BAB II GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROADeprints.umm.ac.id/47204/3/BAB II.pdf · perdagangan sutra ke...
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROADeprints.umm.ac.id/47204/3/BAB II.pdf · perdagangan sutra ke...
40
BAB II
GAMBARAN UMUM ONE BELT ONE ROAD
Bab ini akan membahas mengenai One Belt One Road (OBOR). Diawali
dengan pembahasan tentang sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok, pertumbuhan
ekonomi Tiongkok sejak 1978, gambaran tentang kebijakan OBOR Tiongkok
secara umum beserta dengan prioritas atau tujuan utama dalam kerja sama yang
ingin dicapai melalui OBOR. Selain itu, dijabarkan pula dua konsep atau jalur
dalam OBOR yakni New Silk Road Economic Belt dan 21st Century Maritime Silk
Road. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai kebijakan
(OBOR) Tiongkok kepada para pembaca.
2.1 Sejarah Jalur Sutra Kuno Tiongkok
Pada dasarnya Jalur Sutra Kuno yang dikenal saat ini tidak memiliki nama
tertentu, hanya dikenal sebagai jalur yang menghubungkan antara wilayah Timur
dan Barat. Istilah “Jalur Sutra” baru dikenal setelah jalur tersebut tidak lagi
beroperasi, tepatnya pada pertengahan abad ke 19. Jalur tersebut diperkenalkan
dalam Bahasa Jerman dengan istilah die Seidenstrasse yang memiliki makna
Jalur Sutra dalam Bahasa Indonesia. Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh
Baron Ferdinand von Richthofen yang merupakan seorang ahli geografi asal
Jerman yang terkenal. Alasan dari pemberian nama tersebut dikarenakan kain
sutra merupakan produk yang paling utama dalam kegiatan perdagangan di
41
sepanjang Jalur Sutra.43 Sejak saat itu hingga sekarang penggunaan istilah Jalur
Sutra terus digunakan dan dikenal secara luas oleh masyarakat.
Adapun produk kain sutra yang menjadi komoditas dalam Jalur Sutra
Kuno dikarenakan pada awalnya Tiongkok terkenal sebagai negara produsen kain
sutra terbaik dan terus berkembang hingga mencapai puncaknya pada masa
Dinasti Han (206 SM - 220 M). Sejak saat itu keindahan kain sutra mulai dikenal
negara-negara lain. Oleh karena itu Dinasti Han berinisiatif untuk memperluas
dan menyebarkan kain sutra buatan Tiongkok dengan cara melakukan kegiatan
perdagangan sutra ke luar negeri terutama ke wilayah Barat melalui
pedagang-pedagang yang menggunakan karavan.44 Hal tersebut menandakan
awal mula terbentuknya Jalur Sutra Kuno.
Namun, dalam perjalanan pedagang Tiongkok ke Barat, mereka sering
menghadapi hambatan oleh suku-suku kecil atau juga dikenal dengan sebutan
suku Nomad yang berada di Asia Tengah. Mereka ingin mengambil barang
berharga para pedagang, mengingat kain sutra merupakan komoditas yang
bernilai tinggi. Dengan demikian, untuk melindungi dan menjamin keamanan
perdagangan, kaisar Han mengutus seorang Jenderal yang bernama Zhang Qian
yang pada saat itu menjabat sebagai duta kekaisaran Tiongkok.45
Adapun tujuan diutusnya Jenderal Zhang Qian ialah sebagai utusan untuk
membangun hubungan baik dengan negara-negara di Asia Tengah. Perjalanan
43 Struan Reid, 1994, The Silk and Spice Routes, Cultures and Civilizations, Halifax: UNESCO
Publishing, hal. 6-8. 44 Rahmat Fajar, 2013, Interaksi Agama-agama di Sepanjang Jalur Sutera Pada Masa Dinasti
Han (206SM-220M), Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Perbandingan Agama, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 1. 45 Ibid., hal. 2.
42
Zhang Qian pada 138 SM menandakan terbukanya jalan dari Tiongkok ke
wilayah Barat dengan menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di
sepanjang Jalur Sutra Kuno. Kemudian, Jalur Sutra menjadi jalur perdagangan
luar negeri yang paling aman karena dilindungi kekaisaran.46 Sejak saat itu,
banyak para pedagang mulai melintasi Jalur Sutra untuk berdagang dari Tiongkok
ke Barat dan juga sebaliknya.
Pada saat itu, Jalur Sutra Kuno menjadi jalur perdagangan tersibuk yang
berawal dari daratan Tiongkok yakni Kota Xi'an (dulu dikenal dengan nama
Chang’an) di wilayah Timur dan berakhir di Mediterania wilayah Barat. Jalur ini
juga menghubungkan Tiongkok dengan Kekaisaran Romawi. Pada awalnya,
antara Tiongkok dan Barat saling tidak mengenal satu sama lain, namun dengan
hadirnya Jalur Sutra menandakan awal mula pertukaran budaya, pikiran dan
kepercayaan (agama) antara kedua wilayah tersebut.47
Seiring dengan berjalannya waktu, Jalur Sutra Kuno semakin
berkembang dan terbentang luas puluhan ribu kilometer. Kegiatan perdagangan
dalam Jalur Sutra tidak terbatas hanya perdagangan kain sutra saja, melainkan
terdapat produk perdagangan lainnya, seperti emas, rempah-rempah dan lainnya.
Selain itu, mengingat banyaknya negara-negara yang terlibat menjadikan jalur
tersebut sebagai rute lintas benua terbesar, terluas dan sebagai salah satu jalur
yang paling penting bagi kegiatan ekonomi, politik dan budaya antara Timur dan
46 B.R. Deepak, 2018, China’s Global Rebalancing and The New Silk Road, New Delhi: Springer, hal. 16. 47 Khairin Ulyani Tarigan, 2018, Implikasi Penerapan Sistem One Belt One Road (Jalur Sutra
Tiongkok) Terhadap Perdagangan Internasional di Indonesia, Skripsi, Medan: Jurusan Hukum
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, hal. 63.
43
Barat.48 Adapun masyarakat internasional yang sering melintasi rute ini biasanya
merupakan seorang pedagang, pelancong, utusan diplomatik serta penziarah
seperti biksu dan biarawan Buddha yang ingin menuju ke tempat-tempat suci
mereka.49
Perlu diketahui bahwa Jalur Sutra Kuno memiliki dua jalur utama yang
masing-masing terletak di bagian utara dan selatan. Jalur bagian selatan itu
sendiri berawal dari Dunhuang, Propinsi Gansu Tiongkok Barat Laut yang
menghubungkan Tiongkok ke wilayah Asia Tengah, Semenanjung Arab serta
beberapa negara di kawasan Eropa. Sedangkan Jalur Sutra bagian utara dimulai
dari Benteng Yumen, Dunhuang hingga mencapai wilayah Rusia di bagian Asia
Tengah dan bertemu pada titik bagian Jalur Sutra bagian selatan. Kemudian
kedua jalur tersebut dikatakan sebagai Jalur Sutra darat.50 Utamanya kegiatan
dalam jalur ini adalah kegiatan pelancongan, pertukaran budaya, dan
perdagangan kain sutra.
Selain itu, terdapat juga Jalur Sutra laut yang mengarah ke Laut Merah,
melintasi Samudra Hindia ke India, dan seterusnya ke pantai selatan Tiongkok.
Jalur laut ini digunakan sebagai jalur alternatif ketika jalur darat sudah tidak
begitu aman dibandingkan sebelumnya. Singkatnya jalur laut merupakan jalur
alternatif bagi Jalur Sutra untuk tetap menjalin hubungan antara Timur dan
Barat.51 Adapun peta dalam Jalur Sutra Kuno sebagai berikut.
48 B.R. Deepak, Op. Cit., hal. 15 49 Ibid., 50 Fitrah Nur Ihsaniyah, 2015, Peluang dan Tantangan Pengembangan Jalur Sutra Dalam
Diplomasi Ekonomi Tiongkok di Kawasan Asia Tengah, Skripsi, Makassar: Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, hal. 45. 51 Struan Reid, Op. Cit., hal. 11.
44
Gambar 1.1 Peta Jalur Sutra Kuno Tiongkok
Sumber : https://www.penn.museum/silkroad/exhibit_silkroad.php diakses pada tanggal 5 Januari 2019.
Berdasarkan pada gambar peta di atas, maka dapat diketahui bahwa rute
perjalanan dalam Jalur Sutra Kuno merupakan jalur yang menghubungkan
wilayah timur atau peradaban Tiongkok dengan wilayah Barat atau Kerajaan
Romawi sehingga tidak heran jika Jalur Sutra dikatakan sebagai jalur
perdagangan lintas benua terbesar yang pernah ada di dunia. Selain itu, dapat
dikatakan bahwa Jalur Sutra Kuno merupakan jalur yang paling sukses karena
jalur tersebut berhasil menjadi jalur dialog dan juga sebagai jembatan kerja sama
antara wilayah Timur dan Barat.52
Jalur Sutra Kuno juga dapat dikatakan sebagai jalur yang sangat sibuk
mengingat banyak masyarakat dari berbagai negara yang terlibat di dalamnya
baik karena urusan ekonomi maupun politik. Dengan begitu, keberadaan Jalur
52 Fitrah Nur Ihsaniyah, Op. Cit., hal. 46.
45
Sutra Kuno telah memberi manfaat terutama sebagai tempat mata pencaharian
orang-orang sekitarnya. Tidak hanya itu, terdapat banyak peristiwa-peristiwa
bersejarah yang telah terjadi dalam rute Jalur Sutra Kuno itu sendiri. Salah
satunya adalah penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra Kuno yang
dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Timur Laut India. Pedagang-pedagang
tersebut menyebarkan agama Buddha dengan cara berkhotbah, membangun kuil
dan tempat-tempat suci lainnya. Dengan demikian agama Buddha menyebar
dengan cepat hingga mencapai wilayah Tiongkok dan lainnya.53
Adapun dalam sejarahnya, Jalur Sutra Kuno mengalami beberapa kali
kemunduran sebelum pada akhirnya sudah tidak beroperasi lagi. Alasan yang
menyebabkan terhentinya kegiatan dalam Jalur Sutra Kuno yang paling utama
ialah karena adanya perubahan cuaca di daerah benua Eurasia yang kemudian
menyebabkan sebagian besar masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur mulai
berimigrasi ke wilayah lain. Sedangkan awal kemundurannya ialah dikarenakan
pada 760 M, Dinasti Tang telah kehilangan kendali atas Wilayah Barat yang
menyebabkan perdagangan di Jalur Sutra dihentikan. Namun, Jalur Sutra mulai
bangkit kembali pada abad ke 11 dan 12 M di masa Dinasti Yuan.54
Perlu diketahui bahwa bangkitnya kembali Jalur Sutra Kuno dikarenakan
peran Jenghis Khan yang berhasil menaklukkan negara-negara kecil, menyatukan
Tiongkok dan membangun kerajaan besar di bawah pemerintahannya. Periode
tersebut kemudian menjadi puncak perdagangan di sepanjang Jalur Sutra. Hal itu
53 Belief Systems Along the Silk Road, Center for Global Education, diakses dalam
https://asiasociety.org/education/belief-systems-along-silk-road (15/01/2019, 19.51 WIB). 54 Rahmat Fajar, Op. Cit., hal. 65.
46
dikarenakan tidak hanya mengenai kegiatan jual beli yang mendominasi Jalur
Sutra, melainkan juga terdapat pertukaran wilayah dan budaya antara Kekaisaran
Mongol, Asia Tengah dan Barat. Namun, pada 1453 M ketika kekaisaran
Bizantium jatuh ke tangan Turki kemudian menyebabkan Kekaisaran Ottoman
menutup Jalur Sutra dan memutus semua hubungan dengan Barat.55 Dengan
demikian, hal tersebut menandakan bahwa telah berakhirnya segala bentuk
perdagangan dan kegiatan lainnya dalam Jalur Sutra Kuno.
Setelah berakhirnya Jalur Sutra Kuno selama ratusan tahun yang lalu,
kemudian pada awal abad ke 20an, Tiongkok dibawah kepemimpinan Xi Jinping
berkeinginan untuk mengembangkan Jalur Sutra Kuno dengan memperluas rute
di dalamnya disertai dengan transportasi yang lebih modern dari sebelumnya. Hal
ini dilakukan guna memperkuat hubungan kerja sama Tiongkok dengan negara
lain yang telah dijalin sejak reformasi ekonomi Tiongkok. Adapun penjelasan
mengenai reformasi Tiongkok akan di jelaskan pada sub Bab selanjutnya.
2.2 Kebangkitan Ekonomi Tiongkok
Ketika berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi, tentunya Tiongkok
merupakan salah satu negara yang sering disebut-sebut sebagai negara dengan
pertumbuhan ekonomi tercepat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sebelum
membahas lebih lanjut mengenai pertumbuhan ekonomi Tiongkok, penulis ingin
memaparkan sedikit mengenai keterpurukan Tiongkok di masa lalu.
55 Andrew Chatzky dan James McBride, China’s Massive Belt and Road Initiative, Council on
Foreign Relations, diakses dalam
https://www.cfr.org/backgrounder/chinas-massive-belt-and-road-initiative (15/01/2019, 21.19
WIB).
47
Seperti yang telah kita ketahui Tiongkok pernah mengalami masa
terpuruknya pada masa pemerintahan Mao Zedong. Hal ini dikarenakan Tiongkok
saat itu terlihat membatasi diri (isolasionis) karena Tiongkok hanya menjalin
kerja sama dengan negara-negara yang memiliki ideologi yang sama dengannya
yakni komunis sehingga Tiongkok cenderung menjauhi Barat. Selain itu,
kebijakan-kebijakan Mao Zedong juga dapat dibilang kurang tepat dengan
lingkungannya.56
Namun tidak perlu menunggu waktu yang lama, dalam hitungan beberapa
tahun terakhir Tiongkok mulai menampakan dirinya sebagai negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di dunia. Kemudian, tidak jarang
Tiongkok sering disebut-sebut sebagai seekor naga yang telah bangun kembali
dari tidurnya.
Hal tersebut dilakukan guna membangkitkan bangsa Tiongkok dari
keterpurukannya. Adapun Tiongkok mulai aktif dalam perdagangan internasional
dan investasi asing seiring dengan di implementasikan Open Door Policy atau
lebih dikenal dengan sebutan reformasi ekonomi. Kebijakan tersebut dicetuskan
oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978. 57 Selanjutnya, dengan melakukan
reformasi ekonomi kemudian berhasil membuat Tiongkok menduduki posisi
kedua setelah Amerika Serikat dalam konteks pertumbuhan ekonomi yang berarti
Tiongkok berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Adapun, menurut World Bank (WB), sejak memulai reformasi ekonomi,
56 Ainun Jariah, Op. Cit., hal. 52. 57 Gregory C. Chow, Globalization and China’s Economic and Financial Development, CEPS
Working Paper No 115, September 2005, Princeton University, hal. 2.
48
Tiongkok telah bergeser dari ekonomi yang direncanakan secara terpusat ke
ekonomi berbasis pasar, perkembangan ekonomi dan sosial yang sangat cepat
juga terjadi di Tiongkok. Setelah mulai membuka diri terhadap investasi asing
dan mulai melakukan perdagangan internasional termasuk bergabung dalam
World Trade Organization (WTO), pertumbuhan ekonomi Tiongkok rata-rata
mencapai 10 persen pertahunnya. Selain itu, Tiongkok juga berhasil mencapai
tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs) dan memberikan kontribusi
besar terhadap pencapaian MDGs secara global.58
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberhasilan Tiongkok dalam
reformasi ekonomi itu tidak dapat dilepaskan dari partisipasi negara dalam proses
tersebut. Munculnya Tiongkok sebagai raksasa ekonomi adalah salah satu hasil
dari kebijakan pemerintah yang metodis dan berhati-hati serta secara bertahap
menciptakan ekonomi pasar yang lebih stabil. Dengan demikian, Tiongkok
memiliki peran cukup besar dalam ekonomi global, dikarenakan Tiongkok
menjadi salah satu negara yang berpengaruh paling besar dimana 35,2 persen
pertumbuhan ekonomi global berasal dari Tiongkok bahkan sering diprediksikan
akan mengalahkan posisi Amerika Serikat dalam aspek pertumbuhan ekonomi.
Tidak dapat dipungkiri juga, menurut laporan biro statistik pemerintah bahwa
pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada beberapa tahun terakhir masih tetap stabil
dan bahkan angka yang dicapai terkadang melampaui target pemerintah.59
Hal tersebut cukup membuktikan bahwa kontribusi utama dalam proses
58 The World Bank In China (Overview), The World Bank, diakses dalam http://www.worldbank.org/en/country/china/overview (29/01/2019, 21.27 WIB). 59 Agustina Melani, Ekonomi China Tumbuh 6,9 Persen pada Kuartal II, Liputan6, diakses dalam
http://www.liputan6.com/bisnis/read/3025057/ekonomi-china-tumbuh-69-persen-pada-kuartal-ii
(28/03/2018, 13.52 WIB).
49
modernisasi Tiongkok adalah Open Door Policy sehingga kebangkitan ekonomi
Tiongkok di tatanan global membuat meningkatnya kepercayaan diri Tiongkok
dalam hubungan internasional. Adapun penulis akan memberikan gambar
mengenai perkembangan ekonomi di Tiongkok, sebagai berikut.
Gambar 2.2 Pertumbuhan Ekonomi di Tiongkok (1978-2013)
Sumber :https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2013&locations=CN&star
t=1978 diakses pada tanggal 3 Februari 2019.
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
di Tiongkok dalam beberapa dekade ini terus meningkat terutama sejak
diberlakukannya Open Door Policy pada tahun 1978. Kemudian hal tersebut
membuat posisi ekonomi Tiongkok pada saat ini diurutan kedua setelah Amerika
Serikat, yang berarti Tiongkok berhasil menggeser Jerman dan Jepang yang
50
sebelumnya tingkat perekonomian mereka berada diatas Tiongkok.60
Namun dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dipandang
oleh para analis dan pejabat Barat sebagai ancaman. Mereka melihat Tiongkok
sebagai negara revisionis yang berpotensi menyaingi dominasi militer Amerika
khususnya di Asia.61 Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Tiongkok disini
dilihat oleh Barat sebagai cara Tiongkok untuk mencari hegemoni di dunia. Maka
dari itu Tiongkok berusaha untuk membuktikan pertumbuhannya bukan sebagai
ancaman dan disisi yang sama tetap mempertahankan pertumbuhan ekonominya
itu sendiri.
Dengan demikian, mempertimbangkan keberhasilan reformasi ekonomi
Tiongkok dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping. Nampaknya Xi Jinping juga
ingin membangun Tiongkok dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang
telah di bangun oleh Deng Xiaoping. Hal itu dilakukan dengan cara
memfokuskan pada komponen utama dari reformasi ekonomi yakni kerja sama
internasional sebagai kendaraan utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
Tiongkok.
Maka dari itu, untuk mewujudkan hubungan kerja sama antar negara
tersebut, Tiongkok memperkenalkan kembali Jalur Sutra yang pernah ada dalam
sejarah dimana akan membuka jalur perdagangan internasional yang sangat luas.
Jalur Sutra Kuno dihidupkan kembali melalui salah satu kebijakan luar negeri
Tiongkok. Kebijakan tersebut dicetuskan pada masa pemerintahan Xi Jinping
60 GDP (Current US$), The World Bank, diakses dalam
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2013&locations=CN&start=1978
(29/11/2018, 22.03 WIB). 61 Bonnie S. Glaser dan Evan S. Medeiros, Ibid.,
51
yang dikenal dengan OBOR. Adapun penjelasan mengenai OBOR akan di bahas
dalam sub Bab selanjutnya.
2.3 Kebijakan One Belt One Road Tiongkok
Seperti halnya masalah politik, ekonomi dan domestik, isu-isu kebijakan
luar negeri juga sering menjadi bahan perbincangan yang menarik, mengingat
perilaku suatu negara tercermin dari tindakan yang diambil melalui kebijakan luar
negerinya. Kebijakan luar negeri itu sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh suatu negara untuk dapat memenuhi kepentingan nasional atau
memperoleh keuntungan.62
Adapun, kebijakan luar negeri biasanya terdiri dari tujuan-tujuan dan
tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk mengarahkan keputusan dan
tindakan pemerintah menyangkut urusan-urusan eksternal, terutama dalam
hubungan antar satu negara dengan negara-negara lainnya.63 Singkatnya, suatu
kebijakan luar negeri merupakan sarana suatu negara untuk mencapai
kepentingannya.
Maka dari itu, terkait mengenai kebijakan luar negeri, OBOR sebagai
salah satu kebijakan luar negeri Tiongkok yang diprakasi oleh Presiden Xi
Jinping dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut juga memiliki beberapa
kepentingan yang ingin dicapai Tiongkok. OBOR sendiri dapat dikatakan sebagai
suatu inisiatif Tiongkok untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara
62 Jack C. Plano dan Roy Olton, 1999, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: Abardin, hal.
5. 63 Jackson Robert dan George Sorensen, Op. Cit., hal. 439.
52
tetangga dan lebih jauh juga untuk mempererat kerjasama yang saling
menguntungkan dengan negara-negara di kawasan Eropa, Asia dan Afrika.
Mengingat terdapat banyak negara yang akan terlibat dalam jalur kebijakan
OBOR tersebut.
2.3.1 Deskripsi Kebijakan One Belt One Road
Pada tahun 2013 Tiongkok mencetuskan kebijakan One Belt One Road
(OBOR) atau juga yang dikenal dengan sebutan Belt Road Initiative (BRI)
berasal dari bahasa Mandarin yakni “yi dai yi lu”. Kata OBOR itu sendiri dapat
dipahami “Belt” yang mengacu pada jalur darat dan “Road” merupakan jalur
laut. Adapun kedua rute tersebut lebih dikenal dengan istilah New Silk Road
Economic Belt dan 21st Century Maritime Silk Road.64 Baik rute darat maupun
rute laut dalam OBOR akan melibatkan banyak negara yang meliputi kawasan di
Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Timur, Eropa, Afrika, dan juga
Timur Tengah.
Adapun menurut Vision and Actions on Jointly the Silk Road Economic
Belt and 21st Century Maritime Silk Road yang secara resmi dikeluarkan pada
bulan Maret 2015 oleh Pemerintah Tiongkok bahwa negara-negara yang terlibat
dalam OBOR telah terhitung sebanyak 90 negara dan jumlah tersebut akan
bertambah karena OBOR terbuka bagi seluruh negara, organisasi internasional
64 Lily Kuo dan Niko Kommenda, What is China’s Belt and Road Initiative?, The Guardian,
diakses dalam
https://www.theguardian.com/cities/ng-interactive/2018/jul/30/what-china-belt-road-initiative-silk
-road-explainer (30/12/2018, 21.08 WIB).
53
dan regional. 65 Berikut merupakan daftar negara yang telah dipilih State
Infromation Center dalam Belt and Road Portal.
Tabel 2.1 Daftar Negara dalam OBOR
No Kawasan Negara
1 Asia Tengah Afganistan, Kazakhstan, Kirgizstan,
Tajikistan, Turkmenistan/Turkmenia,
Uzbekistan
2 Asia Tenggara Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia
Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand, Vietnam
3 Asia Selatan Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa,
Nepal, Pakistan, Sri Lanka
4 Asia Timur Korea Selatan, Mongolia, Tiongkok
5 Eropa Austria, Ceko, Hongaria, Polandia,
Rumania, Slovenia, Slowakia, Albania,
Bulgaria, Kroasia, Serbia, Yunani,
Belarus, Georgia, Lituania, Moldova,
Ukraina, Bosnia dan Herzegovina,
Makedonia, Montenegro, Estonia,
Latvia
6 Eropa-Asia Armenia, Azerbaijan, Russia
7 Afrika Etiopia, Kenya, Madagaskar, Somalia,
Rwanda, Ghana, Nigeria, Senegal,
Afrika Selatan
8 Timur Tengah dan Afrika
Utara
Arab Saudi, Bahrain, Irak, Iran, Israel,
Kuwait, Lebanon, Oman, Palestina,
Qatar, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab,
Yaman, Yordania, Mesir, Libya,
Maroko, Sudan
9 Amerika Selatan Bolivia, Guyana, Trinidad dan Tobago,
Uruguay
10 Amerika Tengah Dominika, Panama
11 Amerika Utara Antigua dan Barbuda
65 The Belt and Road Initiative: Country Profiles, Hong Kong Trade Development Council, diakses dalam
http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt-and-Road-Initiative/The-Bel
t-and-Road-Initiative-Country-Profiles/obor/en/1/1X3CGF6L/1X0A36I0.htm (01/01/2019, 21.52
WIB).
54
12 Oseania Niue, Papua Nugini, Selandia Baru,
Timor Leste Sumber : http://china-trade-research.hktdc.com diakses pada tanggal 1 Januari 2019.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa OBOR akan
menghubungkan benua Asia, Eropa, Afrika hingga Oseania dan Australia.
Adapun, sebagian besar negara yang terlibat di sepanjang jalur dalam OBOR
adalah negara berkembang. Hal tersebut dikarenakan Tiongkok berusaha untuk
mempersempit kesenjangan antara negara kaya dan miskin dengan membantu
negara-negara berkembang dalam pembangunan.66 Dalam upaya mempersempit
kesenjangan tersebut, melalui OBOR Tiongkok akan membantu negara-negara
berkembang untuk meningkatkan transportasi, produksi energi, dan juga
perdagangan.67 Berikut merupakan contoh gambar cakupan negara-negara yang
terlibat dalam OBOR.
66 Paulus Rudolf Yuniarto, China, Belit Road Initiative: Pembangunan Infrastruktur dan Perluasan Hegemoni Tiongkok di Dunia (Tinjauan Buku), Jurnal Kajian Wilayah, LIPI, Volume 8,
No 12, September 2017:163-168, hal. 165. 67 Judy Lu, How One Belt One Road Benefits Developing Countries, The Borgen Project, diakses
dalam https://borgenproject.org/one-belt-one-road-benefits/ (19/01/2019, 16. 47 WIB).
55
Gambar 2.2 Negara-negara yang Terlibat dalam OBOR
Sumber : The Potentials of Scientific and Industrial Collaborations in the Field of REE through
China’s Belt and Road Initiative (George Barakos dan Helmut Mischo, 2018).
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa negara-negara yang
banyak terlibat jalur darat dalam OBOR ialah kawasan Asia Tengah. Hal itu
dikarenakan secara historis wilayah yang terlibat dalam rute Jalur Sutra Kuno
Tiongkok terdiri dari negara-negara di kawasan Asia Tengah. Kawasan inilah
yang dahulu telah menjadi jembatan penghubung antara Tiongkok dan Barat. Hal
itu juga tidak terlepas dari kondisi geografis Tiongkok Barat yang menyatu
dengan Asia Tengah .68
Sedangkan jalur laut banyak melewati negara-negara di Asia Tenggara.
Hal tersebut dikarenakan sekitar 80 persen wilayah di Asia Tenggara berupa
wilayah lautan atau maritim. Selain itu, dengan adanya keberadaan Laut China
68 Rolly Jean Marten, Op. Cit., hal. 10.
56
Selatan (LCS) dan Selat Malaka membuat wilayah maritim Asia Tenggara
menjadi posisi strategis dalam pelayaran dan perdagangan internasional. Setiap
tahunnya terdapat puluhan ribu kapal komersial yang melewati perairan dan laut
di kawasan Asia Tenggara.69
Selain itu, gambar di atas juga menujukkan bahwa Tiongkok akan
merangkul banyak negara untuk mendukung dan terlibat dalam kebijakan OBOR.
Adapun negara-negara yang terlibat tidak semuanya merupakan mitra strategis
Tiongkok sehingga nantinya Tiongkok harus meningkatkan strategi diplomasinya.
Tidak heran jika kebijakan OBOR sering disebut sebagai proyek besar yang akan
mendorong ekonomi global karena OBOR bukan hanya melibatkan dua atau tiga
negara, melainkan hampir sebagian negara di dunia.70
Adapun pada tahun 2017 kebijakan OBOR telah ditambahkan ke dalam
konstitusi Partai Komunis Tiongkok. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan
ini merupakan inti dari strategi kebijakan luar negeri Tiongkok.71 Adapun Xi
Jinping menyebut OBOR sebagai “a road for peace”. Hal itu sebagaimana yang
dinyatakan oleh Xi Jinping melalui pidato yang disampaikannya dalam upacara
pembukaan Belt and Road Forum (BRF) for International Cooperation di Beijing
pada tanggal 4 Mei 2017. Xi mengatakan “First, we should build the Belt and
Road into a road for peace” yang dapat diartikan Xi Jinping berusaha
menyampaikan bahwa kebijakan OBOR adalah jalan menuju kesejahteraan,
69 Membangun Kiprah Maritim Indonesia di Kawasan, Masyarakat ASEAN, Direktorat Jenderal
Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Edisi 14 Desember 2016, hal. 17. 70 Geoff Wade, China’s ‘One Belt, One Road’ Initiative, Parliament of Australia, diakses dalam https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pu
bs/BriefingBook45p/ChinasRoad (10/01/2019, 21.47 WIB). 71 David Tweed, China’s New Silk Road, Bloomberg, diakses dalam
https://www.bloomberg.com/quicktake/china-s-silk-road (03/01/2019, 11.25 WIB).
57
perdamaian dan dunia yang harmonis.72
Dalam upaya untuk mendapatkan dukungan dan agar negara-negara yang
termasuk ke dalam rute mau bergabung dengan kebijakan OBOR, Presiden Xi
Jinping banyak menyampaikan pidato, salah satunya pada 7 September 2013.
Presiden Xi Jinping menyampaikan pidato yang berjudul “Promote
People-to-People Friendship and Create a Better Future” dengan maksud untuk
membangun hubungan ekonomi yang lebih erat, memperdalam kerja sama dan
memperluas pembangunan di kawasan Eurasia. Maka dari itu Tiongkok mengajak
negara-negara yang termasuk ke dalam rute secara bersama-sama membangun
Jalur Sutra Baru yang dimaksudkan Tiongkok dengan mempertimbangkan
proyek-proyek dalam OBOR yang nantinya akan menguntungkan masyarakat
yang berada di negara-negara kawasan sepanjang rute tersebut.73
Melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa Xi Jinping sebagai
pemimpin Tiongkok nampaknya ingin menghidupkan kembali Jalur Sutra Kuno
menjadi jalur sutra yang lebih modern dan lebih luas terintegrasi. Selain itu,
Tiongkok juga ingin memperluas kerja sama dengan negara-negara tetangga.
Adapun dengan melihat prospek dari kebijakan OBOR yang banyak melibatkan
negara-negara tetangganya hal ini dapat dikatakan OBOR akan menjadi inisiatif
ekonomi global yang paling menjanjikan di dunia.74
72 Yamei, Full Text of President Xi’s Speech at Opening of Belt and Road Forum, Xinhua , 14 Mei
2017, diakses dalam http://www.xinhuanet.com//english/2017-05/14/c_136282982.htm
(17/01/2019, 20.40 WIB). 73 Ibid., 74 Vikram Mansharamani, China is Spending Nearly $1 Trillion to Rebuild the Silk Road, diakses
dalam
https://www.pbs.org/newshour/economy/china-is-spending-nearly-1-trillion-to-rebuild-the-silk-ro
ad (19/01/2019, 21.51 WIB).
58
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsep dalam kebijakan OBOR
bukanlah suatu hal yang baru mengingat konsep tersebut pernah dijalankan pada
masa Dinasti Han. Berdasarkan penjelasan mengenai Jalur Sutra Kuno dan jalur
dalam OBOR nampaknya tidak berbeda jauh di mana keduanya sama-sama
menghubungkan wilayah Barat dan Timur. Namun, yang membedakannya adalah
Jalur Sutra Kuno hanya berupa jalur pertukaran atau perdagangan sedangkan
OBOR membangun jaringan perdagangan disertai dengan pembangunan
infrastruktur dan konektivitas transportasi.
Dalam mendukung berjalannya kebijakan OBOR, Tiongkok akan
memberikan bantuan pembangunan infrastruktur yang berupa investasi kepada
negara-negara yang terlibat, seperti misalnya dengan pembangunan jalur kereta
api, pelabuhan dan lainnya. Melalui kebijakan OBOR nampaknya semangat
Tiongkok sangat besar untuk membangun kerja sama di dalamnya. Hal tersebut
dapat dilihat dalam Dialog Penguatan Kemitraan Konektivitas, pada tanggal 8
November 2014, Xi Jinping mengumumkan bahwa Tiongkok akan
menginvestasikan 40 miliar USD melalui Silk Road Infrastructure Fund. Adapun
investasi tersebut ditujukan sebagai dukungan untuk pembangunan infrastruktur,
pengembangan sumber daya, kerja sama industri, dan proyek-proyek yang
disesuaikan dengan kebutuhan negara-negara yang terlibat di sepanjang jalur
dalam OBOR.75
Tidak hanya itu, pendanaan dari Tiongkok juga akan disalurkan melalui
75 Hermaputi Roosmayri Lovina, Gong Jiajia dan Hua Chen, Review of “The Chinese Belt and
Road Initiative”: Indonesia-China Cooperation and Future Opportunities for Indonesia’s Port
Cities Development, Journal of Regional and City Planning, Volume 28, No 3, Desember
2017:161-177, hal. 164.
59
beberapa bank besar seperti dalam China’s Silk Road Fund sebesar 40 miliar
USD, melalui Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebanyak 100 miliar
USD, dan 59 miliar USD melalui World Bank (WB). Besarnya dana yang akan
dikeluarkan untuk menunjang implementasi proyek OBOR diperkirakan akan
mencapai angka 1,3 triliun USD. Pendanaan ini akan disalurkan kepada
negara-negara yang terlibat dalam OBOR, dan mayoritas investasi telah
disalurkan di benua Asia.76
Seiring perkembangan OBOR sejak dicetuskan pertama kali pada tahun
2013 hingga 2018, tercatat bahwa OBOR telah mendapatkan dukungan lebih dari
100 negara dan organisasi internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Selain itu, terdapat lebih dari 50 negara telah menandatangani perjanjian
kerja sama dengan Tiongkok, termasuk keterlibatan negara-negara tersebut dalam
pembangunan proyek dalam OBOR.77
Adapun secara keseluruhan, proyek-proyek dalam OBOR akan mencakup
sekitar 4,4 miliar populasi dunia dan juga mencakup sekitar 21 triliun USD
kegiatan ekonomi dunia. 78 Melihat hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
pembangunan jalur dalam OBOR ini dianggap akan mampu meningkatkan arus
perdagangan internasional.
76 David Tweed, Loc. Cit., 77 The Belt and Road, Belt and Road Portal, diakses dalam
https://eng.yidaiyilu.gov.cn/ztindex.htm (03/01/2019, 20.32 WIB). 78 Hermaputi Roosmayri Lovina, Gong Jiajia, dan Hua Chen, Loc. Cit.,
60
2.3.2 Tujuan Utama dalam One Belt One Road
Kebijakan OBOR akan menjadi sarana kerja sama yang paling luas. Hal
itu tidak terlepas dari banyaknya negara yang terlibat dalam OBOR beserta
dengan pendanaan yang besar di dalamnya. Adapun kebijakan OBOR Tiongkok
memiliki lima tujuan yang diutamakan atau ingin dicapai melalui kerja sama
yang dibangun dalam OBOR, yakni koordinasi kebijakan, konektivitas fasilitas,
perdagangan bebas, integrasi finansial, dan ikatan antar masyarakat.
a. Koordinasi Kebijakan (Policy Coordination)
Koordinasi kebijakan menjadi salah satu hal yang penting dalam
mengimplementasikan OBOR. Hal ini dikarenakan koordinasi kebijakan berarti
negara-negara yang terlibat dalam OBOR secara bersama-sama akan merumuskan
rencana pembangunan dan strategi dalam menjalankan kerja sama, menyelesaikan
masalah kerja sama melalui konsultasi, dan saling memberikan dukungan
kebijakan agar tercapainya proyek yang direncanakan.79
Maka dari itu, negara-negara di sepanjang jalur akan mempromosikan
kerja sama antar pemerintah, membentuk pertukaran kebijakan makro
multi-pemerintah, memperluas kepentingan bersama dan mekanisme
komunikasi.80 Singkatnya, koordinasi kebijakan bermaksud untuk menyelaraskan
kepentingan dan meningkatkan kepercayaan antar pihak atau negara yang terlibat.
79 The Belt and Road Initiative, HKTDC, diakses dalam
http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt-and-Road-Initiative/The-Belt-and-Road-Initiative/obor/en/1/1X000000/1X0A36B7.htm (04/01/2019, 10.27 WIB). 80 Helen Chin, et. al, 2015, The Silk Road Economic Belt and the 21st Century Maritime Silk
Road, Kowloon: Fung Business Intelligence Centre, hal. 6, diakses dalam
https://www.fbicgroup.com (03/01/2019, 22.05 WIB).
61
b. Konektivitas Fasilitas (Facilites Connectivity)
Tujuan dari konektivitas fasilitas antar negara-negara di sepanjang jalur
sangat penting untuk mendukung keberhasilan OBOR. Negara-negara sepanjang
jalur baik darat maupun laut akan fokus pada pembangunan fasilitas untuk
memperoleh konektivitas yang lebih luas, seperti menghubungkan bagian jalan
yang tidak terhubung, menghilangkan hambatan transportasi serta memperluas
pertukaran informasi. Adapun negara-negara di sepanjang jalur OBOR juga akan
saling menyelaraskan dan meningkatkan konektivitas infrastruktur yang berupa
pembangunan jalan raya, jalur kereta api, jaringan energi, kerja sama dalam bidang
penerbangan dan pelabuhan serta jaringan komunikasi.81
Selain itu, dalam tujuan ini OBOR juga mempromosikan pembangunan
infrastruktur hijau dan rendah karbon. Salah satu bentuk jaringan infrastruktur
dalam konektivitas fasilitas ini dengan membangun sebuah koridor transportasi
dari Pasifik menuju Laut Baltik dan dari Asia Tengah menuju Samudra Hindia.82
Singkatnya, konektivitas fasilitas adalah salah satu upaya untuk memperkuat
koneksi jalan penghubung bagi negara-negara dalam OBOR.
c. Perdagangan Bebas (Unimpeded Trade)
Perdagangan bebas dan kerja sama investasi merupakan tugas inti dalam
OBOR. Hal itu berarti, negara-negara di sepanjang jalur OBOR akan
meningkatkan kerja sama di bidang-bidang seperti pertukaran informasi, saling
81 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, The State Council, The People’s Republic of China, diakses dalam
http://english.gov.cn/archive/publications/2015/03/30/content_281475080249035.htm
(09/01/2019, 20.41 WIB). 82 Kharisma Medina, Op. Cit., hal. 43.
62
membantu dalam penegakan hukum, mempermudah kegiatan perdagangan dan
investasi, serta mempromosikan integrasi ekonomi. Selain itu, negara-negara yang
terlibat juga akan menurunkan hambatan non-tarif dan meningkatkan transparansi
langkah-langkah teknis perdagangan.83
Dalam tujuan perdagangan bebas hambatan ini akan memperluas area
investasi di bidang energi non-fosil dan mempromosikan kerja sama dalam
teknologi informasi baru. 84 Singkatnya, tujuan ini akan memperluas dan
meningkatkan arus perdagangan dan investasi yang tidak terbatas serta
memperbaiki struktur perdagangan.
d. Integrasi Finansial (Financial Integration)
Integrasi finansial menjadi rencana penting dalam pelaksanaan OBOR.
Upaya yang akan dilakukan dalam tujuan ini ialah negara-negara di sepanjang
jalur darat dan laut akan memperkuat kerja sama keuangan dan meningkatkan
upaya untuk membangun stabilitas mata uang, sistem investasi dan sistem
informasi kredit di Asia. Tiongkok akan memberikan obligasi kepada pemerintah
negara-negara yang terlibat sesuai dengan kesepakatan bersama dan di sisi yang
sama lembaga dan perusahaan keuangan Tiongkok akan didorong untuk
menerbitkan obligasi dalam mata uang yuan atau mata uang lainnya.85
Singkatnya, OBOR akan memperkuat kerjasama keuangan, dengan
perhatian khusus pada penyelesaian mata uang yang dapat mengurangi biaya
83 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, Loc. Cit., 84 Helen Chin, Op. Cit., hal. 7. 85 Full Text: Action Plan on the Belt and Road Initiative, Loc. Cit.,
63
transaksi dan mengurangi risiko finansial, memperdalam kerjasama keuangan
baik secara bilateral maupun multilateral, mengatur lembaga keuangan
pembangunan daerah, memperkuat kerja sama dalam memantau dan
meningkatkan kemampuan mengelola risiko keuangan.86
e. Ikatan Antar Masyarakat (People-to-People Bond)
OBOR tidak hanya berupa kerja sama ekonomi melainkan juga terdapat
proyek mempromosikan pertukaran budaya, pendidikan, pariwisata, pencegahan
penyakit, dan kerja sama dalam penelitian teknologi. Dalam hal ikatan antar
masyarakat, akan dilakukan pertukaran budaya yang lebih menekankan pada
pertukaran pemuda seperti sukarelawan untuk saling berbagi pengetahuan tentang
warisan budaya masing-masing negara melalui festival seni. Dalam hal pendidikan,
Tiongkok akan menyediakan beasiswa pemerintah untuk negara-negara di
sepanjang jalur OBOR.87
Kemudian Tiongkok juga berkeinginan agar negara-negara di sepanjang
jalur dalam OBOR untuk saling mempromosikan pariwisata seperti produk wisata
internasional bertema jalur sutra. Selain itu, negara-negara yang terlibat juga
diharapkan mampu saling berbagi informasi dan teknologi serta pencegahan dan
pengobatan penyakit untuk mengatasi keadaan gawat darurat di dalam
masyarakat.88
Singkatnya, tujuan ikatan antar masyarakat ialah berfokus pada
86 Helen Chin, Loc. Cit., 87 Kharisma Medina, Op. Cit., hal. 45. 88 Ibid.,
64
meningkatkan pertukaran dan kerja sama internasional antara budaya,
memperkuat interaksi antar masyarakat dari berbagai negara, meningkatkan rasa
saling pengertian dan semangat kerja sama persahabatan.89 Hal tersebut dilakukan
untuk terciptanya lingkungan yang harmonis.
2.4 Jalur dalam One Belt One Road Tiongkok
Pada Sub-Bab ini, penulis akan menjabarkan dua jalur dalam kebijakan
OBOR yang meliputi awal mula diperkenalkannya kedua jalur tersebut, tujuan
masing-masing jalur, ruang lingkup wilayah yang dilewati kedua jalur beserta
dengan contoh gambar peta masing-masing jalur.
2.4.1 New Silk Road Economic Belt
Kebijakan OBOR memiliki dua jalur di dalamnya, salah satunya ialah
jalur darat yang lebih dikenal dengan sebutan New Silk Road Economic Belt atau
dalam Bahasa Indonesia Sabuk Ekonomi Jalur Sutra Baru. Konsep itu sendiri
pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Xi Jinping melalui pidato
kunjungannya di Asia Tengah yakni tepatnya di Astana, Kazakshtan pada bulan
September 2013.90 Melalui kunjungan tersebut, OBOR mulai dikenal di lingkup
internasional dan mulai menjadi bahan perbincangan.
Dalam kunjungannya di Universitas Nazarbayev Kazakhstan, Xi Jinping
mengusulkan agar Tiongkok dan Asia Tengah dapat bersama-sama membangun
New Silk Road Economic Belt untuk meningkatkan kerja sama antar kedua belah
89 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit., 90 Ni Putu Saraswati Puspita Dewi, Op. Cit., hal. 20.
65
pihak. Adapun melalui pidatonya, Xi Jinping mengatakan bahwa :
“To forge closer economic ties, deepen cooperation and expand
development in the Euro-Asia region, we should take an innovative
approach and jointly build an ’economic belt’ along the silk road.
This will be a great undertaking benefitting the people of all
countries along the route”.91
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa Tiongkok ingin
mempererat kerja sama dan memperluas pembangunan di kawasan Eurasia
melalui OBOR. Kerja sama yang ingin dibangun oleh Tiongkok akan
memberikan keuntungan bagi semua negara-negara yang terlibat di sepanjang
jalur dalam OBOR. Adapun Tiongkok juga berkomitmen untuk mempromosikan
hubungan dan kerja sama dengan Asia Tengah, serta menyerukan kolaborasi yang
lebih praktis.
Adapun rencana pembangunan New Silk Road Economic Belt (SREB)
dapat dikatakan sebagai prospek yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang
sangat besar terhadap negara-negara Eurasia. Rencana tersebut dibentuk dengan
tujuan untuk membantu negara-negara Eurasia, terutama negara-negara di
kawasan Asia Tengah agar dapat berkembang cepat dalam hal ekonomi bersama
Tiongkok. Singkatnya, SREB adalah kerja sama win-win bagi Asia Tengah dan
Tiongkok itu sendiri.92
SREB sendiri memiliki tiga tujuan yakni, (1) memperluas dan
menghubungkan jaringan transportasi dan pasar, (2) meningkatkan kapasitas
produksi Eurasia, dan (3) memfasilitasi transit barang, modal, energi, bahan
91 President Xi’s Speech at Nazarbayev University, diakses dalam
http://china.org.cn/business/2014-06/11/content_32634034.htm (05/01/2019, 22.13 WIB). 92 Peiyue Li, et. al. Building a New and Sustainable “Silk Road Economic Belt”, Journal of
Environmental Earth Sciences, Volume 74, No 10, 2015:7267-7270, hal. 7267.
66
mentah, termasuk juga pertukaran informasi dan budaya. Tiongkok berencana
untuk mendukung terlaksananya SREB akan memberikan investasi besar dalam
pembangunan seperti jalan raya, kereta api, dan transportasi udara, disertai
dengan fasilitas tambahan seperti jaringan listrik, jaringan pipa energi dan kabel
serat optik berkecepatan tinggi.93
Singkatnya, jalur darat dibangun dengan maksud untuk mempromosikan
kerja sama ekonomi dengan cara menghubungkan negara-negara Eurasia melalui
berbagai proyek yang difokuskan pada pengembangan infrastruktur dan
konektivitas, disertai dengan koordinasi rencana pembangunan nasional dan
regional. Hal inilah yang nantinya akan memperkuat kerja sama antara Tiongkok
dan Eurasia. Berikut merupakan contoh gambar jalur darat (SREB) dalam
kebijakan OBOR.
93 Richard Ghiasy dan Jiayi Zhou, 2017, The Silk Road Economic Belt Considering Security
Implications and EU-China Cooperation Prospects, Sweden: SIPRI, hal. 2.
67
Gambar 2.3 Peta Jalur New Silk Road Economic Belt
Sumber : https://www.bloomberg.com/quicktake/china-s-silk-road diakses pada tanggal 2 Januari
2019.
Berdasarkan pada gambar di atas, garis lurus yang berwarna biru adalah
jalur Silk Road Economic Belt. Rencana pembangunan SREB nantinya akan
menghubungkan Tiongkok ke Eropa melalui Asia Tengah dan Rusia,
menghubungkan Tiongkok dengan Timur Tengah melalui Asia Tengah, serta
menyatukan Tiongkok dan Asia Selatan.94 Maka dari itu, dapat diketahui bahwa
jalur SREB akan melewati beberapa negara di Asia Tengah dan Eropa Utara.
Singkatnya jalur ini mengikuti pola yang sama dengan jaur darat dalam Jalur
Sutra Kuno Tiongkok, namun SREB lebih modern karena disertai dengan
jaringan listrik, pipa gas dan lainnya.
Secara umum, SREB terdiri dari berbagai proyek besar yaitu
pembangunan jaringan kereta api, jalan raya, jaringan energi seperti pipa gas,
94 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit.,
68
minyak, dan pengembangan infrastruktur lainnya. Selain itu, SREB akan
berfokus pada pengembangan koridor ekonomi Tiongkok-Mongolia-Rusia,
Tiongkok-Asia Tengah-Asia Barat, Semenanjung Tiongkok-Indochina,
Tiongkok-Pakistan, Bangladesh-Tiongkok-India-Myanmar dan Eurasian Land
Bridge. Dengan begitu, rencana pembangunan koridor ekonomi dalam SREB
akan berujung pada bersama-sama membangun jembatan penghubung antara
negara satu dan yang lain dengan mengambil keuntungan dari rute transportasi
internasional serta mengandalkan kota-kota penting di Tiongkok dan
negara-negara yang terlibat lainnya.95 Jalur koridor diatas dapat dilihat melalui
gambar sebagai berikut.
Gambar 2.4 Koridor Ekonomi dalam SREB
Sumber :https://www.lehmanbrown.com/wp-content/uploads/2017/08/The-Belt-and-Road-Initiati
ve.pdf diakses pada tanggal 19 Januari 2019.
95 One Belt One Road, Bank of China, diakses dalam
https://globalmaritimehub.com/wp-content/uploads/attach_715.pdf (14/01/2019, 21.09 WIB).
69
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa koridor
Tiongkok-Mongolia-Rusia akan berawal dari Tiongkok bagian Utara ke wilayah
Timur Rusia, koridor Tiongkok-Asia Tengah-Asia Barat membentang dari
wilayah Barat Tiongkok ke Turki, koridor Semenanjung Tiongkok-Indochina
akan berawal dari Tiongkok Selatan ke Singapura, koridor Tiongkok-Pakistan
akan menghubungkan Barat Daya Tiongkok ke Pakistan, koridor
Bangladesh-Tiongkok-India-Myanmar akan membentang dari Tiongkok Selatan
ke Myanmar dan Eurasian Land Bridge akan membentang dari wilayah Tiongkok
Barat ke Rusia Barat. Koridor-koridor ini yang akan menghubungkan klaster
industri dan energi.96
Proyek-proyek dalam OBOR bukan hanya rencana belaka, melainkan
secara bertahap Tiongkok telah meluncurkan investasi sebesar 60 miliar USD di
bidang infrastruktur dan energi di wilayah barat Tiongkok. Hasilnya ialah ribuan
kilometer jalan raya di Kazakhstan, kereta api berkecepatan tinggi telah dibangun
di Iran dan Afrika Timur, jaringan transmisi listrik, jaringan pipa gas dan minyak,
serta saluran telekomunikasi telah terpasang di Asia Tengah.97 Terbangunnya
pelabuhan di Pakistan dan Sri Lanka, serta sebuah taman industri yang
difokuskan pada bisnis teknologi tinggi di Belarus.98
Selanjutnya, terdapat pembangunan jalur kereta api yang akan melewati
daerah-daerah Jalur Sutra Kuno, yakni kereta api berkecepatan tinggi yang akan
menghubungkan bagian Timur dan Tengah Tiongkok dengan bagian Barat
96 Weiping Li dan Daxiang Jin, On the Design of Financial Products Along OBOR, The Journal of Finance and Data Science, Volume 4, No 1, Februari 2018:55-70, hal. 57. 97 The Belt and Road Initiative, HKTDC, Loc. Cit., 98 The New Silk Road, The New Silk Road Project, diakses dalam
https://www.thenewsilkroadproject.com/the-new-silk-road/ (20/01/2019, 21.23 WIB).
70
Tiongkok. Melalui kota-kota utama di Kazakhstan yaitu Almaty dan Astana ke
Laut Kaspia hingga Rusia dan Turkmenistan, Iran dan Turki ke Eropa. Adapun
pada bulan Januari 2016, jalur kereta api terpanjang antara Tiongkok dan Eropa
secara resmi dibuka untuk layanan. Dengan adanya jalur kereta api tersebut
terbukti telah meringkas waktu yang diperlukan dari sebelumnya dimana
menggunakan kapal membutuhkan waktu selama enam minggu sedangkan
menggunakan jalur kereta tersebut hanya dalam waktu tiga minggu .99
2.4.2 21st Century Maritime Silk Road
Jalur kedua dalam OBOR ialah 21st Century Maritime Silk Road (MSR)
atau Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Jalur MSR sendiri fokus dalam
pembangunan rute transportasi laut yang aman dan efisien dengan
menghubungkan pelabuhan-pelabuhan laut yang utama di sepanjang jalur laut
dalam OBOR.100 Dengan adanya konsep jalur MSR Tiongkok berkeinginan agar
memperluas dan meningkatkan interaksi Tiongkok dengan Asia Tenggara,
Samudra Hindia, Laut Arab hingga Mediterania ke Eropa.101
Adapun jalur MSR pertama kali diperkenalkan oleh Xi Jinping saat
menghadiri KTT APEC ke-21 di Indonesia pada tanggal 3 Oktober 2013. Xi
Jinping menyampaikan pidato dengan judul “Constructing Jointly the
China-ASEAN Community of Common Destiny”. Xi Jinping menyampaikan
99 Aleksandar Jankovic, New Silk Road-New Growth Engine, Journal of The Review of
International Affairs, Volume LXVII, No 1161, Januari-Maret 2016:5-19, hal. 10. 100 The Belt and Road, Belt and Road Portal, Loc. Cit., 101 Troy Sternberg, et. al, Central Asian ‘Characteristics’ on China’s New Silk Road: The Role of
Landscape and the Politics of Infrastructure, Journal of Land (MDPI), Volume 6, No 55, Agustus
2017:1-16, hal. 1.
71
bahwa :
“In order to build the new "maritime silk road", China will
strengthen maritime cooperation with ASEAN countries "to make
good use of the China-ASEAN Maritime Cooperation Fund set up
by the Chinese government". Xi underscored the "shared destiny"
of China and ASEAN members, saying that China was ready to
open itself wider to ASEAN countries and enable ASEAN countries
to benefit more from China's development.”102
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diartikan bahwa Tiongkok
mengajak dan ingin memperkuat kerja sama maritim dengan negara-negara
ASEAN melalui jalur MSR dalam OBOR. Tiongkok berkeinginan agar
negara-negara di kawasan Asia Tenggara mendapatkan sejumlah manfaat atau
keuntungan dari pembangunan Tiongkok.
Selain itu, jalur MSR juga diperkenalkan oleh Li Keqiang yang
merupakan Perdana Menteri Tiongkok dalam pertemuan KTT ASEAN+RTT
ke-16 di Brunei Darussalam pada tanggal 9 Oktober 2013. Dalam pidato Li
Keqiang menyatakan bahwa :
“To steadily promote maritime cooperation. To join hands building
the "Maritime Silk Road" in the 21st century, and to focus on
implementing cooperation on maritime economy, maritime
connectivity, environmental protection, scientific research, search
and rescue as well as fishery.”103
Berdasarkan pidato Li Keqiang, dapat dipahami bahwa Tiongkok
102 President Xi’s Statements on the Belt and Road Initiative, diakses dalam
http://www.scio.gov.cn/31773/35507/35520/Document/1548585/1548585.htm (12/01/2019, 22.34
WIB). 103 Premier Li Keqiang Attends the 16th ASEAN-China Summit, Stressing to Push for Wide-ranging, In-depth, High-level, All-dimensional Cooperation between China and ASEAN and
Continue to Write New Chapter of Bilateral Relations, Embassy of The People’s Republic of
China in the Cooperative Republic of Guyana, diakses dalam
http://gy.china-embassy.org/eng/zgyw/t1088098.htm (12/01/2019, 13.51 WIB).
72
mengajak negara-negara di Asia Tenggara untuk bersama-sama membangun jalur
MSR guna memperdalam kerja sama dan hubungan bertetangga yang baik. Kerja
sama yang dimaksud adalah fokus pada pembangunan ekonomi dan untuk
memperluas keuntungan bersama. Maka dari itu, Tiongkok dan ASEAN harus
mengambil langkah strategis untuk mendorong kerja sama yang mendalam dan
luas.104
Pada saat diperkenalkan pertama kali, jalur MSR secara umum hanya
berorientasi pada kerja sama dengan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara
(ASEAN) dan ruang lingkup geografisnya tidak di definisikan secara jelas.
Namun, seiring perkembangannya, dokumen resmi tentang MSR
mengidentifikasikan fokus awal yang berpusat di Asia Tenggara akan mencakup
wilayah Pasifik Selatan, Laut Mediterania, dan Atlantik bahkan pada bulan Juni
2017, Tiongkok telah memperluas jangkauan MSR dengan memasukkan
Samudra Arktik ke dalam MSR, atau juga dapat disebut sebagai “Jalan Sutra
Kutub”.105
Adapun jalur MSR akan menghubungkan Tiongkok dan Barat melalui
laut dengan melewati koridor transportasi yang menghubungkan Pasifik ke
Samudra Hindia dan Mediterania. Jalur MSR itu sendiri akan berawal dari
pelabuhan Tiongkok Selatan dan melintasi Laut China Selatan dan Selat Malaka
menuju ke Samudra Hindia. Seperti halnya dengan Jalur Darat, Jalur Maritim
juga memiliki tujuan untuk memperkuat kerja sama antara Tiongkok dan
104 Ibid., 105 Richard Ghiasy, Fei Su dan Lora Saalman, 2018, The 21st Century Maritime Silk Road
Security Implications and Ways Forward for the European Union, Sweden: SIPRI, hal. 2.
73
negara-negara lain.106
Singkatnya, MSR akan menghubungkan Tiongkok dengan Teluk Persia
(Timur Tengah), Laut Merah dan Suez (Eropa) dan juga Teluk Aden (Afrika).
Jalur MSR itu sendiri melewati lebih dari 20 negara dan wilayah yang
menyumbang hampir 18 persen dari perdagangan luar negeri Tiongkok. Pada
cakupan yang lebih luas, selain transportasi dan perdagangan, MSR juga
mempromosikan sejumlah proyek infrastruktur bersama, seperti renovasi dan
pembangunan pelabuhan besar serta terminal untuk lalu lintas peti kemas,
misalnya, pelabuhan radar di Pakistan, pelabuhan di Sri Lanka dan lainnya.107
Berikut merupakan peta Jalur Maritim dalam OBOR.
Gambar 2.5 Peta Jalur 21st Century Maritime Silk Road
Sumber : http://www.spiegel.de/international/world/bild-1110735-1045813.html diakses pada
tanggal 2 Januari 2019.
106 Ibid., 107 Aleksandar Jankovic, Op. Cit., hal. 12.
74
Apabila dilihat dari gambar peta di atas tidak heran jika Tiongkok pertama
kali memperkenalkan konsep The 21st Century Maritime Silk Road di kawasan
Asia Tenggara, mengingat terdapat banyak negara di Asia Tenggara yang akan
dilewati melalui jalur laut. Adapun gambar di atas juga memperlihatkan bahwa
MSR akan menghubungkan jalur pelayaran historis Tiongkok yakni melalui
pelabuhan di Fujian melewati Laut China Selatan, Selat Malaka, Teluk Bengal,
Samudra Hindia, Teluk Aden, Laut Merah, Terusan Suez hingga ke Laut Tengah.
Jalur laut tersebut akan menghubungkan negara-negara di pantai Afrika Timur.108
Adapun Tiongkok dalam MSR juga merencanakan kerjasama di bidang
keamanan yakni memberantas pembajakan di laut, pariwisata, budaya, dan
sebagainya. Ini juga bisa menjadi alat yang berguna untuk meredakan ketegangan
atas perselisihan wilayah di wilayah LCS. Lebih jauh lagi, hal itu mungkin juga
dimaksudkan untuk pengurangan kendala navigasi laut yang pernah dihadapi
Tiongkok di masa lalu.109
Dalam rencana pembangunan OBOR sangat terkait dengan dukungan
ekonomi dan keuangan dari AIIB untuk implementasi proyek dalam MSR
maupun SREB. Kebijakan OBOR telah memberikan peluang ekonomi kepada
negara-negara yang terlibat untuk mengakses dana dalam implementasi
infrastrukturnya. 110 Lebih lanjut mengenai alasan mengapa Tiongkok
mengembangkan jalur dalam OBOR akan di bahas pada Bab berikutnya.
108 Iqbal Ramadhan, China’s Belt Road Initiative: Dalam Pandangan Teori Geopolitik Klasik,
Intermestic: Journal of International Studies, Volume 2, No 2, Mei 2018:139-155, hal. 141. 109 Ibid., 110 Ephraim Abele Kayembe, The 21st Century Maritime Silk Road And China’s Engagement
With Asean : Is It China’s Shift Fromuse Of Hard Power To Strategic Smart Power With Chinese
Characteristics?, Journal of Humanities and Social Science, Volume 22, No 1, Januari 2017:45-52,
hal. 49.