BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Penertian Model Pembelajaran Model mengajar menurut Joyce dan Weil (Dimyanti 2006) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer. Sedangkan menurut Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas ataupun tutorial. Sedangkan menurut Naniek (2010: 7) model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa, dosen, dan materi pembelajaran yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Menurut Soekamto (Trianto, 2011: 22) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfugsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. sejalan dengan Sanjaya (2006: 103) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah langkah atau prosedur sistematis yang merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dan dijadikan pedoman seorang pengajar agar bisa memberikan pengalaman belajar siswa dan dapat mencapai tujuan awal pembelajaran.

Transcript of BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB...

Page 1: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Penertian Model Pembelajaran

Model mengajar menurut Joyce dan Weil (Dimyanti 2006) adalah “suatu

deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,

kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar,

buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar

melalui program komputer”. Sedangkan menurut Menurut Agus Suprijono (2009:

46) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas ataupun tutorial”. Sedangkan menurut Naniek

(2010: 7) “model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa, dosen, dan

materi pembelajaran yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran”.

Menurut Soekamto (Trianto, 2011: 22) “model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfugsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar”. sejalan dengan Sanjaya (2006: 103) menyatakan bahwa

“model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan

para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar”.

Menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa

model pembelajaran adalah langkah atau prosedur sistematis yang merupakan

deskripsi dari lingkungan belajar yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran dan dijadikan pedoman seorang pengajar agar bisa memberikan

pengalaman belajar siswa dan dapat mencapai tujuan awal pembelajaran.

Page 2: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

7

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Trianto (2011: 67) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan

suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut Suyadi (2013:

130) “Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berorientasi pada masalah

yang autentik dan relevan yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara

terbuka”. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa

untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyususn

penegetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya (Ratumanan dalam

Trianto 2011: 68).

Hamruni (Suyadi: 2013) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

(PBL) dikembangkan dari filasafat konstruktivisme, yang menyatakan kebenaran

merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan

menyusun pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru yang

diperoleh. Menurut Suyadi (2013: 130), pembelajaran berbasis masalah adalah

penyampaian pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara

terbuka. Tujuan utama dari pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah dalam

kehidupan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa problem based learning

adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran yang menjadikan masalah sebagai bahan

utama dalam pembelajaran dimana siswa dihadapkan langsung pada masalah yang

ada di dunia nyata untuk diselesaikan.

Page 3: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

8

2.2.2 Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) memaparkan bahwa model

pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap kegiatan),

sistem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru terhadap siswa),

sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak instruksional dan pengiring. Unsur-

unsur yang terkandung dalam model PBL adalah sebagai berikut:

1. Sintaks, menurut Sani (2014: 157) model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) harus melalui 5 tahap yang telah ditentukan, yaitu: 1) Memberikan

orientasi permasalahan kepada peserta didik, 2) Mengorganisasikan peserta

didik untuk penyelidikan, 3) Pelaksanaan investigasi, 4) Mengembangkan dan

menyajikan hasil, 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.

2. Prinsip reaksi, peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam

pembelajaran, yaitu guru mengorientasikan masalah pada masing-masing

kelompok. Guru membimbing kerjasama tiap kelompok untuk memastikan

bahwa setiap kelompok mendiskusikan bagaimana cara penyelesaian masalah.

Setelah siswa menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah diberikan

pada setiap kelompok. Guru mengkoordinir siswa secara perwakilan untuk

menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari

hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil

belajar masing-masing siswa, guru memberikan soal evaluasi secara individual.

3. Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah menghargai pendapat teman

ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat saat berdiskusi

kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai teman dan

memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan anggota

kelompoknya.

4. Daya dukung, bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan

Page 4: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

9

diberikan kepada siswa untuk masing-masing kelompok. Bahan tersebut dapat

berupa materi maupun soal latihan. Daya dukung yang tidak kalah penting yaitu

lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan

prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus

mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat berjalan

dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa untuk acuan pembagian

kelompok.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring merupakan hasil belajar siswa

setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang secara

umum dimiliki siswa setelah mengikuti yaitu siswa mampu bertransisi kedalam

tim secara efisien, membangun pengetahuannya melalui diskusi dengan teman

sebaya, sehingga siswa bisa lebih bebas ekspresi tanpa ada rasa takut. Siswa kan

terbiasa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan

penjelasan dari guru.

Berdasarkan pendapat Nurhadi, Trianto dan Arends dapat dikemukakan bahwa

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki komponen: 1) suatu

sistem pembelajaran, 2) memiliki permasalahan pembelajaran, 3) membutuhkan

penyelidikan untuk memecahkan masalah, 4) siswa dapat menyusun pengetahuannya

sendiri. Kesimpulan dari beberapa komponen (PBL) di atas adalah sistem

pembelajaran yang berbasis pada masalah pembelajaran, yang membutuhkan

penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat

mengembangkan kemandirian siswa melalui pemecahan masalah pembelajaran yang

bermakna bagi kehidupan siswa.

Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran

melalui model PBL adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang muncul dari suasana pembelajaran

Page 5: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

10

yang dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang

timbul dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL adalah

siswa dapat saling menghargai pendepat orang lain melalui diskusi kelompok.

Sedangkan, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa melalui pembelajaran

mennggunakan model PBL adalah melatih kerjasama, toleransi, kejujuran, kritis,

ketekunan, menumbuhkan sikap disiplin, dan tanggung jawab.

2.2.3 Karakteristik PBL

Setiap model pembelajaran memiliki ciri/karakteristik tertentu yang berbeda-

beda. Mengutip pendapat Rusman (2011: 232) berpendapat sebagai berikut.

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain: a) masalah sebagai

starting point dalam belajar, b) masalah yang disajikan ada dalam dunia nyata, c)

permasalahan membutuhkan pespektif ganda, d) permasalahan menarik dan

memancing rasa ingin tahu siswa, e) diutamakan belajar mandiri, f) sumber

belajar dari aneka sumber, g) belajar bekerja sama dan berkomunikasi, h) proses

pemecahan masalah sekaligus sebagai penguasaan isi pengetahuan, i)

keterbukaan dalam pembelajaran, dan j) melibatkan evaluasi dan review

pengalaman siswa dan proses belajar.

Senada dengan kedua pendapat di atas, Wina Sanjaya (Suyadi: 2013)

menyebutkan beberapa karakteristik PBL yaitu 1) serangkaian aktivitas yang

menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan

menyimpulkan, 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,

dan 3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Dari penjelasan di atas, peneliti menyatakan bahwa beberapa ciri/karakteristik

utama yang harus ada dalam PBL di SD yaitu 1) fokus pembelajaran berada pada

masalah, 2) siswa bertugas untuk mencari solusi masalah yang disajikan baik bekerja

mandiri maupun berkelompok, 3) sumber belajar bervariasi tidak hanya dari buku,

dan 4) guru hanya sebagai fasilitator.

Page 6: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

11

2.2.4 Manfaat PBL

Model pembelajaran Problem based Learning memiliki berbagai macam

manfaat. Menurut M. Taufiq Amir (2009: 27), PBL memiliki beberapa manfaat

antara lain 1) menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar, 2)

meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 3) mendorong untuk berpikir, 4)

membangun keterampilan soft skill, 5) membangun kecakapan belajar, dan 6)

memotivasi siswa belajar. Sedangakan menurut Smith dalam Taufiq Amir (2009: 27)

juga menyatakan bahwa dengan menggunakan PBL maka siswa akan memperoleh

beberapa manfaat yaitu: meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah

mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan

dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan

kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa dalam

belajar.

Manfaat PBL yang ingin dicapai untuk siswa SDN Kauman Kidul yaitu

meningkatkan pemahaman atas materi perubahan energi yang terjadi di Indonesia,

dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan mengatasi masalah

siswa yang ada disekitar lingkungan masyarakat.

2.2.5 Langkah-langkah dalam pembelajaran problem based learning

Rusmono (2012: 81) menyebutkan tahapan pembelajaran dengan strategi PBL

yaitu 1) mengorganisasikan siswa kepada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk

belajar, 3) membantu penyelidikan mandii dan kelompok, 4) mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya serta pameran, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah. Menurut sugiyanto (2010: 159) terdapat beberapa

tahapan dalam pembelajaran model PBL dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru

yaitu:

Page 7: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

12

Tabel 2.1

Sintak Pembelaajaran Problem Based learning

No Fase Perilaku Guru

1. Memeberikan orientasi

tentang permasalahan pada

siswa

Guru membahas tentang tujuan pembelajaran mendiskripsikan

dan member mtivasi kepada siswa ikut terlibat dalam

pemecahan masalah.

2. Mengorganisasikan siswa

untuk mandiri

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan

permasalahanya

3. Membantu investigasi

mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang

tepat melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi

4. Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

hasil-hasil yang tepat. Seperti laporan rekaman, video dan

model-model dan membantu menyampaikan kepada orang lain

5. Menganilis dan

mengevaluasi proses

mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap

investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan

2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan

dengan model pembelajaran yang lain. Kelebihan pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) menurut Uden dan Beaumont dalam Suprihatiningrum (2014: 57)

yaitu: 1) Mampu mengingat lebih baik informasi yang didapat, 2) Mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah, berfikir kritis, dan keterampilan komunikasi, 3)

Mengembangkan pengetahuan secara integrasi, 4) Menikmati belajar, 5)

Meningkatkan motivasi, 6) Bagus dalam kerja kelompok, 7) Mengembangkan belajar

strategi, 8) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan model

pembelajaran berbasis masalah/PBL yaitu 1) terjadi pembelajaran bermakna, 2)

dalam situasi PBL, siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan scara

simultan dalam konteks yang relevan, dan 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Adapun kelemahan model Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2011:

221) sebagai berikut: 1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

Page 8: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

13

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba, 2) Keberhasilan model pembelajaran

membutuhkan waktu untuk persiapan, 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka

berusaha untuk memecahkan masalah yang dipelajari, maka mereka tudak akan

belajar apa yang mereka ingin pelajari. Namun kelamahan yang terdapat dapat dalam

problem based learning dapat diatasi dengan persiapan yang matang oleh guru dan

juga motivasi dari guru untuk tidak mudah menyerah.

2.2.7 Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Perlakuan Model Problem

Based Learning (PBL)

Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan pandangan pembelajaran, di

mana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan,

mengumpulkan data, menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil belajar. Agar

tercipta kegiatan-kegiatan di atas guru perlu menggunakan model pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaranpun tidak serta merta dilakukan tanpa adanya

perencanaan. Perancanaan adalah langkah-langkah yang akan dilakukan daklam

kelas. Menurut Arends (2011:401) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan dipaparkan

pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.2

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model PBL

Tahapan

Pelaksanaan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Mengorientasi

masalah kepada

siswa

1. Guru membagi siswa ke

beberapa kelompok, tiap

kelompok terdiridari 4-5 siswa.

2. Guru menjelaskan tugas

kelompok yang akan

didiskusikan bersama anggota

kelompoknya.

3. Guru memastikan setiap

kelompok telah mendapatkan

tugas yang akan didiskusikan

bersama anggota kelompoknya

1. Siswa terbagi menjadi beberapa

kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4-5 siswa.

2. Siswa mendengarkan penjelaskan

dari guru mengenai tugas kelompok

yang akan didiskusikan besama

anggota kelompoknya.

3. Siswa mencatat permasalahan

yang telah disampaikan oleh guru.

Page 9: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

14

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

4. Guru memastikan siswa

disetiap kelompok telah

mendapatkan kelompok.

5. Guru memastikan siswa

dalam posisi diskusi dengan

angota kelompoknya.

4. Siswa duduk bersama anggota

kelompoknyaa untuk berdiskusi.

Mendukung

kelompok investigasi

6. Guru mengawasi siswa saat

berlangsungnya diskusi

kelompok.

7. Guru membimbing setiap

kelompok saat melakukan

diskusi.

8. Guru memastikan setiap

kelompok telah menemukan

solusi yang tepat dari

permasalahan yang telah

diberikan

9. Guru memastikan setiap

kelompok untuk saling

menyepakati solusi terbaik yang

telah didiskusikan bersama

5. Siswa berdiskusi dengan anggota

kelompoknya dan menemukan

penyebab dari permasalahan yang

telah ada.

6. Siswa berdikusi dengan anggota

kelompoknya, diluar bimbingan

guru.

7. Siswa berdiskusi dengan anggota

kelompoknya dengan bimbingan

guru.

8. Siswa disetiap anggota kelompok

saling menyepakati solusi terbaik

yang telah didiskusikan bersama.

Mengembangkan dan

menyajikan artefak

dan memamerkannya

10. Guru memastikan semua

kelompok telah selesai

mengerjakan tugas.

11. Guru mengkoordinnir setiap

perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi

ke depan kelas.

12. Guru meminta siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi

secara bergantian di depan

kelas.

9.Siswa memastikan untuk solusi

yang telah didiskusikan bersama.

10.Siswa mempresentasikan hasil

diskusi kelompok.

11.Siswa mempresentasikan hasil

diskusi secara bergantian

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

penyelesaian

masalah

13. Guru mengkonfirmasi

jawaban dari kelompok yang

telah mempresentasikan hasil

diskusinya.

12. Siswa menerima kofirmasi dari

guru mengenai jawaban dari hasil

diskusi. Siswa mempresentasikan

hasil diskusi kelompok.

Sumber: Arends (2011: 401)

2.3 Model Pembelajaran Inquri

2.3.1 Penertian Model Pembelajaran Inquri

Inquri berasal dari bahsa inggris dalam bahsa indonesia yang berarti proses

bertanya dan mencari tau jawaban. Sanjaya (2013: 196) menjelaskan bahwa model

Page 10: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

15

pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Selanjutnya Sani (2014: 89) Inkuiri

adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang

dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivittas lainnya yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan informasi. Proses yang dilakukan mencakup

pengumpulan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman

yang mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Sedangkan menurut Alberta

Learning dalam Sani (2014: 88) pembelajaran berbasis Inkuiri adalah pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk

melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru.

Pengertian Inquri dari pendapat ketiga ahli di atas memiliki kesamaan yaitu

sebuah model pembelajaran sebelum memecahkan terlebuh dahulu melkaukan

investigasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembalajaran Inquri adalah

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mencari informasi, mengembangkan

pengetahuan, melakukan investigasi untuk mengembangkan pemahaman dan

mendapatkan pengetahuan baru dari masalah.

2.3.2 langakah-langakah Inquri

Langkah-langkah Inkuiri menurut Sanjaya (2014: 202) yaitu: 1) Orientasi,

yaitu langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, 2)

Merumuskan masalah, yaitu siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat, 3)

Merumuskan hipotesis, yaitu merumuskan jawaban sementari mengenai masalah

yang sedang dikaji, 4)Mengumpulkan data, yaitu siswa memilih informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, 5) Menguji hipotesis, yaitu proses

menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data, 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu proses

mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Page 11: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

16

Sintaks pembelajaran Inquri, menurut Sani (2014: 97) penerapan model

Inkuiri memilki 5 tahapan yang harus dilalui, yaitu: Tahap 1 Dihadapkan dengan

permasalahan yaitu siswa dihadapkan pada penyajian fenomena yang menimbulkan

konflik kognitif yang akan menuntun mereka menemukan jawaban dari permasalahan

yang diujikan, Tahap 2 : Pengumpulan data untuk verifikasi yaitu siswa

mengumpulkan informasi tentang permasalahan yang kemudian akan diverifikasi,

Tahap 3 : Pengumpulan data dalam eksperimen yaitu siswa memilih informasi

berdasarkan fakta yang relevan dengan permasalahan kemudian dirumuskan dan diuji

hipotesisnya terkait sebab-akibat, Tahap 4 : Organisasi, perumusan, dan penjelasan

yaitu siswa akan menentukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang ada,

kemudian dirumuskan dan dijelaskan menggunakan fakta-fakta yang ada, Tahap 5 :

Menganilisis proses Inkuiri yaitu tahap menganalisis strategi inkuiri yang dilakukan

dan dikembangkan yang lebih afektif.

2.4 Prestasi belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi memiliki

pengertian tentang hasil yang diperoleh oleh sesorang yang telah berhasil

menyelesaikan serangkaian tugas kerja atau usaha. Dalam Besar Bahasa Indonesia

prestasi belajar adalah “hasil yang telah dicapai (dikerjakan, dilakukan dsb)” (pusat

pembinaan dan pengembangan bahasa). Belajar adalah suatu prosoes usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan (Slameto, 2010: 2). Oleh karena itu, dapat dikatan belajar merupakan

usaha seseorang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Sedangakan Menurut

Fuad Hasan (1982: 38) prestasi adalah “1. Pencapain belajar seteleah belajar. 2.

Derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas, mis: menyelesaikan suatu test.”

Sehingga dapat dikatan bahwa prestasi adalah keberhasilan yang didapat setelah

melakukan belajar.

Page 12: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

17

Dari beberapa definisi belajar dan prestasi di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha

belajar. Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan

bahwa ia telah berhasil dalam belajar (Slameto, 2010: 17). Oleh karena itu, prestasi

belajar merupakan pengusaan kemempuan yang dimiliki peserta didik dalam suatu

pelajaran tertentu. Karena pada dasarnya usaha yang dilakukan guru dan peserta didik

bertujuan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi.

Nana Sudjana (2005: 22) menjelasakn bahawa “Prestasi belajar atau hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”. Jadi dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik

secara optimal dengan adanya perkembangan diri yang dinyatakan dengan cara-cara

bertingkah laku baru berkat adanya pengalaman dilapangan.

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Pada hakekatnya prestasi belajar merupakan interaksi dari beberapa faktor.

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangat penting

dalam rangka membantu peserta didik dalam mencapai prestasi yang terbaik.

Menurut Slameto (2010: 54) ada 2 faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar,

yaitu:

1) Faktor Intern

Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu jasmani, psikologis dan kelelahan.

a) Faktor jasmani, antara llai nkesehatan dan cacat tubuh

b) Faktor psikologi, antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,

kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, antara lain berupa kelelahan jasmani dann rohani.

Kelelahan ini dan diatasi dengan istirahat, tidur, mengatur jam belajar dan

sebagaianya.

Page 13: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

18

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern meliputi faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

a) Keluarga, berupa sikap orang tua yang mendukung anak untuk lebih giat

belajar, puji-pujian yang diberikan orang tua dan sebaginya.

b) Sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, lingkungan sekolah,

realisasi guru dan siswa, disiplin sekolah dan sbagainya.

c) c) Masyarakat, hal ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor

eksternal yanng berhubungan dengan prestasi belajar. Dapat dikatakan faktor internal

dan faktor eksternal tersebut berhubungan kuat dengan prestasi belajar. Apabila salah

satu faktor tersebut mengalami sebuah gangguan maka akan berpengaruh terhadap

faktor lainya. Dengan prestasi belajar yang di dorong oleh faktor internal dan

eksternal yang dimiliki akan membuat siswa SD memiliki kemamuan untuk

melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

2.5 Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran yang termasuk dalam model

pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpady

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Proses

pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific menurut Kemendikbud

(2013) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal,

memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa

berasak dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Hal ini karena proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap,

pengetahuan dan keterampilan.

Prabowo (2002: 2) mengemukakan, pembelajaran terpadu (tematik) merupakan

suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang

Page 14: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

19

studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang

memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Istilah

pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sutrijo dan Mamik (dalam

Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan

satu usaha untuk mengintergrasikan pengetahuan, keterampilan, nilau atau sikap

pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

Tujuan kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013 yaitu untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi

dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban

dunia. Karakteristik kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013

sebagai berikut: 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan

intelektual dan psikomotorik, 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa

yang dipelajari di sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar, 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, 4) Memberi waktu

yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan

keterampilan, 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, 6) Kompetensi inti kelas

menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana

semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai

kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti, 7) Kompetensi dasar

dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)

dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi

horizontal dan vertikal).

Page 15: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

20

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan

beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan

adalah muatan pelajaran PPKn, bahasa indonesia, IPS, IPA, matematika, seni budaya

dan prakarya, serta pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dalam Kurikulum

2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi

subtema dan satuan pembelajaran.Dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013

Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku, subtema 3 Indahnya Persatuan dan

Kesatuan Negeriku. Rincian pembelajaran tematik kelas 4 semester 2 secara rinci ada

di tabel 2.5 berikut ini:

Tabel 2.3

Tema dan Subtema Kelas 3 Semester 1

NO TEMA SUBTEMA

1. Perkembangan hewan dan tumbuhan 1. perkembangbiakan dan daur hidup hewan

2. Perkembangbiakan hewan

1. pelestarian hewan dan tumbuhan langka

2. Perkembangan teknologi 1. perkembangan teknologi pangan

2. perkembangan teknologi komunikasi

3. perkembangan teknologi transportasi

3. Perubahan di alam 1. perubahan wujud benda

2. perubahan cuaca dan iklim

3. perubahan musim

4. Lingkungan sosial 1. lingkungan sosialku

2. permasalahan di lingkungan sosial

3. kepedulian terhadap lingkungan sosial

Sumber: Buku Guru, Tematik Kelas 3 Semester 1 Halaman 9 (2013)

Pembelajaran tematik semester 1 untuk kelas 3 terdiri dari 4 tema. Masing-

masing tema terdi dari 3 subtema. Salah satu tema adalah Perubahan di alam subtema

perubahan cuaca dan iklim dari keseluruhan KI yang telah ada yaitu pada KI 1-4.

Masing-masing KI diperinci pada Kompetensi Dasar.

2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh ilham handika yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Dan Ketrampilan

Page 16: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

21

Proses Sains Siswa Kelas V”. Hasil penelitiaannya yaitu yang pertama pembelajaran

berbsis masalah berpengaruh signifikat dan lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep sains siswa SD

(sig.=0.000,p<0,05). Yang kedua pembelajaran berbasis masalah berpengaruh

signifikat dibndingkan Konvensional terhadap krtrampilan proses sains

(sig.=0.000,p<0.05).

Sukarman yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV Semester 2 SD

Negeri Batiombo 02”. Hasil penelitian mennjukan ada peningkatan hasil belajar,

sebelum penelitian ketuntasan hanya 42,85% dengan rata-rata kelas 55. Setelah

dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 71.42% dengan rata-rata

61.45. pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 85.71% dengan rata-rata kelas 70.47.

Sri lestari yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika

Bagi Siswa Kelas VII SMP”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan

prestasi belajar fisika antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang mengikuti

model pembelajaran Kovensional dengan nilai F=45,372 dan angka signifikat 0,001

(p<0,05). Terdapat perbedaan prestasi belajar Fisika anatara siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah dengan nilai F=5,382 denagn

angka signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah merupakan salah model pembelajaran yang

memberikan pengaruh posistif terhadap peningkatan prestasi belajar Fisika.

Penelitian dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar. Akan tetapi untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa harus melalui

tahapan agar hasil dapat maksimal. selain melalui tahapan ada juga faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu motivasi belajar. Sehingga jika tahapan telah

dilakukan dan siswa telah mendapatkan motivasi belajar maka hasil belajar dapat

meningkat seperti penelitian diatas. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi model

Page 17: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

22

Problem Based Learning sangat cocok digunakan paru guru yang hendak mengajar

para siswa, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

2.7 Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri

dalam pembelajaran tematik, diharapkan siswa dapat memecahkan suatu masalah

baik secara individu maupun kelompok. Melalui penerapan Problem Based Learning

(PBL) yang pada hakikatnya terdiri dari beberapa sintak/langkah dalam

mengaplikasikannya, diharapkan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu

permasalahan baik secara individu maupun secara kelompok. Langkah pertama dalam

model pembelajaran PBL adalah mendefinisikan masalah yaitu pernyataan yang

timbu, langkah kedua yaitu mengidentifikasi penyebab, kemudian dilanjutkan pada

langkah berikutnya yaitu membangkitkan solusi alternative, lalu mengevaluasi solusi

alternative, setelah itu menyepakati solusi terbaik, selanjutnya mengembangkan

rencana aksi (action plan), kemudian langkah yang terakhir adalah Evaluasi.

Setelah melewati langkah-langkah yang terdapat pada PBL dengan baik dan

sesuai dengan prosedur, beberapa kompetensi yang akan dicapai akan berhasil.

Dalam pembelajaran ini, siswa akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang

terdapat pada Tema 2 perkembangan teknologi , subtema 2 perkembangan teknologi

komunikasi. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar. Gambaran

mengenai penerapan model Inkuiri tidak jauh berbeda dari PBL. Melalui model

Inkuiri siswa diharapkan mampu membangun pengetahuan dan makna baru dari

sebuah permasalahan. Langkah pertama dalam model ini adalah Orientasi yaitu

langkah yang membina suasana pembelajaran yang responsif. Langkah kedua

Merumuskan masalah kemudian langkah selanjutnya Merumuskan Hipotesis. Setelah

itu langkah ke empat Mengumpulkan Data lalu Menguji Hipotesis dan langkah

terakhir Merumuskan Kesimpulan.

Page 18: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/T1_292013187_BAB II...hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar

23

Berikut digambarkan secara jelas pada gambar 1, mengenai kerangka pikir

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada halaman berikut

ini:

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dan Model Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan susunan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, dapat

dirumuskan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat dari hasil belajar pada siswa Kelas 3

SD Kauman Kidul dalam pembelajaran.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat hasil belajar pada siswa Kelas 3 SD Kauman

Kidul dalam pembelajaran.

1. Menyadari Masalah

2. Merumuskan masalah

3. Merumuskan

Hipotesis

4. Mengumpulkan Data

5. Menguji Hipotesis

6.Menentukan Pilihan

Peneyelesaian

Pembelajaran

Menggunakan

Model Inquri

Kelas

Kontrol

Hasil

belajar

≥KKM

Uji hasil apakah

ada pengaruh

yang signifikan

dengan

menggunakan

PBL

Pembelajaran Tematik:

Tema 3 Energi dan

Perubahannya,

subtema 2 perubahan

energy

1. Orientasi

2. Merumuskan masalah

3. Mengajukan hipotesis

4. Mengumpulkan data

5. Menguji hipotesis

6. Merumuskan

kesimpulan

Pembelajaran

menggunakan

problem based

learning

Hasil

belajar

≥KKM

Kelas

Eksperimen