BAB II GAYA KEPEMIMPINAN DAN LOYALITAS A. GAYA ...repository.radenintan.ac.id/6439/5/12 BAB II.pdf4....
Transcript of BAB II GAYA KEPEMIMPINAN DAN LOYALITAS A. GAYA ...repository.radenintan.ac.id/6439/5/12 BAB II.pdf4....
23
BAB II
GAYA KEPEMIMPINAN DAN LOYALITAS
A. GAYA KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya atau style kepemimpinann banyak mempengaruhi keberhasilan
seseorang pemimpin dalam mempengaruhi pengikut-pengikutnya. Istilah
gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin
dalam mempengaruhi para pengikutnya1
Dengan demikian pemimpin hendaknya memilih gaya kepemimpinann
atau cara memimpin yang efektif yang dapat diterima oleh semua pihak
secara tegas atau bawahan menjalankan tugas dengan senang hati atas dasar
keputusan bersama secara bulat/mufakat. Dalam menjalankan proses
kepemipinan maka seorang pemimpin menggunakan gaya-gaya
kepemimpinann tertentu. Gaya kepemimpinann adalah cara yang digunakan
pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya.2
Adapun menurut Oteng Sutisna, gaya kepemimpinann adalah proses
memakai cara tertentu di dalam mempengaruhi anggota kelompoknya.3
Dengan dikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinann
1 Miftah toha, Prilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali, 1983) h. 296
2 Ibid, h. 296
3 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Untuk Praktek Profesional, (Bandung:
Angkasa, 1989) h. 303
22
24
adalah suatu cara tertentu yang digunakan seorang pemimpin di dalam
mempengaruhi bawahannya untuk bekerja mencapai tujuan tertentu.
Dalam kepemimpinann ada tuga unsure yang saling berkaitan, yaitu:
unsur manusia sebagai penggerak, unsur sarana sebagai alat yang
dipergunakan dan unsur tujuan sebagai cita-cita yang ingin dicapai. Untuk
dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang, seorang
pemimpin harus memiliki pengetahuan dan kecakapan serta keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinann. Pengetahuan dan
keterampilan ini dapat diperoleh dalam pengalaman belajar secara teori
ataupun pengalamannya dalam prakteknya sebagai pemimpin. Cara atau
teknik seorang pemimpin dalam menjalankan suatu kepemimpinann inilah
yang disebut gaya atau gaya kepemimpinann.4
2. Gaya Kepemimpinan
Adapun beberapa gaya dalam melaksanakan kepemimpinann seperti
yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Siagian, SP
Siagian mengungkapkan beberapa tipe kepemimpinann, antara lain:
a. Tipe Otokratis
Seorang yang otokratis ialah seorang pemimpin yang:
1) Menganggap Organisasi sebagai milik pribadi
4 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosada
Karya, cet. ke 13, 2004) h. 48
25
2) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
4) Menganggap bawahan sebagai alat semata.
5) Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya.
6) Dalam tindakan penggerakan sering mempergunakan approach
yang mengandung unsur paksaan yang bersifat menghukum
b. Tipe Militeristik
Seorang pemimpin yang militeristik ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat:
1) Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan.
2) Dalam menggerakkan bawahan lebih senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya.
3) Senang pada formalitas yang berlebihan.
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
5) Sukar menerima kritikan dari bawahan.
6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistik
Seorang pemimpin yang paternalistik ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat:
26
1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2) Bersikap melindungi.
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
4) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
berinisiatif dan mengambil keputusan.
5) Sering bersikap paling tahu.
d. Tipe Kharismatik
Pemimpin yang mempunyai daya tarik yang amat besar dan
karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya
besar. Meskipun para pengikutnya itu sering tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
e. Tipe Demokratis
Seorang pemimpin yang Demokratis ialah seorang pemimpin
yang:
1) Dalam proses menggerakkannya selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
2) Selalu berusaha menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya.
3) Ia senang menerima saran, kritik dan bahkan pendapat bawahannya.
27
4) Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan team work dalam
usaha mencapai tujuan
5) Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan kemudian disbanding dan
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang lain.
6) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari
padanya.
7) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin5
2. Menurut Kartini Kartono
Menurut Kartini Kartono, gaya kepemimpinann terbagi dalam 6
gaya. Antara lain:
a. Kharismatik
Gaya Kharismatik ini memiliki kekuatan energy, daya tarik dan
pembawaan yang luar bisaa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat banyak jumlahnya dan pengawal-
pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak
mengetahui benar sebab-sebabnya, mengapa orang itu memiliki kharisma
yang begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan gaib (supernatural
5 Siagian SP, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung
Agung, 1986) h 42-44
28
power) dan kemampuan-kemampuan yang super human, yang diperoleh
sebagai karunia yang Maha Kuasa.
b. Peternalistis
Yaitu kepemimpinann yang kebapak-bapakan, dengan sifat dia
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa,
atau anak sendiri yang perlu dikembangkangkan. Dia bersikap terlalu
melindungi. Dia hampir-hampir tidak pernah memberi kesempatan kepada
bawahan untuk mengembangkan imajinasi. Gaya kepemimpinann
semacam ini seolah menunjukkan bahwa dirinya paling tahu dan paling
benar dalam mengambil suatu keputusan.
c. Militeristis
Gaya ini hampir memiliki kesamaan dengan gaya kepemimpinann
yang otoriter. Perbedaannya gaya semacam ini lebih keras. Sekeras militer
lalu bawahan selalu diancam dengan sanksi-sanksi jika tak mau menuruti
keinginannya.
d. Liazez Faire
Pada gaya kepemimpinann laizez faire ini sang pemimpin praktis
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam setiap
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin symbol, dan
29
bisaanya tidak memiliki keterampilan teknis. Dia tidak mempunyai
kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu
melaksanakan koordinasi kerja, dan tidak berdaya menciptakan suasana
kerja yang kooperatif.
e. Demokrasi
Kepemimpinann demokratis berorientasi pada manusia, dan
memberikan bimbingan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari
teknokrat dan administrator-administratus yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal. Dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinann demokratis
ini terletak bukan pada person individu pemimpin, akan tetapi kekuatan
justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok atau
anggotanya.
f. Otoriter
Kepemimpinann Otoriter adalah seseorang yang sangat egois,
egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutar balikkan
fakta atau kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang
secara subyektif diinterpretasikan sebagai kenyataan. Akan tetapi,
efektifitas kepemimpinann yang otoriter sangat dikaitkan dengan
30
kekuasaan untuk mengambil tindakan yang positif belum tentu dapat
tercapai dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, namun
kekuasaan mengambil tindakan yang punitive itu tidak lagi dimilikinya,
ketaatan para bawahan segera mengendor dan disiplin kerja pun akan
merosot.6
3. Menurut Harsey dan Blanchard
Menurut Harsey dan Blanchard, gaya kepemimpinann terbagi menjadi
4. Di antaranya:
a. Gaya instruktif
Penerapannya pada bawahan yang masih baru atau baru bertugas.
Ciri-ciri gaya kepemimpinann instruktif, mencakup antara lain :
1) Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana dan
kapan kegiatan dilakukan.
2) Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat.
3) Kadar direktif tinggi.
4) Kadar suportif rendah.
5) Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai.
6) Kemampuan motivasi pegawai rendah.
7) Tingkat kematangan bawahan rendah.
6 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Bandung: Rajawali Press, 2001) h. 73
31
b. Gaya konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi,
namun kemauan rendah. ciri-cirinya mencakup antara lain:
1) Kadar direktif rendah.
2) Kadar suportif tinggi.
3) Komunikasi dilakukan timbal balik.
4) Masih memberikan pengarahan yang spesifik.
5) Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada
pegawai walaupun bawahan masih dianggap belum mampu.
6) Tingkat kematangan bawahan rendah sampai sedang.
c. Gaya pertisipatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah,
namun memiliki kemauan kerja tinggi. ciri-ciri kepemimpinann
pastisipatif ini mencakup antara lain :
1) Pemimpin melakukan komunikasi dua arah.
2) Secara aktif mendengar dan merespon segenap kesukaran bawahan.
3) Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara
maksimal dalam operasional.
4) Memberikan contoh dan menjadi tauladan
5) Mendorong bawahan untuk berpartisipasi.
6) Tingkat kematangan rendah.
32
d. Gaya delegatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi
dan kemamuan tinggi. Gaya kepemimpinann delegatif mempunyai ciri-ciri
antara lain :
1) Memberikan pengarahan bila diperlukan saja.
2) Memberikan suport dianggap tidak perlu lagi.
3) Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan
menyelesaikan tugas.
4) Tidak perlu memberi motivasi.
5) Tingkat kematangan bawahan tinggi.7
4. Menurut Davis dan Newstrom
Secara umum gaya kepemimpinann terdiri dari 3 jenis, yakni:
a. Gaya kepemimpinan berbasis kepribadian
1) Kepemimpinann gaya otoriter menekankan pada tugas dan berpusat
pada atasan.
2) Kepemimpinann gaya demokratik menekankan pada hubungan
manusia, tidak direktik dan tidak berpusat pada atasan.
b. Gaya kepemimpinann berbasis perilaku pemimpin yang berorientasi
kepada perilaku yang diarahkan pada pusat kekuasaan yaitu:
7 Mas Adjie, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (On-
Line) Tersedia di http://zakwaan-priaji.blogspot.co.id/2013/07/kepemimpinan-kepala-sekolah-
dalam_13.html (25 Januari 2016)
33
1) Gaya kepemimpinan otoriter yang bertindak sebagai dictator terhadap
kelompoknya
2) Gaya kepemimpinann Laissez Fare memberikan bawahannya berbuat
sekehendaknya tanpa kontrol dan koreksi dari pemimpin terhadap
pekerjaan bawahannya
3) Gaya kepemimpinan Demokratis memposisikan pemimpin ditengah-
tengah kelompoknya, menjaga hubungan terhadap bawahannya,
menganggap bawahannya dalam bekerja sebagai saudara.
c. Gaya kepemimpinan berbasis situasional
Merupakan perkembangan yang mutakhir dihasilkan dari teori-
teori kepmimpinan modern dan merupakan hasil baru dari model
kefektifan pemimpin 3 dimensi yang mengkombinasikan gaya
kepemimpinanya berdasarkan situasinya.
Membahas kepemimpinann selalu memberikan kesan menarik.
Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang kuat pada setiap
orang. Oleh karena itu banyak literatur yang dapat dengan mudah kita
temui tentang kepemimpinann. Berikut ini uraian tentang pengertian
kepemimpinann dan aspek-aspek penting di dalamnya.
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa, literatur buku tentang
kepemimpinann sangatlah banyak dan mudah ditemui. Maka, pengertian
tentang kepemimpinann sudah pasti juga akan banyak kita jumpai pada
34
literatur tersebut. Dalam Islam kepemimpinann disebut khalifah yang berarti
pengganti atau wakil. Penggunaan kata khalifah juga mengandung perkataan
amir yang berarti penguasa. Kedua kata tersebut dalam bahasa Indonesia
dimaknai dengan pemimpin. Banyak juga yang mengatakan bahwa
kepemimpinann berasal dari bahasa Inggris yakni Leadership.
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara
yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. John C. Maxwell,
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan untuk dapat mempengaruhi
orang lain. Mempengaruhi disini dapat dimaksudkan sebagai dampak/
berdampak. Cara terbaik dalam mempengaruhi adalah dengan menginspirasi
atau memberikan teladan sehingga dalam setiap apapun yang akan dilakukan
sebagai pemimpin dapat dilihat oleh anggota atau bawahan dan bahkan atasan
Anda.
Dari informasi yang dikemukakan sebelumnya, konsep kepemimpinan
sebenarnya begitukaya dan rumit, tetapi dapat disederhanakan menjadi lima
level, diantaranya sebagi berikut:8
1. Kepemimpinan dasar (Rights/hak) : Maksudnya adalah orang mau
mengikuti Anda karena mereka memang harus melakukan hal tersebut
atau lebih mudahnya dapat disebut sebagai pemimpin yang hanya
mengandalkan jabatannya.
8 John C. Maxwell, The 360 Leader, Mengembangkan anda dari posisi manapun di
organisasi (Jakarta: PT Buana Ilmu Populer,2016) h.337-338
35
2. Perkenanan (Relationships/hubungan ) : Orang mau mengikut pemimpin
karena mereka ingin melakukan hal tersebut. Orang akan mengikuti
perintag pemimpinnya hingga melampaui wewenang yang ditetapkan
kepada pemimpin. Di level ini, mungkin pekerjaan akan menjadi sesuatu
yang menyenangkan. Tetapi semakin lama Anda bertahan disini, Anda
dapat membuat orang-orang disekitar Anda yang bermotivasi tinggi
menjadi gelisah.
3. Produktivitas (Results/hasil) : Orang mau mengikuti Anda karena apa
yang telah Anda lakukan untuk organisasi tersebut. Di level ini biasanya
kesuksesan sudah bisa dirasakan oleh sebagian besar orang. Mereka
menyukai Anda dan mereka juga menyukai apa yang telah Anda lakukan.
4. Mengembangkan orang lain (Reproduction/reproduksi) : Disini orang mau
mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan untuk mereka. Disini
tempat pertumbuhan jangka panjang terjadi. Hal ini disebabkan karena
komitmen Anda untuk mengembangkan para pemimpin yang akan
menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan bagi suatu organisasi dan
manusia didalamnya.
5. Puncak kepemimpinan (Respect/rasa hormat) : Orang mau mengikuti
Anda karena siapa Anda dan apa yang Anda representasikan. Di level ini
biasanya pemimpin sudah menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk
36
mengembangkan orang lain dan organisasi. Hanya sedikit yang berhasil,
tetapi mereka yang berhasil adalah orang-orang yang mengagumkan.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama
dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai
seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga
mencakup fungsifungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan.
5. Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan,
lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang
sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita
dapat menganalisanya secara berbeda.
Tujuan Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau
beberapaindividu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala
sosial. Pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi dilapangan. Dalam hal
sama, Krechdan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari
posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer
untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok,
ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
37
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain
untuk memperoleh hasilyang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan
kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral
yang kreatif dan terarah. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi oranglain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi prosesmempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkankekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan papyang diinginkan pihak lainnya.
6. Fungsi Kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus
melaksanakan dua fungsi utama, diantaranya sebagi berikut;
a. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau
pemecahan masalah.
b. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang
dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan
kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.
38
7. Macam-macam gaya kepemimpinan
Pada tingkatan Administratif Pemimpin lebih banyak menggunakan
kerja pikir dari pada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya
menentukan tujuan organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok
pimpinan pada tingkat lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya
lebih menyeluruh. Untuk itu “Manajerial Skill” lebih dibutuhkan.
Pada tingkat Middle Manajemen, dalam tugas kegiatannya sehari-hari
antara kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan
hampir serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory
Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak
mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak
membutuhkan “technical Skills” daripada Managerial Skills.
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah ayat 30:
Artinya : Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada
Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah.
Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang
merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih
dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata :
Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS. Al-
Baqarah : 30)
Bernadine. R Wirjana dan Susilo Suparjo, Pada bukunya yang
39
berhudul Kepemimpinan : Dasar - Dasar dan Pengembanganya,
mengidentifikasikan kepemimpinan ada lah suatu proses yang kompleks
dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi,
tugas, atau sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang
membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal.9
Di sisi lain, Charles J. Ketaing, memandang Kepemimpinann
merupakan proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau kelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan bersama 10
. Sedangkan Hisyam At-Thalib
berpendapat bahwa kepemimpinann adalah suatu proses menggerakkan
sekumpulan orang atau manusia menuju kesatuan tujuan yang telah ditetapkan
dan mendorong mereka bertindak dengan cara tidak memaksa.11
Sementara Hadari Nawawi, dalam bukunya Kepemimpinann Menurut
Islam, mengemukakan pendapat bahwa “Kepemimpinann adalah sikap
prilaku seseorang yang terlihat oleh orang lain di luar dirinya. Dari sudut
pandang Islam. Prilaku itu menggambarkan juga tingkat atau kualitas
kredibilitas, intelegensi, disiplin dan bertanggung jawab juga tingkat atau
kualitas keimanan seseorang pada Allah12
.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
9 Bernadine R. Wirjana dan Susilo Supardo, Kepemimpinan : Dasar-Dasar dan Pengembanganya.
(Yogyakarta: Andi Offset, 2006), hal 3. 10
Charles J. Keating, Kepemimpinan, Teori Dan Pengembangan, alih bahasa, A.M
Mangunhardjana, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1986), h 9. 11
Hisyam Yahya At-Thalib, Panduan Latihan bagi Gerakan Dakwah, (Jakarta: Media
Dakwah, 1999) h. 51 12
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: University Press, 2001) h.
97
40
prilaku seseorang yang dapat mempengaruhi prilaku orang lain dengan
maksud mengarahkan dan mendorong guna mencapai suatu tujuan yang sama
bisa disebut kepemimpinann. Hal tersebut memperlihatkan juga bahwa
kepemimpinann sangat berpengaruh terhadap prilaku bawahan atau
anggotanya.
Kepemimpinann merupakan aspek pengelolaan yang penting dalam
sebuah organisasi/lembaga. Kemampuan untuk memimpin secara efektif
sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah organisasi untuk mencapai
tujuan. Dalam usahanya mencapai tujuan tersebut maka ia haruslah
mempunyai pengaruh untuk memimpin para bawahannya.
8. Kepemimpinan dalam Organisasi
Para anggota organisasi pasti membutuhkan kepemimpinann.
Terutama mereka yang bersemangat ingin memberikan sumbangan kepada
pencapaian tujuan organisasi. Mereka memerlukan pimpinan sebagai
motivator eksternal untuk menjaga agar tujuan organisasi selaras dengan
tujuan individu mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin
dalam organisasi terutama bagi bawahan, adalah sebagai motivator. Adapun
fungsi kepemimpinan di dalam organisasi ialah:
a. Memprakarsai struktur organisasi.
b. Menjaga adanya koordinasi dan intregritas organisasi supaya semua
beroperasi secara efektif.
41
c. Merumuskan tujuan institutional atau organisasional.
d. Menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul, dan
mengadakan evaluasi
e. Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan
danpenyempurnaan dalam organisasi.13
B. LOYALITAS
1. Pengertian Loyalitas
Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai
suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbil tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan
kesetian anggota lebih cenderung mempengaruhi sikap anggota. Sedangkan
konsep loyalitas anggota lebih menekankan kepada perilaku pengabdiannya14
.
Loyalitas adalah salah satu hal yang tidak dapat dibeli dengan uang.
Loyalitas hanya bisa didapatkan, namun tidak bisa dibeli. Mendapatkan
loyalitas dari seseorang bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah untuk
dilakukan. Berbanding terbalik dengan kesulitan mendapatkannya,
menghilangkan loyalitas seseorang justru menjadi hal yang sangat mudah
untuk dilakukan.
13
Reksohadiprojo, Sukanto dan T. Hani Handoko, Organisasi Perusahaan, (Yogyakarta:
BPFE, edisi II, 1991), h. 286-287 14
Muhammad Said Al-Qahthani, Al-Wala Wal-Bara, Konsep Loyalitas & Perumusan dalam Islam
(Jakarta Timur, Aqwam Jembatan Ilmu) h 143
42
Sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai loyalitas, terlebih dahulu
kita harus tahu apa pengertian loyalitas. Loyalitas memiliki kata dasar loyal
yang berasal dari bahasa Prancis kuno loial. Menurut Oxford Dictionary,
pengertian loyalitas adalah the quality of being loyal dimana loyal
didefinisikan sebagai giving or showing firm and constant support or
allegiance to a person or institution. Jika diartikan secara bebas, pengertian
loyalitas menurut Oxford Dictionary adalah mutu dari sikap setia (loyal),
sedangkan loyal didefinisikan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau
institusi. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan
pengertian loyalitas sebagai kepatuhan atau kesetiaan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
memengaruhinya. Sikap loyal dapat diterapkan oleh setiap orang dalam
berbagai hal. Dari sekian banyak studi mengenai pengertian loyalitas, hanya
satu kategori pengertian loyalitas yang akan kita bahas dalam artikel ini.
Kategori pengertian loyalitas tersebut adalah pengertian loyalitas anggota
HMI Komisariat Dakwah UIN Raden Intan Lampung
2. Pengertian Loyalitas Anggota Pada Organisasi
Setiap organisasi pasti menginginkan adanya sikap loyal pada anggota
mereka. Pengertian loyalitas anggota sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
43
pengertian loyalitas secara umum. Dalam pengertian loyalitas anggota,
kesetiaan menjadi poin utama yang dapat diberikan anggota kepada organisasi
tempatnya bekerja. Sayangnya, pengertian loyalitas anggota kadang masih
disalahartikan oleh beberapa orang, baik oleh pihak anggota, pengurus,
maupun oleh ketua umum organisasi15
.
Orang-orang seringkali menyangkut pautkan pengertian loyalitas
dengan seberapa lama dan banyaknya waktu serta tenaga yang dicurahkan
oleh seorang anggota untuk bekerja tanpa mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi. Padahal kenyataannya, banyak anggota yang bertahan di suatu
organisasi hanya karena mencari kepopuleran dimata orang lain. Pengertian
loyalitas identik dengan kesetiaan yang semestinya dilakukan dalam berbagai
kondisi tanpa syarat dan tanpa mengharapkan adanya balasan. Loyalitas
merupakan kondisi psikologis yang mengikat anggota danorganisasi,
karenanya pengertian loyalitas anggota bukan hanya sekadar kesetiaan fisik
yang tercermin dari seberapa lama seseorang berada di dalam organisasi,
namun dapat diliat dari seberapa besar pikiran, perhatian, gagasan, serta
dedikasinya tercurah sepenuhnya kepada organisasi tersebut.
Saat ini pengertian loyalitas anggota bukan lagi sekadar merujuk pada
kemampuan anggota menjalankan tugas-tugas serta kewajibannya yang sesuai
15
https://www.facebook.com/notes/belantara-tara-matjan-kusuma/pentingnya-loyalitas-dan-
kebersamaan-dalam-organisasi-till-death-do-us-part-/10151834679250063/
44
dengan job description, melainkan berbuat seoptimal mungkin untuk
menghasilkan yang terbaik bagi organisasi tersebut.
Istilah loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar pemasaran
maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah
dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetap menjadi lebih sulit ketika
dianalisis makananya. Dalam banyak definisi loyalitas sebagai berikut:
a. Sebagai konsep generik, loyalitas merek menujukkan kecenderungan
anggota untuk menyumbangkan ide, tenaga dan sebaginya dengan
tingkat konsistensi yang tinggi didalam organisasinya.
b. Sebagai konsep perilaku, Pikiran atau persepsi individu tentang
dirinya sendiri, merupakan faktor yang penting mempengaruhi prestasi
dan tingkah laku di organisasi
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan
dalam pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan
perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan
mutualisme yang terjalin dalam kurun
3. Aspek-aspek Loyalitas Anggota
Untuk mengetahui apakah seorang anggota loyal terhadap organisasi.
Terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas karyawan tersebut. Aspek-aspek loyalitas kerja yang
terdapat pada seseorang anggota antara lain:
45
a. Taat Pada Peraturan.
Seorang anggota yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai
dengan pengertian loyalitas , ketaatan ini timbul dari kesadaran amggota
jika peraturan yang dibuat oleh organisasi semata-mata disusun untuk
memperlancar jalannya pelaksaan kerja perusahaan. Kesadaran ini
membuat anggota akan bersikap taat tanpa merasa terpaksa atau takut
terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila melanggar peraturan
tersebut.
b. Tanggung jawab pada organisasi.
Ketika seorang orang memiliki sikap sesuai dengan pengertian
loyalitas, maka secara otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab
yang besar terhadap organisasinya. anggota akan berhati-hati dalam
mengerjakan tugas-tugasnya, namun sekaligus berani untuk
mengembangkan berbagai inovasi demi kepentingan organisasi.
c. Kemauan untuk bekerja sama.
yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak
segan untuk bekerja sama dengan anggota lain. Bekerja sama dengan
orang lain dalam suatu kelompok memungkinkan seorang anggota mampu
mewujudkan impian perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang tidak
mungkin dicapai oleh seorang anggota secara invidual.
46
d. Rasa memiliki
Adanya rasa ikut memiliki anggota terhadap perusahaan akan
membuat anggota memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung
jawab terhadap organisasi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
sikap sesuai dengan pengertian loyalitas demi tercapainya tujuan
organisasi.
e. Hubungan antar pribadi
Anggota yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai
hubungan antar pribadi yang baik terhadap anggota lain dan juga
terhadap pemimpinnya. Sesuai dengan pengertian loyalitas, hubungan
antar pribadi ini meliputi hubungan sosial dalam pergaulan sehari-hari,
baik yang menyangkut hubungan kerja maupun kehidupan pribadi.
f. Kesukaan terhadap pekerjaan
Sebagai manusia, anggota pasti akan mengalami masa-masa
jenuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya setiap hari. Seorang
anggota yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas akan
mampu menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana. Hal ini hanya
dapat dilakukan apabila seorang anggota perannya diorganisasi.
g. Penyebab Turunnya Loyalitas Anggota
47
Seperti yang telah dijabarkan pada awal tulisan, pengertian
loyalitas adalah suatu hal yang sulit untuk diciptakan namun mudah
untuk dihilangkan. Seorang anggota yang baru masuk dalam sebuah
organisasi memerlukan waktu untuk dapat menjadi loyal sesuai dengan
pengertian loyalitas. Akan tetapi, sikap loyal yang sesuai dengan
pengertian loyalitas tersebut dapat tiba-tiba hilang apabila seorang
anggota merasa dikecewakan oleh organisasi16
.
Setidaknya terdapat tiga faktor yang dapat menjadi penyebab turunnya
loyalitas karyawan sesuai dengan pengertian loyalitas, yakni:
1) Faktor Rasional
Faktor rasional turunnya loyalitas anggota mengacu pada hal-hal
yang dapat dijelaskan secara logis. Faktor-faktor rasional yang menjadi
penyebab turunnya loyalitas anggota sesuai dengan pengertian loyalitas
antara lain kepopuleran, jenjang karir, fasilitas-fasilitas dan lain
sebagainy, yang diberikan organisasi kepada anggota.
2) Faktor Emosional
Faktor emosional turunnya loyalitas anggota mengacu pada hal-hal
yang menyangkut perasaan atau ekspresi diri. Faktor-faktor emosional
16
http://ciputrauceo.net/blog/2015/11/19/pengertian-loyalitas-dan-serba-serbi-pengertian-
loyalitas-karyawan
48
yang menjadi penyebab turunnya loyalitas anggota sesuai dengan
pengertian loyalitas antara lain pekerjaan yang dinilai kurang menantang,
lingkungan organisasi yang tidak kondusif, perasaan was-was terhadap
keberlangsungan hiduporganisasi, ketidakcocokan anggota dengan
pemimipin, serta kurangnya penghargaan anggota terhadap prestasi
anggota di organisasi.
3) Faktor kepribadian
Faktor kepribadian sebagai penyebab turunnya loyalitas anggota
mengacu pada hal-hal yang sifat pribadi anggota. Faktor-faktor
kepribadian yang menjadi penyebab turunnya loyalitas anggota sesuai
dengan pengertian loyalitas antara lain adalah sifat mudah bosan dan
ketidakcocokan anggota dengan budaya yang ada di orgaisasi.
h. Cara Mengatasi Penurunan Loyalitas Anggota
Penurunan loyalitas keaktifan sesuai dengan pengertian loyalitas
anggota bukan berarti akhir bagi hubungan anggota dan organisasinya.
Sebuah organisasi dapat mengatasi penurunan loyalitas keaktifan sesuai
dengan pengertian loyalitas anggota dengan mewujudkan harapan-harapan
serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota yang sempat terabaikan
sebelumnya. Beberapa cara mengatasi penurunan loyalitas keaktifan sesuai
dengan pengertian loyalitas anggota antara lain:
49
a. Memberikan gaji yang cukup
b. Memberikan kebutuhan rohani
c. Sesekali perlu menciptakan suasana santai
d. Menempatkan anggota pada posisi yang tepat di dalam organisasi
e. Memberikan kesempatan pada anggota untuk mengambil peran
f. Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan
g. Mengusahakan anggota untuk mempunyai loyalitas. Sesekali mengajak
anggota berundin, berdiskusi, dan musawara yang terkait dengan kebutuha
organisasi dan anggota
h. Memberikan fasilitas yang menyenangkan dalam menunjang organisasi dan
keloyalitasan anggota