BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan...

24
Bab 2 DasarTeori II-1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Elektronika Indonesia Industri elektronika Indonesia dimulai sejak tahun 1956 dengan berdirinya PT Transistor Radio Mfg.Co, yang memproduksi radio merk Tjawang. Kemudian pada tahun 1962 berdiri PT Nusantara Polar di Medan yang memproduksi radio dengan merk Nusantara. Sampai tahun 1960-an industri elektronika Indonesia masih belum muncul, yang ada hanyalah kegiatan reparasi yang dilakukan oleh PT.Toa Galva sejak tahun 1950-an. Tonggak baru dalam dunia elektronika dimulai tahun 1962 dengan adanya perakitan televisi hitam putih pertama di Indonesia. Pada awal tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1985, industri elektronika di Indonesia dikembangkan dengan pola substitusi impor. Kebijakan tersebut disambut baik oleh masyarakat industri elektronika sehingga banyak perusahaan bermunculan. Selain itu dengan adanya insentif yang diberikan terhadap PMA ( Penanaman Modal Asing ), menyebabkan munculnya perusahaan patungan seperti National dan Sanyo. Hingga tahun 1973, terdapat 15 perusahaan aktif, baik sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk maupun yang memproduksi dengan merk lokal, antara lain PT Yashonta, merakit televisi merk Sharp dari Jepang PT Sanyo Industries Indonesia, merakit radio, televisi dan alat-alat rumah tangga dengan merk Sanyo dari Jepang. PT National Gobel, merakit radio, televisi dan alat-alat rumah tangga dengan merk National dari Jepang PT Asia Electronics Corps, merakit radio dan televisi merk Grundig dari German PT Telesonics, dan lain-lain Sampai tahun 1985 jumlah perusahaan elektronik bertambah menjadi sekitar 58 perusahaan dimana sebagian besar menggunakan merk asing yang diproduksi

Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan...

Page 1: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-1

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Elektronika Indonesia

Industri elektronika Indonesia dimulai sejak tahun 1956 dengan berdirinya PT

Transistor Radio Mfg.Co, yang memproduksi radio merk Tjawang. Kemudian

pada tahun 1962 berdiri PT Nusantara Polar di Medan yang memproduksi radio

dengan merk Nusantara. Sampai tahun 1960-an industri elektronika Indonesia

masih belum muncul, yang ada hanyalah kegiatan reparasi yang dilakukan oleh

PT.Toa Galva sejak tahun 1950-an. Tonggak baru dalam dunia elektronika

dimulai tahun 1962 dengan adanya perakitan televisi hitam putih pertama di

Indonesia.

Pada awal tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1985, industri elektronika di

Indonesia dikembangkan dengan pola substitusi impor. Kebijakan tersebut

disambut baik oleh masyarakat industri elektronika sehingga banyak perusahaan

bermunculan. Selain itu dengan adanya insentif yang diberikan terhadap PMA (

Penanaman Modal Asing ), menyebabkan munculnya perusahaan patungan

seperti National dan Sanyo.

Hingga tahun 1973, terdapat 15 perusahaan aktif, baik sebagai Agen Tunggal

Pemegang Merk maupun yang memproduksi dengan merk lokal, antara lain

PT Yashonta, merakit televisi merk Sharp dari Jepang

PT Sanyo Industries Indonesia, merakit radio, televisi dan alat-alat rumah

tangga dengan merk Sanyo dari Jepang.

PT National Gobel, merakit radio, televisi dan alat-alat rumah tangga dengan

merk National dari Jepang

PT Asia Electronics Corps, merakit radio dan televisi merk Grundig dari

German

PT Telesonics, dan lain-lain

Sampai tahun 1985 jumlah perusahaan elektronik bertambah menjadi sekitar 58

perusahaan dimana sebagian besar menggunakan merk asing yang diproduksi

Page 2: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-2

berasal dari Jepang. Perusahaan perusahaan baru mulai tumbuh antara lain :

PT Wily Antariksa Electronics merakit televisi merk Toshiba

PT Hartono Istana Electronics merakit televise merk Polytron

PT Panggung Elektronik memproduksi merk Intel, dll

Adanya perusahaan-prusahaan tersebut mengurangi ketergantungan terhadap

barang impor. Untuk memperkuat posisi perusahaan-perusahaan tadi, maka

pemerintah mengeluarkan kebijakan ” larangan impor”. Pada awal tahun 1970-an

impor televisi dan radio dalam keadaan Completely Built Up (CBU) dilarang, dan

ketentuan Completely Knocked Down (KCD) diatur dengan tarif lebih rendah dari

part guna merangsang industri perakitan.

Dari sisi struktur produksi, sebenarnya perusahaan –perusahaan ini sebagian

melakukan perakitan dengan komponen impor. Bagi perusahaan Agen Tunggal

Pemegang Merk (ATPM), mereka mengimpor komponennya dari pemilik merk

dan produk merk lokal mengimpor secara multisourcing. Dengan demikian

industri elektronika Indonesia merupakan industri perakitan yang mempunyai

kapabilitas produksi dengan modifikasi sederhana. Beberapa perusahaan memiliki

kemampuan modifikasi mendasar (mayor change capability) dan rekayasa atau

desain, namun belum ada yang dapat melakukan inovasi atau menjadi trend setter

(Direktorat ILMEA Depperindag, 2003).

2.2 Nilai Produksi Industri Elektronika Konsumsi Indonesia

Aplikasi penggunaan produk elektronika dapat ditemukan pada semua sektor

ekonomi, dengan aplikasi terbesar pada produk konsumsi (dari peralatan dapur

hingga pusat hiburan), peralatan industri telekomunikasi, otomotif, industri

antariksa, dan peralatan medis). Tiga besar pengguna elektronika adalah

telematika, industri dan alat transportasi. Penyebab dari pertumbuhan tersebut

adalah :

Kemajuan berkelanjutan di bidang teknologi informatika

Ekspansi prasarana internet secara global

Page 3: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-3

Generasi baru peralatan genggam dan nir-kabel (handdheld and wireless

devices)

Peningkatan penggunaan komponen elektronika di berbagai produk elekronik

Berdasarkan prediksi dari Asosiasi Industri Telematika dan Elektronika Jepang,

hingga tahun 2010 tetap akan terjadi peningkatan permintaan berbagai macam

produk elektronika dengan total nilai sebesar U$ 3,461.1 M. Dalam periode 2005-

2010, permintaan produk elektronika seluruh jenis meningkat dengan

pertumbuhan per tahun sebesar 7.7%. Pertumbuhan terbesar adalah segmen

perangkat lunak dan jasa informasi sebesar 11.2%, disusul oleh komponen (6.4%)

dan peralatan elektronika (4.6%).

Berikut ini adalah data produksi industri elektronika Indonesia selama tahun 2002

sampai 2005.

Tabel 2.1 Produksi industri elektronika konsumsi Indonesia (Rp Milyar)

TahunNo Uraian

2002 2003 2004 2005

1 Peralatan video 21.783,61 15.396,11 30.872,21 20.610,79

2 Televisi berwarna 3.975,45 3.431,08 4.285,08 3.667,02

3 Perekam video 5.505,82 3.646,87 4.948,68 3.761,25

4 Televisi kamera 4,43 8,16 12,59 10,53

5 Radio, tape recording 3.357,30 2.044,62 1.098,46 1.035,98

6 Radio mobil 4.461,13 4.065,30 4.344,88 4.528,90

7 Amplifiers 608,42 684,73 448,75 649,52

8 Peralatan audio lain 483,55 238,54 459,40 287,87

9 Mesin cuci danpengering

11,07 8,05 4,25 2,16

10 Cleaner, Fan , Mixerdan Shaver

670,03 584,81 527,45 904,28

11 Refrigerator, freezers 301,56 459,16 749,16 953,39

12 Pendingin ruangan 270,44 91,74 30,67 9,43

Page 4: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-4

13 Pemanas air,pengering dan setrika

123,14 125,79 124,13 128,89

14 Lampu tabung gas 618,52 706,98 834,08 1.161,79

15 TL/fluorescent lamps 374,67 301,28 507,33 429,42

16 Microwave oven 0,29 0,15 0,48 0,21

17 Vacum cleaner 5.17 8.27 0.99 2.80

18 Food grinder andmixers

32.15 41.63 39.80 37.85

19 Electric smoothingiron

0,3 0,56 0,18 3,25

20 Bulb 281,06 301,30 409,59 351,36

21 Cell and batteryprimer

2.802,52 2.592,85 4.132,04 4.937,46

(Sumber : Direktorat ILMEA Depperin , 2006)

2.3 Evolusi Industri Elektronika

Evolusi di industri elektronika pada akhir 1940-an memungkinkan dilakukannya

otomatisasi pekerjaan yang berulang-ulang dan peningkatan efisiensi pekerjaan

lainnya. Hal ini membuat kemajuan lebih lanjut di bidang teknologi sirkuit

terpadu ( integrated circuit ) di akhir tahun 1950-an. Sejak 1960-an

perkembangan dibidang pembuatan komponen dan sub sistem berhasil menekan

harga secara signifikan. Dalam perkembangan selanjutnya, produk manufaktur

tidak lagi dibuat seutuhnya dalam sebuah pabrik. Sebagian komponen dibuat di

suatu pabrik di sebuah negara, sebagian lainnya dibuat dibeberapa pabrik di

negara-negara lain (out- sourcing atau maklun). Peter F Drucker menyebut

fenomena tersebut sebagai production sharing (outward processing system ), yaitu

internasionalisasi proses manufaktur yang melibatkan beberapa negara pada tahap

yang berbeda-beda.

Sistem ini memiliki nilai ekonomi yang penting karena memungkinkan

dilakukannya suatu tahap produksi di lokasi yang paling efisien dengan biaya

terendah. Production sharing adalah keterpaduan ekonomi dunia karena tahapan

dalam proses produksi. Banyak produk dunia dibuat tidak lagi seutuhnya dalam

sebuah pabrik, tetapi sebagian komponennya dibuat disebuah pabrik di sebuah

Page 5: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-5

negara dan sebagian komponennya dibuat dibeberapa pabrik di beberapa negara.

Hal ini mendorong terciptanya Global Manufakturing System (GMS), yaitu sistem

produksi yang beroperasi secara tersebar di berbagai negara yang memiliki

keunggulan biaya atau cost advantage. Jejaring rantai komoditi memungkinkan

permaklunan atau subcontracting ke negara berpendapatan rendah dengan upah

buruh relatif murah sehingga menyebabkan fragmentasi lintas batas internasional

produksi berbagai produk tertentu.

Industri elektronika terus berkembang sehingga pada tahun 2003 seluruh fungsi

manufaktur telah dimaklunkan, kecuali fungsi penjualan atau sales. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 2.2. Rantai pasokan global atau global electronics supply

change pada industri elektronika sedang bertransformasi secara mendasar karena

semakin banyak dan luas pemaklunan yang dilakukan OEM (Original Eequipment

Manufacturers) atau produsen pemegang merk kepada penyedia layanan

manufaktur elektronika atau Elektronics Manufacturing Services (EMS) dan

pemanufaktur rancangan orisinal atau Original Design Manufacturers (ODMs)

(Direktorat ILMEA Depperin,2006).

Tabel 2.2 Evolution of Electronics Manufacturing Outsourcing 1985-2003

1985 1993 1998 2000 2003

Design prototipe outsourced

Design

engineering

outsourced

Procurement outsourced outsourced outsourced outsourced outsourced

PCB assembly outsourced outsourced outsourced outsourced

Box assembly outsourced outsourced outsourced

System Testing outsourced outsourced outsourced

Sales

Repair outsourced outsourced

( Sumber : Pricewaterhouse Cooper (2004) Electronic Manufacturing, Dir-JenILMEA Depperin, 2006)

Page 6: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-6

2.4 Pelaku Manufakturing Global

Pada sistem manufaktur global dalam industri elektronika dikenal ada 2 kelompok

pelaku manufaktur global, yaitu produsen pemegang merk atau Original

Equipment Manufacturers (OEM) dan penyedia layanan manufaktur elektronika

atau Elektronic Manufacturing Services ( EMS).

Original Equipment Manufacturers ( OEM)

Adalah produsen pemegang merk atau produsen peralatan orisinal , merupakan

suatu organisasi yang menghasilkan produk untuk dijual kepada pengguna akhir

atau end user yang terdiri dari konsumen, riset bisnis, industri, militer atau

lainnya. OEM tidak harus manufaktur atau merakit sendiri produknya. Tapi bisa

sekedar merancang dan membuat spesifikasi produk, lalu memaklunkan

(melayankan biaya jasa produksi atau mensubkontrakkan) manufaktur atau

perakitannya atau pengujiannya kepada pihak lain yaitu para penyedia jasa

layanan manufaktur. Hampir semua perusahaan transnasional yang menjual

produk elektronik di Indonesia adalah OEM, seperti Sharp, Panasonic, Sanyo,

Samsung dan LG.

Electronic Manufacturing Services ( EMS)

Merupakan layanan manufaktur elektronika , yaitu layanan yang diberikan suatu

perusahaan untuk merancang, merakit, memproduksi, dan menguji komponen dan

rakitan elektronika untuk produsen pemegang merk atau produsen peralatan

Original Equipment Manufacturer (OEM). Layanan perakitan dapat dilakukan

dengan bahan sendiri, bahan dari pemilik, atau bahan dari pihak ketiga. Layanan,

rancangan mencakup pengembangan konsep produk dibidang mekanikal,

elektrikal, dan perangkat lunak. Layanan pengujian mencakup pengujian sirkuit,

fungsi, lingkungan, baku mutu, dan analisa laboratorium.

Organisasi yang memberikan layanan manufaktur elektronika dapat dikenal

dengan berbagai nama atau sesuai jenis jasa yang dilayankan, yaitu sebagai

berikut:

Page 7: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-7

a. Pemanufaktur Kontrak Elektronika atau Electronic Contract Manufacturer (

ECMs) yang melayankan jasa manufaktur berdasarkan kontrak. Salah satu

ECM di Indonesia adalah PT HIT Electronics Indonesia yang pabriknya

berlokasi di Cikarang Bekasi. Konsumennya antara lain Sanyo, Panasonic,

Samsung dan LG.

b. Pemanufaktur Rancangan Original atau Original Design Manufacturer

(ODMs) yang melayankan jasa manufaktur berdasarkan rancangan original.

c. Perakit Kontrak Elektronika atau Electronic Contract Assembler (ECAs)

yang melayankan jasa perakitan.

d. Jasa Layanan Kontrak Elektronika atau Contract Electronic Services (CES)

yang melayankan jasa pembuatan prototype dan pengujian produk.

(Direktorat ILMEA Depperin, 2006)

2.5 Struktur Industri

Adapun struktur industri dari industri elektronika Indonesia dapat dilihat sebagai

berikut:

Perusahaan Komponen Transnasional

1. Strategi jejaring global perusahaan komponen elektronika transnasional

yang mencari lokasi relatif termurah sebagai lokasi fasilitas produksinya

telah membuat Indonesia menjadi salah satu basis produksi global

2. Fasilitas-fasilitas produksi perusahaan elektronika ini berkarakteristik

”footloose industry”, yaitu tidak mengakar, relatif mudah pindah ke

lokasi lain yang dinilai lebih menarik.

3. Sebagian besar fasilitas produksi tersebut merupakan bagian dari jejaring

perusahaan transnasional Jepang dan Korea

Perusahaan Pendukung

1. Di beberapa kawasan industri, dengan batas-batas yang beragam, telah

muncul industri pendukung dari dalam dan luar negri yang menjadi

pemasok kebutuhan bahan baku dan atau bahan penolong bagi industri

komponen elektronika

2. Perusahaan pendukung ini memiliki tingkat dependensi yang cukup

Page 8: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-8

tinggi pada perusahaan komponen transnasional, karena sebagian besar

volume pekerjaannya berasal dari pesanan kebutuhan fasilitas produksi

perusahaan –perusahaan komponen transnasional tersebut.

3. Sebagian perusahaan pendukung tersebut merupakan bagian dari jejaring

perusahaan transnasional yang ikut merelokasi fasilitas produksinya,

yaitu Jepang dan Korea (terutama di Bekasi) dan Singapore (terutama di

Batam). Sebagian lainnya tumbuh dari dalam negri ( terutama di Batam ).

Keterkaitan Hilir Horizontal Yang Lemah

1. Keterkaitan hilir perusahaan tansnasional produsen komponen

elektronika dengan perusahaan produsen elektronika yang tidak memiliki

hubungan vertikal, masih lemah

2. Secara umum, perusahaan-perusahaan transnasional produsen komponen

dan pendukung membentuk klaster parsial. Hal ini karena perusahaan-

perusahaan tersebut hadir dalam rangka relokasi dari suatu tempat diluar

Indonesia secara sistematis dan dalam waktu yang hampir bersamaan.

Inkompabilitas Baku Mutu

1. Elektronika mengalami kesulitan untuk masuk kedalam jejaring pemasok

kebutuhan perusahaan transnasional (terutama yang berasal dari Jepang).

Kesulitan tersebut muncul karena inkompabilitas baku mutu. Komunitas

sebagian besar perusahaan lokal produsen komponen dan atau pendukung

elektronika belum melakukan operasi industri berdasarkan praktek-

praktek terbaik yang berlaku di bidangnya. Seri ISO-9000 yang

mengukur kinerja managemen mutu secara umum masih belum memadai

untuk masuk kedalam jalinan kemitraan dengan komunitas industri dari

negara tertentu.

2. Sebagian besar perusahaan lokal produsen komponen dan atau

pendukung industri manufaktur Jepang menggunakan konsep TQM, JIT

dan CIP sebagai patokan mutu, sementara banyak perusahaan Indonesia

tidak demikian ( Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006)

Page 9: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-9

2.6 Kemitraan

Berdasarkan kajian atas manufaktur yang dilakukan oleh Schonberger pada tahun

1986, telah terjadi pergeseran karakteristik dalam dunia manufaktur seperti yang

terlihat dalam Tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3. Era dan aspek utama manufaktur

Schonberger’s Manufacturing ”Eras”

Kurun waktu Karakteristik Aspek Utama

1940-1950 Kekurangan kapasitas produksi Produksi

1950-1965 Kapasitas produksi berlebih, skala

nasional

Pemasaran

1965-1980 Konsentrasi pada pendapatan Keuangan

1980-1990 Kompetisi antar benua Mutu

1990-20.. Kapasitas produksi berlebih, skala global Kemitraan

( Sumber : Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006)

2.6.1 Dampak Positif Jalinan Kemitraan

Dengan terjalinnya kemitraan antara produsen ( perusahaan industri komponen)

dengan konsumen ( perusahaan industri barang jadi ), maka akan berdampak

positif pada penguatan pengembangan mata rantai suplai, pengembangan atau

peningkatan QQCD ( Quality, Quantity, Cost, Delivery ) dengan sistem

pembinaan dari konsumen dalam hal ini perusahaan barang jadi. Selain itu,

terjaminnya kepastian pasar dan kelangsungan hidup perusahaan industri

komponen serta terjaminnya kepastian kelancaran produksi perusahaan industri

barang jadi.

Dengan demikian diharapkan baik produsen maupun konsumen akan memiliki

kekuatan untuk bersaing dalam sistem manufaktur global. Terbentuknya

kemitraan antara produsen (industri komponen) dengan konsumen ( industri

barang jadi) dapat terlihat pada indikasi berikut :

Adanya kepastian pasar bagi industri komponen

Adanya kepastian supplai komponen bagi industri barang jadi

Page 10: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-10

Jaminan kontinuitas supplai komponen dari industri komponen

Adanya kepastian dalam perencanaan PSI ( Production, Sales, Inventory

Stock) bagi industri barang jadi

Adanya kemudahan dalam perencanaan permintaan barang oleh industri

barang jadi. Dalam hal ini dapat berlaku ketidakmutlakan sistem langsung

Purchase Order (PO) dari perusahaan barang jadi, melainkan dapat

dilakukan dengan sistem purchase forecast, baik untuk longterm, middle

term, short term, maupun daily schedule, sedangkan real PO diproses pada

saat dilakukan transaksi pengiriman.

Adanya kemudahan perencanaan produksi dengan sistem material forecast

bagi produsen industri komponen karena menerima data purchase forecast

dari industri barang jadi, serta adanya kemudahan dalam perencanaan

Delivery Order ( DO).

Adanya kemudahan bagi industri barang jadi dalam menata/managemen

pergudangan karena dapat memberlakukan sistem Just in Time Production

Process

Adanya kemudahan penjadualan dalam waktu pemesanan bagi industri

komponen walaupun industri barang jadi memberlakukan Just in Time

Production Process

Adanya kemungkinan bagi industri-industri komponen dalam melakukan

sharing atau ikatan/perkumpulan untuk tujuan kerjasama dan kelangsungan

hidup perusahaan.

Adanya kemudahan dalam mencari solusi bagi industri komponen jika timbul

masalah dalam kapasitas produksi , yaitu dengan melakukan kontak dengan

produsen produk sejenis. Hal ini dapat dilakukan karena dalam sistem

purchase forecast dapat terlihat jumlah kebutuhan komponen dari industri

barang jadi ( Dir-Jen ILMEA Depperin, 2006).

2.7 Pengertian Teknologi

Menurut United Nation-Economic and Social Comission for Asia and The Pasific

(ESCAP,1989) dalam Technology Atlas Project, dalam konteks produksi,

Page 11: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-11

teknologi merupakan kombinasi dari 4 komponen dasar yang saling berinteraksi

secara dinamik dalam suatu proses transformasi. Adapun keempat komponen

tersebut adalah fasilitas rekayasa (facility), kemampuan manusia (abilities),

informasi (facts) dan organisasi (framework). Teknologi digunakan untuk

mengubah input menjadi output.

2.7.1 Komponen-Komponen Dasar Teknologi

Sistem transformasi memerlukan ke-4 komponen teknologi secara simultan.

Transformasi tidak dapat dilakukan tanpa salah satu dari ke-4 komponen tersebut.

Berikut ini penjelasan dari ke-4 komponen teknologi.

Fasilitas rekayasa, disebut juga technoware, merupakan teknologi yang

melekat pada objek ( object-embodied technology).

Fasilitas rekayasa mencakup peralatan (tool), perlengkapan (equipment),

mesin-mesin (machines), alat pengangkutan (vehicles) dan infrastruktur fisik

(physical infrastructure).

Kemampuan manusia yang disebut humanware, merupakan teknologi yang

melekat pada manusia (human-embodied technology). Kemampuan manusia

ini mencakup pengetahuan ketrampilan , kebijakan , kreativitas dan

pengalaman .

Informasi, yang disebut inforware, merupakan teknologi yang melekat pada

dokumen (documen-embodied technology). Informasi berkaitan dengan

proses, prosedur, teknik, metode , teori , spesifikasi, pengamatan dan

keterkaitan.

Organisasi, yang disebut orgaware, merupakan teknologi yang melekat pada

kelembagaan (institution-embodied-technology), Organisasi ini mencakup

praktik-praktik managemen, linkages dan pengaturan organisasional.

Diperlukan suatu kondisi minimum tertentu agar pemanfaatan dari keempat

komponen teknologi berjalan secara efektif pada fasilitas transformasi. Sebagai

contoh technoware memerlukan operator dengan kemampuan tertentu.

Page 12: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-12

Humanware harus diperbaiki dan ditingkatkan sesuai perkembangan technoware,

inforware yang merupakan akumulasi dari pengetahuan harus selalu

ditingkatkan. Sementara dalam menghadapi perubahan lingkungan diluar aktivitas

transformasi maka keterlibatan orgaware diperlukan.

Dengan demikian, keempat komponen teknologi tersebut saling melengkapi dan

diperlukan secara simultan pada setiap fasilitas transformasi. Komponen-

komponen teknologi juga berinteraksi dalam bentuk yang kompleks sehingga

perlu dimengerti bagaimana interaksi yang terjadi.

Technoware merupakan inti dari setiap sistem transformasi. Technoware tidak

akan berguna tanpa kehadiran humanware karena komponen ini dikembangkan ,

dipasang , dioperasikan dan diperbaiki oleh humanware menggunakan inforware

yang diakumulasikan setiap waktu.

Gambar 2.1. Interaksi dinamis antar komponen teknologi( ESCAP- Technology Atlas Project, 1989)

Humanware memegang peranan kunci dalam menjalankan operasi transformasi.

Keberadaan humanware mendorong technoware menjadi lebih produktif.

Meskipun demikian, ketersediaan inforware dan karakteristik orgaware

mempengaruhi tingkat aktivitas yang dapat dilakukan dalam proses transformasi.

Humanware turut berperan dalam menghasilkan inforware yang lebih baik guna

memperbaiki utilisasi technoware.

Page 13: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-13

Inforware menunjukkan akumulasi pengetahuan manusia. Inforware yang ada

perlu selalu diperbaharui, karena cepatnya perkembangan pengetahuan. Jika hal

ini tidak dilakukan, maka pemilihan dan penggunaan technoware secara tepat

mustahil dilakukan. Oleh karena itu salah satu tugas utama dari sebuah organisasi

adalah menjamin penggantian, pemanfaatan dan pembaharuan dari tipe infoware

yang sesuai.

Orgaware mengkoordinasikan infoware, humanware dan technoware dalam

transformasi untuk mengefektifkan hasil. Jika efektifitas orgaware meningkat,

maka produktivitas dari komponen lainnya cenderung meningkat. Secara umum,

orgaware harus terlibat sepanjang waktu untuk mengimbangi dinamika dari 3

komponen teknologi yang lain dan mengimbangi iklim sosio-ekonomi ditempat

beroperasinya transformasi. Hubungan yang terbentuk diantara komponen-

komponen teknologi memiliki dampak terhadap pemilihan teknologi yang

digunakan pada fasilitas transformasi.

2.7.2 Model Teknometrik untuk Analisis Kandungan Teknologi

Model teknometrik mengukur kontribusi gabungan dari masing-masing komponen

teknologi menuju pada sofistifikasi teknologi yang dioperasikan pada fasilitas

transformasi. Kontribusi gabungan ini selanjutnya disebut kontribusi teknologi

yang dibentuk oleh ke-4 komponen teknologi.

Koefisien Kontribusi Teknologi (Technology Contribution Coefficient),

selanjutnya disebut TCC pada sebuah fasilitas transformasi didefinisikan

mengikuti persamaan sbb

TCC = Tβt * Hβ

h * Iβi * Oβo (1)

Dimana :

T, H, I, O = kontribusi dari masing-masing technoware, humanware, inforware

dan orgaware

βt, βh , βi, βo = intensitas kontribusi T, H, I, O terhadap TCC.

Page 14: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-14

Koefisien Kontribusi Teknologi memiliki beberapa sifat :

1. Persamaan (1) memperlihatkan bahwa T, H,I,O merupakan fungsi nonzero

bila TCC juga nonzero. Artinya tidak ada kegiatan transformasi tanpa

kehadiran ke-4 komponen teknologi tadi.

2. Untuk meningkatkan level teknologi melalui peningkatan derajat

kecanggihan salah satu komponen, maka komponen-komponen teknologi

lainnya dianggap konstan. Sebagai ilustrasi, peningkatan derajat kecanggihan

technoware akan menghasilkan diferensiasi parsial terhadap persamaan TCC

sebagai berikut :

δ(TCC) /δT = βt δ(TCC) / δT (2)

Dimana 0< βt < 1

3. Secara keseluruhan peningkatan derajat kecanggihan untuk ke-4 komponen

teknologi memberikan hasil seperti terlihat pada persamaan berikut :

TCCdTCC

βt (dT/T) + βh (dH/H) + βi (dI/I) + βo(dO/O) (3)

Persamaan (3) memperlihatkan bahwa peningkatan yang proporsional dalam TCC

akan sama dengan jumlah peningkatan proporsional ke-4 komponen teknologi (

diukur dengan β). Jika proporsi peningkatan ke-4 komponen memiliki bobot yang

sama (ρ) , maka persamaan (3) menjadi

TCCdTCC ρ[βt +βh +βi + βo ] (4)

Jika βt + βh + βi + βo 1 atau βt + βh+ βi + βo = 1 atau βt + βh + βi + βo 1, maka

fungsi TCC berturut-turut berada dalam kondisi increasing, netral atau decreasing

return to scale.

Adapun langkah-langkah untuk pengukuran kandungan teknologi adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan estimasi derajat kecanggihan ( degree of sophisticated )

2. Menguji state of the art

3. Menentukan kontribusi komponen teknologi

4. menentukan intensitas kontribusi komponen

5. Menghitung koefisien kontribusi teknologi

Page 15: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-15

2.7.3 Estimasi Derajat Kecanggihan

a. Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen teknologi dilakukan

melalui pengamatan kualitatif komponen teknologi dan pengumpulan

informasi teknologi yang relevan dengan teknologi yang digunakan

b. Melakukan identifikasi terhadap seluruh komponen technoware dan

humanware pada fasilitas transformasi. Identifikasi terhadap infoware dan

orgaware dilakukan pada level perusahaan.

c. Menentukan batas atas dan batas bawah derajat kecanggihan dari masing-

masing komponen teknologi.

Berdasarkan prosedur dari ESCAP, derajat kecanggihan komponen teknologi

ditentukan dengan memberikan skor skala sembilan, tepatnya berkisar 1-9

(lampiran). Adanya tumpang tindih pemberian skor diantara derajat kecanggihan

mengindikasikan bahwa dalam praktik batas pemisah yang jelas antara level yang

berurutan tidak mungkin dilaksanakan.

2.7.4 Menentukan State of The Art

Pendekatan yang digunakan untuk menentukan state of the art komponen

teknologi didasarkan pada kriteria generik, yaitu kriteria yang dikembangkan

dengan sistem rating of the art ke-4 komponen teknologi. Setiap kriteria diberi

skor 0 untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk spesifikasi terbaik. Sementara

skor untuk nilai spesifikasi diantaranya dilakukan dengan bantuan interpolasi.

(i) State of the art untuk kategori i dari technoware

STi =

t

kik

k

t

101

k= 1,2,…..,kt (5)

Dimana tik adalah skor kriteria ke-k untuk technoware item i

(ii) State of the art untuk kategori j dari humanware

SHj =

h

lji

l

h

101

l= 1,2……,lh (6)

Page 16: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-16

Dimana hij adalah skor kriteria ke-i untuk humanware kategori j

(iii) State of the art untuk inforware

SI =

f

mm

m

f

101

m= 1,2,….., mf (7)

Dimana fm adalah skor kriteria ke-m untuk infoware pada level perusahaan

(iv) State of the art untuk item i dari orgaware

SO =

o

nn

n

o

101

n = 1,2,…, no (8)

Dimana on adalah skor kriteria ke-n untuk orgaware pada level perusahaan

Pembagian state of the art dengan angka 10 pada ke-4 persamaan diatas bertujuan

untuk menormalisasi penilaian menjadi berkisar antara 0 dan 1, sekaligus

menyatakan bahwa kriteria yang digunakan memiliki bobot yang sama.

2.7.5 Menentukan Kontribusi Komponen Teknologi

Berdasarkan batas-batas derajat kecanggihan dan rating state of the art diatas,

kontribusi setiap komponen teknologi dapat dihitung sebagai berikut :

Ti = )(91

iiii LTUTSTLT (9)

Hj = )(91

jjjj LHUHSHLH (10)

I = )(91

LIUISILI (11)

O = )(91

LOUOSOLO (12)

Nilai Ti menunjukkan kontribusi dari setiap item i technoware, sedangkan nilai Hj

menunjukkan kontribusi dari setiap kategori humanware. Pembagian dengan 9

dilakukan agar kontribusi oleh setiap komponen pada state of the art bernilai 1.

Page 17: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-17

Untuk memperoleh nilai nilai kontribusi keseluruhan dari T dan H, nilai-nilai Ti

dan Hj diagregasi dengan bobot yang tepat, sehingga nilai masing-masing menjadi

T=

i

ii

u

Tu

H =

j

jj

vHv

Dimana ui mengacu pada biaya investasi technoware untuk item i dan vj merujuk

pada jumlah tenaga kerja dalam humanware kategori j.

2.7.6 Menghitung Intensitas Kontribusi Komponen

Intensitas kontribusi setiap komponen diestimasi dengan menggunakan

pendekatan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix)

dimana prosedurnya adalah sbb :

a. Keempat komponen teknologi diatur secara hirarki dengan urutan

kepentingan meningkat. Nilai β yang berkaitan dengan komponen–

komponen ini diatur dalam urutan kepentingan yang sama..

b. Nilai–nilai tersebut ditransformasikan kedalam prosedur perbandingan

berpasangan.

c. Perbandingan berpasangan harus memenuhi syarat konsistensi . Secara

umum dapat dikatakan bila suatu komponen memiliki urutan tingkat

kepentingan yang lebih besar dari komponen lainnya, maka nilai β

komponen tersebut akan lebih besar dari yang lainnya.

Untuk proses perhitungannya dalam penelitian ini menggunakan suatu program

software yaitu suatu program aplikasi expert choice.

Untuk mendapatkan data yang akurat, nilai βyang diperoleh dari hasil kuisoner

perbandingan berpasangan dirata-ratakan terlebih dahulu dengan menggunakan

rata-rata geometrik berdasarkan rumus sbb :

aij = ( b1 x b2 x b3 x .....x bk ) 1/k

dimana :

aij = nilai rata-rata perbandingan antara kriteria ke-i dengan kriteria ke-j

Page 18: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-18

bi = nilai perbandingan antara kriteria ke-i dengan kriteria ke-j untuk responden

ke i , i = 1,2,3,....k

k = jumlah responden

2.7.7 Menghitung Koefisen Kontribusi Teknologi ( TCC )

Dengan menggunakan nilai T,H,I,O dan β, maka TCC dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (1). Karena nilai T,H,I,O semuanya kurang dari 1 dan βt

+ βh +βi +βo = 1 setelah dinormalisasi, maka nilai maksimum TCC adalah 1. TCC

dari perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi transformasi total

terhadap output.

2.8. Identifikasi Karakteristik Lingkungan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Haris Lubis mengenai Karakteristik

Organisasi Industri Kecil di Indonesia diuraikan tentang proses yang terjadi

Dalam suatu organisasi guna mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan.

Adanya suatu proses secara berulang-ulang dalam suatu organisasi, mulai dari

masuknya bahan baku kemudian terjadi transformasi bahan baku menjadi produk

jadi untuk selanjutnya dipasarkan kepada konsumen.

Bahan baku yang digunakan berasal dari pemasok bahan baku yang merupakan

salah satu elemen lingkungan. Proses transformasi sendiri memerlukan peralatan,

energi, teknologi, tenaga kerja dan modal. Peralatan dan energi diperoleh dari

pemasok. Teknologi yang digunakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

teknologi. Tenaga kerja berasal dari masyarakat dan modal diperoleh dari sumber

keuangan. Proses transformasi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh permintaan

pasar yang merupakan salah satu elemen lingkungan . Selanjutnya pemasaran dari

produk jadi dipengaruhi oleh kondisi pasar, yaitu tempat terdapatnya konsumen

dan organisasi atau perusahaan pesaing yang merupakan bagian dari lingkungan

ekonomi. Selain itu perusahaan juga beroperasi dalam suatu kawasan negara

sehingga pemerintah juga merupakan salah satu elemen dari lingkungan yang ada.

Page 19: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-19

Dengan demikian maka diharapkan seluruh elemen lingkungan baik internal

maupun eksternal yang berpengaruh terhadap organisasi dapat diidentifikasikan

secara lengkap sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap perusahaan.

Berikut ini adalah gambaran menyeluruh tentang aspek internal dan eksternal

Gambar 2.2 Aspek internal dan eksternal organisasi(Hari Lubis dalam Heri Y, 2003 )

2.9 Kebijakan

2.9.1 Definisi

Menurut Starling ( 1988) kebijakan adalah suatu tujuan atau cita-cita yang

memiliki urutan prioritas atau kebijakan juga dapat diartikan sebagai pernyataan

umum tentang maksud atau tujuan. Pal (1997) menyatakan bahwa kebijakan

adalah serangkaian tindakan atau diamnya otoritas publik (pemerintah) untuk

memecahkan masalah.

Page 20: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-20

2.9.2. Elemen – elemen Proses Pembuatan Kebijakan

Menurut Starling (1988) ada lima elemen utama dalam membuat suatu kebijakan,

yaitu : identifikasi masalah, formulasi usulan, adopsi, pelaksanaan (implementasi )

dan evaluasi. Ke-lima elemen tadi dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 2.3. Elemen utama dalam pembuatan kebijakan

Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber penyebab masalah

Formulasi usulan

Melakukan identifikasi alternatif untuk mencapai tujuan termasuk evaluasi

dari segi manfaat serta biaya yang akan dikeluarkan

Adopsi

Merupakan sarana untuk memberikan legitimasi, hukum /aturan politik,

prosedur administrasi serta pengaturan keuangan

Pelaksanaan ( implementasi )

Adalah berbagai tindakan yang dilakukan oleh individu / organisasi pada

waktu dan tempat tertentu untuk mencapai tujuan

Evaluasi

Stakeholder yang terlibat harus menetapkan kriteria atau standar untuk

mengukur kinerja atau tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

2.9.3 Hubungan antara Pembuatan Kebijakan dan Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan memberikan informasi tentang konsekuensi dari suatu tindakan

yang diusulkan. Proses pembuatan kebijakan harus diketahui lebih dulu sebelum

melakukan analisis kebijakan. Pada gambar berikut dapat dilihat kerangka

hubungan antara pembuatan kebijakan dengan analisis kebijakan ( Starling, 1988).

Page 21: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-21

Gambar 2.3 Kerangka hubungan antara pembuatan dengan analisis kebijakan

2.9.4 Kebijakan Industri

Kebijakan industri merupakan intervensi pemerintah secara sengaja dan

terkoordinasi untuk mengembangkan industri ( Lall, 1995). Melalui kebijakan

industri, maka dimaksudkan untuk memberikan :

a. Arahan bagi para pelaku industri, baik pengusaha maupun institusi lainnya,

khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor industri ataupun bidang lain

yang berkaitan;

b. Pedoman operasional bagi aparatur pemerintah yang membidangi

pengembangan industri, dan sebagai rujukan bagi instansi lain terkait dalam

rangka ikut menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya

pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

c. Tolok-ukur kemajuan dan keberhasilan pengembangan industri, dilihat dari

segi administrasi pembangunan;

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial

Page 22: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-22

terhadap pelaksanaan kebijakan industri ini, yang pada akhirnya diharapkan

dapat mendorong partisipasi luas masyarakat untuk memberikan kontribusi

secara langsung dalam kegiatan pengembangan industri ( Depperin, 2005).

2.9.5 Kebijakan Pengembangan industri kecil

Salah satu tujuan utama kebijakan industri di negara berkembang adalah untuk

pertumbuhan, pembangunan dan modernisasi ekonomi ( Battacharya dan Linn ,

dalam Pardede 2000 ). Tujuan ini berkaitan dengan pemaksimuman kesejahteraan

masyarakat dengan cara penggunaan sumber daya secara efisien. Dalam praktek

pembuat kebijakan, tujuan utama ini diwakili oleh sejumlah proksi tujuan yang

tidak selalu kompatibel, misalnya industrialisasi ( mempercepat transformasi dari

perekonomian berbasis pertanian ke perekonomian berbasis industri, substitusi

impor, penciptaan lapangan kerja, orientasi ekspor, pengembangan industri kecil

dan menengah dll). Instrumen yang digunakan pemerintah untuk mencapai

kebijakan industri adalah kebijakan pajak, kebijakan tenaga kerja, sistem insentif

bagi investasi industri, peraturan penanaman modal asing, finansial, pemilikan

dan investasi pemerintah serta kebijakan penyediaan infrastruktur.

Menurut Staley dan Morse ( 1965) kebijakan mengenai industri kecil dapat

dikategorikan kedalam 3 aliran : pasif, protektif dan developmental. Kebijakan

pasif mengabaikan keberadaan industri kecil dalam perekonomian dan

membiarkannya muncul, tumbuh, berkembang atau mati tanpa campur tangan

pemerintah. Kebijakan protektif melindungi industri kecil dari kompetisi dengan

membuat peraturan yang menghalangi atau membatasi perusahaan besar atau

industri yang lebih modern mengambil pasar industri kecil. Kebijakan

developmental berfokus pada peningkatan efisiensi industri kecil, sehingga

menjadikannya lebih mampu untuk hidup dan berkembang. Hal ini dilakukan

dengan mendorong muncul dan tumbuhnya industri kecil jenis tertentu dan

dengan cara membantu usaha-usaha kecil melakukan penyesuaian kembali

(readjustment) sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan usaha. Dalam

pandangan developmental, tujuan kebijakan industri kecil adalah untuk

Page 23: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-23

menciptakan perusahaan-perusahaan yang layak secara ekonomi ( economically

viable) dan dapat berdiri sendiri tanpa subsidi serta dapat memberikan kontribusi

positif bagi pertumbuhan pendapatan riil, sehingga juga berkontribusi pada tingkat

hidup yang lebih baik.

Dalam pendekatan developmental, kebijakan ditujukan bukan untuk

mempertahankan unit produksi yang tradisional, primitif atau menjaga agar

industri kecil tetap kecil. Kebijakan ini merangsang dan membantu industri kecil

agar dapat menjadi sumber kewirausahaan yang kuat ( ini berarti dapat tumbuh

dari skala kecil menjadi skala menengah atau besar ). Pembuat kebijakan perlu

terus menerus mencari informasi dan menilai perkembangan berbagai industri

kecil yang ada dan memilah-milah usaha industri kecil kedalam kategori berikut :

1. Kegiatan usaha yang memiliki masa depan

2. Kegiatan usaha yang dapat beradaptasi

3. Kegiatan usaha yang sudah usang dan tak sesuai jaman

Ada 3 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan industri kecil, yaitu :

Prinsip kombinasi dan interaksi

Program–program disusun secara terpadu sehingga dapat menangani secara

simultan berbagai aspek yang mempengaruhi industri kecil. Upaya

menyelesaikan hanya salah satu faktor penghambat perkembagan industri

kecil umumnya akan gagal dan sia-sia

Prinsip adaptasi

Program pengembangan industri kecil yang ditiru dari negara lain perlu

diadaptasikan dengan kondisi setempat agar dapat memberi manfaat yang

diharapkan

Prinsip selektivitas

Faktor-faktor yang menghambat industri kecil di setiap tempat perlu dinilai

secara cermat. Agar program pengembangan industri kecil sebanding dengan

biayanya, program-program pada tahap awal perlu dirancang agar

menyelesaikan permasalahan kritis didaerah tersebut, kemudian program ini

Page 24: BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-trisutanti-31519-3... · Bab 2 DasarTeori II-3 Generasi baru peralatan genggam dan

Bab 2 DasarTeori

II-24

akan diperluas atau diubah sesuai dengan hambatan dan kesempatan yang

dihadapi ketika perusahaan – perusahaan kecil mulai tumbuh.