Bentuk mulut tidak ada kelainan. Bibir merah dan tidak kering, sianosis tidak ada, tidak ada tremor. Tonsil T1-T1, tenang, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis. Leher tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea ditengah.Pada pemeriksaan torak didapatkan inspeksi, bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, tidak ada krepitasi, tidak ada fraktur dan tidak ada massa. Pada pemeriksaan perkusi tidak dilakukan, sedangkan hasil dari pemeriksaan auskultasi suara nafas vesikular dikedua hemithoraks, dan tidak ditemukan ronki serta wheezing pada paru-paru kanan dan kiri. Pada pemeriksaan palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Pada pemeriksaan perkusi tidak dilakukan, sedangkan pada pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan gallop.Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi abdomen cembung dan tidak tampak gambaran vena kolateral. Pada auskultasi terdengar bising usus normal. Pada pemeriksaan perkusi terdengar timpani diseluruh lapang abdomen, tidak ditemukan adanya shifting dullness. Pada palpasi teraba supel. Nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada, dan tidak terdapat undulasi.Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin perempuan, tidak hiperemis, tidak keluar sekret. Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah didapatkan akral hangat, tidak terdapat edema. Sianosis tidak terlihat pada keempat ekstremitas serta terdapat hemiparesis bagian tubuh kanan. Pada pemeriksaan lebih lanjut tidak ditemukan refleks patologis maupun tanda rangsang meningeal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 27 Mei 2015 pukul 19.03 WIB ditemukan kadar leukosit 12.65, hemoglobin 11.8, hematokrit 34.6, MCV 67.3, MCH 23.0 dan trombosit 167.000. Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 29 Mei 2015 pukul 09.00 WIB ditemukan kadar leukosit 4.17, hemoglobin 11.1, hematokrit 33.4, MCV 68.9, MCH 22.9 dan trombosit 70.000.Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin 29 Mei 2015, ditemukan warna urin kuning, pH 5, berat jenis 1.005, nitrit negatif, protein negatif, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif, darah samar negatif. Sedimen leukosit ditemukan (+) 1-2, eritrosit (+) 0-2, epitel (+) 3-5. Kristal, bakteri, jamur serta silinder hasilnya negatif. Pada pemeriksaan EEG 30 Mei 2015, ditemukan kesan fokus epileptogenik pada regio frontal kanan serta disfungsi kortikal di regio fronto-parieta-temporal. Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 3 Juni 2015 pukul 09.00 WIB ditemukan kadar leukosit 7.3, hemoglobin 10.0, hematokrit 31.1, MCV 67.2, MCH 21.6 dan trombosit 62.000.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 3 Juni 2015 pukul 18.38 WIB ditemukan kadar leukosit 8.4, hemoglobin 10.3, hematokrit 31.7, MCV 66.6, MCH 21.6 dan trombosit 92.000.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 4 Juni 2015 pukul 08.17 WIB ditemukan kadar leukosit 6.88, hemoglobin 10.7, hematokrit 31.4, MCV 67.4, MCH 22.8 dan trombosit 115.000.Pada pemeriksaan serologi Dengue 4 Juni 2015 pukul 09.57, IgG Dengue Blot negatif dan IgM Dengue Blot positif.Pada pemeriksaan fungsi hati 4 Juni 2015 pukul 10.33, albumin sejumlah 3.51, SGOT 87 dan SGPT 34.

RESUME

Pasien anak bernama R, umur 10 bulan 9 hari, jenis kelamin perempuan masuk ke IGD RS Arjawinangun pada tanggal 27 Mei 2015 jam 18.40 dengan keluhan kejang sebanyak satu kali selama 30 menit pada seluruh badan. Sebelum terjadi kejang, terdapat demam pada siang hari. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Terdapat muntah sebanyak satu kali berupa isi makanan. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis, tanda vital pasien ditemukan suhu 39,1oC, nadi 80 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit. Berat badan 6,5 kg dan panjang badan 70 cm. status gizi pasien ini adalah gizi buruk.Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin 29 Mei 2015, ditemukan warna urin kuning, pH 5, berat jenis 1.005, nitrit negatif, protein negatif, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif, darah samar negatif. Sedimen pada leukosit (+) 1-2, eritrosit (+) 0-2, epitel (+) 3-5. Kristal, bakteri, jamur serta silinder hasilnya negatif. Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 3 Juni 2015 pukul 09.00 WIB ditemukan kadar leukosit 7.3, hemoglobin 10.0, hematokrit 31.1, MCV 67.2, MCH 21.6 dan trombosit 62.000.Pada pemeriksaan EEG 3 Juni 2015, ditemukan kesan fokus epileptogenik pada regio frontal kanan serta disfungsi kortikal di regio fronto-parieta-temporal. Pada pemeriksaan serologi Dengue 4 Juni 2015 pukul 09.57, IgG Dengue Blot negatif dan IgM Dengue Blot positif. Pada pemeriksaan fungsi hati 4 Juni 2015 pukul 10.33, albumin sejumlah 3.51, SGOT 87 dan SGPT 34.

DIAGNOSISEpilepsi dengan Dengue Haemorrhagic Fever disertai Gizi Buruk

TATALAKSANAPasien ini diberikan RL 7 tpm, Ikalep 2 x 1 cc, Diazepam 2 mg bila diperlukan, antrain 3 x 20 mg dan ranitidin 2 x10 mg. Pemeriksaan penunjang yang direncanakan adalah pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, EEG, serologi Dengue Blot dan fungsi hati. PEMANTAUANTanggal 28 Mei 2015Pasien mengalami kejang pertama kali selama 30 menit sebelum dibawa ke rumah sakit. Setelah kejang, pasien sadar. Terdapat demam sebelum kejang.Pasien juga mengalami batuk dan pilek. Pasien tidak mengalami mual dan muntah. Pasien belum BAB semenjak 1 hari SMRS. Nafsu makan dan minum baik. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 70/50 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 36 x/menit, suhu 39.1oC. Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 27 Mei 2015 pukul 19.03 WIB ditemukan kadar leukosit 12.65, hemoglobin 11.8, hematokrit 34.6, MCV 67.3, MCH 23.0 dan trombosit 167.000. Diagnosa kerja pasien ini adalah Kejang Demam Kompleks. Pasien diberikan KAEN 1B 10 tetes per menit mikro, Diazepam 2 mg bila perlu, Antrain 3 x 20 mg, Ranitidin 2 x 20 mg.

Tanggal 29 Mei 2015

Pasien tidak mengalami kejang lagi. Tidak ada muntah, pilek dan batuk. Terdapat riwayat jatuh dari tempat tidur tiga kali. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,80C.Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 29 Mei 2015 pukul 09.00 WIB ditemukan kadar leukosit 4.17, hemoglobin 11.1, hematokrit 33.4, MCV 68.9, MCH 22.9 dan trombosit 70.000.Diagnosa kerja pasien ini adalah Kejang Demam Kompleks. Pasien diberikan KAEN 1B 10 tetes per menit mikro, Diazepam 2 mg bila perlu, cefotaxim 2 x 350 mg, Antrain 3 x 0,15 cc. Pasien dipersiapkan untuk melakukan darah rutin ulang, urin rutin, fungsi hati dan EEG.

Tanggal 30 Mei 2015Pasien tidak mengalami kejang lagi. Tidak ada muntah, pilek dan batuk. BAB dan BAK normal. Terdapat demam naik turun terutama malam hari. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 116 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 28x/menit, suhu 37,70C.Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin 29 Mei 2015, ditemukan warna urin kuning, pH 5, berat jenis 1.005, nitrit negatif, protein negatif, glukosa negatif, keton negatif, bilirubin negatif, urobilinogen negatif, darah samar negatif. Sedimen pada leukosit (+) 1-2, eritrosit (+) 0-2, epitel (+) 3-5. Kristal, bakteri, jamur serta silinder hasilnya negatif. Diagnosa kerja pasien ini adalah KDK. Pasien diberikan KAEN 1B 10 tetes per menit mikro, Diazepam 2 mg bila perlu, cefotaxim 2 x 350 mg, Antrain 3 x 0,15 cc. Pasien dipersiapkan untuk melakukan darah rutin ulang dan EEG.

Tanggal 1 Juni 2015Pasien tidak mengalami kejang lagi. Terdapat keluhan demam naik turun. Tidak ada muntah, pilek dan batuk. BAB dan BAK normal. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 32x/menit, suhu 37,30C.Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Terdapat hasil EEG menunjukkan fokus epileptogenik di regio frontal kanan. Terdapat disfungsi kortiak di regio fronto-parietal-temporal. Diagnosa kerja pasien ini adalah Epilepsi. Pasien diberikan Ikalep 2 x 1 cc, KAEN 1B 10 tetes per menit mikro, Diazepam 2 mg bila perlu, cefotaxim 2 x 350 mg, Antrain 3 x 0,15 cc. Pasien dipersiapkan untuk melakukan darah rutin ulang, serologi Dengue Blot dan fungsi hati.

Tanggal 3 Juni 2015Pasien tidak mengalami kejang lagi. Tidak ada muntah, pilek dan batuk. BAB dan BAK normal. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 40x/menit, suhu 37,10C.Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Terdapat hasil EEG menunjukkan fokus epileptogenik di regio frontal kanan. Terdapat disfungsi kortiak di regio fronto-parietal-temporal. Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 3 Juni 2015 pukul 09.00 WIB ditemukan kadar leukosit 7.3, hemoglobin 10.0, hematokrit 31.1, MCV 67.2, MCH 21.6 dan trombosit 62.000.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 3 Juni 2015 pukul 18.38 WIB ditemukan kadar leukosit 8.4, hemoglobin 10.3, hematokrit 31.7, MCV 66.6, MCH 21.6 dan trombosit 92.000.Diagnosa kerja pasien ini adalah Epilepsi dengan DHF grade I. Pasien diberikan Ikalep 2 x 1 cc, KAEN 1B 10 tetes per menit mikro, Diazepam 2 mg bila perlu, cefotaxim 2 x 350 mg, Antrain 3 x 0,15 cc. Pasien dipersiapkan untuk melakukan darah rutin ulang, serologi Dengue Blot dan fungsi hati.

Tanggal 4 Mei 2015Pasien tidak mengalami kejang lagi. Tidak ada muntah, pilek dan batuk. BAB dan BAK normal. Keadaan umum pasien tampak baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 100/60x/menit, isi cukup dan teratur, frekuensi nafas 36x/menit, suhu 36,80C.Pada pemeriksaan fisik kepala normochepal, pada pemeriksaan mata tidak terdapat konjungtiva anemis, tidak terdapat sklera ikterik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan jantung BJI-BJII normal reguler, tidak terdapat murmur dan tidak ada gallop. Pulmonal vesikuler dikedua hemitoraks, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru. Abdomen datar lembut, bising usus positif normal, dan tidak terdapat nyeri tekan. Genitalia tidak ada kelainan. Keempat ekstremitas teraba akral hangat dan tidak ada edema, tidak hemiparesis.Pada pemeriksaan laboratorium hematologi 4 Juni 2015 pukul 08.17 WIB ditemukan kadar leukosit 6.88, hemoglobin 10.7, hematokrit 31.4, MCV 67.4, MCH 22.8 dan trombosit 115.000. Pada pemeriksaan serologi Dengue 4 Juni 2015 pukul 09.57, IgG Dengue Blot negatif dan IgM Dengue Blot positif. Pada pemeriksaan fungsi hati 4 Juni 2015 pukul 10.33, albumin sejumlah 3.51, SGOT 87 dan SGPT 34. Diagnosa kerja pasien ini adalah Epilepsi dengan DHF grade I fase penyembuhan. Pasien diberikan Ikalep 2 x 1 cc. Pasien diperbolehkan pulang.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKAEPILEPSI

DefinisiInternational Leauge Against Epilepsy (ILAE) mendefinisikan epilepsi sebagai penyakit otak dengan kondisi berikut: (1) setidaknya dua kejang yang tidak terprovokasi (atau refleks) yang terjadi terpisah lebih dari 24 jam; (2) satu kejang tidak terprovokasi (atau refleks) dan sebuah kemungkinan kejang berikutnya serupa dengan resiko kembali umum (setidaknya 60%) setelah dua kejang tidak terprovokasi, terjadi lebih dari 10 tahun berikutnya. (3) diagnosa sindroma epilepsi (berdasarkan pemeriksaan elekroenselfalografi).1Epilepsi dianggap dapat disembuhkan pada individu yang telah memiliki sindroma epilepsi bergantung pada umur dan juga telah melewati usia sesuai atau telah bebas kejang selama lebih 10 tahun dan tidak menggunakan obat anti kejang setidaknya selama 5 tahun.1

Epidemiologi

Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak, menimbulkan berbagai permasalahan antara lain kesulitan belajar, gangguan tumbuh-kembang, dan menentukan kualitas hidup anak sehingga membuthkan koordinasi penanganan tertentu. Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 46 per 1000 anak, tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur populasi. Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.0001.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 4050% terjadi pada anak-anak.2Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita epilepsi, tetapi tidak ditemukan perbedaan ras. Angka kejadian lebih banyak pada laki-laki, serupa dengan penelitian di Turki didapatkan 59,3% laki-laki, sebagai faktor risiko terjadinya epilepsi. Usia