BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB...

10
BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH VISUAL Gambar 1.1 Ruang publik Yogyakarta (Dokumentasi oleh peneliti) Istilah “sampah visual” pertama kali diperkenalkan oleh Jean Baudrillard. Baudrillard menyampaikan bahwa sampah visual adalah kebiasaan para kapitalis yang tanpa berhenti menawarkan berbagai macam produknya melalui berbagai spanduk dan banner di pinggir jalan, maupun penayangan iklan di televisi yang dapat menyebabkan “kelelahan” dan “ketertindasan” psikologis untuk mereka yang menyaksikannya (Harysakti, 2013: 1-2). Melihat fakta sekarang terlihat bagaimana pemilik merek dagang, event organizer (swasta maupun organisasi siswa & mahasiswa), partai politik memanfaatkan ruang publik sebagai media beriklan, tanpa menghiraukan aturan etika pariwara maupun PERDA (Peraturan Daerah) kota

Transcript of BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB...

Page 1: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

BAB II

DESKRIPSI OBJEK

A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH VISUAL

Gambar 1.1 Ruang publik Yogyakarta (Dokumentasi oleh peneliti)

Istilah “sampah visual” pertama kali diperkenalkan oleh Jean Baudrillard.

Baudrillard menyampaikan bahwa sampah visual adalah kebiasaan para kapitalis yang

tanpa berhenti menawarkan berbagai macam produknya melalui berbagai spanduk

dan banner di pinggir jalan, maupun penayangan iklan di televisi yang dapat

menyebabkan “kelelahan” dan “ketertindasan” psikologis untuk mereka yang

menyaksikannya (Harysakti, 2013: 1-2). Melihat fakta sekarang terlihat bagaimana

pemilik merek dagang, event organizer (swasta maupun organisasi siswa &

mahasiswa), partai politik memanfaatkan ruang publik sebagai media beriklan, tanpa

menghiraukan aturan etika pariwara maupun PERDA (Peraturan Daerah) kota

Page 2: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

Yogyakarta. Sigit Santosa (2009) menyampaikan bahwa “Media Luar ruangan adalah

semua iklan yang bisa menjangkau calon pembeli saat mereka sedang di luar rumah

atau ruangan kerja". Media luar ruangan membujuk konsumen saat mereka sedang di

tempat umum, dalam perjalanan, dalam waiting room, juga di tempat-tempat

terjadinya transaksi. Pada umumnya ruang publik bisa dimengerti sebagai bagian-

bagian seperti lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, pendidikan masal, keamanan

dan hal hal lain yang pengadaannya bisa dikatakan sebagai tugas pemerintah (B.

Herry-Priyono, 2005: 153).

Gambar 1.2 Ruang publik Yogyakarta (Dokumentasi oleh peneliti)

Ruang publik adalah tempat maupun aset, barang, jasa, ruang, dan gugus

infrastruktur lain yang proses kerjanya menjadi tumpuan watak sosial suatu

masyarakat, sehingga masyarakat itu berevolusi dari hanya ‘kerumunan’ (crowd)

menjadi ‘komunitas’ (community) (B. Herry-Priyono, 2005: 158). Ruang publik

dalam pengertian normatif itu yang juga disebut “ruang publik politis” adalah suatu

Page 3: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

ruang komunikasi para warganegara untuk ikut menjaga jalannya pemerintahan

(Hardiman, 2010:10- 11).

(sumber: www.facebook.com/SampahVisual/)

Tinarbuko (2012: 1) Mengutarakan bahwa sampah visual sebagai aktivitas

pemasangan iklan luar ruang yang berjenis kelamin komersial, sosial, maupun iklan

politik yang penempatannya tidak sesuai dengan regulasi. “Sampah visual” yang tidak

secepat mungkin diatasi dapat mengganggu keteraturan dan kenyamanan masyarakat

dan juga dapat menurunkan nilai estetika yang dimiliki oleh kota tersebut.

Isi dari 5 Sila Reresik Sampah Visual yang dibuat oleh Sumbo Tinarbuko adalah

sebagai berikut:

1. Iklan luar ruang tidak boleh dipasang di trotoar

2. Iklan luar ruang tidak boleh dipasang di taman kota atau Ruang Terbuka

Hijau (RTH)

3. Iklan luar ruang tidak boleh dipasang di berbagai macam tiang (listrik,

telpon, dan lain lain)

4. Iklan luar ruang tidak boleh dipasang di tembok atau bangunan heritage

Page 4: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

5. Iklan luar ruang tidak boleh dipasang atau diikat atau dipaku di batang

pohon.

Menurut Gilson & Berkman (1980), iklan merupakan media komunikasi persuasif

yang dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan respon dan membantu

tercapainya objektifitas atau tujuan pemasaran. Definisi iklan menurut KBBI adalah

“berita atau pesan untuk mendorong atau membujuk khalayak ramai, agar tertarik pada

barang dan jasa yang ditawarkan.” Sedangkan menurut beberapa ahli , iklan adalah :

1. Paul Copley, advertising is by and large seen as an art – the art of persuasion –

and can be defined as any paid for communication designed to inform and/ or

persuade yang artinya iklan adalah sebuah karya seni dari persuasi dan bisa

didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk menginformasikan

dan atau membujuk. (sketsasketsa-adv.com/pengertian-iklan-menurut-para-

ahli, diakses tanggal 26/06/18, 10.29)

2. Rhenald Kasali (1992) Menyampaikan bahwa iklan secara sederhana ialah

sebuah pesan yang menawarkan suatu produk yang dimaksudkan kepada

masyarakat melalui media.

Media luar ruangan merupakan salah satu media di antara berbagai pilihan

media beriklan. Pada teori periklanan, berdasarkan media yang digunakan, iklan

terbagi menjadi dua jenis yaitu iklan cetak dan iklan elektronik (Widyatama, 2007).

Iklan cetak adalah iklan yang dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik cetak,

cetak dengan teknologi sederhana dan juga teknologi tinggi. Beberapa bentuk iklan

cetak yaitu : iklan cetak baliho, iklan cetak majalah, iklan cetak tabloid, iklan cetak

surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers, kemasan produk,

stiker, dan bermacam iklan cetak lainnya, yang lain adalah iklan elektronik, disebut

Page 5: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

iklan elektronik karena media yang dipakai sebagai media ditempatkannya pesan

iklan adalah karena menggunakan media yang berbasis perangkat elektronik. Iklan

elektronik dapat dibagi 4 jenis, yaitu iklan radio, iklan televisi, iklan film, dan iklan

yang dipasang dalam media jaringan atau internet. Iklan media luar ruangan adalah

iklan yang ditempatkan berada di ruang terbuka publik. Bentuk yang wajar ditemui di

Indonesia adalah stiker, poster, spanduk, baliho, videotron, dan sebagainya.

Evans dan Berman (1992) menyampaikan bahwa, “Promosi adalah segala bentuk

komunikasi yang dipergunakan untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to

persuade), atau mengingatkan masyarakat tentang produk yang dihasilkan organisasi,

individu maupun rumah tangga”. Promosi adalah salah satu cara perusahaan melakukan

komunikasi melalui pesan-pesan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya

kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian

(purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan.

Perusahaan biasanya menggunakan iklan, promosi penjualan, pengerahan tenaga-tenaga

penjualan, dan public relations sebagai alat penyampaian pesan-pesan tersebut dengan

tujuan untuk dapat menarik perhatian dan minat masyarakat (Kotler, 2003:22). Menurut

Kuncoro (2010:134) tujuan promosi dibagi menjadi tiga jenis yaitu, memberikan

informasi customer tentang produk atau fitur baru seperti menciptakan kebutuhan,

mempengaruhi customer untuk membeli merek orang lain, dan mengingatkan customer

tentang merek yang termasuk memperkuat positioning merek. Tujuan promosi

memiliki tiga unsur yaitu memberikan informasi, mempengaruhi dan mengingatkan

pelanggannya tentang perusahaan dan produk yang ditawarkan.

Iklan luar ruang di Kota Yogyakarta sudah sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, dari ruang publik yang ada di Ibu Kota DIY ini, 87,5% dikuasai iklan luar ruang. Jadi, hampir sudah tidak ada ruang-ruang publik yang bebas dari iklan luar ruang ini. Tidak hanya menjadikan pemandangan kota menjadi semrawut. Status Jogja Istimewapun layak dipertanyakan. Ketua Badan Periklanan Daerah P3I DIY Fransisca Anita Herawati mengungkapkan,

Page 6: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

di Kota Yogyakarta dalam kurun Januari–Oktober 2013 saja sudah terpasang 1.329 unit iklan luar ruang. “Kepadatan iklan di Kota Yogyakarta mencapai 87,5%. Itu yang membuat publik menjadi tidak nyaman,” ungkapnya kemarin. Tak mengherankan jika Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pun terangterangan meminta kepada bupati dan wali kota untuk menertibkan sampah visual ini. Dia prihatin dengan maraknya reklame, khususnya di Kota Yogyakarta, yang sudah ibarat jamur di musim hujan. Sultan menegaskan, reklame mengganggu pemandangan mata. (daerah.sindonews.com, Minggu, 22/03/15)

Kepadatan iklan di Kota Yogyakarta mencapai 87,5%. Itu yang membuat

publik menjadi tidak nyaman, hal ini bukanlah hal yang baru, masalah mengenai

sampah visual sudah ada sejak lama. Menurut Tinarbuko (2012: 1) keberadaan iklan

luar ruang ini malahan menjadi berantakan dan mengganggu keberaturan dan

kenyamanan masyarakat. Sasaran penempelan reklame dilakuan pada ruang publik

dan ruang terbuka hijau di sepanjang jalan yang dianggap strategis yang

menyebabkan keberadaan ruang publik di sepanjang kota menjadi tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, hal tersebut membuat “sampah visual” bertebaran di

sepanjang taman kota, pagar, jembatan, pohon, atau bahkan di tembok bangunan

sekalipun, dinding fly over, tiang listrik, dan telepon umum juga tidak lepas dari

sasaran “sampah visual”. Hal itu semakin menjadi parah dengan kelakuan yang tidak

benar dari beberapa pihak yang tidak bersedia membayar pajak. Hak asasi warga

negara harus dipenuhi oleh pemerintah daerah yaitu adalah hak memilih untuk

melihat atau tidak melihat suatu obyek yang dihadirkan dalam ruang publik.

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam memenuhi hak asasi warga

negara. Pemerintah daerah memiliki responsibilitas dalam pemanfaatan dan

pengelolaan ruang publik dan ruang beriklan, sehingga pemerintah daerah memiliki

tanggung jawab dalam melakukan pembatasan-pembatasan periklanan (Hamid dan

Budianto, 2011: 195). Mengenai sampah visual di Yogyakarta, penyumbang lainnya

adalah ketika musim kampanye Pemilihan Ketua Daerah (PILKADA) dan Pemilihan

Page 7: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

Umum (PEMILU) dimana semua calon terpilih beserta partainya berlomba-lomba

untuk promosi dengan berbagai cara, hingga dengan cara yang termurah dimana

mereka menempelkan muka muka calon pilihan partainya di ruang publik. dengan

menempelkan poster di tembok jalanan, banner MMT di paku atau diikat di pohon,

banner yang ditancapkan di taman taman kota, dan lain lain. Acep Iwan Saidi (2011)

menulis di dalam artikelnya bahwa poster-poster politik di negeri ini adalah cermin

dari perilaku politik yang serba semrawut. Poster-poster (politik) adalah visualisasi

dari cara berpikir dan bertindak para pembuatnya yang miskin imajinasi. Beliau

menyampaikan bahwa bukannya untuk mempersuasi, poster-poster politik ini terlihat

memaksakan ambisi pribadi sang tokoh ke dalam benak masyarakat. Ini membuat

banyaknya ruang publik yang diprivatisasi demi keuntungan pribadi atau kelompok,

dimana ruang publik yang seharusnya menjadi milik publik dan kepentingan publik di

renggut oleh kepentingan pribadi atau kelompok.

Hardiman menyampaikan bahwa polis atau yang publik itu merupakan ruang

komunikasi dalam kebebasan dan kemajemukan sudut pandang, karena sebagai warga

negara (bukan sebagai anggota keluarga) individu merelatifkan persoalan-persoalan

privat mereka, sementara oikos atau yang privat adalah ruang keniscayaan yang

tunduk di bawah desakan-desakan survival manusia sebagai spesies (Hardiman, 2015:

191). Beliau menyampaikan bahwa semakin ruang publik itu bisa dijerumuskan

sebagai medium persuasi politis dan ekonomis, ruang publik itu menjadi semakin

apolitis sebagai keseluruhan dan tampak terprivatisasi (Hardiman, 2015: 196) yang

sangat mengkhawatirkan adalah ketika hal ini terjadi pembiaran, dan masyarakat

menganggapnya menjadi hal yang lumrah atau wajar beberapa hal yang akan terjadi

adalah adanya kelompok lain yang melakukan hal yang serupa karena terjadi

pembiaran, dan ini akan menjadi budaya baru.

Page 8: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

Wardi bachtiar menyampaikan bahwa subkultur menyimpang, yaitu dimana

para anggota dari subkultur tersebut biasanya juga mengajarkan kepada anggota-

anggota barunya tentang berbagai keterampilan untuk melanggar hukum dan

menghindari kejaran agen-agen kontrol sosial (Wardi Bachtiar, 2006:108), yang

dibutuhkan adalah aksi nyata dari para agen-agen kontrol sosial seperti pemerintah

dan masyarakat itu sendiri. Menurut Lase (2003) vandalisme merupakan tindakan

atau perbuatan yang mengganggu atau merusak berbagai obyek fisik dan buatan, baik

milik pribadi maupun fasilitas atau milik umum. Tindakan yang menyebabkan

sampah sosial bisa dikatakan adalah vandalisme, dimana mereka merusak ruang

publik dengan tindakannya.

B. GERAKAN MASYARAKAT YOGYAKARTA MELAWAN SAMPAH

VISUAL

Dengan keadaan Yogyakarta yang sekarang, dibutuhkan agen-agen kontrol

sosial yang bergerak nyata memerangi sampah visual. melihat realitas itu JGS (Jogja

Garuk Sampah) hadir dan ada, JGS (Jogja Garuk Sampah) merupakan sebuah gerakan

masyarakat memerangi sampah visual di kota Yogyakarta.

Page 9: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

Gambar 1.3 Kegiatan membersihkan sampah visual oleh JGS (Dokumentasi oleh peneliti)

JGS (Jogja Garuk Sampah) diinisiasi oleh warga Yogyakarta asli untuk kota

Yogyakarta. JGS (Jogja Garuk Sampah) memiliki beberapa program setiap

minggunya untuk "giat" (giat adalah sebutan untuk bergerak dan membersihkan

sampah visual di jalanan) di hari rabu untuk area kota Yogyakarta, dan hari jumat

untuk area Sleman, mereka mulai melebarkan titik titik yang dirasa banyak didapati

sampah visual, dan setiap bulannya mereka memiliki program andalan "ngonthel"

yaitu bersepeda mengelilingi kota untuk membersihkan sampah visual, tujuan mereka

adalah mengenalkan dan mengedukasi masyarakat untuk bergerak memerangi sampah

visual dikotanya.

Page 10: BAB II DESKRIPSI OBJEK A. POTRET YOGYAKARTA & SAMPAH …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3187/3/BAB II.pdf · surat kabar, iklan spanduk, iklan leaflet, iklan cetak poster, flyers,

Gambar 1.4 JGS beraksi (Dokumentasi oleh peneliti)

Alat alat yang biasanya mereka bawa untuk bergiat adalah cairan sabun untuk

membantu melepaskan kertas poster yang menempel di tembok atau tiang listrik dan

lampu merah, lalu serokan untuk membantu mempermudah pengambilan sampah

kertas di tembok, dan lain lain, lalu ada tang, gunting kawat, pisau, dan lain lain untuk

melepaskan baliho, spanduk yang ditempatkan ditempat yang tidak semestinya, atau

baliho dan spanduk yang memiliki ijin namun sudah habis masanya. JGS (Jogja

Garuk Sampah) memiliki grup Whatsapp untuk media berkomunikasi, dimana

anggotanya aktif melaporkan titik titik yang dirasa sudah kotor oleh sampah visual,

dan bisa dianggendakan untuk dilaksanakan "giat". Koordinator JGS (Jogja Garuk

Sampah) juga sering diundang menjadi pembicara diberbagai acara, sekolah maupun

kampus untk sharing mengenai pentingnya menjaga kebersihan ruang publik dari

sampah visual.