BAB II GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROADeprints.umm.ac.id/47204/3/BAB II.pdf · perdagangan sutra ke...

35
40 BAB II GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROAD Bab ini akan membahas mengenai One Belt One Road (OBOR). Diawali dengan pembahasan tentang sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sejak 1978, gambaran tentang kebijakan OBOR Tiongkok secara umum beserta dengan prioritas atau tujuan utama dalam kerja sama yang ingin dicapai melalui OBOR. Selain itu, dijabarkan pula dua konsep atau jalur dalam OBOR yakni New Silk Road Economic Belt dan 21 st Century Maritime Silk Road. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai kebijakan (OBOR) Tiongkok kepada para pembaca. 2.1 Sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok Pada dasarnya Jalur Sutra Kuno yang dikenal saat ini tidak memiliki nama tertentu, hanya dikenal sebagai jalur yang menghubungkan antara wilayah Timur dan Barat. Istilah “Jalur Sutra” baru dikenal setelah jalur tersebut tidak lagi beroperasi, tepatnya pada pertengahan abad ke 19. Jalur tersebut diperkenalkan dalam Bahasa Jerman dengan istilah die Seidenstrasse yang memiliki makna Jalur Sutra dalam Bahasa Indonesia. Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh Baron Ferdinand von Richthofen yang merupakan seorang ahli geografi asal Jerman yang terkenal. Alasan dari pemberian nama tersebut dikarenakan kain sutra merupakan produk yang paling utama dalam kegiatan perdagangan di

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROADeprints.umm.ac.id/47204/3/BAB II.pdf · perdagangan sutra ke...

40

BAB II

GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROAD

Bab ini akan membahas mengenai One Belt One Road (OBOR). Diawali

dengan pembahasan tentang sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok, pertumbuhan

ekonomi Tiongkok sejak 1978, gambaran tentang kebijakan OBOR Tiongkok

secara umum beserta dengan prioritas atau tujuan utama dalam kerja sama yang

ingin dicapai melalui OBOR. Selain itu, dijabarkan pula dua konsep atau jalur

dalam OBOR yakni New Silk Road Economic Belt dan 21st Century Maritime Silk

Road. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai kebijakan

(OBOR) Tiongkok kepada para pembaca.

2.1 Sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok

Pada dasarnya Jalur Sutra Kuno yang dikenal saat ini tidak memiliki nama

tertentu, hanya dikenal sebagai jalur yang menghubungkan antara wilayah Timur

dan Barat. Istilah “Jalur Sutra” baru dikenal setelah jalur tersebut tidak lagi

beroperasi, tepatnya pada pertengahan abad ke 19. Jalur tersebut diperkenalkan

dalam Bahasa Jerman dengan istilah die Seidenstrasse yang memiliki makna

Jalur Sutra dalam Bahasa Indonesia. Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh

Baron Ferdinand von Richthofen yang merupakan seorang ahli geografi asal

Jerman yang terkenal. Alasan dari pemberian nama tersebut dikarenakan kain

sutra merupakan produk yang paling utama dalam kegiatan perdagangan di

41

sepanjang Jalur Sutra.43 Sejak saat itu hingga sekarang penggunaan istilah Jalur

Sutra terus digunakan dan dikenal secara luas oleh masyarakat.

Adapun produk kain sutra yang menjadi komoditas dalam Jalur Sutra

Kuno dikarenakan pada awalnya Tiongkok terkenal sebagai negara produsen kain

sutra terbaik dan terus berkembang hingga mencapai puncaknya pada masa

Dinasti Han (206 SM - 220 M). Sejak saat itu keindahan kain sutra mulai dikenal

negara-negara lain. Oleh karena itu Dinasti Han berinisiatif untuk memperluas

dan menyebarkan kain sutra buatan Tiongkok dengan cara melakukan kegiatan

perdagangan sutra ke luar negeri terutama ke wilayah Barat melalui

pedagang-pedagang yang menggunakan karavan.44 Hal tersebut menandakan

awal mula terbentuknya Jalur Sutra Kuno.

Namun, dalam perjalanan pedagang Tiongkok ke Barat, mereka sering

menghadapi hambatan oleh suku-suku kecil atau juga dikenal dengan sebutan

suku Nomad yang berada di Asia Tengah. Mereka ingin mengambil barang

berharga para pedagang, mengingat kain sutra merupakan komoditas yang

bernilai tinggi. Dengan demikian, untuk melindungi dan menjamin keamanan

perdagangan, kaisar Han mengutus seorang Jenderal yang bernama Zhang Qian

yang pada saat itu menjabat sebagai duta kekaisaran Tiongkok.45

Adapun tujuan diutusnya Jenderal Zhang Qian ialah sebagai utusan untuk

membangun hubungan baik dengan negara-negara di Asia Tengah. Perjalanan

43 Struan Reid, 1994, The Silk and Spice Routes, Cultures and Civilizations, Halifax: UNESCO

Publishing, hal. 6-8. 44 Rahmat Fajar, 2013, Interaksi Agama-agama di Sepanjang Jalur Sutera Pada Masa Dinasti

Han (206SM-220M), Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Perbandingan Agama, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 1. 45 Ibid., hal. 2.

42

Zhang Qian pada 138 SM menandakan terbukanya jalan dari Tiongkok ke

wilayah Barat dengan menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di

sepanjang Jalur Sutra Kuno. Kemudian, Jalur Sutra menjadi jalur perdagangan

luar negeri yang paling aman karena dilindungi kekaisaran.46 Sejak saat itu,

banyak para pedagang mulai melintasi Jalur Sutra untuk berdagang dari Tiongkok

ke Barat dan juga sebaliknya.

Pada saat itu, Jalur Sutra Kuno menjadi jalur perdagangan tersibuk yang

berawal dari daratan Tiongkok yakni Kota Xi'an (dulu dikenal dengan nama

Chang’an) di wilayah Timur dan berakhir di Mediterania wilayah Barat. Jalur ini

juga menghubungkan Tiongkok dengan Kekaisaran Romawi. Pada awalnya,

antara Tiongkok dan Barat saling tidak mengenal satu sama lain, namun dengan

hadirnya Jalur Sutra menandakan awal mula pertukaran budaya, pikiran dan

kepercayaan (agama) antara kedua wilayah tersebut.47

Seiring dengan berjalannya waktu, Jalur Sutra Kuno semakin

berkembang dan terbentang luas puluhan ribu kilometer. Kegiatan perdagangan

dalam Jalur Sutra tidak terbatas hanya perdagangan kain sutra saja, melainkan

terdapat produk perdagangan lainnya, seperti emas, rempah-rempah dan lainnya.

Selain itu, mengingat banyaknya negara-negara yang terlibat menjadikan jalur

tersebut sebagai rute lintas benua terbesar, terluas dan sebagai salah satu jalur

yang paling penting bagi kegiatan ekonomi, politik dan budaya antara Timur dan

46 B.R. Deepak, 2018, China’s Global Rebalancing and The New Silk Road, New Delhi: Springer, hal. 16. 47 Khairin Ulyani Tarigan, 2018, Implikasi Penerapan Sistem One Belt One Road (Jalur Sutra

Tiongkok) Terhadap Perdagangan Internasional di Indonesia, Skripsi, Medan: Jurusan Hukum

Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, hal. 63.

43

Barat.48 Adapun masyarakat internasional yang sering melintasi rute ini biasanya

merupakan seorang pedagang, pelancong, utusan diplomatik serta penziarah

seperti biksu dan biarawan Buddha yang ingin menuju ke tempat-tempat suci

mereka.49

Perlu diketahui bahwa Jalur Sutra Kuno memiliki dua jalur utama yang

masing-masing terletak di bagian utara dan selatan. Jalur bagian selatan itu

sendiri berawal dari Dunhuang, Propinsi Gansu Tiongkok Barat Laut yang

menghubungkan Tiongkok ke wilayah Asia Tengah, Semenanjung Arab serta

beberapa negara di kawasan Eropa. Sedangkan Jalur Sutra bagian utara dimulai

dari Benteng Yumen, Dunhuang hingga mencapai wilayah Rusia di bagian Asia

Tengah dan bertemu pada titik bagian Jalur Sutra bagian selatan. Kemudian

kedua jalur tersebut dikatakan sebagai Jalur Sutra darat.50 Utamanya kegiatan

dalam jalur ini adalah kegiatan pelancongan, pertukaran budaya, dan

perdagangan kain sutra.

Selain itu, terdapat juga Jalur Sutra laut yang mengarah ke Laut Merah,

melintasi Samudra Hindia ke India, dan seterusnya ke pantai selatan Tiongkok.

Jalur laut ini digunakan sebagai jalur alternatif ketika jalur darat sudah tidak

begitu aman dibandingkan sebelumnya. Singkatnya jalur laut merupakan jalur

alternatif bagi Jalur Sutra untuk tetap menjalin hubungan antara Timur dan

Barat.51 Adapun peta dalam Jalur Sutra Kuno sebagai berikut.

48 B.R. Deepak, Op. Cit., hal. 15 49 Ibid., 50 Fitrah Nur Ihsaniyah, 2015, Peluang dan Tantangan Pengembangan Jalur Sutra Dalam

Diplomasi Ekonomi Tiongkok di Kawasan Asia Tengah, Skripsi, Makassar: Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, hal. 45. 51 Struan Reid, Op. Cit., hal. 11.

44

Gambar 1.1 Peta Jalur Sutra Kuno Tiongkok

Sumber : https://www.penn.museum/silkroad/exhibit_silkroad.php diakses pada tanggal 5 Januari 2019.

Berdasarkan pada gambar peta di atas, maka dapat diketahui bahwa rute

perjalanan dalam Jalur Sutra Kuno merupakan jalur yang menghubungkan

wilayah timur atau peradaban Tiongkok dengan wilayah Barat atau Kerajaan

Romawi sehingga tidak heran jika Jalur Sutra dikatakan sebagai jalur

perdagangan lintas benua terbesar yang pernah ada di dunia. Selain itu, dapat

dikatakan bahwa Jalur Sutra Kuno merupakan jalur yang paling sukses karena

jalur tersebut berhasil menjadi jalur dialog dan juga sebagai jembatan kerja sama

antara wilayah Timur dan Barat.52

Jalur Sutra Kuno juga dapat dikatakan sebagai jalur yang sangat sibuk

mengingat banyak masyarakat dari berbagai negara yang terlibat di dalamnya

baik karena urusan ekonomi maupun politik. Dengan begitu, keberadaan Jalur

52 Fitrah Nur Ihsaniyah, Op. Cit., hal. 46.

45

Sutra Kuno telah memberi manfaat terutama sebagai tempat mata pencaharian

orang-orang sekitarnya. Tidak hanya itu, terdapat banyak peristiwa-peristiwa

bersejarah yang telah terjadi dalam rute Jalur Sutra Kuno itu sendiri. Salah

satunya adalah penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra Kuno yang

dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Timur Laut India. Pedagang-pedagang

tersebut menyebarkan agama Buddha dengan cara berkhotbah, membangun kuil

dan tempat-tempat suci lainnya. Dengan demikian agama Buddha menyebar

dengan cepat hingga mencapai wilayah Tiongkok dan lainnya.53

Adapun dalam sejarahnya, Jalur Sutra Kuno mengalami beberapa kali

kemunduran sebelum pada akhirnya sudah tidak beroperasi lagi. Alasan yang

menyebabkan terhentinya kegiatan dalam Jalur Sutra Kuno yang paling utama

ialah karena adanya perubahan cuaca di daerah benua Eurasia yang kemudian

menyebabkan sebagian besar masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur mulai

berimigrasi ke wilayah lain. Sedangkan awal kemundurannya ialah dikarenakan

pada 760 M, Dinasti Tang telah kehilangan kendali atas Wilayah Barat yang

menyebabkan perdagangan di Jalur Sutra dihentikan. Namun, Jalur Sutra mulai

bangkit kembali pada abad ke 11 dan 12 M di masa Dinasti Yuan.54

Perlu diketahui bahwa bangkitnya kembali Jalur Sutra Kuno dikarenakan

peran Jenghis Khan yang berhasil menaklukkan negara-negara kecil, menyatukan

Tiongkok dan membangun kerajaan besar di bawah pemerintahannya. Periode

tersebut kemudian menjadi puncak perdagangan di sepanjang Jalur Sutra. Hal itu

53 Belief Systems Along the Silk Road, Center for Global Education, diakses dalam

https://asiasociety.org/education/belief-systems-along-silk-road (15/01/2019, 19.51 WIB). 54 Rahmat Fajar, Op. Cit., hal. 65.

46

dikarenakan tidak hanya mengenai kegiatan jual beli yang mendominasi Jalur

Sutra, melainkan juga terdapat pertukaran wilayah dan budaya antara Kekaisaran

Mongol, Asia Tengah dan Barat. Namun, pada 1453 M ketika kekaisaran

Bizantium jatuh ke tangan Turki kemudian menyebabkan Kekaisaran Ottoman

menutup Jalur Sutra dan memutus semua hubungan dengan Barat.55 Dengan

demikian, hal tersebut menandakan bahwa telah berakhirnya segala bentuk

perdagangan dan kegiatan lainnya dalam Jalur Sutra Kuno.

Setelah berakhirnya Jalur Sutra Kuno selama ratusan tahun yang lalu,

kemudian pada awal abad ke 20an, Tiongkok dibawah kepemimpinan Xi Jinping

berkeinginan untuk mengembangkan Jalur Sutra Kuno dengan memperluas rute

di dalamnya disertai dengan transportasi yang lebih modern dari sebelumnya. Hal

ini dilakukan guna memperkuat hubungan kerja sama Tiongkok dengan negara

lain yang telah dijalin sejak reformasi ekonomi Tiongkok. Adapun penjelasan

mengenai reformasi Tiongkok akan di jelaskan pada sub Bab selanjutnya.

2.2 Kebangkitan Ekonomi Tiongkok

Ketika berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi, tentunya Tiongkok

merupakan salah satu negara yang sering disebut-sebut sebagai negara dengan

pertumbuhan ekonomi tercepat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sebelum

membahas lebih lanjut mengenai pertumbuhan ekonomi Tiongkok, penulis ingin

memaparkan sedikit mengenai keterpurukan Tiongkok di masa lalu.

55 Andrew Chatzky dan James McBride, China’s Massive Belt and Road Initiative, Council on

Foreign Relations, diakses dalam

https://www.cfr.org/backgrounder/chinas-massive-belt-and-road-initiative (15/01/2019, 21.19

WIB).

47

Seperti yang telah kita ketahui Tiongkok pernah mengalami masa

terpuruknya pada masa pemerintahan Mao Zedong. Hal ini dikarenakan Tiongkok

saat itu terlihat membatasi diri (isolasionis) karena Tiongkok hanya menjalin

kerja sama dengan negara-negara yang memiliki ideologi yang sama dengannya

yakni komunis sehingga Tiongkok cenderung menjauhi Barat. Selain itu,

kebijakan-kebijakan Mao Zedong juga dapat dibilang kurang tepat dengan

lingkungannya.56

Namun tidak perlu menunggu waktu yang lama, dalam hitungan beberapa

tahun terakhir Tiongkok mulai menampakan dirinya sebagai negara dengan

pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di dunia. Kemudian, tidak jarang

Tiongkok sering disebut-sebut sebagai seekor naga yang telah bangun kembali

dari tidurnya.

Hal tersebut dilakukan guna membangkitkan bangsa Tiongkok dari

keterpurukannya. Adapun Tiongkok mulai aktif dalam perdagangan internasional

dan investasi asing seiring dengan di implementasikan Open Door Policy atau

lebih dikenal dengan sebutan reformasi ekonomi. Kebijakan tersebut dicetuskan

oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978. 57 Selanjutnya, dengan melakukan

reformasi ekonomi kemudian berhasil membuat Tiongkok menduduki posisi

kedua setelah Amerika Serikat dalam konteks pertumbuhan ekonomi yang berarti

Tiongkok berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Adapun, menurut World Bank (WB), sejak memulai reformasi ekonomi,

56 Ainun Jariah, Op. Cit., hal. 52. 57 Gregory C. Chow, Globalization and China’s Economic and Financial Development, CEPS

Working Paper No 115, September 2005, Princeton University, hal. 2.

48

Tiongkok telah bergeser dari ekonomi yang direncanakan secara terpusat ke

ekonomi berbasis pasar, perkembangan ekonomi dan sosial yang sangat cepat

juga terjadi di Tiongkok. Setelah mulai membuka diri terhadap investasi asing

dan mulai melakukan perdagangan internasional termasuk bergabung dalam

World Trade Organization (WTO), pertumbuhan ekonomi Tiongkok rata-rata

mencapai 10 persen pertahunnya. Selain itu, Tiongkok juga berhasil mencapai

tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) dan memberikan kontribusi

besar terhadap pencapaian MDGs secara global.58

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberhasilan Tiongkok dalam

reformasi ekonomi itu tidak dapat dilepaskan dari partisipasi negara dalam proses

tersebut. Munculnya Tiongkok sebagai raksasa ekonomi adalah salah satu hasil

dari kebijakan pemerintah yang metodis dan berhati-hati serta secara bertahap

menciptakan ekonomi pasar yang lebih stabil. Dengan demikian, Tiongkok

memiliki peran cukup besar dalam ekonomi global, dikarenakan Tiongkok

menjadi salah satu negara yang berpengaruh paling besar dimana 35,2 persen

pertumbuhan ekonomi global berasal dari Tiongkok bahkan sering diprediksikan

akan mengalahkan posisi Amerika Serikat dalam aspek pertumbuhan ekonomi.

Tidak dapat dipungkiri juga, menurut laporan biro statistik pemerintah bahwa

pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada beberapa tahun terakhir masih tetap stabil

dan bahkan angka yang dicapai terkadang melampaui target pemerintah.59

Hal tersebut cukup membuktikan bahwa kontribusi utama dalam proses

58 The World Bank In China (Overview), The World Bank, diakses dalam http://www.worldbank.org/en/country/china/overview (29/01/2019, 21.27 WIB). 59 Agustina Melani, Ekonomi China Tumbuh 6,9 Persen pada Kuartal II, Liputan6, diakses dalam

http://www.liputan6.com/bisnis/read/3025057/ekonomi-china-tumbuh-69-persen-pada-kuartal-ii

(28/03/2018, 13.52 WIB).

49

modernisasi Tiongkok adalah Open Door Policy sehingga kebangkitan ekonomi

Tiongkok di tatanan global membuat meningkatnya kepercayaan diri Tiongkok

dalam hubungan internasional. Adapun penulis akan memberikan gambar

mengenai perkembangan ekonomi di Tiongkok, sebagai berikut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan Ekonomi di Tiongkok (1978-2013)

Sumber :https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2013&locations=CN&star

t=1978 diakses pada tanggal 3 Februari 2019.

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi

di Tiongkok dalam beberapa dekade ini terus meningkat terutama sejak

diberlakukannya Open Door Policy pada tahun 1978. Kemudian hal tersebut

membuat posisi ekonomi Tiongkok pada saat ini diurutan kedua setelah Amerika

Serikat, yang berarti Tiongkok berhasil menggeser Jerman dan Jepang yang

50

sebelumnya tingkat perekonomian mereka berada diatas Tiongkok.60

Namun dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dipandang

oleh para analis dan pejabat Barat sebagai ancaman. Mereka melihat Tiongkok

sebagai negara revisionis yang berpotensi menyaingi dominasi militer Amerika

khususnya di Asia.61 Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Tiongkok disini

dilihat oleh Barat sebagai cara Tiongkok untuk mencari hegemoni di dunia. Maka

dari itu Tiongkok berusaha untuk membuktikan pertumbuhannya bukan sebagai

ancaman dan disisi yang sama tetap mempertahankan pertumbuhan ekonominya

itu sendiri.

Dengan demikian, mempertimbangkan keberhasilan reformasi ekonomi

Tiongkok dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping. Nampaknya Xi Jinping juga

ingin membangun Tiongkok dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang

telah di bangun oleh Deng Xiaoping. Hal itu dilakukan dengan cara

memfokuskan pada komponen utama dari reformasi ekonomi yakni kerja sama

internasional sebagai kendaraan utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

Tiongkok.

Maka dari itu, untuk mewujudkan hubungan kerja sama antar negara

tersebut, Tiongkok memperkenalkan kembali Jalur Sutra yang pernah ada dalam

sejarah dimana akan membuka jalur perdagangan internasional yang sangat luas.

Jalur Sutra Kuno dihidupkan kembali melalui salah satu kebijakan luar negeri

Tiongkok. Kebijakan tersebut dicetuskan pada masa pemerintahan Xi Jinping

60 GDP (Current US$), The World Bank, diakses dalam

https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2013&locations=CN&start=1978

(29/11/2018, 22.03 WIB). 61 Bonnie S. Glaser dan Evan S. Medeiros, Ibid.,

51

yang dikenal dengan OBOR. Adapun penjelasan mengenai OBOR akan di bahas

dalam sub Bab selanjutnya.

2.3 Kebijakan One Belt One Road Tiongkok

Seperti halnya masalah politik, ekonomi dan domestik, isu-isu kebijakan

luar negeri juga sering menjadi bahan perbincangan yang menarik, mengingat

perilaku suatu negara tercermin dari tindakan yang diambil melalui kebijakan luar

negerinya. Kebijakan luar negeri itu sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang

dilakukan oleh suatu negara untuk dapat memenuhi kepentingan nasional atau

memperoleh keuntungan.62

Adapun, kebijakan luar negeri biasanya terdiri dari tujuan-tujuan dan

tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk mengarahkan keputusan dan

tindakan pemerintah menyangkut urusan-urusan eksternal, terutama dalam

hubungan antar satu negara dengan negara-negara lainnya.63 Singkatnya, suatu

kebijakan luar negeri merupakan sarana suatu negara untuk mencapai

kepentingannya.

Maka dari itu, terkait mengenai kebijakan luar negeri, OBOR sebagai

salah satu kebijakan luar negeri Tiongkok yang diprakasi oleh Presiden Xi

Jinping dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut juga memiliki beberapa

kepentingan yang ingin dicapai Tiongkok. OBOR sendiri dapat dikatakan sebagai

suatu inisiatif Tiongkok untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara

62 Jack C. Plano dan Roy Olton, 1999, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Abardin, hal.

5. 63 Jackson Robert dan George Sorensen, Op. Cit., hal. 439.

52

tetangga dan lebih jauh juga untuk mempererat kerjasama yang saling

menguntungkan dengan negara-negara di kawasan Eropa, Asia dan Afrika.

Mengingat terdapat banyak negara yang akan terlibat dalam jalur kebijakan

OBOR tersebut.

2.3.1 Deskripsi Kebijakan One Belt One Road

Pada tahun 2013 Tiongkok mencetuskan kebijakan One Belt One Road

(OBOR) atau juga yang dikenal dengan sebutan Belt Road Initiative (BRI)

berasal dari bahasa Mandarin yakni “yi dai yi lu”. Kata OBOR itu sendiri dapat

dipahami “Belt” yang mengacu pada jalur darat dan “Road” merupakan jalur

laut. Adapun kedua rute tersebut lebih dikenal dengan istilah New Silk Road

Economic Belt dan 21st Century Maritime Silk Road.64 Baik rute darat maupun

rute laut dalam OBOR akan melibatkan banyak negara yang meliputi kawasan di

Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Timur, Eropa, Afrika, dan juga

Timur Tengah.

Adapun menurut Vision and Actions on Jointly the Silk Road Economic

Belt and 21st Century Maritime Silk Road yang secara resmi dikeluarkan pada

bulan Maret 2015 oleh Pemerintah Tiongkok bahwa negara-negara yang terlibat

dalam OBOR telah terhitung sebanyak 90 negara dan jumlah tersebut akan

bertambah karena OBOR terbuka bagi seluruh negara, organisasi internasional

64 Lily Kuo dan Niko Kommenda, What is China’s Belt and Road Initiative?, The Guardian,

diakses dalam

https://www.theguardian.com/cities/ng-interactive/2018/jul/30/what-china-belt-road-initiative-silk

-road-explainer (30/12/2018, 21.08 WIB).

53

dan regional. 65 Berikut merupakan daftar negara yang telah dipilih State

Infromation Center dalam Belt and Road Portal.

Tabel 2.1 Daftar Negara dalam OBOR

No Kawasan Negara

1 Asia Tengah Afganistan, Kazakhstan, Kirgizstan,

Tajikistan, Turkmenistan/Turkmenia,

Uzbekistan

2 Asia Tenggara Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia

Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,

Singapura, Thailand, Vietnam

3 Asia Selatan Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa,

Nepal, Pakistan, Sri Lanka

4 Asia Timur Korea Selatan, Mongolia, Tiongkok

5 Eropa Austria, Ceko, Hongaria, Polandia,

Rumania, Slovenia, Slowakia, Albania,

Bulgaria, Kroasia, Serbia, Yunani,

Belarus, Georgia, Lituania, Moldova,

Ukraina, Bosnia dan Herzegovina,

Makedonia, Montenegro, Estonia,

Latvia

6 Eropa-Asia Armenia, Azerbaijan, Russia

7 Afrika Etiopia, Kenya, Madagaskar, Somalia,

Rwanda, Ghana, Nigeria, Senegal,

Afrika Selatan

8 Timur Tengah dan Afrika

Utara

Arab Saudi, Bahrain, Irak, Iran, Israel,

Kuwait, Lebanon, Oman, Palestina,

Qatar, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab,

Yaman, Yordania, Mesir, Libya,

Maroko, Sudan

9 Amerika Selatan Bolivia, Guyana, Trinidad dan Tobago,

Uruguay

10 Amerika Tengah Dominika, Panama

11 Amerika Utara Antigua dan Barbuda

65 The Belt and Road Initiative: Country Profiles, Hong Kong Trade Development Council, diakses dalam

http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt-and-Road-Initiative/The-Bel

t-and-Road-Initiative-Country-Profiles/obor/en/1/1X3CGF6L/1X0A36I0.htm (01/01/2019, 21.52

WIB).

54

12 Oseania Niue, Papua Nugini, Selandia Baru,

Timor Leste Sumber : http://china-trade-research.hktdc.com diakses pada tanggal 1 Januari 2019.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa OBOR akan

menghubungkan benua Asia, Eropa, Afrika hingga Oseania dan Australia.

Adapun, sebagian besar negara yang terlibat di sepanjang jalur dalam OBOR

adalah negara berkembang. Hal tersebut dikarenakan Tiongkok berusaha untuk

mempersempit kesenjangan antara negara kaya dan miskin dengan membantu

negara-negara berkembang dalam pembangunan.66 Dalam upaya mempersempit

kesenjangan tersebut, melalui OBOR Tiongkok akan membantu negara-negara

berkembang untuk meningkatkan transportasi, produksi energi, dan juga

perdagangan.67 Berikut merupakan contoh gambar cakupan negara-negara yang

terlibat dalam OBOR.

66 Paulus Rudolf Yuniarto, China, Belit Road Initiative: Pembangunan Infrastruktur dan Perluasan Hegemoni Tiongkok di Dunia (Tinjauan Buku), Jurnal Kajian Wilayah, LIPI, Volume 8,

No 12, September 2017:163-168, hal. 165. 67 Judy Lu, How One Belt One Road Benefits Developing Countries, The Borgen Project, diakses

dalam https://borgenproject.org/one-belt-one-road-benefits/ (19/01/2019, 16. 47 WIB).

55

Gambar 2.2 Negara-negara yang Terlibat dalam OBOR

Sumber : The Potentials of Scientific and Industrial Collaborations in the Field of REE through

China’s Belt and Road Initiative (George Barakos dan Helmut Mischo, 2018).

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa negara-negara yang

banyak terlibat jalur darat dalam OBOR ialah kawasan Asia Tengah. Hal itu

dikarenakan secara historis wilayah yang terlibat dalam rute Jalur Sutra Kuno

Tiongkok terdiri dari negara-negara di kawasan Asia Tengah. Kawasan inilah

yang dahulu telah menjadi jembatan penghubung antara Tiongkok dan Barat. Hal

itu juga tidak terlepas dari kondisi geografis Tiongkok Barat yang menyatu

dengan Asia Tengah .68

Sedangkan jalur laut banyak melewati negara-negara di Asia Tenggara.

Hal tersebut dikarenakan sekitar 80 persen wilayah di Asia Tenggara berupa

wilayah lautan atau maritim. Selain itu, dengan adanya keberadaan Laut China

68 Rolly Jean Marten, Op. Cit., hal. 10.

56

Selatan (LCS) dan Selat Malaka membuat wilayah maritim Asia Tenggara

menjadi posisi strategis dalam pelayaran dan perdagangan internasional. Setiap

tahunnya terdapat puluhan ribu kapal komersial yang melewati perairan dan laut

di kawasan Asia Tenggara.69

Selain itu, gambar di atas juga menujukkan bahwa Tiongkok akan

merangkul banyak negara untuk mendukung dan terlibat dalam kebijakan OBOR.

Adapun negara-negara yang terlibat tidak semuanya merupakan mitra strategis

Tiongkok sehingga nantinya Tiongkok harus meningkatkan strategi diplomasinya.

Tidak heran jika kebijakan OBOR sering disebut sebagai proyek besar yang akan

mendorong ekonomi global karena OBOR bukan hanya melibatkan dua atau tiga

negara, melainkan hampir sebagian negara di dunia.70

Adapun pada tahun 2017 kebijakan OBOR telah ditambahkan ke dalam

konstitusi Partai Komunis Tiongkok. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan

ini merupakan inti dari strategi kebijakan luar negeri Tiongkok.71 Adapun Xi

Jinping menyebut OBOR sebagai “a road for peace”. Hal itu sebagaimana yang

dinyatakan oleh Xi Jinping melalui pidato yang disampaikannya dalam upacara

pembukaan Belt and Road Forum (BRF) for International Cooperation di Beijing

pada tanggal 4 Mei 2017. Xi mengatakan “First, we should build the Belt and

Road into a road for peace” yang dapat diartikan Xi Jinping berusaha

menyampaikan bahwa kebijakan OBOR adalah jalan menuju kesejahteraan,

69 Membangun Kiprah Maritim Indonesia di Kawasan, Masyarakat ASEAN, Direktorat Jenderal

Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Edisi 14 Desember 2016, hal. 17. 70 Geoff Wade, China’s ‘One Belt, One Road’ Initiative, Parliament of Australia, diakses dalam https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pu

bs/BriefingBook45p/ChinasRoad (10/01/2019, 21.47 WIB). 71 David Tweed, China’s New Silk Road, Bloomberg, diakses dalam

https://www.bloomberg.com/quicktake/china-s-silk-road (03/01/2019, 11.25 WIB).

57

perdamaian dan dunia yang harmonis.72

Dalam upaya untuk mendapatkan dukungan dan agar negara-negara yang

termasuk ke dalam rute mau bergabung dengan kebijakan OBOR, Presiden Xi

Jinping banyak menyampaikan pidato, salah satunya pada 7 September 2013.

Presiden Xi Jinping menyampaikan pidato yang berjudul “Promote

People-to-People Friendship and Create a Better Future” dengan maksud untuk

membangun hubungan ekonomi yang lebih erat, memperdalam kerja sama dan

memperluas pembangunan di kawasan Eurasia. Maka dari itu Tiongkok mengajak

negara-negara yang termasuk ke dalam rute secara bersama-sama membangun

Jalur Sutra Baru yang dimaksudkan Tiongkok dengan mempertimbangkan

proyek-proyek dalam OBOR yang nantinya akan menguntungkan masyarakat

yang berada di negara-negara kawasan sepanjang rute tersebut.73

Melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa Xi Jinping sebagai

pemimpin Tiongkok nampaknya ingin menghidupkan kembali Jalur Sutra Kuno

menjadi jalur sutra yang lebih modern dan lebih luas terintegrasi. Selain itu,

Tiongkok juga ingin memperluas kerja sama dengan negara-negara tetangga.

Adapun dengan melihat prospek dari kebijakan OBOR yang banyak melibatkan

negara-negara tetangganya hal ini dapat dikatakan OBOR akan menjadi inisiatif

ekonomi global yang paling menjanjikan di dunia.74

72 Yamei, Full Text of President Xi’s Speech at Opening of Belt and Road Forum, Xinhua , 14 Mei

2017, diakses dalam http://www.xinhuanet.com//english/2017-05/14/c_136282982.htm

(17/01/2019, 20.40 WIB). 73 Ibid., 74 Vikram Mansharamani, China is Spending Nearly $1 Trillion to Rebuild the Silk Road, diakses

dalam

https://www.pbs.org/newshour/economy/china-is-spending-nearly-1-trillion-to-rebuild-the-silk-ro

ad (19/01/2019, 21.51 WIB).

58

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsep dalam kebijakan OBOR

bukanlah suatu hal yang baru mengingat konsep tersebut pernah dijalankan pada

masa Dinasti Han. Berdasarkan penjelasan mengenai Jalur Sutra Kuno dan jalur

dalam OBOR nampaknya tidak berbeda jauh di mana keduanya sama-sama

menghubungkan wilayah Barat dan Timur. Namun, yang membedakannya adalah

Jalur Sutra Kuno hanya berupa jalur pertukaran atau perdagangan sedangkan

OBOR membangun jaringan perdagangan disertai dengan pembangunan

infrastruktur dan konektivitas transportasi.

Dalam mendukung berjalannya kebijakan OBOR, Tiongkok akan

memberikan bantuan pembangunan infrastruktur yang berupa investasi kepada

negara-negara yang terlibat, seperti misalnya dengan pembangunan jalur kereta

api, pelabuhan dan lainnya. Melalui kebijakan OBOR nampaknya semangat

Tiongkok sangat besar untuk membangun kerja sama di dalamnya. Hal tersebut

dapat dilihat dalam Dialog Penguatan Kemitraan Konektivitas, pada tanggal 8

November 2014, Xi Jinping mengumumkan bahwa Tiongkok akan

menginvestasikan 40 miliar USD melalui Silk Road Infrastructure Fund. Adapun

investasi tersebut ditujukan sebagai dukungan untuk pembangunan infrastruktur,

pengembangan sumber daya, kerja sama industri, dan proyek-proyek yang

disesuaikan dengan kebutuhan negara-negara yang terlibat di sepanjang jalur

dalam OBOR.75

Tidak hanya itu, pendanaan dari Tiongkok juga akan disalurkan melalui

75 Hermaputi Roosmayri Lovina, Gong Jiajia dan Hua Chen, Review of “The Chinese Belt and

Road Initiative”: Indonesia-China Cooperation and Future Opportunities for Indonesia’s Port

Cities Development, Journal of Regional and City Planning, Volume 28, No 3, Desember

2017:161-177, hal. 164.

59

beberapa bank besar seperti dalam China’s Silk Road Fund sebesar 40 miliar

USD, melalui Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebanyak 100 miliar

USD, dan 59 miliar USD melalui World Bank (WB). Besarnya dana yang akan

dikeluarkan untuk menunjang implementasi proyek OBOR diperkirakan akan

mencapai angka 1,3 triliun USD. Pendanaan ini akan disalurkan kepada

negara-negara yang terlibat dalam OBOR, dan mayoritas investasi telah

disalurkan di benua Asia.76

Seiring perkembangan OBOR sejak dicetuskan pertama kali pada tahun

2013 hingga 2018, tercatat bahwa OBOR telah mendapatkan dukungan lebih dari

100 negara dan organisasi internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB). Selain itu, terdapat lebih dari 50 negara telah menandatangani perjanjian

kerja sama dengan Tiongkok, termasuk keterlibatan negara-negara tersebut dalam

pembangunan proyek dalam OBOR.77

Adapun secara keseluruhan, proyek-proyek dalam OBOR akan mencakup

sekitar 4,4 miliar populasi dunia dan juga mencakup sekitar 21 triliun USD

kegiatan ekonomi dunia. 78 Melihat hal tersebut, dapat dikatakan bahwa

pembangunan jalur dalam OBOR ini dianggap akan mampu meningkatkan arus

perdagangan internasional.

76 David Tweed, Loc. Cit., 77 The Belt and Road, Belt and Road Portal, diakses dalam

https://eng.yidaiyilu.gov.cn/ztindex.htm (03/01/2019, 20.32 WIB). 78 Hermaputi Roosmayri Lovina, Gong Jiajia, dan Hua Chen, Loc. Cit.,

60

2.3.2 Tujuan Utama dalam One Belt One Road

Kebijakan OBOR akan menjadi sarana kerja sama yang paling luas. Hal

itu tidak terlepas dari banyaknya negara yang terlibat dalam OBOR beserta

dengan pendanaan yang besar di dalamnya. Adapun kebijakan OBOR Tiongkok

memiliki lima tujuan yang diutamakan atau ingin dicapai melalui kerja sama

yang dibangun dalam OBOR, yakni koordinasi kebijakan, konektivitas fasilitas,

perdagangan bebas, integrasi finansial, dan ikatan antar masyarakat.

a. Koordinasi Kebijakan (Policy Coordination)

Koordinasi kebijakan menjadi salah satu hal yang penting dalam

mengimplementasikan OBOR. Hal ini dikarenakan koordinasi kebijakan berarti

negara-negara yang terlibat dalam OBOR secara bersama-sama akan merumuskan

rencana pembangunan dan strategi dalam menjalankan kerja sama, menyelesaikan

masalah kerja sama melalui konsultasi, dan saling memberikan dukungan

kebijakan agar tercapainya proyek yang direncanakan.79

Maka dari itu, negara-negara di sepanjang jalur akan mempromosikan

kerja sama antar pemerintah, membentuk pertukaran kebijakan makro

multi-pemerintah, memperluas kepentingan bersama dan mekanisme

komunikasi.80 Singkatnya, koordinasi kebijakan bermaksud untuk menyelaraskan

kepentingan dan meningkatkan kepercayaan antar pihak atau negara yang terlibat.

79 The Belt and Road Initiative, HKTDC, diakses dalam

http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt-and-Road-Initiative/The-Belt-and-Road-Initiative/obor/en/1/1X000000/1X0A36B7.htm (04/01/2019, 10.27 WIB). 80 Helen Chin, et. al, 2015, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk

Road, Kowloon: Fung Business Intelligence Centre, hal. 6, diakses dalam

https://www.fbicgroup.com (03/01/2019, 22.05 WIB).

61

b. Konektivitas Fasilitas (Facilites Connectivity)

Tujuan dari konektivitas fasilitas antar negara-negara di sepanjang jalur

sangat penting untuk mendukung keberhasilan OBOR. Negara-negara sepanjang

jalur baik darat maupun laut akan fokus pada pembangunan fasilitas untuk

memperoleh konektivitas yang lebih luas, seperti menghubungkan bagian jalan

yang tidak terhubung, menghilangkan hambatan transportasi serta memperluas

pertukaran informasi. Adapun negara-negara di sepanjang jalur OBOR juga akan

saling menyelaraskan dan meningkatkan konektivitas infrastruktur yang berupa

pembangunan jalan raya, jalur kereta api, jaringan energi, kerja sama dalam bidang

penerbangan dan pelabuhan serta jaringan komunikasi.81

Selain itu, dalam tujuan ini OBOR juga mempromosikan pembangunan

infrastruktur hijau dan rendah karbon. Salah satu bentuk jaringan infrastruktur

dalam konektivitas fasilitas ini dengan membangun sebuah koridor transportasi

dari Pasifik menuju Laut Baltik dan dari Asia Tengah menuju Samudra Hindia.82

Singkatnya, konektivitas fasilitas adalah salah satu upaya untuk memperkuat

koneksi jalan penghubung bagi negara-negara dalam OBOR.

c. Perdagangan Bebas (Unimpeded Trade)

Perdagangan bebas dan kerja sama investasi merupakan tugas inti dalam

OBOR. Hal itu berarti, negara-negara di sepanjang jalur OBOR akan

meningkatkan kerja sama di bidang-bidang seperti pertukaran informasi, saling

81 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, The State Council, The People’s Republic of China, diakses dalam

http://english.gov.cn/archive/publications/2015/03/30/content_281475080249035.htm

(09/01/2019, 20.41 WIB). 82 Kharisma Medina, Op. Cit., hal. 43.

62

membantu dalam penegakan hukum, mempermudah kegiatan perdagangan dan

investasi, serta mempromosikan integrasi ekonomi. Selain itu, negara-negara yang

terlibat juga akan menurunkan hambatan non-tarif dan meningkatkan transparansi

langkah-langkah teknis perdagangan.83

Dalam tujuan perdagangan bebas hambatan ini akan memperluas area

investasi di bidang energi non-fosil dan mempromosikan kerja sama dalam

teknologi informasi baru. 84 Singkatnya, tujuan ini akan memperluas dan

meningkatkan arus perdagangan dan investasi yang tidak terbatas serta

memperbaiki struktur perdagangan.

d. Integrasi Finansial (Financial Integration)

Integrasi finansial menjadi rencana penting dalam pelaksanaan OBOR.

Upaya yang akan dilakukan dalam tujuan ini ialah negara-negara di sepanjang

jalur darat dan laut akan memperkuat kerja sama keuangan dan meningkatkan

upaya untuk membangun stabilitas mata uang, sistem investasi dan sistem

informasi kredit di Asia. Tiongkok akan memberikan obligasi kepada pemerintah

negara-negara yang terlibat sesuai dengan kesepakatan bersama dan di sisi yang

sama lembaga dan perusahaan keuangan Tiongkok akan didorong untuk

menerbitkan obligasi dalam mata uang yuan atau mata uang lainnya.85

Singkatnya, OBOR akan memperkuat kerjasama keuangan, dengan

perhatian khusus pada penyelesaian mata uang yang dapat mengurangi biaya

83 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, Loc. Cit., 84 Helen Chin, Op. Cit., hal. 7. 85 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, Loc. Cit.,

63

transaksi dan mengurangi risiko finansial, memperdalam kerjasama keuangan

baik secara bilateral maupun multilateral, mengatur lembaga keuangan

pembangunan daerah, memperkuat kerja sama dalam memantau dan

meningkatkan kemampuan mengelola risiko keuangan.86

e. Ikatan Antar Masyarakat (People-to-People Bond)

OBOR tidak hanya berupa kerja sama ekonomi melainkan juga terdapat

proyek mempromosikan pertukaran budaya, pendidikan, pariwisata, pencegahan

penyakit, dan kerja sama dalam penelitian teknologi. Dalam hal ikatan antar

masyarakat, akan dilakukan pertukaran budaya yang lebih menekankan pada

pertukaran pemuda seperti sukarelawan untuk saling berbagi pengetahuan tentang

warisan budaya masing-masing negara melalui festival seni. Dalam hal pendidikan,

Tiongkok akan menyediakan beasiswa pemerintah untuk negara-negara di

sepanjang jalur OBOR.87

Kemudian Tiongkok juga berkeinginan agar negara-negara di sepanjang

jalur dalam OBOR untuk saling mempromosikan pariwisata seperti produk wisata

internasional bertema jalur sutra. Selain itu, negara-negara yang terlibat juga

diharapkan mampu saling berbagi informasi dan teknologi serta pencegahan dan

pengobatan penyakit untuk mengatasi keadaan gawat darurat di dalam

masyarakat.88

Singkatnya, tujuan ikatan antar masyarakat ialah berfokus pada

86 Helen Chin, Loc. Cit., 87 Kharisma Medina, Op. Cit., hal. 45. 88 Ibid.,

64

meningkatkan pertukaran dan kerja sama internasional antara budaya,

memperkuat interaksi antar masyarakat dari berbagai negara, meningkatkan rasa

saling pengertian dan semangat kerja sama persahabatan.89 Hal tersebut dilakukan

untuk terciptanya lingkungan yang harmonis.

2.4 Jalur dalam One Belt One Road Tiongkok

Pada Sub-Bab ini, penulis akan menjabarkan dua jalur dalam kebijakan

OBOR yang meliputi awal mula diperkenalkannya kedua jalur tersebut, tujuan

masing-masing jalur, ruang lingkup wilayah yang dilewati kedua jalur beserta

dengan contoh gambar peta masing-masing jalur.

2.4.1 New Silk Road Economic Belt

Kebijakan OBOR memiliki dua jalur di dalamnya, salah satunya ialah

jalur darat yang lebih dikenal dengan sebutan New Silk Road Economic Belt atau

dalam Bahasa Indonesia Sabuk Ekonomi Jalur Sutra Baru. Konsep itu sendiri

pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Xi Jinping melalui pidato

kunjungannya di Asia Tengah yakni tepatnya di Astana, Kazakshtan pada bulan

September 2013.90 Melalui kunjungan tersebut, OBOR mulai dikenal di lingkup

internasional dan mulai menjadi bahan perbincangan.

Dalam kunjungannya di Universitas Nazarbayev Kazakhstan, Xi Jinping

mengusulkan agar Tiongkok dan Asia Tengah dapat bersama-sama membangun

New Silk Road Economic Belt untuk meningkatkan kerja sama antar kedua belah

89 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit., 90 Ni Putu Saraswati Puspita Dewi, Op. Cit., hal. 20.

65

pihak. Adapun melalui pidatonya, Xi Jinping mengatakan bahwa :

“To forge closer economic ties, deepen cooperation and expand

development in the Euro-Asia region, we should take an innovative

approach and jointly build an ’economic belt’ along the silk road.

This will be a great undertaking benefitting the people of all

countries along the route”.91

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa Tiongkok ingin

mempererat kerja sama dan memperluas pembangunan di kawasan Eurasia

melalui OBOR. Kerja sama yang ingin dibangun oleh Tiongkok akan

memberikan keuntungan bagi semua negara-negara yang terlibat di sepanjang

jalur dalam OBOR. Adapun Tiongkok juga berkomitmen untuk mempromosikan

hubungan dan kerja sama dengan Asia Tengah, serta menyerukan kolaborasi yang

lebih praktis.

Adapun rencana pembangunan New Silk Road Economic Belt (SREB)

dapat dikatakan sebagai prospek yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang

sangat besar terhadap negara-negara Eurasia. Rencana tersebut dibentuk dengan

tujuan untuk membantu negara-negara Eurasia, terutama negara-negara di

kawasan Asia Tengah agar dapat berkembang cepat dalam hal ekonomi bersama

Tiongkok. Singkatnya, SREB adalah kerja sama win-win bagi Asia Tengah dan

Tiongkok itu sendiri.92

SREB sendiri memiliki tiga tujuan yakni, (1) memperluas dan

menghubungkan jaringan transportasi dan pasar, (2) meningkatkan kapasitas

produksi Eurasia, dan (3) memfasilitasi transit barang, modal, energi, bahan

91 President Xi’s Speech at Nazarbayev University, diakses dalam

http://china.org.cn/business/2014-06/11/content_32634034.htm (05/01/2019, 22.13 WIB). 92 Peiyue Li, et. al. Building a New and Sustainable “Silk Road Economic Belt”, Journal of

Environmental Earth Sciences, Volume 74, No 10, 2015:7267-7270, hal. 7267.

66

mentah, termasuk juga pertukaran informasi dan budaya. Tiongkok berencana

untuk mendukung terlaksananya SREB akan memberikan investasi besar dalam

pembangunan seperti jalan raya, kereta api, dan transportasi udara, disertai

dengan fasilitas tambahan seperti jaringan listrik, jaringan pipa energi dan kabel

serat optik berkecepatan tinggi.93

Singkatnya, jalur darat dibangun dengan maksud untuk mempromosikan

kerja sama ekonomi dengan cara menghubungkan negara-negara Eurasia melalui

berbagai proyek yang difokuskan pada pengembangan infrastruktur dan

konektivitas, disertai dengan koordinasi rencana pembangunan nasional dan

regional. Hal inilah yang nantinya akan memperkuat kerja sama antara Tiongkok

dan Eurasia. Berikut merupakan contoh gambar jalur darat (SREB) dalam

kebijakan OBOR.

93 Richard Ghiasy dan Jiayi Zhou, 2017, The Silk Road Economic Belt Considering Security

Implications and EU-China Cooperation Prospects, Sweden: SIPRI, hal. 2.

67

Gambar 2.3 Peta Jalur New Silk Road Economic Belt

Sumber : https://www.bloomberg.com/quicktake/china-s-silk-road diakses pada tanggal 2 Januari

2019.

Berdasarkan pada gambar di atas, garis lurus yang berwarna biru adalah

jalur Silk Road Economic Belt. Rencana pembangunan SREB nantinya akan

menghubungkan Tiongkok ke Eropa melalui Asia Tengah dan Rusia,

menghubungkan Tiongkok dengan Timur Tengah melalui Asia Tengah, serta

menyatukan Tiongkok dan Asia Selatan.94 Maka dari itu, dapat diketahui bahwa

jalur SREB akan melewati beberapa negara di Asia Tengah dan Eropa Utara.

Singkatnya jalur ini mengikuti pola yang sama dengan jaur darat dalam Jalur

Sutra Kuno Tiongkok, namun SREB lebih modern karena disertai dengan

jaringan listrik, pipa gas dan lainnya.

Secara umum, SREB terdiri dari berbagai proyek besar yaitu

pembangunan jaringan kereta api, jalan raya, jaringan energi seperti pipa gas,

94 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit.,

68

minyak, dan pengembangan infrastruktur lainnya. Selain itu, SREB akan

berfokus pada pengembangan koridor ekonomi Tiongkok-Mongolia-Rusia,

Tiongkok-Asia Tengah-Asia Barat, Semenanjung Tiongkok-Indochina,

Tiongkok-Pakistan, Bangladesh-Tiongkok-India-Myanmar dan Eurasian Land

Bridge. Dengan begitu, rencana pembangunan koridor ekonomi dalam SREB

akan berujung pada bersama-sama membangun jembatan penghubung antara

negara satu dan yang lain dengan mengambil keuntungan dari rute transportasi

internasional serta mengandalkan kota-kota penting di Tiongkok dan

negara-negara yang terlibat lainnya.95 Jalur koridor diatas dapat dilihat melalui

gambar sebagai berikut.

Gambar 2.4 Koridor Ekonomi dalam SREB

Sumber :https://www.lehmanbrown.com/wp-content/uploads/2017/08/The-Belt-and-Road-Initiati

ve.pdf diakses pada tanggal 19 Januari 2019.

95 One Belt One Road, Bank of China, diakses dalam

https://globalmaritimehub.com/wp-content/uploads/attach_715.pdf (14/01/2019, 21.09 WIB).

69

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa koridor

Tiongkok-Mongolia-Rusia akan berawal dari Tiongkok bagian Utara ke wilayah

Timur Rusia, koridor Tiongkok-Asia Tengah-Asia Barat membentang dari

wilayah Barat Tiongkok ke Turki, koridor Semenanjung Tiongkok-Indochina

akan berawal dari Tiongkok Selatan ke Singapura, koridor Tiongkok-Pakistan

akan menghubungkan Barat Daya Tiongkok ke Pakistan, koridor

Bangladesh-Tiongkok-India-Myanmar akan membentang dari Tiongkok Selatan

ke Myanmar dan Eurasian Land Bridge akan membentang dari wilayah Tiongkok

Barat ke Rusia Barat. Koridor-koridor ini yang akan menghubungkan klaster

industri dan energi.96

Proyek-proyek dalam OBOR bukan hanya rencana belaka, melainkan

secara bertahap Tiongkok telah meluncurkan investasi sebesar 60 miliar USD di

bidang infrastruktur dan energi di wilayah barat Tiongkok. Hasilnya ialah ribuan

kilometer jalan raya di Kazakhstan, kereta api berkecepatan tinggi telah dibangun

di Iran dan Afrika Timur, jaringan transmisi listrik, jaringan pipa gas dan minyak,

serta saluran telekomunikasi telah terpasang di Asia Tengah.97 Terbangunnya

pelabuhan di Pakistan dan Sri Lanka, serta sebuah taman industri yang

difokuskan pada bisnis teknologi tinggi di Belarus.98

Selanjutnya, terdapat pembangunan jalur kereta api yang akan melewati

daerah-daerah Jalur Sutra Kuno, yakni kereta api berkecepatan tinggi yang akan

menghubungkan bagian Timur dan Tengah Tiongkok dengan bagian Barat

96 Weiping Li dan Daxiang Jin, On the Design of Financial Products Along OBOR, The Journal of Finance and Data Science, Volume 4, No 1, Februari 2018:55-70, hal. 57. 97 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit., 98 The New Silk Road, The New Silk Road Project, diakses dalam

https://www.thenewsilkroadproject.com/the-new-silk-road/ (20/01/2019, 21.23 WIB).

70

Tiongkok. Melalui kota-kota utama di Kazakhstan yaitu Almaty dan Astana ke

Laut Kaspia hingga Rusia dan Turkmenistan, Iran dan Turki ke Eropa. Adapun

pada bulan Januari 2016, jalur kereta api terpanjang antara Tiongkok dan Eropa

secara resmi dibuka untuk layanan. Dengan adanya jalur kereta api tersebut

terbukti telah meringkas waktu yang diperlukan dari sebelumnya dimana

menggunakan kapal membutuhkan waktu selama enam minggu sedangkan

menggunakan jalur kereta tersebut hanya dalam waktu tiga minggu .99

2.4.2 21st Century Maritime Silk Road

Jalur kedua dalam OBOR ialah 21st Century Maritime Silk Road (MSR)

atau Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Jalur MSR sendiri fokus dalam

pembangunan rute transportasi laut yang aman dan efisien dengan

menghubungkan pelabuhan-pelabuhan laut yang utama di sepanjang jalur laut

dalam OBOR.100 Dengan adanya konsep jalur MSR Tiongkok berkeinginan agar

memperluas dan meningkatkan interaksi Tiongkok dengan Asia Tenggara,

Samudra Hindia, Laut Arab hingga Mediterania ke Eropa.101

Adapun jalur MSR pertama kali diperkenalkan oleh Xi Jinping saat

menghadiri KTT APEC ke-21 di Indonesia pada tanggal 3 Oktober 2013. Xi

Jinping menyampaikan pidato dengan judul “Constructing Jointly the

China-ASEAN Community of Common Destiny”. Xi Jinping menyampaikan

99 Aleksandar Jankovic, New Silk Road-New Growth Engine, Journal of The Review of

International Affairs, Volume LXVII, No 1161, Januari-Maret 2016:5-19, hal. 10. 100 The Belt and Road, Belt and Road Portal, Loc. Cit., 101 Troy Sternberg, et. al, Central Asian ‘Characteristics’ on China’s New Silk Road: The Role of

Landscape and the Politics of Infrastructure, Journal of Land (MDPI), Volume 6, No 55, Agustus

2017:1-16, hal. 1.

71

bahwa :

“In order to build the new "maritime silk road", China will

strengthen maritime cooperation with ASEAN countries "to make

good use of the China-ASEAN Maritime Cooperation Fund set up

by the Chinese government". Xi underscored the "shared destiny"

of China and ASEAN members, saying that China was ready to

open itself wider to ASEAN countries and enable ASEAN countries

to benefit more from China's development.”102

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diartikan bahwa Tiongkok

mengajak dan ingin memperkuat kerja sama maritim dengan negara-negara

ASEAN melalui jalur MSR dalam OBOR. Tiongkok berkeinginan agar

negara-negara di kawasan Asia Tenggara mendapatkan sejumlah manfaat atau

keuntungan dari pembangunan Tiongkok.

Selain itu, jalur MSR juga diperkenalkan oleh Li Keqiang yang

merupakan Perdana Menteri Tiongkok dalam pertemuan KTT ASEAN+RTT

ke-16 di Brunei Darussalam pada tanggal 9 Oktober 2013. Dalam pidato Li

Keqiang menyatakan bahwa :

“To steadily promote maritime cooperation. To join hands building

the "Maritime Silk Road" in the 21st century, and to focus on

implementing cooperation on maritime economy, maritime

connectivity, environmental protection, scientific research, search

and rescue as well as fishery.”103

Berdasarkan pidato Li Keqiang, dapat dipahami bahwa Tiongkok

102 President Xi’s Statements on the Belt and Road Initiative, diakses dalam

http://www.scio.gov.cn/31773/35507/35520/Document/1548585/1548585.htm (12/01/2019, 22.34

WIB). 103 Premier Li Keqiang Attends the 16th ASEAN-China Summit, Stressing to Push for Wide-ranging, In-depth, High-level, All-dimensional Cooperation between China and ASEAN and

Continue to Write New Chapter of Bilateral Relations, Embassy of The People’s Republic of

China in the Cooperative Republic of Guyana, diakses dalam

http://gy.china-embassy.org/eng/zgyw/t1088098.htm (12/01/2019, 13.51 WIB).

72

mengajak negara-negara di Asia Tenggara untuk bersama-sama membangun jalur

MSR guna memperdalam kerja sama dan hubungan bertetangga yang baik. Kerja

sama yang dimaksud adalah fokus pada pembangunan ekonomi dan untuk

memperluas keuntungan bersama. Maka dari itu, Tiongkok dan ASEAN harus

mengambil langkah strategis untuk mendorong kerja sama yang mendalam dan

luas.104

Pada saat diperkenalkan pertama kali, jalur MSR secara umum hanya

berorientasi pada kerja sama dengan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara

(ASEAN) dan ruang lingkup geografisnya tidak di definisikan secara jelas.

Namun, seiring perkembangannya, dokumen resmi tentang MSR

mengidentifikasikan fokus awal yang berpusat di Asia Tenggara akan mencakup

wilayah Pasifik Selatan, Laut Mediterania, dan Atlantik bahkan pada bulan Juni

2017, Tiongkok telah memperluas jangkauan MSR dengan memasukkan

Samudra Arktik ke dalam MSR, atau juga dapat disebut sebagai “Jalan Sutra

Kutub”.105

Adapun jalur MSR akan menghubungkan Tiongkok dan Barat melalui

laut dengan melewati koridor transportasi yang menghubungkan Pasifik ke

Samudra Hindia dan Mediterania. Jalur MSR itu sendiri akan berawal dari

pelabuhan Tiongkok Selatan dan melintasi Laut China Selatan dan Selat Malaka

menuju ke Samudra Hindia. Seperti halnya dengan Jalur Darat, Jalur Maritim

juga memiliki tujuan untuk memperkuat kerja sama antara Tiongkok dan

104 Ibid., 105 Richard Ghiasy, Fei Su dan Lora Saalman, 2018, The 21st Century Maritime Silk Road

Security Implications and Ways Forward for the European Union, Sweden: SIPRI, hal. 2.

73

negara-negara lain.106

Singkatnya, MSR akan menghubungkan Tiongkok dengan Teluk Persia

(Timur Tengah), Laut Merah dan Suez (Eropa) dan juga Teluk Aden (Afrika).

Jalur MSR itu sendiri melewati lebih dari 20 negara dan wilayah yang

menyumbang hampir 18 persen dari perdagangan luar negeri Tiongkok. Pada

cakupan yang lebih luas, selain transportasi dan perdagangan, MSR juga

mempromosikan sejumlah proyek infrastruktur bersama, seperti renovasi dan

pembangunan pelabuhan besar serta terminal untuk lalu lintas peti kemas,

misalnya, pelabuhan radar di Pakistan, pelabuhan di Sri Lanka dan lainnya.107

Berikut merupakan peta Jalur Maritim dalam OBOR.

Gambar 2.5 Peta Jalur 21st Century Maritime Silk Road

Sumber : http://www.spiegel.de/international/world/bild-1110735-1045813.html diakses pada

tanggal 2 Januari 2019.

106 Ibid., 107 Aleksandar Jankovic, Op. Cit., hal. 12.

74

Apabila dilihat dari gambar peta di atas tidak heran jika Tiongkok pertama

kali memperkenalkan konsep The 21st Century Maritime Silk Road di kawasan

Asia Tenggara, mengingat terdapat banyak negara di Asia Tenggara yang akan

dilewati melalui jalur laut. Adapun gambar di atas juga memperlihatkan bahwa

MSR akan menghubungkan jalur pelayaran historis Tiongkok yakni melalui

pelabuhan di Fujian melewati Laut China Selatan, Selat Malaka, Teluk Bengal,

Samudra Hindia, Teluk Aden, Laut Merah, Terusan Suez hingga ke Laut Tengah.

Jalur laut tersebut akan menghubungkan negara-negara di pantai Afrika Timur.108

Adapun Tiongkok dalam MSR juga merencanakan kerjasama di bidang

keamanan yakni memberantas pembajakan di laut, pariwisata, budaya, dan

sebagainya. Ini juga bisa menjadi alat yang berguna untuk meredakan ketegangan

atas perselisihan wilayah di wilayah LCS. Lebih jauh lagi, hal itu mungkin juga

dimaksudkan untuk pengurangan kendala navigasi laut yang pernah dihadapi

Tiongkok di masa lalu.109

Dalam rencana pembangunan OBOR sangat terkait dengan dukungan

ekonomi dan keuangan dari AIIB untuk implementasi proyek dalam MSR

maupun SREB. Kebijakan OBOR telah memberikan peluang ekonomi kepada

negara-negara yang terlibat untuk mengakses dana dalam implementasi

infrastrukturnya. 110 Lebih lanjut mengenai alasan mengapa Tiongkok

mengembangkan jalur dalam OBOR akan di bahas pada Bab berikutnya.

108 Iqbal Ramadhan, China’s Belt Road Initiative: Dalam Pandangan Teori Geopolitik Klasik,

Intermestic: Journal of International Studies, Volume 2, No 2, Mei 2018:139-155, hal. 141. 109 Ibid., 110 Ephraim Abele Kayembe, The 21st Century Maritime Silk Road And China’s Engagement

With Asean : Is It China’s Shift Fromuse Of Hard Power To Strategic Smart Power With Chinese

Characteristics?, Journal of Humanities and Social Science, Volume 22, No 1, Januari 2017:45-52,

hal. 49.