BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope...

30
16 BAB II GAMBARAN UMUM Bagian ini menjelaskan secara umum objek penelitian ini. Hal-hal yang perlu dijelaskan adalah lokasi dan lingkungan alam, letak dan keadaan geografis, iklim, kependudukan, bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan, dan sistem religi. 2.1 Lokasi Dan Lingkungan Alam Penelitian Pada abad ke-3 suku Rote sudah mendiami Pulau Rote. Hal ini tercatat dalam Land Taal Volkenkunde Van Nederlands Indie (1854). Selanjutnya diceritakan bahwa di sebelah utara timur laut Pulau Rote muncul kapal-kapal Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum. Di pantai itu mereka bertemu dengan seorang nelayan dan bertanya: Pulau ini bentuknya bagaimana? Nelayan ini berpikir bahwa mereka mau bertanya tentang namanya, lalu nelayan ini menjawab; “Rote” (Rote is MijnNaam). Kapiten (nahkoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote (ia orang belanda sehingga mengucapkan e dengan i), segera ia menamakan pulau itu Rote. Selanjutnya pulau ini disebut Rote sampai sekarang. Di dalam arsip pemerintahan pemerintahan Hindia Belanda pulau ini ditulis dengan nama “Rotti atau Rottij” kemudian menjadi “Roti”. Akan tetapi, masyarakat Rote mempunyai sembilan dialek seringkali mereka menyebut pulau ini “Lote”, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menyebut bunyi /r/, padahal

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope...

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

16

BAB II

GAMBARAN UMUM

Bagian ini menjelaskan secara umum objek penelitian ini. Hal-hal yang

perlu dijelaskan adalah lokasi dan lingkungan alam, letak dan keadaan geografis,

iklim, kependudukan, bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan, dan sistem

religi.

2.1 Lokasi Dan Lingkungan Alam Penelitian

Pada abad ke-3 suku Rote sudah mendiami Pulau Rote. Hal ini tercatat

dalam Land Taal Volkenkunde Van Nederlands Indie (1854). Selanjutnya

diceritakan bahwa di sebelah utara timur laut Pulau Rote muncul kapal-kapal

Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum. Di pantai itu

mereka bertemu dengan seorang nelayan dan bertanya: Pulau ini bentuknya

bagaimana? Nelayan ini berpikir bahwa mereka mau bertanya tentang namanya,

lalu nelayan ini menjawab; “Rote” (Rote is MijnNaam). Kapiten (nahkoda) kapal

Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote (ia orang belanda sehingga

mengucapkan e dengan i), segera ia menamakan pulau itu Rote. Selanjutnya pulau

ini disebut Rote sampai sekarang.

Di dalam arsip pemerintahan pemerintahan Hindia Belanda pulau ini

ditulis dengan nama “Rotti atau Rottij” kemudian menjadi “Roti”. Akan tetapi,

masyarakat Rote mempunyai sembilan dialek seringkali mereka menyebut pulau

ini “Lote”, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menyebut bunyi /r/, padahal

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

17

nama asli dari pulau ini adalah Lolo Neo Do Tenu Hatu yang dalam bahasa

Indonesia artinya gelap, selain itu ada juga yang menyebutnya Nes Do Male

artinya layu (Otta, 1990: 10), dan yang lainnya menyebut Lino Do Nes yang

artinya pulau yang sunyi dan tidak berpenghuni (Naladay, 1988:14). Perbedaan

dialek itu bersifat fonetis.Dialek-dialek Dengka dan Oenale berbeda jauh dengan

dialek-dialek lainnya (Sitbbe, CS, 1919:1). Nama-nama yang dimunculkan di atas,

nama pulau ini yang dipilih adalah Rote sampai sekarang.

Untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam

semesta, masyarakat Ba’a harus menaati norma-norma adat istiadat, yang

senantiasa dijalankan dalam upacara-upacara tradisonal. Masyarakat Ba’a percaya

dengan adanya suatu penguasa tertinggi di alam semesta, selain arwah-arwah

nenek moyang dan roh-roh baik maupun jahat yang memenuhi jagat raya ini.

Penguasa tertinggi yang menguasai alam semesta ini mereka sebut Lamatuak atau

lamatuan (Yang Maha Tinggi), yang bertugas untuk mengurus hal-hal yang

berhubung dengan adat istiadat ialah Mane Songgo (Imam). Dalam kehidupan

masyarakat Ba’a, dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas

untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat. Tugas utamanya

adalah mengadili dan memutuskan semua perkara, baik perdata maupun pidana. Ia

adalah penasihat utama hakim. Dalam hukum adat tugas utamanya adalah

menyampaikan hasil musayarawarah yang telah diambil oleh masyarakat luas.

1. Dae Langgak atau tuan tanah dalam pemerintahan adat berfungsi berbeda

dengan pengertian tuan tanah pada suku lain di NTT. Tuan tanah bukanlah

seorang yang menguasai tanah-tanah yang dapat mengalihkan dan

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

18

menentukan hak-hak atas tanah, baik kepada perorangan maupun suku.

Figur Dae Langgak adalah seorang yang mempunyai pengetahuan yang

benar dan luas mengenai tanah-tanah di wilayah adatnya atau Nusak. Ia

adalah seorang saksi ahli.

2. Langgak Mook sama fungsinya dengan Dae Langgak pada tingkat

kampung. Mane Sio atau temukung. Istilah ini sama dengan lurah atau

kepala desa pada sistem pemerintahan sekarang. Kedudukanya dalam

pemerintahan adat di bawah Manek atau Fettor. Di bawah Mane Sio

terdapat Langgak atau kepala kampung dan sesudah Langgak terdapat

lasin-lasin yang dapat disejajarkan dengan RT (sistem pemerintahan

sekarang). Lapisan bawah adalah rakyat yang dipimpin oleh seorang

Maneleo. Segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan adat

berdasarkan norma dan nilai yang berlaku di dalam satu nusak atau

wilayah adat. Masyarakat yang berada dalam satu nusak pada umumnya

masih terikat dalam satu keluarga (leo)

3. Fettor mengepalai sebuah wilayah yang terdiri atas gabungan antara

kampung-kampung. Wilayah yang bergabungan ini disebut kefetoran.

Manek adalah pemimpin dari gabungan kefetoran. Kedudukannya dapat

disamakan dengan seorang raja. Jabatan ini bersifat turun temurun dan

dipilih dari leo-leo.

Pada Zaman penjajahan Belanda muncul istilah swappraja (lanschap)

yang dipimpin oleh seorang Manek dibantu oleh fetor. Pemerintahan Manek dan

Fetor dibantu oleh Maneleo-Maneleo (kepala suku) dan tetua adat yang juga

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

19

bertindak sebagai dewan penasihat. Saran-saranya dapat juga dipakai sebagai

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Pulau Rote saat ini sudah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Nusa Tenggara Timut (NTT) yang disebut Kabupaten Rote Ndao. Sistem

pemerintahannya berbeda dengan sistem pemerintah adat. Namun masih ada

kesamaannya. Sekarang pemimpin pemerintahan Kabupaten Rote Ndao adalah

Bupati. Ia adalah seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Kabupten Rote

Ndao terdiri atas 5 kecamatan, yaitu (1) Kecamatan Rote Barat Laut, (2)

Kecamatan Rote Barat Daya, (3) Kecamatan Lobalain, (4) Kecamatan Rote

Tengah, (5) Kecamatan Rote Timur.

2.2 Letak Dan Keadaan Geografis

Pada tanggal 11 Maret 2002 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam

sidang paripurna telah mengukuhkan Undang-Undang Pembentukan Kabupaten

Rote Ndao sebagai satu kabupaten yang baru di Nusa Tenggara Timur (NTT)

yang dipisahkan dari kabupaten Kupang. Di samping Pulau Rote Ndao, ada lagi

beberapa pulau kecil, yaitu Pulau Nuse, Pulau Ndana, Pulau Usu, Pulau Manuk,

Pulau Haliana, Pulau Do’o, dan Pulau Landu. Pulau Ndana yang terletak di

sebelah barat Pulau Rote dan tidak didiami oleh penduduk. Jadi, Kabupaten Rote

Ndao merupakan gugusan pulau yang yang terletak di sebelah selatan Negara

Repubik Indonesia.

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

20

Gambar 01

Sumber: Peta Kabupaten Rote Ndao 2014

Bentuk Pulau Rote memanjang dari timur laut menuju ke arah barat daya

dan letaknya berada di antara 10 derajat 27-11 derajat lintang selatan dan 12252

derajat dan 12329 derajat Bujur Timur. Pulau ini luasnya sekitar 1200 km persegi

dan di tengah-tengah-tengahnya terdapat tanah yang berbukit-bukit serta batu

kapur yang terbentuk pada zaman mesozoikum dan zaman yang lebiudah. Di

bagian pantainya terdapat dataran yang luas serta di sepanjang pesisir pantai laut

terdapat banyak teluk.

Dataran dan bukit tersebut tersusun dari terumbu karang (batu kapung) dan

tanah liat (laterit). Gunung tidak ada, hanya sebuah bukit yang besar dan agak

menonjol dari bukit-bukit lainnya. Masyarakat menyebutnya gunung Lakamola.

Gunung itu terletak di bagian timur Pulau Rote. Sebagian dari daratan terdiri atas

padang-pdang rumput yang ditumbuhi hutan sabana dan semak belukar.

Dataran rendah yang subur itu digunakan untuk membuat kebun dan

ladang serta sawah tadahan di musim penghujan. Sumber-sumber air yang besar

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

21

ialah Nii OEN di Rote Timur dan Oe Mau fidi Rote Barat serta sebuah danau di

sebut Danau Tua. Danau ini memisahkan Nusak Thie dan Nusak Dengka. Di

sekitar sumber-sumber air pada tanah yang subur ditanam dengan tanaman

perdagangan. Sawah yang diairi sangat tidak berarti bila dibandingkan dengan

luas datarannya. Sungai-sungai besar tidak ada, yang ada sungai-sungai kecil yang

mengering pada musim kemarau.

2.3 Iklim

Pulau Rote beriklim tropis. Hal ini berarti musim penghujan berlangsung

dari bulan November sampai dengan Mei. Pada bulan Nopember masyarakat Ba’a

menanam jagung, padi ladang, dan umbi-umbian. Pada bulan Juni sampai Oktober

musim kemarau berlangsung. Hal ini disampaikan oleh Bapak Manek Ndoen yang

tinggal di Ba’a. Disebutkan bahwa pada musim kemarau berhembuslah angin

muson yang kering sehingga pada malam hari pada bulan-bulan tertentu, yaitu

pada bulan Juni sampai Agustus, udaranya sangat dingin. Pada musim ini

masyarakat Ba’a mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang pada musim hujan tidak

bisa dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan itu adalah menyadap gula dan memasak

gula. Hasil olahan itu berupa gula batu, gula semut, dan gula air. Pada saat ini

banyak masyarakat Ba’a yang memanen rumput laut. Selain itu, kegiatan yang

juga dilakukan adalah berburu babi hutan rusa, dan mencari kepiting di tepi laut.

Angin muson barat yang bertiup pada musim hujan sangat kencang

sehingga mengakibatkan banyak kerusakan seperti yang terjadi pada bulan April

tahun 1843 yang meruntuhkan sekolah-sekolah, gereja, dan rumah masyarakat.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

22

Pada waktu itu rumah kediaman “Hartig” hancur. Hartig adalah seorang

pemimpin pemerintahan Belanda di Rote sehingga ia harus mengungsi ke Kupang

(B. Koopmans, 1921: 45; Soh dan Indrayana, 2008:18)

Pelayaran antara Pulau Rote dan Timor sering terhambat karena pada

musim angin barat. Pada bulan Februari ombak di selat Pukuafu menjadi ganas

sehingga pada bulan itu nelayan tidak berani berlayar di sekitar selat itu dan orang

Rote tidak berani melakukan perjalanan ke Kupang. Pada musim itu, para nelayan

tidak berani melalut

Berdasarkan dua musim tersebut di atas, masyarakat Ba’a membuat jadwal

kerja yang harus dilaksanakan setiap bulan. Pada musiam kemarau mereka

mempersiapkan kebun, menyadap pohon lontar, dan memasak gula. Pada musim

hujan mereka menanam jagung, padi sorgum, ubi dan membersihkan kebun

sampai dengan masa panen.

Jadi, Pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a memliki dua jenis musim,

yaitu musim panas dan musim hujan. Masim panas berlangsung dari bulan Juni

sampai dengan Oktober atau dan musim hujan berlangsung dari bulan November

sampai dengan bulan Mei. Perhatikan tablel musim yang terjadi di pulau Rote

berikut ini.

Tabel 2.1

Jenis Musim di Pulau Rote

No Jenis Musim Waktu

1. Musim Panas Bln. Juni sampai dengan bln. Oktober

2. Musim Hujan Bln. November sampai dengan bln. Mei

Sumber : Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Rote Ndao

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

23

2.4 Kependudukan

Penduduk pulau Rote seperti juga orang-orang yang mendiami pulau-

pulau lain di NTT tidak mengenal tulisan. Para ahli sejarah tidak menemukan

sumber-sumber tertulis seperti prasasti dan lain-lain yang dapat dipakai sebagai

bahan bukti dalam menuliskan tentang masa lampau Pulau Rote. Oleh karena itu,

gambaran tentang Pulau Rote dan penduduknya lebih banyak diperoleh dari

sumber-sumber luar negeri serta cerita-cerita rakyat yang bersumber daripada

penyair adat atau manehelo. Cerita itu berupa legenda dan mitologi. Apa yang

dituturkan oleh manehelo adalah benar tidak bisa dibantah disedikit pun.

Berdasarkan legenda atau mitologi menjelaskan bahwa Pulau Rote itu

pada mulanya tidak berpenghuni. Dikisahkan bahwa pada suatu saat datanglah

satu suku atau sekelompok orang dari sebelah utara pulau itu. Sebagian orang

mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit. Pada umumnya

masyarakat Rote mengakui bahwa nenek moyang mereka berasal dari Sela Do

Dai, yaitu suatu negeri yang tidak diketahui di mana letaknya (Soh dan Indrayana,

2008:36).

Penduduk Kabupaten Rote Ndao saat ini merupakan turunan dari nenek

moyang yang dikisah tersebut di atas. Pada zaman kerjaan masyarakat Rote

dipimpin oleh raja-raja. Misalnya masyarakat Ba’a dipimpin oleh beberapa raja,

yaitu (1) Moeskanan Pandi (1854), (2) Yohannes Moeskanan (1855-1862), (3)

Alexander (1863- 1873), (4) Doen Moeskanan (1874- 1884), (5) Loesia Detag

(1884-1887), (6) Yasaja dae Pani (1888-1895), (7) Paulus Dae Pani (1896- 1905),

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

24

(8) Moeskanan Toele Foe alias Arnoldus Toele Foe (1905-1911), (9), dan terakhir

dipimpin oleh Loesia Detag (1912-1945).

Sejak kemerdekaan pulau Rote dipimpin oleh seorang Bupati. Secara

administrasi termasuk Kabupaten Kupang. Sekarang Pulau Rote telah menjadi

kabupaten sendiri. Kabupaten Rote Ndao terdiri atas 5 kecamatan, antara lain

kecamatan Lobalain ibu kotanya Ba’a. Kecamatn Lobalain mencakup berapa

keluarah, antara lain Kelurahan Ba’a terletak di ibu kota Kabupaten Rote Ndao.

Masyarakat di Kelurahan Ba’a dipimpin oleh seorang Lurah. Kelurahan Ba’a

merupakan sentral kegiatan administrasi pemerintahan kelurahan. Kelurahan Ba’a

merupakan tempat penyelenggara pemerintahan pada tingkat kelurahan melayani

semua kepentingan warga. Kelurahan memiliki struktur organisasi yang baku

sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Masyarakat Ba’a terdiri atas delapan suku, yaitu (1) Ene, (2) Modok

(Fetor), (3) Suki, (4) Pelama, (5) Faisama, (6) Nggi, (7) Nggikohu, dan (8) Kunak.

Suku-suku di Ba’a terdiri atas empat suku besar, yaitu Ene, Modok, Suki, dan

Pelama. Suku-suku lain merupakan pecahan dari suku Pelama, seperti suku

Faisama, Nggi, Nggikohu, dan Kunak.

Rote Ndao dalam Angka, 2014 yang diterbitkan oleh pemerintah

Kabupaten Rote Ndao menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan penduduk

Kabupaten Rote Ndao. Semua informasi ditampilkan dalam bentuk tabel. Tabel I

menjelaskan tentang penduduk,luas wilayah, dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan. Tabel II menjelaskan: Penduduk menurut keccamatn, jenis kelamin,

dan rasio jenis kelamin. Tabel III menjelaskan tentang jumlah kepala keluarga

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

25

(KK) dan Desa/kelurahan, rata-rata penduduk per KK dan desa/kelurahan di

Kabupaten Rote Ndao. Perhatikan tabel penduduk menurut jenis kelamin dan ratio

jenis kelamin di Kabupaten Rote Ndao.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Rote Ndao Berdasarkan Jenis Kelamin di Setiap Kecamatan

dan Ratio Jenis kelamin

No Kecamatan Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Ratio Laki-laki

Perempuan

1 Rote Barat Daya 10553 10433 101

2 Rote Barat Laut 12467 12291 101

3 Lobalain 13471 12283 110

4 Rote Tengah 4277 4063 105

5 Rote Selatan 2882 2757 105

6 Pantai Baru 6990 6923 101

7 RoteTimur 6403 5953 108

8 Rote Barat 3948 3804 104

9 Landu Leko 2385 2305 103

10 Ndao Nuse 1815 1908 95

Total 65.191 62.720 1033

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao

Tabel 2.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah perempuan dan laki-laki

berbeda pada setiap kecamatan. Kecamatan Rote Barat Daya laki-laki berjumlah

10553 orang sedangkan perempuan berjumlah 10433 dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 101. Kecamatan Rote Barat Laut, laki-laki berjumlah 12467

orang sedangkan perempuan berjumlah 12291 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 101. Kecamatan Lobalain, laki-laki berjumlah 13471 orang

sedangkan perempuan berjumlah 12283 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 110. Kecamatan Rote Tengah, laki-laki berjumlah 4277 orang

sedangkan perempuan berjumlah 4063 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 105. Kecamatan Rote Selatan laki-laki berjumlah 2882 orang

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

26

sedangkan perempuan berjumlah 2757 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 105. Kecamatan Pantai Baru laki-laki berjumlah 6990 orang

sedangkan perempuan berjumlah 6923 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 101. Kec. Rote Timur laki-laki berjumlah 6403 orang

sedangkan perempuan berjumlah 5953 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar108. Kec. Rote Barat laki-laki berjumlah 3948 orang

sedangkan perempuan berjumlah 3804 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar104. Kec. Landu Leko, laki-laki berjumlah 2385 orang

sedangkan perempuan berjumlah 1908 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 103. Kec. Ndao Nuse, laki-laki berjumlah 1815 orang

sedangkan perempuan berjumlah 1908 orang dan ratio antara laki-laki dan

perempuan berkisar 95. Jadi, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan ratio

adalah laki-laki berjumlah 65.191 orang dan perempuan 62.720 orang dan ratio

berkisar 104. Perhatikan tabel Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Rote Ndao berikut ini.

Tabel 2.3

Penduduk, Luas Wilayah, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah/Km persegi Kepadatan

1 Kec. Rote Barat Daya 20986 114,57 183

2 Kec. Rote barat Laut 24758 172,40 144

3 Kec. Lobalain 25754 145,70 177

4 Kec. Rote Tengah 8340 162,50 51

5 Kec. Rote Selatan 5639 73,38 77

6 Kec. Pantai Baru 13913 176,18 79

7 Kec. Rote Timur 12356 110,84 111

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

27

8 Kec. Rote Barat 7752 116.28 67

9 Kec. Landu Leko 4690 194.06 24

10 Kec. Ndao Nuse 3725 14.19 262

Total 127.911 1280,10 100

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao

Informasi pada tabel 2.4 di atas menunjukkan bahwa Jumlah penduduk di

Kabupaten Rote Ndo berjumlah 127.911 orang. Kecamatan Rote Barat Daya

berjumlah 20986. Kecamatan Rote Barat Laut penduduknya berjumlah 24758

orang, Kecamatan Lobalian pendudunya berjumlah 25754 orang, Kecamatan Rote

Tengah berjumlah 8340, Kecamatan Rote Selatan berjumlah 5639 orang,

Kecamatan Pantai Baru berjumlah 13913 orang, Kecamatan Rote Timur

penduduknya berjumlah 12356 orang, Kec. Rote Barat penduduknya

berjumlah7752 orang, Kec. Landu Leko mempunyai penduduk berjumlah 4690

orang, dan Kecamatan Ndao Nuse mempunyai penduduk yang berjumlah 3725

orang. Jadi jumlah penduk yang berdiam di Kabupaten Rote Ndao adalah

berjumlah 127.911 orang. Untuk itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4

Jumlah Kepala Keluarga (KK) Dan Desa/Kelurahan Rata-Rata Penduduk/KK

Dan Desa/Kelurahan Di Kabupaten Rote Ndao

No Kecamatan KK Desa/Kel. Rata-Rata Penduduk

KK Desa/Kel

1 Kec. Rote Barat Daya 5150 14 4 1499

2 Kec. Rote Barat Laut 6278 13 4 1904

3 Kec. Lobalain 6623 14 4 1839

4 Kec. Rote Tengah 2268 7 4 1191

5 Kec. Rote Selatan 1289 5 4 1128

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

28

6 Kec. Pantai Baru 3634 11 4 1265

7 Kec. Rote Timur 2993 7 4 1765

8 Kec. Rote Barat 1806 7 4 1107

9 Kec. Landu Leko 1304 6 4 782

10 Kec. Ndao Nuse 999 5 4 742

Total 32344 89 4 1457

Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao

Tabel 2.5 menunjukkan bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Rote Ndao

memiliki jumlah kepala keluarga (KK) dan jumlah desa/kelurahan. Kec. Rote

Barat Daya memiliki 5150 kepala keluarga dan 14 desa/kelurahan, Kec. Rote

Barat Laut memiliki 6278 kepala keluarga dan 13 desa/kelurahan, Kec. Lobalain

memiliki 6623 kepala keluarga dan 14 desa/kelurahan, Kec. Rote Tengah

memiliki 2268 kepala keluarga dan 7 desa/kelurahan, Kec. Rote Selatan memiliki

1289 kepala keluarga dan 5 desa /kelurahan, Kec. Pantai Baru memiliki 3634

kepala keluarga dan 11 desa/kelurahan, Kec. Rote Timur memiliki 2993kepala

keluarga dan 7 desa/kelurahan, Kec. Rote Barat memiliki 1806 kepala keluarga

dan 7 desa/kelurahan, Kec. Landu Leko memiliki 1304 Kepala Keluarga dan 6

desa/kelurahan, dan Kecamatan Ndao Nuse memiliki 999 Kepala Keluarga dan 5

desa/kelurahan. Jadi, Kabupaten Rote Ndao memiliki 32344 kepala keluarga dan

89 desa/kelurahan.

Penduduk di Kelurahan Ba’a dapat diuraikan sebagai berikut. Kelurah

Ba’a memiliki penduduk dengan jumlah 1500 orang. Laki-laki berjumlah 800

orang dan perempuan 700 orang. Laki-laki dewasa berjumlah 650 orang dan

perempuan dewasa berjumlah 500 orang. ( Data kependudukan Kelurahan Ba’ a

2014).

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

29

2.5 Bahasa

Bahasa Rote adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia yang digunakan

sebagai sarana komunikasi verbal antarpenuturnya dalam percakapan sehari-hari.

Selain itu, bahasa Rote juga merupakan sarana komunikasi adat. Bahasa Rote itu

terdiri atas beberapa dialek, antara lain dialek Dela, Dengka, Bilba, Oenale,

Termanu Ndao (Bapak Nggadas seorang tokoh adat Oenale). Lihat tabel dialek

bahasa Rote berikut ini.

Tabel 2.5

Jenis Dialek Bahasa Rote

No Dialek Rote Tempat Penutur

1 Dela Nemberala Orang Dela

2 Ndao Pulau Ndao Orang Ndao

3 Oenale Oenale Orang Oenale

4 Dengka Busalangga Orang Dengka

5 Ti’i Rote selatan Orang Ti’i

6 Bilba Rote Timur Orang Bilba

Sumber: Kantor Dinas PPO Kabupaten Rote Ndao

Bahasa Rote ini hidup dan berkembang di Pulau Rote. Masyarakat Ba’a

menggunakan bahasa itu, selain sebagai sarana komunikasi setiap hari, juga

sebagai sarana untuk mengkomunikasikan semua kegiatan mereka setiap hari

termasuk kegiatan menenun. Sebagai bukti peralatan tenun ikat, nama benang, dan

motif serta hasil tenun ikat seperti kain, selendang, dan selimut diberi nama dalam

bahasa Rote.

Bahasa Rote dipandang sebagai bahasa ibu. Bahasa itu diajarkan oleh ibu

sejak kandungan sampai dewasa. Istilah bahasa ibu sering disebut sebagai bahasa

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

30

lokal atau bahasa daerah. Kedudukannya sebagai bahasa daerah berfungsi untuk

menopang bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.

Sebagaimana masayarakat Rote lainnya, masyarakat Ba’a memandang

bahasa Rote sebagai unsur yang penting dalam kehidupannya. Karena tanpa

bahasa itu masyarakat Rote tidak bisa mengenal sesamanya, tidak bisa mengetahui

adat, dan tidak bisa mengenal alam sekitarnya. Walaupun demikian masyarakat

Ba’a juga bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Bahasa ini terutama

digunakan di kantor, di pasar, dan dalam percakapan biasa apabila lawan bicara

bukan penduduk Rote.

Bahasa Rote masih hidup dan berkembang dengan baik di Ba’a. Bahasa

Rote masih digunakan dalam komunikasi keluarga, antara bapak dengan anak,

bapak dengan ibu atau orang tua dengan anak, dan sarana komunikasi dengan

tetangga. Bahasa Indonesia juga hidup dan berkembang di Ba’a. Biasanya bahasa

Indonesia digunakan di sekolah, di kantor, dan di pasar. Jadi, baik bahasa Rote

maupun bahasa Indonesia dapat hidup dan berkembang secara harmonis.

2.6 Sistem Mata Pencaharian Hidup

Masyarakat Pulau Rote, khususnya masyarakat Ba’a memiliki sistem mata

pencaharian. Sejak dahulu kala masyarakat Ba’a mengenal sistem mata pencarian

seperti suku lain di Nusa Tenggara Timur. Sistem mata pencaharian diwariskan

oleh leluhur adalah (1) berburu, (2) bercocok tanam, (3) menangkap ikan, (4)

beternak, (5) menyadap pohon lontar, dan (6) budidaya pohon kelapa. Pekerjaan

itu merupakan sumber nafkah bagi masyarakat Ba’a. Sistem mata pencaharian

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

31

masyarakat Ba’a sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat

(2002: 358).

Pekerjaan-pekerjaan yang telah dijelaskan itu masih bersifat tradisional.

Cara kerjanya dan peralatannya masih merupakan warisan leluhur. Pekerjaan

utama adalah bertani, beternak, menyadap pohon lontar, tenun ikat, dan budidaya

pohon kelapa. Pekerjaan bertani adalah mengerjakan kebun untuk ditanam jagung,

padi, umbi-umbian, sorgum, termasuk penanaman pohon kelapa. Pekerjaan

beternak meliputi ternak kerbau, domba, kambing, dan babi. Penyadapan pohon

lontar untuk memperoleh nira atau tuak dalam bahasa Rote. Tuak bisa dikonsumsi

oleh anggota keluarga pada upacara adat dan dijual untuk mendapat uang. Nira

juga diolah secara tradisional untuk menjadi gula batu, gula semut, dan gula air.

Pekerjaan bertani bagi masyarakat Ba’a saat ini disesuaikan dengan iklim,

yaitu iklim tropis. Karena itu kegiatan pertanian hanya dilakukan sekali dalam

setahun, yaitu pada musim hujan. Setelah panen, masyarakat melakukan kegitan

sampingan seperti menangkap ikan, berburu binatang liar di padang dan hutan

seperti babi hutan, rusa, dan lain sebaginya.

Budaya penyadapan pohon lontar di Nusa Tenggara Timur hanya

dilakukan oleh dua suku, yaitu Rote dan Sabu. Bagi Kedua suku tersebut, pohon

lontar merupakan bagian dari kehidupannya. Suku Rote sudah menyatu dengan

pohon lontar sehingga dalam syair-syair adat sering dijumpai pohon lontar disebut

sebagai pohon kehidupan. Dalam siklus kehidupan manusia harus mengalami tiga

fase, yaitu lahir, hidup, dan mati. Ketiga fase itu tidak terlepas dari pohon lontar.

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

32

Di samping itu, pekerjaan tenun ikat merupakan salah satu pekerjaan yang

hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Ba’a. Hasil tenun ikat seperti

sarung, selendang, dan selimut digunakan untuk kepentingan sehari-hari, yaitu

pembungkus badan, kepentingan adat sebagai belis, dan kepentingan ekonomi

rumah tangga. Bahan tenun ikat adalah benang dan zat pewarna dari bahan alam.

Akan tetapi, saat ini sudah menggunakan benang tekstil dan zat pewarna yang

modern yang disebut wanteks.

Pada saat ini, kerajinan tenun ikat secara ekomonis merupakan salah satu

hasil sumber penghasilan yang dapat menopang kehidupan keluarga. Selain itu,

hasil kerajinan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan adat dan untuk

digunakan sebagai pembungkus badan.

Dalam keluarga patrilineal, pembagian tugas dalam keluarga sebagi

berikut. Ayah mengerjakan pekerjaan di luar rumah dan ibu mengerjakan

pekerjaan di dalam rumah. Demikian pula pada Masyarakat Ba’a Ayah

mengerjakan pekerjaan di luar rumah seperti bekerja kebun, beternak hewan,

menanam kelapa, dan menyadap lontar, musim tertentu memasak gula. Sedangkan

Ibu bertugas mengerjakan pekerjaan rumah tanga seperti memasak, membersihkan

rumah, mengasuh anak-anak, melaksanakan kegiatan tenun ikat.

Jenis pekerjaan yang dikerjaan sang ayah sebagai berikut: (1) beternak

hewan seperti babi, kerbau kambing, domba, dan unggas (ayam lokal dan ayam

pedaging); (2) bertani meliputi kerja kebun dan sawah, menanam pohon kelapa,

dan menyadap pohon lontar; (3) memasak gulu yang dapat menghasilkan gula

batu, gula semut, dan gula air.

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

33

Pekerjaan-pekerjaan yang dikerjaan sang ibu berdasarkan pada prinsip

patrilineal adalah mengasuh anak, memasak makanan, membersihkan rumah, dan

menenun ikat. Di samping itu, membantu suami untuk memasak gula dan

menghantar makanan apabila suami bekerja di kebun yang agak jauh dari rumah

atau ume dalam bahasa Rote. Sekarang ibu-ibu di pulau Rote tidak hanya

melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di atas, tetapi juga mengerjakan pekerjaan

yang jauh dari rumah, misalnya budidaya rumput laut. Sebagian kecil perempuan

di pulau Rote bekerja sebagai guru dan pegawai di kantor, dan LSM.

2.7 Organisasi Sosial

Pada hakikatnya manusia selalu hidup bersama dengan orang lain dalam

bentuk kelompok. Di kelurahan Ba’a terdapat beberapa kelompok masyarakat,

kelompok kecil, yaitu keluarga dan kelompok sedang yaitu kampung, dan yang

lebih adalah kelurahan. Kelompok kecil atau keluarga terdiri atas beberapa

anggota, yakni ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah bertugas sebagai kepala rumah

tangga dan ibu sebagai pendamping ayah serta anak-anak. Mereka yang masih

kecil tidak diberikan tugas, tetapi anak-anak yang besar dapat menolong orang tua

untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan seperti cuci piring,

membersihkan rumah, memotong sayur. Anak-anak harus mematuhi perintah

orang tuanya.

Kelempok sedang atau kampung memiliki anggota lebih banyak dari

keluarga. Karena kelompok itu merupakan gabungan dari beberapa keluarga di

kampung itu. Kelompok masyarakat itu dipimpin oleh seorang kepala kampung

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

34

atau ketua lingkungan. Biasanya kampung itu dipimpin oleh kepala lingkungan

yang dipilih secara demokratis oleh seluruh warga kampung itu. Semua warga

kampung itu harus tunduk di bawah aturan yang disepakati bersama dan aturan

umum yang diturunkan dari pemerintah pusat dan daerah. Apabila ada yang

melanggara aturan itu, dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Kelompok yang lebih besar adalah kelurahan, yaitu Kelurahan Ba’a.

Kelurahan ini terdiri atas beberapa kampung. Jumlah warganya pasti lebih banyak

dari warga kampung dan keluarga. Semua warga harus tunduk di bawah aturun

hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat dan daerah. Apabila ada warga

kelurahan yang melanggar peraturan dan melakukan tindakan pidana dan perdata,

diproses dan dikenai hukuman yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Di samping itu, hukum adat masih berlaku sampai sekarang. Biasanya

hukum adat itu masih berlaku pada kelompok kecil di desa atau kampung. Sebagai

contoh dalam keluarga ayah berkawijiban untuk melindungi anak-anak dan ibu.

Ibu harus tunduk kepada suami dan mengasuh anak-anak dengan kasih sayang.

Anak-anak harus taat kepada orang tua dan menghormati orang tua. Warisan

orang tua hanya diturunkan kepada anak laki-laki sedangkan anak perempuan

adalah di luar batas kekerabatan itu.

Di samping itu, kelompok yang lebih besar yang mendiami kampung

hukum adat masih berlaku juga, seperti masalah perkawinan. Secara adat, dalam

sekampung tidak boleh terjadi perkawinan. Kalau hal itu terjadi berarti suatu

pelanggaran hukum perkawinan adat. Untuk pelanggaran itu harus diproses dan

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

35

diselesaikan secara hukum adat dan diberikan sanksi adat pula. Selain itu, aturan

pembagian lahan untuk perkebunan masih berdasarkan hukum adat.

1. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyarakat Ba’a berdasarkan pada prinsip

patrilineal. Prinsip ini mempertimbangkan hubungan kekerabatan melalui garis

bapak. Hal ini berarti anak laki-laki yang berhak tinggal di rumah apabila sudah

berkeluarga dan anak perempun harus keluar dari rumah atau ume dalam bahasa

Rote dan mengikuti suaminya. Kalau anak laki-laki sudah dewasa dan mencari

istri harus dari suku lain. Setelah melalui proses adat, istrinya menjadi anggota

keluarga sang suami dan ia berhak untuk tinggal di rumah suaminya. Anak

perempuan yang sudah dewasa biasanya dipinang oleh seorang laki-laki dari suku

lain dan dia akan menjadi anggota keluarga dari suku itu.

Dalam kekerabatan patrilineal masayarakat Ba’a, anak laki yang akan

menjadi ayah diberi tanggung jawab dan hak. Kewajiban ayah bertanggung jawab

atas seluruh kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan keluarga seperti perumahan,

makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan keluarga, dan kebutuhan masyarakat.

Sang ibu melaksanakan beberapa pekerjaan di rumah, seperti mengasuh

anak, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menenun. Seluruh

tugasnya hanya dikerjakan di dalam dan di sekitar rumah.

Di samping kewajiban, sang ayah memiliki beberapa hak. Pertama ia

diberi hak warisan berupa harta kekayaan orang tua. Harta itu terdiri atas harta

bergerak dan harta tidak bergerak. Harta bergerak adalah binatang seperti kuda,

kerbau, babi, domba, dan kambing. Harta tidak bergerak adalah tanah, rumah,

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

36

benda perhiasan seperti emas dan perak, kain tenun ikat, pohon lontar. Selain itu,

ayah berhak memimpin acara adat, misalnya acara perkawinan, acara masuk

minta, dan acara orang mati. Sedangkan sang ibu memiliki hak untuk dilindungi

oleh sang suami. Anak-anak berkewajiabn untuk menghormati orang tua dan

mematuhi semua perintah orang tua. Mereka berhak mendapat perlindungan orang

tua.

Masyarakat Ba’a didasarkan atas garis dari bapak (patrilineal), yang sangat

menarik dalam hubungan kekeluargaan dengan adanya istilah to’o atau paman.

To’o adalah saudara laki-laki dari pihak ibu. Hubungan antara to’o dengan

keponakannya bersifat magis, terutama di dalam hal perkawinan, kematian,

pembagian warisan, dan lain-lain. Semuanya diatur dalam norma-norma adat

istiadat yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi.

2. Sistem Pemerintahan Adat

Masyarakat Ba’a memiliki sistem pemerintahan adat. Maneleo artinya

kepala suku. Ia bertanggung jawab atas persoalan yang dihadapi oleh warga suku.

Kekuasaan diperoleh secara turun temunrun. Lasi adalah wakil maneleo dan lasi-

lasi dibantu oleh langga. Langga terdiri atas langga mo yang bertugas untuk

mengurus kebun, hewan, dan air. Perhatikan struktur organisasi adat masyarakat

Ba’a berikut ini.

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

37

Bagan 2

Struktur Pemerintahan Tradisional Masyarakat Ba’a

Dalam kehidupan bermasyarakat pasti dihadapkan dengan berbagai

masalah. Pemerintah adat dapat menyelesaikan masalah-masalah yang melanda

masyarakatnya dengan hokum acara adat. Permasalahan dapat diselesaikan oleh

hakim adat, yaitu salah satu manesio yang ditugaskan oleh mane untuk

menyelesaikan masalah-masalah berdasarkan hukumm adat.

3. Stratifikasi Sosial

Masyarakat Ba’a memiliki tiga lapisan sosial. Lapisan atas adalah raja

Mane. Lapisan tengah adalah manesio. Lapisan bawah adalah langga dan

Bobonggi. Mane bertugas untuk memimpin warga masyarakat. Manesio bertugas

untuk membantu mane dalam berbagai tugas yang diemban oleh mane, yaitu

pembagian kebun, mengurus hewan, mengurus air. Untuk tugas itu Manesio

dibantu oleh langga-langga. Jadi, susunan masyarakat adat Ba'a seperti yang telah

digambarkan terdahulu (lihat bagan 2.10 struktur pemerintah tradisional

masyarakat Ba’a).

Maneleo

Lasi

Langga Langga Langga

Bobonggi

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

38

2.8 Sistem Pengetahuan

Pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a telah mengenal teknologi sejak

leluhur mendiami pulau. Pada zaman batu (Paleotikum) seorang peneliti asal

Swis, Buchler melakukan penelitian tentang peralatan yang digunakan masyarakat

Rote pada zaman dahulu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang Rote

sudah menggunakan alat-alat sejak zaman paleolitikum. Selain itu, ditemukan

pula alat-alat dari zaman maleolitikum. Alat-lat yang dimaksud adalah kapak

genggam, kapak lonjong, ujung mata panah, pisau, dan lain sebagainya. (Soh,

dkk., 2008:7).

Di samping itu, Glover seorang pakar kebudayaan, menyatakan bahwa

orang Rote telah mengenal sistem pertanian yang sangat sederhana dan mereka

berasal dari luar daerah pulau Rote. Alat pertanian itu dibuat dari batu, seperti

kapak untuk memotong kayu dan pisau untuk memebersihkan rumput. Hal ini

ditegaskan oleh Frits seorang ahli purbakala asal Jerman yang mengatakan bahwa

ditemukan tanda-tanda kehidupan pada zamn prasejarah orang Rote. Hal itu

dibuktikan telah ditemukannya alat-alat dari batu berupa piasu, kapak, mata

panah, dan lain-lainnya (Sarasin, 1936: 42-43; Soh,dkk., 2008:8).

Sistim teknologi yang dijelaskan di atas, menggambarkan cara

memproduksi peralatan yang digunakan untuk menghidupkan dan

mempertahankan kehidupan pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a pada zaman

dahulu yang dikenal sebagai teknologi tradisional. Metode dan bahan dasar serta

peralatan yang digunkan masih sangat sederhana. Dalam perjalan sejarah suku

Rote, cara kerja dan bahan baku untuk memproduksi peralatan sangat dipengaruhi

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

39

oleh suku-suku lain dari luar daerah Rote. Misalnya bahan baku untuk membuat

pakaian, pada zaman dahulu bahan untuk membuat pakaian adalah kulit kayu,

serat gewang. Zat pewarna dibuat dari akar pohon, daun, kulit kayu, dan lain-lain.

Namun sekarang, bahan dan cara kerja sudah berbeda. Dtemukan bahwa bahan

dasar untuk memproduksi kain adalah benang toko dan zat pewarna adalah

pewarna buatan yang disebut wanteks yang terjual di toko. Hal lain yang

merupakan bukti pengaruh luar yaitu cara-cara menghias kain tenun dengan

teknik ikat dan merangkai motif pada kain tenun itu. Pada tenun ikat Rote

khususnya masyarakat Ba’a terdapat salah satu motif yang dipengaruhi oleh motif

Indi, yaitu motif patola.

Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan merupakan suatu uraian

tentang cabang-cabang pengetahuan. Cabang pengetahuan itu sebaiknya dibagi

berdasarkan pokok perhatian. Dengan demikian, setiap suku bangsa di dunia

biasanya mempunyai pengetahuan tentang: (1) alam sekitarnya, (2) alam flora dan

alam fauna di tempat tinggalnya, (3) zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda

dalam lingkungannya, (4) tubuh manusia, (5) sifat-sifat dan tingkah laku sesama

manusia, dan (6) ruang dan waktu ( Koentjaraningrat, 2002:372).

Bedasarkan penjelasan tersebut di atas, suku Rote juga memiliki sistem

pengetahuan yang meliputi alam skitarnya, alam flora dan fauna, tubuh manusia,

zat-at dan bahan mentah, benda-benda dalam lingkungannya, sifat-sifat dan

tingkah laku manusia, dan ruang dan waktu. Suku-suku di Rote mengetahui

tentang iklim. Pulau Rote khususnya Masyarakat Ba’a memiliki iklim tropis.

Mereka mengethui bahwa musim hujan sangat singkat, yaitu berlangsung selama

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

40

enam bulan saja, dari bulan November sampai dengan bulan Mei. Karena itu, pada

bulan September dan Oktober mereka menyiapkan lahan. Setelah itu, mereka

melakukan pekerjaan yang lain seperti mencari ikan, berburu babi hutan dan rusa,

dan menyadap pohon lontar. Bagi perempuan, menenun kain dan mengayam tikar

dan kerajinan tangan lainnya.

Masyarakat pulau Rote memiliki pengetahuan tentang flora dan fauna.

Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa pohon lontar merupakan bagian yang

tak terpisah dari kehidupan pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a. Selain itu,

pohon gewang merupakan bahan dasar untuk membuat pakaian, batangnya untuk

dinding rumah, daunnya untuk atap rumah. Pohon tambering untuk dijadikan

bumbu makanan, pohon kelapa batangnya untuk balok rumah, buah dikeringkan

untuk menjadi kopra lalu dijual. Pohon kusambi digunakan sebagai kayu bakar

untuk memasak gula. Selain itu, pohon gewang merupakan bahan dasar untuk

membuat pakaian, batangnya untuk dinding rumah, daunnya untuk atap rumah.

Pohon tambering untuk dijadikan bumbu makanan, pohon kelapa batangnya untuk

balok rumah, buah dikeringkan untuk menjadi kopra lalu dijual. Pohon kusambi

digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak gula.

Mereka juga memiliki pengetahuan tentang fauna. Pada bagian terdahulu

telah dijelaskan bahwa pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a mengenal

beberapa jenis binatang, yaitu kambing domba, kerbau, sapi kuda, itik, ayam

anjing, dan kucing. Semua jenis binatang tersebut merupakan jenis binatang

peliharaan untuk kepenting manusia, misalnya untuk konsumsi, membajak sawah,

dan untuk mas kawin. Binatang-binatang liar yang hidup di hutan, seperti rusa,

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

41

babi hutan, kera, musang, ular, biawak, serta beberapa jenis unggas: burung

tekukur, bangau, elang, belibis, pipit, burung hantu, serta burung pelican yang

berasal dari Australia.

Masyarakat Rote memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat bahan-bahan

mentah dan benda-benda yang ada di sekitar. Akar dan daun pohon tarum adalah

bahan mentah untuk membuat warna hitam yang digunakan mewarnai benang

tenun ikat pada masyarakat Rote.

Di samping itu, pulau Rote khususnya masyarakat Ba’a juga memiliki

pengetahuan tentang tanda-tanda alam. Pada bulan November, jenis burung

tertentu keluar dari habitatnya sambil berteriak. Semua orang merasa gembira dan

mempersiapkan kebunnya untuk ditanami. Karena suara burung itu merupakan

tanda bahwa hujan akan segera turun.

Tanda lain adalah suara aneh. Suara itu tidak dikenal dari mana datangnya

dan binatang atau manusia siapa yang bersuara. Hal itu menandakan akan segera

datang bencana alam. Tanda lain adalah tiba-tiba ayam berteriak dalam biji

kelapa, tikus gigit kucing sampai mati, dan suara anak berteriak di udara. Tanda

itu menggambarkan bahwa ada serangan musuh dan oleh karena itu harus bersiap-

siaplah. Pada tahun 1965, peristiwa G -30- S PKI, sebelum peristiwa itu terjadi,

semua masyarakt Rote melihat bintang berekor pada waktu pagi atau fajar.

2.9 Sistem Religi

Pakar Antropologi menyatakan bahwa sistem religi mencakup dua hal

pokok, yaitu religi dan ilmu gaib. Religi adalah bahwa manusia percaya kepada

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

42

adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya. Untuk itu

manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka ragam.

Mereka berusaha untuk berkomunikasi dengan baik dan mencari hubungan

dengan kekuatan-kekuatan tadi. Kepercayaan kepada kekekuatan gaib tersebut

dianut oleh suku-suku di Eropa dan di luar Eropa, seperti Asia, Amerika, dan

Afrika.

Di samping itu, sistem ilmu gaib mencakupi syair suci yang dilantunkan

kepada kekuatan gaib yang diwujudkan dalam diri dewa. Manusia berusaha

melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan dewa sehingga dewa itu senantiasa

melindungan, menjaga, dan memberi rejeki bagi kelangsungan hidup.

Sistem religi yang dijelaskan di atas berakhir ketika peradaban manusia

semakin tinggi. Sistem religi yang dianut oleh setiap suku bangsa di dunia

bergeser karena manusia dipengaruhi oleh peradaban yang tinggi tersebut. Hal ini

dibuktikan dengan munculnya agama-agama di dunia pada zaman modern.

Sejarah mencatat bahwa kehadiran agama islam, Kristen, Budha, Hindu, Kongfu

Zu, dan lain sebagainya yang mengubah sistem religi yang sudah dianut oleh

setiap siku bangsa di dunia.

Suku Rote merupakan salah satu suku atau etnis di Nusa Tenggara Timur

memiliki agama asli. Mereka percaya bahwa kekuatan gaib hanya dimiliki oleh

wujud tertingi. Sosok wujud tertinggi itu disebut dewa dalam rupa pohon

beringing dan tempat-tempat angker. Kegiatan keagamaan asli ini bertujuan untuk

menyatakan terima kasih atas perlindungan yang Mahakuasa dan memuja Tuhan

yang menciptakan langit dan bumi dan manusia.

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

43

Seorang penginjil asal Belanda, Coolsma mengatakan bahwa pada tahun

1662 penduduk Rote atas kehendaknya sendiri sudah berada di bawah kekuasan

Belanda. Hal ini dapat dibaca dalam buku Timor dan Orang-Orang Timor adalah

karya H. Zondervan (hlm. 35) dinyatakan bahwa kapal-kapal Belanda yang

pertama di bawah pimpinan Anton Schot tampak di Pulau Timor, juga sudah

dipastikan bahwa Raja Ti (Thie) di zaman itu diberi gelar bupati sesudah kembali

dari Jawa sebagai orang Kristen.

Pada tahun 1653 VOC berhasil menaklukkan 4 kerajaan di Pulau Rote,

yakni Bilba, Ringgou, Oepao, dan Lundu. VOC mampu menaklukkan kerajaan

Rote sehingga raja-raja Rote takluk di bawah Belanda dan sejak saat itu mereka

menerima Kristen. Raja Rote pertama yang dibabtis adalah Yeremias Messakh

yang sebelumnya bernama Mbura Messa. Yeremias Messakh adalah raja Ti

(Thie). Sejak masuk agama Kristen di Pulau Rote, agama asli perlahan-lahan

ditinggalkan. Sampai sekarang penduduk Rote menganut beberapa agama, yaitu

Kristen Protestan, agama Katolik, dan agama Islam. Mayoritas penduduk Rote

menganut agama Kristen Protestan, setelah agama Katolik, dan agama Islam. Hal

ini dibuktikan dengan ditemukannya gereja protestan di setiap kecamatan

sedangkan agama Katolik hanya ditemukan di masyarakat Ba’a kampung Ndao

Kecamatan Lobalain. Penduduk yang beragama Islam ditemukan di pesisir pantai

yang terkonsentrasi di pantai selatan di Pepela, sebagian kecilnya di kampung

Ndao.

Sebelum agama Kristen masuk di pulau Rote, masyarakat Rote percaya

bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan yang mereka lihat adalah orang

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

44

tua yang melahirkan mereka. Oleh karena itu, keyakinan leluhur menjadi

keyakinan bagi orang Rote sampai sekarang.

Persitiwa kelahiran bagi orang Rote diyakini sebagai fase kehidupan

manusia. Seorang bayi, misalnya anak laki-laki lahir, tali pusarnya yang sudah

dipotong dibungkus sebaik mungkin dan dibawa oleh ayahnya ke atas pohon

lontar. Tali pusar diletakkan di atas puncak pohon lontar. Selain itu, ari-ari bayi

itu dibungkus dengan kain putih dan diletakan di atas pohon lontar. Biasanya

pohon lontar yang sedang disadap. Demikian pun tali pusar dan ari-ari bayi

perempuan. Setelah dibersihkan, ari-ari itu dimasukkan ke dalam kepisak (daun

lontar yang dianyam), lalu digantung di atas pohon nggainunak. Bayi yang baru

lahir diberi minuman nira dari pohon lontar, kadang-kadang nira itu sebagai

pengganti air susu ibu.

Kedua adalah fase kehidupan. Pada saat anak laki memasuki masa dewasa

ia diajarkan oleh orang tuanya cara menyadap pohon lontar. Ketika dia bisa

menyadap lontar itu berarti ia siap untuk dinikahkan dengan perempuan dalam

rangka membentuk rumah tangga. Sedangkan anak perempuan dewasa diajarkan

ibunya tentang cara menenun. Kalau mereka sudah bisa mengerjakan pekerjaan

itu mereka yakin bahwa anak gadis itu siap dipinang oleh pemuda dari suku lain

yang sudah mampu menyadap lontar untuk membentuk rumah tangga baru.

Fase terakhir adalah kematian. Mereka percaya bahwa manusia pasti mati.

Kematian adalah berakhirnya hidup di bumi dan awal kehidupan baru. Pada saat

orang meninggal harus dilakukan upacara sebagai tanda penghormatan terakhir

bagi yang bersangkutan. Pada waktu meninggal mayatnya dibungkus dengan kain

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM - sinta.unud.ac.id II.pdfditulis dengan nama ... dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat.

45

dan baju yang merupakan hasil tenun ikat. Selama mayat masih bersemayam di

rumah duka, beberapa ekor hewan, seperti babi dan ayam disembelih untuk

dihidangkan para tamu. Menurut kebiasaan orang Rote, seseorang sudah

meninggal harus dibuatkan upacara perpisahan atau pamitan terakhir yang disebut

upacara kenduri. Pada pesta itu disembelih beberapa ekor hewan. Jadi, ada tiga

fasa kehidupan orang Rote, yakni lahir, hidup, dan mati.