BAB II Hakikat Pembelajarana-research.upi.edu/operator/upload/s_jrm_0706044_bab_ii.pdf · A....
Transcript of BAB II Hakikat Pembelajarana-research.upi.edu/operator/upload/s_jrm_0706044_bab_ii.pdf · A....
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran
Pendidikan selalu dikaitkan dengan persoalan kurikulum karena kurikulum
memiliki peranan yang penting yaitu sebagai penilai dan pengatur dalam proses
pendidikan, sedangkan bentuk aplikasi dari kurikulum adalah pembelajaran.
Pembelajaran meliputi proses belajar dan mengajar. Dalam situs internet
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/
disebutkan bahwa:
Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Ruhimat (2009:116)
bahwa belajar adalah “aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar
terjadi perubahan perilaku pada individu-individu yang belajar”. Sementara dalam
situs internet http://de.wikipedia.org/wiki/Lernen dijelaskan bahwa “Lernen ist
nicht unbedingt ein bewusster oder absichtsvoller Vorgang, sondern häufig
beiläufig und ungeplant” . Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa belajar
merupakan suatu kejadian yang tidak harus dilakukan secara sadar atau terencana,
melainkan sering dilakukan secara kebetulan dan tidak direncanakan.
Berkenaan dengan pengertian mengajar, Joyce dan Shower dalam
Mahfuddin (2008:61) menjelaskan bahwa mengajar merupakan “suatu aktivitas
yang dilakukan seorang guru untuk membantu siswa memperoleh informasi, ide,
9
keterampilan untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana
belajar”. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Wijaya dalam Krisna (2009:1)
bahwa “mengajar merupakan upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti
menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar”. Di bawah ini akan
dijelaskan tentang pengertian pembelajaran, komponen, ciri-ciri dan tujuan
pembelajaran.
1. Pengertian Pembelajaran
Konsep pembelajaran dan pengajaran sebenarnya memiliki pengertian
yang berbeda. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Gagne dan Briggs
(Mahfuddin, 2008:14) yang menyebutkan bahwa “pembelajaran meliputi semua
peristiwa yang secara langsung berpengaruh pada belajar tentang “human being”,
sedangkan pengajaran hanya dianggap sebagai satu bentuk pembelajaran”. Akan
tetapi, Ruhimat (2009:136) berpendapat “kata pembelajaran dan pengajaran pada
hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
Pembelajaran selalu tidak lepas dari peran seorang guru karena guru yang
selalu memberikan motivasi dan membantu siswa untuk belajar. Hal tersebut
dijelaskan oleh Gagne dkk, dalam Mahfuddin (2008:63) bahwa “pembelajaran
diartikan sebagai suatu rangkaian (kejadian, peristiwa) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi siswa belajar sehingga proses belajar dapat
berlangsung dengan baik dan mudah”. Pendapat tersebut senada dengan yang
disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:225) bahwa
10
“pembelajaran merupakan proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar”. Sementara Hamalik (2010:57) beranggapan
bahwa “pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara
sistematis untuk mempengaruhi siswa belajar. Sehubungan dengan berbagai teori
yang telah dijelaskan di atas maka dalam penelitian ini dibahas tentang
pembelajaran bahasa khususnya pada pembelajaran menulis berbahasa Jerman.
2. Komponen Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Fathoni dan Riyana (Ruhimat, 2009:136)
yang menjelaskan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari:
1) Siswa
Siswa berperan sebagai pencari, penerima, dan penyimpan materi pelajaran
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Guru
Guru berperan sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya agar kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif.
11
3) Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan suatu perubahan perilaku (kognitif,
psikomotorik, afektif) yang ingin dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
4) Materi Pelajaran
Materi pelajaran mencakup segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode
Metode merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses
belajar mengajar agar materi pelajaran dapat tersampaikan secara baik kepada
siswa.
6) Media
Media merupakan alat bantu pengajaran yang dapat digunakan untuk
mempermudah pengajar dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara tertentu yang dapat digunakan untuk menilai
suatu proses dan hasilnya.
Pendapat di atas senada dengan teori yang terdapat dalam situs internet
http://de.wikipedia.org/wiki/Lernen bahwa komponen pembelajaran mencakup
beberapa aspek yaitu “soziokulturelle Bedingungen, Methoden, Medien,
Lerninhalte und im Zentrum die Lernziele”. Teori tersebut berarti bahwa
komponen pembelajaran mencakup beberapa aspek yaitu persyaratan
12
sosiokultural, metode, media, materi pelajaran dan pada intinya adalah tujuan
pembelajaran.
Beberapa pendapat di atas mempunyai suatu kesamaan, yakni komponen
pembelajaran mencakup hubungan antara guru dan siswa, metode dan media yang
digunakan, materi pelajaran serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena melalui komponen-
komponen tersebut dapat tercapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Selain itu, komponen pembelajaran berperan agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Banyak ahli pendidikan yang menyebutkan tentang ciri-ciri pembelajaran,
salah satunya adalah Eggen dan Kauchak (Krisna, 2009:3) yang mengungkapkan
bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
1) Siswa berperan secara aktif untuk mengkaji ilmu terhadap lingkungannya
yaitu dengan cara mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
2) Guru berperan sebagai penyedia materi, pendidik dan berinteraksi dengan
siswa dalam proses pembelajaran.
3) Segala aktivitas siswa harus berdasarkan pengkajian.
4) Guru berperan dalam pemberian arahan kepada siswa dalam menganalisis
informasi.
13
5) Orientasi pembelajaran terdiri atas penguasaan materi pelajaran dan
pengembangan keterampilan berpikir.
6) Guru sebaiknya menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan
tujuan dan gaya mengajar guru.
Sementara menurut Siregar (2010:7), ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja yang dilakukan guru
untuk melakukan suatu proses perubahan perilaku siswa.
2) Dalam pembelajaran guru berperan mendorong siswa untuk belajar.
3) Tujuan pembelajaran harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
pembelajaran dilaksanakan.
4) Pelaksanaan pembelajaran harus terkendali baik dari isinya, waktu, proses
maupun hasilnya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kedua pendapat tersebut memiliki ciri-
ciri pembelajaran yang hampir sama, yaitu guru berperan sebagai pendidik dan
mendorong siswa untuk belajar. Berkaitan dengan berbagai teori di atas maka
dalam penelitian ini dibahas tentang penggunaan teknik pengajaran dalam
pembelajaran menulis. Hal tersebut senada dengan pendapat yang telah
disebutkan oleh Eggen dan Kauchak (Krisna, 2009:3) bahwa “dalam
pembelajaran guru sebaiknya menggunakan teknik mengajar yang bervariasi
sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru”.
14
4. Tujuan pembelajaran
Berkenaan dengan tujuan pembelajaran, Mahfuddin (2008:64)
mengemukakan bahwa ”pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa belajar
sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya secara optimal”. Sementara itu,
Djiwandono dalam http://miftachr.blog.uns.ac.id/2009/10/tujuan-dan-unsur-
dinamis-belajar/ mengungkapkan bahwa:
Tujuan pembelajaran ada dua yaitu tujuan instrumental umum yang menggariskan hasil di bidang studi yang seharusnya dicapai oleh siswa dan tujuan instruksi khusus merupakan penjabaran yang lebih kongkrit yang menyangkut satu pokok bahasan tertentu. Dalam situs internet http://de.wikipedia.org/wiki/Lernziel disebutkan
bahwa “Lernziele beschreiben den angestrebten Lerngewinn der Schüler bezogen
auf einen bestimmten Inhalt”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa tujuan
pembelajaran menggambarkan hasil belajar siswa pada materi tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pada prinsipnya tujuan pembelajaran adalah segala usaha yang dilakukan oleh
guru untuk mendorong siswanya agar belajar. Selain itu, tujuan pembelajaran
dapat tercapai setelah siswa mampu menguasai materi pelajaran tertentu.
B. Hakikat Menulis
Ahira (2010:1) berpendapat bahwa menulis itu bukan ditentukan oleh
bakat. Namun, sebenarnya menulis merupakan suatu keterampilan atau kecakapan
yang dapat dilatih secara terus menerus. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci
mengenai pengertian menulis, tujuan dan manfaat menulis, jenis-jenis tulisan,
keterampilan dasar menulis serta komponen menulis.
15
1. Pengertian Menulis
Menurut Ahira (2010:2) menulis merupakan “kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga setiap orang dapat melatih
kemampuan tersebut”. Senada dengan pendapat tersebut, Bohn (Kast, 1999:6)
menyebutkan bahwa “Schreiben kann weitgehend selbständig erlernt werden”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah menulis dapat dipelajari secara mandiri dan
terus-menerus. Sementara itu, menurut Nurjamal (2010:1) menulis merupakan
“sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk
tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan atau menghibur dan hasil dari proses
kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan”. Pendapat serupa
juga diungkapkan oleh Suparno dan Yunus (2004:13) bahwa menulis merupakan
“suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan”.
Berbagai pendapat mengemukakan bahwa menulis dan mengarang
merupakan dua hal yang memiliki pengertian yang berbeda. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Satata (2011:7) yang menjelaskan bahwa “istilah menulis
merupakan mengekspresikan pikiran melalui media tulisan yang bersifat ilmiah,
sedangkan istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang bersifat
fiktif imajinatif”. Akan tetapi, Nurjamal (2010:2) berpendapat “pada dasarnya
mengarang dan menulis merupakan dua kegiatan yang sama karena menulis
berarti mengarang kata menjadi kalimat atau paragraf dan menyusun paragraf
menjadi tulisan kompleks”. Sebuah tulisan yang kompleks mencakup berbagai
pokok persoalan. Pokok persoalan dalam tulisan dapat disebut juga dengan
16
gagasan. Gagasan tersebut berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan suatu
tulisan. Gagasan yang terdapat dalam tulisan bermacam-macam, tergantung dari
apa yang diinginkan penulis. Jadi melalui sebuah tulisan, penulis dapat
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak dan pengalaman.
Pengertian lain tentang menulis diungkapkan oleh Tarigan (2008:12)
sebagai berikut:
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang atau grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Selain itu, dalam situs internet http://www.g-daf-es.net/salamanca auf
deutsch/projekt/db2.pdf dijelaskan bahwa “Schreiben ist eine sehr komplexe
Aktivität, die ein Planen, Formulieren und Überarbeiten umschließt”. Konsep
tersebut dapat diartikan bahwa menulis merupakan sebuah aktivitas yang sangat
kompleks yang meliputi sebuah perencanaan, perumusan dan perbaikan,
sedangkan dalam situs internet http://de.wikipedia.org/wiki/Schreiben disebutkan
bahwa “das Schreiben ist eine elementare Kulturtechnik. Die Geschichte des
Schreibens ist untrennbar verknüpft mit der Geschichte der Schrift” . Maksud dari
kutipan tersebut bahwa menulis merupakan suatu teknik kebudayaan dasar.
Sejarah menulis selalu berkaitan dengan sejarah tulisan.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya merangkai satu
kalimat atau beberapa hal yang tidak berhubungan, melainkan harus menghasilkan
serangkaian hal yang teratur dan berhubungan satu dengan yang lain. Rangkaian
kalimat itu terkadang ada yang panjang dan ada juga yang pendek, yaitu mungkin
17
hanya dua atau tiga kalimat, tetapi kalimat itu diletakkan secara teratur dan
berhubungan satu sama lain serta berbentuk satu kesatuan yang masuk akal.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan kemampuan seseorang dalam menuangkan ide ke dalam bentuk
tulisan. Pada dasarnya menulis memiliki berbagai bentuk yang dapat diterapkan
seperti membuat karangan, surat atau catatan harian. Bentuk tulisan tersebut dapat
ditulis dalam berbagai bahasa, seperti dalam bahasa Indonesia, bahasa Jerman
atau bahasa Inggris. Namun, dalam penelitian ini hanya dibahas tentang bentuk
tulisan yang berupa karangan berbahasa Jerman.
2. Tujuan Menulis
Pada umumnya menulis mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Di bawah
ini akan dibahas tentang berbagai tujuan menulis yang diungkapkan oleh Tarigan
(2008:22) sebagai berikut:
1) Memberikan informasi, yakni menyampaikan fakta-fakta mengenai peristiwa,
masalah, atau fenomena.
2) Menjelaskan, menguraikan/ memaparkan tulisan tentang suatu peristiwa,
masalah atau fenomena agar pembaca dapat memahaminya.
3) Mengarahkan tulisan kepada pembaca.
4) Membujuk/meyakinkan pembaca.
5) Meringkas/membuat suatu rangkuman dari suatu karya (buku, dsb.), sebuah
kegiatan, rapat, atau seminar menjadi lebih ringkas dan bisa dibaca dengan
cepat tanpa kehilangan intisarinya.
18
Pendapat di atas senada dengan teori yang terdapat dalam situs internet
http://www1.uni-hamburg.de/fremdsprachenlernen/b scr c02.htm yaitu:
Wenn Sie einen Text planen, sollten Sie zunächst überlegen, welchem Ziel die Abfassung Ihres Textes dient. Sie wollen beispielsweise: 1) Jemandem über sich selber berichten. 2) Über Personen oder Sachverhalte informieren. 3) Ihren Leser von Ihrer Meinung überzeugen. 4) Handlungsanweisungen geben. 5) Eine Geschichte erzählen. 6) Mit der Sprache spielen, einen poetischen Text erstellen. 7) Wortschatz, Ausdruck, Grammatik und Schreibtechniken üben. Maksud dari teori di atas adalah jika ingin merencanakan sebuah teks, hal
pertama yang seharusnya dipertimbangkan adalah tujuan menulis yang ingin
dicapai. Misalnya penulis ingin memberitakan tentang diri sendiri kepada orang
lain, menginformasikan tentang orang atau fakta-fakta suatu kejadian,
meyakinkan pembaca terhadap pendapat penulis, memberikan petunjuk tentang
suatu tindakan, menceritakan suatu peristiwa, bermain dengan bahasa, menyusun
sebuah teks yang puitis, berlatih dengan kosakata, ungkapan, tata bahasa dan
teknik menulis.
Pendapat yang berbeda mengenai tujuan menulis diungkapkan oleh Kast
(1999:8) yaitu “Es gibt Schreibaktivitäten, bei denen das Schreiben das Ziel ist:
z. B. wenn ich einen Brief schreibe, ist das Ziel meiner Handlung ein Brief, den
ich jemandem schicken möchte”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa
terdapat berbagai kegiatan menulis yang tujuan dari kegiatan tersebut adalah
menulis, contohnya jika penulis menulis surat maka tujuan dari kegiatan penulis
adalah surat yang ingin penulis kirim kepada seseorang.
19
Berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan menulis akan tercermin dari sesuatu yang ditulis oleh
penulis. Tujuan menulis dalam penelitian ini adalah menceritakan tentang suatu
peristiwa. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan di dalam situs internet
http://www1.uni-hamburg.de/fremdsprachenlernen/b scr c02.htm yaitu eine
Geschichte erzählen (menceritakan suatu peristiwa).
3. Manfaat Menulis
Banyak ahli yang mengungkapkan tentang manfaat menulis, salah satunya
adalah teori yang diungkapkan oleh Bolton (1996:67) sebagai berikut: “Es kann
das Ziel der Übung sein, den neuen Wortschatzt zu üben oder abzufragen,
grammatische Strukturen über das Schreiben zu festigen und zu wiederholen, oder
das Erkennen von dialogischen Mustern zu üben”. Teori tersebut dapat diartikan
bahwa tujuan dari latihan menulis yaitu untuk melatih atau menguji kosakata yang
baru, untuk memperkuat dan mengulang struktur tata bahasa melalui menulis, atau
untuk melatih pengenalan pola-pola dialogis. Jadi secara tidak langsung tujuan
latihan menulis tersebut dapat mencerminkan manfaat menulis yaitu dapat
menambah kosakata baru dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk tulisan serta
dapat melatih penguasaan struktur dan tata bahasa.
Teori lain tentang manfaat menulis disebutkan dalam situs internet
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18374s sebagai berikut:
1) Orang yang rajin menulis akan semakin mudah dan cepat dalam mentransfer
gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol.
20
2) Dengan menulis menjadikan orang mampu berpikir lebih runtut dan logis.
Bagi yang terbiasa menulis akan mampu menuangkan gagasannya secara lebih
teratur.
3) Orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana agar
pembaca dapat dengan mudah memahami isi tulisan.
4) Dengan menulis orang mampu untuk menggali ilmu yang lebih dalam.
5) Dengan menulis orang dapat mengamati sesuatu secara lebih luas.
6) Dengan menulis orang mampu menggali makna dari sebuah peristiwa.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa manfaat menulis adalah dapat melatih penguasaan kosakata dan tata
bahasa. Selain itu, bagi yang terbiasa menulis akan mampu untuk menuangkan
gagasannya secara lebih teratur.
4. Jenis-jenis Tulisan
Menurut Nurjamal (2010:3) tulisan memiliki jenis yang beraneka ragam
salah satunya adalah jenis tulisan dalam bentuk karangan, sebagai berikut:
1) Narasi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai suatu tempat, peristiwa atau situasi.
2) Deskripsi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan, gambaran atau suatu hal. Jenis karangan ini biasanya menjelaskan
secara detail setiap topik yang dibahas.
3) Preskripsi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan anjuran,
saran, jalan keluar atas suatu masalah.
21
4) Eksposisi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan tentang suatu teori, pemahaman dan pengetahuan umum dengan
tujuan agar pembaca lebih memahaminya. Dalam karangan eksposisi yang
diutamakan adalah informasi yang lengkap dan akurat.
5) Argumentasi merupakan jenis tulisan yang selalu memiliki ciri menunjukkan
hubungan sebab akibat dari suatu hal yang timbul oleh karena hal lain.
Karangan argumentasi berusaha untuk meyakinkan pembaca, cara
meyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti,
atau hasil-hasil penalaran.
Berikut ini jenis-jenis tulisan yang diungkapkan oleh Bolton (1996:68)
yaitu:
1) Personales Schreiben
Schreiben, um sich und anderen über sich selbst Auskunft zu geben, z. B. in
Form von Erlebnisbericht, Lebenslauf, Tagebuch, Festhalten von
Gedankensplittern. Hal tersebut berarti bahwa menulis yang bersifat pribadi
yaitu menulis untuk mencari informasi dan menginformasikan kepada orang
lain tentang diri sendiri, misalnya dalam bentuk laporan pengalaman, daftar
riwayat hidup, buku catatan harian, catatan dari aforisme.
2) Freies Schreiben
Assoziatives Schreiben, z. B. Gedichte, Phantasiegeschichten. Maksud dari
teori ini adalah menulis yang bersifat bebas meliputi juga menulis yang
bersifat asosiasi contohnya puisi, cerita khayalan.
22
3) Ausprobieren unterschiedlicher Textarten z. B. Leserbrief an eine Zeitung,
Protokoll, Hörspiel, Umfrage, Märchen, Artikel für die Schülerzeitung.
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa mencoba untuk menulis jenis teks
yang berbeda, contohnya surat pembaca pada sebuah koran, notulen,
sandiwara radio, angket, dongeng, artikel untuk koran pelajar.
Pada dasarnya beberapa pendapat di atas mengemukakan jenis tulisan
yang hampir sama yakni beberapa jenis tulisan yang telah dijelaskan oleh
Nurjamal seperti tulisan dalam karangan narasi dan deskripsi dapat digolongkan
ke dalam jenis Freies Schreiben (tulisan bebas) karena dalam pembuatan jenis
tulisan narasi dan deskripsi dapat menggunakan cerita khayalan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tulisan memiliki beraneka
ragam jenis dan setiap jenis tulisan tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Nurjamal maka dalam penelitian ini
dibahas tentang jenis tulisan dalam bentuk karangan narasi.
5. Keterampilan Dasar Menulis
Menurut Sikumbang (2010:1) agar dapat menulis dengan baik, seseorang
perlu menguasai beberapa keterampilan dasar menulis, sebagai berikut:
1) Curah gagasan (brainstroming)
Langkah pertama yang dilakukan dalam menulis adalah menuliskan gagasan
utama dari suatu tulisan. Kemudian menuangkan semua asosiasi untuk
gagasan utama tersebut. Setelah itu, dengan cara yang sama yaitu menuliskan
semua asosiasi kata yang muncul sesudahnya. Jadi kegiatan ini seperti
23
membuat network kata-kata. Jika satu asosiasi memicu satu rantai dari yang
lain, maka sebaiknya untuk terus mengembangkan dan menuliskan semua
asosiasi yang berhubungan.
2) Kontemplasi
Kontemplasi merupakan suatu teknik yang menggunakan pikiran seperti
sebuah lampu senter (searchlight) untuk mencari dan menemukan informasi
baru. Teknik ini sebaiknya digunakan untuk mengembangkan suatu gagasan
atau topik dan menuangkannya ke dalam peta pemikiran. Selain itu, teknik ini
menggunakan pikiran untuk melakukan “searching” informasi atas topik atau
gagasan utama yang akan dipilih.
3) Membuat peta pikiran (mind mapping)
Kegiatan ini merupakan teknik yang efektif untuk digunakan dalam membaca
dan membuat tulisan (artikel atau pun buku). Teknik peta pikiran dapat
digunakan dalam membaca dengan tujuan untuk memahami kerangka berpikir
penulis. Selain itu, dalam menulis juga dapat digunakan teknik ini untuk
mengembangkan kerangka berpikir tulisan.
4) Relaksasi
Pada prinsipnya otak atau pikiran dapat lebih mudah menyerap dan mengingat
informasi pada saat kondisi pikiran yang relaks. Selain itu, relaksasi
merupakan cara yang efektif untuk mengaktifkan otak kanan karena pada
gelombang otak yang relaks terjadi pertemuan antara otak kiri dan otak kanan,
antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, antara orientasi ke luar dan
orientasi ke dalam.
24
Teori di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Kast (1999:44)
mengenai keterampilan dasar menulis yang meliputi:
1) Brainstroming
Das Brainstroming ist ausschlieβlich für den Einsatz in Gruppen bestimmt:
Der “Gedankensturm” wird von allen gemeinsam “entfacht”. Dabei wird
jeder Gedanke und auch noch der entlegenste Einfall zum Thema notiert. Hal
tersebut berarti bahwa Brainstroming diperuntukkan dalam kegiatan
berkelompok. “Gedankensturm” dimunculkan dari ide semua anggota
kelompok. Dalam proses tersebut setiap pemikiran dan ide yang baru muncul
dibahas bersama-sama.
2) Mind-map
Die Struktur einer Mind-map erinnert an einem Baum von oben gesehen. Der
Stamm bildet den Mittelpunkt, von dem aus die Haupt- und Nebensätze in alle
Richtungen abzweigen und Blätter treiben. Maksud dari teori tersebut adalah
struktur dari Mind-map mengingatkan pada pohon yang terlihat dari atas.
Batang pohon membentuk titik tengah, dari titik tengah tersebut kemudian
bercabang ke segala arah yang membentuk induk dan anak kalimat, serta
daun-daun saling bergerak ke arah tertentu.
3) Assoziogramm
Einfache Assoziogramme kann man schon in einem frühen Lernstadium zur
Vorbereitung der fremdsprachigen Textproduktion einsetzen. Konsep tersebut
dapat diartikan bahwa asosiogram yang sederhana sudah dapat diterapkan
25
pada pembelajaran tingkat dasar yang berfungsi sebagai bahan persiapan
untuk menghasilkan teks berbahasa asing.
Terdapat beberapa persamaan dari pendapat-pendapat di atas, yakni
keterampilan dasar yang sebaiknya dikuasai oleh penulis adalah keterampilan
dasar Brainstroming (curah gagasan) dan Mind mapping (peta pikiran).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sebaiknya penulis dapat menguasi beberapa keterampilan dasar seperti yang telah
disebutkan di atas sehingga dapat memudahkan penulis dalam pembuatan suatu
tulisan seperti karangan, buku atau artikel. Senada dengan teori yang telah
diungkapkan oleh Sikumbang maka penelitian ini menggunakan keterampilan
dasar brainstroming (curah gagasan) karena dalam penelitian ini siswa (sebagai
obyek penelitian) diminta untuk menulis sebuah karangan dengan menggunakan
teknik permainan kalimat berantai. Dalam teknik permainan tersebut siswa
diminta untuk mencurahkan dan menghubungkan gagasan atau ide-ide dari teman
sekelompok dalam bentuk sebuah karangan.
6. Komponen-komponen Menulis
Di dalam situs internet http://www.fosee.mmu.edu.my/~maaroff/Strategi
Menulis Karangan.doc disebutkan bahwa pada umumnya terdapat dua komponen
yang tergabung dalam menulis, yaitu komponen bahasa dan isi karangan.
Komponen bahasa dapat meliputi penguasaan kosakata, struktur kalimat, paragraf,
ejaan dan penguasaan dalam merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa
tulis yang baik, sehingga dapat membentuk sebuah komposisi yang diinginkan
26
seperti esai, artikel, cerita pendek dan makalah. Selain itu, komponen isi karangan
harus sesuai dengan topik yang akan ditulis.
Komponen menulis yang telah disebutkan di atas harus tetap memenuhi
berbagai aspek penilaian agar karangan yang dihasilkan mendapatkan nilai yang
baik. Menurut Bolton (1996:132) terdapat tiga aspek yang dinilai dari sebuah
karangan. Ketiga aspek tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Penilaian Menulis Menurut Bolton
Grammatik Wortschatz Orthographie/Interpunktion
sehr gut keine oder nur vereinzelte Fehler
Variationsreich keine oder nur vereinzelte Fehler
Gut
einige Fehler, die jedoch das Verständnis nicht stören
der Aufgabe völlig angemessen
einige Fehler, die jedoch das Verständnis nicht stören
befriedigend
eine Reihe von Fehlern, die das Verständnis aber nur an einigen wenigen Stellen stören
gelegentlich nicht ganz angemessene Wortwahl
eine Reihe von Fehlern, die das Verständnis aber nur an einigen wenigen Stellen stören
nicht bestanden
die Fehler stören das Verständnis erheblich
häufig nicht angemessene Wortwahl
viele und/oder gravierende Fehler
oder : nicht bestanden
wegen Themaverfehlung (dann warden für die sprachliche Leistung keine Noten vergeben)
Berikut ini penjelasan dari tabel di atas mengenai tiga aspek yang perlu
dinilai dalam suatu karangan, yakni:
1) Beherrschung der Grammatik und Wortschatzkenntnisse (Penguasaan tata
bahasa dan pengetahuan kosakata ). Suatu karangan dinilai sangat baik jika
tidak terdapat kesalahan atau hanya terdapat sedikit kesalahan dalam
27
penggunaan tata bahasa. Selain itu, karangan harus memiliki kosakata yang
bervariasi.
2) Beherrschung der Orthographie (Penguasaan tentang ortografi). Suatu
karangan dapat dinilai sangat baik, jika dalam karangan tersebut dilihat dari
segi ortografi tidak terdapat kesalahan atau hanya kesalahan yang kecil.
3) Beherrschung der Interpunktion und Textaufbau (Penguasaan dalam
penggunaan tanda baca dan susunan teks). Penilaian untuk aspek ini sama
dengan penilaian pada aspek penguasaan ortografi.
Sementara itu, dalam buku tes Start Deutsch 1 (2010:37) disebutkan
bahwa aspek-aspek yang perlu dinilai dalam suatu karangan dengan berdasarkan
standar GER (Gemeinsame europäische Referenzrahmen) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Menulis Tingkat A1 Berdasarkan Standar GER
Erfüllung der Aufgabenstellung (pro Inhaltspunkt) 1. Aufgabe voll erfüllt und verständlich 3 2. Aufgabe wegen sprachlicher oder inhaltlicher Mängel nur teilweise erfüllt 1,5 3. Aufgabe nicht erfüllt und/oder unverständlich 0
Kommunikative Gestaltung des Textes 1. der Textsorte angemessen 1 2. untypische oder fehlende Wendungen, zum Beispiel keine Anrede 0,5 3. keine textsortenspezifische Wendungen 0
Dari tabel di atas dapat dijelaskan mengenai dua aspek penilaian dalam
suatu karangan yaitu:
1) Erfüllung der Aufgabenstellung (pro Inhaltspunkt), yaitu apakah semua tugas
isi karangan dapat terpenuhi. Jika tugas tersebut dapat terpenuhi semua dan
mudah dimengerti maka akan diberikan tiga poin.
28
2) Kommunikative Gestaltung des Textes, yaitu bagaimana kemampuan siswa
dalam menggunakan kosakata, kata penghubung dan ungkapan. Suatu
karangan akan diberikan satu poin jika menggunakan bahasa yang
komunikatif dan sesuai dengan jenis teks.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek
penilaian merupakan salah satu bagian dari komponen menulis yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Pendapat yang dikemukakan di atas pada dasarnya
memiliki pengertian yang hampir sama, yaitu aspek pokok yang perlu dinilai
dalam suatu karangan meliputi aspek penggunaan tata bahasa, kosakata dan
kesesuaian isi karangan dengan kata bantu yang telah disediakan. Dalam
penelitian ini siswa diminta untuk membuat sebuah karangan pada tingkatan A1.
Hal ini dikarenakan siswa masih kurang menguasai struktur dan kosakata maka
beberapa aspek yang digunakan untuk menilai suatu karangan narasi yaitu
Erfüllung der Aufgabenstellung (pro Inhaltspunkt) dan Kommunikative Gestaltung
des Textes. Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah disebutkan dalam buku tes
Start Deutsch 1.
7. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1180) disebutkan bahwa
pengertian keterampilan adalah “kecakapan untuk menyelesaikan suatu tugas”.
Sementara di dalam situs internet http://de.wikipedia.org/wiki/Fertigkeit
dijelaskan bahwa:
Fertigkeit bezeichnet im Allgemeinen einen erlernten oder erworbenen Anteil des Verhaltens. Der Begriff der Fertigkeit grenzt sich damit vom
29
Begriff der Fähigkeit ab, die als Voraussetzung für die Realisierung einer Fertigkeit betrachtet wird. Kutipan di atas dapat diartikan bahwa pada umumnya keterampilan
menggambarkan suatu bagian dari tindakan yang telah dipelajari atau diperoleh.
Dengan demikian, pengertian keterampilan berbeda dari konsep kemampuan yang
dianggap sebagai persyaratan dalam merealisasikan keterampilan.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan
menulis juga termasuk salah satu jenis keterampilan yang aktif karena penulis
aktif mengolah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat Satata (2011:8) yang menyebutkan bahwa “keterampilan
menulis adalah kemampuan mengekspresikan pikiran melalui lambang-lambang
tulisan untuk menyampaikan pesan kepada pembaca”. Pendapat serupa juga
diungkapkan oleh Mahfuddin (2008:65) bahwa “keterampilan menulis adalah
kecakapan dalam mengungkapkan pikiran, pandangan, ide atau gagasan, dan
pesan dalam bentuk tulisan”.
“Menulis merupakan suatu keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang
sehingga dapat dilatih sedemikian rupa untuk meningkatkan kemampuan tersebut”
(Ahira, 2010:3). Akan tetapi, pada umumnya pengertian keterampilan menulis
seringkali menjadi sesuatu yang biasa karena banyak anggapan bahwa
keterampilan menulis ditentukan oleh bakat sehingga banyak yang tidak
memahami pengertian yang sesungguhnya.
Keterampilan menulis termasuk kategori kemampuan produktif karena
dapat menghasilkan suatu tulisan. Berdasarkan konsep di atas, maka dapat
30
disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan segala kemampuan yang
dikuasai dalam bidang menulis baik menulis teks maupun menulis karangan.
C. Hakikat Teknik Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar di kelas dibutuhkan suatu metode
pembelajaran. Di dalam situs internet http://semangatbelajar.com/tag/pengertian-
metode/ disebutkan bahwa metode merupakan “suatu proses atau prosedur yang
sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin ilmu
untuk mencapai suatu tujuan”. Metode pembelajaran mempunyai peran yang
penting yaitu dapat meningkatkan minat dan semangat siswa untuk belajar.
Selain itu, penggunaan metode pembelajaran berfungsi agar proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap pengajar. Hal
tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2010:4) bahwa “metode
pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Metode pembelajaran mempunyai berbagai macam jenis. Akan tetapi, setiap
pengajar harus memilih salah satu jenis metode yang sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Dalam penggunaan metode pembelajaran sebaiknya pengajar
juga memperhatikan teknik pembelajaran apa yang akan digunakan. Di bawah ini
akan dijelaskan tentang pengertian teknik pembelajaran dan teknik-teknik
pembelajaran menulis.
31
1. Pengertian Teknik Pembelajaran
“Teknik pembelajaran merupakan cara khas yang operasional yang
digunakan atau dilalui dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam metode” (Mahfuddin,
2008:70). Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Rampillon (1999:156) bahwa “Technik ist die Methode, mit den zweckmäβigesten
Mittel ein bestimmtes Ziel zu erreichen, ein Werk oder Einleitung zu vollbringen”.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa teknik merupakan metode untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran tertentu dengan media yang paling sesuai, untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan atau suatu permulaan. Pendapat serupa juga
disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1158) bahwa “teknik
merupakan suatu metode atau sistem mengerjakan sesuatu”.
Menurut Sudrajat (2008:2) definisi teknik pembelajaran dapat diartikan
sebagai “cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik”. Salah satu contoh dari penjelasan tersebut adalah
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula dengan penggunaan metode diskusi perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, pengajar dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
32
Pengertian lain tentang teknik pembelajaran adalah “…bezeichnen dann
eher Fertigkeiten, die Lernende einsetzen können, um etwas zu lernen, z. B. die
Fertigkeit, etwas im Wörterbuch oder in einer Grammatikübersicht nachschlagen
zu können” (Bimmel dan Rampillon, 2000:54). Maksud dari pendapat tersebut
adalah teknik pembelajaran menggambarkan setiap keterampilan yang dapat
diterapkan pembelajar untuk mempelajari sesuatu, sebagai contoh keterampilan
untuk dapat mencari sesuatu yang ada di dalam kamus atau dalam daftar tata
bahasa.
Dalam proses belajar mengajar pemilihan teknik pembelajaran merupakan
hal yang harus mendapat perhatian khusus dari pengajar karena pemilihan teknik
pembelajaran akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran,
namun teknik harus sesuai dengan metode atau pendekatan yang dipilih. Selain
itu, pemilihan teknik pembelajaran juga berpengaruh besar terhadap empat
keterampilan dalam bahasa Jerman, khususnya keterampilan menulis karena
dengan teknik pembelajaran akan lebih memotivasi siswa dalam menulis dan akan
membuat kreativitas siswa lebih berkembang. Oleh karena itu, pengajar sebaiknya
dapat memberikan suatu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis agar siswa dapat menemukan ide-ide dengan
mudah dan siswa juga dapat lebih kreatif dalam menulis.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik
pembelajaran merupakan salah satu bagian dari metode pembelajaran yang lebih
bersifat praktis. Setiap pengajar sebaiknya dapat memberikan suatu teknik
33
pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas agar para siswa tidak merasa
bosan terhadap materi yang disampaikannya.
2. Teknik-teknik Pembelajaran Menulis
Pada umumnya teknik pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan.
Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar di kelas dapat lebih menarik dan
dapat menjadikan siswa lebih semangat untuk belajar. Konsep tersebut senada
dengan teori yang terdapat dalam situs internet
http://garduguru.blogspot.com/2008/05/mengajar-dengan-permainan.html bahwa
“siswa berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena
melalui permainan serta alat-alat permainan siswa dapat belajar mengerti dan
memahami suatu gejala tertentu”. Sementara menurut Kleppin (Dauvillier dan
Hillerich, 2004:17) bahwa “Spiel muss vor allem ein Spielziel haben, nicht nur ein
Lernziel”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa permainan terutama harus
mempunyai tujuan permainan, bukan hanya tujuan pembelajaran.
Teknik pembelajaran memiliki berbagai jenis cara yang dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya dalam keterampilan menulis.
Jenis teknik pembelajaran untuk menulis dapat dibagi berdasarkan cara
pengerjaannya yaitu dilakukan secara individu atau berkelompok. Menurut Kast
(1999:36) teknik pembelajaran yang dapat dilakukan secara individu yaitu:
1) Wortsätze
Aturan permainan ini adalah guru memberikan lembaran fotokopi yang
berisikan kata-kata. Kata-kata tersebut sudah dieja ke dalam huruf jadi tugas
34
siswa adalah membuat sebuah kalimat berdasarkan kata-kata yang telah dieja
tersebut. Permainan ini dapat digunakan untuk semua jenis tema
pembelajaran.
2) Ich buchstabiere mich
Jenis permainan ini menggunakan nama-nama siswa. Pelaksanaan permainan
ini adalah guru menyuruh siswa untuk mengeja nama masing-masing. Setelah
itu, siswa harus menuliskan kata-kata berdasarkan nama yang telah dieja
tersebut. Kata-kata yang harus ditulis adalah dapat berupa kata sifat atau kata
benda. Kemudian siswa diminta untuk membuat kalimat berdasarkan kata-kata
yang telah ditulis.
Sementara itu, Dauvillier dan Hillerich (2004:106) mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa teknik pembelajaran menulis yang bisa dilakukan secara
berkelompok sebagai berikut:
1) Memo-Spiel
Teknik permainan ini bertujuan untuk melatih dan mengingat materi
pembelajaran. Memo-Spiel memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi.
Permainan ini dilakukan di dalam kelompok kecil yaitu antara empat sampai
enam siswa. Aturan permainan ini adalah siswa memisahkan Memo-Karten
yang masih tercampur, bagian kartu yang terdapat kata-kata diletakkan di
bawah. Kemudian setiap siswa membalikkan dua kartu dan mencocokkan
kata-kata yang ada di balik kartu. Bagi siswa yang banyak mengumpulkan
kartu dengan kata-kata yang sama maka akan menjadi pemenang. Setelah itu,
35
setiap kelompok dibagikan lembaran kertas kosong dan tugas setiap kelompok
adalah menuliskan kembali kata-kata yang terdapat di dalam kartu.
2) Kim-Spiel
Tujuan dari permainan ini adalah melatih daya ingat dengan cara pengulangan.
Permainan Kim-Spiel dilakukan secara berkelompok . Pelaksanaan permainan
ini adalah setiap siswa diberi waktu beberapa menit untuk menghafal gambar
beserta kata-katanya, setelah waktu yang diberikan guru selesai maka guru
mengambil gambar-gambar tersebut. Setiap kelompok mendapatkan sebuah
lembaran fotokopi yang berisikan gambar tetapi kata-kata dalam setiap
gambar dihilangkan. Kemudian setiap siswa harus menuliskan kembali kata-
kata yang sesuai dengan gambar tersebut.
3) Wortschlange
Pada dasarnya permainan ini sama dengan permainan kata berantai yaitu
bertujuan untuk mencurahkan dan mengembangkan ide/gagasan ke dalam
bentuk tulisan. Aturan permainan ini adalah setiap siswa harus menuliskan
kata-kata yang mempunyai konsep sama. Cara tersebut dilakukan secara
bergiliran.
Berkenaan dengan teknik pembelajaran menulis, Ekoati (2008:2)
berpendapat “salah satu teknik pembelajaran menulis yang dapat diterapkan
secara berkelompok yaitu teknik kata atau kalimat berantai, teknik ini bertujuan
agar siswa dapat mencurahkan dan mengembangkan ide/gagasan dalam bentuk
suatu tulisan”. Hal terpenting dalam pelaksanaan permainan tersebut adalah setiap
siswa harus melanjutkan kata atau kalimat yang telah ditulis oleh teman
36
sekelompoknya dalam membuat suatu karangan, dengan catatan siswa harus
menuliskan kata-kata yang mempunyai konsep yang sama.
Selain teknik pembelajaran yang dapat diterapkan secara individu dan
berkelompok, berikut ini adalah pendapat Wuryanto (2010:13) mengenai teknik
pembelajaran menulis yang dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok
yakni:
1) Menulis dari Gambar
Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis
dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan
gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa
dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Media
yang dibutuhkan untuk pembelajaran ini adalah gambar-gambar yang
bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama dengan
kalender besar. Teknik ini dapat dilakukakan secara persorangan maupun
secara kelompok. Cara menerapkan teknik ini yaitu guru menyampaikan
pengantar materi pembelajaran, guru menempelkan beberapa gambar di depan
kelas, setelah siswa melihat gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi
gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat tulisan secara runtut dan logis,
guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan guru
merefleksikan pembelajaran tersebut. Upayakan gambar yang disajikan sesuai
dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu. Guru dapat
memilih gambar yang cocok dengan karakteristik kelas. Gambar yang telah
digunakan siswa dapat ditarik kembali untuk bahan pembelajaran berikutnya.
37
2) Menulis Objek Langsung
Teknik ini bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek
yang dilihat. Guru dapat menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas,
misalnya boneka, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Berdasarkan objek
tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan
objek yang dilihatnya. Media yang dibutuhkan adalah objek-objek yang
bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dilakukan
secara perseorangan maupun secara berkelompok. Langkah-langkah teknik
pembelajaran ini adalah guru menyampaikan pengantar materi pembelajaran,
guru memperlihatkan beberapa objek di depan kelas, setelah siswa melihat
objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek tersebut kemudian siswa
membuat tulisan secara runtut dan logis. Setelah itu, guru bertanya kepada
siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya dan kemudian guru akan
merefleksikan pembelajaran tersebut.
3) Meneruskan Tulisan
Teknik pembelajaran meneruskan tulisan bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan dalam sebuah tulisan
melalui penambahan beberapa paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut,
siswa berada dalam kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam
komunitas belajar yang kompetitif. Media yang digunakan adalah lembaran
fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya, (tulisan tersebut semestinya
sepuluh paragraf tetapi tiga paragraf terakhir dihilangkan) kemudian siswa
menambahkan paragraf sesuai dengan idenya. Lembaran tersebut diperbanyak
38
sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat dilakukan secara
persorangan atau kelompok. Sebelum memulai permainan ini sebaiknya guru
mengkondisikan siswa melalui kegiatan apersepsi lewat berbagai cara,
misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Aturan permainan dari
teknik ini adalah guru memberikan apersepsi atau pengantar materi
pembelajaran, membagi kelompok (jika penerapannya dalam kelompok)
kemudian guru membacakan aturan permainan. Setelah itu, guru memberikan
lembar fotokopi kepada siswa dan siswa diminta untuk mengerjakan tugas
yaitu meneruskan tulisan yang belum selesai dengan idenya sendiri, setelah
waktu yang diberikan habis maka siswa dapat melaporkan hasil kerjanya di
depan kelas. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa mengenai alasan
pembuatan tulisan tersebut kemudian guru merefleksikan hasil kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam teknik yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran menulis. Berbagai teknik pembelajaran menulis dapat dilakukan
baik secara individu, kelompok maupun keduanya. Selain itu, teknik
pembelajaran menulis dapat dikemas dalam bentuk permainan karena permainan
dalam pembelajaran berperan sebagai sarana untuk melatih keterampilan menulis
dan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis. Dalam penelitian ini
dibahas tentang penggunaan teknik pembelajaran menulis yang diterapkan secara
berkelompok yakni teknik kalimat berantai.
39
D. Teknik Kalimat Berantai
Pada dasarnya penggunaan teknik kalimat berantai sama dengan teknik
kata berantai. Jika dalam penerapan teknik kata berantai siswa diminta untuk
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk kata-kata maka dalam teknik kalimat
berantai siswa diminta untuk mencurahkan ide atau gagasan dalam bentuk kalimat
menjadi sebuah karangan. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh
Astuti (2008:4) bahwa teknik kalimat berantai merupakan “sebuah kegiatan
menulis teks atau karangan dengan menghubungkan satu ide ke ide yang lain
dalam bentuk kalimat berdasarkan konsep yang sama”. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan cara menghubungkan ide seseorang dengan ide orang lain
dalam sebuah kegiatan berpasangan atau kegiatan berkelompok. Teknik kalimat
berantai mengacu pada teori pengetahuan tentang kalimat dan organisasi konsep
sebuah kalimat. Sebuah kalimat akan terangkai dengan kalimat berikutnya karena
siswa telah memiliki organisasi konsep kalimat tersebut. Teknik kalimat berantai
ini berbentuk permainan, maka diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa
dalam menulis karangan.
Teori di atas sesuai dengan pendapat Ekoati (2008:2) bahwa
Teknik kalimat berantai dikemas dalam permainan yang dapat membangkitkan kreativitas siswa. Dalam permainan ini, setiap siswa harus melanjutkan kalimat yang ditulis teman kelompoknya dengan menuliskan kalimat-kalimat yang mempunyai konsep sama. Maksud dari pendapat tersebut adalah setiap siswa harus mencari kalimat-
kalimat yang tidak menyimpang dengan judul atau tema yang telah ditetapkan.
Jika siswa menuliskan kata kunci profesi, maka jaringan kata lain yang muncul
40
adalah guru, dokter, pengusaha, dan contoh profesi lainnya bukan kata kucing,
ayam atau singa.
Santosa dkk (2005:6,19) berpendapat bahwa teknik kalimat berantai dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Siswa dibagi ke dalam kelompok dengan jumlah lima sampai sepuluh orang per kelompok, siswa pertama bertugas menuliskan sebuah kalimat, kemudian kertas diserahkan kepada siswa kedua yang akan menambahkan sebuah kalimat lagi dan seterusnya sampai semua siswa dalam setiap kelompok sudah menambahkan masing-masing sebuah kalimat.
Dalam pembelajaran bahasa Jerman teknik kalimat berantai disebut juga
dengan teknik permainan Satzschlange. Pendapat yang telah dijelaskan di atas
diperkuat oleh teori Kast (1999:36) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan
permainan Satzschlange (kalimat berantai) adalah sebagai berikut:
“Die Übung kann in Partnerarbeit und Kleingruppen gemacht werden (bis etwa fünf/sechs Schüler pro Gruppe). Wichtig ist auch hier, dass jeder Schüler mit einem Blatt beginnt und die Blätter von einem Schüler zum anderen wandern. Jeder schreibt den Anfang einer Geschichte, die ihm oder ihr gerade einfällt. Jeder Schüler schreibt maximal einen Satz und das erste Wort des folgendes Satzes”.
Maksud dari teori di atas adalah latihan untuk permainan ini dapat
dilakukan dengan teman kerja dan dalam kelompok kecil (antara lima sampai
enam siswa per kelompok). Hal yang perlu diperhatikan dalam permainan ini
adalah setiap siswa memulai dengan satu lembar dan secara bergantian lembaran-
lembaran tersebut bergilir dari satu siswa ke siswa yang lain. Setiap siswa
menuliskan bagian awal dari suatu cerita yang terlintas dalam pikiran mereka.
Setiap siswa menuliskan maksimal satu kalimat dan kata pertama untuk kalimat
berikutnya.
41
Teori di atas senada dengan pendapat yang diungkapkan oleh Astuti
(2008:5) bahwa teknik kalimat berantai dapat dilaksanakan dengan aturan main
sebagai berikut:
1) Kelas dibagi menjadi empat sampai enam kelompok. Cara pembagian
kelompok dapat dilakukan secara bebas tergantung keinginan guru. Namun
dalam penelitian ini siswa dibagi ke dalam kelompok berdasarkan nilai hasil
tes awal. Siswa yang mendapatkan nilai yang tertinggi maka mempunyai
kesempatan untuk menjadi ketua kelompok dan siswa yang lain dapat memilih
masuk ke kelompok yang diinginkan. Hal tersebut bertujuan agar ketua dapat
menjadi tutor di dalam kelompok.
2) Seorang pengajar menentukan tema yang akan dijadikan karangan. Tema yang
dipilih pengajar dalam permainan ini harus berdasarkan silabus yang ada.
Penelitian ini menggunakan tema Reisen und Freizeit (wisata dan waktu
luang) karena dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa
SMA kelas tiga.
3) Pengajar menuliskan beberapa kata bantu dalam bentuk kalimat tanya. Kata
bantu tersebut harus dikembangkan oleh setiap kelompok menjadi sebuah
karangan yang utuh. Pengembangan kata bantu merupakan salah satu aspek
penilaian karangan.
4) Setelah menentukan judul yang sesuai dengan tema, siswa menuliskan kalimat
pertama sebagai kata kunci dalam karangan. Dalam kegiatan ini setiap siswa
harus mencurahkan ide-ide dalam bentuk kalimat.
42
5) Berdasarkan kata kunci tersebut setiap anggota kelompok secara berantai
melanjutkan dengan kalimat-kalimat berikutnya menjadi sebuah paragraf
hingga selesai. Kalimat-kalimat yang dituliskan secara berantai ini tetap harus
memperhatikan tema, penempatan pola dan struktur kalimat yang benar.
6) Setelah waktu berakhir, siswa mempresentasikan hasil karangan kelompoknya
masing-masing. Dalam penelitian ini hasil karangan dipresentasikan dengan
cara guru mengambil salah satu hasil kerja kelompok dan meminta kelompok
tersebut menuliskan hasil karangannya di papan tulis. Kemudian kelompok
lain mengoreksi hasil karangan tersebut. Setelah itu, setiap kelompok saling
menukar hasil kerja untuk dikoreksi silang.
7) Sebagai bahan evaluasi, hasil kerja yang telah dikoreksi oleh kelompok lain
dikembalikan lagi ke kelompok masing-masing. Setelah itu, guru meminta
setiap kelompok untuk mengecek ulang hasil koreksian dari kelompok lain.
Jika masih terdapat kesalahan (misalnya sesuatu yang benar tapi disalahkan)
maka kelompok yang mengoreksi akan dikurangi poinnya.
Setiap teknik pembelajaran yang dikerjakan baik secara individu maupun
berkelompok memiliki kelebihan masing-masing. Menurut Faistauer (Kast,
1999:134) kelebihan dari teknik pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok adalah sebagai berikut:
1) Der Schreibprozeβ in Gruppen erleichtert das Schreiben für jedes einzelne
Gruppenmitglied. Maksudnya adalah proses menulis yang dilakukan secara
berkelompok dapat memudahkan setiap anggota kelompok untuk menulis.
43
2) In der Gruppe wird gemeinsam festgelegt, worum es gehen soll, was
geschrieben wird. Hal tersebut berarti bahwa dalam kelompok ditetapkan
secara bersama-sama, mengenai apa yang seharusnya ditulis.
3) Die Arbeit in der Gruppe wird interaktiv durchgefürt, das Wissen und Können
aller Teilnehmer summiert sich, die sprachliche Kompetenz des einzelnen wird
ausgeglichen. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa kerja kelompok
dilakukan secara interaktif, pengetahuan dan kemampuan semua peserta
digabungkan, kompetensi bahasa dari setiap individu diselaraskan.
4) In einer Gruppe können die Lernenden ihre unterschiedlichen Ideen
einbringen, eigene Ideen entzünden sich an den Ideen der anderen. Maksud
dari konsep tersebut adalah dalam sebuah kelompok setiap pembelajar dapat
mengemukakan ide yang berbeda-beda, ide sendiri didiskusikan dengan ide
orang lain.
5) Das Schreiben in der Gruppe fördert neben dem sprachlichen auch das
soziale Lernen, es erfordert Eingehen auf die Argumente anderer,
Diskussionsbereitschaft, Toleranz. Hal tersebut berarti bahwa menulis dalam
kelompok memajukan pembelajaran sosial disamping pembelajaran bahasa,
dalam kegiatan menulis setiap siswa dituntut untuk menerima pendapat orang
lain, harus memiliki kesediaan untuk berdiskusi dan sikap toleransi.
6) Das Schreiben in der Gruppe macht den meistens Spaβ, die Erfahrung, dass
der Text in der gemeinsamen Arbeit inhaltlich interessanter und sprachlich
besser wird, erhöht die Motivation. Konsep tersebut berarti bahwa menulis
dalam kelompok biasanya membuat senang, pengalaman bahwa isi teks yang
44
dikerjakan secara bersama-sama akan menjadi lebih menarik secara isi dan
secara bahasa akan lebih baik, dapat meningkatkan motivasi.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Ekoati (2008:3) bahwa kelebihan
dari teknik pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok khususnya dalam
penggunaan teknik kalimat berantai adalah siswa mampu mendapatkan ide lebih
mudah dengan mengikuti kegiatan kalimat berantai, siswa juga mampu
mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah teks atau karangan, teknik ini
menumbuhkan kegembiraan dalam belajar, ganjaran bagi kelompok yang mampu
membuat karangan dengan bagus dapat dirasakan secara langsung. Disamping itu,
kalimat berantai juga memiliki kelemahan diantaranya terkadang waktu melebihi
dari ketentuan yang telah ditetapkan dan dorongan hanya untuk mendapat
penghargaan bukan untuk belajar.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik kalimat
berantai menerapkan teori organisasi konsep untuk pembelajaran menulis
karangan. Dengan satu topik atau tema, setiap siswa dapat mengaktifkan konsep
yang tersimpan dalam memori untuk mencari kalimat-kalimat yang mempunyai
konsep yang sama. Jika kosakata yang teroganisir dalam memori siswa dikelola
dengan baik kemudian disusun menjadi paragraf maka siswa dapat membentuk
sebuah karangan dengan memperhatikan pemilihan kalimat.
45
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dapat disusun kerangka berpikir
mengenai efektivitas penggunaan teknik kalimat berantai dalam pembelajaran
menulis. Pada kajian pustaka telah dijelaskan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan berpikir untuk menghasilkan sebuah tulisan baik berupa karangan, surat
atau catatan harian sebagai ungkapan pikiran dan perasaan kepada orang lain atau
kepada dirinya sendiri.
Namun dalam pembelajaran bahasa Jerman seringkali siswa mengalami
kesulitan dalam menulis. Kesulitan siswa dalam menulis karangan berbahasa
Jerman disebabkan oleh faktor seperti penggunaan teknik pembelajaran yang
masih monoton. Hal tersebut mengakibatkan kreativitas siswa dalam menulis
tidak berkembang. Oleh karena itu, seorang pengajar sebaiknya lebih kreatif dan
inovatif dalam menciptakan teknik pembelajaran sehingga dapat menarik
perhatian siswa dalam pembelajaran menulis.
Salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih siswa
dalam menulis karangan adalah teknik kalimat berantai. Teknik pembelajaran ini
merupakan suatu bentuk permainan yang dilakukan secara berkelompok. Dalam
permainan ini setiap siswa harus melanjutkan kalimat yang ditulis oleh teman
sekelompoknya dengan menuliskan kalimat-kalimat yang mempunyai konsep
sama. Selain menyenangkan dan dapat menarik perhatian siswa, penggunaan
teknik kalimat berantai dalam pembelajaran bahasa Jerman juga dapat
memudahkan siswa dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan
sehingga siswa dapat menyusun sebuah karangan dengan mudah.
46
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yakni penggunaan teknik kalimat
berantai efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karangan berbahasa
Jerman.