BAB II HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN LIBERIA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39278/3/BAB...

34
37 BAB II HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN LIBERIA Bab II ini membahas mengenai hubungan yang terjalin antara Tiongkok dan Liberia. Bab ini juga membahas mengenai prinsip yang dianut Tiongkok dalam melakukan hubungan diplomatik, serta membahas hubungan Tiongkok dengan kawasan Afrika. Pada bagian akhir, memaparkan tentang kondisi wabah Ebola pada tahun 2014-2016 yang menyerang Afrika Barat, khususnya kondisi wabah virus Ebola di Liberia dan bantuan Tiongkok untuk mengatasi wabah Ebola di Liberia. 2.1 Hubungan Tiongkok dengan Afrika Selama masa kolonial Inggris, India digunakan sebagai pusat untuk memperluas pengaruh Inggris di Tibet. Pada masa pemerintahan Dinasti Qing, Inggris memperoleh serangkaian hak istimewa melalui perjanjian-perjanjian yang tidak adil. 1 Salah satu perjanjian tersebut adalah Perjanjian. Perjanjian Nanjing berawal dari kemarahan Inggris yang disebabkan oleh usaha pemerintah Tiongkok untuk mengatasi penyelundupan candu di Kanton. Penyelundupan candu yang semakin meningkat setiap tahunnya, membuat pemerintah Tiongkok mengambil tindakan dengan menenggelamkan 22.291 peti candu ke laut, memaksa pihak 1 Chinas Initiation of the Five Principles of Peaceful Co-Existence, diakses dalam http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/ziliao_665539/3602_665543/3604_665547/t18053.shtml, (9/7/2017, 11:05 WIB)

Transcript of BAB II HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN LIBERIA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39278/3/BAB...

37

BAB II

HUBUNGAN TIONGKOK DENGAN LIBERIA

Bab II ini membahas mengenai hubungan yang terjalin antara Tiongkok dan

Liberia. Bab ini juga membahas mengenai prinsip yang dianut Tiongkok dalam

melakukan hubungan diplomatik, serta membahas hubungan Tiongkok dengan

kawasan Afrika. Pada bagian akhir, memaparkan tentang kondisi wabah Ebola pada

tahun 2014-2016 yang menyerang Afrika Barat, khususnya kondisi wabah virus

Ebola di Liberia dan bantuan Tiongkok untuk mengatasi wabah Ebola di Liberia.

2.1 Hubungan Tiongkok dengan Afrika

Selama masa kolonial Inggris, India digunakan sebagai pusat untuk

memperluas pengaruh Inggris di Tibet. Pada masa pemerintahan Dinasti Qing,

Inggris memperoleh serangkaian hak istimewa melalui perjanjian-perjanjian yang

tidak adil.1 Salah satu perjanjian tersebut adalah Perjanjian. Perjanjian Nanjing

berawal dari kemarahan Inggris yang disebabkan oleh usaha pemerintah Tiongkok

untuk mengatasi penyelundupan candu di Kanton. Penyelundupan candu yang

semakin meningkat setiap tahunnya, membuat pemerintah Tiongkok mengambil

tindakan dengan menenggelamkan 22.291 peti candu ke laut, memaksa pihak

1 Chinas Initiation of the Five Principles of Peaceful Co-Existence, diakses dalam

http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/ziliao_665539/3602_665543/3604_665547/t18053.shtml,

(9/7/2017, 11:05 WIB)

38

Inggris untuk menanda-tangani perjanjian untuk tidak melakukan penyelundupan

lagi, serta mengusir pejabat EIC (East India Company). Pada November 1839,

Inggris mengeluarkan kemarahannya dengan menembaki kapal perang Tiongkok,

membombardir pantai tenggara Tiongkok, serta mengambil alih kekuasaan di kota-

kota pelabuhan Tiongkok. Pada bulan Agustus 1842, Inggris mengirimkan 80 kapal

perang miliknya ke Nanjing. Hal tersebut membuat pihak Tiongkok menyerah dan

terpaksa menandatangani Perjanjian Nanjing yang sangat merugikan.2

Isi dari Perjanjian Nanjing terdiri dari 6 poin. Poin pertama adalah Tiongkok

harus menyewakan Hongkong kepada Inggris. Poin kedua, Tiongkok harus

membuka pelabuhan-pelabuhan seperti Kanton, Xiamen, Ningbo, Fuzhou, dan

Shanghai. Pelabuhan-pelabuhan tersebut harus terbuka untuk memperlancar

perdagangan dengan pihak Inggris. Poin ketiga, Tiongkok harus membayar

kerugian akibat perang dengan bentuk mata uang perak sebesar 21 juta. Poin

keempat, Tiongkok harus memberikan hak istimewa kepada Inggris. Hak tersebut

adalah daerah khusus (ekstrateritorial) yang dibuka untuk markas dan kediaman

warga Inggris. Poin kelima adalah mengenai pangkat pejabat, Inggris menekankan

bahwa Pejabat Inggris dan Pejabat Tiongkok yang memiliki tingkatan yang sama

memiliki hubungan yang berlandaskan pada asas sama rata. Poin terakhir adalah

Inggris memiliki hak untuk mengangkat perwakilan di setiap pelabuhan,

perwakilan-perwakilan tersebut bertugas mengatur aktivitas perdagangan.3

2 Ivan Taniputera, 2011, History of China, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 510 3 Ibid., hal. 511

39

Selama masa kolonialisme Inggris tersebut, India merupakan alat Inggris

untuk menyebarkan pengaruhnya di Tibet. Pada tahun 1950, Tiongkok mulai

menjalin hubungan diplomatik dengan India. Akan tetapi, India masih ingin

mempertahankan hak istimewa yang pernah dinikmati Inggris untuk

mempertahankan status dan pengaruhnya di Tibet. Pemerintah Tiongkok yang

merasa dirugikan dengan hak istimewa tersebut menginginkan untuk semua hak

istimewa yang diwarisi India di Tibet dicabut.4 Tahun 1954, Menteri Luar Negeri

Prancis, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat mengadakan Konferensi Jenewa

untuk menyelesaikan masalah Indocina dan Unifikasi Korea. Konferensi tersebut

menghasilkan deklarasi laranganan pendirian markas atau pasukan militer di

negara Kamboja, Laos, dan Vietnam. Akan tetapi, Konferensi Jenewa gagal dalam

menyelesaikan masalah Unifikasi Korea. Konferensi Janewa tersebut menjadi awal

dari diplomasi tradisional Tiongkok, karena pada Konferensi tersebut Perdana

Menteri Zhou Enlai berani menghadapi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John

Foster Dulles dan Menteri Luar Negeri Inggris Raya Anthony Eden dalam

kerumitan diplomasi internasional.5

Tahun 1954, India dan Tiongkok menandatangani perjanjian yang mana

pembukaan dari perjanjian tersebut menyebutkan bahwa kedua Pemerintah yang

berkeinginan untuk mempromosikan perdagangan dan budaya antara wilayah Tibet

di Tiongkok dan India, dan memfasilitasi ziarah dan perjalanan masyarakat dari

4 Chinas Initiation of the Five Principles of Peaceful Co-Existence, Loc. Cit. 5 James C. F. Wang, 1985, Contemporary Chinese Politics, New Jersey: Prentice-Hall Inc., hal. 272

40

India dan Tiongkok harus mematuhi Five Principle Peaceful Co-Existence.6 Pada

tahun yang sama, Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai, Perdana Menteri India

Jawaharlal Nehru, dan Perdana Menteri Myanmar U Nu mencapai kesepakatan

tentang Lima Prinsip Koekstistensi secara Damai.7 Tahun 1955, Zhou Enlai dan

Jawahalal Nehru memainkan peran penting dalam Konferensi Asia Afrika yang

diadakan di Bandung. Konferensi yang mempertemukan negara-negara dunia ke-3

tanpa aliansi tersebut menghasilkan Lima Prinsip yang menjadi pedoman bagi

negara-negara yang berpartisipasi dalam konferensi. Isi Lima Prinsip Koesksistensi

Secara Damai tersebut adalah saling menghormati integritas dan kedaulatan

wilayah masing-masing, tidak diperbolehkan untuk saling menyerang, tidak

mencampuri masalah internal masing-masing, kesetaraan dan saling

menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai atau koeksistensi secara

damai.8

Prinsip-prinsip tersebut merupakan landasan Tiongkok dalam menjalin

hubungan diplomatik dengan negara lain. Prinsip tersebut membuat Tiongkok tidak

dapat terlibat dengan politik atau masalah dalam negeri negara lain karena

menghormati kedaulatan masing-masing. Keberadaan prinsip tersebut membuat

6 Willem Frederik van Eekelen, Indian Foreign Policy and The Border Dispute with China, diakses

dalam https://page-one.live.cf.public.springer.com/pdf/preview/10.1007/978-94-015-0715-8_3,

(16/2/2018, 04:59 WIB) 7 Suar Suroso, Tentang Koeksistensi Secara Damai Antara Sosialisme Dan Kapitalisme Dari Lenin

Sampai Sekarang, diakses dalam

http://www.gelora45.com/news/SuarSuroso_KoeksistensiSecaraDamai.pdf, (16/2/2018, 04:50

WIB) hal. 3 8 Willem Frederik van Eekelen, Loc. Cit.

41

Afrika lebih terbuka dalam melakukan kerjasama dengan Tiongkok dibandingkan

dengan negara lain.

Tiongkok dan Afrika memiliki letak geografis yang berjauhan, selain itu

kedua Negara tersebut tidak memiliki kesamaan bahasa maupun budaya. Pada abad

ke-10, Kota Alexandria mulai melakukan perdagangan dengan Tiongkok. Hal

tersebut membuat Tiongkok dan Afrika mulai berinteraksi sebagai akibat dari

ekspedisi maritim yang dilakukan Mesir dan Tiongkok yang disebabkan oleh

perdagangan budak. Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 menjadi awal

bangkitnya hubungan Tiongkok dan Afrika. Secara formal hubungan Tiongkok

dengan Afrika dapat ditandai dengan terbentuknya hubungan diplomasi antara

Tiongkok dan Mesir pada 30 Mei 1956. Tiongkok yang pada saat itu memiliki

masalah ideologi dengan Barat melihat Afrika sebagai arena diplomatis yang

strategis untuk meningkatkan legitimasi rezim mereka di dunia. Keyakinan ideologi

anti-kolonialisme dan kerjasama Negara dunia ketiga membuat pembentukan

hubungan bilateral antara Tiongkok dan Afrika semakin lancar. Selain itu,

pengakuan Tiongkok terkait pentingnya insentif ekonomi membuat hubungan Sino-

Afrika semakin menarik. Tiongkok mulai memberikan bantuan ke Afrika setelah

hubungan diplomasi Sino-Mesir diakui.9

9 Jianjun Tu, Sino-African Relations: Historical Development and Long-term Challenges, diakses

dalam https://muse.jhu.edu/article/249271, (1/11/2017, 07:18 WIB)

42

Grafik 2.1 Presentase Penerima Bantuan Luar Negeri Tiongkok10

Ketika hubungan diplomatik Tiongkok dan Afrika terjalin, Tiongkok mulai

mengeluarkan bantuan pembangunan kepada negara-negara Afrika. Proyek

bantuan pembangunan China yang paling terkenal di Afrika adalah kereta api

Tazara, yang diminta oleh Presiden Zambia Kenneth Kuanda sebelumnya dan

rekannya dari Tanzania, Julius Nyerere. Pembangunan kereta api tersebut memakan

waktu selama 5 tahun, yaitu dari tahun 1970 sampai tahun 1975. Tahun 1971,

Tiongkok berhasil mengamankan kursi permanen di Dewan Keamanan PBB

dengan dukungan 26 negara Afrika (34% suara Majelis Umum).11 Seperti yang

tertulis dalam White Paper Foreign Aid, bantuan ke Afrika menempati prioritas

pertama selama tahun 2010-2014. Total bantuan bantuan yang diberikan Tiongkok

10 Sara Languer, Op. Cit., hal. 42 11 Factsheet: China-Africa Relations, SAIIA, diakses dalam http://www.saiia.org.za/opinion-

analysis/factsheet-china-africa-relations, (1/11/2017, 09:26WIB)

43

adalah US$ 14,41 miliar sepanjang periode tersebut, 45,7 % tersalur ke negara-

negara kawasan Afrika dan 32,8 persennya ke kawasan Asia. Jumlah yang diterima

oleh negara-negara Afrika bertambah 6% sejak 2006.12

Hubungan diplomatik yang baik antara kedua wilayah membuat Tiongkok

dan Afrika memutuskan untuk membuat sebuah platform agar mempermudah

kerjasama keduanya. Forum Kerjasama China Afrika (FOCAC) diluncurkan pada

bulan Oktober 2000 di Beijing sebagai platform dialog kolektif tiga-tahunan untuk

kerjasama antara China dan Afrika. FOCAC telah diadakan selama 7 kali, yaitu

pada tahun 2000 (Beijing, Tiongkok), 2003 (Addis Ababa, Ethiopia), 2006 (Beijing,

Tiongkok), 2009 (Sharm El Sheikh, Mesir), 2012 (Beijing, Cina), 2015 (Afrika

Selatan), dan 2018 (Beijing, Tiongkok).

Pada 2006, dalam pertemuan puncak Cina-Afrika Perdana Menteri Wen

Jiabao mengungkapkan bahwa Tiongkok berjanji untuk memberikan bantuan

sebesar US$ 5 milyar dan menandatangani kesepakatan untuk menjadwalkan

kembali maupun menghapus hutang dari 30 lebih negara di Afrika. Tiongkok

merencanakan pembangunan program lingkungan di Afrika, antara lain dalam 100

proyek energi bersih.13

12 Dinna Wisnu, Politik Bantuan China-Afrika, SINDO News, diakses dalam

https://nasional.sindonews.com/read/977976/18/politik-bantuan-china-afrika-1426642715,

(3/11/2017, 08:20 WIB) 13 Bantuan Cina Untuk Afrika, BBC News, diakses dalam

http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2009/11/091124_china_africa.shtml, (3/11/2017,

08:38 WIB)

44

Grafik 2.2 Perdagangan Antara Afrika dan Tiongkok14

Perkembangan ekonomi Tiongkok yang pesat membuat hubungan ekonomi

antara Tiongkok dan Afrika semakin erat. Tiongkok mampu melampaui Amerika

Serikat sebagai mitra dagang terbesar Afrika pada tahun 2009. Pada tahun 2015,

perdagangan antara Tiongkok dan Afrika meningkat secara pesat yaitu hampir

mencapai US$ 200 milyar. Menurut perkiraan dari Thomson Reuters dan the World

Bank, negara sub-Saharan Afrika mengekspor 15 sampai 16 persen ke Tiongkok

dan impor sebesar 14 dan 2% berasal dari Tiongkok. Sebagian besar ekspor Afrika

ke Tiongkok terdiri dari bahan bakar mineral, pelumas, dan bahan terkait, namun

ekspor bijih besi, logam, dan komoditas lainnya, serta sejumlah kecil produk

14 Ibid.,

45

makanan dan pertanian. Tiongkok mengekspor berbagai mesin, transportasi,

peralatan komunikasi, serta barang-barang manufaktur ke negara-negara Afrika.15

2.2 Hubungan Tiongkok dengan Liberia

Tiongkok adalah negara yang membuka hubungan diplomatik dengan

negara lain apabila negara tersebut menghargai dan mengakui One China Policy,

yaitu kebijakan yang menyatakan bahwa Tiongkok hanya memiliki satu

pemerintahan. Kebijakan Satu Tiongkok tersebut membuat semua negara yang

ingin bekerjasama atau menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok harus

memutus hubungan diplomatiknya dengan Taiwan.16 Hubungan bilateral antara

Liberia dan Tiongkok dimulai pada Februari 1977, ketika Pemerintah Tiongkok dan

Pemerintah Liberia menandatangani komunike bersama. Mulai tahun 1977

tersebut, Tiongkok mulai memberikan bantuan kepada Liberia. Bantuan-bantuan

tersebut diantaranya adalah reklamasi lahan liar, renovasi rumah sakit, dan

pembangunan stadium. Tiongkok juga menyediakan beasiswa untuk pelajar Liberia

yang ingin menempuh pendidikan di Tiongkok setiap tahunnya. Tahun 1981,

perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai masuk ke Liberia.17

15 China in Africa, diakses dalam https://www.cfr.org/backgrounder/china-africa, (3/11/2017, 09:08

WIB) 16 What is the 'One China' policy?, BBC News, diakses dalam http://www.bbc.com/news/world-

asia-china-38285354, (12/9/2017, 23:05 WIB) 17 China-Liberia bilateral relations, China Daily, diakses dalam

http://www.chinadaily.com.cn/china/2007-01/26/content_793503.htm, (10/06/2018, 14:23 WIB)

46

Pada 10 Oktober 1989, Pemerintah Tiongkok memngumumkan bahwa

Tiongkok memutuskan hubungan diplomatik dengan Liberia. Hal tersebut dipicu

oleh perbuatan Liberia yang dinilai tidak menghormati Kebijakan Satu Tiongkok.

satu hari sebelum Tiongkok memutuskan hubungan diplomatik, tepatnya pada 9

Oktober 1989, Pemerintah Liberia menandatangani komunike bersama untuk

membangun kembali hubungan diplomatik dengan Pemerintah Taiwan. Akan

tetapi, Agustus 1993, hubungan Tiongkok dan Liberia embali membaik setelah

Pemerintah Liberia dan Pemerintah Tiongkok menandatangani komunike bersama

untuk memulai kembali hubungan diplomatik antara kedua negara.18

Tahun 1997, Presiden Liberia Charles Taylor membuat sebuah kebijakan

yang disebut ‘Diplomatic Incest’, kebijakan tersebut mengakui Taiwan dan

Tiongkok. Akan tetapi, langkah yang diambil Pemerintah Liberia tersebut malah

membuat Tiongkok memutuskan hubungan diplomatik dengan Liberia. Tahun

2003, hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Liberia kembali membaik.

Pemerintah Liberia menandatangani deklarasi bersama dan memorandum yang

mengakui Kebijakan Satu Tiongkok. Hal tersebut dinilai sebagai langkah

Pemerintah Tiongkok untuk mencegah Liberia kembali membelot ke Taiwan. Pada

tahun yang sama, Tiongkok mengambil bagian dalam United Nation Mission in

Liberia (UNMIL)19. Keikutsertaan Tiongkok dalam UNMIL tersebut bertujuan

18 Ibid., 19 United Nation Mission in Liberia (UNMIL) disetujui oleh Dewan Keamanan PBB pada 19

September 2003. Tujuan pembentukan UNMIL adalah untuk menjaga pemeliharaan hukum dan

ketertiban di Liberia. UNMIL terdiri dari personil militer dan kepolisian negara anggota PBB serta

petugas polisi dari PBB. Negara-negara yang menyumbangkan pasukan militer adalah Bangladesh,

Benin, Bolivia, Brasil, Bulgaria, China, Kroasia, Denmark, Ekuador, Mesir, Ethiopia, Finlandia,

Prancis, Gambia, Ghana, Indonesia, Yordania, Kyrgyzstan, Malaysia, Mali, Moldova, Namibia,

47

untuk menguatkan hubungan diplomatik dengan Liberia. Pada 19 Agustus 2005,

Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat Liberia mengeluarkan Resolusi No.001 dari

Legislatif ke-52 yang menegaskan bahwa Liberia memiliki komitmen yang teguh

terhadap One China Policy.20 Hubungan diplomatik Tiongkok dan Liberia semakin

membaik pada tahun 2009, karena pada tahun tersebut Pemerintah Tiongkok

membangun Gedung Kedutaan Besar Tiongkok di ibukota Liberia, Monrovia.

Membaiknya hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Liberia membuat

Tiongkok tidak ragu untuk memberikan bantuan pembangunan ke Liberia.

Tiongkok banyak terlibat dalam pendidikan, kesehatan, pertanian, infrastruktur,

pelunasan hutang, perdagangan, dan investasi di Liberia. Terhitung sampai tahun

2013, sebanyak 500 siswa Liberia telah melakukan pertukaran pelajar ke Tiongkok,

25 tenaga kerja medis Liberia memperoleh pelatihan tentang penggunaan peralatan

medis modern, dan Tiongkok juga mengirimkan ahli pertaniannya untuk

memberikan pelatihan kepada masyarakat Liberia tentang budidaya padi. Selain itu,

Tiongkok juga mengirimkan perlengkapan pertanian senilai US$ 1 juta. Tiongkok

melakukan pembangunan dan renovasi sejumlah fasilitas umum yang ada di

Nepal, Niger , Nigeria, Pakistan, Polandia, Republik Korea, Rumania, Federasi Rusia, Serbia, Togo,

Ukraina, Amerika Serikat, Yaman, Jerman, Myanmar, Zambia dan Zimbabwe. Sedangkan negara

yang menyumbangkan personil polisi adalah Argentina, Bangladesh, Bosnia dan Herzegovina,

China, Mesir, El Salvador, Fiji, Gambia, Jerman, Ghana, India, Yordania, Korea, Kenya,

Kyrgyzstan, Lithuania, Namibia, Nepal, Nigeria, Norwegia, Polandia, Rumania, Federasi Rusia,

Rwanda, Serbia, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Thailand, Turki, Uganda, Ukraina, Uruguay, Inggris,

Amerika Serikat, Yaman, Zambia dan Zimbabwe. Sumber: Frequently Asked Questions, United

Nation Mission in Liberia, diakses dalam https://unmil.unmissions.org/frequently-asked-questions,

(12/9/2017, 23:34 WIB) 20 Guillaume Moumouni, China and Liberia: Engagement in a Post-Conflict Country 2003-2013,

Global Powers and Africa Programme, Occasional Paper No.182, April 2014, SAIIA (South African

Institute of International Affairs), diakses dalam https://www.saiia.org.za/occasional-papers/509-

china-and-liberia-engagement-in-a-post-conflict-country-2003-2013/file, (12/9/2017 23:34 WIB),

hal. 6

48

Liberia, pembanguanan tersebut adalah Universitas Liberia, pembangunan tiga

sekolah di pedesaan, rumah sakit rujukan Jackson F Doe Memorial, pusat Anti-

Malaria, pabrik gula (Libsuco), serta renovasi gedung olah raga Samuel Kanyeon

Doe dan gedung Kementrian Kesehatan Liberia.21

Kerjasama terbesar yang dilakukan oleh Liberia dan Tiongkok adalah ketika

mereka menandatangani kesepakatan pengembangan mineral atau bisa disebut

Bong Mine Agreement. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Pemerintah

Liberia, China Union (Hong Kong) Mining, dan China Union Investment (Liberia)

Bong Mines Company. Kesepakatan senilai US$ 2,6 milyar tersebut membuat

Tiongkok ditetapkan sebagai investor terbesar Liberia.

”Untuk memberi manfaat bagi kawasan di mana Mineral

dikembangkan, termasuk memfasilitasi pusat pertumbuhan dan

pendidikan untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan, untuk

menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, untuk mendorong dan

mengembangkan bisnis lokal dan memastikan bahwa keterampilan,

pengetahuan dan teknologi ditransfer ke warga Liberia, untuk

memperoleh data dasar mengenai dan berhubungan dengan sumber

daya Mineral negara dan untuk melestarikan dan merehabilitasi

lingkungan alam untuk pengembangan Liberia lebih lanjut.”22

Kesepakatan tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan di Liberia

dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk Liberia. Isi Bong Mine

Agreement dapat dirangkum menjadi empat poin. Poin pertama adalah mengenai

pembagian keuangan yang menyebutkan bahwa royalti sebesar 3,8% dan sewa

permukaan tanah harus dibayarkan kepada Pemerintah. Pembayaran dilakukan

21 Ibid., hal. 9-12 22 Ibid.,

49

dalam dua tahap, tahap pertama adalah pada 10 tahun pertama sebesar US$ 100

juta. Tahap kedua dibayarkan pada 15 tahun selanjutnya yaitu sebesar US$ 200 juta.

Dana alokasi pengembangan dan penelitian mineral dibayar sebesar US$ 50 juta

pada tahun pertama dan US$ 100 juta pada tahun berikutnya. Dana pendidikan dan

beasiswa adalah US$ 200 juta pertahun. Pembayaran awal sebesar US$ 20 juta

harus dibayar tiga hari setelah tanggal efektif dan sisanya US$ 20 juta dibayar 120

hari setelahnya.23

Poin kedua adalah mengenai norma lingkungan dan sosial yang

menyebutkan bahwa penilaian dampak lingkungan dan rencana pengelolaan

lingkungan harus berusaha meminimalkan kerugian akibat penutupan pabrik dan

memastikan bahwa wilayah pertambangan kembali ke keadaan produktif. Dampak

penilaian sosial dan rencana penilaian sosial bertujuan untuk mengelola

kemungkinan adanya dampak buruk pada masyarakat lokal dalam pembangunan

dan pengoperasian pabrik dan peralatan pertambangan, jika perlu dengan

merelokasi komunitas tersebut. China Union akan memberikan perawatan medis

kepada karyawan, keluarga mereka, dan anggota masyarakat. Selain itu, karyawan

akan mendapatkan tempat tinggal yang layak.24

Poin ketiga adalah masalah mengenai transparansi industri yang

menyebutkan bahwa pertambangan Bong harus mematuhi standar internasional

yang dianut oleh 14 negara di sub-Saharan, yaitu terhadap Inisiatif Transparansi

Industri Ekstraktif Liberia (LEITI). Poin terakhir adalah masalah perburuhan, di

23 Ibid., 24 Ibid.,

50

mana selain menempatkan orang Liberia di posisi yang tidak memerlukan

keterampilan, menempatkan orang Liberia di posisi menejemen merupakan bagian

dari kesepakatan. Setidaknya orang Liberia harus mengisi 30% posisi penting

dalam 5 tahun dan 70% dalam 10 tahun. Hal tersebut berhubungan dengan

pertukaran teknologi dan ilmu pengetahuan.25

Tabel 2.1 Partner Perdagangan Terbesar Liberia Tahun 201326

Jumlah Nilai CIF

Negara Tujuan Jumlah

Tiongkok 108.254.486,13

Perancis 63.518.088,79

Polandia 58.934.518,95

Spanyol 43.657.607,00

Jerman 29.933.147,30

Belgia 28.088.932,55

Amerika Serikat 26.112.925,19

Luxembourg 25.012.839,00

Cote D' Ivoire 23.695.656,82

Belanda 11.347.334,00

Tahun 2013, Tiongkok masih mengamankan kududukannya sebagai partner

perdagangan terbesar Liberia. Tiongkok menduduki peringkat pertama dengan

jumlah CIF27 sebesar 108.254.486,13. Bahan yang di ekspor Liberia ke Tiongkok

adalah kayu karet, bijih besi, kayu cam, batang kayu, dan besi tua.

25 Ibid., 26 Major Export Trading Partner, diakses dalam

http://www.moci.gov.lr/2content.php?sub=74&related=18&third=74&pg=sp, (28/03/2018, 00:28

WIB) 27 CIF adalah kependekan dari Cost, Insurance, and Freight yaitu exportir menanggung biaya

perjalanan barang di atas kapal sampai di pelabuhan terdekat serta menanggung biaya asuransi, Lihat

dalam International Trade Logistic: Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang FOB, CNF, Dan CIF,

diakses dalam http://finishgoodasia.com/fob-cnf-dan-cif/, (28/07/2018, 02:15 WIB)

51

2.2.1 Kasus Wabah Ebola di Liberia

Ebola atau sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Ebola merupakan

penyakit yang sangat berbahaya karena memiliki angka kematian yang tinggi. Virus

Ebola tidak hanya menyerang manusia melainkan juga menyerang perimata seperti

monyet, gorila dan simpanse. Virus Ebola dibagi dalam lima spesies, yaitu Zaire,

Sudan, Ivory Coast, Bundibugyo, dan Reston agents. Cara penularan virus Ebola ini

hampir sama dengan penularan virus pada umumnya, yaitu melalui kontak langsung

dengan penderita seperti melalui darah, cairan tubuh, dan objek yang telah

terkontaminasi oleh cairan tubuh penderita Ebola.28

Tabel 2.2 Tabel Kronologi Kasus Virus Ebola29

Tahun Negara Spesies

Virus Ebola Kasus Kematian

Presentase

Kematian

2015 Italia Zaire 1 0 0%

2014

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 66 49 74%

2014 Spanyol Zaire 1 0 0%

2014 Inggris Zaire 1 0 0%

2014 Amerika

Serikat Zaire 4 1 25%

2014 Senegal Zaire 1 0 0%

2014 Mali Zaire 8 6 75%

2014 Nigeria Zaire 20 8 40%

28 About Ebola Virus Disease, Centers for Disease Control and Prevention, diakses dalam

https://www.cdc.gov/vhf/ebola/about.html, (20/10/2017, 09:40 WIB) 29 Ebola virus disease, World Health Organization, diakses dalam

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs103/en/, (11/10/2017, 4:18 WIB)

52

2014-

2016

Afrika

Barat Zaire 28616* 11310* 40%

2012

Republik

Demokratis

Kongo

Bundibugyo 57 29 51%

2012 Uganda Sudan 7 4 57%

2012 Uganda Sudan 24 17 71%

2011 Uganda Sudan 1 1 100%

2008

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 32 14 44%

2007 Uganda Bundibugyo 149 37 25%

2007

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 264 187 71%

2005

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 12 10 83%

2004 Sudan Sudan 17 7 41%

2003

(Nov-

Dec)

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 35 29 83%

2003

(Jan-

Apr)

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 143 128 90%

2001-

2002

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 59 44 75%

2001-

2002 Gabon Zaire 65 53 82%

2000 Uganda Sudan 425 224 53%

1996 Afrika

Selatan Zaire 1 1 100%

53

1996

(Jul-Dec) Gabon Zaire 60 45 75%

1996

(Jan-

Apr)

Gabon Zaire 31 21 68%

1995

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 315 254 81%

1994 Côte

d'Ivoire Taï Forest 1 0 0%

1994 Gabon Zaire 52 31 60%

1979 Sudan Sudan 34 22 65%

1977

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 1 1 100%

1976 Sudan Sudan 284 151 53%

1976

Republik

Demokratis

Kongo

Zaire 318 280 88%

*Termasuk dugaan, kemungkinan dan kasus virus Ebola yang telah dikonfirmasi

Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Negara yag pertama kali

terserang oleh virus Ebola adalah Republik Demokratis Kongo dan Sudan. Pada

saat itu, Republik Demokratis Kongo mengalami 318 kasus dengan angka kematian

280 jiwa, sedangkan Sudan mengalami 284 kasus Ebola dengan angka kematian

151 jiwa. Semenjak itu, virus Ebola banyak ditemukan di negara-negara Afrika dan

jenis yang paling ditemukan adalah Zaire. Virus Ebola telah menyerang setidaknya

16 negara dengan jumlah kasus yang dikonfirmasi sebanyak 31.105 dan jumlah

kematian 12.964 jiwa. Presentase kematian yang mencapai 47% membuat virus

Ebola memang layak disebut sebagai virus yang mematikan.

54

Tabel 2.3 Negara-Negara yang Terserang Virus Ebola Tahun 201430

Negara

Jumlah Kasus

(Dugaan,

Kemungkinan,

dan

Dikonfirmasi)

Jumlah Kasus

yang Telah

Dikonfirmasi

Laboratorium

Total Kematian

Sierra Leone 14124 8706 3956

Guinea

3814 3358 2544

Liberia 10678 3163 4810

Italia 1 1 0

Mali 8 7 6

Nigeria 20 19 8

Senegal 1 1 0

Spanyol 1 1 0

Inggris 1 1 0

Amerika Serikat 4 4 1

Total 28,652 15,261 11,325

30 2014 Ebola Outbreak in West Africa - Outbreak Distribution Map, Center of Disease Control and

Prevention, diakses dalam https://www.cdc.gov/vhf/ebola/history/2014-2016-outbreak/index.html,

(11/01/2018, 07:57 WIB)

55

Tahun 2014, Republik Demokratis Kongo, Spanyol, Inggris, Amerika

Serikat, Senegal, Mali, Nigeria, Sierra Leone, Liberia, dan Guinea terserang wabah

virus Ebola, di mana negara-negara di kawasan Afrika Barat mengalami kasus

terparah. Kasus virus Ebola tersebut merupakan kasus yang paling parah sepanjang

sejarah karena merenggut lebih dari 11.000 korban jiwa. Selain daripada itu, kasus

Ebola tahun 2014 tersebut juga merupakan kasus yang panjang karena

membutuhkan waktu selama kurang lebih 2 tahun sampai kasus Ebola dinyatakan

selesai. Liberia merupakan negara di Afrika Barat yang mengalami wabah Ebola

terparah. Negara yang mengalami kasus terbanyak adalah Sierra Loene, yaitu

sebanyak 14124 kasus. Akan tetapi, Liberia merupakan negara yang memiliki

angka kematian tertinggi, yaitu 4810 jiwa dari 10678 kasus Ebola.

Liberia termasuk dalam negara miskin di dunia. Liberia masih berusaha

untuk bangkit dari krisis akibat perang sipil yang terus terjadi dari tahun 1990-2003.

Hal tersebut membuat Liberia menjadi negara yang kekurangan infrastruktur,

mereka tidak memiliki listrik dan layanan air yang memadai. Fasilitas kesehatan di

Liberia juga terbilang kurang karena Liberia hanya memiliki 1 rumah sakit di

Monrovia. Selain daripada itu, mereka juga tidak memiliki fasilitas yang memadai

untuk menanggulangi virus Ebola, sebut saja ruang isolasi untuk memisahkan

pasien Ebola dengan pasien biasa lainnya. Liberia juga tidak memiliki tenaga medis

yang mencukupi karena pendidikan di Liberia terbilang cukup rendah.31 Pemerintah

Liberia sendiri tidak mampu untuk mengatasi wabah Ebola dikarenakan masyarakat

31 Imran Khan, The challenges facing health and education in Liberia, diakses dalam

https://www.sightsavers.org/blogs/2017/08/challenges-facing-health-education-liberia/,

(12/06/2018, 23:58 WIB)

56

Liberia tidak mau mendengarkan saran dari petugas medis serta mengabaikan

himbauan dari pemerintah. Mereka masih melakukan upacara pembakaran mayat

yang ritualnya harus berkontak fisik dengan jenazah.32 Kurangnya fasilitas

kesehatan dan pengetahuan masyarakat itulah yang membuat angka kematian di

Liberia tinggi. Pengetahuan yang kurang membantu penyebaran virus dengan cepat,

sedangkat kurangnya fasilitas yang memadai membuat pasien yang terinfeksi virus

Ebola tidak tertangani dengan baik dan benar.

Gambar 2.1 Proses Penyebaran Ebola Tahun 201433

32 How the world’s health organizations failed to stop the Ebola disaster, diakses dalam

https://www.washingtonpost.com/sf/national/2014/10/04/how-ebola-sped-out-of-

control/?noredirect=on&utm_term=.620eaa1abef8, (12/06/2018, 00:02 WIB) 33 Nassos Stylianou, How world’s worst Ebola outbreak began with one boy’s death, BBC News,

diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-30199004, (11/10/2017, 3:55 WIB)

57

Peneliti dari New England Journal of Medicine mengungkapkan bahwa

virus Ebola yang memakan banyak korban tersebut berasal dari balita berusia 2

tahun (Emile Ouamouno).34 Emile dilaporkan bermain di gua sekitar rumahnya

yang dihuni oleh kelelawar. Dugaan Sementara wabah virus Ebola dibawa oleh

kelelawar tersebut. Emile meninggal pada Desember 2013 setelah mengalami

demam tinggi, pusing, dan diare berdarah. Prosesi pemakaman yang memiliki ritual

kontak fisik dengan korban juga membuat penyebaran virus tersebut semakin

meluas. Kematian Emile diikuti oleh anggota keluarganya yaitu ibunya Sia

Ouamouno, ayahnya Koumba Ouamouno, serta kakaknya Philomene Ouamouno.35

Pengetahuan mengenai Ebola yang kurang membuat pekerja kesehatan yang

menangani keluarga Ouamouno kurang berhati-hati, hal tersebut membuat para

pekerja kesehatan terinfeksi virus Ebola. Virus tersebut kemudian menginfeksi

penduduk di desa Dawa, Baladou, Dandou, dan akhirnya menyebar ke negara-

negara lainnya.

34 Ebola: Mapping the outbreak, BBC News, diakses dari http://www.bbc.com/news/world-africa-

28755033, (12/5/2016, 11:26 WIB) 35 Nassos Stylianou, Loc. Cit.

58

Tabel 2.4 Laporan Jumlah Kasus Ebola dan Jumlah Kematian Akibat

Wabah Ebola di Liberia Maret 2014 – April 201636

Tanggal Kasus Ebola per

Bulan

Total Kasus

Ebola

Total Kematian

31 Maret 2014 8 8 6

30 April 2014 4 12 9

28 Mei 2014 0 12 11

24 Juni 2014 39 51 34

31 Juli 2014 278 329 156

28 Agustus 2014 1049 1378 694

26 September

2014

2080 3458 1830

31 Oktober 2014 3077 6535 2413

28 November

2014

1100 7635 3145

31 Desember

2014

383 8018 3423

28 Januari 2015 604 8622 3686

25 Februari 2015 616 9238 4037

31 Maret 2015 474 9712 4332

29 April 2015 610 10322 4608

36 Case Counts, Center of Disease Control and Prevention, diakses dalam

https://www.cdc.gov/vhf/ebola/xls/previous-case-counts.xlsx, (20/06/2018, 6:58 WIB)

59

31 Mei 2015 344 10666 4806

30 Juni 2015 0 10666 4806

31 Juli 2015 6 10672 4808

31 Agustus 2015 0 10672 4808

29 September

2015

0 10672 4808

30 Oktober 2015 0 10672 4808

30 November

2015

3 10675 4808

30 Desember

2015

0 10675 4809

27 Januari 2016 0 10675 4809

17 Februari 2016 0 10675 4809

30 Maret 2016 0 10675 4809

13 April 2016 3 10678 4810

Kasus pertama virus Ebola di Liberia pertama kali dilaporkan pada 30 Maret

2014. Kasus tersebut menginfeksi 8 orang dan menyebabkan 6 orang diantaranya

meninggal. Dua bulan berikutnya, yaitu bulan April dan Mei ditemukan 4 kasus

Ebola baru yang menewaskan 3 orang pada bulan April dan 2 orang lagi di bulan

Mei. Pemerintah Liberia menyiarkan perkembangan kasus Ebola tersebut melalui

siaran radio, akan tetapi masyarakat Liberia masih tidak percaya dan menganggap

bahwa kasus Ebola tersebut hanyalah sebuah konspirasi. Bulan Juni 2014, kasus

60

Ebola dilaporkan telah menginfeksi 39 orang dan menewaskan 23 orang. Hal

tersebut membuat masyarakat Liberia sadar bahwa wabah Ebola bukanlah sebuah

konspirasi. Pada Juli 2014, kasus Ebola semakin meningkat dari 51 kasus menjadi

329 kasus. Angka kematian yang mencapai 156 jiwa membuat Pemerintah Liberia

dan masyarakat Liberia semakin ketakutan. Pada 30 Juli 2014, Presiden Ellen

Johnson Sirleaf mendonasikan US$ 5 juta untuk memerangi virus Ebola.

Pemerintah Liberia mendapatkan banyak pujian atas tindakannya tersebut, akan

tetapi bantuan tersebut tidak dapat mampu untuk menekan penyebaran wabah.

Virus Ebola menyebar secara cepat dan angka kematian akibat virus Ebola di

Liberia semakin meningkat.37

Grafik 2.3 Frekuensi Kasus Ebola di Liberia 2014-201638

37 History of Ebola in Liberia: A Case of Under-Development, diakses dalam

http://www.thepatrioticvanguard.com/history-of-ebola-in-liberia, (11/01/2018, 20:57 WIB) 38 2014 Ebola Outbreak in West Africa Epidemic Curves, Center of Disease Control and Prevention,

diakses dalam https://www.cdc.gov/vhf/ebola/history/2014-2016-outbreak/cumulative-cases-

graphs.html, (07/06/2018, 4:28 WIB)

61

Kasus Ebola di Liberia mengalami peningkatan yang pesat pada bulan

Agustus. Pada awal bulan Agustus, sebanyak 158 kasus Ebola ditemukan hanya

dalam rentan waktu 3 hari saja. Hal tersebut membuat Pemerintah Liberia

mengumumkan status bencana Liberia. Pada bulan yang sama, WHO juga

mengumumkan bahwa wabah Ebola berstatus sebagai isu kesehatan dunia.

Bencana tersebut membuat Pemerintah mengambil tindakan yaitu mengkarantina

beberapa daerah di Monrovia, menutup beberapa perbatasan, membangun pos

pemeriksaan medis di pelabuhan, menutup sekolah dan perusahaan multinasional,

dan mengimbau masyarakat untuk segera mengkremasi jenazah yang terinfeksi

virus Ebola. Hal tersebut justru membuat penyebaran virus Ebola semakin

meluas.39

Pada September 2014, angka kematian meningkat menjadi 1830 dari 2080

kasus Ebola baru karena penyakit ini meluas ke negara-negara tambahan, terutama

Nimba. Penyebaran ini lebih mengkhawatirkan dan menakutkan, karena Nimba

adalah daerah berpenduduk terbesar kedua di Liberia.40 Ketakutan tersebut menjadi

kenyataan ketika kasus Ebola mengalami puncaknya pada bulan Oktober. Selama

rentang waktu 1 bulan, kasus Ebola baru dilaporkan mencapai 3077 kasus dengan

angka kematian sebanyak 583 jiwa. Bulan November 2014, kasus Ebola turun

menjadi 1100 kasus, akan tetapi angka kematian meningkat di bandingkan bulan

sebelumnya yaitu sebanyak 732 jiwa. Bulan Desember 2014, kasus turun secara

drastis yaitu 383 kasus dengan angka kematian 278 jiwa.

39 Endah Wahyuni, Op. Cit., hal. 999 40 History of Ebola in Liberia: A Case of Under-Development, Loc. Cit.

62

Selama bulan Januari-Februari 2015, kasus kembali naik menjadi 1200

kasus. Akan tetapi, Liberia sudah mulai mengalami titik terang dalam mengatasi

wabah Ebola. Pasien Ebola terakhir yang diisolasi pada 18 Februari 2015,

dinyatakan negatif Ebola pada awal Maret 2015. Liberia siap untuk dinyatakan

bebas Ebola pada 20 Maret 2015. Satu minggu kemudian, kasus baru virus Ebola

dikonfirmasi menginfeksi seorang wanita berusia 44 tahun di Monrovia. Penularan

kasus tersebut diduga karena wanita tersebut melakukan kontak fisik dengan

seorang pasien Ebola lima bulan sebelumnya. Kasus tersebut menandai fase kedua

wabah virus Ebola di Liberia. Pada 29 Juni 2015, fase epidemi ketiga dimulai

dengan 6 kasus di Margibi dan Montserrado tanpa penyebaran lebih lanjut, selain

itu tidak ditemukan asal virus yang menginfeksi pasien tersebut. Liberia kembali

dinyatakan bebas Ebola pada 3 September 2015.41

Pada November 2015, Liberia kembali terserang virus Ebola setelah

ditemukan 3 kasus Ebola baru. Setelah 42 hari berselang dari pasien Ebola terakhir

dan tidak ditemukan kasus baru, Liberia dinyatakan bebas dari virus Ebola pada 14

Januari 2016. Selama 4 bulan Liberia mendapatkan ketenangan, akan tetapi kasus

Ebola baru kembali muncul pada bulan April 2016. Kasus Ebola tersebut

menyerang 3 orang dan menewaskan 1 orang diantaranya. Setelah dilakukan tes

pada pasien terakhir dan hasilnya terbukti negatif, Liberia dinyatakan bebas dari

41 Ibid.,

63

Ebola pada 27 April 2016. Semenjak itu Liberia dinyatakan benar-benar bebas dari

wabah Ebola karena tidak ditemukan kasus baru lagi. 42

2.2.2 Bantuan Tiongkok Kepada Liberia

Tiongkok memberikan bantuan kepada Liberia melalui empat tahap. Tahap

pertama adalah ketika kasus pertama Ebola diumumkan yaitu Maret 2014.

Tiongkok adalah negara pertama yang memberikan bantuan ketika Liberia

terserang wabah Ebola. Pemerintah Tiongkok mengirimkan bantuan uang tunai

sebesar US$ 1 juta ke Liberia.43 Tiongkok juga memberikan bantuan berupa dana

sebesar US$ 20 ribu kepada kepada Liberia National Red Cross.44 Selain daripada

itu, Tiongkok juga mengirimkan 70 teknisi yang terdiri dari pekerja dan tentara.45

Bantuan tahap kedua adalah ketika World Health Organization (WHO)

mengumumkan bahwa wabah Ebola yang menyerang Afrika Barat masuk dalam

ketegori isu kesehatan dunia pada Agustus 2014. Merespon panggilan dari WHO

tersebut, Tiongkok mengirimkan bantuan senilai US$ 4,7 juta kepada Liberia.46

Selain itu, Tiongkok mengirimkan sebanyak 205 pasukan Penjaga Perdamaian dan

42 Latest Ebola outbreak over in Liberia; West Africa is at zero, but new flare-ups are likely to occur,

World healt Organization, diakses dalam http://www.who.int/news-room/detail/14-01-2016-latest-

ebola-outbreak-over-in-liberia-west-africa-is-at-zero-but-new-flare-ups-are-likely-to-occur,

(24/03/2018, 10:48 WIB) 43 Chinese aid contributes to West Africa's fight against Ebola, Forum on China-Africa Cooperation,

diakses dalam http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1330705.htm (23/03/2017, 00:41 WIB) 44 LIBERIA: China Donates US $20,000.00 To Liberian Red Cross To Help Fight Ebola, diakses

dalam http://gnnliberia.com/2014/04/05/liberia-china-donates-us-20000-00-to-liberian-red-cross-

to-help-fight-ebola/, (01/06/2018, 1:43 WIB) 45 China sends second batch of engineering troops for peacekeeping in Liberia, diakses dalam

http://au.china-embassy.org/eng/xw/t82733.htm, (27/07/2018, 00:29 WIB) 46 China Provides Aid to African Countries to Fight against Ebola, Forum on China-Africa

Cooperation, diakses dalam https://reliefweb.int/report/liberia/china-provides-aid-african-

countries-fight-against-ebola, (01/03-/2017, 23:23 WIB)

64

8 orang tenaga medis.47 Penjaga Perdamaian Tiongkok yang bertugas di Liberia

juga ikut serta memerangi wabah Ebola. Wakil Komandan Kontingen Bai Haitao

mengungkapkan bahwa Liberia tidak memiliki pekerja medis dan pusat perawatan

medis yang memadai. Dia menambahkan bahwa banyak orang yang menganggap

wabah Ebola yang terjadi di Liberia hanya sebuah konspirasi, sehingga masih

banyak yang berinteraksi dengan penduduk lokal dan membeli makanan yang

belum terbukti higienis. Oleh sebab itu, Penjaga Perdamaian Tiongkok membangun

pusat pelayanan medis dengan memperkerjakan 2 dokter ahli dan 6 orang perawat.

Mereka juga memberikan pelatihan dan sosialisasi mengenai Ebola, serta

membagikan perlengkapan perlindungan yang diperoleh dari Pemerintah

Tiongkok.48

Bantuan tahap tiga diberikan pada September 2014. Hal itu diungkapkan

oleh Presiden Tiongkok pada 18 September 2014, saat melakukan kunjungan

kenegaraan. Presiden Tiongkok Xi Jinping mengungkapkan bahwa Pemerintah

Tiongkok terus memberikan bantuan untuk memerangi wabah Ebola. Pemerintah

Tiongkok mengirimkan bantuan senilai US$ 10,31 juta yang berupa persediaan

makanan, uang, perlengkapan pencegahan dan kontrol epidemi ke negara Liberia.49

Bantuan dana sebesar US$ 2 juta diberikan Tiongkok kepada WHO di Liberia.

Tiongkok mengirimkan 508 pasukan yang terdiri dari teknisi, batalion transportasi,

47 China sends second batch of engineering troops for peacekeeping in Liberia, Loc. Cit., 48 Feature: Chinese peacekeepers stand by Liberia in battling Ebola outbreak, Forum on China-

Africa Cooperation, diakses dalam http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1202852.htm, (7/8/2017,

14:18 WIB) 49 China Provides Aid to African Countries to Fight against Ebola, Forum on China-Africa

Cooperation, diakses dalam https://reliefweb.int/report/liberia/china-provides-aid-african-

countries-fight-against-ebola, (01/03/2017, 23:23 WIB)

65

dan tim medis. Mereka bertugas untuk membangun jalan dan jembatan,

memperbaiki rumah warga, bandara, fasilitas listrik dan air, mengirimkan material,

serta memberikan pelayanan medis.50

Bantuan tahap empat mulai diberikan pada Oktober 2014. Tanggal 24

Oktober 2014, Presiden Tanzania Jakaya Kikwete melakukan kunjungan

kenegaraan ke Tiongkok untuk memperingati 50 Tahun hubungan diplomatik

Tiongkok dan Tanzania. Pada saat itu, Presiden Xi Jinping mengungkapkan bahwa

Pemerintah Tiongkok mengirimkan bantuan senilai lebih dari 500 juta yuan (US$

82 juta) ke Liberia.51 Bantuan tersebut berupa uang, ranjang pasien, ambulan, truk

bak terbuka, sepeda motor insenator, dan peralatan kontrol epidemi lainnya.

Tiongkok juga mengirimkan petugas medis yang berpengalaman untuk

memberikan pelatihan kepada petugas medis lokal. Selain itu, Tiongkok juga

membangun Ebola Treatment Unit (ETU) dengan 100 ranjang pasien di negara

yang mengalami wabah Ebola terparah, yaitu Liberia.52 Pada 25 Oktober 2014,

Tiongkok mengirimkan 15 orang tenaga ahli, bahan bangunan, dan perlengkapan

medis ke Liberia. Duta Besar Tiongkok untuk Liberia, Zhang Yue angkat suara

mengenai bantuan yang dikirimkan Pemerintah Tiongkok tersebut, dia

berkomentar:

“Paket terbaru ini adalah tahap keempat program bantuan Tiongkok

untuk pengendalian Ebola di Liberia dan terdiri dari uang tunai dan

50 Chinese peacekeepers set off to Liberia, diakses dalam http://english.chinamil.com.cn/news-

channels/china-military-news/2015-09/07/content_6669142.htm, (01/03/2017, 00:46 WIB) 51 Liberia: China Brings in More to Fight Ebola, Forum on China-Africa Cooperation, diakses

dalam http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1204651.htm, (10/10/2017, 15:26 WIB) 52 China to provide the 4th batch of assistance to fight ebola, diakses dalam

http://usa.chinadaily.com.cn/china/2014-10/25/content_18802768.htm, (10/1/2018, 12:02 WIB)

66

persediaan. China akan mengirim lebih banyak ahli kesehatan dan

staf medis untuk membantu pengendalian dan pengobatan Ebola di

Liberia, dan China akan membangun Unit Perawatan Ebola yang

dilengkapi dengan 100 tempat tidur di Liberia.."53

Kedatangan 15 orang yang terdiri dari dokter, ahli epidemiologi, insinyur,

dan teknisi tersebut bertujuan untuk mempersiapkan pembangunan Ebola

Treatment Unit (ETU). Mereka juga bertugas untuk memberikan pelatihan kepada

tenaga ahli yang ada di Liberia. Sedangkan bahan bangunan digunakan untuk

pembangunan ETU dan perlengkapan medis untuk fasilitas ETU. Pusat perawatan

Ebola tersebut diperkirakan memakan biaya sebesar US$ 41 juta, dan rencananya

di bangun di sekitar Kompleks Olahraga Samuel doe.54

Duta Besar Tiongkok Zhang Yue menegaskan keseriusan Pemerintah

Tiongkok dalam pembangunan ETU, dia menyatakan, “Sampai saat ini, Tiongkok

adalah satu-satunya negara yang menyediakan tidak hanya pembangunan ETU (unit

perawatan Ebola), tetapi juga operasi dan operasi dan staf dari ETU di Liberia.”55

Pada 15 November 2014, Pemerintah Tiongkok menepati janjinya dengan

mengirimkan 160 tenaga medis ke pusat perawatan Ebola. Tenaga ahli yang dikirim

oleh Tiongkok tersebut merupakan tenaga medis yang berpengalaman dalam

mengatasi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tiongkok tidak akan lepas

tangan ketika pembangunan ETU selesai. Tiongkok tetap terlibat dalam operasional

53 Liberia: China Boosts Liberia's Ebola Fight, Forum on China-Africa Cooperation, diakses dalam

http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1206253.htm, (10/3/2017, 12:56) 54 Liberia: 'We Are Here to Build and Maintain Treatment/Training Centers- Chinese Ambassador

Declares As China Invests U.S.$82 Million in Ebola Fight, Forum on China-Africa Cooperation,

diakses dalam http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1204653.htm, (10/3/2017, 15:34) 55 Chinese team lands in Liberia to fight Ebola, Al Jazeera, diakses dalam

https://www.aljazeera.com/news/africa/2014/11/chinese-team-lands-liberia-fight-ebola-

2014111654213177918.html, (12/8/2017, 19:27 WIB)

67

ETU tersebut. Pada tanggal 25 November 2014, Pemerintah Tiongkok telah

menyelesaikan pembangunan ETU. Peresmian ETU dihadiri oleh Menteri Luar

Negeri Liberia Augustine Kpeho Ngafuan dan Duta Besar Tiongkok Zhang Yue.56

Selain menandatangani peresmian ETU, kedua perwakilan negara tersebut juga

menandatangani perjanjian yang mengungkapkan bahwa Tiongkok menyediakan

keperluan medis senilai 300 juta yuan atau setara dengan US$ 48,9 juta.57

Sebelumnya, Tiongkok juga mengirimkan bantuan perlengkapan medis senilai US$

4,9 juta yang berupa 60 ambulan, 100 sepeda motor, 10.000 perlengkapan medis,

150.000 alat pelindung kesehatan, ranjang rumah sakit, truk bak terbuka, dan

insinerator atau tungku perapian.58

Selain pembangunan ETU, Tiongkok juga mengirimkan bantuan untuk

memodernisasi sistem kesehatan Liberia. Tiongkok membuat program yang

dinamai China-Africa Public Health Cooperation Plan (CAPHCR). Tiongkok

mengadakan 12 program pelatihan mengenai kesehatan publik dan kontrol

epidemik yang diberikan kepada dokter, perawat, paramedis, dan peneliti medis

Liberia. Program-program tersebut termasuk penelitian gabungan mengenai

penyakit-penyakit daerah tropis, pembuatan situs informasi kesehatan, dan

pengawasan jaringan untuk pencegahan dan kontrol epidemi.59

56 China tackles Ebola in Liberia, Forum on China-Africa cooperation, diakses dalam

http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1212525.htm, (12/8/2017, 19:20 WIB) 57 China tackles Ebola in Liberia, Forum on China-Africa cooperation, diakses dalam

http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1212525.htm, (12/8/2017, 19:20 WIB) 58 Chinese help build center to fight Ebola, Forum on China-Africa Cooperation, diakses dalam

http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1207158.htm, (10/8/2017, 19:19 WIB) 59 Liberia: Modernizing Liberia's Health System - China's Pledge, Forum on China-Africa

Cooperation, diakses dalam http://www.focac.org/eng/zt/1_1_1/t1206251.htm, (10/8/2017, 12:50

WIB)

68

Pada Agustus 2015, Menteri Luar Negeri Liberia Augustine Kpehe Ngafuan

mengungkapkan bahwa Tiongkok setuju untuk memberikan bantuan pasca-Ebola,

dia mengatakan, “Tiongkok telah setuju untuk membantu Liberia dengan

pembangunan kompleks kementerian yang akan menjadi tuan rumah sekitar 10

kementerian. Tiongkok juga membangun jalan raya pesisir.”60 Jalan raya pesisir

tersebut sangatlah penting bagi Liberia. Jalur tersebut merupakan jalan yang

menghubungkan Monrovia dengan Pantai Gading melalui Pelabuhan Buchanan.

Jalur tersebut sangatlah penting bagi perdagangan karena merupakan jalur yang

dilewati untuk mengekspor besi dan kayu. Pembangunan jalan tersebut selesai pada

tahun 2016.61 Selain daripada itu, Tiongkok juga mempercepat proyek

pembangunan di Liberia, sebut saja renovasi Stadion Samuel Kanyon Doe,

pembangunan bandara internasional Robert, pembangunan Kompleks Menteri, dan

gedung di Capitol Hill. Tiongkok juga membuat proyek lain yang berkaitan dengan

infrastruktur, manufaktur, dan sumber daya manusia. Hal itu dilakukan Tiongkok

untuk membantu Liberia agar pulih dari krisis yang disebabkan wabah Ebola dan

mencapai kemandirian ekonomi.62

60 China Promises More Investment in 'Post-Ebola' West Africa, diakses dalam

https://thediplomat.com/2015/08/china-promises-more-investment-in-post-ebola-west-africa/,

(29/09/2017, 04:17 WIB) 61 China to build highway for Liberia as part of Ebola recovery aid, diakses dalam

https://www.reuters.com/article/us-health-ebola-liberia-china/china-to-build-highway-for-liberia-

as-part-of-ebola-recovery-aid-idUSKCN0QE0OV20150809, (29/09/2017, 04:07 WIB) 62 China Promises More Investment in 'Post-Ebola' West Africa, Loc. Cit.

69

Tabel 2.5 Bantuan Tiongkok Kepada Liberia

Bentuk

Bantuan

Keterangan

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Uang

Tunai

US$ 1 juta ke

Liberia, dan US$

20 ribu ke

Liberia National

Red Cross.

US$ 2 juta

kepada WHO

di Liberia

Barang

dan

Material

US$ 4,7 berupa

perlengkapan

medis dan

kebutuhan

pokok.

US$ 10,31 juta

berupa

persediaan

pangan,

perlengkapan

medis, dan alat

pencegahan

serta kontrol

epidemi

US$ 94,8

berupa bahan

bangunan,

perlengkapan

medis, alat

transportasi,

dan peralatan

rumah sakit.

Tenaga

Ahli

70 teknisi yang

terdiri dari

pekerja dan

tentara.

258 terdiri dari

pasukan

penjaga

perdamaian

dan tenaga

medis.

508 pasukan

yang terdiri

dari teknisi,

batalion

transportasi,

dan tim medis

175 tenaga

ahli yang

terdiri dari

insinyur, ahli

epidemologi,

dan tim

medis.

Program

Sosialisasi dan

pelatihan oleh

Penjaga

Perdamaian

Tiongkok

China-Africa

Public Health

Cooperation

Plan

(CAPHCR)

Proyek

Pembangunan

pusat pelayanan

Pembangunan

jalan dan

Pembanguna

n Ebola

70

medis,

pembangunan

unit pelayanan

Ebola,

Pembangunan

pusat

pelayanan

medis oleh

penjaga

Perdamaian

Tiongkok.

jembatan,

perbaikan

rumah warga

dan bandara,

dan perbaikan

fasilitas saluran

air dan listrik.

Treatment

Unit,

perbaikan

bandara dan

stadium olah

raga,

pembanguna

n jalan

pesisir.